Anda di halaman 1dari 35

UNIVERSITAS JEMBER KODE

FAKULTAS DOKUMEN
KEDOKTERAN PROGRAM FORM
STUDI PENDIDIKAN
DOKTER
LEMBAR KERJA
MAHASISWA
Dosen Pengampu Mata kuliah : dr. Elly Nurus Sakinah, M.Si.
Pokok bahasan : Tidak bisa kencing dan gangguan seksual
Model Pembelajaran : Tutorial

IDENTITAS MAHASISWA
Kelompok Tutorial M
Pertemuan Ke 4
Hari/Tanggal

BAHAN DISKUSI

Tidak Bisa Kencing dan Gangguan Seksual


Seorang laki-laki berusia 55 th datang ke Puskesmas dengan keluhan buang air kecil
(BAK) yang keluar terus menerus dengan jumlah yang sedikit-sedikit dan pasien merasa
belum tuntas. Sebelumnya laki-laki tersebut mengeluh BAK yang sulit dan pernah BAK
bercabang. Selain itu penisnya mengalami gangguan ereksi. Kadang bisa ereksi tetapi
tidak bertahan lama. Keluhan tersebut sebenarnya sudah ada sejak beberapa tahun yang
lalu. Riwayat sebelumnya pasien mengkonsumsi obat kuat dan sudah menikah selama 30
tahun, namun masih belum mempunyai keturunan. Untuk membantu menegakkan
diagnosis, dokter meminta izin kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan rectal
touche.

HASIL DISKUSI
Klarifikasi Istilah

1. Rectal touche
Rectal toucher atau colok dubur, adalah pemeriksaan klinis yang sering dilakukan
sebagai tahapan diagnostik berbagai penyakit seperti benign prostatic hyperplasia
(BPH) dan hemoroid. Pemeriksaan ini dilakukan menggunakan jari untuk
mengevaluasi struktur anus, rektum, serta organ lain di sekitar rektum seperti
prostat, vesikula seminalis, dan uterus. Indikasi digital rectal examination antara
lain apabila ada keluhan terkait gastrointestinal, urologi, ginekologi, dan juga
neurologi, misalnya buang air berdarah, kesulitan berkemih, atau inkontinensia.
• Pada pria: Pemeriksaan rekto abdominal, pemeriksaan prostate dan vesika
seminalis.
• Pada wanita : Pemeriksaan rekto abdominal, pemeriksaan uterus dan
adneksa serta pemeriksaan genitalia pada nullipara.
Beberapa posisi untuk melakukan pemeriksaan rectal toucher:
1. Left lateral position

2. Knee-elbow position

3. Dorsal position

4. Lithotomy position

Rectal toucher: Digital rectal examination, atau juga disebut rectal toucher atau colok
dubur, adalah pemeriksaan klinis yang sering dilakukan untuk mengevaluasi struktur
anus, rektum, serta organ lain di sekitar rektum seperti prostat, vesikula seminalis, dan
uterus. sebagai tahapan diagnostik berbagai penyakit seperti benign prostatic hyperplasia
(BPH) dan hemoroid. Pada pria, pemeriksaan ini bermanfaat dalam deteksi dini
pembesaran prostat akibat BPH, kanker prostat, dan prostatitis.

2. BAK bercabang

Kondisi urine keluar dengan arah yang bercabang 2, bisa terjadi pada wanita
maupun pria. Namun umumnya terjadi pada pria. Hal tersebut dapat disebabkan
oleh bentuk atau struktur anatomi, dimaan saluran kencingnya terbagi menjadi 2.

3. Obat Kuat

awalnya dipake obat antiinflamasi , karena ada efek peningkatan corpus


cavernosum dipakai untuk ereksi lebih lama.

Rumusan Masalah

1. Mengapa laki-laki tersebut mengalami keluhan BAK terus menerus dengan


jumlah sedikit-sedikit?

BAK terus menerus dengan jumlah sedikit Disebut frekuensi urine/kencing.


Frekuensi urin → kebutuhan BAK berkali kali pada siang hari, malam hari
(nokturia), atau keduanya tetapi dalam volume urin yang normal atau < normal.
Frekuensi dapat disertai sensasi kebutuhan mendesak untuk berkemih (urinary
urgency).

1) Frekuensi meningkat saat siang hari → poliuria → frekuensi abnormal


berkemih. Normalnya 4-6 kali/hari. Frekuensi > 8 kali/ hari → mengalami
peningkatan frekuensi. Penyebab : Penurunan kapasitas fungsional kandung
kemih. Poliuria juga didefinisikan dengan vol. urin harian ±2.800 ml

2) Nokturia → aktivitas terbangun di malam hari untuk berkemih sekali/lebih.

3) Urgensi

4) Inkontinensia Urin → ketidakmampuan menahan urin yang keluar dari


kandung kemih.
Terdapat 4 jenis :

a) Inkontinensia true/continous → selalu keluar

b) Inkontinensia stress

c) Inkontinensia urge → selalu ada keinginan untuk kencing

d) Inkontinensia paradoksa → kandung kemih penu

Ada beberapa penyebab BAK terus menerus dengan jumlah sedikit-sedikit,


diantaranya:

• Adanya Kerusakan Saraf

Diketahui proses buang air kecil sendiri sudah diatur oleh saraf di otak dan sistem
saluran kemih. Nah jika terjadi kerusakan pada saraf yang mengatur proses
berkemih, maka hal tersebut akan menimbulkan keluhan kencing tidak tuntas atau
buang air kecil tapi sedikit.

• Terkena Efek Samping Obat-Obatan

Buang air kecil tapi sedikit ini juga dapat terjadi karena efek samping dari obat-
obatan. Mulai dari obat alergi, antidepresan, obat pilek dan juga obat alfa
inhibitor. Keluhan tersebut ada juga disebabkan oleh efek samping dari obat bius
serta obat penenang.

• Gangguan Kandung Kemih

Penyebab buang air kecil tapi sedikit selanjutnya adalah adanya permasalahan
pada kandung kemih. Seperti misalnya melemahnya otot kandung kemih, retensi
urine, hingga tumor atau pun kanker yang letaknya menghalangi saluran kemih.

Hipertrofi pada otot muskulus destrutor = akan membuat lumen vu atau vesica
urinaria akan mengecil, volume vesica urinari akan menurun (sedikit urine yang
masuk ke vu nantinya akan dikeluarkan langsung dari vu, makanya bak pasien
terus menerus dan jumlahnya sedikit)

2. Mengapa pasien sering merasa belum tuntas BAK?

1. Infeksi saluran kemih


Kencing tidak tuntas sering kali terjadi akibat infeksi, seperti infeksi saluran
kemih atau infeksi prostat. Selain itu, infeksi menular seksual, seperti gonore atau
kencing nanah, juga bisa menimbulkan keluhan berupa kencing tidak tuntas atau
terasa perih.
2. Benign prostatic hyperplasia (BPH)
BPH atau pembesaran kelenjar prostat jinak merupakan salah satu gangguan pada
prostat yang banyak terjadi pada pria usia lanjut.
Terjadinya keluhan kencing tidak tuntas akibat BPH disebabkan oleh pembesaran
pada prostat, sehingga menekan saluran kemih. Hal ini kemudian membuat aliran
urine yang keluar menjadi kurang lancar.
Selain karena BPH, pembesaran prostat akibat infeksi atau kanker prostat juga
bisa menyebabkan keluhan kencing tidak tuntas.

3. Kerusakan saraf
Proses berkemih diatur oleh saraf di otak dan sistem saluran kemih. Ketika terjadi
kerusakan atau gangguan pada saraf yang mengatur proses buang air kecil, kondisi
ini dapat menimbulkan keluhan kencing tidak tuntas.
Ada beberapa contoh penyakit atau gangguan pada saraf yang bisa menyebabkan
keluhan kencing tidak tuntas, antara lain stroke, diabetes, dan cedera saraf tulang
belakang.

4. Gangguan kandung kemih


Permasalahan pada kandung kemih, seperti melemahnya otot kandung kemih,
retensi urine, hingga tumor atau kanker yang letaknya menghalangi saluran kemih
dapat menyebabkan keluhan kencing tidak tuntas dan gangguan pengosongan
urine di kandung kemih.

5. Masalah psikologis
Salah satu masalah psikologis yang menyebabkan kencing tidak tuntas adalah
parauresis atau sulit buang air kecil karena malu buang air kecil di tempat umum.
Selain sulit buang air kecil, kondisi ini membuat penderitanya merasa tidak tuntas
saat ia buang air kecil di keramaian, misalnya di toilet umum.

6. Efek samping obat-obatan


Keluhan kencing tidak tuntas terkadang bisa disebabkan oleh efek samping obat-
obatan, misalnya obat alergi, obat pilek, antidepresan, dan obat penghambat alfa.
Keluhan ini juga bisa disebabkan oleh efek samping obat bius dan obat penenang.
Karena penyebabnya ada banyak, keluhan kencing tidak tuntas merupakan
kondisi yang perlu diperiksa oleh dokter. Anda juga perlu berkonsultasi dengan
dokter urologi jika keluhan kencing tidak tuntas yang Anda rasakan muncul
beserta gejala lain, seperti demam, nyeri punggung bagian bawah, dan kencing
berdarah atau bernanah.
Untuk menentukan penyebab kencing tidak tuntas yang Anda rasakan, dokter
akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, seperti tes urine,
tes darah, biopsi prostat, serta pemeriksaan radiologis seperti USG, foto Rontgen,
dan pielografi.
Setelah dokter menentukan diagnosis dan mengetahui penyebab keluhan kencing
tidak tuntas yang Anda rasakan, dokter dapat menangani kondisi tersebut dengan
meresepkan obat-obatan, menyarankan Anda untuk melatih otot kandung kemih
dengan senam Kegel, memasang kateter urine, hingga operasi.
Agar keluhan tersebut tidak terjadi kembali, hindari kebiasaan menahan kencing
dan jangan terburu-buru saat buang air kecil. Jika keluhan kencing tidak tuntas
yang Anda alami tidak kunjung membaik, jangan segan untuk berkonsultasi
dengan dokter urologi untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

3. Mengapa laki-laki tersebut mengalami keluhan BAK yang sulit dan pernah BAK
bercabang?

BAK sulit

Hipertrofi pada prostat itu menyebabkan obstruksi pada uretra ,akan terjadi statis
urin pada VU , yang mana menyebabkan ISK / hipertrofi VU karena usaha otot
VU berlebih, selain itu juga dapat terjadi hesitancy
Usaha berlebih otot VU inilah yang menyebabkan sensasi BAK yang sulit ,

