Kelompok 4 - Tugas Asuhan Keperawatan Keluarga
Kelompok 4 - Tugas Asuhan Keperawatan Keluarga
Pengkajian dilakukan pada keluarga Tn. E dengan fokus utama resiko ketidakeektifan
hubungan pada An. D yang mengalami Keterampilan Komunikasi Tidak Efektif pada Anak
Autisme pada hari Sabtu, tanggal 17 September 2022, pukul 17.00 WIB. Pengkajian
dilakukan Rumah Tn. E, Tn. E merupakan keluarga kecil yang terdiri dari empat anggota
keluarga. An.D adalah anak sulung dari dua bersodara berumur 5 Tahun 7 Bulan, bersekolah
di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sudah dua tahun belum ada kemajuan dalam
komunikasi dan berinterkasi dengan temannya di PAUD dan beralamat di jalan beroh RT 03
RW 05 Kelurahan X Kabupaten X. Semua keluarga Tn. E beragama Islam dan berasal dari
suku Jawa, Bangsa Indonesia dan tidak ada tradisi dari sukunya yang bertentangan dengan
kesehatan. Secara umum ekonomi keluarga tergolong kecukupan, pendapatan Tn. E Rp
3.000.000 per bulan. Penghasilan yang ada cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
untuk membiayai biaya pendidikan kedua anaknya yang masih menempuh pendidikan paud
dan membiayai Pengobatan An. D. Tn. E mengatakan bahwa An. D mengalami
keterlambatan berpicara, tidak mau diam, dan sulit untuk di ajak berinteraksi. Tn. E merasa
sedih dengan kondisi An.D yang mengalami autisme karena ketidak tahuan tentang autisme.
Yang disebabkan kurangnya pengetahuan tentang autisme dan kebingungan bagaimana cara
menanganinya. Dalam pemeriksaan KPSP ( Kuesioner Pra Skiring Perkembangan ) pada An.
D didapatkan bahwa An. D pada tahapan perkembangan terjadi penyimpangan pada Gerak
Kasar, berbicara dan bahasa, setra sosialisasi dan kemandirian . Pengkajian lima tugas
keluarga di dapatkan beberapa masalah. Pertama, ketidakmampuan mengenal masalah
kesehatan, ditandai dengan keluarga mengatakan merasa sedih dengan kondisi An. D yang
mengalami Autisme karena ketidak tahuan tentang Autisme. Kedua, ketidakmampuan
keluarga mengambil keputusan tindakan yang tepat, ditandai dengan Tn. E merasa bingung
apa yang harus dilakukan untuk memilih terapi yang tepat pada An. D. Ketiga,
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit, ditandai dengan Tn.E
mengatakan belum memahami tentang bagaimana cara penanganan anak dengan autisme.
Keempat, Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan, ditandai dengan penataan
rumahnya yang sudah rapi dan juga selalu memperhatikan keamanan dalam menaruh benda
pecah belah untuk meminimalisasikan terjadinya cidera dengan kondisi An. D. Kelima,
ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, ditandai dengan Tn. E
belum melakukan perawatan atau terapi yang tepat untuk penyembuhan An. D dengan
Autisme.
3. Intervensi
Tujuan khusus I : setelah dilakukan implementasi keperawatan selama empat kali kunjungan
diharapkan keluarga mampu mengenal masalah mengenai Autisme : Resiko Ketidakefektifan
Hubungan. NIC : Terapi Keluarga. Intervensi : tentukan komunikasi dalam keluarga, bantu
mengidentifikasi peran yang biasa dalam keluarga, berikan pendidikan kesehatan tentang
bagaimana melatih berkomunikasi pada anak dengan autisme : Keterampilan Komunikasi
Tidak Efektif, berikan dukungan keluarga dengan membantu mengidentifikasi bagaimana
keluarga menyelesaikan masalah, dan mengidentifikasi kekuatan atau sumber keluarga.
