Anda di halaman 1dari 48

UNIVERSITAS JEMBER KODE DOKUMEN

FAKULTAS KEDOKTERAN
PRODI PENDIDIKAN DOKTER FORM PP-05

LEMBAR KERJA MAHASISWA


Dosen Pengampu Mata kuliah : dr. Elly Nurus Sakinah, M.Si.
Pokok Bahasan : Tutorial 1: Kelainan Sejak Lahir
Metode Pembelajaran : Problem Based Learning

IDENTITAS MAHASISWA
Kelompok Kelompok Tutorial M
Nama/NIM Fajri Ramadhan/182010101044
Siti Nur Hidayah/212010101009
Fahriza Adi Pramudya/212010101096
Ghozi Almas Lavero/2120101011098
Mayla Fauziah/212010101099
Moh. Farhan Maulana/21201010110
Viryal Rania Dewi/212010101126
Nahiza Atmaningtyas/212010101132
Muhammad Naufal Maulana/2120101010133
Pertemuan Ke 3
Hari/Tanggal Kamis, 30 Maret 2023
BAHAN DISKUSI
Skenario 1: Kelainan Sejak Lahir
Seorang bayi laki-laki berusia 1 hari dikonsulkan dari bagian pediatri dengan keluhan lubang kencing tidak
berada di ujung penisnya disertai penis membengkok kebawah. Dari anamnesis Ibu anak juga mengeluhkan
buah zakar yang sebelah kanan tampak membesar sedangkan buah zakar sebelah kirinya tidak teraba.
Ibunya menceritakan bahwa dirinya juga memiliki kelainan bawaan ginjal sedangkan kakaknya yang
berusia 3 tahun ujung kulit penisnya sempit dan sering menggembung saat kencing. Dari pemeriksaan
lokalis didapatkan muara urethra di ventral, disertai dorsal hood preputial dan chordee penis, serta
pembesaran testis.

HASIL DISKUSI
Klarifikasi Istilah
1. Pediatri
Moh. Farhan Maulana/21201010110
Pediatri adalah cabang kedokteran yang berhubungan dengan kesehatan dan perawatan medis bayi,
anak-anak, dan remaja sejak lahir sampai dengan usia 18 tahun. Kata “pediatri” berarti “penyembuh
anak”; mereka berasal dari dua kata Yunani: (pais = anak) dan (iatros = dokter atau penyembuh).
Pediatri adalah spesialisasi medis yang relatif baru, baru berkembang pada pertengahan abad ke-19.
Abraham Jacobi (1830–1919) dikenal sebagai bapak pediatri.
2. Dorsal hood preputial
Fajri Ramadhan/182010101044
Kondisi dimana preputium (kulup) hanya menutupi bagian atas saja seolah-olah memakai tudung,
sehingga disebut juga penis bertudung punggung, biasanya ditemukan pada ciri kelainan
kongenital hipospadia.
3. Chordee penis
Ghozi Almas Lavero/2120101011098
Chordee penis (curvature) à penis bengkok/tidak lurus atau melengkung
Rumusan Masalah
1. Mengapa penis anak (pasien) bengkok ke bawah?
Siti Nur Hidayah/212010101009
Penis bengkok ke bawah atau chordee yang bisa diakibatkan oleh uretra groove yang tidak
berkembang dengan baik sehingga bagian ventral lebih pendek dari dorsal sehingga menyebabkan
penis bengkok ke bawah. Selain itu, bisa disebabkan karena adanya jaringan ikat di sepanjang di
sekitar di sekitar lubang uretra.
2. Mengapa lubang kencing pasien berada di bawah (bagian ventral)?
Fahriza Adi Pramudya/212010101096
• Kemungkinan karena kelainan kongenital yaitu saat embriologi pembentukan kelamin pria,
kemungkinan pasien terkena hipospadia dimana lubang kencingnya dibawah bagian ventral dan
dibantu adanya pemeriksaan lokalis, seperti meatus uretranya ektopik pada scenario didapatkan
pada bagian ventral, (preputial incomplete) dorsal hood preputial dimana preputiumnya tidak
komplit, dan chordee penis (penis yang bengkok / tidak lurus pada batangnya.
• Faktor yang dapat mengakibatkan kelainan kongenital ini multifactorial, bisa dari endokrin
(dipengaruhi hormon androgen), genetic, environmentr

3. Mengapa buah zakar kanan pasien terasa membesar?


Nahiza Atmaningtyas/212010101132
i. Hidrokel

• Definisi → Penumpukan cairan yang berlebihan akibat kegagalan obliterasi


processus vaginalis
• Gejala → Teraba benjolan namun tidak nyeri
• Pemeriksaan fisik
o Adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistik (terasa
didalamnya ada cairan)
o Transluminasi (+) → pemeriksaan dengan menyinari skrotum
• Indikasi pembedahan
Hidrokel besar dan dapat menembus pembuluh darah
• Indikasi kosmetik
Hidrokel permagna yang terlalu berat dan mengganggu aktivitas sehari-hari
ii. Spermatokel

• Definisi
Massa kistik yang merupakan akumulasi sperma yang muncul pada caput
epididymis. Umumnya asimptomatik dan berhubungan dnegan vasektomi (pada
pasien dewasa)
• Pemeriksaan fisik
o Tidak nyeri
o Berpindah-pindah
o Konsistensi kistik → bedanya dengan hidrokel ada pada kandungan dalam
rongganya
o Sering pada lokasi postesuperior
o Transiluminasi (+)
iii. Kanker testis

• Definisi
Perkembangan abnormal dari sel atau tumor ganas pada testis.
• Klasifikasi
o Kanker sel nutfah (Sel Germinal) → sel nutfah berfungsi untu membentuk
sperma. Dan terbagi lagi menjadi seminoma (sel kanker yang tumbuh lambat)
dna nonseminoma
o Tumor Stroma → asla tumor adalah jaringan penghasil hormon dan
pendukung fungsi testis. Terbagi menjadi 2, tumor sel sertoli (memberi nutrisi
pada sperma) dan tumor sel leydig (terbentuk di testis yang memproduksi
testosteron)
• Gejala
Benjolan atau pembengkakan testis → ditandai dengan perbedaan ukuran testis
• Pemeriksaan
o USG → mengenali jenis benjolan pada testis
o Biopsi → pengambilan sampel jaringan abnormal yang dicurigai
o CT Scan/MRI → mendeteksi lokasi dan ukuran tumor
iv. Hernia Skrotal
Hernia adalah penonjolan isi stau rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga perut yang terbungkus. Herina skrotalis adalah masuknya isi rongga
abdomen ke dalam skrotum. Umumnya merupakan perpanjangan dari hernia inguinalis
eksterna.

4. Mengapa buah zakar kiri pasien tidak teraba?


Mayla Fauziah/212010101099

• Diagnosis banding:
1) Kriptorkismus (UDT/Undescendent Testis)
2) Testis ektopik
INTINYA KEDUANYA TESTIS NYA SAMA SAMA GA ADA DI SKROTUM

• Kriptorkidismus (UDT) - Kelainan kongenital dimana salah satu atau kedua testis tidak berada
pada kantong skrotum, namun berada pada jalur penurunan testis dari abdomen hingga ke
skrotum
• Ectopic Testis ➔ testis tidak berada di skrotum, melainkan berada di luar jalur penurunan
testis bisa di perineal , superficial, femoral

UDT paling banyak di high scrotal 60%


Penurunan testis dipengaruhi oleh hormone androgen pada pria , (makanya analog testis pada
wanita ovarium )
Kalo ada hormone testoren testis turun, kalo gaada , tetep di intraabdomen .

• Patofisiologi Kriptorkidismus akibat gangguan hormonal , bisa karena stimulasi


- Kelainan disebabkan oleh adanya defek sekresi androgen pada prenatal baik sekunder yang
disebabkan oleh stimulasi gonadotropin hipofisis, maupun rendahnya produksi gonadotropin
plasenta

5. Kelainan ginjal bawaan apa yang terjadi pada ibu pasien?


Viryal Rania Dewi/212010101126
Belum dapat diketahui secara pasti kelainan ginjal pada ibu pasien, karena dalam skenario tidak
dijelaskan bagaimana ciri-ciri dari kelainannya. Namun, ada beberapa kemungkinan kelainan ginjal,
yaitu:
1. Supernumerary kidney
Kondisi yang ditandai dengan terbentuknya ginjal tambahan/aksesoris. Ginjal
tambahan dapat berfungsi atau tidak berfungsi. Umumnya ginjal tambahan berukuran kecil
dan terletak di inferior ginjal normal.

2. Renal ektopik
Kondisi Ketika ginjal tidak berada pada posisi normal. Manifestasi klinis:
• Mudah terjadi infeksi saluran kencing
• Nyeri abdomen
• Adanya benjolan/tumor di abdomen
Jenis-jenis renal ektopik:
a. Pelvic ectopic kidney: ginjal berada di rongga pelvis.
b. Crossed ectopic kidney: ginjal menyebrang ke sisi sebelahnya, dapat terjadi pada
salah satu (soliter crossed) atau kedua ginjall (bilateral crossed). Ginjal yang menyebrang
dapat mengalami penyatuan (fusi) atau tidak.
c. Thoracic kidney: ginjal berada di rongga thoraks..
d. Abdominal kidney: umumnya pada daerah iliac.

