KEPUTUSAN
KEPALA BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL
NOMOR 48/I/HK/2023
TENTANG
RENCANA STRATEGIS
BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL TAHUN 2022 - 2024
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL
TENTANG RENCANA STRATEGIS BADAN RISET DAN INOVASI
NASIONAL TAHUN 2022-2024.
KEEMPAT : Data dan informasi kinerja RENSTRA BRIN Tahun 2022-2024 yang
tercantum dalam Sistem Informasi KRISNA-Renstra merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen RENSTRA BRIN
Tahun 2022-2024.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 16 Januari 2023
KEPALA
BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL,
ttd.
Mila Kencana
SALINAN
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA
BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL
NOMOR 48/I/HK/2023
TENTANG
RENCANA STRATEGIS
BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL
TAHUN 2022-2024
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS
BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL
Sesuai semangat visi Indonesia 2045 dan juga selaras dengan visi misi Presiden
dan Wakil Presiden 2020-2024, visi BRIN 2020-2024 adalah:
“Terwujudnya Badan Riset dan Inovasi Nasional yang andal, profesional, inovatif, dan
berintegritas dalam pelayanan kepada Presiden dan Wakil Presiden untuk
mewujudkan visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden: “Indonesia Maju yang
Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian berlandaskan Gotong Royong”.
Adapun misi BRIN pada 2022-2024 adalah:
1. memberikan dukungan teknis dan administrasi serta analisis yang cepat,
akurat, dan responsif, kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam
menyelenggarakan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan serta
invensi dan inovasi, penyelenggaraan ketenaganukliran, penyelenggaraan
keantariksaan secara nasional yang terintegrasi serta melakukan monitoring
pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Riset
dan Inovasi Daerah; dan
2. menyelenggarakan pelayanan yang efektif dan efisien di bidang pengawasan,
administrasi umum, informasi, dan hubungan kelembagaan.
Adapun penjelasan dari misi Badan Riset dan Inovasi Nasional tersebut dapat di
uraian sebagai berikut:
1. peningkatan kapabilitas iptek, budaya riset, dan penciptaan inovasi melalui
peningkatan kualitas sumber daya manusia iptek, penguatan transformasi
ekonomi, dan pembangunan berkelanjutan berlandaskan budaya iptek untuk
peningkatan daya saing; dan
2. peningkatan pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya.
-16-
2.2 Tujuan dan Sasaran Strategis Bada Riset dan Inovasi Nasional
Menjabarkan misi BRIN, maka tujuan BRIN 2021- 2024 sebagai berikut:
1. terwujudnya ekosistem riset dan inovasi Indonesia yang berdaya saing; dan
2. terwujudnya tata kelola pemerintahan di BRIN yang baik dan bersih.
Adapun sasaran strategis BRIN sebagai berikut:
1. penguatan ekosistem riset dan inovasi untuk meningkatkan produktivitas dan
daya saing yang selaras dengan arah pembangunan berkelanjutan (SS 1),
dengan indikator kinerja: a) Inovasi yang dimanfaatkan masyarakat, industri,
dan badan usaha, b) Rasio jumlah periset per sejuta penduduk; dan c) Rasio
anggaran riset nonpemerintah terhadap anggaran riset pemerintah; dan
2. tata kelola BRIN yang efektif, efisien, dan akuntabel, dengan indikator kinerja:
a) Indeks Reformasi Birokrasi BRIN dan b) Opini penilaian Laporan Keuangan.
Berikut adalah gambaran keterkaitan visi misi hingga indikator kinerja sehingga
dapat terlihat pola hubungannya (gambar 3).