BAK bercabang

Lalu, mengapa kok BAK nya bercabang ? jadi, hipertrofi pada seluruh kelenjar
prostat itu ga rata , dapat membentuk nodul , benjolan ini menekan uretra dan
mengubah struktur uretra , nah perubahan struktural uretra inilah yang
menyebabkan aliran urin berubah , disebut BAK bercabang / split stream

Tapi sebenarnya , BAK bercabang bisa disebabkan oleh faktor lain :


• Adhesi : jadi pada air mani (semen) , bisa jadi ada sisa yg belum keluar ,
menjadi ejaculate kering , semen nya tetep pada uretra dan menempel
disana . Air mani yang kering tersebut membuat aliran urine terhambat
(anuria). Tekanan aliran urine pun menjadi lemah dan keluar dalam dua
arah.
• Hambatan dari kulup penis
Pria dengan kulup penis yang terlalu ketat (fimosis) atau belum disunat
juga berisiko mengalami dua aliran kencing ini. Kulit kulup penis alias
preputium pada pria yang belum disunat akan membagi aliran kencing ke
dua arah berbeda.
• Penyakit pada sistem perkemihan
Aliran urine yang bercabang juga dapat disebabkan oleh penyakit sistem
perkemihan seperti pembesaran prostat dan infeksi saluran kemih. Prostat
yang membesar lambat laun dapat menjepit saluran kemih dan
menyebabkan penyempitan (striktur) uretra. Sementara itu, infeksi yang
tidak diobati bisa memicu peradangan atau pembentukan jaringan luka
pada saluran kemih. Keduanya juga bisa menyebabkan penyempitan
uretra sehingga aliran kencing yang keluar menjadi bercabang.
4. Apa hubungan riwayat pasien mengkonsumsi obat kuat dengan kondisi Kesehatan
pasien?

Salah satu obat kuat adalah Sildenafil atau nama dagangnya “viagra”. Cara kerja
obat tersebut adalah dengan menghambat selektif terhadap enzim fosfodiesterase
tipe 5 yang spesifik terhadap siklik GMP (PDE5).
Selama proses perangsangan seksual, dibebaskaan neurotransmitter nitrogen
oksida dan sel endotel korvus kavernosum sebagai respon terhadap rangsangan
seksual, neurotransmitter akan mengaktifkan guanilat siklase yang mengkatalis
perubahan guanosin trifosfat (GPT) menjadi siklik guanosin mono fosfat (cGMP),
siklik GMP ini lah yang menyebabkan relaksasi otot polos korpus kavernosum
yang menghasilkan ereksi.
Keberadaan fosfodiesterase tipe 5 (PDE5) akan memecah GMP menjadi senyawa
tidak aktif guanosin monofosfat (GMP) akibatnya siklik GMP akan berkurang dan
ereksi akan hilang. Sildenafil sitrat akan bekerja dengan menghambat PDE5
sehingga siklik GMP tidak diubah menjadi GMP yang menyebabkan siklik GMP
tetap tinggal dan ereksi dapat dipertahankan.
Namun terdapat efek samping dari sildenafil yang sering terjadi yaitu dispepsia,
sakit kepala, abnormalitas penglihatan, nyeri pada saluran kemih, urin keruh atau
berdarah dan peningkatan frekuensi berkemih.

Obat kuat mempunyai efek yang sama dengan obat alfa 1 inhibitor karena
menyebabkan vasodilatasi. Vasodilatasi ini pada obat kuat disebabkan karena
efek inhibisi pada enzim PDE5, sehingga akan menghambat konversi cGMP
menjadi 5’GMP. Sehingga cGMP ini akan dapat menimbulkan relaksasi pada otot
polos pembuluh darah, yang nantinya akan memperbanyak aliran darah yang
menuju ke penis, sehingga dapat timbul ereksi yang lebih pada penggunanya.

5. Mengapa pasien belum mempunyai keturunan setelah menikah 30 tahun?

Penyebab Infertilitas (pada laki-laki) diantaranya adalah :


• Abnormalitas sperma dan cairan semen, seperti adanya abnormalitas pada
morfologi dan motilitas.
• Abnormalitas ejakulasi, seperti ejakulasi retrograde dan hipospadia.
Retrograde: Ejakulasi retrograde merupakan suatu kondisi ketika air mani masuk
ke kandung kemih dan tidak keluar melalui penis pada saat orgasme. Diakibatkan
sphincter uretra intern tidak berkontraksi sehingga ejakulat masuk ke kandung
kemih
• Abnormalitas cairan semen, seperti perubahan pH dan perubahan komposisi
kimiawi.
• Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi
penyempitan obstruksi pada ductus/tubulus di genital. Beberapa penyakit infeksi
yang dapat menyebabkan kemandulan pada pria adalah radang testis/ostitis,
radang prostat atau prostatitis, infeksi saluran kemih, hingga penyakit menular
seksual, seperti HIV, gonore, dan sifilis. (paling sering)
• Penggunaan obat-obatan tertentu seperti
Antidepresan SSRI, menyebabkan kuantitas turun, motilitas turun, dan DNA
tusak kostikosteroid (efek samping) anabolic steroid (kandungan hormon
testosterone) nambah massa otot
• Gaya hidup : merokok meningkatkan resiko abnormalitas sperma sehingga
pergerakan menjadi lebih lambat karena kandungan kimia di dalamnya dan juga
dapat meningkatka resiko disfungsi ereksi/impoten 2x lipat,
alkohol berlebih alcohol masuk ke pemb. Darah dan dapat merusak bentuk2 sel
sperma sehingga kualitas dan kuantitas sperma menurun
• Paparan zat-zat berbahaya : seperti pestisida, merkuri, logam berat, benzena, dan
borium.
• Usia tua, juga meningkatkan terjadinya gangguan psikis berupa dimana
terjadinya stress dan akhirnya peningkatan hormon kortisol dan adrenalin, usia
tua rentan terkena stress dan jika tidak dilakukan edukasi atau support akan
membuat kehilangan motivasi untuk mempunyai anak.

6. mengapa dilakukan pemeriksaan rectal touche?

Pemeriksaan colok dubur adalah suatu pemeriksaan dengan memasukkan jari


telunjuk yang sudah diberi pelicin ke dalam lubang dubur. Pemeriksaan ini
membantu klinisi untuk dapat menemukan penyakit-penyakit pada perineum,
anus, rektum, prostat, dan kandung kemih.
Pada pemeriksaan colok dubur yang dinilai adalah keadaan perianal, perineum,
tonus sfingter ani dan refleks bulbo-kavernosus (BCR), mukosa dan ampulla rekti,
serta penonjolan prostat kearah rektum. Pada pemeriksaan perianal dapat dilihat
adanya fistula perianal, skin tag, fissura, tumor anus dan hemorrhoid. Dinilai juga
keadaan perineum, apakah meradang atau tidak. Penilaian Sfingter ani dilakukan
dengan cara merasakan adanya jepitan pada sfingter ani pada saat jari telunjuk
dimasukkan lubang anus. Colok dubur juga bertujuan untuk mencari
kemungkinan adanya massa di dalam lumen rektum, menilai mukosa dan ampulla
rektum serta keadaan prostat.
Rectal toucher diindikasikan pada pasien-pasien dengan penyakit atau keluhan
sebagai berikut :
• Perdarahan saluran cerna bagian bawah.
• Hemorrhoid, prolaps rekti.
• Ca Recti, Tumor anus
• Ileus Obstruktif dan ileus paralitik.
• Peritonitis.
• BPH & Ca prostat.

7. Apa diagnosis dan diagnosis banding pasien?


diagnosis ; BPH → adanya pembesaran → menghambat → kencing ny dikit

8. Apa tatalaksana yang tepat?

Tatalaksana BPH
• Terapi Konservatif (Watchful Waiting)
Pada terapi konservatif ini, pasien tidak mendapatkan terapi, tetapi perkembangan
penyakitnya diawasi oleh dokter. Terapi ini diberikan apabila pasien hanya
mengalami keluhan ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
Pada terapi ini, pasien akan diberikan penjelasan tentang apa saja yang bisa
memperburuk keluhannya, misalnya:
1) Jangan banyak mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam
2) Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang menyebabkan iritasi pada
kandung
kemih (kopi atau cokelat)
3) Batasi penggunaan obat-obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin
4) Jangan menahan kencing terlalu lama
5) Penanganan konstipasi
Pasien diminta untuk kontrol secara berkala (3-6 bulan). Apabila keluhannya
bertambah buruk, dipikirkan untuk memilih terapi lain.

• Medikamentosa
1) α1-blocker: menghambat kontraksi otot polos prostat sehingga mengurangi
resistensi tonus leher kandung kemih dan uretra. Contoh: terazosin, doksazosin,
alfuzosin, dan tamsulosin yang diberikan sekali sehari.
2) 5α-reductase inhibitor: menginduksi proses apoptosis sel epitel prostat yang
kemudian mengecilkan volume prostat hingga 20–30%. Contoh: finasteride dan
dutasteride.
3) Antagonis reseptor muskarinik: menghambat atau mengurangi stimulasi
reseptor muskarinik sehingga mengurangi kontraksi sel otot polos kandung
kemih. Contoh: fesoterodine fumarate, propiverine HCL, solifenacin succinate,
dan tolterodine l-tartrate.
4) Phosphodiesterase 5 inhibitor (PDE 5 inhibitor): mengurangi tonus otot polos
detrusor, prostat, dan uretra. Contoh: sildenafil, vardenafil, dan tadalafil

Learning Objective

1. Gangguan Berkemih
a. Retensi Urin

Definisi

Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra akibat adanya jaringan parut dan
kontraksi.

Etiologi

Striktur dapat terjadi pada semua bagian uretra, namun kejadian yang paling sering pada
orang dewasa adalah di bagian pars bulbosa-membranasea, sementara pada pars
prostatika lebih sering mengenai anak-anak. Infeksi yang paling sering menimbulkan
striktur uretra adalah infeksi oleh kuman gonokokus, yang sempat menginfeksi uretra
sebelumnya. Trauma yang dapat menyebabkan striktur uretra adalah trauma tumpul pada
selangkangannya (straddle injury), fraktur tulang pelvis, atau cedera pasca bedah akibat
insersi peralatan bedah selama operasi transurethral, pemasangan kateter, dan prosedur
sitoskopi.

