Anda di halaman 1dari 17

PENUGASAN BLOK 2.

4
WAWANCARA MENDALAM KEPADA TRANSGENDER

Disusun oleh :

Talbiyah Sabdah Rizan Taupiq (21711082)

Kelompok Tutorial 10

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... i

A. Pendahuluan ....................................................................................................................... 1

B. Pembahasan ........................................................................................................................ 2

1. Pengertian Transgender ....................................................................................................... 2


2. Pengertian Waria .................................................................................................................. 2
3. Aspek-Aspek Wawancara Mendalam Kepada Waria .......................................................... 2
1) Identitas diri ................................................................................................................ 2
2) Identitas Keluarga ........................................................................................................ 2
3) Aspek Biologi .............................................................................................................. 3
4) Aspek Psikologi ........................................................................................................... 3
5) Aspek Ekonomi ........................................................................................................... 4
6) Aspek Sosial ................................................................................................................ 6
7) Aspek Pendidikan ........................................................................................................ 7
8) Budaya & Tradisi ........................................................................................................ 8
9) Spiritual & Ideologi ..................................................................................................... 8
10) Kebiasaan terkait Kesehatan ........................................................................................ 8
11) Kekhawatiran & Harapan............................................................................................. 9

C. Refleksi ................................................................................................................................ 9

D. Lampiran .......................................................................................................................... 13

i
A. Pendahuluan

Seorang dokter dalam melakukan pekerjaannya sebagai seorang dokter wajib


memperhatikan keseluruhan aspek pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan paliatif), baik fisik maupun psiko-sosial-kultural pasiennya, serta
berusaha mernjadi pendidik dan pengabdi sejati masyarakat. Untuk memenuhi hal tersebut
setiap dokter wajib memandang seorang pasien sebagai manusia utuh atau secara holistik
dalam kesatuan biopsikososiokulturalspiritual. Hal ini ditujukan agar terwujudnya derajat
kesehatan individu dan masyarakat yang optimal dengan cara melakukan intervensi medik
terhadap berbagai faktor yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan. Sehingga seorang
dokter tidak hanya memandang pasien melalui fisik nya saja, namun banyak aspek-aspek
pasien sebagai manusia secara utuh dalam hal biopsikososiokulturalspiritual yang perlu
dipahami. (Purwadianto et al., 2012)

Manusia pada eksistensinya merupakan makhluk hidup yang memiliki


keistimewaan dan kemampuan yang sangat berkembang. Hal tersebut membuat manusia
dapat menyelidiki hal-hal mendalam terkait segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
kehidupannya. Memahami manusia melalui kajian secara aspek kehidupan sangat penting
karena di era modern saat ini, manusia membangun keyakinan (belief) dan mengerti
hakikat dirinya untuk dapat semakin maju dan berkembang. (Babutta, 2020)

Pada penulisan ini diperoleh cara memahami manusia secara utuh melalui
wawancara mendalam. Wawancara dilakukan melalui kelompok marginal salah satunya
adalah transgender atau waria yang ada di Yogyakarta. Melalui wawancara mendalam akan
memperoleh sebuah gambaran tentang prespektif sesorang dalam menjalani kehidupannya.

1
B. Pembahasan

1. Pengertian Transgender
Transgender adalah istilah yang ditujukan kepada seseorang yang tidak dapat
menunjukkan secara spesifik orientasi seksualnya, adapun transgender laki-laki adalah
laki-laki normal, yang memiliki kelamin yang normal, namun secara psikis merasa dirinya
sebagai perempuan. Akibatnya perilaku sehari-hari sering tampak kaku, fisik laki-laki,
namun cara berjalan, berbicara dan dandanan yang menyerupai perempuan. (Nurdelia et
al., 2015)

2. Pengertian Waria
Waria (perempuan-pria), atau dalam bahasa sehari-hari dikenal sebagai “bencong”
adalah istilah bagi laki-laki yang menyerupai perilaku perempuan. pria (waria) ini
mengidentifikasikan dirinya menjadi seorang perempuan dalam tingkah laku keseharian.
Seperti dalam penampilan atau dandanan, mereka mengenakan busana dan aksesori seperti
perempuan. Demikian pula dalam perilaku sehari-hari, mereka merasa dirinya sebagai
seorang perempuan yang memiliki sifat lemah lembut. (Ashari, 2021)