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI,
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Badan Riset dan Inovasi Nasional
Indonesia adalah salah satu kepulauan yang berada di kawasan ring of fire, di
mana resiko untuk terjadi bencana sangat tinggi. Zona ini memberikan kontribusi
sebesar 90% dari kejadian gempa di bumi. Selain rentan mengalami gempa bumi,
Indonesia juga berada di jalur khatulistiwa yang memiliki iklim tropis sehingga
bencana hidrometeorologi seperti badai, banjir, kekeringan, dan kebakaran lahan
sering terjadi. Perubahan iklim juga disinyalir sebagai penyebab meningkatnya
frekuensi bencana hidrometrologi dan cuaca ekstrim. Pemanasan suhu global juga
menjadi kekhawatiran Indonesia dan dunia akhir-akhir ini karena dapat menggangu
keseimbangan energi dalam suatu wilayah yang dapat merusak suatu ekosistem dan
tatanan kehidupan manusia dalam jangka panjang. Ancaman tidak hanya sebatas
saat terjadinya bencana tetapi juga pasca bencana, seperti rusaknya infrastruktur,
gagal panen, dan gangguan kesehatan masyarakat di daerah terdampak. BRIN
dengan 12 (dua belas) organisasi riset dan 7 (tujuh) kedeputiannya diharapkan dapat
-21-
Untuk pelaku usaha atau swasta baik yang berasal dari dalam dan
luar negeri yang menjadi mitra BRIN diberikan akses terbuka dan free
untuk menggunakan fasilitas riset industri serta kolaborasi riset yang
berupa pendampingan dalam memecahkan permasalahan industri
atau menjadi solusi industri bagi pihak swasta atau pelaku usaha.
Mekanisme bagi pelaku usaha atau pihak swasta ini merupakan
mekanisme kolaborasi tanpa hibah tunai ke mitra secara langsung
sehingga yang ditawarkan kepada mitra ini lebih diarahkan pada
solusi model bisnis baru, peningkatan skala ekonomi serta wujud
aktivitas riset yang mungkin dapat menjadi alternatif strategi
ekonomi kreatif. Proses dalam mekanisme inilah yang akan dapat
merangsang adanya interaksi dan dinamika riset yang lebih alami
dan hidup sehingga konteks hilirirasi dapat lebih mudah
direalisasikan. Untuk sisi akademisi, platform ini lebih diarahkan
untuk upaya peningkatan kolaborasi global yang diharapkan dapat
menarik lebih banyak global talent untuk melakukan kerja sama riset
di Indonesia.
b. Manajemen Talenta Nasional Bidang Riset dan Inovasi
Kunci terbesar keberhasilan pelaksanaan riset dan inovasi adalah
terletak pada sumber daya manusia yang unggul. sumber daya
manusia menjadi modal awal dan paling utama yang dibutuhkan,
baik kuantitas maupun kualitasnya. Untuk itulah diperlukan adanya
pengembangan talenta riset dan inovasi melalui manajemen talenta
yang baik. Manajemen talenta nasional di bidang riset dan inovasi
yang diselenggarakan BRIN adalah sebagai platform dasar untuk
peningkatan kapasitas dan mobilitas periset. Sumber daya manusia
iptek yang dinamis akan tercermin dari fleksibilitas dan mobilitas
ruang pekerjaan yang dilakukan. Terjadinya perpindahan
memungkinkan transfer pengetahuan yang intensif antara pihak
pemerintah, swasta, dan pendidikan tinggi. Sebagai komitmen BRIN
dalam mendukung program manajemen talenta nasional, telah
disiapkan enam program unggulan manajemen talenta bidang riset
dan inovasi yang dijalankan oleh Kedeputian Bidang Sumber Daya
Manusia Iptek BRIN (gambar 8).
bidang tertentu. Hal ini didasarkan pada kekuatan yang dimiliki BRIN sebagai
lembaga riset dan inovasi pemerintah utama di Indonesia dan juga sebagai penyedia
rumusan kebijakan nasional di bidang ilmu pengetahuan. Di dalam keterlibatannya
tersebut, BRIN mengidentifikasikan dan membagi ke dalam 2 (dua) kategori RAN
yakni RAN yang berpengaruh langsung terhadap Program BRIN dan RAN yang tidak
berpengaruh langsung terhadap Program BRIN (sublampiran 3).