3. Renal fusion
Kondisi Ketika ginjal bersatu secara anatomik. Fusi/penyatuan ginjal menghambat rotasi
normal ginjal sehingga didapatkan malrotasi. Fusi dapat berupa parenkim ginjal atau hanya
jaringan ikat. Biasanya dapat disertai dengan gangguan pembuluh darah ginjal.
Macam-Macam Kelainan Fusi:
a. Crossed renal ectopia dengan fusi.
• Bentuk “S”/Sigmoid Kidney

• Bentuk “L”

b. Pelvic Kidney dengan fusi


b. Horseshoe kidney
Ginjal berbentuk sepatu kuda karena adanya penyatuan ginjal di bagian inferior pole
(kutub ginjal inferior). Komplikasi: obstruksi ureter parsial, infeksi, batu ginjal
(nefrolitiasis), dan keganasan.

6. Mengapa kulit penis kakak pasien tampak sempit dan menggembung saat kencing?
Muhammad Naufal Maulana/2120101010133
Kemungkinan karena adanya kelainan fimosis, yaitu kelainan dengan kondisi preputium penis tidak
bisa diretraksikan ke arah proksimal. Karena preputium lubangnya jadi kecil, akan mengakibatkan
kencing sulit untuk keluar dan terjebak di dalam preputium hingga menggembung.

7. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan lokalis pasien?


Ghozi Almas Lavero/2120101011098
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus hipospadia
1. Dilakukan pemeriksaan darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi hepar, urin lengkap, kultur
2. Dilakukan pemeriksaan menggunakan USG untuk melihat kelainan saluran kemih dan organ kelamin
internal
3. Dilakukan pemeriksaan genetik (analisa kromos)

8. Pemeriksaan penunjang apa yang dapat dilakukan?


Fajri Ramadhan/182010101044
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus hipospadia
1. Dilakukan pemeriksaan darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi hepar, urin lengkap, kultur
2. Dilakukan pemeriksaan menggunakan USG untuk melihat kelainan saluran kemih dan organ
kelamin internal
3. Dilakukan pemeriksaan genetik (analisa kromos)

9. Apa diagnosis, diagnosis banding, dan tatalaksana?


Moh. Farhan Maulana/21201010110

Diagnosis : hipospadia à orefisium uretra externum berada di ventral penis

o Diagnosis banding :

• Epispadias → OUE berada pada dorsum penis


• Hidrokel → penumpukan cairan yang berlebihan akibat kegagalan obliterasi processus
vaginalis
• Spermatokel → massa kistik yang merupakan akumulasi sel sperma yang muncul pada
caput epididimis
• Henia scrotal à Hernia scrotalis terjadi ketika usus atau lemak di bagian perut menonjol
melalui dinding perut bagian bawah ke daerah skrotum.
• Kriprorkismus à Kriptorkismus disebut juga dengan undescended testis, yang artinya testis
tidak turun.
• Testis ektopik à penurunan testis yang menyimpang dari seharusnya

o Tatalaksana

• Jika posisi lubang kencing sangat dekat dari posisi yang seharusnya dan bentuk penis tidak
melengkung, penanganan mungkin tidak diperlukan. Namun, bila letak lubang kencing jauh dari
posisi normal, pasien perlu menjalani operasi. Idealnya, operasi dilakukan ketika bayi berusia 6
sampai 12 bulan.

Learning Objectives
1. Anatomi dan embriologi sistem urogenital
a. Anatomi
i. Ginjal
Fahriza Adi Pramudya/212010101096

Terletak di rongga retroperitoneal, dimana ginjal dextra lebih rendah dari yang sinistra, dextra
(thoraks XII-Lumbal 3) dan sinistra pada (thoraks X1 - lumbal 2), mengapa lebih rendah karena
disebabkan adanya desakan oleh hepar pada bagian hipokondrium dextra.
Pada bagian superior juga yang dapat membedakan ginjal dextra dan sinistra yaitu ada kelenjar
yaitu suprarenalis dimana kalau ginjal dextra berbentuk pyramid dan sinistra semilunar atau
seperti bulan sabit.

Batas ginjal
Lapisan pembungkus/fiksasi renal

· Pararenal fat

· Fascia Renalis dari Gerrota (anterior)

· Capsula Adiposa (Perirenal Fat)

· Capsula Fibrosa / Capsula Renalis (Melekat pada ginjal)

· Sebenarnya ada fascia renalis yang posterior nama lainnya zuckerkandl


Struktur makroskopis

· Facies anterior et posterior

· Polus Superior et Inferior

· Margo lateralis

· Margo medialis: Vasa, Limfe, Pyelum, Plexus simpatis

· Cortex renalis

· Medulla Renalis

Bagian medulla

· Piramida renalis: Basal dan apex

· Columna Renalis: celah diantara piramida renalis

· Apex renalis > Papilla renalis > calyx minor > infundibulum > calyx mayor > Pelvis
renalis (Pyelum)

Vaskularisasi

Aorta > A. Renalis > A. Segmentalis > A. Interlobaris > A. arcuate > A. Corticalis radiata > aa.
Aferen > glomerulus > aa. Eferen > kapiler peritubulus > Vena corticalis radiata/interlobularis >
Vena arcuate > V. Interlobaris > V. Segmentalis > V. renalis > Vena cava.
ii. Ureter dan Vesika urinaria
Moh. Farhan Maulana/21201010110
1. batas dan posisi
a. anterior → symphisis os pubic
b. superior → peritonium parietal
c. lateral → M. Levator ani & M. oblicus internus
d. posterior
i. wanita
1. portio suravaginalis cervicis
2. vagina
ii. pria
1. ampula ductus deferens
2. vesica semilunaris
3. rectum
iii. Urethra masculine dan feminine
Viryal Rania Dewi/212010101126
Urethra mascculina
v Bagian-bagian Urethra :
- Pars intramuralis (1 cm): di dalam dinding Vesica urinaria
- Pars prostatica (3,5 cm): melalui kelenjar prostat. Di sini ductus tersebut
masuk Urethra: Ductus ejaculatorii (saluran bersama Ductus deferens dan Vesicula
seminalis) di atas Colliculus seminalis dan Ductus prostaticus pada kedua sisi.
- Pars membranacea (1-2 cm): menembus dasar panggul.
- Pars spongiosa (15 cm): tertanam di dalam Corpus spongiosum penis, berjalan ke
Ostium urethrae externum. Kelenjar COWPER {Glandulae bulbourethrales} dan
kelenjar LITTRE (Glandulae urethrales) masuk di sini. Bagian akhir berdilatasi untuk
membentuk Fossa navicularis.
v Urethra memiliki penyempitan di daerah:
- Ostium urethrae internum
- Pars membranaceae
- Ostium urethrae externum
v Urethra memiliki dua lengkung:
1) Pada transisi dari Pars membranacea menuju Pars spongiosa
2) Di bagian tengah Pars spongiosa
v Vascularisasi :
- A. Rectalis media
- A. Vesicalis caudalis
- A. Bulbi penis
- A. Urethralis
- Plexus Vesicalis & V. Pudendalis interna
v Lymphe :
- Pars Prostatica & Membranacea ikut A Pudendalis interna ke Lnn. Iliaca interna &
externa
- Pars Spongiosa ke Lnn. Inguinalis & Lnn. Iliaca externa

§ Urethra feminine

- Kurang lebih 4 cm
- Muaranya pada Vestibulum vaginae
- Juga ada Crista urethralis
- Melekat pada dinding ventral vagina
- Sphincter urethra externa lemah
- Vascularisasi :
o Vesicalis inferior
o A. Pudendalis interna
o Plexus venosus vesicalis & V. Pudendalis interna
- Lymphe : Ikut A. Pudendalis interna ke Lnn. Iliaca interna & externa

M. sphincter urethrae externus: pada laki-laki pemisahan M. transversus perinei profundus


yang sering tidak ada pada perempuan.

b. Embriologi
i. Embriologi umum
Nahiza Atmaningtyas/212010101132
Dalam perkembangannya, embriologi mengalami 6 tahapan perkembangan:
1. Fertilisasi

Fertilisasi merupakan proses pertemuan antara sperma dengan oocyte pada tuba fallopi.
Terdiri atas 3 fase, yaitu:
1) Phase 1: Penetrasi Corona Radiata
Pada fase ini sperma akan mengalami kapasitasi atau pembersihan ujung kepala spera
dari seminal plasma sehingga dapat menembus corona radiata.
2) Phase 2: Penetrasi Zona Pelucida
Sesaat setalh kepala sperma berhasil menembus corona radiata, maka akan melepaskan
enzim acrosin untuk menembus zona pelusida. Saat zona pelusida berhasil ditembus
maka akan mengeras dan mencegah masuknay sperma lain.
3) Phase 3: Fusi membrane
Lepasnya bagian kepala dan mitokondria sperma memasuki oosit meninggalkan
Sebagian badannya di membrane.
2. Cleavage
Cleavage merupakan proses pembelahan sel dari zygot menjadi 2 sel → 4 sel → 8 sel →
dst. Hingga menjadi Morula di hari ke-4 yang berjumlah 200 sel berbentuk speerti bola
pejal.

3. Pembentukan Blastokista

Blastokista sendiri merupakan bola berongga yang berisi cairan. Dalam pembentukkannya,
blastokista dari morula yang kehilanagan zona pelusidanya sheingga cairan extracellular
dapat merembes masuk dan akan berimigrasi ke bagian uterus.