Tujuan Khusus II : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama dua kali kunjungan
diharapkan keluarga mampu memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi anak dengan
Autisme: resiko ketidakefektifan hubungan. NIC : peningkatan kecakapan hidup. Intervensi :
bina hubungan baik dengan menggungkapkan empati, kehangatan, spontanitas, pengaturan,
kesabaran, dan ketekunan. Pertimbangkan kebutuhan pembelajaran keterampilan hidup
pasien, keluarga, atau komunitas.
Tujuan Khusus III : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama dua kali kunjungan
diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit. NIC : dukungan dalam
keluarga dengan membantu mengidentifikasi bagaimana keluarga menyelesaikan masalah,
dan mengidentifikasi kekuatan atau sumber keluarga, bantu anggota keluarga berkomunikasi
lebih efektif.
Tujuan Khusus IV : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu kali kunjungan
diharapkan keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang menunjang kesehatan. NIC :
peningkatan peran. Intervensi : Bantu pasien untuk mengidentifikasi peran yang biasannya
dalam keluarga, bantu pasien untuk mengidentifikasi ketidakcakupan peran.
Tujuan Khusus V : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama dua kali kunjungan
diharapkan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. NIC : Peningkatan
sistem dukungan. Intervensi : tentukan kecakupan dari jaringan yang ada, anjurkan pasien
untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan masyarakat.
4. Implementasi
Pelaksanaan implementasi keperawatan berdasarkan pada tujuan umum dan khusus yang
akan dicapai serta pada intervensi yang telah dibuat oleh penulis dalam diagnose Resiko
Ketidakefektifan Hubungan Berhubungan Dengan Keterampilan Komunikasi Tidak
Efektif . Kunjungan kedua pada tanggal 18 September 2022 pukul 10.00 WIB, penulis
melakukan bina hubungan saling percaya dengan melakukan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan; memotivasi Tn. E bahwa An. D kemungkinan akan sembuh dari Autisme
dengan menjalani terapi wicara yang rutin. Kunjungan ketiga pada tanggal 19 September
pukul 11.00 WIB, penulis membantu klien untuk mengidentifikasi sumber resiko
ketidakefektifan hubungan yang dialami dalam keluraga Tn. E. memotivasi An. D untuk
berlatih komunikasi dengan memperhatikan tahapan-tahapan komunikasi pada anak
autisme dan menganjurkan untuk menjalankan terapi lebih lanjut di RS. X. Kunjungan
keempat pada tanggal 20 September 2022 pukul 09.00 WIB, penulis memberikan
pendidikan kesehatan tentang bagaimana mengenali tanda dan gejala anak dengan
autisme serta melatih An. D berlatih komunikasi dengan memperhatikan tahapan-tahapan
komunikasi pada anak autisme : memberikan gambaran tempat-tempat pelayanan
kesehatan yang bisa dipakai dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan. Kunjungan kelima
pada tanggal 21 September 2022 pukul 13.00 WIB, penulis memberikan pendidikan
kesehatan memotivasi keluarga untuk musyawarah tentang pengambilan keputusan untuk
memilih terapi yang tepat untuk An. D. Kunjungan keenam pada tanggal 22 September
2022 pukul 11.00 WIB, penulis menganjurkan untuk selalu mempertahankan suasana
yang nyaman dalam rumah, serta selalu memperhatikan keamanan dalam menata benda-
benda pecah belah atau benda tajam untuk kebutuhan keamanan klien; memberikan
motivasi kepada anggota keluarga Tn. E untuk selalu mengajak komunikasi An. D dan
menjaga kontak mata selama komunikasi berlangsung dengan An. D. Kunjungan ketujuh
pada tanggal 23 September 2022 pukul 10.00 WIB, penulis memotivasi keluarga Tn. E
untuk memaksimalkan pemanfaatan fasilitas kesehatan dengan melakukan terapi wicara
lebih lanjut untuk An. D.