Patofisiologi

Proses radang akibat trauma atau infeksi pada uretra akan menyebabkan terbentuknya
jaringan parut pada uretra. Jaringan parut ini berisi kolagen dan fibroblast, dan ketika
mulai menyembuh jaringan ini akan berkontraksi ke seluruh ruang pada lumen dan
menyebabkan pengecilan diameter uretra, sehingga menimbulkan hambatan aliran urine.
Karena adanya hambatan, aliran urine mencari jalan keluar di tempat lain dan akhirnya
mengumpul di rongga periuretra. Karena ekstravasasi urine, daerah tersebut akan rentan
terjadi infeksi akan menimbulkan abses periuretra yang kemudian bisa membentuk fistula
uretrokutan (timbul hubungan uretra dan kulit). Selain itu resiko terbentuknya batu buli-
buli juga meningkat, timbul gejala sulit ejakulasi dan gagal ginjal.

Derajat penyempitan uretra

Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktura uretra dibagi menjadi 3 tingkatan,
seperti terlihat pada gambar 10-5, yaitu derajat:

a) Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra.

b) Sedang : jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan 1⁄2 diameter lumen uretra.

c) Berat : jika terdapat oklusi lebih besar dari 1⁄2 diameter lumen uretra.

Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum
yang dikenal dengan spongiofibrosis

Gejala

- Obsruksi dan iritasi miksi

- hesitancy, intermittency, and dribbling.

- Urgensi

- Frekuensi urine

- Beberapa orang tidak bergejala sampai pasin tersebut terkena retensi urine
akut

- Penebalan m destrutor

Diagnosis

Diagnosis striktur uretra dapat kita tegakkan dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang berguna untuk konfirmasi diagnosis dan menyingkirkan


diagnosis banding

- Uroflowmetri adalah alat untuk mengetahui pancaran urine secara obyektif

- Radiografi ini dapat menentukan panjang dan lokasi dari striktur.

- Ultrasonografi (USG) cukup berguna dalam mengevaluasi striktur pada pars bulbosa.
Dengan alat ini kita juga bisa mengevaluasi panjang striktur dan derajat luas jaringan
parut, contohnya spongiofibrosis
- Uretroskopi dan sistoskopi, yaitu penggunaan kamera fiberoptik masuk ke dalam uretra
sampai ke buli-buli. Dengan alat ini kita dapat melihat penyebab, letak, dan karakter
striktur secara langsung

Terapi

o Transurethral

Dilation

Ininya dimasukan alat yang digunakan untuk mendilatasi lumen uretra.

internal urethrotomy

Dilakukan insisi pada transuretrral untuk melepaskan striktur dan dilakukan pelebaran
pada lumen uretranya juga.

Dua prosedur diatas harus menggunakan profiliaksi antibiotic

o Pembedahan

stricture resection and anastomosis

urethroplasty

perineal urethrostomy

Prognosis

Striktur uretra seringkali kambuh. Penyakit ini dikatakan sembuh jika setelah
dilakukan observasi selama 1 tahun tidak menunjukkan tanda-tanda kekambuhan.

b. Inkontinensia Urine

Enuresis

Enuresis atau mengompol adalah ketidakmampuan dalam mengendalikan keluarnya


urine sehingga urine keluar tanpa disengaja. Kondisi ini umumnya dialami anak-anak usia
di bawah 7 tahun. Meski begitu, enuresis juga dapat terjadi pada orang dewasa.
Enuresis juga sering disebut sebagai inkontinensia urine. Berdasarkan jenisnya, enuresis
terbagi menjadi dua, yaitu enuresis primer dan sekunder.

Penyebab Enuresis
Kandung kemih berfungsi untuk mengumpulkan urine yang dihasilkan ginjal. Kandung
kemih akan membesar seiring bertambahnya urine yang masuk dan mengecil untuk
mendorong urine keluar saat seseorang berkemih.
Normalnya, saraf di dinding kandung kemih akan mengirim sinyal ke otak jika kandung
kemih sudah penuh. Selanjutnya, otak akan mengirim pesan ke kandung kemih untuk
menahan urine keluar, sampai orang siap berkemih di kamar mandi.
Pada kondisi enuresis, terjadi gangguan dalam proses pengiriman sinyal tersebut. Hal
inilah yang menyebabkan seseorang mengompol.
Berdasarkan usia penderita, enuresis dapat terbagi dalam dua jenis, yaitu:
enuresis pada anak”normal anak” bisa mengendalikan enuresis pada umur 4th, akan tetapi
normal juga pada anak” usia 2-7th masih mengalami uneresis, tergantung beberapa faktor
berikut:
- Ketidakmampuan anak untuk menahan urine sepanjang malam
- Ukuran kandung kemih yang masih kecil
- Tidak terbangun dari tidur saat kandung kemih telah penuh di malam hari
- Perkembangan saraf kandung kemih yang belum sempurna
- Produksi urine yang lebih banyak di sore dan malam hari
- Kebiasaan anak untuk menahan keinginan buang air kecil

1. Penyebab enuresis primer:

• Gangguan hormon antidiuretik (ADH), yaitu hormon yang


berfungsi untuk menurunkan produksi urine
• Kelainan struktur saluran kemih, seperti kelainan katup
lubang saluran kemih bagian luar (uretra) atau saluran
ureter yang lebih dari dua (ectopic ureter)
• Kelainan pada saraf otak, seperti cerebral palsy

2. Penyebab enuresis sekunder:

• Gangguan enuresis yang diturunkan dari orang tua


• Sleep apnea
• Tidur yang terlalu nyenyak
• Diabetes
• Infeksi saluran kemih
• Sembelit atau konstipasi
• Cedera saraf tulang belakang, misalnya akibat berolahraga
atau kecelakaan
• Stres berat, salah satunya akibat belajar berkemih di toilet
(toilet training) yang dipaksakan atau dimulai di usia yang
terlalu dini

Diurnal Enuresis

Definisi

Enuresis adalah inkontenensia (pengeluaran secara involuenter) urin pada anak yang
dianggap cukup umur untuk dpaat mencapai kontinensi. Berdasarkan klasifikasi
waktunya, diurnal enuresis berarti enuresis yang terjadi pada siang hari.

Etiologi

Enuresis dapat diakibatkan oleh banyak factor, diantaranya


a) Faktor genetic

Apabila salah satu orang tua mengalami enuresis, maka kemunginan anak menderita
dapat sebesar 40-45%. Dan kemungkinan dapat menjadi 70-77% apabila kedua orang tua
yang menderita enuresis.

b) Gangguan maturase sistem saraf pusat

Gangguan maturase SSP dapat berupa keterlambatan pengenalan dan respon terhadap
sensasi kandung kemih yang penuh yang disebabkan oleh imaturitas neurofisiologi SSP
atau keterlambatan proses belajar mengatur buang air kecil.

c) Gangguan tidur

d) Gangguan autodinamik

Kapasitas kandung kemih anak penderita enuresis sebenarnya normal secara anatomis,
namun secara fungsionalis kapasitas kandung kemih mereka lebih kecil dan ini bersifat
alami.

e) Gangguan produksi hormon anti diuretic

Gangguan sekresi hormon anti diuretic (ADH- Anti duretic hormone). Pda anak dengan
enuresis diadaptakan tidka ada peningkatan sekresi ADH terutama saat malam hari.

Patofisiologi

a) Vaginal Reflux of Urine

Urine akan merembes keluar melalui vagina setelah mereka melakukan BAK dan ditandai
dengan celana dalamnya basah. Dan hal tersebut dapat berlanjut samapi 20 menit.
Umumnya terjadi pada remaja perempuan yang obesitas ataupun dengan disposisi
anterior dari frenulum labiar posteriornya. Perawatan sendiri yang dapat dilakukan dalah
dengan memberi nasihat untuk duduk beberapa menit di toilet setelah BAK.

b) Giggle Incontinence

Inkontinensia yang terjadi ketika seseroang tertawa atau cekikian ataupun saat batuk. Dari
22 kasus yang diaporkan dalam penelitian ini, 70% adalah anak perempuan dengan
rentang usia 4 tahun hingga usia remaja.

c) Urgency Incontinence

Umumnya terjadi secara tiba-tiba deisertai dengan kejang kandung kemih dikarenakan
ketidakstabilan detrusor. Hal ini mungkin saja memiliki hubungan yang kuat dengan
psikologis seorang anak, contohnya umunya mereka akan mengalami hal ini ketika di
luar rumah dan bertemu banyak orang.

Manifestasi Klinis

a) Sering mengompol di tempat tidur pada malam atau siang ahri.


b) Gejala saluran kemih (dysuria, urgensi, buang air kecil disfungsional)

c) Gejala salurna cerna (konstipasi dan enkopresis)

d) Perilaku menahan kencing, seperti menekuk tungkai (the squatter), menahan


kencing saat duduk dengan mengatupkan paha (the squimmer), melompat-lompat seperti
hendka menari (the dancer). Dan diam tidak bergerak dengan wajah khawatir (the starer).

Nocturnal Enuresis

Enuresis adalah istilah untuk anak yang mengompol minimal dua kali dalam seminggu
dalam periode paling sedikit 3 bulan pada anak usia 5 tahun atau lebih, yang tidak
disebabkan oleh efek obat-obatan. Pada umumnya anak berhenti mengompol sejak usia
2,5 tahun (sejak diajari menggunakan pispot)

Klasifikasi enuresis:

1. Enuresis primer (80%) berarti bahwa anak telah kering kurang dari 6 bulan (atau tidak
semuanya). peristiwa basah di tempat tidur terus menerus, tanpa episode kering.

2. Enuresis sekunder berarti kambuh/relaps setelah masa kering minimal 6 bulan telah
terjadi. Masa kering bisa terjadi pada usia berapapun; tidak masalah jika itu terjadisecara
spontan atau diraih dengan pengobatan.

Etiologic

1. Faktor genetik

Faktor genetik merupakan salah satu penyebab enuresis yang penting. Beberapa
penelitian menunjukkan kejadian enuresis berhubungan dengan riwayat enuresis pada
orangtua atau saudara kandung. Sementara itu, apabila salah satu orangtua menderita
enuresis, kemungkinan anak menderita enuresis adalah sebesar 40-45%. Kemungkinan
enuresis dapat mencapai 70-77% apabila kedua orangtua mengalami enuresis.

