Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MENILAI KINERJA


KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

Nama : Jayanti Mandasapitri


NPM : 202105014

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS PAT PETULAI
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga saya dapat menyusun Proposal penelitian yang
berjudul ”ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MENILAI KINERJA KEUANGAN
DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG” ini dengan baik.
Dalam penyusunan laporan ini, saya menyadari bahwa hasil proposal penelitian ini
masih jauh dari kata sempurna. Sehingga saya mengharapkan kritik dan saran yang positif
untuk proposal ini. Semoga proposal ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Rejang Lebong, April 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Maasalah..................................................................................................
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................................
D. Manfaat Penelitian...................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................
A. Landasan Teori.............................................................................................................
1. Kinerja Keuangan Daerah.........................................................................................
2. Rasio Keuangan Daerah............................................................................................
B. Kerangka Konseptual...................................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................
1. Jenis Penelitian........................................................................................................
2. Devinisi Operasional...............................................................................................
3. Waktu Analisis Data................................................................................................
4. Teknik Pengumpulan Data......................................................................................
5. Teknik Analisis Data...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia mengalami kemajuan dengan
pelaksanaan otonomi daerah. Otonomi daerah adalah penyerahan kekuasaan negara
kepada pemerintah daerah, untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
daerah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Hak otonomi masing-masing daerah atau kabupaten,
Memberikan kebebasan untuk bertani dan meningkatkan sumber daya
Pendapatan, kesejahteraan masyarakat dan kemajuan daerah. Semakin tinggi
pengakuan pendapatan, semakin besar peluangnya mencerminkan kinerja terbaik
pemerintah daerah, menurut hasil tercapai. Oleh karena itu, masyarakat harus berpikir
lebih kritis perlunya transparansi dan akuntabilitas Otoritas Sektor Publik. Akuntabilitas
bukan hanya tentang muncul kemampuan lembaga publik untuk menggunakan dana
publik, tetapi juga menunjukkan kemampuan untuk memberikan keamanan dalam
penggunaan sumber daya keuangan publik, termasuk alokasi sumber daya yang
ekonomis, efisien dan efektif melalui penyelenggaraan administrasi publik yang baik
(Indrayani & Khairunnisa, 2018).
UU No. 32/2004 memberi wewenang Pemerintah Daerah mengurus semua
urusan negara dan area yang bersangkutan dapat mengatur serta mengelola layanan
rakyat. Pemerintah mendukung penentuan nasib sendiri yang komprehensif
mempertinggi pelayanan wilayah serta kesejahteraan rakyat secara holistik demokratis,
adil, serta berkelanjutan. menggunakan regulasi pemda berharap seluruh daerah di
Indonesia bisa membelinya mengurus segala urusan pemerintahan dan pembangunan
pendapatan orisinil wilayah (PAD) mereka. keberhasilan pemerintah aplikasi kebijakan
otonomi daerah dapat dipandang dalam aktivitasnya Ekonomi Pemerintahan daerah
(Rahayu, 2016).
Untuk mewujudkan kemampuan daerah tersebut, Pemerintah Daerah
diharapkan mampu atau mandiri di dalam membiayai kegiatan pemerintah daerahny
dengan tingkat ketergantungan yang presentasenya lebih kecil kepada Pemerintah Pusat
sehingga Pendapatan Asli Daerah harus menjadi bagian yang terbesar dalam
memobilisasi dana penyelenggaraan Pemda.