4. Implantasi

Implantasi merupakan proses penempelan blastokista pada dinding Rahim pada hari ke- 5
dan ke-6. Pada fase ini blastokista akan memiliki 2 lapisan, yaitu:
• Embryoblast → menjadi embryo
• Trophoblast → menjadi plasenta
5. Perkembangan Embrio pada Rahim

Pada perkembangannya, Embryoblast akan menjadi epiblast dan hypoblast, sedangkan


trophoblast akan menjadi Syncytiothropoblast dan Cytotrophoblast. Syncytiothropoblast
akan memproduksi hCG untuk mempertahankan estrogen dan progesterone sehingga corpus
liteum akan meningkat untuk mepertahankan dinding Rahim.
6. Trilaminar Disc Development

Pada perkembangannya akan terbentuk 3 cakram lapisan, yang masing-masing membentuk:


Ektoderm Mesoderm Endoderm
• Seluruh saraf • Tulang dan otot • Gastrointestinal
• Mata dan telinga • Pembuluh darah • Epitel dari organ dalam
• Epidermis kulit • Sistem limfatik • Sel gamet (sperma dan
• Folikel rambut • Dermis kulit oosit)
• Kelenjar keringat • Ginjal dan ureter
• Neuropitel organ • Gonad
sensoris • Genital ducts

ii. Urinary system


1. Primitive Kidney system dan perkembangan sistem metanefros
Muhammad Naufal Maulana/2120101010133
Pembentukan ginjal berasal dari mesoderm intermediate. Selama kehidupan
intrauterin, pada manusia terbentuk tiga sistem ginjal yang sedikit tumpang tindih
dalam urutan dari kranial-ke-kaudal: pronefros, mesonefros dan metanefros.
Pronefros bersifat rudimenter dan non-fungsional; mesonefros mungkin berfungsi
dalam jangka pendek selama awal kehidupan janin; metanefros membentuk ginjal
permanen.

proses pembentukan ginjal dibagi jadi tiga tahap.

Pronephros (regio servikal), mesonephros (regio antara thorax dan lumbal) , dan
metanephros (regio lumbar bawah dan sacral)

pronephros terjadi pada minggu ke-4. Pronephros merupakan yang paling primitif,
dan terbentuk didalamnya kluster sel beserta tubulus dan duktus pro nephric.
Duktus ini akan memanjang hingga kloaka (bakal kandung kemih). Pronephros
tidak bersifat non fungsional dan akan terdegenerasi atau rudimenter.

mesonephros terjadi pada akhir minggu ke-4. Di dalamnya terbentuk tubulus


mesonephric yang merupakan bakal tubulus renalis. Tubulus ini berasosiasi dengan
kapiler dan itu lah yang akan membentuk glomerulus. Mesonephros sudah
memiliki fungsi filtrasi. Aliran darah dari tubulus mesonephric akan menuju duktus
mesopehric (wolffian duct) dan akan berakhir di kloaka. Tahao mesonephros ini
berfungsi sebagai filtrasi hingga ginjal yang sebenarnya terbentuk kurang lebih
sekitar 12 minggu. Setelah itu tubulus-tubulus mesonephric akan berdegenerasi.

Metanephros mulai membentuk pada minggu ke-5. Tahap ini yang akan
membentuk ginjal definitif. Pada bagian di bawah duktus mesonephric akan
tumbuh tunas ureterik yang akan menjadi sistem kolektif pada ginjal. Ada
metanephric blastema, tunas ureterik akan memicu diferensiasi dari mesoderm di
regio tersebut dan akan membentuk sistem ekskresi. Pada tunas ureterik, bagian
caudal akan menjadi ureter dan bagian kranial akan membentuk sisanya (ginjal).
Bagian cranial akan bercabang-cabang menjadi collecting tubule. Cabang-cabang
utamanya akan membentuk calyx major dan cabang-cabang berikutnya akan
membentuk calyx minor. Lalu pada pucuk dari collecting tubule, mesenkim
metanephric akan membentuk metanephric blastema cap, cap ini yang akan
membentuk bagian ekskresi dari ginjal. Akan terbentuk juga vesikel renal, vesikel
renal akan membentuk bentuk s dan berasosiasi dengan kapiler sehingga menjadi
glomerulus. Sisa bentuk s akan memanjang dan membentuk tubulus renal. Hingga
pada akhirnya akan terbentuk satu nefron dan seiring bertambahnya usia gestasi
maka jumlah nefron juga akan semakin meningkat.
2. Kidney relocation, ureter prolongation, kandung kemih, dan uretra
Fajri Ramadhan/182010101044

Kidney relocation and ureter prolongation


6-9 weeks

• Ginjal menuju regio lumbal diikuti pemanjangan ureter


• Ginjal awalnya saat metanefros, posisinya dibawah sekali di pelvic. Lalu ginjal naik menjadi
setinggi lumbal dan bertemu dengan kelenjar suprarenal. Kemudian ureter juga memanjang
mengikuti pergerakan ginjal.
• Awalnya arteri renalis kecil kebawah, karena ginjal naik, maka arteri renalis juga akan naik
mengikuti ginjal

Awalnya cloaca belum fungsional, ekskresi melalui allantois ke plasenta ibu

5-6 weeks: Cloaca menjadi 2 bagian:

• Sinus Urogenital: anterio


• Sinus Anorectal: Posterior

Sinus Urogenitalis terbagi lagi menjadi:

Ventral : Membentuk bladder


Caudal :

• Laki-laki: phalus (penis) & urethra


• Perempuan: vestibulum vagina & urethra

iii. Genital system


1. Gonad formation
Ghozi Almas Lavero/2120101011098

• 4-7 minggu

• Proses sel germinativum dari epiblast migrasi à dinding yolk sac à mesenterium dorsal à
gonadal ridge

testis
• Karena punya kromosom Y à Gen SRY à penentu testis

• Pertumbuhan medulla dominan dan korteks degradasi

• Sel Sertoli, sel Leydig, sekresi testosteron

ovarium

• Korteks dominan

• Sel folikuler

2. Duktus genitalis
Siti Nur Hidayah/212010101009
Pada mulanya, mudigah pria dan wanita memiliki dua pasang duktus genitalis;
duktus mesonefrikus (wolffii) dan duktus paramesonefrik (müller). SRY adalah
faktor transkripsi dan gen utama untuk pembentukan testis., SRY baik secara langsung
maupun tidak langsung (melalui SOX9) meningkatkan produksi steroidogenesis
factor 1 (SF1) yang merangsang diferensiasi sel-sel Sertoli dan Leydig. SF1 yang
bekerja dengan SOX9 meningkatkan konsentrasi AMH sehingga menyebabkan
degenerasi duktus paramesonefrik (müller).
Pada sel-sel Leydig, SF1 meningkatkan ekspresi gen-gen untuk enzim yang
mensintesis testosteron. Testosteron masuk ke sel jaringan target tempat testosteron
dapat tetap utuh atau diubah menjadi dihidrotestosteron oleh enzim 5-α reduktase.
Kompleks reseptor testosteron memperantarai virilisasi duktus mesonefrikus untuk
membentuk duktus deferens, vesikula seminalis, duktus efferen, dan epididimis.
Kompleks reseptor dihidrotestosteron memodulasi diferensiasi genitalia eksterna
pria.
Estrogen juga berperan dalam diferensiasi jenis kelamin dan di bawah
pengaruhnya, duktus paramesonefrik (müller) dirangsang untuk membentuk tuba
uterina, uterus, serviks, dan bagian atas vagina.
Duktus Genitalis pada Pria
Seiring dengan regresi mesonefros, beberapa tubulus ekskretorik, tubulus epigenitalis,
membentuk kontak dengan korda rete testis dan pada akhirnya membentuk duktulus
eferens testis (Gambar 16.27). Tubulus ekskretorik di sepanjang kutub kaudal testis,
tubulus paragenitalis, tidak menyatu dengan korda rete testis (Gambar 16.27). Sisa
saluran ini secara keseluruhan dikenal sebagai paradidimis. duktus mesonefrikus
memanjang dan menjadi sangat berkelok-kelok, membentuk epididimis (duktus). Dari
ekor epididimis ke tonjolan tunas vesikula seminalis, duktus mesonefrikus memperoleh
selubung otot tebal dan membentuk duktus deferens. Di bawah pengaruh hormon
antimüller (AMH) yang dihasilkan oleh sel-sel Sertoli, duktus paramesonefrikus pada
pria mengalami degenerasi kecuali sebagian kecil di ujung kranialnya, apendiks testis.
Duktus Genitalis pada Wanita

Duktus paramesonefrikus berkembang menjadi duktus genitalis utama wanita. Mula-


mula, dapat dikenali tiga bagian di setiap duktus: (1) bagian vertikal kranial yang
membuka ke rongga abdomen, (2) bagian horizontal yang menyilang duktus
mesonefrikus, dan (3) bagian vertikal kaudal yang menyatu dengan pasangannya dari
sisi yang berlawanan. Dengan turunnya ovarium, dua bagian pertama berkembang
menjadi tuba uterina, dan bagian kaudal menyatu untuk membentuk kanalis uteri.

3. Genitalia externa
Mayla Fauziah/212010101099

Pada bagian luar , yakni pada stadium indeferen, pada usia 3-6 minggu , terbentuk dari
sinus urogenital à berkembang à pada bagian luar membentuk genitalia eksterna ,
terbentuk beberapa struktur :

Ketika stadium diferen , gen x, y, ada pada laki laki à terjadi pembentukan teststeron
pada gonad , maka genitalia eksterna pada pria berubah

- Bagian tuberculum → falus . falus akan berkembang menjadi penis

- Uretral groove akan menutup , tapi masih ada rongga

- Bagian kanann kiri (epital swelling) membentuk skrotum yang seperti


kantng

- Lipatan anus , lebih lanjut membentuk anus

Palus , awalnya tidak memiliki lubang , tapi dengan menutupnya uretral groove à akan
tersambng , lubangnya akan menuju sampai gland penis → sehingga gland penis
berlubang

Kalau lubangnya gagal : ada dibawah → hipospadia , diatas → epispadias


4. Penuruanan testis dan relokasi ovarium
Fahriza Adi Pramudya/212010101096

a) Penurunan testis

Testis awalnya diikat oleh:

- Dorsal: Cranial Suspensory Ligament

- Ventral: Caudal Genital Ligament & Gubernaculum

Hormon Androgen (testosteron) > resorpsi CSL & pemendekan CGL &
Gubernaculum > testis tertarik ke arah caudal sejalan dengan kanalis inguinalis >
karena pada bagian skrotum sebelum ditempati oleh testis tidak ada rongganya,
nantinya akan membuat rongga yaitu (processus vaginalis) berjalan pd canalis
ingunalis > masuk ke dalam skrotum.