2. Gangguan maturasi sistem saraf pusat

Gangguan maturasi fungsional sistem saraf pusat disebut sebagai penyebab enuresis
primer yang paling banyak diterima. Gangguan maturasi ini berupa keterlambatan
pengenalan dan respon terhadap sensasi kandung kemih yang penuh. Keterlambatan ini
dapat disebabkan karena imaturitas neurofisiologi sistem saraf pusat atau karena
keterlambatan proses belajar mengatur buang air kecil.

3. Gangguan tidur

Faktor lain yang berperan pada terjadinya enuresis primer adalah gangguan tidur dan
bangun dari tidur. Beberapa penelitian dilakukan untuk meneliti hubungan antara pola
tidur dengan kejadian enuresis. Sebauh penelitian menemukan bahwa enuresis terjadi
pada fase tidur non-REM (Rapid Eye Movement). Pada anak yang mengalami enuresis,
ditemukan adanya tidur delta atau tidur yang lebih dalam (tahap 3 atau 4) selama episode
basah. Pada saat terjadi episode kering, didapatkan anak mengalami fase tidur yang lebih
superfisial (tahap 1 dan 2). Pada anak enuresis juga didapatkan adanya kesulitan bangun
dari tidur. Ketika dibangunkan, sebesar 8,5% anak enuresis bangun, sedangkan anak
tanpa enuresis terbangun sebanyak 40%. Selain itu, dilaporkan anak yang mengalami
enuresis, sering mengalami gangguan tidur lain seeperti parasomnia, tidur berjalan (sleep
walking), dan teror di malam hari (night terror).

4. Gangguan autodinamik

Adanya masalah urodinamik merupakan salah satu faktor penyebab enuresis. Kandung
kemih yang memiliki kapasitas kecil diduga menjadi penyebab enuresis. Petunjuk yang
mengarah ke kapasitas kandung kemih yang kecil misalnya adalah frekuensi mengompol
yang sering bahkan di siang hari, episode basah terjadi setiap malam, dan masalah ini
terjadi sejak lahir. Namun, peneliti lain menemukan bahwa kapasitas kandung kemih
pada anak enuresis dan normal sesungguhnya sama, namun kapasitas fungsional kandung
kemih anak enuresis lebih kecil daripada anak normal. Sekitar 85% anak enuresis
memiliki kapasitas fungsional kandung kemih 9 yang kecil. Namun, kapasitas fungsional
ini dikatakan bersifat alami dan bukan karena kelainan anatomi.

5. Gangguan produksi hormon anti diuretik Faktor penting lain yang berperan pada
terjadinya enuresis primer adalah gangguan sekresi hormon anti diuretik (ADH=Anti
Diuretic Hormone) atau yang sering juga disebut hormon argini vasopresin (AVP). Pada
anak enuresis, tidak didapatkan peningkatan sekresi ADH pada malam hari yang biasa
terjadi pada keadaan normal.

Dampak enuresis

Anak yang mengalami enuresis dan tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan
gangguan kepercayaan diri, kompetensi sosial yang rendah, performa disekolah yang
kurang, 12 dan stres pada orangtua, bahkan anak bisa stress sampai depresi

Tatalaksana

Paling bagus dilakukan terapi perilaku

1. Meningkatkan motivasi pada anak untuk memperoleh kesembuhan, antara lain dengan
system ganjaran atau hadiah (reward system). Menghukum atau mempermalukan anak,
baik oleh orangtua atau orang lain, tidak boleh dilakukan factorfaktor perancu seperti
anak dalam keluarga broken home, masalah social, orangtua yang kurang toleran, serta
masalah perilaku anak harus diidentifikasi sebagai factor yang mungkin mempersulit
penyembuhan.

2. Pengaturan perilaku (behavioural treatment). Berupa minum dan berkemih secara


teratur dan berkemih sebelum tidur, lifting dan nightawakening, retention control
training, dry bed training, dan hipnoterapi.
3. Farmakoterapi antara lain dengan desmoperin (DDAVP) dengan dosis 5-40 mikrogram
sebagai obat semprot hidung. Impramin meskipun cukup efektif tapi angka kekambuhan
cukup tinggi dan mudah terjadi efek samping dan kelebihan dosis sehingga pemakaiannya
sangat dibatasi yaitu khusus pada kasus attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
Obat lain seperti Oksibutinin (5-10 mg) cukup efektif, namun harus hati-hati terhadap
efek samping seperti mulut terasa kering, penglihatan kabur, konstipasi, dan tremor. Obat
lain yang mirip Oksibutinin yaitu Tolterodin, namun pemakaiannya pada anak belum
diakui secara resmi.

c. BPH

BPH : benign prostate hyperplasia adalah kelainan jinak umum dari prostat, ketika
hiperplasia meluas akan mengakibatkan berbagai tingkat obstruksi saluran kemih, dan
biasanya sering memerlukan intervensi bedah.

etiologi dari BPH bisa didukung oleh banyak faktor risiko dansebagai tambahan adalah
efek hormonal secara langsung dari testosteron pada jaringan prostat. meskipun tidak
memiliki efek secara langsung, namun hormon androgen testikular dibutuhkan untuk
perkembangan dari BPH dengan dihydrotestosterone (DHT) yang berinteraksi langsung
pada epitel dan stroma dari prostat. DHT akan berefek langsung pada sel storma prostat
dan akan menyebabkan efek parkrin pada sel prostat dan efek endokrin pada pembuluh
darah yang mana keduanya akan menyebabkan profilerasi dan apoptosis. BPH akan
tumbuh ketika terjadinya gangguan homeostasis antara proliferasi sel dan kematian sel,
dan akhirnya akan menghasilkan ketidakseimbangan proliferasi selular. Hal ini akan
meningkatkan jumlah sel epitel dan stroma pada area periuretrhral dari prostat dan akan
bisa terlihat secara histopatologi.

faktor risiko yang berkontribusi pada berkembangnya BPH diantaranya adalah sindrom
metabolik (hipertensi, dyslipidemia, diabetes), obesitas, dan juga faktor genetik.

tatalaksana :
a. medikamentosa : alpha blocker untuk relaksasi otot polos pada leher kandung
kemih, 5 alpha-reduktase inhibitor (mis. finasteride) yang akan memblok konversi dari
testosteron menjadi DHT,antimuskarinik untuk merelaksasi otot detrusor pada kandung
kemih
b. bedah : dengan mengangkat prostat yang tumbuh berlebihan.

Epidemiologi

BPH terjadi pada sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat
hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun. Angka kejadian BPH di Indonesia yang
pasti belum pernah diteliti, tetapi sebagai gambaran hospital prevalence di Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo (RSCM) sejak tahun 1994-2013 ditemukan 3.804 kasus dengan
rata-rata umur penderita berusia 66,61 tahun. Sedangkan data yang didapatkan dari
Rumah Sakit Hasan Sadikin dari tahun 2012-2016 ditemukan 718 kasus dengan rata-rata
umur penderita berusia 67.9 tahun.

Diagnosis
- Anamnesis

o Riwayat Penyakit

o Skor keluhan

o Cacatan harian berkemih

- Pemeriksaan Fisik

Rectal touche

- Pemeriksaan Penunjang

Bisa dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, pemeriksaan PSA (Prostate Specific Antigen),
Uroflowmetry (pancaran urine), pencitraan, uretrosistoskopi, urodinamik

Tatalaksana

Tujuan terapi pada pasien BPH adalah memperbaiki kualitas hidup pasien. Terapi yang
didiskusikan dengan pasien tergantung pada derajat keluhan, keadaan pasien, serta
ketersediaan fasilitas setempat. Pilihannya adalah: (1) konservatif (watchful waiting), (2)
medikamentosa, (3) pembedahan

1. Konservatif

Terapi konservatif pada BPH dapat berupa watchful waiting yaitu pasien tidak
mendapatkan terapi apapun tetapi perkembangan penyakitnya tetap diawasi oleh dokter.
Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor IPSS dibawah 7, yaitu
keluhan ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.

Pada watchful waiting ini, pasien diberi penjelasan mengenai segala sesuatu hal yang
mungkin dapat memperburuk keluhannya, misalnya:

a. jangan banyak minum dan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan
malam,

b. kurangi konsumsi makanan atau minuman yang menyebabkan iritasi pada


kandung kemih (kopi atau cokelat),

c. batasi penggunaan obat-obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin,

d. jangan menahan kencing terlalu lama.

e. penanganan konstipasi

2. Medikamentosa

Terapi medikamentosa diberikan pada pasien dengan skor IPSS >7. Jenis obat yang
digunakan adalah:

a. α1-blocker
Pengobatan dengan α1-blocker bertujuan menghambat kontraksi otot polos
prostat sehingga mengurangi resistensi tonus leher kandung kemih dan uretra.
Beberapa obat α1-blocker yang tersedia, yaitu terazosin, doksazosin,
alfuzosin, dan tamsulosin yang cukup diberikan sekali sehari 1 serta silodosin
dengan dosis 2 kali sehari

b. 5α-reductase inhibitor

5α-reductase inhibitor bekerja dengan menginduksi proses apoptosis sel epitel


prostat yang kemudian mengecilkan volume prostat hingga 20 – 30%. Saat
ini, terdapat 2 jenis obat 5α-reductase 14 inhibitor yang dipakai untuk
mengobati BPH, yaitu finasteride dan dutasteride

c. Antagonis Reseptor Muskarinik

Pengobatan dengan menggunakan obat-obatan antagonis reseptor muskarinik


bertujuan untuk menghambat atau mengurangi stimulasi reseptor muskarinik
sehingga akan mengurangi kontraksi sel otot polos kandung kemih. Beberapa
obat antagonis reseptor muskarinik yang terdapat di Indonesia adalah
fesoterodine fumarate, propiverine HCL, solifenacin succinate, dan
tolterodine l-tartrate.

d. Phospodiesterase 5 inhibitor

Phospodiesterase 5 inhibitor (PDE 5 inhibitor) meningkatkan konsentrasi dan


memperpanjang aktivitas dari cyclic guanosine monophosphate (cGMP)
intraseluler, sehingga dapat mengurangi tonus otot polos detrusor, prostat, dan
uretra. Di Indonesia, saat ini ada 3 jenis PDE5 Inhibitor yang tersedia, yaitu
sildenafil, vardenafil, dan tadalafil. Sampai saat ini, hanya tadalafil dengan
dosis 5 mg per hari yang direkomendasikan untuk pengobatan LUTS

3. Pembedahan

Indikasi tindakan pembedahan, yaitu pada BPH yang sudah menimbulkan komplikasi,
seperti: (1) retensi urine akut; (2) gagal Trial Without Catheter (TwoC); (3) infeksi
saluran kemih berulang; (4) hematuria makroskopik berulang; (5) batu kandung kemih;
(6) penurunan fungsi ginjal yang disebabkan oleh obstruksi akibat BPH; (7) dan
perubahan patologis pada kandung kemih dan saluran kemih bagian atas.