1
Kinerja merupakan suatu pencapaian yang telah direncanakan, baik oleh pribadi
maupun organisasi. Apabila pencapaian sesuai dengan yang direncanakan, maka kinerja
yang dilakukan terlaksana dengan baik. Apabila pencapaian melebihi dari apa yang
direncanakan dapat dikatakan kinerjanya sangat bagus. Apabila pencapaian tidak sesuai
dengan apa yang direncanakan atau kurang dari apa yang direncanakan, maka kinerjanya
jelek.
Pengukuran kinerja keuangan untuk kepentingan publik dapat dijadikan evaluasi dan
memulihkan kinerja dengan pembanding skema dan pelaksanaannya. Selain itu dapat
juga digunakan sebagai tolak ukur untuk peningkatan kinerja khususnya keuangan
pemerintah daerah pada periode berikutnya.
Menurut Susanti, Raharjo & Oemar (2017) Ada beberapa cara untuk mengukur
Kinerja Keuangan Daerah yaitu dengan menggunakan Rasio Kinerja Keuangan Daerah.
Beberapa rasio yang bisa digunakan adalah Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Rejang Lebong, Rasio Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah, Rasio
Keserasian, dan Rasio Pertumbuhan.
Suatu daerah bisa dikatakan sebagai daerah otonomi yaitu dapat ditunjukkan melalui
kemampuan keuangan wilayahnya. Kemampuan keuangan daerah yakni masing-masing
wilayah otonom harus dapat mengurangi ketergantungan pada pemerintah pusat dengan
terus melakukan usaha untuk mencari serta menaikkan sumber keuangan yang terdapat
di wilayahnya dengan menggali asal asli daerah (Astiti & Mimba, 2016).
berdasarkan Lubis & Hafni (2017) keliru satu karakteristik primer daerah bisa pada
melaksanakan otonomi daerah artinya terletak di kemampuan keuangan daerah untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan wilayahnya menggunakan tingkat
ketergantungan kepada pemerintah pusat mempunyai proporsi yang semakin mengecil
serta diharapkan bahwa PAD harus menjadi bagian terbesar dalam memobilisasi dana
penyelenggaraan pemda.
Ditetapkan Undang-Undang RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara sentra dan Pemerintah Daerah, pemda dilaksanakan
sesuai prinsip otonomi wilayah dan pengaturan sumber daya nasional memberikan
kesempatan bagi peningkatan kesejahteraan warga menuju rakyat madani yang bebas
korupsi serta nepotisme. Penyelenggaraan pemerintahan wilayah menjadi subsistem
pemerintahan negara dimaksudkan untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. menggunakan kata lain,
mengoptimalkan mutu jangkauan pelayanan serta kesejahteraan rakyat.

2
Kemampuan wilayah dalam menggali dan memanfaatkan potensi daerah buat
membentuk pendapatan asli wilayah tentunya dapat menaikkan pendapatan wilayah.
Pendapatan asli daerah yang dihasilkan daerah memiliki kontribusi terhadap
pertumbuhan pendapatan sebagai akibatnya pemda mampu meminimalkan
ketergantungannya terhadap bantuan pendanaan yang bersumber dari pusat.
Sesuai dengan UU No 33 tahun 2004 pasal 10 disebutkan bahwa yang menjadi
sumber-sumber pembiayaan untuk pembangunan wilayah (capital investment) antara lain
berasal dari Pendapatan asli daerah dan Dana Perimbangan yang diterima oleh daerah
berasal Pempus. Dana Perimbangan itu sendiri terdiri berasal Dana Bagi hasil, Dana
Alokasi umum (DAU), Dana Alokasi spesifik (DAK). Selain itu juga ada sumber lain yg
berasal asal pembiayaan berupa Pinjaman daerah. Pendapatan orisinil daerah itu sendiri
terdiri asal Pajak dan Retribusi daerah, BUMD dan Lain PAD yang legal.
Tingkat belanja modal (pembangunan) yang tinggi memberikan gambaran dari
infrastuktur serta sarana yang yang dibangun. pada umumnya jika tingkat pembangunan
tinggi, maka akan menaikkan pelayanan yg diterima oleh warga setempat yg akan
menyampaikan dampak yang baik terhadap kinerja daerah tersebut. Hal ini menunjukan,
semakin banyak belanja modal yang digunakan maka kemampuan dalam mengukur
kinerja keuangan mengalami peningkatan (Sari el al, 2020).
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka penulis tertarik mengambil judul :
“Analisis Rasio Keuangan Dalam Menilai Kinerja Keuangan Daerah Pemerintah
Kabupaten Rejang Lebong”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kinerja keuangan Pemerintahan jika dilihat dari Rasio Kemandirian
Keuangan Daerah?
2. Bagaimana kinerja keuangan Pemerintahan jika dilihat dari Rasio Efektivitas PAD?
3. Bagaimana kinerja keuangan Pemerintahan jika dilihat dari Rasio Efesiensi
Keuangan Daerah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan Pemerintahan daerah jika
dilihat dari Rasio Kemandirian Keuangan Daerah.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan Pemerintahan daerah jika
dilihat dari Rasio Efektivitas PAD.

