Kisah tentang dua murid yang berjalan menuju emaus
juga merupakan kisah perjalanan hidup kita. Dua orang berangkat dari Yerusalem, sambil bersedih hati, putus asa karena apa yang terjadi atas diri Yesus. Dia mati, dan serentak juga dengan kematian–Nya lenyaplah segala harapan mereka. Betapa sering hal serupa terjadi pada kita. Kita mengalami kegagalan dan kekecewaan ; ada hari di mana kita merasa hidup kita tidak bermakna, masa depan menjadi gelap dan tidak pasti. Apakah nasib kita lebih baik dari dua murid yang ke Emaus itu ? Mereka menapaki jalan dalam keadaan putus asa, tertekan dan tidak tahu jalan keluar- tetapi di tengah jalan itu, ditengah kesulitan itu muncul Yesus dan jalan bersama mereka, menemani mereka. Kehadirannya dan pernyataannya memberi mereka kekuatan, membangkitkan semangat dan membuat mereka terhibur. Kehadiran Yesus, juga bersama kita saat ini dalam perayaan ekaristi ini dan juga sepanjang hidup kita. Ia juga akan memberi kita kekuatan dan hiburan. Saudara/i...Cerita tentang perjalanan dua murid ke Emaus juga merupakan ceritera kesedihan, kekecewaan dan keterasingan hidup manusia sepanjang zaman. Kita meresa gagal karena harapan-harapan mausiawi kita tidak terpenuhi. Sampai titik ini muncul peryantaan: masih adakah harapan akan hidup baru yang lebih baik di balik peristiwa salib ? Bercermin dari kisah dua murid Emaus, kita bisa memahami makna peristiwa salib Tuhan Yesus dan salib hidup kita sendiri, kalau kita setia dalam dua hal.
1. SETIA MEMBACA DAN MERENUNGKAN SABDA
TUHAN Perjalanan dua murid adalah juga perjalanan kita. Dengan memamahi perjalanan ke Emaus sebagai perjalanan batin, berarti kita menyadari pemahaman ulang dalam benak kita masing-masing mengenai siapa Yesus itu. Kita perlu memahami kembali siapa Yesus bagi kita. Yesus yang telah bangkit itu menjumpai murid-muridnya dan meluruskan gagasan mereka mengenai dirinya. Banyak kali angan-angan kita yg keliru tentang Tuhan hanya membuat hidup kita suram. Perjalanan dari Yerusalem ke Emaus ditampilkan sebagai penjernihan gagasan para murid - gagasan kita masing-masing - mengenai Yesus. Caranya sederhana. Kedua murid itu diminta mengingat-ingat kembali semua yang sudah pernah didengar tentangnya. Mereka dihadapkan kepada sumber-sumber kepercayaan yang sejati (ayat 27: "mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi"). Seperti mereka, kita juga diajak agar bersedia berdialog dengan sabda Tuhan sendiri dan membiarkan diri diperkaya olehNya. SABDA TUHAN MEMPERKAYA HIDUP KITA DAN MEMBUKA PEMAHAMAN KITA AKAN TUHAN DAN AKAN HIDUP KITA SENDIRI. Orang yg terbiasa merenungkan sabda Tuhan, sesuram apapun hidupnya, ia akan tetap menemukan semangat yg berkobar2 dalam hatinya untuk hidup lebih baik. Ia tidak akan kehilangan harapan. Seperti disebutkan dalam ayat 32, mereka itu berkata satu sama lain "...hati kita berkobar-kobar". Yang "berkobar- kobar" itu biasanya api yang menerangi dan memiliki daya memurnikan. Jadi pikiran ("hati") mereka yang tadinya gelap kini terang menyala-nyala dan bisa memurnikan yang tadinya pikiran yg salah. Murid-murid itu telah "terbuka matanya" (Luk 24:31) dan mengerti bahwa Yesus menyertai mereka. Kita juga sama. Sabda Tuhan akan membantu kita percaya bahwa Tuhan berkarya dalam hidup kita. 2. SETIA DI DALAM HIDUP EKRISTI Ketika Ia "memecah-mecah roti" barulah kedua murid itu mengenali siapa sesungguhnya orang yang menyertai mereka tadi. Baru pada saat itulah mereka menyadari sepenuhnya bahwa orang itu sama dengan dia yang dalam Perjamuan Malam terakhir. Di dalam Ekaristi kita menerima Tuhan sendiri, seluruh keAllahan-Nya. Ekaristi membantu kita untuk denkat dengan Tuhan dan mengenal Dia. Kesetiaan di dalam Ekaristi membuat kita kaya akan pengalaman bersama Tuhan, bahwa meskipun situasi hidup kita sedang tidak baik2 saja, sebagaimana dua murid Emaus yg sementara kecewa, tetapi Tuhan tetap ada menyertai kita.
Suatu ketika, Seorang pastor dan seorang tukang
pembuat sabun berjalan bersama-sama. Tukang pembuat sabun itu mengatakan apa gunanya agama ? sesudah ribuan tahun mengajarkan kebaikan, kebenaran dan damai tetapi lihat saja kesusahan dan kemalangan masih menimpa dunia. Semua doa, semua kotbah, semua pengajaran, yang dilantunkan dengan penuh semangat oleh pastor dari dulu sampai sekarang tapi dunia tidak pernah berubah, tetap saja ada penderitaan dan kemalangan. Bila agama itu baik dan benar mengapa semua penderitaan dan kemalangan itu terjadi ? Pastor itu tidak berkata apa-apa. Mereka terus melanjutkan perjalanan sampai pastor itu memperhatikan seorang anak bermain di dalam selokan . lalu pastor itu mengatakan,"lihat anak itu. Engkau mengatakan bahwa sabun membuat orang bersih, tetapi lihat kotornya anak itu. Apa gunanya sabun ? Dengan semua jenis sabun di dunia ini, anak itu ternyata tetap kotor. Saya heran apakah sabun itu memang efektif dan berguna untuk membersikan? Pembuat sabun itu memprotes katanya, » sabun itu berguna bila dimanfaatkan, kalau tidak dimanfaatkan maka tidak berguna. Pastor itu menjawab. Sangat tepat ; demikian juga dengan pengajaran iman dalam agama. Pengajaran iman tidak efektif bila tidak diterapkan dan dimanfaatkan. Hal yang sama berlaku juga bagi kita yang beriman kristiani. Iman akan kebangkitan terasa tidak berguna bila kita tidak berubah menjadi anak Allah. Yang hidup dalam kekhasan kita yaitu merenungkan sabda Tuhan dan merayakan kebangkitan Tuhan di dalam Ekaristi. Amin.