Jurnal Pembelajaran 2.2 Tutorial H
Jurnal Pembelajaran 2.2 Tutorial H
2 BLOK 13 KELOMPOK H
Learning Objective
a. Nyeri
· Nyeri cepat à nyeri yang timbul sekitar 0,1 detik. Nama lain dari nyeri
cepat di antaranya nyeri tajam, tertusuk, akut, dan tersetrum.
o Jaras neospinotalamikus
o Neurotransmitter: Glutamat
· Nyeri lambat à nyeri yang timbul sekitar 1 detik atau lebih. Nama lain
dari nyeri lambat di antaranya nyeri terbakar lambat, nyeri tumpul,
nyeri berdenyut, nyeri mual, dan nyeri kronis.
o Etiologi: mekanis, suhu, dan kimiawi
o Jaras paleospinotalamikus
o Neurotransmitter: Substansi P
Nyeri dapat dirasakan oleh manusia disebabkan oleh reseptor nyeri yang tersebar
di seluruh tubuh. Apabila di bagian kepala, reseseptor nyeri berada di bagian
falks serta tentorium kepala. Reseptor nyeri memiliki karakteristik seperti ujung
saraf bebas, tidak mudah beradaptasi, dan pada beberapa kondisi dapat timbul
peningkatan sensitivitas nyeri atau hyperalgesia. Penyebab nyeri sangat beragam
di antaranya iskemia jaringan dan spasme otot.
Nyeri Kepala
Migraine Headache
→ Muntah
→Photofobia/Phonofobia
● Tatalaksana
○ Abortive Therapies
■ Asetaminofen dan NSAID lain → mild attacks
■ Triptan → First line → Kontraindikasi pada coronary artery
disease
■ Ergotamin → digidroergotamin sebagai alternatif
■ Dopamin antagonis →Metoklopramide dan proklorperazine
● Apabila ada muntah
● Profilaksis
○ Anti epilepsi→ Topiramate, gabapentin, asam valproat
○ Beta Blocker → propanolol
Cluster Headache
● Kasus paling jarang terjadi namun sering pada pria daripada wanita
● Muncul setiap hari selama 8 - 10 minggu/tahun dan muncul di waktu yang
sama setiap hari
● Muncul dan berlangsung selama 15 menit -3 jam
● Gejala→muncul secara heboh seperti ada nyeri tusuk dibelakang mata,
gangguan otonom seperti ptosis, miosis, menangis dan pilek berlebih,
kemerahan
● Tatalaksana
○ Abortive
■ Oksigen 100% dengan kecepatan 10-12 L/menit
■ Triptans
○ Profilaksis
■ Verapamil
■ Kortikosteroid
■ Litium
· Nyeri hebat kepala dapat disebabkan oleh tarikan pada sinus venosus
sekitar otak, kerusakan tentorium, atau regangan pada dura di basis
otak, serta stimulus regangan pada pembuluh darah selaput otak
(utamanya arteri meningeal media)
John E. Hall, P., 2011. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology 12 Ed. 12 penyunt.
Washington: Elsivier Saunders.
FISIOLOGI TIDUR
- Memberikan efek restorative terhadap otak (kalu kita tidur maka otak akan di
pulihkan)
Stage of Sleep
Memejamkan mata → masuk ke REM → Trasition states → Slow-wave sleep delta waves
Saat kita tidur gelombang otak itu bisa direkam dengan alat EEG (elektro enchepalo graphy)
0. Awake
Saat kondisi terjaga, 2 jenis gelombang EEG yg dapat terjadi: Saat kondisi terjaga, 2 jenis
gelombang EEG yg dapat terjadi:
1. Alpha Waves
2. Beta Waves
Ketika cerebral berfokus thd suatu stimulus yg sedang terjadi (missal bunyi)
1. REM (Stage 1)
Segala macam tempat atau hal yang pernah di alami dan di simpan ingatan itu di dalam
cerebrum.