2. Gangguan Seksual Pria

a. Disfungsi Ereksi

Definisi

Disfungsi ereksi meruapakan ketidakmampuan untuk mencapai kepuasan pada


hubungans seksual dpaat berupa masalah ereksi atau emisi, ejakulasi maupun orgasmus.

Kegagalan ereksi (impotensi) yaitu kegagalan penis dalam mencapai ereksi yang cukup
untuk melakukan sesksual intercourse (coitus); ejakulasi premature adalah ejakulasi tak
terkontrol sebelum atau segera setelah masuk vagina.
Etiologi dan patofisiologi

Disfungsi ereksi dapat diakibatkan abnormalitas tunggal ataupun kombinasi dari sistem
vaskuler, neurologi, dan hormonal. Terdapat juga beberapa obat yang berperan dalam
disfungsi ereksi.

Tatalaksana

a) Inhibitor Fosfodiesterase

Mekanisme kerjanya dengan inhibisi katabolisme cGMP yangmenjadi neurotransmitter


vasodilatasi jaringan corpus carvenosum oleh inhibitor fosfodiester 5, sehingga kadar
cGMP meningkat dan menyebabkan relaksasi otot polos. Contoh obat: sildenafil,
vardenafil dan tadalafil

b) Regimen substitusi Testosteron

Merupakan regimen testosterone eksogen yang digunakan untuk mencapai kadar


testosterone serum normal (300-1000 mg/dL). Testosteron dapat langsung menstimulasi
reseptor androgen di SSP dan menjaga kekuatan seksual yang normal.

c) Alposatdil

Dikenal juga sebagai PgE1, stimulant adenyl siklase yang menyebabpak peningkatan
produksi cAMP, neurotransmitter yang menimbulkan relaksasi otot pols arteri dan
sinusoid corpus carvenosum. Pemberiannya secara injeksi intracarvenosa (Caverdex dan
Edex) dan intreuretra (medicated urethral system for erection: MUSE)

Penyakit Kardiovaskular dan Disfungsi Ereksi


Penyakit kardiovaskular merupakan faktor risiko yang sangat signifikan untuk disfungsi
ereksi. Hampir 50% pria dengan penyakit arteri koroner yang diketahui dibuktikan
dengan kateterisasi jantung mengalami disfungsi ereksi yang signifikan. Karena arteri
kavernosus lebih kecil, mereka akan cenderung mengalami penyumbatan dari plak
aterosklerotik lebih awal yang mengakibatkan DE vaskulogenik bertahun-tahun sebelum
munculnya penyakit arteri koroner secara klinis. Baik penyakit kardiovaskular dan DE
melibatkan disfungsi sel endotel dalam patofisiologinya.
Pasien-pasien ini akan sering menunjukkan aterosklerosis subklinis jauh sebelum DE
terbuka sebanyak sepuluh tahun. Arteri kavernosus berdiameter lebih kecil berarti bahwa
DE vaskulogenik sering mendahului penyakit arteri koroner, infark miokard, dan stroke
hingga lima tahun. Laki-laki yang lebih muda yang datang dengan DE yang tidak dapat
dijelaskan tampaknya memiliki peningkatan yang sangat signifikan, hingga lima puluh
kali lipat, dari risiko kardiovaskular mereka di kemudian hari dibandingkan dengan
kelompok kontrol dengan usia yang sama. Pasien harus diberitahu bahwa DE adalah
indikator signifikan dari penyakit jantung yang mendasarinya dan mereka harus dirujuk
untuk skrining dan pengobatan risiko kardiovaskular lebih lanjut.

§ Epidemiologi
Sulit untuk mendapatkan nilai yang akurat untuk prevalensi disfungsi ereksi yang
sebenarnya, karena banyak pasien gagal mencari perhatian medis dan banyak dokter
enggan bertanya kepada pasien tentang kesehatan seksual mereka. Data terbaik yang
tersedia menunjukkan bahwa 52% pria di AS berusia antara 40 dan 70 tahun menderita
disfungsi ereksi. Diperkirakan setidaknya 30 hingga 50 juta pria di AS dan setidaknya
150 juta pria di seluruh dunia mengalami DE.
§ Patofisiologi
Proses kritis dalam aktivitas ereksi penis adalah relaksasi otot polos intracavernosal. Hal
ini memungkinkan peningkatan aliran darah ke corpora cavernosa yang terisi dengan
darah dan menekan vena utusan, mengurangi aliran keluar vena. Prosesnya berada di
bawah kendali nukleus preoptik paraventrikular dan medial hipotalamus. Sinyal berjalan
melalui sistem saraf parasimpatis ke saraf parasimpatis dari pleksus sakral S2-S4 dan
kemudian ke penis melalui saraf kavernosus. Oksida nitrat yang dilepaskan oleh terminal
saraf kavernosa memulai proses ereksi sementara oksida nitrat dari sel endotel bertindak
untuk mempertahankannya.
Nitrat oksida merangsang produksi cyclic guanosin monophosphate (cyclic GMP) ketika
memasuki otot polos. Protein kinase G diaktifkan oleh GMP siklik yang membuka
saluran kalium sekaligus menutup saluran kalsium. Kalsium intraseluler yang rendah
menyebabkan jaringan otot polos intracavernosal menjadi rileks sehingga terjadi
peningkatan aliran arteri dengan aktivitas veno-oklusif secara bersamaan. Hasil dari
semua ini adalah ereksi yang kaku dengan aliran darah minimal masuk atau keluar dari
korpora setelah ereksi terbentuk. Otot polos kopral berkontraksi lagi ketika GMP siklik
didegradasi oleh fosfodiesterase penis dan prosesnya berbalik. Patologi yang timbul dari
salah satu proses di atas dapat menyebabkan disfungsi ereksi.

§ Diagnosis
Dalam penegakan diagnosa disfungsi ereksi, terdapat pemeriksaan yang disebut dengan
The International Index of Erectile Function (IIEF) score dan Erectile Hard Score (EHS).
Kedua skor ini digunakan dalam mendiagnosa tingkat keparahan dari disfungsi ereksi
yang dialami oleh pasien.
1) The International Index of Erectile Function (IIEF) score
Merupakan kumpulan pertanyaan yang berbentuk kuesioner yang dimana butir – butir
pertanyaannya mengenai:
- Fungsi ereksi
- Fungsi orgasme
- Keinginan seksual
- Kepuasaan dari pasangan
- Kepuasan dari keseluruhan hubungan seksual.
Dari pertanyaan - pertanyaan tersebut, penilaian jawabannya terbagi atas 5 skor yang
berbeda – beda , yaitu berupa:

Dari keseluruhan jawaban tersebut, semua skornya akan dikumpulkan lalu dijumlahkan.
Dari total skor yang didapatkan oleh pasien, pemeriksa dapat menentukan tingkat
keparahan dari disfungsi ereksi yang dialami oleh pasien. Berikut pembagian dari total
skor dan tingkat keparahan dari disfungsi ereksi:
o 22-25: No erectile dysfunction
o 17-21: Mild erectile dysfunction
o 12-16: Mild to moderate erectile dysfunction
o 8-11: Moderate erectile dysfunction
o 5-7: Severe erectile dysfunction
2) Erectile Hard Score (EHS
Merupakan sebuah skor yang digunakan pemeriksa untuk menilai secara akurat
keparahan dari disfungsi ereksi yang dialami oleh pasien dan juga menilai apakah
tatalaksana yang selama ini didapatkan oleh pasien direspon dengan baik atau tidak. EHS
dilakukan dengan menilai kekerasan dari ereksi yang dialami pasien dengan berbagai
waktu yang beebeda – beda. Penilaian EHS terbagi atas:
o 1, Penis is larger than normal, but not hard
o 2, Penis is hard, but not hard enough for penetration
o 3, Penis is hard enough for penetration but not completely hard
o 4, Penis is completely hard and fully rigid

§ Tatalaksana
Perawatan awal melibatkan peningkatan status kesehatan umum melalui modifikasi gaya
hidup. Ini tidak hanya meningkatkan fungsi ereksi tetapi juga mengurangi risiko
kardiovaskular. Modifikasi gaya hidup yang disarankan akan mencakup peningkatan
aktivitas fisik, beralih ke diet Mediterania dan/atau konseling nutrisi, berhenti merokok,
obat-obatan, dan alkohol, mengendalikan diabetes, lipid, dan kolesterol dengan baik.
Riwayat obat pasien harus ditinjau dengan hati-hati untuk menghapus atau mengubah
dosis obat yang mengganggu.
Pria yang memiliki penyebab psikologis harus ditawari konseling psikoseksual. Dengan
persetujuan pasien, ini juga harus ditawarkan kepada pasangannya.

o L-Arginine (1.500 mg hingga 5.000 mg) adalah suplemen asam amino yang
merupakan substrat penting untuk produksi Nitric Oxide Synthase, enzim yang
menghasilkan oksida nitrat dalam tubuh, secara teoritis dapat meningkatkan fungsi ereksi.
o Penghambat fosfodiesterase-5 oral (penghambat PDE-5), seperti sildenafil dan
tadalafil, biasanya merupakan pengobatan lini pertama untuk disfungsi ereksi. Efek
samping akan terjadi pada sekitar 40% pasien tetapi biasanya ringan. Efek samping yang
paling umum adalah sakit kepala, gangguan pencernaan, hidung tersumbat, dan
perubahan visual ringan seperti sensitivitas cahaya sementara atau warna kebiruan pada
penglihatan.
o Perangkat Vakum Eksternal adalah pilihan non-bedah yang baikuntuk banyak pasien
UGD. Silinder luar perangkat ditempatkan di atas penis dan ditekan ke tubuh untuk
membuat segel kedap udara. Pasien kemudian menggunakan pompa vakum kecil yang
dioperasikan dengan tangan (atau bertenaga baterai) untuk menciptakan tekanan negatif
di sekitar penis, yang memenuhi korpora dengan darah. Ereksi buatan ini kemudian
dipertahankan dengan memasang karet gelang di sekitar pangkal penis.

b. Gangguan Ejakulasi

Ejakulasi Dini

Ejakulasi dini terjadi pada pria ketika air mani keluar dari tubuh (ejakulasi) lebih cepat
dari yang diinginkan saat berhubungan seks. Ejakulasi dini adalah keluhan seksual yang
umum. Sebanyak 1 dari 3 orang mengatakan bahwa mereka pernah mengalaminya.