3. Aspek-Aspek Wawancara Mendalam Kepada Waria

1) Identitas diri

Wawancara mendalam kepada transgender dalam penugasan ini dilakukan di


Yogyakarta dengan narasumber seorang transgender yang bernama Vinola Wakidjo.
Sehari-hari akrab dikenal sebagai mami Vin. Beliau lahir di Kota Yogyakarta pada tanggal
9 Mei 1956 artinya usia beliau sudah mencapai 66 tahun. Saat ini beliau merupakan
Direktur dari Yayasan KEBAYA (Keluarga Besar Waria Yogyakarta), merupakan yayasan
yang bergerak dalam pemberdayaan waria dan peduli dengan HIV.

2) Identitas Keluarga

Mami Vin merupakan anak dari 6 bersaudara yang tinggal di Yogyakarta. Beliau
lahir dari keluarga yang serba berkecukupan dari segi ekonomi. Dahulu mereka tinggal
dirumah yang sangat sederhana. Orang tua beliau telah meninggal dunia dan begitu juga

2
keempat saudaranya yang lain. Namun saat ini saudara tertuanya masih sehat dan sudah
berusia 80 tahun. Kakak tertuanya sering mengunjungi beliau saat ini di Yayasan
KEBAYA.

Beliau merupakan waria yang tidak menikah secara biologis. Sehingga beliau
mengangkat 4 orang anak. Keempat anaknya tersebut telah menikah dan telah memiliki
keturunan juga. Kehidupan anak nya serba cukup dan kini telah hidup masing-masing.

3) Aspek Biologi

Kondisi kesehatan mami Vin diusia nya yang sudah tua saat ini masih sehat dan
dapat beraktivitas dengan baik. Tidak ada riwayat penyakit bawaan ataupun kondisi fisik
yang tidak normal. Untuk menjaga kesehatan, mami Vin menyadari harus memiliki pola
hidup yang baik seperti makan tiga kali sehari dengan gizi yang seimbang walaupun tidak
setiap hari. Selain memenuhi kebutuhan makan, mami vin juga menyadari tentang penting
nya tidur yang cukup untuk menjaga kesehatan.

4) Aspek Psikologi

Mami vin adalah sosok yang berbeda diantara kelima saudaranya. Beliau terlahir
sebagai laki-laki namun menjalani kehidupan sebagai perempuan. Ia merasakan perbedaan
itu semenjak ia masih kecil dan berkembang ketika beliau sudah remaja. Semenjak itu ia
memiliki pola dan sudut pandang sendiri terhadap ketertarikan sesama jenis. Hal tersebut
membuat mami Vin memiliki perilaku yang cenderung seperti perempuan dari segi
berpakaian dan juga ketertarikan. Jika laki-laki remaja umumnya memakai celana modis
dan rapih, namun mami Vin saat itu berbeda. Beliau cenderung berpakaian menggunakan
rok dan terlihat feminim. Hal itu membuat beliau ditolak oleh keluarga karena malu
memiliki anak laki-laki namun hidup seperti perempuan. Perasaan sedih dan kecewa yang
dirasakan mami Vin karena penolakan dari keluarga yang ia terima. Hal tersebut membuat
ia berpisah tinggal dengan keluarga semenjak beliau tamat SMP.
Setelah itu mami vin bekerja sebagai pekerja seks selama bertahun-tahun untuk
dapat bertahan hidup. Berdandan seperti perempuan dengan sepatu hak tinggi, rok pendek,
lengkap dengan make up untuk menarik perhatian. Begitulah ia menjalani hidupnya