Sleep Mechanism
Aktivitas otak yg lama à penumpukan adenosin à aktivasi VlPOA. Selain itu ditambah
rangsangan kenyang + Melatonin dari siklus gelap à Inhibisi LH Orexinergic Neuron à
Inhibisi Arousal System à penurunan neurotransmitter à Tidur
2.Patologi neurologic
● Headache
Shinta Ahmada Rahmaputri (202010101013)
Olesen, J. 2018. Headache classification committee of the international headache society (ihs)
the international classification of headache disorders, 3rd edition. Cephalalgia. 38(1):1–211.
Shankar Kikkeri N, Nagalli S. Trigeminal Neuralgia. [Updated 2022 Jul 9]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554486/
Sebenarnya ada banyak sekali jenis nyeri kepala karena lesi nevus kranialis, seperti
trigeminal neuralgia, neuropati glossofaringeal, neuralgia nervus intermedius, dan neuralgia
oksipital.
Trigeminal neuralgia
Definisi
Neuralgia trigeminal (TN) adalah kondisi nyeri kronis yang ditandai dengan episode singkat
berulang dari nyeri seperti sengatan listrik yang mempengaruhi saraf kranial (trigeminal)
kelima, yang memasok dahi, pipi, dan rahang bawah. Kondisi ini hampir selalu unilateral dan
dapat melibatkan satu atau lebih dari cabang saraf trigeminal.
Epidemiologi
Neuralgia trigeminal mempengaruhi 4 hingga 13 per 100.000 orang setiap tahun. Wanita
lebih terpengaruh dibandingkan pria. Rasio prevalensi pria-wanita berkisar dari 1 hingga 1,5
hingga 1 hingga 1,7. Sebagian besar kasus terjadi setelah usia 50 tahun; beberapa kasus
terlihat pada dekade kedua dan ketiga dan sangat jarang terlihat pada anak-anak.
Etiologi
Saraf trigeminal adalah saraf kranial kelima dan bertanggung jawab untuk suplai sensorik
wajah dan suplai motorik dan sensorik ke otot-otot pengunyahan. Nervus trigeminal dimulai
dari pons dan bercabang menjadi tiga cabang:
Saraf trigeminal dimulai di pons. Sebagian besar kasus neuralgia trigeminal disebabkan oleh
kompresi akar saraf trigeminal dalam beberapa milimeter setelah masuk ke pons. Antara 80%
dan 90% kasus TN disebabkan oleh kompresi oleh arteri atau vena yang berdekatan.
Pembuluh darah, yang paling banyak terlibat pada sekitar 75% sampai 80% kasus, adalah
arteri serebelar superior. Pembuluh darah lain yang diketahui menyebabkan TN termasuk
arteri serebelar inferior anterior, arteri vertebralis, dan vena petrosus. Beberapa penyebab lain
dari kompresi saraf termasuk meningioma, neuroma akustik, kista epidermoid, dan jarang
malformasi arteri atau aneurisma sakular. Sklerosis multipel merupakan faktor risiko TN, dan
dilaporkan pada sekitar 2% hingga 4% pasien dengan TN.
Diagnosis
Neuralgia trigeminal biasanya didiagnosis berdasarkan riwayat dan deskripsi gejala oleh
pasien. Untuk pasien dengan kecurigaan klinis TN, dianjurkan untuk melakukan studi
neuroimaging untuk membedakan TN klasik dari TN sekunder. MRI otak lebih disukai
daripada CT, karena MRI membantu dalam mengevaluasi lesi kecil yang berdekatan juga.
Ada kriteria diagnostik tertentu yang ditetapkan oleh ICHD-3, yang dapat membantu dalam
diagnosis TN. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
A) Paroksismal rekuren nyeri wajah unilateral pada distribusi nervus trigeminus dan
memenuhi kriteria B dan C.
C) Rangsangan yang tidak berbahaya memicu rasa sakit pada distribusi yang terkena
elektrofisiologis.