3
3. Untuk mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan Pemerintahan daerah jika
dilihat dari Rasio Efesiensi Keuangan Daerah.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya
berikut ini :
1. Bagi Peneliti
Manfaat bagi peneliti pada penelitian ini yaitu dapat menambah wawasan tentang
analisis kinerja keuangan menggunakan Rasio Kemandirian Keuangan daerah, Rasio
Efektivitas, Rasio Efisiensi, Rasio Keserasian, serta Rasio Pertumbuhan.
2. Bagi Pemerintahan Kabupaten Rejang Lebong.
Dari hasil penelitian ialah masukan yang bisa digunakan untuk meningkatkan
kinerja keuangan aturan pendapatan serta belanja wilayah agar laporan keuangan pada
tahun berikutnya lebih baik lagi.
3. Bagi Perkembangan Ilmu
Penelitian ini diharapkan bisa menyampaikan kontribusi teoritis pada
pengembangan teori tentang pengukuran kinerja keuangan anggaran pendapatan serta
belanja daerah. Selain itu yang akan terjadi penelitian ini diperlukan dapat digunakan
sebagai bahan refrensi bagi peneliti selanjutnya.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kinerja Keuangan Daerah


1. Pengertian Kinerja Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah RI No. 58 Tahun 2005 untuk penyelenggaraan keuangan
daerah, pelayanan sesuai dengan Pasal 1 ayat 35 adalah keluaran/outcome dari suatu
kegiatan/program yang akan atau telah terjadi untuk mencapai tentang penggunaan
dana dan kualitas yang terukur. 
Menurut Kamus Akuntansi Manajerial, “kinerja keuangan Pemerintah daerah
adalah derajat pencapaian hasil kerja Bidang keuangan daerah yang meliputi
penerimaan dan pengeluaran dengan bantuan sistem keuangan yang terpisah oleh
peraturan politik atau hukum sementara periode anggaran. bentuk pengukuran
kinerja berupa angka vital yang dihasilkan oleh sistem pelaporan tanggung jawab
daerah dalam bentuk perhitungan APBD. 
Kemudian menurut Lubis & Hafni (2017), “Kinerja pendanaan daerah atau
kapasitas daerah adalah salah satunya ukuran yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kinerja suatu daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah. Hasil
keuangan direksi Daerah merupakan hasil yang diperoleh dari penggunaan anggaran
12 bidang kuantitas dan kualitas terukur, kapasitas Area yang melayani masyarakat
dapat diukur untuk menilai efektivitas (Fathah, 2017).
Pengukuran kinerja adalah suatu proses buat menilai aktivitas yg sudah
dilaksanakan apakah sudah mencapai keberhasilan sinkron dengan target yang sudah
direncanakan (Indrayani & Khairunnisa, 2018). dari Pilat & Morasa (2017) “Sistem
pengukuran kinerja sektor publik ialah sistem yangvbertujuan buat membantu
manajer publik menilai pencapaian suatu taktik melalui alat ukur finansial dan
nonfinansial.”
Sedangkan dari Ardila & Putri (2015) “Kinerja keuangan ialah salah satu
informasi yg sangat penting untuk dikaji dalam organisasi sektor publik termasuk
pemerintahan, semenjak diterapkannya penganggaran berbasis kinerja, seluruh
pemerintah dituntut buat bisa membuat kinerja keuangan pemerintah
secara baik.”