3
sebagai waria. Baginya menjadi waria bukanlah keinginan ia sendiri dan dia sadar tidak
ada orang tua yang ingin anaknya menjadi waria. Namun menurutnya menjadi waria adalah
sesuatu yang “terjadi” bukan “menjadi”. Artinya menjadi waria itu sudah melekat didalam
dirinya. Ia berkata bahwa memang waria terlahir sebagai laki-laki namun ada yang berbeda
pada waria. Ketika anak-anak remaja perempuan memiliki masa pubertas ditandai dengan
menstruasi, lalu anak-anak remaja laki-laki memiliki masa pubertas ditandai dengan mimpi
basah begitu juga dengan waria. Namun, hal yang membedakan adalah waria mengalami
mimpi basah yang menggambarkan dirinya melakukan hubungan seksual dengan sesama
jenis, sehingga menguatkan ketertarikannya dengan sesama jenis.
Ada yang membedakan dirinya dengan waria lainnya, bahwa ia memiliki
semangat hidup untuk terus bertahan dan berjuang. Pada tahun 2005 ia melihat keadaan
yang terjadi dengan teman-teman waria. Pada saat itu banyak waria yang positif HIV. Hal
tersebut membuat mami Vin tergerak untuk membantu teman-teman waria lainnya, walau
dirinya bukanlah pengidap HIV. Ia tidak mau melihat waria mati konyol karena HIV.
Baginya waria juga bisa hidup dan mengembangkan diri seperti manusia pada umumnya.
Mereka juga punya hak untuk terus bertahan hidup dan berjuang. Begitulah pemikiran
seorang mami Vin yang hingga saat ini karena keberanian dan kepeduliannya berhasil
membangun sebuah yayasan KEBAYA (Keluarga Besar Waria Yogyakarta).

5) Aspek Ekonomi

Berasal dari keluarga yang serba berkecukupan dan mendapatkan penolakan dari
keluarga membuat mami Vin bertahan hidup dengan memulai pekerjaan sebagai pekerja
seks. Dari pekerjaan nya tersebut ia membiayai hidup nya sendiri dan tinggal disebuah kos
seadaanya selama bertahun-tahun. Namun setelah 2005, beliau melihat kondisi waria yang
banyak mengidap HIV sehingga membuat ia tergerak untuk menolong. Sejak itu beliau
membantu waria lainnya untuk berobat ke rumah sakit, saat itu di Rumah Sakit Sardjito
Yogyakarta. Selama bertahun-tahun dengan begitu banyak kendala terutama dari segi
biaya. Namun karena kegigihan beliau, para dokter dan pekerja di RS Sardjito berempati
dan melakukan donasi sehingga dapat membantu pembayaran obat teman-teman waria saat
itu.

4
Melihat angka prevalensi waria yang mengidap HIV cukup tinggi pada tahun
2005-2006, mami Vin tergerak untuk menjadi volunteer dan pekerja sosial di salah satu
lembaga besar di Yogyakarta yitu PKBI DIY. PKBI adalah akronim dari Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia. Di PKBI mami vin memang fokus pada permalsahan HIV
karena memang waria merupakan kelompok yang rentan terhadap permasalahan HIV.
Tentu hal tersebut memuat mami Vin harus belajar banyak tentang HIV. Setelah itu pada
tanggal 18 Desember 2006 mami Vin mendirikan sebuah yayasan yang sekarang dikenal
sebagai Yayasan KEBAYA (Keluarga Besar Waria Yogyakarta). Beliau sendiri menjadi
pelopor serta direktur dari yayasan tersebut. Disamping itu perjalanannya selama 13 tahun
bergabung di PKBI telah banyak memberikan kontribusi baik kepada waria maupun
masyarakat pada umumnya. Beliau kerap menjadi narasumber di beberapa kampus dan
kelompok-kelompok pemuda di Yogyakarta.
Dalam menjalankan sebuah lembaga, terdapat tantangan yang harus dihadapi yaitu
terkait masalah pendanaan lembaga. Kemudian di awal berdiri KEBAYA dibiayai oleh
donatur UN AIDS (United Nations AIDS) selama 4 tahun. Namun semenjak tahun 2010
KEBAYA harus berdiri tanpa bantuan dana dari pihak manapun. Pendanaan saat itu datang
dari hasil mami Vin ketika menjadi pembicara. Setelah 1 tahun kemudian, ada donatur
yang bersal dari belanda yaitu HIVOS (Humanist Institute for Cooperation) bersedia
membantu selama 1 tahun. Lembaga tersebut membantu dengan fokus kepada ketahanan
pangan sehingga semua teman-teman waria di modali untuk membuka usaha.
Permasalahan yang sama terjadi, setelah bantuan dana dari HIVOS habis, mami
Vin saat itu mulai memikirkan kembali biaya untuk kontrak rumah. Hingga pada tahun
2012 itu, ada seorang tetangga yang bersedia membantu pembayaran kontrak rumah alias
pusat dari lembaga KEBAYA sekaligus tempat teman-teman waria tinggal. Menurut mami
Vin, karena semangat dan ikhlas ingin membantu selalu ada saja rezeki yang datang. Saat
itu mami Vin mendapatkan undangan seminar International Lesbian & Gay Association di
Bali. Hal tersebut merupakan momentum yang tepat bagi mami Vin untuk dapat bercerita
terkati dengan kondisi di KEBAYA. Peserta seminar yang datang dari berbagai negara
melakukan diskusi dan juga memberikan donasi bagi teman-teman yang ada di KEBAYA.
Pada tahun 2013, yayasan KEBAYA menerima tamu dari TV Swasta Nasional.
Mereka tertarik dengan cerita dan urgensi yang ada di yayasan KEBAYA. Hingga mami