Studi neuroimaging seperti MRI Brain atau CT Head dapat membantu mengidentifikasi
penyebab seperti tumor sudut cerebellopontine atau multiple sclerosis, yang dapat
menyebabkan TN sekunder. Pencitraan resonansi magnetik atau MRI resolusi tinggi dapat
membantu mengidentifikasi kompresi vaskular sebagai penyebab TN klasik. Dengan cara ini,
pencitraan seluruh jalur saraf trigeminal dapat diperoleh, dan pembuluh darah yang
menyebabkan kompresi dapat diidentifikasi.
Oleh karena itu, meskipun TN adalah diagnosis klinis, MRI otak dengan dan tanpa kontras
dianjurkan untuk menyingkirkan lesi otak struktural pada semua pasien dengan dugaan klinis
TN.
Tatalaksana
Terapi Farmakologi
● Pengobatan lini pertama untuk pasien dengan TN klasik dan TN idiopatik adalah
terapi farmakologis. Obat yang paling umum digunakan adalah obat antikonvulsan
carbamazepine. Biasanya dimulai dengan dosis rendah yaitu 50 – 100 mg, dan
dosisnya ditingkatkan secara bertahap yaitu 600 – 1200 mg sampai rasa sakitnya
terkontrol. Kemungkinan efek samping carbamazepine termasuk kantuk, pusing,
penglihatan ganda, dan mual.
● Oxcarbazepine adalah obat yang lebih baru dan semakin banyak digunakan sebagai
terapi lini pertama untuk TN pada pasien yang tidak merespon atau tidak dapat
mentoleransi carbamazepine. Kemungkinan efek samping termasuk penglihatan
ganda, pusing, dan hyponatremia.
● Baclofen adalah relaksan otot yang dapat digunakan untuk mengobati TN. Efek
samping termasuk pusing, sedasi, dan dispepsia.
● Obat lain termasuk lamotrigin, fenitoin, gabapentin, clonazepam, dan asam valproat.
Pasien dengan TN sekunder juga dapat merespon dengan baik terhadap farmakoterapi.
Namun, dianjurkan untuk mengobati lesi atau penyakit yang mendasarinya.
Bagi beberapa pasien, terutama orang paruh baya dan orang tua yang tidak dapat mentolerir
terapi medis karena efek sampingnya.
Terapi Bedah
● Pasien yang refrakter terhadap terapi medis dapat dipertimbangkan untuk operasi.
● Dekompresi mikrovaskular: salah satu prosedur paling umum yang digunakan untuk
mengobati neuralgia trigeminal. Ini melibatkan kraniotomi dan eksplorasi fossa
posterior untuk mengidentifikasi dan menggerakkan pembuluh darah yang menekan
saraf trigeminal. Bantalan lembut kemudian dimasukkan di antara saraf dan pembuluh
darah untuk memungkinkan saraf pulih, yang pada akhirnya mengurangi rasa sakit.
Pada beberapa pasien, prosedur ini dapat menghilangkan rasa sakit yang
berkelanjutan selama lebih dari 10 tahun. Meskipun ini adalah prosedur yang paling
efektif, ini juga yang paling invasif. Beberapa komplikasi yang terkait dengannya
adalah penurunan pendengaran, hematoma serebelar, kebocoran CSF, infark, dan
kelemahan wajah.
Diagnosis banding
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik dapat membantu membedakan neuralgia
trigeminal dari kondisi serupa lainnya.
● Neuralgia postherpetic: sekunder dari Herpes zoster akut. Ini biasanya muncul dengan
ruam sebelumnya yang parah. Seringkali melibatkan cabang pertama saraf trigeminal,
dan rasa sakit biasanya terus menerus. Nyeri TN intermiten dan berlangsung beberapa
detik.
● Sakit gigi: nyeri terus menerus dan intraoral, yang bisa tumpul atau berdenyut. Nyeri
TN biasanya tajam, intermiten, dan seperti sengatan listrik. Juga, kelainan ditemukan
pada pemeriksaan mulut jika rasa sakit berasal dari sumber gigi.