RAN yang berpengaruh langsung terhadap Program BRIN mengartikan bahwa
keterlibatan BRIN dalam RAN tersebut merupakan amanat langsung dari regulasi di
mana dalam regulasi tersebut menyebutkan BRIN sebagai aktor dari kegiatan RAN
yang dimaksud. Sedangkan RAN yang tidak berpengaruh langsung terhadap Program
BRIN, keterlibatan BRIN dikarenakan rincian aktivitas kegiatan sangat relevan
dengan tugas dan fungsi BRIN walaupun di dalam regulasi yang ada terkait RAN
tersebut tidak menyebutkan BRIN sebagai aktor dari kegiatan RAN yang dimaksud.
(3), Pasal 26 ayat (3), Pasal 29 ayat (5), Pasal 34 ayat (4), Pasal 73 ayat (3), Pasal
39 ayat (6), Pasal 40 ayat (9), Pasal 75 ayat (4), Pasal 76, Pasal Pasal 77 ayat (3),
Pasal 85 ayat (5), Pasal 86 ayat (4), dan Pasal 90. Urgensi pembentukan sebagai
berikut:
a. meningkatkan kapasitas bangsa dalam mengelola sumber daya dan
diutamakan untuk memenuhi kebutuhan nasional agar dapat
meningkatkan daya saing serta mewujudkan kemandirian bangsa;
b. menjamin kemandirian dan kebebasan ilmiah dalam melaksanakan
penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan iptek;
c. memberikan pelindungan kekayaan intelektual dan pemanfaatannya
sebagai hasil invensi dan inovasi untuk pembangunan nasional;
d. menjamin pelaksanaan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan
penerapan dilaksanakan sesuai dengan kode etik bidang ilmu;
e. meningkatkan kualitas, efisiensi, dan pemanfaatan sumber daya iptek;
f. meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan iptek;
g. memberikan pelindungan bagi sumber daya manusia iptek dalam
melaksanakan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan
iptek;
h. memberikan fasilitasi berupa pendanaan dan sarana prasarana iptek; dan
i. mewujudkan sinergi dan kolaborasi antar unsur kelembagaan dan sumber
daya iptek.
3. RPP tentang Penguasaan Teknologi Keantariksaan
Penyelenggaraan keantariksaan adalah setiap kegiatan eksplorasi dan
pemanfaatan antariksa yang dilakukan, baik di dan dari bumi, ruang udara,
maupun antariksa. Penyelenggaraan keantariksaan tersebut diperoleh melalui
pemanfaatan sistem keantariksaan. RPP tentang Penguasaan Teknologi
Keantariksaan merupakan peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2013 tentang Keantariksaan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27,
Pasal 57, dan Pasal 92. Urgensi pembentukan sebagai berikut:
a. memberikan dasar hukum dan kepastian hukum dalam penguasaan
teknologi keantariksaan;
b. mewujudkan kemandirian dan meningkatkan daya saing bangsa dan
negara melalui penguasaan teknologi keantariksaan;
c. memberikan manfaat ekonomi dan membuka peluang bagi pertumbuhan
ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung;
d. menjamin keberlanjutan keantariksaan untuk kepentingan generasi masa
kini dan generasi masa depan;
e. melindungi negara dan warga negaranya dari dampak negatif yang
ditimbulkan; dan
f. mewujudkan penyelenggaraan keantariksaan yang menjadi komponen
pendukung pertahanan dan integritas Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
4. RPP tentang Penyelenggaraan Bandar Antariksa
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan memberikan
landasan hukum bagi penyelenggaraan keantariksaan di Indonesia. Undang-
Undang ini tidak hanya mengatur tentang kegiatan keantariksaan semata,
melainkan juga memiliki visi untuk mencapai kemandirian dan meningkatkan
daya saing bangsa dan negara dalam penyelenggaraan keantariksaan. Bandar
antariksa merupakan kawasan di daratan yang dipergunakan sebagai landasan
dan/atau peluncuran wahana antariksa yang dilengkapi dengan fasilitas
keamanan dan keselamatan serta fasilitas penunjang lainnya. Pengaturan
mengenai bandar antariksa baik pembangunan dan pengoperasiannya perlu
adanya jaminan sinergitas antar para pihak terkait untuk mempermudah dan
memfasilitasi proses pembangunan bandar antariksa dengan memperhatikan
kepentingan nasional, keamanan, dan keselamatan peluncuran wahana
antariksa, serta kelestarian lingkungan sekitar.