5
Vin di udang untuk menjadi narasumber di acara TV Swasta tersebut tepatnya di acara
Kick Andi. Dari hasil menjadi narasumber yang sangat inspiratif tersebut, mami Vin
berhasil mengantongi puluhan juta yang tentunya digunakan untuk meneruskan yayasan
KEBAYA.
Walaupun mami Vin adalah sosok yang kurang beruntung dalam segi pendidikan,
namun pada tahun 2014 mami Vin berhasil mendapatkan tawaran di mengikuti
International Conference HIV/AIDS di Melbourne, Australia. Selain itu beliau belaiu juga
menjadi narasumber di UNSW Sydney bagi mahasiswa S3. Disana beliau juga sempat
bertemu dengan delegasi Indonesia dan menteri kesehatan RI saat itu yaitu Ibu Nafsiah
Mboi. Setelah menjadi pembicara di tingkat Internasional, menjadikan mami Vin memiliki
relasi serta pengalaman yang luar biasa hingga saat ini.
Yayasan KEBAYA bahkan pernah dikunjungi oleh Kementrian Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan, lalu menteri pendidikan Pak Muhajir Efendi pada tahun 2021
saat pandemi. Hingga saat ini yayasan KEBAYA menjadi centre untuk pemberdayaan
waria dan HIV. Disana waria diberikan wawasan serta keterampilan untuk membuka usaha
seperti dalam bidang usaha pakaian dan perkebunan.

6) Aspek Sosial

Semenjak berpisah dengan keluarga, mami Vin berjuang sendiri untuk bertahan
hidup. Semenjak 2006 beliau berhasil mendirikan sebuah yayasan yang berfokus pada
waria dan HIV/AIDS. Berdirinya yayasan tersebut dikarenakan rasa kepedulian dan
kemanusiaan yang tinggi dari sosok mami Vin. Beliau memiliki empati yang sangat tinggi
terhadap teman-teman waria yang mengidap HIV. Sejak saat itu belaiu membantu
pengobatan dari teman-teman HIV. Karena menurut beliau, seorang HIV itu bisa bertahan
jika minum obat dengan konsisten, menjaga pola hidup, pikiran yang jernih serta yang
paling mereka butuhkan adalah dukungan atau teman. Itulah yang dilakukan oleh mami
Vin. Meski di tahun 2006 proses mendapatkan obat di RS itu memiliki kendala pasca
gempa bumi Jogja, namun tidak menyurutkan semangat mami Vin untuk peduli terhadap
sesama. Karena seperti yang diketahui bahwa pengidap HIV harus mendapatkan obat
dalam waktu yang telah ditentukan dengan dosis yang tinggi. Efek dari obat tersebut tentu
nya akan dirasakan oleh pengidap HIV terutama dari segi psikologis. Sehingga disitiulah

6
mami Vin memberikan dukungan, motivasi, serta edukasi kepada teman-teman waria HIV
untuk dapat terus bertahan.
Sosok mami Vin yang peduli akan lingkungan sosial ini tidak hanya pada waria
dan tentang HIV saja. Namun dalam lingkup masyarakat juga. Beliau selalu membantu
apapun jenis kegiatan yang ada di masyarakat seperti dalam kegiatan hajatan dan ketika
ada tetangga yang meninggal pun mami Vin turut andil membantu segala hal yang
diperlukan. Sehingga menjadikan mami Vin sosok yang dapat berbaur dengan lingkungan
sekitar.