5. Evaluasi
Setelah melakukan implementasi sesuai intervensi yang ditentukan pada keluarga Tn. E
khususnya An. D, untuk menilai dan menentukan rencana tindak lanjut perlu dilakukan
tahap evaluasi. Evaluasi dilakukan berdasarkan pada tujuan yang hendak dicapai sesuai
dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan disetiap kunjungan dan akhir sebagai penilaian
secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis. Evaluasi formatif untuk kunjungan
kedua pada tanggal 18 September pukul 10.00 WIB. Subyektif (S) : klien mengatakan
senang dan bersyukur dengan kedatangan penulis. Obyektif (O) : klien terlihat ramah dan
bersikap terbuka. Assesment (A) : masalah teratasi. Planning (P) : pertahankan intervensi.
Evaluasi formatif untuk kunjungan ketiga pada tanggal 19 September pukul 11.00 WIB.
Subyektif (S) : Ayah klien mengatakan merasa bahagia sejak kedatanagn oleh penulis
karena ada harapan sembuh untuk kesehatan An. D. Obyektif (O) : klien terlihat
ketertarikannya untuk mengikuti terapi wicara dasar yang di ajarkan, . Assesment (A) :
masalah teratasi sebagian. Planning (P) : lanjutkan intervensi berikan pendidikan
kesehatan tentang bagaimana penanganan keterampilan komunikasi tidak efektif pada
anak autisme. Evaluasi formatif untuk kunjungan keempat pada tanggal 20 September
pukul 09.00 WIB. Subyektif (S) : Ayah klien mengatakan sudah memahami tentang
tahapan-tahapan komunikasi yang sudah di jelaskan oleh penulis yaitu Pada tahap
pertama (The Own Agenda Stage) anak biasanya merasa tidak bergantung pada orang
lain, ingin melakukan sesuatu sendiri. Anak kurang berinteraksi dengan orang tua dan
hampir tidak pernah berinteraksi dengan anak lain. Anak juga melihat atau meraih benda
yang dia mau. Anak tidak berkomunikasi dengan orang lain dan bermain dengan cara
yang tidak lazim. Anak juga membuat suara untuk menenangkan diri, menangis atau
menjerit untuk menyatakan protes. Anak suka tersenyum dan tertawa sendiri. Anak pada
tahap ini hampir tidak mengerti kata-kata yang kita ucapkan pada anak dengan autisme.
Obyektif (O) : klien terlihat mengikuti terapi wicara dasar yang di berikan oleh penulis
namun An. D sulit untuk diam saat pelaksanaan terapi berlanjut. Assesment (A) : masalah
teratasi sebagian. Planning (P) : lanjutkan intervensi berikan motivasi pada ayah klien
untuk tetap melatih komunikasi dengan memperhatikan tahapan-tahapan komunikasi pada
anak autisme di rumah dan menganjurkan untuk memperoleh terapi wicara lebih lanjut
pada An. D. Evaluasi formatif untuk kunjungan kelima pada tanggl 21 September 2022
pukul 13.00 WIB. Subyektif (S): Ayah klien mengatakan sudah memahami tentang
persiapan, pelasksanaan melatih komunikasi dengan memperhatikan tahapan-tahapan
komunikasi anak autisme pada An. D namun masih susah untuk diam saat kunjungan
berlangsung dan tidak fokus pada sang pemberi terapi (ayahnya). Obyektif (O) : klien
tampak terlihat tidak fokus pada saat pemberian terapi. Assesment (A) : masalah belum
teratasi. Planning (P) : lanjutkan intervensi beri motivasi kepada ayah kliun untuk selalu
mengajak berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang yang ada di rumah. Evaluasi
formatif untuk kunjungan keenam pada tanggal 22 September 2022 pukul 11.00WIB.
Subyektif (S) : Tn. E mengatakan untuk menjaga kontak mata dengan An. D sangat susah
dan tidak mau diam . Obyektif (O) : An. D terlihat aktif dan tidak ada kontak mata pada
saat di lakukan terapi wicar dasar. Assesment (A) : masalah tidak teratasi teratasi.