RPP tentang Penyelenggaraan Bandar Antariksa merupakan peraturan
pelaksanaan Undang-Undang tentang Keantariksaan untuk melaksanakan
-37-
ketentuan Pasal 46, Pasal 47, Pasal 69, Pasal 83, dan Pasal 94. Urgensi
pembentukan sebagai berikut:
a. menjadi pedoman dalam memfasilitasi proses pembangunan dan
pengoperasian bandar antariksa dengan memperhatikan kepentingan
nasional, keamanan, dan keselamatan peluncuran wahana antariksa, serta
kelestarian lingkungan sekitar;
b. mendorong kemandirian penguasaan teknologi keantariksaan nasional
sehingga dalam jangka panjang dapat memangkas ketergantungan dalam
penggunaan jasa peluncuran dari negara lain serta memunculkan
deterrence effect terhadap pertahanan dan keamanan nasional;
c. memberikan manfaat ekonomi dan membuka peluang bagi pertumbuhan
ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung; dan
d. memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang memiliki posisi geografis
strategis sehingga memberikan keunggulan komparatif dalam pemanfaatan
teknologi antariksa apabila dibandingkan dengan wilayah negara lainnya.
5. RPP tentang Komersialisasi Keantariksaan
Kegiatan komersial keantariksaan memiliki ruang lingkup yang sangat luas
mulai dari segmen antariksa (misalnya satelit, stasiun antariksa internasional,
dan lain-lain), segmen bumi (misalnya stasiun bumi, segmen komunikasi,
wahana peluncur, dan lain-lain), dan segmen koneksi komunikasi. Selain itu,
kegiatan penjalaran (spin-off) teknologi keantariksaan juga termasuk dalam
teknologi kegiatan komersial keantariksaan. Subjek kegiatan komersial
keantariksaan pada awalnya dilakukan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan
karena kegiatan keantariksaan masih bertaraf untuk tujuan penelitian dan
kepentingan militer. Namun dalam perkembangannya, pelaku kegiatan
keantariksaan semakin bertambah dengan keterlibatan organisasi internasional
antar pemerintah dan keterlibatan swasta nasional negara-negara, baik dalam
bentuk perusahaan negara dan swasta murni.
RPP tentang Komersialisasi Keantariksaan ini merupakan peraturan
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan
untuk melaksanakan ketentuan Pasal 37 ayat (2), Pasal 84, dan Pasal 86.
Urgensi pembentukan sebagai berikut:
a. memberikan dasar hukum dan kepastian hukum dalam penguasaan
teknologi keantariksaan;
b. memastikan para pelaku kegiatan komersial keantariksaan dapat berjalan
tertib dan tetap menjaga serta melindungi kepentingan negara;
c. mewujudkan kemandirian dan meningkatkan daya saing bangsa dan
negara melalui komersialisasi keantariksaan; dan
d. memberikan kemanfaatan ekonomi dan membuka peluang bagi
pertumbuhan ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung.
6. RPP tentang Tata Kelola Pertambangan Bahan Galian Nuklir
RPP tentang Tata Kelola Pertambangan Bahan Galian Nuklir merupakan
pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2022 tentang Cipta Kerja (Perpu Cipta Kerja). Perpu Cipta Kerja telah
mengubah ketentuan dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997
tentang Ketenaganukliran. Kegiatan pertambangan yang semula hanya
diperuntukkan pada kegiatan nonkomersial, telah dibuka untuk dilakukan
pengusahaan dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2022 tentang Cipta Kerja. Selain sebagai wujud pelaksanaan dari Perpu
Cipta Kerja tersebut, urgensi pembentukan RPP tentang Tata Kelola
Pertambangan Bahan Galian Nuklir juga dengan telah diundangkannya PP
Nomor 52 Tahun 2022 tentang Keselamatan dan Keamanan Pertambangan
Bahan Galian Nuklir yang mana materi pengaturan PP 52 Tahun 2022 masih
mengatur sebatas keselamatan dan keamanan pertambangan bahan galian
nuklir, sedangkan terkait pengusahaannya belum diatur.