7) Aspek Pendidikan

Jenis pendidikan formal yang ditempuh oleh mami Vin hanya sebatas sampai
jenjang SMP saja. Beliau tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA karena memilih
untuk bekerja sebagai pekerja seks juga karena keterbatasan ekonomi. Meski pun
demikian, beliau adalah sosok yang tidak pernah berhenti belajar. Karena bagi beliau
belajar tidak hanya melulu pada pendidikan formal saja, pengalaman dalam hidup adalah
proses belajar paling besar bagi manusia.
Hal ini dapat dilihat dari pengalaman beliau mendapatkan tawaran ke Sydney,
Australia untuk mengikuti konferensi internasional pada tahun 2014. Disana beliau di
minta untuk menjadi pembicara. Selain di konferensi tersebut, beliau juga diminta untuk
menjadi pembicara di UNSW Sydney salah satu universitas yang ada disana. Namun satu
hal yang menjadi kendala terbesar beliau adalah kendala bahasa inggris. Hingga suatu hari,
karena memiliki relasi dan hubungan yang baik dengan temannya dahulu di PBKI yang
kini tinggal di syndey, beliau di bantu selama 1 minggu untuk belajar bahasa inggris. Mami
Vin tidak mau menyerah dan terbukti beliau mampu memahami sedikit demi sedikit bahasa
inggris serta pengucapannya. Walaupun saat menjadi pembicara masih dibantu oleh
penerjemah bahasa di sana.
Mami vin memang tidak beruntung dalam segi pendidikan, namun karena
keuletannya beliau mampu menjadi inspirasi baik di Indonesia bahkan sampai
Internasional untuk dapat menyuarakan tentang waria dan HIV. Tentu hal tersebut tidak
akan bisa beliau lalui tanpa adanya proses belajar dari segala aspek kehidupan yang telah
ia lalui.

7
8) Budaya & Tradisi

Lahir dan besar di pulau Jawa menjadikan mami Vin tumbuh dengan sikap dan
tindakan penuh sopan santun. Ia sadar bahwa sikap seseorang itu adalah hal yang
terpenting. Ia tumbuh dari keluarga yang memang mengedepankan adab serta norma begitu
juga di lingkungan masyarakatnya. Adab tersebut terlihat sederhana dari segi berbahasa,
karena menurutnya di Jawa sendiri memiliki tingkatan bahasa yaitu ngoko, madya, dan
krama. Sehingga sebagai orang jawa harus paham penempatan diri dalam berbahasa dan
juga sikap yang baik kepada orang yang seusia, lebih muda, dan yang lebih tua.
Tradisi-tradisi jawa yang masih kental kerap ia ikuti dan turut serta
melestarikannya. Seperti acara perkawinan adat jogja serta rasa gotong royong dalam
menjalankan sebuah adat dan budaya tersebut.

9) Spiritual & Ideologi

Sejak lahir hingga saat ini, mami Vin merupakan penganut agama Islam. Dia
percaya bahwa untuk dapat sukses menjalani hidup walaupun banyak tantangan dan ujian
itu berkat kebaikan dan rahmat dari Allah SWT. Sehingga ia sadar sebagai seorang muslim,
ia harus menjalankan kewajibannya untuk sholat 5 waktu dalam sehari.
Menjalani hidup sebagai waria membuat mami Vin pun menjalani ibadah kepada
Allah SWT dengan memakai mukenah layaknya seorang perempuan. Sekarang pun beliau
berpakaian lengkap dengan hijab yang menutupi rambut serta tubuhnya. Namun,ia
memiliki prinsip suatu ketika Allah SWT memanggilnya untuk kembali, maka tentu ia
menerima bahwa ia harus kembali dan disholatkan sebagai laki-laki.