● Neuropati trigeminal: Kondisi ini muncul dengan rasa sakit yang persisten dan dapat
dikaitkan dengan kehilangan sensorik.
● Sindrom sendi temporomandibular: Kondisi ini muncul dengan rasa sakit yang
persisten. Nyeri tekan lokal dan kelainan rahang dapat ditunjukkan.
● Neuralgia glosofaringeal: Pasien datang dengan rasa sakit di lidah, mulut, dan
tenggorokan. Rasa sakit dipicu oleh mengunyah, berbicara, dan menelan.
Prognosis
Neuralgia trigeminal bukanlah kondisi yang mengancam jiwa. Namun, itu dapat
menyebabkan rasa sakit seumur hidup dan dapat melumpuhkan. Beberapa pasien mungkin
mengalami episode yang berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan, diikuti dengan
interval bebas rasa sakit. Pada beberapa pasien, serangan nyeri memburuk dari waktu ke
waktu. Diagnosis yang benar dan manajemen yang tepat dapat bermanfaat bagi pasien dan
mengarah pada prognosis yang baik.
Komplikasi
● Rasa sakit pada neuralgia trigeminal begitu parah dan melemahkan sehingga pasien
dapat mengalami depresi jika tidak diobati secara memadai.
● Pasien yang diobati dengan obat antikonvulsan dalam jangka panjang dapat memiliki
efek obat yang merugikan.
● Beberapa pasien mengalami mati rasa wajah secara permanen di sisi yang terkena.
Definisi
Tension type headache (TTH) atau nyeri kepala tipe tegang adalah nyeri kepala bilateral yang
sifatnya menekan atau mengikat dengan intensitas ringan sampai sedang, tidak berdenyut,
tidak diperburuk oleh aktivitas fisik, tidak disertai mual, tetapi dapat disertai fonofobia atau
fotofobia
b) gangguan fungsional, misalnya: lelah, bekerja tak kenal waktu, anemia, gout,
ketidaknormalan endokrin, obesitas, intoksikasi, dan nyeri yang direfleksikan.
Patofisiologi
Patofisologi TTH secara pasti belum diketahui, namun beberapa penelitian menyatakan
bahwa sensitisasi perifer (nosisepsi dari jaringan miofasial perikranium) dan sensitisasi
sentral (peningkatan rangsangan pada central nervus system) memegang peranan penting
pada patofisiologi TTH
Karakteristik Diagnosis
- Lokasi bilateral
- Tidak diperburuk dengan aktivitas fisik rutin seperti berjalan atau naik tangga
- Fotofobia atau fonofobia (dapat terjadi salah satu tapi tidak keduanya)
Klasifikasi
2. TTH episodic sering : lebih dari 1 serangan, < 15 kali per bulan
Berikut ini adalah beberapa diagnosis kritis yang paling penting dari sakit kepala sekunder
untuk dipertimbangkan dan fitur klinis utama mereka:
· Subarachnoid Hemorrhage
oSakit kepala "Thunderclap" yang tiba-tiba, dengan nyeri maksimal saat onset dan sering
digambarkan sebagai "sakit kepala terburuk dalam hidup saya."
oBerhubungan dengan mual atau muntah, nyeri leher dan/atau kekakuan, dan defisit
neurologis fokal.
oTemuan pemeriksaan fisik mungkin termasuk hemotimpanum, defisit neurologis fokal, atau
kaku kuduk.
•
•Tatalaksana : aneurisma à Surgical clipping atau coiling endovascular u/ mencegah
rebleeding
•Kontrol tekanan darah
Vertigo merupakan rasa pusing yang menimbulkan sensasi palsu bahwa seseorang
atau lingkungan di sekitarnya berputar atau bergerak. Kondisi ini juga dapat terjadi secara
tiba-tiba pada seseorang. Perlu diketahui bahwa vertigo bukanlah sebuah penyakit, melainkan
gejala dari gangguan kesehatan yang mendasarinya. Pada kasus yang parah, kondisi ini juga
dapat menghambat aktivitas sehari-hari.