Planning (P) : lanjutkan intervensi , memotivasi keluarga Tn. E agar tetap menjalin
komunikmasi dengan baik kepada An. D. Evaluasi formatif untuk kunjungan ketujuh
pada tanggal 23 September 2022 pukul 10.00 WIB. Subyektif (S) : Ayah kien
mengatakan Masih susah untuk mejaga kontak mata pada saat terapi wicara dasar yang di
lakukan di rumah. Obyektif (O) : klien tampak terlihat tidak ada kontak mata dengan
penulis pada saat memberikan terapi wicara dasar. Assesment (A) : masalah belum
teratasi. Planning (P) : hentikan intervensi dan anjurkan untuk An. D memperoleh terapi
wicara secara tepat di tempat pelayanan kesehatan. Evaluasi sumatif : setelah dilakukan
implementasi keperawatan selama 6 kali kunjungan, dengan evaluasinya yaitu subyektif
(S) : Tn. E mengatakan sudah mengetahui penyebab resiko ketidakefektifan hubungan
pada keluarganya dengan salah satu anggota keluarganya mengidap autisme yaitu
keterampilan komunikasi pada An. D tidak efektif yang menyebabkan hubungan anak
dengan kedua orangtuanya, keluarga dan lingkungan di sekitar rumah tidak efektif atau
terganggu, Tn. E, Ny. N dan keluarga selalu mengupayakan yang terbaik demi
kesembuhan An. D. Dengan adanya kunjungan oleh penulis keluarga Tn. E sangat
terbantu dan senang sebab dapat mengetahui apa yang harus di lakukan dengan kondisi
An. D. selama kunjugan dan di berikan terapi wicara pada An. D, Tn E mengatakan ada
sedikit perubahan dalam berinteraksi yang sebelum adanya kunjungan penulis tidak mau
menoleh jika di panggil namanya. Obyektif (O) : An D terlihat kontak mata kurang
terhadap penulis dalam pemberian terapi selam enam kali pertemuan, susah untuk diam
banyak gerakan tidak terkontrol, tidak dapat berbicara, dan susah untuk berkomunikasi .
Assesment (A) : Masalah Resiko Ketidakefektifan Hubungan berhubungan dengan
ketidak efektifan komunikasi pada An. D yang mengalami autisme : klien belum dapat
menjaga kontak mata kengan komunikan, belum dapat berbicara serta sulit untuk diam,
dan Tn. M mengusahakan untuk mencari pelayanan kesehatan yang melayani dengan
anak autisme. Karena Tn. E mengigninkan An. D seperti anak-anak lainnya yang normal.
Planning (P) : Lanjutkan intervensi. Motivasi Tn. E agar An. D mendapatkan terapi
wicara lebih lanjut di rumah sakit atau pelayanan kesehatan yang mengangani autisme,
karena jika di tangani sejak dini ahrapan besar untuk sembuh besar.
I . PENGKAJIAN
A. Data Umum
1. Nama KK : Tn. E
2. Umur : 34 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Beroh, RT/RW 03/05 Kelurahan X Kecamatan X
5. Pekerjaan KK : Buruh
6. Pendidikan KK : SMP
7. Komposisi keluarga
8. Genogram
Tn E Ny.N
34 Thn 34 Thn
An.D An.K
5th 7 bl 3 Th 3
bl
Keterangan: : Garis Pernikahan
: Laki-laki
: Garis keturunan
: Perempuan
C. Keadaan Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Tipe bangunan rumah adalah semi permanen. Lantai terbuat dari plester semen,
pencahayaan dari sinar matahari cukup, ventilasi untuk sirkulasi udara cukup
baik. Luas rumah yang ditempati ± 8 x 10 m, terdiri dari 3 kamar tidur, 1 kamar
mandi dan wc, ruang tamu, sumur dalam rumah yang terletak di samping kamar
mandi, ruang keluarga, dapur dan gudang. Barang-barang yang tidak terpakai
sehari-hari ditempatkan pada gudang. Sumber air minum yang digunakan berasal
dari sumur yang dialirkan melalui sanyo. WC yang dimiliki terdapat septic tank.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas rukun warga
Hubungan keluarga Tn. E dengan tetangga baik dan diadakan kumpulan RT
setiap bulannya dan selalu hardir dalam acara.
