Anda di halaman 1dari 5

HARI MINGGU PASKA KE III

KIS. 2 :14.22-28
1Pet !:17-21
Luk. 24 :13-35

Kisah tentang dua murid yang berjalan menuju emaus


juga merupakan kisah perjalanan hidup kita. Dua orang
berangkat dari Yerusalem, sambil bersedih hati, putus asa
karena apa yang terjadi atas diri Yesus. Dia mati, dan
serentak juga dengan kematian–Nya lenyaplah segala harapan
mereka.
Betapa sering hal serupa terjadi pada kita. Kita
mengalami kegagalan dan kekecewaan ; ada hari di mana kita
merasa hidup kita tidak bermakna, masa depan menjadi gelap
dan tidak pasti. Apakah nasib kita lebih baik dari dua murid
yang ke Emaus itu ? Mereka menapaki jalan dalam keadaan
putus asa, tertekan dan tidak tahu jalan keluar- tetapi di tengah
jalan itu, ditengah kesulitan itu muncul Yesus dan jalan
bersama mereka, menemani mereka. Kehadirannya dan
pernyataannya memberi mereka kekuatan, membangkitkan
semangat dan membuat mereka terhibur. Kehadiran Yesus, juga
bersama kita saat ini dalam perayaan ekaristi ini dan juga
sepanjang hidup kita. Ia juga akan memberi kita kekuatan dan
hiburan.
Saudara/i...Cerita tentang perjalanan dua murid ke
Emaus juga merupakan ceritera kesedihan, kekecewaan dan
keterasingan hidup manusia sepanjang zaman. Kita meresa
gagal karena harapan-harapan mausiawi kita tidak terpenuhi.
Sampai titik ini muncul peryantaan: masih adakah harapan akan
hidup baru yang lebih baik di balik peristiwa salib ?
Bercermin dari kisah dua murid Emaus, kita bisa
memahami makna peristiwa salib Tuhan Yesus dan salib hidup
kita sendiri, kalau kita setia dalam dua hal.

1. SETIA MEMBACA DAN MERENUNGKAN SABDA


TUHAN
Perjalanan dua murid adalah juga perjalanan kita.
Dengan memamahi perjalanan ke Emaus sebagai
perjalanan batin, berarti kita menyadari pemahaman ulang
dalam benak kita masing-masing mengenai siapa Yesus itu.
Kita perlu memahami kembali siapa Yesus bagi kita. Yesus
yang telah bangkit itu menjumpai murid-muridnya dan
meluruskan gagasan mereka mengenai dirinya. Banyak kali
angan-angan kita yg keliru tentang Tuhan hanya membuat
hidup kita suram.
Perjalanan dari Yerusalem ke Emaus ditampilkan
sebagai penjernihan gagasan para murid - gagasan kita
masing-masing - mengenai Yesus. Caranya sederhana. Kedua
murid itu diminta mengingat-ingat kembali semua yang sudah
pernah didengar tentangnya. Mereka dihadapkan kepada
sumber-sumber kepercayaan yang sejati (ayat 27: "mulai dari
kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi"). Seperti mereka,
kita juga diajak agar bersedia berdialog dengan sabda
Tuhan sendiri dan membiarkan diri diperkaya olehNya.
SABDA TUHAN MEMPERKAYA HIDUP KITA
DAN MEMBUKA PEMAHAMAN KITA AKAN TUHAN
DAN AKAN HIDUP KITA SENDIRI. Orang yg terbiasa
merenungkan sabda Tuhan, sesuram apapun hidupnya, ia akan
tetap menemukan semangat yg berkobar2 dalam hatinya untuk
hidup lebih baik. Ia tidak akan kehilangan harapan.
Seperti disebutkan dalam ayat 32, mereka itu berkata
satu sama lain "...hati kita berkobar-kobar". Yang "berkobar-
kobar" itu biasanya api yang menerangi dan memiliki daya
memurnikan. Jadi pikiran ("hati") mereka yang tadinya gelap
kini terang menyala-nyala dan bisa memurnikan yang tadinya
pikiran yg salah. Murid-murid itu telah "terbuka matanya" (Luk
24:31) dan mengerti bahwa Yesus menyertai mereka. Kita juga
sama. Sabda Tuhan akan membantu kita percaya bahwa Tuhan
berkarya dalam hidup kita.
2. SETIA DI DALAM HIDUP EKRISTI
Ketika Ia "memecah-mecah roti" barulah kedua
murid itu mengenali siapa sesungguhnya orang yang
menyertai mereka tadi. Baru pada saat itulah mereka
menyadari sepenuhnya bahwa orang itu sama dengan dia yang
dalam Perjamuan Malam terakhir. Di dalam Ekaristi kita
menerima Tuhan sendiri, seluruh keAllahan-Nya. Ekaristi
membantu kita untuk denkat dengan Tuhan dan mengenal Dia.
Kesetiaan di dalam Ekaristi membuat kita kaya akan
pengalaman bersama Tuhan, bahwa meskipun situasi hidup kita
sedang tidak baik2 saja, sebagaimana dua murid Emaus yg
sementara kecewa, tetapi Tuhan tetap ada menyertai kita.

Suatu ketika, Seorang pastor dan seorang tukang


pembuat sabun berjalan bersama-sama. Tukang pembuat sabun
itu mengatakan apa gunanya agama ? sesudah ribuan tahun
mengajarkan kebaikan, kebenaran dan damai tetapi lihat saja
kesusahan dan kemalangan masih menimpa dunia. Semua doa,
semua kotbah, semua pengajaran, yang dilantunkan dengan
penuh semangat oleh pastor dari dulu sampai sekarang tapi
dunia tidak pernah berubah, tetap saja ada penderitaan dan
kemalangan. Bila agama itu baik dan benar mengapa semua
penderitaan dan kemalangan itu terjadi ?
Pastor itu tidak berkata apa-apa. Mereka terus
melanjutkan perjalanan sampai pastor itu memperhatikan
seorang anak bermain di dalam selokan . lalu pastor itu
mengatakan,"lihat anak itu. Engkau mengatakan bahwa sabun
membuat orang bersih, tetapi lihat kotornya anak itu. Apa
gunanya sabun ? Dengan semua jenis sabun di dunia ini, anak
itu ternyata tetap kotor. Saya heran apakah sabun itu memang
efektif dan berguna untuk membersikan? Pembuat sabun itu
memprotes katanya, » sabun itu berguna bila dimanfaatkan,
kalau tidak dimanfaatkan maka tidak berguna. Pastor itu
menjawab. Sangat tepat ; demikian juga dengan pengajaran
iman dalam agama. Pengajaran iman tidak efektif bila tidak
diterapkan dan dimanfaatkan.
Hal yang sama berlaku juga bagi kita yang beriman
kristiani. Iman akan kebangkitan terasa tidak berguna bila
kita tidak berubah menjadi anak Allah. Yang hidup dalam
kekhasan kita yaitu merenungkan sabda Tuhan dan
merayakan kebangkitan Tuhan di dalam Ekaristi. Amin.

Anda mungkin juga menyukai