2. Histologi sistem urogenital


a. Ginjal
Ghozi Almas Lavero/2120101011098
Urinary pole à muara ke TC 1 (merah)

Vascular pole à tempat keluar masuk arteriol aferen dan eferen (kuning)

Kapsula bowman (hijau)

Glomerulus (biru)

Tubulus contortus proximal (TC 1)

· Sel selapis kubis mikrovili

· Sitoplasma asidofilik dan granuler

· Jumlah inti sedikit

· Batas sel tidak jelas

tubulus contortus distal (TC 2)

· Sel selapis kubis tanpa brush border

· Sitoplasma lebih pucat dibanding TC 1

· Jumlah inti lebih banyak dari TC 1

· Batas sel lebih jelas


Tubulus coligentes

· Epitel selapis kubis rendah-silindris

· Batas sel jelas

· Sitoplasma pucat
b. Uretra dan Ureter
Siti Nur Hidayah/212010101009

a. Diagram ureter pada potongan melintang memperlihatkan pola khas mukosa yang
terlipat longitudinal, yang dikelilingi oleh suatu muscularis tebal yang menggerakan urine
melalui gelombang peristalsis yang regular. Lamina propria dilapisi oleh suatu epitel
berlapis khas yang disebut epitel transisional atau urothelium yang tahan terhadap efek yang
berpotensi merugikan dari kontak dengan urine hipertonik.
b. Histologis muscularis (Mu) jauh lebih tebal ketimbang mukosa (M) dan adventisia
(A). 18x. H&E.
Urethra merupakan suatu saluran fibromuskular yang membawa urine dari kandung
kemih ke luar tubuh. (a) Potongan transversal memperlihatkan bahwa mukosa
memiliki lipatan longitudinal besar disekitar lumen (L). 50x. H&E. (b) Sebuah
perbesaran yang lebih tinggi dari area tertutup memperlihatkan sifat kolumnar
berlapis yang tidak biasa dari epitel uretra (E). Lapisan epitel tebal adalah epitel
kolumnar berlapis pada sejumlah area dan epitel kolumnar bertingkat di tempat lain,
tetapi menjadi epitel skuamosa berlapis di ujung distal urethra. 250x. H&E

c. Vesika urinaria
Muhammad Naufal Maulana/2120101010133

Pada vesica urinaria terdapat 3 lapis yaitu mukosa, muskularis, dan adventitia. Ciri khas
pada vesica urinaria adalah epitel transitional karena memiliki fungsi sebagai organ yang
meregang
d. Testis
Nahiza Atmaningtyas/212010101132

o Skrotum
▪ Merpuakan kantung berdinding tiipis yang terdiri atas kulit, lapisan otot polos
(tidak lengkap), dan sedikit jaringan subkutan
▪ Mempertahankan suhu optimal spermatogenesis → sedikit lebih rendah dari
suhu tubuh
o Kapsula testis

Terdiri dari 3 lapisan

▪ Tunika vaginalis

Lapisan terluar dan terdiri oleh selapis sel mesotel → rusak saat pembuatan
sediaan

▪ Tunika albuginea

Lapisan tengah, tebal, terdiri dari jaringan ikat padat fibroelastis dan otot polos

▪ Tunika vaskulosa

Lapisna terdalam, terdiri dari jaringan ikat kendor dna pembuluh darah

o Tubulus seminiferus

Sangat berkelok-kelok, awalan buntu/beranastomose dengan tubulus di dekatnya dan


berakhir lurus sebagai tubulus rectus pada apex lobulus

Permukaan luar dilapisi oleh jarinagn ikat peritubuler yang terdiri atas sabut jar. iat, sel
fibroblast pipih, dan sel-sel dengan sifat otot polos/pertubuler myid cell

Permukaan dalamnya dilapisis oleh modifika si epitel berlapis kubis (epitel


germinativum/seminiferum) yang terdiri atas

▪ Sel penyokong/sertoli

Duduk pasa basal membran, benbetuk kolumnar panjang, tidak teratur (sisinya
mempunyai cekungan) dna intinya jauh dari dasar sel, lonjong/segitiga, anak
inti jelas
▪ Sel2 spermatogenik

Terdiri dari 4-8 lapisan dan berkembang secara progresif dr basal ke lumen

o Jar. interstitial

Terdapat dalam lobulus testis diantara tubuli seminiferis, terdiri atas sabut-sabut
kolagen, pembuluh darah, limfe, saraf fibroblas, makrofag, mast sel, dan sel-sel
masenkim

Ciri khasnya adlaah sel interstitial leydig berukuran besar, berkelompok, sitoplasma
bervakola, lipid dropet (+), krital dr Reinke (+).

e. Epididimis
Nahiza Atmaningtyas/212010101132

o Duktus eferens

• Sel-sel epitel tidak sama tingginya


• Yang tinggi bersilia
• Yang rendah tidak bersilia

o Duktus epididymis

• Epitel berderet silindris bersterosilia, sama tebal seluruhnya

o Duktus deferens
• Epitel berderet silindris berstereosilia
• Otot polos dalam longitudinal
• Otot polos tengah sirkuler
• Otot polos luar longitudinal

3. Fisiologi sistem urogenital


a. Fungsi ginjal
Fajri Ramadhan/182010101044

Fungsi ginjal adalah untuk membantu mempertahankan stabilitas lingkungan cairan internal

1. Mempertahankan keseimbangan air dalam tubuh


2. Mempertahankan osmolaritas cairan tubuh untuk mencegah fluks osmotic masuk keluar
sel yang dapat menyebabkan bengkak/penciutan sel yang merugikan
3. Mengatur jumlah dan konsentrasi ion CES seperti Na, Cl, K, Ca, dll. Fluktuasi elektrolit
dalam konsentrasi kecil dapat berpengaruh besar merugikan seperti perubahan konsentrasi
K+ dapat menyebabkan disfungsi jantung
4. Mempertahankan volume plasma melalui menjaga keseimbangan garam dan air
5. Membantu mempertahankan keseimbangan asam basa tubuh
6. Mengeluarkan produk akhir metabolism tubuh yang jika dibiarkan menumpuk akan
bersifat toksik (urea, asam urat, kreatinin, bilirubin, hormon metabolit)
7. Mengeksresikan senyawa asing seperti obat, pestisida, dll yang masuk ke tubuh
8. Menghasilkan eritropoietin yang merangsang produksi sel darah merah
9. Menghasilkan renin yang penting dalam konservasi garam
10. Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktif

Pemberntukan urine

1. Filtrasi

Penyaringan plasma bebas-protein melalui kapiler glomerulus ke kapsula bowman


Terjadi di : glomerulus

Pintu masuk : arteriole aferent

Hasil : filtrat glomerulus yang berisi air, NaCL, asam urat dll.

Yang tersaring harus bermolekul kecil jika molekulnya besar seperti protein dan glukosa
akan dikeluarkan oleh arteriole eferent.

2. Reabsorbsi

Perpindahan selektif bahan dari lumen tubulus ke darah

Terjadi di : tubulus proksimal sampai dengan lengkung henle

Bahan yang perlu dikonservasi oleh tubuh akan secara selektif di reabsorbsi dan bahan
yang tidak dibutuhkan akan tetap berada di urine
3. Sekresi

Pemindahan selektif bahan dari kapiler peritubulus ke lumen tubulus untuk mengeluarkan
zat dari plasma dengan cepat

Terjadi : tubulus kontortus distal

Ada proses reabsorbsi kembali air dan NaCl

4. Pengumpulan : artinya pengumpulan urin yang sesungguhnya

Terjadi di : duktus kolektivus

b. Fungsi berkemih
Viryal Rania Dewi/212010101126
Urin yang telah terbentuk di ginjal disalurkan ke kandung kemih melalui kontraksi peristaltik
otot polos yang terdapat di ureter. Saat kandung kemih terisi, ujung ureter yang berada di
dinding kandung kemih tertekan hingga menutup, namun urin tetap bisa masuk karena
kontraksi dari ureter menghasilkan cukup tekanan untuk melawan resistensi dan mendorong
urin masuk. Proses pengosongan kandung kemih diatur oleh dua mekanisme: refleks
berkemih dan kontrol volunter.