3. Mobilitas keluarga Tn. E saat ini bekerja di terminal bus X sebagai supir di salah
satu agensi Bis, beliau selau berangkat kerja pada malam hari.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Tn. E berkumpul dengan
seluruh anggotanya pada hari sabtu- minggu. Dalam perkumpulan RT sering
menghadisi setia ada acara perkumpulan RT.
5. Sistem pendukung keluarga Jika ada anggota keluarga yang sakit ditangani
dengan diperiksakan ke pelayanan kesehatan terdekat dengan memanfaatkan
kartu BPJS yang dimiliki
D. Struktur Keluarga
E. Fungsi Keluarga
1. Stressor yang dimiliki Sejak umur 2 Tahun An.D sudah mulai terlihat dalam
keterlambatan mencotoh perkataan orang yang ada di lingkungan rumahnya atau
membeo, Ny. N sebenarnya sudah menyarankan kepada Tn. E untuk memeriksakan
An.D ke dokter spesialis anak untuk memeriksakan keterlambatan membeonya. Namun
kata Tn. E perkembangan anak beda” jadi Ny, N mengurungkan untuk berobat sampai
umur 4 th lebih baru di lalukan pemeriksaan menyeluruh dan di dapatkan bahwa An. D
mengalami Autisme.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor Keluarga melakukan
musyawarah mengenai Autisme yang di derita An.D dan merawat An.D dengan
selalu mengajk berkomunikasi seta melatih untuk berbicara.
3. Strategi koping yang digunakan Koping yang digunakan keluarga Tn. E dalam
memecahkan suatu masalah adalah dengan bermusyawarah dengan anggota
keluarga lainnya.
4. Strategi adaptasi yang disfungsi Tn. E dan Ny. N selalu mengajak dan melatih
berkomunikasi agar An. D memahami orang yang tinggal dengan dia.
G. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Tn. E Ny. N An. D An.K
G. Harapan Keluarga
II ANALISA DATA
III SKORING
A. Resiko ketidakefektifan hubungan berhubungan dengan keterampilan komunikasi
tidak efektif
TOTAL SKOR 4
IV PRIORITAS DIAGNOSA
V. INTERVENSI
NO DIAGNOSA TUJUAN KRETERIA EVALUASI INTERVENSI
VI. IMPLEMENTASI
Senin ,19 I.II 1.Mengkaji keluhan Tn. E -Tn. E merasa sedih Risma
september 2022 Secara menyeluruh tentang dengna anaknya yang
11.00-12.05 resiko ketidakefektifan menderita Autisme
hubungan berhubungan mengalami keterlambatan
dengan keterampilan berbicara, sangat aktif,
komunikasi tidak efektif susah untuk berinteraksi.
pada An. D yang menderita
II Autisme. 2.Mengkaji Risma
pengetahuan tentang resiko -Tn. Emengatakan tidak
ketidakefetifan hubungan tahu tentang resiko
yang di timbulakan ketidakefektifan hubungsn
keterampilan komunikasi berhubungan dengan
tidak efektif pada An. D keterampilan komunikasi
II dengan Autisme . tidak efektif yang di Risma
akibatkan oleh Autisme.
3.Melaksanakan
pemeriksaan skiring atau -Tn. E dan keluarga
pemeriksaan sangat antusias dan
perkembangan anak kopoperatif dengan di
menggunakan kuessioner laksanakan pemeriksaan
I pra skiring perkembangan KPSP Risma
(KPSP).
4.mengidentifikasi -Tn. E memgatakan
kemampuan keluarga Tn. E selama ini kita selalu
dalam menghadapi resiko menjaga interaksi dengan
ketidakefetifan hubungan An.D namun An. D
I yang di timbulakan tidakada ketertarikan Risma
keterampilan komunikasi dengan lawan
tidak efektif pada An. D komunikasinya, sengan
dengan Autisme. bermain dengan satu
benda dan seperti di Risma
dunianya sendiri.
VII. EVALUASI