Lantaran dikarenakan kondisi ini dapat menyebabkan disorientasi (kebingungan) dan hilang
keseimbangan. Serangan vertigo bahkan bisa menyebabkan pengidapnya sampai terjatuh.
Kondisi ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
● Vertigo perifer. Vertigo ini terjadi ketika ada masalah dengan telinga bagian dalam.
● Vertigo sentral. Terjadi ketika ada masalah dengan otak. Penyebabnya bisa termasuk
infeksi, tumor otak, cedera otak traumatis atau stroke.
Penyebab Vertigo
Vertigo merupakan gejala dari gangguan kesehatan tertentu yang dapat terjadi pada telinga
atau otak. Berikut adalah beberapa penyebab umum dari kondisi tersebut:
Merupakan penyebab paling umum dari vertigo dan menciptakan perasaan intens
dan singkat bahwa pengidapnya berputar atau bergerak. Episode ini dipicu oleh
perubahan cepat dalam gerakan kepala, seperti pukulan ke kepala.
● Infeksi
Infeksi virus pada saraf vestibular, yang disebut neuritis vestibular atau labirin, dapat
menyebabkan vertigo yang intens dan konstan.
● Penyakit Meniere
Ketika cairan berlebihan menumpuk di telinga bagian dalam, hal ini dapat memicu
episode vertigo mendadak. Perlu diketahui bahwa episode tersebut dapat berlangsung
selama beberapa jam.
● Migrain
Vertigo merupakan salah satu gejala umum akibat cedera traumatis pada kepala atau
leher. Terutama jika cedera menyebabkan kerusakan pada sistem vestibular.
● Penggunaan obat-obatan
Ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi
vertigo, yaitu:
● Berusia lebih dari 50 tahun.
● Wanita.
● Pernah atau sedang memiliki luka di kepala.
● Sering menggunakan obat-obatan tertentu seperti antidepresan.
● Ada anggota keluarga yang memiliki riwayat vertigo.
● Mengalami infeksi pada telinga.
● Sedang stres berat.
● Sering mengonsumsi alkohol.
Gejala Vertigo
Salah satu gejala kondisi vertigo yang paling umum adalah pusing, yang biasanya
memburuk dengan gerakan kepala. Gejala ini biasanya digambarkan oleh pengidapnya
sebagai sensasi berputar, dengan ruangan atau benda di sekitar mereka tampak bergerak.
Selain itu, ada beberapa gejala vertigo lain yang juga dapat terjadi, seperti:
● Peningkatan keringat.
● Mual.
● Muntah.
● Sakit kepala.
● Telinga terasa berdengung.
● Timbulnya Gangguan pendengaran.
● Gerakan mata yang tidak disengaja.
● Kehilangan keseimbangan.
Serangan awal kondisi vertigo biasanya berlangsung selama beberapa jam saja. Namun, jika
tidak segera ditangani, vertigo akan selalu kambuh yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
stroke.
Diagnosis Vertigo
Dokter dapat mendiagnosis kondisi ini dengan melakukan pemeriksaan klinis dan
mengumpulkan informasi tentang gejala dan riwayat medis. Selanjutnya, dokter akan
melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Termasuk pada telinga dan saraf pada
pasien yang mengalaminya.
Jika dibutuhkan, tes dan pengamatan klinis tertentu juga dapat dilakukan untuk mendiagnosis
vertigo.
Dalam beberapa kasus, tes penunjang lainnya seperti tes pencitraan, pemeriksaan
pendengaran, dan tes keseimbangan juga mungkin akan dilakukan untuk menetapkan
diagnosis.
Pengobatan Vertigo
Sebenarnya beberapa kasus vertigo bisa sembuh tanpa pengobatan. Sebab, otak berhasil
beradaptasi dengan perubahan pada telinga bagian dalam. Namun, seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya, kondisi ini bukanlah sebuah penyakit, melainkan gejala dari suatu
masalah kesehatan.