1) Refleks berkemih
Stimulasi saraf parasimpatis kandung kemih menyebabkan organ ini berkontraksi.
Secara bersamaan, sfingter eksternum melemas karena neuron-neuron motoriknya
dihambat. Kini kedua sfingter terbuka dan urine terdorong melalui uretra oleh gaya yang
ditimbulkan oleh kontraksi kandung kemih. Refleks berkemih ini, yang seluruhnya
adalah refleks spinal, mengatur pengosongan kandung kemih pada bayi. Segera setelah
kandung kemih terisi cukup untuk memicu refleks, bayi secara otomatis berkemih.
2) Kontrol Volunter Berkemih
Persepsi penuhnya kandung kemih muncul sebelum sfingter eksternum secara refleks
melemas, memberi peringatan bahwa miksi akan segera terjadi. Jika waktu refleks miksi
yang dimulai tersebut kurang sesuai untuk berkemih, yang bersangkutan dapat dengan
sengaja mencegah pengosongan kandung kemih dengan mengencangkan sfingter
eksternum dan diafragma pelvis. Berkemih tidak dapat ditahan selamanya. Karena
kandung kemih terus terisi, sinyal refleks dari reseptor regang meningkat seiring waktu.
Akhirnya, sinyal inhibitorik refleks ke neuron motoric sfingter eksternum menjadi
sedemikian kuat yang tidak lagi dapat diatasi oleh sinyal eksitatorik volunter sehingga
sfingter melemas dan kandung kemih secara tak-terkontrol mengosongkan isinya.
Berkemih dapat juga dimulai dengan sengaja walaupun kandung kemih tidak
teregang, yaitu dengan secara sadar melemaskan sfingter uretra eksternal dan diafragma
pelvis. Dengan merendahkan rongga dasar pelvis, kandung kemih jatuh ke bawah, yang
secara bersamaan menarik sfingter uretra interna terbuka dan meregangkan dinding
kandung kemih. Aktivasi lebih lanjut reseptor regang menyebabkan kontraksi kandung
kemih melalui refleks berkemih. Pengosongan kandung kemih yang disadari juga
dibantu oleh kontraksi dinding abdomen dan diafragma pernapasan. Hasil dari
peningkatan tekanan intraabdominal memeras kandung kemih untuk memudahkan
pengosongannya.

4. Patologi sistem nefrologi


a. Spermatokel
Mayla Fauziah/212010101099

Spermatokel juga dikenal sebagai kista spermatika. massa berisi cairan, seringkali tidak nyeri,
dan tumbuh di dekat testis. cenderung jinak (bukan kanker).

Kista ini ditemukan di dekat bagian atas dan belakang testis, tetapi terpisah dari testis. Mereka
bisa halus, berisi cairan bening/keruh yg mungkin mengandung sperma. Ukurannya bisa
bervariasi

Ukuran spermatokel bervariasi. Mereka mungkin terlihat seperti:

• Tidak ada: Beberapa kista terlalu kecil untuk dilihat atau dirasakan. Kista ini hanya
dapat dideteksi dengan pencitraan medis, seperti USG.
• Benjolan seukuran kacang polong: Banyak spermatokel terlihat seperti benjolan kecil
yang berada tepat di atas atau di belakang testis. Sebagian besar memiliki bentuk dan
ukuran yang mirip dengan kacang polong.
• Pertumbuhan besar: Kadang-kadang, spermatokel bisa tumbuh cukup besar.
Beberapa pria menggambarkan spermatokel besar terlihat mirip dengan testis ketiga

Etilogi : Penyebab spermatokel tidak diketahui. Spermatokel mungkin terjadi akibat


penyumbatan di salah satu dari banyak tabung di dalam epididimis yang mengangkut dan
menyimpan sperma dari testis.

Gejala :
Spermatokel biasanya tidak menimbulkan tanda atau gejala dan ukurannya mungkin tetap
stabil. Namun, jika menjadi cukup besar, Anda mungkin merasa:

· Nyeri atau ketidaknyamanan pada testis yang terkena


· Sakit tumpul atau rasa berat di skrotum.

Diagnosis

Karena spermatokel sering tidak menimbulkan gejala, biasanya tidak terdiagnosis. Penyedia
Anda mungkin mendeteksi spermatokel selama pemeriksaan fisik rutin atau tes medis untuk
masalah lain. Beberapa orang menemukan spermatokel saat melakukan pemeriksaan testis
sendiri.

Pemeriksaan lanjutan :
- Transiluminasi: Penyedia menyinari benjolan. Spermatokel (tidak seperti
pertumbuhan padat) terlihat tembus cahaya, atau sebagian tembus pandang.

- Ultrasonografi: Tes pencitraan noninvasif ini menggunakan gelombang suara


untuk menangkap detail halus kista testis. Tes USG membantu penyedia
membedakan spermatokel dari jenis lain dari massa skrotum (pertumbuhan) ,
seperti kanker testis. Sonogram hampir 100% akurat dalam mendiagnosis
spermatokel.

- Tes laboratorium: Jika Anda mengalami nyeri testis, penyedia Anda dapat
merekomendasikan tes darah (seperti hitung darah lengkap atau tes CBC ) atau
tes urin (seperti urinalisis ). Tes-tes ini memeriksa kemungkinan peradangan
atau infeksi.

Factor resiko :

Pria yang ibunya diberi obat dietilstilbestrol (DES) selama kehamilan untuk mencegah
keguguran dan komplikasi kehamilan lainnya tampaknya memiliki risiko spermatokel lebih
tinggi

Tata laksana :

Spermatokelektomi adalah pengobatan standar untuk spermatokel yang menimbulkan gejala.


Tujuan pembedahan adalah untuk mengangkat spermatokel dari jaringan epididimis dan
mempertahankan saluran reproduksi

Komplikasi

Spermatokel tidak mungkin menyebabkan komplikasi.


Namun, jika spermatokel terasa sakit atau tumbuh sangat besar sehingga membuat pasien tidak
nyaman, diperlukan operasi untuk mengangkat spermatokel tersebut. Operasi pengangkatan
dapat merusak epididimis atau vas deferens, saluran yang mengangkut sperma dari epididimis
ke penis. Kerusakan pada keduanya dapat mengurangi kesuburan.
Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah operasi adalah spermatokel mungkin muncul
kembali, meskipun hal ini jarang terjadi.