5
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Kinerja Keuangan daerah
merupakan hasil pencapaian yang diperoleh berasal dari kegiatan yang telah
direncanakan yang diukur dengan menggunakan indikator keuangan bertujuan untuk
mengetahui kemampuan wilayah dalam mengelola keuangannya.
2. Target Kinerja Keuangan Daerah
Tujuan utama pengukuran kinerja adalah motivasi karyawan untuk mencapai
dan melaksanakan tujuan organisasi standar perilaku yang ditentukan untuk dapat
melakukannya mencapai hasil yang diinginkan (Lubis & Hafni, 2017). Tujuan
mengukur kinerja pengelolaan keuangan Pemda setelah Sinambela, Saragih &
(Placeholder1)Sari (2018) untuk memenuhi tiga tujuan, yaitu:
a. Untuk memperbaiki kinerja pemerintah, ukuran kinerja dimaksudkan buat
membantu pemerintah serius di tujuan serta target acara unit kerja, sebagai
akibatnya di akhirnya akan menaikkan efektivitas pada menyampaikan
pelayanan publik.
b. Untuk mengalokasikan asal daya dan pembuatan keputusan.
c. Untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik serta memperbaiki komunikasi
kelembagaan.
Secara umum, tujuan penilaian kinerja adalah menurut Pramono ( 2014).
a. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik
b. Untuk mengukur kinerja finansial serta non finansial secara tertimbang sehingga
dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strateginya
c. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan individual dan kemampuan
kolektif yang rasional.
3. Manfaat Kinerja Keuangan Daerah
Manfaat Pengukuran Kinerja menurut (Mardiasmo, 2002: 121)
a) Memperbaiki kinerja Pemerintah Daerah.
b) Membantu mengalokasikan sumber daya dan pembuatan keputusan.
c) Mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi
kelembagaan.
4. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Daerah
Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut adalah kompetensi sumber daya
manusia, penerapan sistem akuntansi keuangan daerah, pemanfaatan teknologi
informasi, penerapan standar akuntansi pemerintahan 'dan pengendalian intern.

6
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi sektor publik
antara lain yaitu :
1) tujuan yang jelas dan terukur
2) motivasi kerja
3) sistem pengukuran kinerja
4) insentif desentralisasi
5) Dan partisipasi dalam penyusunan anggaran.
Sedangkan menurut Ridwan & Mus’id (2019) banyak faktor yang bisa
mempengaruhi kinerja organisasi sektor publik, antara lain :
1) Tujuan yang jelas serta terukur.
2) Motivasi kerja.
3) Sistem pengukuran kinerja.
4) insentif desentralisasi.
5) Partisipasi dalam penyusunan anggaran.
5. Indikator Kinerja Keuangan Daerah
Menurut Sinambela & Pohan (2016) Indikator kinerja artinya ukuran kuantitatif
serta kualitatif yang mendeskripsikan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan
yang telah ditetapkan, menggunakan memperhitungkan indikator masukan (input),
keluaran (output), akibat, manfaat, dan dampak.
Kinerja Keuangan Daerah Kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat
pencapaian dari suatu hasil kerja di bidang keuangan daerah yang meliputi
penerimaan dan belanja daerah dengan menggunakan indikator keuangan yang
ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu
periode anggaran.

B. Rasio Keuangan Daerah


Pemerintah Daerah sebagai pihak yang diberikan tugas menjalankan pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan masyarakat wajib melaporkan pertanggungjawaban
keuangan atas sumber daya yang dihimpun dari masyarakat sebagai dasar penilaian
kinerja keuangannya. Menurut Fathah (2017) salah satu alat untuk menganalisis Kinerja
Keuangan Pemerintah Daerah dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan
melakukan analisis keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan
dilaksanakannya.

7
Salah satu perangkat untuk melakukan pengawasan terhadap pemda pada mengelola
keuangan di dalam APBD ialah dengan melakukan analisa terhadap kinerja keuangan
pemda melalui analisa rasio keuangan aturan Pendapatan serta Belanja wilayah (ABPD)
yang sudah ditetapkan dan dilaksanakan dimana akibat analisa rasio keuangan ini
selanjutnya akan digunakan menjadi tolak ukur pada (Utomo, 2011):
a. Kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahan
b. Efisiensi serta efektivitas pada merealisasikan pendapatan wilayah.
c. Sejauh mana aktivitas pemda pada membelanjakan pendapatan daerahnya.
d. Donasi masing-masing sumber pendapatan dalam pembentukan pendapatan wilayah.
e. Pertumbuhan/perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan
selama periode saat tertentu.
Berdasarkan Susanti, Raharjo & Oemar (2017) ada beberapa cara untuk mengukur
Kinerja Keuangan daerah yaitu dengan memakai Rasio Kinerja Keuangan wilayah.
Beberapa rasio yang mampu digunakan ialah: Rasio Kemandirian Keuangan wilayah,
Rasio Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan daerah, Rasio Keserasian, dan Rasio
Pertumbuhan.
a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (KKD) menunjukkan kemampuan
pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan pembangunan
dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai
sumber yang diperlukan oleh daerah.
Semakin tinggi rasio kemandirian maka tingkat ketergantungan daerah terhadap
bantuan pihak ekstern semakin rendah, dan demikian jua sebaliknya. Rasio
kemandirian diukur menggunakan:

Rasio Kemandirian Keuangan wilayah juga mendeskripsikan tingkat partisipasi


masyarakat dalam pembangunan wilayah. Semakin tinggi Rasio Kemandirian
Keuangan wilayah, meningkat partisipai rakyat pada membayar pajak dan retribusi
wilayah yang ialah komponen primer Pendapatan asli daerah. Semakin tinggi
masyarakat membayar pajak serta retribusi wilayah mendeskripsikan bahwa taraf
kesejahteraan masyarakat semakin tinggi.

8
b. Rasio Efektifitas PAD
Rasio Efektivitas PAD membagikan kemampuan pemerintah daerah dalam
memobilisasi penerimaan PAD sesuai dengan yang ditargetkan (Fathah, 2017).
Rasio Efektivitas PAD dihitung dengan cara membandingkan realisasi penerimaan
PAD menggunakan sasaran penerimaan PAD atau yang dianggarkan sebelumnya.
Rumus rasio ini adalah sebagai berikut:

c. Rasio Efisiensi Keuangan Daerah


Berdasarkan Fathah (2017) Rasio Efisiensi Keuangan daerah (REKD)
menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yg diterima. Kinerja Keuangan
Pemerintahan daerah
pada melakukan pemungutan pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima.
Kinerja Keuangan pemda dalam melakukan pemungutan pendapatan dikategorikan
efisien bila rasio yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau dibawah 100%. Semakin
kecil Rasio Efisiensi Keuangan daerah berarti Kinerja Keuangan pemda semakin
baik.
Meskipun pemda berhasil merealisasikan target penerimaan pendapatan sesuai
dengan target yang ditetapkan, namun keberhasilan itu kurang mempunyai arti
apabila ternyata biaya yang dimuntahkan untuk merealisasikan sasaran penerimaan
pendapatanya itu lebih besar daripada realisasi pendapatan yang diterimanya
(Susanti, Raharjo & Oemar, 2017). buat itu Pemerintah Daerah perlu menghitung
secara cermat berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan semua
pendapatan yang diterimanya sehingga diketahui apakah aktivitas pemungutan
pendapatannya tadi efisien atau tidak. Rumus yang digunakan untuk menghitung
rasio ini adalah sebagai berikut :

d. Rasio Keserasian
Matching ratio menggambarkan bagaimana pemerintah Daerah
memprioritaskan alokasi dana untuk pengeluaran rutin dan Biaya pengembangan
yang optimal. Semakin tinggi persentasenya Dana yang dialokasikan untuk
pengeluaran rutin adalah persentase Belanja modal (belanja pembangunan) yang

9
digunakan Menyediakan sarana dan prasarana keuangan bagi masyarakat menurun
(Susanti, Raharjo & Oemar, 2017). Ada dua Perhitungan dalam rasio belanja modal
ini yaitu:
1. Rasio Belanja Operasi ialah perbandingan antara Total Belanja Operasi
menggunakan Total Belanja daerah. Rasio ini menginformasikan pada pembaca
laporan mengenai porsi belanja wilayah yang dialokasikan untuk Belanja
Operasi. Belanja Operasi merupakan belanja yg kegunaannya habisdikonsumsi
pada satu tahun aturan, sehingga sifatnya jangka pendek serta dalam hal
eksklusif sifatnya rutin dan berulang. di umumnya proporsi Belanja Operasi
mendominasi total belanja daerah, yaitu antara 60-90% pemda dengan tingkat
pendapatan yang tinggi cenderung memiliki porsi belanja operasi yang lebih
tinggi dibandingkan Pemerintah Daerah yang tingkat pendapatannya rendah
(Fathah, 2017). Rasio belanja operasi dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Belanja Operasi = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 : 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ x 100%
2. Rasio Belanja modal adalah perbandingan antara total Belanja modal
menggunakan Total Belanja daerah. Sesuai rasio ini, pembaca laporan dapat
mengetahui porsi belanja wilayah yang dialokasikan untuk investasi
menggunakan bentuk belanja kapital pada tahun anggaran bersangkutan. Belanja
modal menyampaikan manfaat jangka menengah dan panjang pula bersifat rutin.
di umumnya proporsi belanja modal dengan belanja daerah antara lima-20%
(Fathah, 2017). Rasio belanja modal ini dirumuskan sebagai berikut:

e. Rasio Pertumbuhan
Definisi Growth menurut Fahmi (2012) adalah sebagai berikut: “Rasio
pertumbuhan yaitu rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan
dalam mempertahankan posisinya di dalam industri dan dalam perkembangan
ekonomi secara umum. Rumus untuk
menghitung Rasio Pertumbuhan artinya menjadi berikut :

Keterangan:
r = Rasio Pertumbuhan
Pn = Total Pendapatan wilayah/PAD/Belanja modal/Belanja Operasi yang dihitung

10
di tahun ke -n
Po = Total Pendapatan daerah/PAD/Belanja modal/Belanja Operasi yang dihitung
pada tahun ke-0 (tahun sebelum n) Rasio Pertumbuhan berfungsi untuk
mengevaluasi potens iwilayah yang membutuhkan perhatian. Jika wilayah yang
bersangkutan telah bisa mempertahankan dan menaikkan pertumbuhannya asal
periode satu ke periode berikutnya. Bila semakin tinggi nilai TPD, PAD, dan
Belanja Operasi yang diikuti oleh semakin rendahnya Belanja kapital, maka
pertumbuhannya adalah negatif. artinya bahwa wilayah belum bisa menaikkan
pertumbuhan daerahnya.
Dari Abdul Halim (2012: 4) adapun pihak-pihak yang mempunyai
berkepentingan menggunakan rasio keuangan pada APBD ini yaitu:
1. Pihak DPRD
2. Pihak Eksekutif
3. Pihak Pemerintah Pusat Ataupun Provinsi
4. Dan Masyarkat dan Kreditor.

C. Kerangka Konseptual
Pemerintah Daerah sebagai pihak yang diberikan tugas menjalankan pemerintahan,
pembangunan serta pelayanan masyarakat harus melaporkan pertanggungjawaban
keuangan atas sumber daya yang dihimpun dari rakyat menjadi dasar penilaian kinerja
keuangannya.
Salah satu perangkat adalah pengawasan pemerintah Masih banyak pekerjaan yang
harus dilakukan dalam mengelola daerah dalam APBD Analisis kinerja keuangan
pemerintah daerah menggunakan analisis rasio Pembiayaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (ABPD). didefinisikan dan diimplementasikan (Utomo, 2011)
Dalam Peraturan Pemerintahan RI No. 58 Tahun 2005 wacana Pengelolaan
Keuangan daerah, Pasal 1 ayat 35 menyatakan bahwa kinerja artinya keluaran/akibat dari
kegiatan/program yang akan atau sudah dicapai sehubungan dengan penggunaan aturan
menggunakan kuantitas dan kualitas yang terukur.
Menurut Irhan Fahmi (2011:2) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang
dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan
menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.

11
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Sesuai permasalahan yang ada, peneliti menggunakan penelitian deskriptif
kuantitatif, yakni peneliti mendatangi objek penelitian secara eksklusif guna memperoleh
data-data juga informasi yang mendukung pemecahan persoalan penelitian. menurut
Sijabat, Saleh & Wachid (2013) Penelitian deskriptif ialah suatu metode penelitian yang
tujuannnya artinya untuk membentuk deskripsi, ilustrasi atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat tentang fakta-fakta, sifat-sifat serta korelasi antara kenyataan yang
diselidiki.