10) Kebiasaan terkait Kesehatan

Saat ini di usia 66 tahun, mami Vin melakukan aktivitas sehari-hari sebagai direktur
Yayasan KEBAYA. Beliau sadar untuk bisa menjalankan kegiatannya diperlukan asupan
makan dan gizi yang cukup, walaupun menurutnya ia belum konsisten memperhatikan gizi
dalam setiap komponen yang ada di piringnya. Selain itu ia juga sadar untuk menjaga
kebersihan serta selalu cuci tangan tiap sebelum dan sesudah makan.

8
Tidak hanya dalam hal makan, mami Vin juga memiliki pola tidur yang cukup yaitu
5-7 jam sehari. Karena menurutnya jika tidur kita cukup dan kualitas tidur kita baik maka
akan meningkatkan mood serta tubuh terasa lebih kuat untuk menjalankan aktivitas sehari-
hari.
Jika beliau mengalami sakit tertentu, beliau akan berobat ke rumah sakit terdekat.
Karena menurut beliau kesehatan adalah hal yang terpenting yang harus dijaga. Jika sakit
maka tentu kita harus mengobati dan ketika sudah sehat maka sudah sepatutnya kita
mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan. Untuk berobat di Rumah Sakit, beliau
sudah memiliki BPJS sehingga dapat memudahkan beliau mendapatkan pelayanan
kesehatan dan juga pengobatan.

11) Kekhawatiran & Harapan

Beliau sangat khawatir terkait dengan teman-teman waria yang belum


dapatmenentukan arah kehidupan yang lebih baik. Karena mereka juga berhak untuk hidup
serta bertahan di jalan mereka masing-masing. Harapan beliau adalah semoga masyarakat
dapat menerima dan memberikan dukungan kepada waria dan juga pengidap HIV layaknya
manusia lainnya. Karena dukungan dari mereka akan membantu teman-teman waria dan
HIV untuk memiliki semangat hidup yang lebih baik.

C. Refleksi

Sebagai mahasiswa kedokteran saya menyadari pentingnya akan rasa peduli


terhadap sesama. Karena kelak untuk menjadi seorang dokter muslim yang profesional tidak
hanya memandang manusia dari segi fisik saja sebagai seorang pasien, namunharus dapat
memandang pasien dari segala aspek kehidupan yakni biopsikososiokulturalspiritual.
Karena segala aspek kehidupan itu akan selalu terkait sehingga menghasilkan pemikiran
serta tindakan yang berbeda dari tiap individu. Melalui wawancara mendalam yang saya
lakukan terhadap salah satu transgender atau waria yang ada di Yogyakarta dapat
menambah wawasan serta inspirasi saya pribadi.