Maka dari itu, jika dibutuhkan penanganan, hal ini akan berfokus pada penyebab yang
mendasarinya. Berikut adalah beberapa perawatan kondisi vertigo yang umum dilakukan:
Komplikasi Vertigo
Pencegahan Vertigo
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah gejala-gejala vertigo muncul, yaitu:
Setiap tahunnya terdapat satu per tiga lansia di dunia yang berumur di atas 65 tahun
mengalami jatuh. Angka ini cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Sekitar
30-73% lansia yang mengalami jatuh cenderung akan terjadi jatuh yang berulang. Jatuh yang
berulang menjadi alasan utama ketergantungan lansia pada lingkungan sekitar. Efek panjang
yang dirasakan lansia yaitu berkurangnya rasa percaya diri, depresi, hingga terisolasi secara
sosial. Penurunan keseimbangan pada lansia disebabkan oleh berbagai macam faktor di
antaranya adalah adanya:
1. Gangguan pada sistem sensorik → gangguan pada sistem visual, vestibular, dan
somatosensory
Sistem visual seperti sistem organ lain mengalami degenerasi karena proses
penuaan. Pada sistem visual lansia, terjadi penebalan jaringan fibrosa dan atrofi
serabut saraf, berkurangnya sel-sel reseptor di retina, serta perubahan elastisitas lensa
dan otot siliaris. Penurunan fungsi visual tersebut, menyebabkan masalah dalam
persepsi bentuk dan kedalaman serta informasi visual mengenai posisi tubuh yang
diperlukan untuk kontrol postural. Sistem lain yang mengalami penurunan fungsi
adalah sistem vestibular. Perubahan degeneratif tersebut mengenai organ vestibular
seperti: otolith, epithelium sensorik dan sel rambut, nervus vestibularis, dan
serebelum. Makula secara progresif mengalami demineralisasi dan menjadi terpecah-
pecah. Hal ini mengakibatkan penurunan kemampuan dalam menjaga respon postural
terhadap gravitasi dan pergerakan linear. Sistem somatosensori memberikan informasi
tentang posisi tubuh dan kontak dari kulit melalui tekanan, taktil sensor, getaran, serta
proprioseptor sendi dan otot. Sensasi kulit melalui sentuhan, getaran dan tekanan
sensor penting dalam setiap aktivitas sehari-hari, terutama yang melibatkan gerakan.
Sensitivitas kulit berkurang dengan bertambahnya usia. Kurangnya masukan dari
taktil, tekanan dan getaran reseptor membuatnya sulit untuk berdiri atau berjalan dan
mendeteksi perubahan dalam pergeseran, yang penting dalam menjaga keseimbangan.
1. Usia
Letak titik berat tubuh berkaitan dengan pertambahan usia. Pada anak anak
letaknya lebih tinggi karena ukuran kepala anak relatif lebih besar dari kakinya yang
lebih kecil. Keadaan ini akan berpengaruh pada keseimbangan tubuh, dimana semakin
rendah letak titik berat terhadap bidang tumpu akan semakin mantap atau stabil posisi
tubuh.
2. Jenis Kelamin
Merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa. IMT tidak bisa digunakan untuk anak-anak, bayi baru lahir, dan wanita hamil
khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. 4.
Aktivitas Fisik Aktivitas fisik adalah suatu gerakan fisik yang dapat
menyebabkan terjadinya kontraksi otot. Aktivitas fisik dapat meningkatkan kebugaran
jasmani, koordinasi, kekuatan otot yang berdampak pada perbaikan keseimbangan
tubuh.
4. Hipertensi
Pada penderita dengan hipertensi, sirkulasi darah menurun sejalan dengan usia
karena perubahan pada jantung dan pembuluh darah yang tentu saja dipengaruhi oleh
proses arteriosclerosis. Aterosklerosis dapat menyebabkan ketidakseimbangan ketika
terjadi lesi periventrikuler yang mempengaruhi serat sensoris dan motoris yang
menghubungkan area korteks dengan thalamus, ganglia basalis, serebelum, dan
medulla spinalis.