b. Varikokel
Moh. Farhan Maulana/21201010110
Varikokel adalah pembengkakan pada pembuluh darah vena dalam kantong zakar (skrotum).
Kondisi ini bisa menyebabkan kualitas dan kuantitas sperma menurun, testis gagal berkembang
atau menyusut, bahkan kemandulan.
Penyebab Varikokel
▪ Di sepanjang pembuluh darah vena, terdapat katup satu arah yang membuka aliran darah
menuju jantung dan langsung menutup saat aliran darah melambat. Varikokel terjadi
saat katup vena di skrotum tidak dapat menutup dengan baik sehingga darah berkumpul
di belakang katup yang rusak.
▪ Belum diketahui apa yang menyebabkan kondisi tersebut. Namun, pada kasus jarang
terjadi, varikokel terjadi ketika pembuluh darah vena di perut tersumbat. Darah yang
terkumpul pada pembuluh tersebut dapat memberikan tekanan balik pada vena yang
lebih kecil di skrotum sehingga varikokel terjadi.
▪ Varikokel juga bisa terjadi akibat tumor ginjal yang menekan pembuluh vena pada
skrotum.
Diagnosis Varikokel
• Dokter dapat mendiagnosis varikokel dengan cara meraba kedua skrotum ketika pasien
berdiri atau berbaring. Dokter juga dapat meminta pasien melakukan gerakan mengambil
napas dalam, lalu menahannya saat melakukan pemeriksaan. Teknik ini dikenal dengan
istilah manuver Valsalva.
• Untuk lebih memastikan diagnosis dan mencari penyebab varikokel, dokter akan
melakukan serangkaian pemeriksaan penunjang lain, seperti:
o USG skrotum, melihat ukuran pembuluh darah secara detail
o Pengukuran volume testis, untuk mengukur volume testis menggunakan
orkidometer
o Pemeriksaan sperma, untuk mengetahui kesuburan pasien
Pengobatan Varikokel
Pada varikokel yang menyebabkan nyeri, dokter akan memberikan obat pereda nyeri, seperti
ibuprofen atau paracetamol. Dokter juga dapat menyarankan pasien memakai celana penyangga
testis guna meredakan tekanan.
Sementara pada varikokel yang menimbulkan nyeri hebat, serta menyebabkan penyusutan testis
atau kemandulan pada pria, dokter akan melakukan tindakan berupa:
Embolisasi
▪ Embolisasi dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang untukmenjangkau
varikokel melalui selangkangan atau leher. Dokter juga akan memasukkan zat untuk
memblokir vena di perut yang menyebabkan perkembangan varikokel.
Operasi
▪ Dokter akan menjepit atau mengikat pembuluh darah yang mengalami varikokel, untuk
menghambat aliran darah ke pembuluh tersebut. Dengan begitu, darah akan mengalir
ke pembuluh normal yang lainnya.
▪ Operasi dapat dilakukan dengan bedah terbuka, atau teknik sayatan minimal dengan alat
khusus yang dinamakan laparoskop.
▪ Proses pemulihan setelah operasi adalah 1–2 hari. Kendati demikian, pasien perlu
menghindari aktivitas berat selama 10–14 hari. Selain itu, pemeriksaan lanjutan ke
dokter spesialis urologi juga perlu dilakukan selama 3–4 bulan ke depan, terutama bagi
penderita yang mengalami kemandulan.
5. Penyakit kongenital
a. Hipospadia
Viryal Rania Dewi/212010101126
o Definisi
Hipospadia adalah salah satu kelainan kongenital ketika orifisium urethra externum
di sisi ventral penis, kelengkungan ventral penis yang abnormal, yang disebut
"chordee", dan distribusi abnormal preputium dengan "hood" yang ada di bagian
punggung dan kekurangan. preputium secara ventral.
o Etiologi à multifaktorial
· Faktor genetik dan familial
Faktor-faktor ini lebih sering terjadi pada hipospadia bentuk anterior dan
tengah. Dalam 7% kasus, kerabat dekat, termasuk ayah dan saudara laki-laki,
akan mengalami hipospadia.Ini dapat ditularkan secara merata dari pihak ibu
dan ayah, tetapi hanya dalam 30% kasus, penyebab genetik yang jelas
ditemukan.
Sejumlah sindrom genetik dapat dikaitkan dengan hipospadia, tetapi yang
paling umum adalah WAGR (tumor Wilms, aniridia, malformasi
genitourinari, retardasi mental), sindrom Denys-Drash, dan sindrom Smith-
Lemli-Opitz. Anak laki-laki yang lahir sebagai hasil dari prosedur injeksi
sperma intracytoplasmic (ICSI) yang dilakukan karena cacat sperma yang
parah dari ayah mereka berisiko mengalami hipospadia.
· Faktor hormonal
Karena hipospadia kadang-kadang dapat dikaitkan dengan kriptorkismus dan
mikropenis, faktor hormonal, terutama ketidakseimbangan antara androgen
dan estrogen, dianggap memainkan peran utama dalam perkembangan
abnormal uretra dan kulup.[1][5] Ada bukti bahwa paparan androgen yang
terganggu dalam kehidupan janin dapat menyebabkan berkurangnya jarak
anogenital, yang telah ditemukan pada anak laki-laki dengan hipospadia.
Gangguan perkembangan seksual (DSD) lebih sering terjadi pada bayi
dengan hipospadia posterior. Sindrom disgenesis testis (TDS) telah
didalilkan sebagai penyebab hipospadia, kriptorkismus, infertilitas pria, dan
kanker testis. TDS berasal dari kelainan perkembangan testis dan dapat
menjadi faktor hormonal penting yang menyebabkan hipospadia.
· Faktor lingkungan
Penelitian pada hewan mengidentifikasi beberapa "environmental-endocrine
disruptors", yang menyebabkan hipospadia. Satu studi manusia baru-baru ini
juga menemukan kemungkinan kontribusi pajanan ibu terhadap polutan
udara berbahaya aktif hormonal (HAHAP) pada hipospadia
· Faktor maternal
Hipertensi maternal, oligohidramnion, kelahiran prematur, dan kembaran
monokorion semuanya berhubungan dengan hipospadia berat. Oleh karena
itu, paparan testis janin yang tidak memadai terhadap human chorionic
gonadotrophin (hCG) telah dipostulatkan sebagai penyebab hipospadia.
Namun, belum ada hubungan sebab-akibat yang dipostulatkan.
o Patofisiologi
Organ genital eksternal laki-laki berkembang dalam dua tahap. Tahap awal yang
tidak tergantung hormon berkembang antara usia kehamilan 8 dan 12 minggu. Pada
tahap ini, genitalia eksterna bersifat bipotensial, terdiri dari tuberkulum genital, dua
lipatan genital, dan dua pembengkakan labioskrotal. Pada fase kedua, dengan adanya
kromosom Y dan testosteron yang dikeluarkan dari testis janin (dan konversinya
menjadi dihidrotestosteron-DHT pada kulit lokal), tuberkulum genital memanjang,
dan pelat uretra (UP) berkembang menjadi alur ke arah ujung tuberkulum genital.
Lipatan kelamin menyatu untuk membentuk uretra penis, dan pembengkakan
labioscrotal menyatu di garis tengah untuk membentuk skrotum. Tuberkulum genital
membesar dan membentuk penis. Akhirnya, kulup dan kelenjar melebur di garis
tengah. Tahap ini terjadi antara usia kehamilan 11 dan 16 minggu. Setiap gangguan
dalam perkembangan ini akan menyebabkan hipospadia.
Sejarah dan Fisik
o Tatalaksana à Perbaikan bedah
Jika posisi lubang kencing sangat dekat dari posisi yang seharusnya dan bentuk penis
tidak melengkung, penanganan mungkin tidak diperlukan. Namun, bila letak lubang
kencing jauh dari posisi normal, pasien perlu menjalani operasi. Idealnya, operasi
dilakukan ketika bayi berusia 6 sampai 12 bulan.
Operasi untuk hipospadia melibatkan langkah-langkah berikut:
· Degloving penis: Ini penting untuk menilai tingkat chordee. Semua band
tethering penoscrotal harus dilepaskan.
· Orthoplasty: Ini dilakukan untuk koreksi kelengkungan ventral untuk
mencapai penis lurus dengan tetap mempertahankan panjang penis dan
ereksi. Biasanya, kelengkungan di bawah 15 derajat tidak memerlukan
koreksi apa pun, sedangkan lebih dari 30 derajat memerlukan prosedur yang
ekstensif. Setelah degloving, sayap glans diangkat, dan corpus spongiosum
dilepaskan dari badan kopral. Ini diikuti oleh placation dorsal, diseksi
proksimal spongiosum, dan pembagian distal lempeng uretra. Beberapa
potongan kecil dibuat di spongiosum fibrotik. Selanjutnya, korporotomi
dilakukan dengan menginsisi tunika corpora cavernosa, dan cacat ellipsoid
yang dihasilkan ditutup dengan cangkok dari kulit, submukosa usus, atau
tunika vaginalis testis.
· Uretroplasti: Rekonstruksi uretra dilakukan dengan berbagai cara, seringkali
dipandu oleh pengalaman dan keterampilan ahli bedah. Ini termasuk
tubularisasi pelat uretra (UP), augmentasi UP, dan penggantian UP. Dalam
tubularisasi UP, UP distal ke meatus ditubularisasi dengan berbagai cara,
termasuk prosedur perkiraan kelenjar (GAP), tubularized incised plate repair
(TIP), dan mobilisasi uretra. Augmentasi UP dilakukan dengan
pencangkokan preputial menggunakan teknik yang berbeda. Penggantian UP
dilakukan pada hipospadia anterior dengan chordee yang parah dan UP yang
buruk. Dalam kasus seperti itu, uretroplasti dua tahap sering dilakukan
dengan transaksi uretra dan penempatan cangkok preputial sebagai prosedur
awal, diikuti dengan tubularisasi setelah enam bulan. Bahan bioteknologi
yang diturunkan secara alami dan sintetik juga telah digunakan dalam
rekonstruksi.
· Glansplasty: Ini adalah rekonstruksi glans penis, di mana diseksi ekstensif glans dilakukan
untuk membuat flap berbasis anterior di garis tengah. Uretra berbentuk tabung dikeluarkan
melalui sayatan yang dibuat pada kelenjar. Terakhir, penutup kulit kosmetik dilakukan untuk
memberikan tampilan penis yang disunat.
b. Epispadia
Moh. Farhan Maulana/21201010110
• definisi
o Epispadia adalah kelainan bawaan lahir langka yang terjadi pada uretra, yakni
saluran tempat keluarnya urin dari kandung kemih atau disebut juga lubang
kencing.
• epidemiologi
o 1 ddari 100.000
• jenis
o Epispadia penopubik: lubang uretra bukan pada ujung penis, tetapi dekat tulang
kemaluan pada bagian pangkal penis.
o Epispadia penis: lubang uretra berada pada batang penis, di mana saja sebelum
kepala penis dan setelah pangkal tempat batang bertemu tubuh.
o Epispadia glanular: lubang uretra berada pada bagian atas kepala penis, tetapi
bukan pada bagian ujung penis.
• tanda dan gejala
o penis lebih kecil
o lengkungan tidak normal
• penyebab
o masih belum pasti
o gangguan hormon androgen pada minggu ke 5
• diagnosis
o bisa langsung di amati
o tes tambahan
▪ tes darah,
▪ intravenous pyelogram (ivp), sinar-x khusus untuk ginjal, saluran kemih,
dan ureter,
▪ MRI dan CT scan, tergantung dari kondisinya,
▪ rontgen panggul, dan
▪ ultrasonografi sistem kemih dan alat kelamin.
• pengobatan
o operasi → rekontruksi → bertujuan mengembalikan bentuk penis
o ada beberapa tahap
▪ Tahap 1: operasi dilakukan saat bayi Anda berusia 48 jam dengan
memasukkan kandung kemih ke dalam tubuh, lalu perut akan ditutup.
▪ Tahap 2: operasi ini dilakukan pada usia 6 bulan. Prosedurnya meliputi
perbaikan posisi dan struktur uretra serta masalah genital lainnya.
▪ Tahap 3: operasi dilakukan sekitar usia 4-5 tahun ketika kandung kemih
sudah cukup besar. Tujuannya, membentuk kembali saluran kemih dan
uretra.
o anak” perlu operasi ulang jika terjadi komplikasi
c. Fimosis
Ghozi Almas Lavero/2120101011098
Definisi
Fimosis adalah suatu keadaan dimana prepusium penis tidak dapat diretraksi (ditarik) ke
proksimal sampai ke korona glandis. Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir
karena terdapat adesi alamiah antara prepusium dengan glans penis. Secara fisiologis bayi
jika sudah berusia 3-4 tahun penis akan tumbuh dan berkembang dan epitel prepusium
akan menghasilkan smegma yang nantinya secara perlahan-lahan memisahkan prepusium
dan glans penis sehingga prepusium penis menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal.

Manifestasi klinis
Gambaran klinis fimosis menyebabkan gangguan berupa gangguan aliran urine, sulit
kencing, pancaran urine mengecil (seperti lidi), menggelembungnya prepusium penis pada
saat miksi, dan menimbulkan retensi urine. Higiene lokal yang kurang bersih menyebabkan
terjadinya infeksi pada prepusium (postitis), infeksi pada glans penis (balanitis), atau
infeksi pada glans dan prepusium (balanopostitis).