Disisi lain, pembentukan RPP tentang Tata Kelola Pertambangan Bahan Galian
Nuklir mendesak dilakukan, mengingat penggunaan bahan galian nuklir perlu
dilakukan secara ketat hanya untuk maksud damai dan guna menghindarkan
-38-
S3 1.355
S2 3.687
S1 3.808
DIV 256
DIII 573
DII 14
DI 8
SMA 966
SMP 1
SD 0
0 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000
S3 23
S2 438
S1 1.009
DIV 37
DIII 155
DII 2
DI 36
SMA 881
SMP 92
SD 54
Analis
Perkebunrayaan; 10
Perekayasa; 2314
Litkayasa; 803 Analis Pemanfaatan Iptek; 41
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
Penguatan ekosistem riset dan inovasi untuk meningkatkan produktivitas dan daya
saing yang selaras dengan arah pembangunan berkelanjutan (SS1)
BAB V
PENUTUP
KEPALA
BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL,
ttd.
Mila Kencana
-50-
tanggap darurat,
dan budaya sadar
bencana (RMM)
5.4 Teknologi Sistem big data Sistem big data
informasi dan untuk kepentingan nasional
komunikasi serta nasional dan
kebijakan untuk aplikasi yang aman
mendukung dan komprehensif
industri 4.0
5.5 Material maju Bahan baku, Antioksidan dan
untuk kesehatan bahan sediaan, anti penuaan dini
produk kosmetik, (kecantikan)
dan kesehatan
yang alami dan
aman serta produk
antioksidan dan
anti penuaan dini
yang
terstandardisasi
serta regulasi
pendukungnya
6. Pertahanan 6.1 Teknologi Prototipe laik Pesawat udara
dan pendukung daya industri pesawat bersenjata tanpa
Keamanan gerak udara tanpa awak awak
dan kebijakan
pendukungnya
6.2 Teknologi Prototipe laik Roket dua tingkat
pendukung daya industri untuk
gempur roket, kendali, dan
propelan serta
kebijakan
pendukungnya
6.3 Teknologi Prototipe laik Radar pertahanan
pendukung industri radar dan udara nasional
pertahanan prototipe pelapisan Ground Control
anti radar serta Intercept (GCI)
kebijakan
pendukungnya
6.4 Sistem Sistem Sistem
pemantauan pemantauan pemantauan
radiasi untuk radiasi laik radiasi
memonitoring industri, prototipe lingkungan
unsur radioaktif alat pengukur
radiasi lingkungan
laik industri, dan
kebijakan
pendukungnya
7. Kemaritiman 7.1 Teknologi Prototipe laik Kapal tunda
penguatan industri kapal laut bahan bakar
infrastruktur dan serta kebijakan ganda
konektivitas pendukungnya
maritim
Prototipe laik Kapal pengangkut
industri kapal laut gas alam cair
serta kebijakan
pendukungnya
-54-
bencana biologi,
kimia, radioaktif,
dan rawan pangan
(pengembangan
teknologi
peringatan dini,
mitigasi dan
pengurangan
bencana,
pencegahan dan
kesiapsiagaan,
tanggap darurat,
regulasi dan
budaya sadar
bencana) (RMM)
9.2 Lingkungan, Model dan simulasi Teknologi
sumber daya air, zonasi ekosistem, penginderaan
dan perubahan teknologi jauh untuk
iklim penginderaan jauh kawasan
dan sistem konservasi,
informasi geografis pencegahan
untuk analisa pencemaran,
lingkungan, sumber kebencanaan, dan
daya air, dan pemanfaatan
perubahan iklim, sumber daya alam
serta regulasi dan
kebijakan
pendukungnya
Model dan simulasi, Model sistem
aplikasi zonasi pengelolaan air
ekosistem, teknologi pintar
penginderaan jauh
dan sistem
informasi geografis
untuk sumber daya
air (daerah aliran
sungai, danau, dan
sumber daya air
lainnya), serta
regulasi dan
kebijakan
pendukungnya