5. Diabetes Mellitus
Tes Kesimbangan pada Lansia → Test Romberg dan Tes Romberg Dipertajam
Tes Romberg adalah alat untuk mendiagnosis adanya gangguan gaya berjalan yang
disebabkan karena penurunan propioseptif, ataksia sensorik.Sensitif dan akurat untuk
penilaian klinis pasien dengan disequilibrium. Tes Romberg menunjukan hilangnya kontrol
postural. Dikatakan positif jika pasien bergoyang atau jatuh dengan keadaan mata tertutup
sambil berdiri.
● Tumor otak
M. Dyan Tambora S. (202010101118)
Definisi
Tumor otak adalah satu pertumbuhan abnormal di jaringan otak yang bersifat jinak (benign)
ataupun ganas (malignant), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intrakranial)
atau disusun tulang belakang (medulla spinalis). Pada saat tumor otak terjadi, pertumbuhan
sel yang tidak diperlukan secara berlebihan menimbulkan penekanan dan kerusakan pada sel-
sel lain diotak dan mengganggu fungsi otak bagian tersebut.
Etiologi
1) Genetik
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
Meningioma, Astrocytoma dan Neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Struge-Weber yang dapat dianggap sebagai
manisfestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis
neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor
hereditas yang kuat pada neoplasma.
3) Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan
degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma.
Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4) Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan
dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma
tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan
tumor pada sistem saraf pusat.
5) Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui
bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini
berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis yang progresif yang disebabkan oleh dua
faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan intrakranial (TIK).
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau
invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Perubahan suplai
darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan
otak yang mengakibatkan terjadi kehilangan fungsi secara akut dan dapat diperparah dengan
gangguan serebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan
neuron akibat kompresi, invasi dan perubahan suplai darah ke dalam jaringan otak.
Peningkatan TIK membahayakan jiwa jika terjadi dengan cepat. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena
itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini
meliputi volume darah intrakranial, volume CSS, kandungan cairan intrasel, dan mengurangi
sel parenkim otak.
Kenaikan tekanan yang tidak diatasi akan menimbulkan herniasi unkus serebellum. Herniasi
unkus timbul jika girus medialis lobus melalui insisura tentorial karena adanya lobus
temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial karena adanya massa dalam
hemisfer otak. Herniasi menekan mesensefalon menyebabkan hilangnya kesadaran dan
menekan saraf otak ke 3. Pada herniasi serebellum, tonsil serebellum bergeser ke bawah
melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medulla oblongata dan henti
nafas terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis yang terjadi akibat peningkatan intrakranial
yang cepat adalah bradikardi progresif, hipertensi sistemik dan gangguan pernafasan.
Manifestasi Klinis
(b) Muntah
Kadang-kadang dipengaruhi oleh asupan makanan, yang selalu disebabkan adanya iritasi
pada pusat vagal di medulla.
Ada sekitar 70%-75% dari pasien dan dihubungkan dengan gangguan penglihatan seperti
penurunan tajam penglihatan, diplopia (pandangan ganda) dan penurunan lapang pandangan.
Adanya variasi penurunan focal motorik, sensor dan disfungsi saraf cranial.
Lokasi gejala-gejala terjadi spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang terkena,
menyebabkan tanda-tanda yang ditunjukkan local, seperti pada ketidaknormalan sensori dan
motorik, perubahan penglihatan dan kejang:
(3) Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status
emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku mental, pasien kurang merawat
diri.
(5) Tumor sudut serebropontin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan
memberikan rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteristik gejala pada
tumor otak. Yaitu: tisnitus dan kelihatan vertigo, kesemutan dan terasa gatal-gatal
pada wajah dan lidah, terjadi kelemahan atau paralisis, karena pembesaran tumor
menyerang serebelum mungkin ada abnormalitas pada fungsi motorik.