Tatalaksana
Tindakan, tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan pada fimosis,
karena dapat menimbulkan luka. Fimosis yang disertai balantitis dapat diberikan obat
desoximetasone 0,1% secara topical dioleskan 3 atau 4 kali diharapkan setelah pemerian
selama 6 minggu, prepusium dapat diretraksi Kembali. Pada fimosis yang menimbulkan
keluhan miksi, menggelembungnya prepusium pada saat miksi, atau fimosis yang disertai
dengan infeksi postitis merupakan indikasi untuk dilakukan sirkumsisi.

d. Parafimosis
Muhammad Naufal Maulana/2120101010133
adalah keadaan emergensi yg terjadi pada seorang pria yang belum sirkumsisi ketika preputium
terjebak di belakang corono gland penis. Keadaan tersebut dapat mengarahkan pada strangulasi
dari gland penis hingga dapat menyebabkan nekrosis apabila tidak ditindaklanjuti.

parafimosis sering terjadi karena iatrogenik, ketika preputium di rektraksi untuk membersihkan
dan pemasangan kateter. Kegagalan preputium untuk kembali ke posisi semula yang dapat
menyebabkan parafimosis.
ketika preputium tidak dapat kembali ke posisi semula dapat membuat konstriksi band sehingga
dapat menyebabkan gangguan pada drainase vena dan limfatik dan berkurangnya aliran darah
arteri ke glans penis. Berkurangnya aliran darah arteri dapat berujung pada iskemik dan nekrosis
dari glans.
tatalaksana
• penyuntikan penis : untuk mengeluarkan cairan yang terperangkap di gland penis,
sehingga dapat mengecilkan ukuran kepala penis sehingga memudahkan preputium
kembali ke posisi semula
• menyayat preputium : sayat sedikit untuk mengembalikan preputium ke posisi semula
• Sirkumsisi
e. Kriptorkismus
Nahiza Atmaningtyas/212010101132

a. Definisi
Kriptorkismus merupakan kelainan kongenital satu atau kedua testis tidak berada pada posisi
yang seharusnya di skrotum pada saat lahir dan tidka dapat dipindahkan secara manual ke
posisi seharusnya

b. Epidemiologi

Pada bayi premature, insiden kriptorkismus ada di angka 30%, insiden ini menurun menjadi
3-5% pada bayi yang lahir cukup bulan, pada usia 3 bulan insiden akan menjadi 1-3%, dan
pada usia 1 tahun insiden tinggal 0,8%. Setelah 3 bulan insiden kriptorkismus dapat
meningkat lagi karena ascending testis yang jumlahnya hampir seimbang dengan jumlah
kriptorkismus testis kongenital.

c. Etiologi dan faktor risiko

Kriptorkismus disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor mekanis yang
dipengaruhi Anti mullerian hormone (AMH), androgen, INSL-3 (Insulin Like 3), estradiol,
LGR8 (Leucine-rich repeat-containing G proteincoupled receptor 8), genitofemoral nerve
(GFN), dan calcitonin gene related peptide (CGRP).

Penyebab utamanya adalah kriptorkismus adalah defek sekresi androgen pada fase prenatal.

Faktor risiko yang yang memungkinkan adalah

i. Kelahiran prematur
ii. Obesitas maternal
iii. Pajanan pestisida
iv. Riwayat kebiasaan menonsumsi alkohol saat hamil
v. Kebiasaan merokok
vi. Riwayat keluarga
d. Diagnosis

Kriptorkismus ditegakkan apabila testis tidak ditemukan di dalam kantong skrotum

Cara pemeriksaan: tangan pemeriksa dalam konisi hangat, anak relaks dan posisi duduk atau
terlentang serta tungkkai dilipat, kemudia testis diraba mulai dari daerah Spina iliaca anterior
super (SIAS) ke arah inguinal dan berlanjut ke kantong skrotum dengan cara milking.

Diagnosis berdasarkan letak testis


i. Kriptorkismus intraabdominal
ii. Kriptorkismus Inguinal
iii. Kriptorkismus preskrotal

Pemeriksaan penunjang

iv. Usia < 4 bulan → pemeriksaan kadar hormon testosteron


v. Usia >4 bulan → uji hCG untuk memeriksa kadar hormon testosteron
vi. Uji hCG → untuk mengetahui ada tidaknya testis

Cara: Diberikan 1500 IU hCG IM setiap hari selama 3 hari berturutturut. Kadar
testosteron plasma diperiksa sebelum dan 24 jam setelah penyuntikan hCG yang
ketiga. Bila didapatkan peningkatan kadar testosteron yang bermakna setelah
penyuntikan hCG maka dapat disingkirkan adanya anorchia.

e. Tatalaksana

Orkhihidopeksi/bedah reposisi testis kedalam skrotum yang lebih baik dilakukan pada usia
9 bukan karena beberpaa penelitian mengakatan lebih baik dibandingkan ketika dilakukan
pada usia 3 tahun.

f. Hidrokel
Fahriza Adi Pramudya/212010101096
Definisi
Hidrokel adalah kondisi terkumpulnya cairan berlebih di antara dua lapisan tunika vaginalis testis
yang dapat diakibatkan kejadian kongenital ataupun didapat. Berdasarkan mekanisme terjaidnya,
hidrokel dapat dibagi menjadi dua yaitu hidrokel primer akibat kegagalan prosesus vaginalis dalam
obliterasi dan fusi sedangkan hidrokel sekunder akibat kondisi lain seperti infeksi, trauma, ataupun
keganasan. Faktor resiko penyebab hidrokel di antaranya proses persalinan sungsang, berat bayi
lahir rendah, dan penggunaan progestin selama masa gestasi.
Etiologi
1) Pada neonatus/kongenital
disebabkan karena belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingg terjadi aliran cairan
peritoneum ke cavum vaginalis dan belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam
melakukan reabsorbsi cairan hidrokel. Apabila terdapat hubungan antara hidrokel dengan rongga
abdomen maka disebut hidrokel komunikans.
2) Pada dewasa
• Primer/Idiopatik
• Sekunder
karena kelainan pada testis dan epididymis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi
atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel sehingga menyebabkan terjadinya akumulasi
cairan yang berlebihan pada cavum vaginalis. Pada keadaan ini, tidak terdapat adanya
hubungan hidrokel dengan rongga abdomen, disebut juga dengan hidrokel nonkomunikans.
Etiologi hidrokel jenis ini antara lain: tumor, infeksi, atau trauma pada testis/epididymis.
Hidrokel yang disebabkan oleh penumpukan cairan pada bagian prosesus vaginalis yang
tidak mengalami obliterasi, tanpa adanya hubungan dengan rongga abdomen dan tunika
vaginalis testis disebut hidrokel funikulus, namun kelainan ini jarang ditemukan.
3) Gangguan fungsi limfatik → filariasis → penyebab di daerah endemic filariasis akibat
Wuchereria bancrofti
Patofisiologi

Patofisiologi berdsarkan tipe hidrokel sebagai berikut:

A. Hidrokel primer → kongenital hidrokel merupakan hasil dari kegagalan prosesus


vaginalis dalam obliterasi → cairan dari peritoneum dapat lolos ke testis

B. Hidrokel sekunder → infeksi (filariasis), trauma, dan keganasan → produksi cairan


berlebih → bocor ke testis

tanda dan gejala


Pasien dengan hidrokel akan mengeluhkan beberapa hal berikut:

• Pasien merasa nyeri di skrotum dan skrotum tampak membengkak


• Testis tidak dapat palpasi/ teraba pada kontralateral akumulasi cairan

Diagnosis
Diagnosis dapat dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Transluminasi menjadi salah
satu cara yang dapat dilakukan secara sederhana yaitu dengan menembakkan cahaya ke skrotum di
ruangan gelap, apabila skrotum tampak bersinar tanpa bayangan, maka mengindikasikan hidrokel.
Apabila terjadi hernia, sinar tidak akan berpendar dan cenderung redup akibat terhalang isi hernia.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk memastikan hidrokel di antaranya:

• Pemeriksaan aboratorium α-fetoprotein dan hCG → keganasan


• USG hidrokel akan menghasilkan gambaran area anekoik atau ekolusen di sekitar
testis → membedakan dengan spermatokel
• USG Duplex → evaluasi aliran darah testis dan dugaan hidrokel akibat testicular
torsion
• Gambar pemeriksaan transluminasi positif

Terapi
Pilihan terapi hidrokel dapat berupa pembedahan dan aspirasi apabila pembedahan kontraindikasi.
Pembedahan dilakukan apabila terjadi komplikasi atau simptomatik. Teknik pembadahan yang
dapat dilakukan di antaranya adalah plikasi (diseksi minimal) → hidrokel dengan dinding tipis dan
eksisi serta eversi → hidrokel dengan dinding tebal. Pada kasus hidrokel kongenital, sebagian besar
akumulasi cairan dapat diabsorpsi secara spontan. Biasanya kalo ada hidrokel ditunggu sampai usia
2 tahun akan hilang, tpi kalau tidak hilang, dapat dilakukan pembedahan.
Prognosis dan DD
Prognosis baik apabila tidak terdapat komplikasi serta ditangani dengan benar. Diagnosis banding
dari hidrokel di antaranya hernia skrotalis, kista epididimis, spermatokel, varikokel

g. Testis eptopik
Mayla Fauziah/212010101099

Testis ektopik terjadi ketika testis atau buah zakar tidak turun ke dalam kantung skrotum,
melainkan berhenti di tempat yang tidak seharusnya di dalam tubuh (di luar jalur
penuruunannya)

testis ektopik sedikit berbeda dengan penyakit kriptorkidisme atau tidak turunnya testis ke
dalam kantung sktrotum. Jalur turun testis ke dalam kantung skrotum sudah ada dan biasanya
testis tersangkut di salah satu titik penurunan. Sementara, pada kasus testis ektopik, testis
berjalan melenceng dari jalur normal dan berhenti di satu tempat dalam tubuh. Lokasi paling
sering dari testis ektopik adalah di rongga perut, area pubis atau panggul, selangkangan, dan
paha atas
Etiologi :

Terdapat suatu sindrom bernama sindrom malformasi kongenital yang ditandai dengan
ketidaksempurnaan pembentukan organ janin di masa kehamilan. Testis ektopik masih belum
diketahui secara jelas penyebab utamanya.