Gejala
Gejala utama ejakulasi dini adalah tidak mampu menunda ejakulasi lebih dari tiga menit
setelah penetrasi. Tapi itu mungkin terjadi di semua situasi seksual, bahkan saat
masturbasi.

Ejakulasi dini dapat diklasifikasikan sebagai:

(longlife / kekal ) Ejakulasi dini seumur hidup terjadi hampir sepanjang waktu dimulai
dengan hubungan seksual pertama.

(acquired/ Diperoleh) . Ejakulasi dini yang didapat berkembang setelah mengalami


pengalaman seksual sebelumnya tanpa masalah dengan ejakulasi.

ETIOLOGI

- Serotonin

Meskipun penyebab pasti PE tidak diketahui, serotonin mungkin berperan. Serotonin


adalah zat alami dalam tubuh Anda yang dibuat oleh saraf. Jumlah serotonin yang tinggi
di otak meningkatkan waktu untuk ejakulasi. Jumlah yang rendah dapat mempersingkat
waktu untuk ejakulasi, dan menyebabkan PE.

- Factor psikologi & biologis

Penyebab psikologis

- Pengalaman seksual awal

- Pelecehan seksual

- Citra tubuh yang buruk

- Depresi

- Khawatir tentang ejakulasi dini

- Perasaan bersalah yang dapat menyebabkan Anda terburu-buru melakukan hubungan


seks

Faktor-faktor lain yang dapat berperan termasuk:

- Disfungsi ereksi. Menjadi cemas tentang mendapatkan dan mempertahankan ereksi


mungkin membentuk pola terburu-buru untuk ejakulasi. Polanya bisa sulit diubah.

- Kecemasan. Ejakulasi dini dan kecemasan umum terjadi bersamaan. Kecemasan


mungkin tentang kinerja seksual atau terkait dengan masalah lain.

- Masalah hubungan. Masalah hubungan dapat berkontribusi pada ejakulasi dini. Ini
mungkin benar jika Anda pernah melakukan hubungan seksual dengan pasangan lain di
mana ejakulasi dini jarang terjadi.

Penyebab biologis
- Kadar hormon tidak teratur

- Tingkat bahan kimia otak yang tidak teratur

- Pembengkakan dan infeksi pada prostat atau uretra

- Sifat yang diwariskan

FAKTOR RESIKO

- Disfungsi ereksi. Anda mungkin berisiko lebih tinggi mengalami ejakulasi dini jika
mengalami kesulitan mendapatkan atau mempertahankan ereksi. Takut kehilangan ereksi
bisa menyebabkan Anda terburu-buru saat berhubungan seks. Ini mungkin terjadi apakah
Anda menyadarinya atau tidak.

- Stress . Ketegangan emosional atau mental dalam bidang kehidupan apa pun dapat
berperan dalam ejakulasi dini. Stres dapat membatasi kemampuan untuk rileks dan fokus
saat berhubungan seks.

TATALAKSANA

Terapi psikologis, terapi perilaku dan obat-obatan adalah pengobatan utama untuk PE.

Terapi Psikologis

Terapi psikologis adalah cara untuk mengatasi perasaan dan emosi yang dapat
menyebabkan masalah dengan hubungan seksual. Tujuan dari jenis terapi ini adalah
mempelajari sumber masalah dan menemukan solusi yang dapat membantu PE.

Terapi Perilaku

Terapi perilaku menggunakan latihan untuk membantu membangun toleransi untuk


menunda ejakulasi. Tujuannya adalah untuk membantu Anda melatih tubuh Anda jauh
dari PE. Beberapa pilihan adalah metode squeeze dan metode stop-start. Latihan bekerja
dengan baik, tetapi itu mungkin bukan jawaban yang bertahan lama.

- Metode Squeeze
Dengan metode ini, Anda atau pasangan merangsang penis Anda hingga mendekati
ejakulasi. Saat Anda dekat, Anda atau pasangan meremas penis Anda dengan kuat
sehingga ereksi Anda sebagian hilang. Tujuannya agar Anda menyadari sensasi yang
mengarah ke klimaks. Metode pemerasan dapat membantu Anda mengontrol dan
menunda klimaks dengan lebih baik.

- Metode Stop-Start
Dalam metode ini, Anda atau pasangan Anda merangsang penis Anda sampai sesaat
sebelum ejakulasi. Saat Anda akan mencapai klimaks, Anda atau pasangan berhenti
sampai keinginan untuk mencapai klimaks mereda. Saat Anda mendapatkan kembali
kendali, Anda dan pasangan mulai merangsang penis Anda lagi. Proses ini diulang 3 kali.
Anda ejakulasi untuk keempat kalinya. Anda mengulangi metode ini 3 kali seminggu
sampai Anda mendapatkan lebih banyak kendali.

Terapi Medis

Tidak ada obat yang disetujui di AS untuk mengobati PE. Namun, ada sejumlah obat,
krim mati rasa, dan semprotan mati rasa yang dapat memperlambat ejakulasi pada pria
penderita PE.

Obat-obatan

Dokter memperhatikan bahwa pria dan wanita yang menggunakan antidepresan


mengalami penundaan orgasme. Obat-obatan seperti fluoxetine, paroxetine, sertraline,
clomipramine dan tramadol mempengaruhi kadar serotonin. Beberapa dokter
menggunakan obat ini "off-label" (untuk alasan yang berbeda dari penggunaan awal obat)
untuk mengobati PE. Jika satu obat tidak bekerja, dokter Anda mungkin menyarankan
Anda untuk mencoba obat lain.

Bagi yang lain, antagonis α1-Adrenoceptor adalah pilihan lain untuk terapi obat. Obat ini
dapat menyebabkan disfungsi ejakulasi seperti ejakulasi retrograde dan/atau kegagalan
emisi.

Obat PE bisa diminum setiap hari atau hanya sebelum berhubungan seks. Penyedia
layanan kesehatan Anda akan menyarankan kapan Anda harus minum obat berdasarkan
tingkat aktivitas Anda. Waktu terbaik untuk minum obat tidak jelas. Kebanyakan dokter
menyarankan dari 2 hingga 6 jam sebelum berhubungan seks. PE dapat kembali jika Anda
berhenti minum obat ini. Kebanyakan pria dengan PE perlu mengonsumsi obat ini secara
berkelanjutan.

Krim atau Semprotan Mati Rasa

Krim dan semprotan mati rasa dapat dioleskan di kepala penis sekitar 20 hingga 30 menit
sebelum berhubungan seks. Jika Anda membiarkan krim/semprot mati rasa pada penis
Anda lebih lama dari yang disarankan, ereksi Anda mungkin hilang. Selain itu,
krim/semprot mati rasa tidak boleh dibiarkan pada penis yang terbuka selama hubungan
seks vaginal karena dapat menyebabkan mati rasa pada vagina. Cuci krim dari penis Anda
5 sampai 10 menit sebelum berhubungan seks. Mengenakan kondom juga bisa membantu
sensasi tumpul

RETROGRADE EJACULATION

Ejakulasi retrograde terjadi ketika air mani memasuki kandung kemih alih-alih keluar
melalui penis selama orgasme. Meskipun masih mencapai klimaks seksual, ejakulasi
sangat sedikit atau tidak ada air mani. Ini terkadang disebut orgasme kering.

Ejakulasi retrograde tidak berbahaya, tetapi dapat menyebabkan kemandulan pria.


Pengobatan ejakulasi retrograde umumnya hanya diperlukan untuk mengembalikan
kesuburan.

GEJALA
- Orgasme di mana ejakulasi sangat sedikit atau tidak ada air mani yang keluar dari
penis Anda (orgasme kering)

- Urine yang keruh setelah orgasme karena mengandung air mani

- Ketidakmampuan untuk membuat wanita hamil (infertilitas pria)

ETIOLOGI & PATOFISIOLOGI

Selama orgasme pria, vas deferens mengangkut sperma ke prostat, di mana mereka
bercampur dengan cairan lain untuk menghasilkan semen cair (ejakulasi). Otot pada
pembukaan kandung kemih (sphincter leher kandung kemih) mengencang untuk
mencegah ejakulasi memasuki kandung kemih saat melewati prostat ke dalam uretra.
Dengan ejakulasi retrograde, sfingter kandung kemih tidak mengencang dengan benar,
leher kandung kemih tetap terbuka , Akibatnya, sperma bisa masuk ke kandung kemih
alih-alih dikeluarkan dari tubuh Anda melalui penis.

Beberapa kondisi dapat menyebabkan masalah pada otot yang menutup kandung kemih
saat ejakulasi. Ini termasuk:

- Operasi, seperti operasi leher kandung kemih, operasi diseksi kelenjar getah bening
retroperitoneal untuk kanker testis atau operasi prostat

- Efek samping dari obat-obatan tertentu yang digunakan untuk mengobati tekanan
darah tinggi, pembesaran prostat dan depresi

- Kerusakan saraf yang disebabkan oleh kondisi medis, seperti diabetes, multiple
sclerosis, penyakit Parkinson, atau cedera tulang belakang

- Orgasme kering adalah tanda utama ejakulasi retrograde. Tapi orgasme kering –
ejakulasi sedikit atau tidak ada air mani – juga bisa disebabkan oleh kondisi lain,
termasuk:

- Operasi pengangkatan prostat (prostatektomi),Operasi pengangkatan kandung kemih


(sistektomi)

- Terapi radiasi untuk mengobati kanker di daerah panggul

Faktor risiko

- menderita diabetes atau multiple sclerosis

- pernah menjalani operasi prostat atau kandung kemih

- mengonsumsi obat-obatan tertentu untuk tekanan darah tinggi atau gangguan mood

- mengalami cedera tulang belakang

DIAGNOSIS
Sampel air mani . Jika Anda menghasilkan volume air mani yang sangat rendah
setidaknya dalam dua sampel, Anda bisa mengalami ejakulasi retrograde.