B. Definisi Operasional
Definisi operasional artinya suatu usaha untuk melakukan pendeteksiaan sejauh
mana variabel berpengaruh terhadap variabel lainnya. keliru satu perangkat untuk
melakukan supervisi terhadap pemda pada mengelola keuangan pada pada APBD adalah
dengan melakukan analisa terhadap kinerja keuangan pemda melalui analisa rasio
keuangan aturan
Pendapatan dan Belanja wilayah (ABPD), yaitu :
a. Rasio Kemandirian Keuangan daerah
Rasio kemandirian keuangan wilayah (otonomi fiskal) menunjukkan kemampuan
Pemerintah Daerah dalam membiayai sendiri aktivitas pemerintah, pembangunan
serta sesuai target yang ditetapkan pelayanan pada warga yang telah membayar pajak
serta restribusi sebagai asal pendapatan yang dibutuhkan daerah.Rasio kemandirian
diukur menggunakan:
b. Rasio Efektivitas PAD
Rasio Efektivitas PAD menunjukkan kemampuan Pemerintah Daerah pada
memobilisasi penerimaan PAD sesuai dengan yang ditargetkan. Rumus rasio ini
adalah menjadi berikut:

c. Rasio Efisiensi Keuangan daerah


Rasio Efisiensi Keuangan daerah (REKD) mendeskripsikan perbandingan antara
besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperolehn pendapatan dengan realisasi

12
pendapatan yang diterima. Rumus yang digunakan buat menghitung rasio ini
merupakan menjadi berikut :

d. Rasio Keserasian
Rasio Keserasian menggambarkan bagaimana Pemerintah Daerah memprioritaskan
alokasi dananya pada Belanja Rutin serta Belanja Pembangunannya secara optimal.
ada 2 perhitungan pada Rasio Keserasian ini, yaitu: Rasio Belanja Operasi dan Rasio
Belanja modal.

e. Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan berguna buat mengetahui apakah pemerintah wilayah pada tahun
aturan bersangkutan atau selama beberapa periode aturan, kinerja anggaran
mengalami pertumbuhan pendapatan atau belanja secara positif atau negatif. Rumus
untuk menghitung Rasio Pertumbuhan ialah sebagai berikut :

f. Keterangan:
r = Rasio Pertumbuhan
Pn = Total Pendapatan Daerah/PAD/Belanja Modal/Belanja
Operasi yang dihitung pada tahun ke-n
Po = Total Pendapatan Daerah/PAD/Belanja Modal/Belanja
Operasi yang dihitung pada tahun ke-0 (tahun sebelum n)

C. Waktu Analisis Data


a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Pemda Rejang Lebong dibagian akuntansi,
Badan Pengelola Keuangan, Pendapatan, Dan Aset Daerah.
b. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini ialah:
Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan mengadakan
pencatatan yg bersumber berasal dokumen, dan laporan hasil berasal anggaran dan

13
realisasi pendapatan serta belanja daerah Badan Pengelola Keuangan, Pendapatan,
Dan Aset Daerah yangndiperlukan oleh peneliti.
c. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan metode deskriptif pendekatan kuantitatif
yang artinya metode yg dipergunakan untuk merumuskan perhatian terhadap
masalah yang dihadapi, dimana data yang dikumpulkan, disusun dan dianalisis
sehingga dapat menyampaikan informasi persoalan yang ada. Adapun teknik analisa
data dapat dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:
a. Mengumpulkan data penelitian yang dilakukan berupa Laporan Realisasi aturan
Pendapatan dan Belanja wilayah Badan Pengelola Keuangan, Pendapatan, serta
Aset daerah Kabupaten Rejang Lebong selama tahun 2014-2019.
b. Menghitung kinerja keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi menggunakan
mengukur rasio: rasio kemandirian keuangan wilayah, rasio efektivitas PAD,
rasio efisiensi keuangan daerah, rasio keserasian, rasio pertumbuhan.
c. Menganalisis dan membahas kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Rejang
Lebong menggunakan indikator yang sinkron dengan teori.
d. Menarik kesimpulan