Meski begitu, terdapat pendapat yang menyatakan adanya hubungan antara kelainan sistem
endokrin (sistem tubuh yang melepas hormon untuk mengatur beragam fungsi tubuh) selama
masa kehamilan dengan angka kejadian testis ektopik pada bayi yang dilahirkan.

Faktor resiko

- Bayi laki-laki yang lahir premature

- Bayi laki-laki dengan berat badan lahir rendah

- Adanya kelainan genetic

- Riwayat penyakit serupa atau yang berkaitan dengan tidak turunnya testis di
keluarga

Gejala :

tidak adanya testis pada salah satu atau kedua kantung skrotum. Kondisi ini dapat langsung
disadari saat bayi baru lahir karena dokter anak akan melakukan pemeriksaan awal

teraba benjolan di bagian tubuh lain (selain skrotum) atau bahkan tidak teraba benjolan testis
sama sekali.

Tx :

- orchiopexy : prosedur pembedahan untuk memindahkan testis kembali ke


kantung skrotum.

- laparoskopi : memindahkan testis ke skrotum

Testis ektopik diharapkan dapat kembali ke tempat normalnya pada tahun pertama kehidupan.
Ketika anak menginjak usia 1 tahun, dokter anak akan memeriksa bayi untuk memastikan lokasi
testis sudah normal atau tidak. Bila testis teraba di jalur normal, meskipun belum ada di posisi
yang tepat, itu tidak menjadi masalah karena testis akan turun dan berada ke kantung skrotum
pada masa pubertas. Tapi testis dapat tidak teraba karena berada di lokasi yang lebih dalam,
seperti misalnya di rongga perut.

Waktu terbaik untuk operasi bervariasi, tergantung dengan lokasi ditemukannya testis serta usia
anak saat itu. Umumnya tindakan operasi dilakukan saat anak berusia 3 - 6 bulan dan tidak
berusia di atas 1 tahun. Setelah operasi, dokter juga akan tetap melakukan pemantauan jangka
panjang karena anak berisiko tinggi mengalami ketidaksuburan dan keganasan seperti kanker.

h. Ginjal polikistik
Siti Nur Hidayah/212010101009
Definisi
Ginjal polikistik adalah penyakit kelainan autosomal dominan (Autosomal Dominant Polycystic
Kidney Disease/ADPKD) atau autosomal resesif (Autosomal Recessive Polycystic Kidney
Disease/ARPKD) dimana terjadi pembentukan kista dan pembesaran ginjal biasanya juga
disertai dengan kelainan anatomi organ lainnya seperti hepar, pankreas, dan limpa. Penyakit
autosomal dominan kurang progresif bila dibandingkan dengan autosomal resesif.

Patofisiologi
Pada kelainan ginjal polikistik yang bersifat autosomal dominan, terdapat mutasi gen PKD 1 dan
PKD 2 yang memberikan kode polikistin. Sementara, kelainan ginjal polikistik autosomal resesif
memiliki mutasi gen PKHD1, yang memberikan kode fibrosistin dan berfungsi serupa dengan
polikistin.[2,4,5]
Gangguan pada polikistin dan fibrosistin menyebabkan kelainan fungsi silia primer. Sebagai
akibatnya, kaskade intrasel menjadi terganggu, sehingga terbentuk epitel kistik, peningkatan
pembelahan sel, peningkatan apoptosis, dan hilangnya kapasitas resorptif. Selain itu, polikistin dan
fibrosistin juga diekspresikan pada otot polos vaskular, sehingga menyebabkan kelainan pada
berbagai respon vaskular.

Gejala
Poliuria · Hematuria · Nyeri punggung bawah · Nyeri abdomen · Perut membesar · Sakit kepala ·
Lemas · Mudah memar ·
Pemeriksaan Penunjang
- Tes darah, kadar serum kreatinin - Tes urin - USG - Rontgen abdomen - CT-Scan
Tatalaksana
- Perubahan gaya hidup - Menjaga berat badan ideal. - Berolahraga secara rutin selama 30 menit per
hari, 5 hari dalam seminggu. - Tidur yang cukup dan teratur selama 7-8 jam. - Menjaga pola makan
teratur. - Mengatasi stres dengan baik. - Berhenti merokok.

i. Ginjal tapal kuda


Fajri Ramadhan/182010101044
Horse shoe kidney adalah kondisi ketika pertumbuhan kedua ginjal terlampau dekat sehingga
menyatu di polus posterior

Etiologi
Tidak ada penyebab genetik yang jelas, tapi beberapa faktor etiologi seperti migrasi
abnormal sel nefrogenik melintasi garis primitif, perubahan lingkungan intrauterin (konsumsi
obat teratogenik seperti thalidomide, alkohol dan DM) dan faktor struktural seperti fleksi/rotasi
tulang belakang ekor dan percabangan arteri yang menyempit selama migrasi dapat
berkontribusi dalam perkembangan horse shoe kidney. Bisa juga karena kesalahan fusi pada
minggu 4-6 perkembangan.
Epidemiologi
1 dari 500 pada populasi normal dengan laki-laki lebih banyak 2:1. Lebih banyak pada
penderita kelainan kromosom seperti sindrom Edward 67%, sindrom Turner 14-20%, dan
sindrom Down 1%
Sejarah dan Fisik
Sering tidak menunjukkan gejala, namun ada 2 keluhan paling umum yaitu sakit perut
atau gejala infeksi saluran kemih.
Ginjal normalnya terletak di retroperitoneum antara prosesus transversus T12 dan L3
dengan ginjal kiri sedikit lebih superior daripada ginjal kanan. Kutub atas biasanya sedikit lebih
ke medial dan posterior daripada kutub bawah. Pada penyakit horseshoe kidney, lokasi,
orientasi dan pembuluh darah ginjal tidak normal. Puncak ginjal pada penyakit ini ditahan oleh
arteri mesenterika inferior di L3 namun, juga dapat ditemukan lebih rendah di perut dan
panggul. Selama minggu 6-8 perkembangan, puncak ginjal berputar 90 derajat. Pada penyakit
horseshoe kidney, terjadi malrotasi sehingga ureter harus melewati isthmus atau menuruni
permukaan anterior ginjal yang dapat menyebabkan masalah drainase urin dan stasis.
Evaluasi
USG/CT scan/MRI/ pemindaian radionuklida/voiding cystourethrogram.
CT dan MRI dapat menunjukkan anatomi dan mendeteksi pembuluh darah dan struktur
sekitarnya. CT urogram (CT scan perut dan panggul tanpa dan kemudian dengan kontras IV)
dapat mengidentifikasi batu, penyumbatan saluran kemih dan penghalang ureteropelvic
junction (UPJ). Alternatif MRI jika pasien tidak dapat mentoleransi kontras IV standar
Pemindaian ginjal radionuklida kedokteran nuklir untuk diagnosis obstruksi UPJ.
Voiding cystourethrograms untuk mengidentifikasi refluks vesikoureteral
Perawatan / Manajemen
Litotripsi gelombang kejut untuk nefrolitiasis kurang efektif. Jika terdapat batu, dapat
diangkat melalui operasi perkutan.
Penggunaan fluoroskopi biplanar selama operasi perkutan mengurangi paparan radiasi
pasien dan mengurangi waktu operasi secara keseluruhan.
Prognosa
Umumnya baik. Namun, jika disertai obstruksi UPJ, nefrolitiasis, dan refluks dapat
meningkatkan mortalitas. Risiko terkena kanker ginjal juga meningkat
Komplikasi
Cacat anatomis intrinsik yang ada pada ginjal tapal kuda membuat individu rentan sakit
karena obstruksi ureter dan gangguan drainase urin. Obstruksi sambungan ureteropelvis (UPJ)
adalah kelainan paling umum yang terkait. Juga dapat terjadi hidronefrosis, infeksi, refluks
vesikoureter, nefrolitiasis dan rentan terhadap trauma tumpul abdomen karena vertebra
lumbalis tertekan/patah
DAFTAR PUSTAKA

Bragg BN, Kong EL, Leslie SW. Paraphimosis. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; November 28, 2022.

Eroschenko, Victor P. Di Fiore's Atlas of Histology with Functional Correlations. Philadelphia :Lea &
Febiger, 1993.

Halim, J. tanpa tahun. Atlas Histologi Halim.Pdf. Penerbit Buku Kedokteran.

Huzaifa M, Moreno MA. Hydrocele. [Updated 2021 Jul 12]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559125/

Kumar, V., A. k. Abbas, dan J. C. Aster. 2016. Robbins Basic Phatology. Elsevier.

Netter, MD, F. H., 2011. Atlas of Human Anatomy. 6th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier.

richard oliver ( dalam Zeithml., dkk 2018 ). 2021. Langman’s Medical Embryology. Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952.

Sadler. 2012. Langman’s medycal embriologi. Journal of Chemical Information and Modeling. 110.

Eroschenko, V. P. 2005. DiFiore’s Atlas of Histology with Functional Correlations. Edisi 11. United
States of America: Lippincott Williams & Wilkins. Library of Congress Cataloging-in-Publication
Data.

Frank H. Netter, M. 2014. Netter’s Clinical Anatomy Atlas of Human Anatomy. Edisi 6. Philadelphia:
Elsevier.

Sherwood, L. 2016. Human Pgysiology. Edisi 9. Boston: Cengage Learning.

Urology Care Foundation. What Are Spermatoceles (Spermatic Cysts)?

Anda mungkin juga menyukai