Sampel urin diambil tepat setelah Anda orgasme. Fruktosa hadir dalam sampel air mani.
Jika Anda mengalami ejakulasi retrograde, tes laboratorium akan menemukan fruktosa
dalam urin Anda. Laboratorium juga akan menganalisis jumlah sperma dalam urin Anda.

PENCEGAHAN

Tidak ada acara untuk mencegah, kalau penderita diabetes , menjaga kadar gula darah
tetap stabil .

TATALAKSANA

Ejakulasi retrograde tampaknya tidak menyakitkan atau berbahaya. Jika Anda tidak
menginginkan anak, penyedia Anda mungkin menyarankan agar tidak memerlukan
perawatan.

Namun, jika Anda memutuskan ingin perawatan, ada obat yang membantu sfingter
menutup rapat. Ini termasuk imipramine , antidepresan yang lebih tua, dan antihistamin
seperti pseudoephedrine dan chlorpheniramine.

Ejakulasi Tertunda

Ejakulasi tertunda adalah gangguan ejakulasi di mana seorang pria membutuhkan


rangsangan seksual yang lebih lama untuk mencapai klimaks seksual dan mengeluarkan
air mani dari penis (ejakulasi). Sebagian pria yang menderita ejakulasi tertunda bahkan
tidak dapat berejakulasi sama sekali. Ejakulasi tertunda dapat bersifat sementara atau
merupakan masalah seumur hidup.

Tanda delayed ejakulasi

Sebagian pria yang menderita ejakulasi tertunda membutuhkan rangsangan seksual


selama 30 menit atau lebih untuk mencapai orgasme dan berejakulasi. Atau, mereka bisa
tidak berejakulasi sama sekali (anejakulasi).

Namun, tidak ada waktu spesifik yang mengindikasikan diagnosis ejakulasi tertunda.
Sebaliknya, seorang pria kemungkinan mengalami ejakulasi tertunda jika penundaan
tersebut menyebabkan dia kesusahan atau frustasi, atau ia harus menghentikan aktivitas
seksual karena kelelahan, iritasi fisik, kehilangan ereksi atau karena permintaan dari
pasangannya.

Klasifikasi

Orgasme tertunda dibagi menjadi jenis-jenis berikut berdasarkan gejalanya:


Seumur hidup vs. diperoleh. Dalam ejakulasi tertunda yang seumur hidup, masalahnya
terjadi mulai dari waktu seorang pria mencapai kematangan seksual. Ejakulasi tertunda
yang diperoleh terjadi setelah periode fungsi seksual yang normal.

General vs. situasional. Ejakulasi tertunda yang general tidak terbatas pada pasangan seks
tertentu atau jenis rangsangan tertentu. Ejakulasi tertunda terjadi hanya dalam keadaan
tertentu.

Factor resiko

usia tua—seiring pria menua, adalah hal normal jika membutuhkan waktu lebih lama
untuk berejakulasi

kondisi psikologis, seperti depresi atau kecemasan

kondisi medis, seperti diabetes atau multiple skeloris

pengobatan medis tertentu, seperti operasi prostat

obat-obatan, terutama antidepresan tertentu, obat tekanan darah tinggi atau diuretik

masalah hubungan, seperti komunikasi yang buruk dengan pasangan Anda

penyalahgunaan alkohol, terutama jika Anda adalah seorang peminum berat untuk waktu
yang lama

Etiologic

Penyebab fisik dari ejakulasi tertunda meliputi:

cacat lahir tertentu yang memengaruhi sistem reproduksi laki-laki

cedera pada saraf panggul yang mengontrol orgasme

infeksi tertentu, seperti infeksi saluran kemih

operasi prostat, seperti pembedahan transurethral pada prostat (TURP) atau pengangkatan
prostat

penyakit neurologis, seperti neuropati diabetes, stroke atau kerusakan saraf pada sumsum
tulang belakang

kondisi yang berkaitan dengan hormon, seperti hormon tiroid rendah (hipotiroidisme)
atau testosteron rendah (hipogonadisme)

ejakulasi retrograd, suatu kondisi dimana air mani masuk kembali ke dalam kandung
kemih dan bukannya keluar dari penis
Penyebab psikologis dari ejakulasi tertunda meliputi:

depresi, kecemasan atau kondisi kesehatan mental lainnya

masalah hubungan karena stres, komunikasi yang buruk atau masalah lainnya

kecemasan mengenai kinerja di kamar tidur

pencitraan tubuh yang buruk

tabu budaya atau agama

perbedaan antara realitas seks dengan pasangan dan fantasi seksual

Obat-obatan dan zat lain yang dapat menyebabkan ejakulasi tertunda meliputi:

sejumlah antidepresan

obat tekanan darah tinggi tertentu

diuretik tertentu

sejumlah obat antipsikotik

sejumlah obat anti-kejang

alkohol—terutama terlalu banyak minum (penyalahgunaan alkohol atau alkoholisme)

tatalaksana

tergantung penyebab

nyeri saat ejakulasi bisa menjadi tanda dari penyakit penyakit

1.Penyakit menular seksual

Penyakit menular seksual seperti gonore dan herpes kadang dapat menyebabkan rasa
terbakar atau sakit saat ejakulasi yang tajam menusuk.

2.Orchitis (radang testis)

Gejala orchitis termasuk darah dalam air mani, tekstur cairan yang tidak biasa, demam,
nyeri di selangkangan, buah zakar membengkak, rasa sakit pada testis, sakit saat
berhubungan seks, dan rasa sakit saat ejakulasi.

3.Masalah pada fisik penis


elainan fisik pada penis dapat menyebabkan rasa sakit saat ejakulasi, misalnya penyakit
Peyronie (penis bengkok saat ereksi), fimosis (kulup penis yang terlalu ketat), jaringan
parut, frenulum pendek, atau masalah kulup lainnya — gesekan, iritasi, sobek, atau
peradangan.

4.Prostatitis kronis

Prostatitis pada umumnya ditandai dengan berbagai kesulitan seputar urusan buang air
kecil. Prostatitis kronis juga dapat menyebabkan rasa sakit saat ejakulasi bagi sebagian
pria, terutama jika infeksi disebabkan oleh bakteri yang masuk ke dalam prostat dari
uretra.

Rasa sakit saat ejakulasi yang disebabkan oleh prostatitis biasanya disertai dengan kaku
atau kelemahan otot, hingga nyeri panggul dan/atau nyeri testis hebat yang dapat
menyulitkan penetrasi.

5.Kanker prostat

6.Kista pada tubulus

7.Masalah psikologis

c. Infertilitas

Definisi
Ketidakmampuan suatu pasangan untuk hamil walaupun sudah berpasangan selama 1
tahun walaupun sudah sering melakukan aktivitas seksual. Infertilitas pada pira diartikan
yaitu ketidakmampuan seorang pria membuat Wanita yang fertil untuk hamil, setidaknya
telah melakukan aktivitas seksual selama 1 tahun tanpa kondom.
Ada beberapa kondisi yang mengakibatkan infertilitas yaitu revesibeldan irreversible.
Faktor yang mempengaruhi juga dari masing2 individu dari usia, jenis pengobatan,
Riwayat pembedahan, paparan toxin lingkunagan, genetic, dan penyakit sistemik
reversible = ditawarkan pengobatan, irreversible = lebih ke psikologisnya.

Etiologi
Banyak penyebab yang dapat mengakibatkan inifertilitas tapi yang banyak mengenai pria
yaitu adanya defect testis primer (menghasilkan sperma yang abnormal)
o Endocrine disordes (hypogonadism)
o Idiopathic
idiopathic male infertility (10% to 20%) parameter cairan semen normal, tapi pria tersebut
infertile
o Genetik
Kelainan mutase gen
o Abnormalitas urogenital kongenital
o Abnormalitas urogenital yang di dapat
o Immunologi causes
hemochromatosis, sarcoidosis, histiocytosis, tuberculosis
o Isk
o Disfungsi seksual
o Malignan
o Obat-obatan
cannabinoids, opioids, psychotropic drugs can cause inhibition of GnRH, exogenous
testosterone or androgenic steroids supplementation
o Zat racun dari lingkungan
Pestisida
o Covid-19
Covid-19 bisa mengakibatkan penurunan fertilitas dan membuat infertilitas beberapa
laki-laki, khususnya yang infeksinya berat. Virus covid-19 menyerang pada testis dengan
direct cellular infeksi via sitokin storm/badai sitokin dan juga dari efek samping antivirus
dan terapi imun yang digunakan

Pemeriksaan penunjang
o Uji Biokimia
Uji biokimia bertujuan untuk menilai keberadaan sekret kelenjar aksesoris laki-laki pada
semen. Uji biokimia yang umum dikerjakan adalah uji Zinc untuk menilai sekresi oleh
prostat, fruktosa untuk menilai sekresi vesikula seminalis, iso-enzim α-glukosidase netral
untuk menilai sekresi epididimis
o Kultur Semen
Kultur semen dilakukan untuk mendeteksi mikroorganisme yangbertanggung jawab
terhadap terjadinya infeksi. Infeksi perlu dicurigai bila terdapat partikel motil kecil pada
semen segar, hematospermia, leukospermia, nekrospermia, dan antibodi antisperma yang
tinggi.
o Uji urin post-orgasme
Uji urin post orgasme diindikasikan pada pria dengan volume semen yang rendah atau
aspermia setelah orgasme untuk mendiagnosis adanya ejakulasi retrograde. Nilai rujukan
yang baku untuk mendiagnosis kondisi ini belum ada. Ejakulasi retrograde saat ini
ditegakkan bila ditemukan lebih dari 5 - 10 spermatozoa per lapang pandang (High-power
field) atau lebih dari satu juta spermatozoa ditemukan dalam sampel urin pasca-orgasme.
o Uji hormon
o USG & MRI
o Uji genetic
Pria dengan oligozoospermia berat (konsentrasi spermatozoa <5 juta/ml) atau
azoospermia harus melakukan uji genetik untuk memperjelas etiologi infertilitas pria

Terapi
o Perubahan gaya hidup
o Terapi gonadotropik
o Varicocelektomi
o Reseksi kista ductus ejalukatori
o Transurethral Resection
o Intrauterine Insemination (IUI)
Ini adalah bentuk reproduksi dibantu di mana air mani dan sperma dikumpulkan dari
pasangan laki-laki (atau donor) dan secara artifisial ditanamkan ke dalam rahim wanita
subur.
o In Vitro Fertilization (IVF) and Intracytoplasmic Sperm Injection(ICSI)
IVF = fertilisasi dari telur diluar tubuh Wanita. Sperma nantinya akan mencari telur di
medium tertentu.
ICSI = kurang lebih sama tapi membutuhkan mikropipet dan mikroskop untuk
memasukan 1 sperma dari laki2 ke dalam telur dari wanita yang sudah di extract.
Nantinya ketika sudah terfertilisasi baru dimasukan ke uterus Wanita.
infertilitas : ketidakmampuan pasangan yang aktif secara seksual tanpa kontrasepsi untuk
mencapai kehamilan dalam satu tahun atau lebih. Pada pria, infertilitas ditemukan
bersama dengan kelainan pemeriksaan cairan semen.

klasifikasi
a. infertilitas primer : pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah
memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa
menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
b. infertilitas sekunder : pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak
sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun
berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat atau
metode kontrasepsi dalam bentuk apapun

Etiologi
a. pada pria : gangguan spermatogenesis, obstruksi, ketidakmampuan koitus atau
ejakulasi, faktor sederhana seperti memakai celana jeans ketat atau mandi air terlalu
panas.
b. pada wanita : hormonal, obstruksi, obstruksi, faktor lokal seperti kelainan kongenital
vagina, cervix atau uterus.