14
DAFTAR PUSTAKA

(Pemerintahan et al. n.d.)Arnaldi, Arnaldi, and Irdha Yusra. 2020. “Analisis Keuangan
Pemerintah Daerah Kota Padang Tahun 2014-2018 Untuk Mengukur Kinerja Keuangan
Daerah.” Jurnal Pundi 4(1): 83–100.
Awani, Melina Febi, and Swarmilah Hariani. 2021. “Analisa Rasio Kemandirian Daerah Dan
Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.” AKURASI: Jurnal
Riset Akuntansi dan Keuangan 3(2): 95–102.
Drastiana, Tiyas, and Risdiana Himmati. 2021. “Analisis Rasio Keuangan Sebagai Alat
Penilaian Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dan Provinsi Jawa
Tengah Pada Tahun 2019-2020.” SOSEBI: Jurnal Penelitian Mahasiswa Ilmu Sosial,
Ekonomi, dan Bisnis Islam 1(1): 51–65.
Farida, Ai Siti, and Raden Faisal Maulana Nugraha. 2019. “Analisis Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Kabupaten Subang.” Publica: Jurnal Pemikiran Administrasi
Negara 11(2): 107–24.
Mailangkay, P P U et al. 2020. “Analisis Kinerja Keuangan Daerah Pemerintah Kota
Bitung.” Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi 8(3):
278–85.
Ningtias, Yeni Dwi, Tatas Ridho Nugroho, and Nur Ainiyah. 2016. “Analisis Rasio
Keuangan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Untuk Menilai Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2012-
2016.” Jrunal Akuntansi: 1–12.
Pemerintahan, Institut, Dalam Negeri, Jl Soekarno, and Km Jatinangor. “PEMERINTAH
DAERAH KABUPATEN CILACAP Author : Affiliation : Email :” : 61–78.
R, Baso, Nurul Wahyuni, and Sumarni S. 2020. “Analisis Rasio Keuangan Daerah Untuk
Menilai Kinerja Keuangan Daerah Kabupaten Bulukumba.” Tangible Journal 5(1): 43–
57.
R, Khaula Luthfiati, and M Ak. 2020. “Pemerintah Kabupaten Karanganyar.” 4(2): 2022.
Rasio Keuangan Daerah Sebagai Penilaian Kinerja pada Pemerintahan Kota Magelang Salwa
Qur, Analisis, Endang Kartini Panggiarti, and Salwa Qur. 2021. “The Analysis of
Territory Financial Ratio As Performance Value in the Government of Magelang City.”
Jurnal Ilmiah Akuntansi 5(1): 60–70.
http://www.ejournal.pelitaindonesia.ac.id/ojs32/index.php/BILANCIA/index.
Sartika, Novira. 2019. “Analisis Rasio Keuangan Daerah Untuk Menilai Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah Kepulauan Meranti.” Inovbiz: Jurnal Inovasi Bisnis 7(2): 147.
Susanto, Hery. 2019. “Analisis Rasio Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah Kota Mataram.” Distribusi - Journal of Management and Business
7(1): 81–92.
Susilawati, Desi, Linda Kusumastuti Wardana, and Intan Fajar Rahmawati. 2018. “Menilai
Kinerja Keuangan Dengan Analisis Rasio Keuangan: Studi Kasus BKAD Sleman.” Jati:
Jurnal Akuntansi Terapan Indonesia 1(2): 91–98.
Syahputra, Ahmad Ali, and Mujibur Rahmat. 2021. “Analisis Efektivitas, Efisiensi Dan
Ekonomi Dalam Menilai Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Sumbawa.” JAFA:
Journal of Accounting, Finance and and Auditing 3(1): 46–58.
Tolosang, Reki F. Pura; Agnes L.Ch. P. Lapian; Krest D. 2022. “Analisis Kinerja Keuangan
Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Halmahera Barat Tahun 2015-2020.”
Berkala Imliah Efisiensi 22(3): 1–9.
Zulkarnain, Z. 2020. “Analisis Rasio Keuangan Daerah Untuk Mengukur Kinerja Keuangan
Pemerintah Kabupaten/Kota Di Jawa Barat.” Cakrawala 3(1): 61–74.

15
(Sartika 2019)(Susanto 2019)(Zulkarnain 2020)(Ningtias, Nugroho, and Ainiyah 2016)
(Tolosang 2022)(Syahputra and Rahmat 2021)(Mathematics 2016)(Susilawati,
Kusumastuti Wardana, and Fajar Rahmawati 2018)(Drastiana and Himmati 2021)
(Syahputra and Rahmat 2021)(K. L. R and Ak 2020)(Arnaldi and Yusra 2020)(Farida
and Nugraha 2019)(Awani and Hariani 2021)(Rasio Keuangan Daerah Sebagai
Penilaian Kinerja pada Pemerintahan Kota Magelang Salwa Qur, Kartini Panggiarti,
and Qur 2021)(Mailangkay et al. 2020)(B. R, Wahyuni, and S 2020)

16

Anda mungkin juga menyukai