9
Narasumber yang saya dapatkan ketika wawancara mendalam adalah dengan
mami Vin seorang pelopor dan direktur dari Yayasan Keluarga Besar Waria Yogyakarta.
Bagi saya beliau adalah sosok yang sangat inspiratif. Beliau terlahir sebagai laki-laki namun
menjalani kehidupan sebagai waria. Beliau sedari kecil hidup dengan ekonomi serta
pendidikan yang kurang beruntung. Bahkan beliau sendiri tidak diterima oleh keluarganya
karena kondisinya yang seperti itu. Hal ini membuat saya pribadi untuk meningkatkan rasa
syukur kepada Allah SWT atas segala rezeki yang saya miliki yang mungkin tidak
seberuntung orang lainnya. Seperti dalam hal ekonomi yang sampai detik ini segala aspek
kehidupan dapat tercukupi, kemudian aspek pendidikan yang saat ini sedang menjalani
pendidikan S1. Sehingga membuat diri saya pribadi tergerak untuk dapat memaksimalkan
kesempatan yang telah diberikan dengan cara memberikan yang terbaik dalam setiap
perjalanan hidup saya. Selain itu, cerita kecil mami Vin mengingatkan saya pentingnya
kehangatan serta dukungan dari pihak keluarga. Keluarga merupakan lingkup sosial terkecil
dalam bermasyarakat. Selain itu bagi saya keluarga adalah segalanya karena sampai detik
ini orang tua dan adik saya yang selalu mendoakan serta mendukung saya dalam berbagai
hal selama ini. Terkadang kita sering lupa bahwa ada orang-orang yang selalu peduli dengan
kita yaitu keluarga. Mungkin tidak semua mendapatkan keburuntungan ini, namun bagi saya
keluarga menjadi orang yang selalu ada baik ketika bahagia maupun ketika saya terpuruk. .
Sederhana namun bermakna, dari cerita mami Vin sendiri saya belajar bahwa pentingnya
bersyukur memiliki keluarga yang harmonis di dalam kehidupan ini.
Meskipun mendapatkan penolakan dari pihak keluarga, mami Vin terus berjuang
serta dapat menghidupi dirinya sendiri. Beliau memutuskan untuk bekerja dalam bidang
sosial yang peduli terhadap waria serta HIV yang ada di Yogyakarta. Berbagai
permasalahan yang datang dalam kehidupannya seperti susahnya tidak ada dana serta
dukungan dari berbagai pihak, tidak membuat mami Vin berhenti untuk terus berjuang. Dari
hal ini saya belajar bahwa siapapun kita, terlahir dalam bentuk apapun kita, dan bagaimana
pun kondisi kita, tidak menutup jalan kita sebagai manusia untuk menebar kebaikan bagi
sesama. Begitulah juga sosok manusia yang tergambar dalam makna Islam Rahmatan
Lil’alamin, artinya sebagai muslim kita harus mampu memberikan rahmat bagi seluruh
umat dan alam semesta ini. Selain itu ada hal yang menarik yang saya dapatkan melalui
mami Vin, dimana beliau berkata “Jika kita ikhlas membantu sesama, selalu akan ada jalan

10
serta rezeki yang Allah berikan”. Hal ini membuat saya yakin bahwa segala kebaikan yang
kita lakukan akan dibalas kebaikan bahkan lebih oleh Allah SWT.
Mami vin adalah sosok yang tidak beruntung dari segi pendidikan, namun
buktinya beliau mampu bermanfaat bagi banyak orang. Beliau belajar dari pengalaman
hidup yang ia jalani. Beliau bertekad untuk dapat menghadapi segala tantangan dalam
hidup ini. Beliau berhasil menjadi pembicara diberbagai tempat di Indonesia bahkan luar
negeri. Tentunya keberhasilan tersebut tidak terlepas dari proses belajar dan ketekunan
yang ia miliki. Hal ini menjadi pelajaran bagi saya sebagai mahasiswa untuk tidak berhenti
belajar baik secara formal maupun informal. Kita dapat belajar dimanapun, kapanpun, dan
dengan siapa pun. Sebagai seorang calon dokter masa depan, menjadi long life learner
adalah suatu hal terus akan dilalui, sehinga hal ini patut saya terapkan dalam kehidupan
saya sebagai mahasiswa kedokteran.
Menjalani kehidupan sebagai waria serta mengalami proses jatuh bangkitnya
kehidupan, mami Vin yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup ini terjadi
karena izin dari Allah SWT. Beliau tidak lupa untuk selalu menjalankan kewajiban sebagai
umat muslim. Tentu hal ini juga merupakan hal penting bagi saya karena jika kita
melupakan akhirat maka urusan dunia pun akan tidak terarah serta jauh dari ridho dan
rahmat dari Allah SWT.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ashari, N., 2021. Konsep Diri Waria (Fenomena Waria di Akademi Pariwisata Makasar).
Journal of Behavior and Mental Health 2, 167–168.
Babutta, S.L., 2020. Memaknai Manusia dalam Dimensi Makhluk Hidup: Kajian Filosofis
dari Sudut Pandang Biologi. Jurnal Filsafat Indonesia 3, 48–53.
Nurdelia, Jasruddin, Jasmin Daud, 2015. Transgender Dalam Persepsi Masyarakat. Jurnal
Equilibrium Pendidikan Sosiologi III, 19–20.
Purwadianto, A., Soetedjo, Gunawan, S., Budiningsih, Y., Prawiroharjo, P., Firmansyah,
A., 2012. Kode Etik Kedokteran Indonesia. Jakarta .

12
D. Lampiran

1. Dokumentasi Kegiatan

13
14

Anda mungkin juga menyukai