Tatalaksana
penanganan infertilitas pada prinsipnya didasarkan atas 2 hal yaitu mengatasi etiologi dan
meningkatkan peluang untuk hamil. beberapa tatalaksana yang dapat dilakukan adalah
merubah gaya hidup. Seperti apabila pasien obesitas, pria yang mengonsumsi obat-obatan
tertentu yang memiliki efek pada kualitas sperma. Selain itu juga dapat menggunakan
terapi hormonal apabila memang penyebabnya adalah kelainan pada
hipofisis/hipotalamus sehingga tidak dapat mensekresikan hormon gonadotropik yang
merangsang testis untuk mengeluarkan sperma.

D. Priapismus

Priapismus adalah kondisi ketika pria mengalami ereksi yang


berkepanjangan. Kondisi ini terjadi setidaknya selama 4 jam tanpa adanya
rangsangan seksual. Jika tidak segera ditangani, priapismus dapat
menyebabkan disfungsi ereksi.
Priapismus merupakan penyakit langka yang jarang terjadi. Kondisi ini
diduga terkait dengan penyakit tertentu, obat-obatan, atau cedera pada
penis.
Priapismus umumnya menyerang anak laki-laki usia 5–10 tahun dan pria
dewasa usia 20–50 tahun.

Penyebab Priapismus
Pada penderita priapismus, ereksi terjadi bukan sebagai respons terhadap
rangsangan seksual. Priapismus terjadi karena ada beberapa kondisi
yang mengganggu aliran darah dari atau menuju penis.
Berdasarkan penyebabnya, priapismus terbagi menjadi dua tipe, yakni:

1. Priapismus iskemik
Priapismus iskemik terjadi ketika pembuluh darah penis tersumbat
sehingga aliran darah terganggu dan menumpuk di penis. Priapismus
iskemik merupakan kondisi yang paling sering terjadi dan perlu segera
ditangani untuk mencegah kondisi yang lebih serius.
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya priapismus iskemik
adalah:

• Penyakit tertentu, seperti anemia sel sabit, leukemia, thalasemia,


dan multiple myeloma
• Konsumsi obat-obatan, seperti obat pengencer darah, obat
antidepresan, obat pereda pembesaran prostat, obat suntik
untuk disfungsi ereksi, obat gangguan psikotik atau
kecemasan, obat terapi hormon, dan obat ADHD
• Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dan
penyalahgunaan NAPZA

2. Priapismus noniskemik
Priapismus noniskemik terjadi ketika pembuluh darah di dalam penis
robek atau pecah sehingga jumlah darah yang mengalir ke penis terlalu
banyak. Kondisi ini dapat disebabkan oleh cedera di bagian penis,
panggul, dan area antara penis dan anus atau perineum.
Selain cedera, ada beberapa faktor lain yang meningkatkan risiko
seseorang terkena priapismus noniskemik, yaitu:

• Amiloidosis
• Gangguan saraf
• Gigitan laba-laba atau kalajengking
• Kanker yang terletak dekat dengan penis, seperti kanker prostat
dan kanker kandung kemih

Gejala Priapismus
Gejala priapismus tergantung pada tipe yang dialami oleh penderita. Pada
penderita priapismus iskemik, gejala yang umum terjadi adalah:

• Nyeri yang meningkat secara bertahap di penis


• Ereksi yang berlangsung selama lebih dari 4 jam
• Batang penis kaku dengan bagian ujungnya yang lunak

Sementara itu, gejala yang umum terjadi pada priapismus noniskemik


antara lain:

• Ereksi lebih dari 4 jam


• Batang penis tidak kaku sepenuhnya
• Tidak timbul nyeri
• Terdapat tanda adanya cedera benda tumpul pada penis

Priapismus
Priapisme adalah ereksi penis yang berkepanjangan, selama berjam-jam atau tidak
disebabkan oleh rangsangan seksual. Jenisnya ada iskemik dan noniskemik. Priapismus
iskemik adalah keadaan darurat medis. Priapisme sering menyerang pria berusia 30-an
dan lebih tua, tetapi dapat dimulai pada masa kanak-kanak untuk penderita penyakit sel
sabit.
Penyebab
Ereksi biasanya terjadi sebagai respons terhadap rangsangan fisik atau psikologis.
Stimulasi ini menyebabkan otot polos tertentu menjadi rileks, meningkatkan aliran darah
ke jaringan spons di penis. Akibatnya, penis yang berisi darah menjadi ereksi. Setelah
rangsangan berakhir, darah mengalir keluar dan penis kembali ke keadaan tidak kaku
(lembek).
Priapisme terjadi ketika beberapa bagian dari sistem ini - darah, pembuluh darah, otot
polos atau saraf – yang mengubah aliran darah normal, sehingga ereksi terjadi
berkepanjangan

Gangguan darah
Menyebabkan priapisme iskemik, ketika darah tidak dapat mengalir keluar dari penis.
· Penyakit sel sabit
· Leukemia
· Penyakit darah lainnya seperti thalassemia dan multiple myeloma
Priapisme iskemik, bisa merupakan efek samping dari sejumlah obat
· Obat-obatan disfungsi ereksi, seperti alprostadil (Caverject, Edex, lainnya),
papaverine, phentolamine (Oraverse) dan lainnya
· Antidepresan, seperti fluoxetine
· Alpha blocker termasuk prazosin (Minipress)
· Obat yang digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan atau psikotik,
seperti risperidone (Risperdal)
· Pengencer darah, seperti warfarin (Jantoven) dan heparin
· Hormon seperti hormon pelepas testosteron atau gonadotropin
· Obat (ADHD), seperti methylphenidate
· Alkohol, mariyuana, kokain, dan obat lain

Cedera
Penyebab umum priapismus noniskemik adalah trauma atau cedera pada penis, panggul,
atau daerah antara pangkal penis dan anus (perineum).
Faktor lain
· Gigitan laba-laba, sengatan kalajengking, atau infeksi beracun lainnya
· Gangguan metabolisme termasuk asam urat atau amiloidosis
· Gangguan neurogenik, seperti cedera tulang belakang atau sifilis
· Kanker yang melibatkan penis

Gejala
Priapisme iskemik
Priapisme iskemik, juga disebut priapisme aliran rendah, adalah akibat dari darah yang
tidak dapat keluar dari penis. Darah terperangkap di dalam penis karena tidak bisa
mengalir keluar dari pembuluh darah di penis atau ada masalah dengan kontraksi otot
polos di dalam jaringan ereksi penis. Priapisme iskemik adalah jenis priapisme yang lebih
umum dan membutuhkan perawatan medis segera untuk mencegah komplikasi yang
disebabkan oleh tidak mendapatkan oksigen yang cukup ke jaringan penis.
Tanda dan gejala meliputi:
· Ereksi berlangsung lebih dari empat jam atau tidak terkait dengan minat atau
rangsangan seksual
· Batang penis kaku, tapi ujung penis (glans) lunak
· Nyeri penis yang semakin memburuk
Priapisme berulang adalah episode ereksi berkepanjangan yang berulang. Ini terjadi lebih
sering pada pria yang memiliki kelainan penyakit sel sabit karena sel sabit dapat
menyumbat pembuluh darah di penis. Priapismus berulang dapat dimulai pada masa
kanak-kanak.

Priapismus noniskemik
Priapisme noniskemik, juga dikenal sebagai priapisme aliran tinggi, terjadi ketika aliran
darah melalui arteri penis tidak berfungsi dengan baik. Namun, jaringan penis terus
menerima aliran darah dan oksigen. Priapismus noniskemik sering terjadi akibat trauma.
Tanda dan gejala meliputi:
· Ereksi berlangsung >4 jam atau tidak terkait dengan minat atau rangsangan seksual
· Batang penis tegak tetapi tidak sepenuhnya kaku
· Biasanya tidak menyakitkan

Perawatan segera untuk priapismus biasanya diperlukan untuk mencegah kerusakan


jaringan yang dapat mengakibatkan ketidakmampuan untuk mendapatkan atau
mempertahankan ereksi (disfungsi ereksi).
Komplikasi
Serius karena darah yang terperangkap di penis bisa mengalami kekurangan oksigen.
Ketika ereksi berlangsung terlalu lama (lebih dari empat jam), kekurangan oksigen ini
dapat merusak atau menghancurkan jaringan di penis. Priapismus yang tidak diobati dapat
menyebabkan disfungsi ereksi

Daftar Pustaka
1. Abdeen BM, Badreldin AM. Urethral Strictures. [Updated 2022 Oct 17]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK564297/
2. Tritschler S, Roosen A, Füllhase C, Stief CG, Rübben H. Urethral stricture:
etiology, investigation and treatments. Dtsch Arztebl Int. 2013;110(13):220-226.
doi:10.3238/arztebl.2013.022
3. Leslie SW, Soon-Sutton TL, Khan MAB. Male Infertility. [Updated 2023 Mar 3].
In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562258/
4. Ng M, Baradhi KM. Benign Prostatic Hyperplasia. In: StatPearls. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; August 8, 2022.

Anda mungkin juga menyukai