9.3 Kecukupan gizi Teknologi Revitalisasi
dan biofortifikasi untuk ketahanan
penanggulangan peningkatan nutrisi, pangan dan gizi
stunting serta regulasi dan (stunting)
kebijakan
pendukungnya
9.4 Keanekaragaman Model, kawasan Keanekaragaman
hayati/biodiversi konservasi, data hayati
tas survei, repositori
dan depositori
biodiversitas,
pemetaan
biodiversitas dan
identifikasi
hilangnya
biodiversitas, serta
-56-
regulasi dan
kebijakan
pendukungnya
Sublampiran 2: Quick Win Riset dan Inovasi Badan Riset dan Inovasi Nasional 2023-2024
Inisiatif Varietas unggul Pupuk hayati Mineral blok Nanobiopestisida Keju halloumi Controlled
tebu saccharum berbahan aktif untuk suplemen serawangi dan yang mengandung Atmospheric
officinarum bakteri pelarut Zn pakan sapi nanoeukaliptus spirulina sp Storage (CAS)
untuk mengatasi untuk produktivitas untuk perpanjang
stunting cabai masa simpan
Urgensi • Swasembada • Definisi Zn • Defisiensi • Produktivitas • Penting untuk • Program
gula konsumsi dilahan mineral cabai fluktuatif meningkatkan penguatan stok
ditargetkan pertanian/ mengakibatkan • OPT tanaman pemanfaatan pangan nasional
tercapai tahun perkebunan dapat laju cabai berakibat bahan lokal PP Nomor 66
2025 mengurangi hasil pertumbuhan kegagalan panen • Perlu adanya Tahun 2021
• Perlu teknologi panen dan sapi rendah • Perlu adanya alternatif • Mengatasi food
dan kualitas • Populasi sapi pengelolaan OPT teknologi dari loss bahan
pengelolaan nutrisinya potong tinggi, cabai yang susu yang pangan dan
pasca panen • Perlu strategi dan terutama di berbasis sumber menghasilkan pertanian
untuk pendekatan baru peternak dengan daya genetic local produk yang sepanjang rantai
meningkatkan untuk pakan dari dan ramah baik bagi pasok
produktivitas biofortifikasi hijauan. Untuk lingkungan kesehatan • Stabilitas
hablur dan tanaman guna itu, perlu • Permintaan ketersediaan
rendemen tebu meningkatkan teknologi yang keju meningkat bahan pangan
• Varietas unggul Kesehatan mudah tiap tahun akibat
tebu adaptif (menurunkan pengaplikasian perubahan iklim
sesuai tipologi stunting) nya. • Perlu teknologi
lahan penyimpanan
diperlukan untuk
memperpanjang
masa simpan
bahan pangan
Kemanfaat • Meningkatkan • Meningkatkan • Pertumbuhan • Efektif karena • Tersedianya • Menurunkan
an produksi gula ketahanan sapi/ungags mudah diserap produk berbasis food loss
nasional dan tanaman terhadap meningkat tanaman bahan lokal dan
-58-
Inisiatif Fitofarmaka lipidcare Antibodi monoklonal NS1 Implan tulang belakang Implan gigi titanium
dengue
Urgensi • Penyakit jantung • Dibutuhkan antibodi • Pertumbuhan pasar Tingginya kebutuhan implan
merupakan penyakit monoclonal NS1 yang alat kesehatan di gigi
dengan jumlah kasus sangat besar untuk Indonesia diperkirakan
produksi rapid test NS1 di sebesar 11,4% (2019
-59-
Inisiatif Aditif co-firing Turbin Organic Rankine Plastic and biomass PLT mikrohidro dan Biomethane dan Bio
biomassa-batubara Cycle (ORC) untuk PLT to fuel (liquid and pikohidro head Compressed Natural
entalpi rendah gas) yang sangat rendah Gas (Bio CNG)
terintegrasi
Urgensi • Diperlukan • Merupakan teknologi • Perlu teknologi • Energi air head • Mendorong dan
teknologi untuk relatif baru dan belum persampahan rendah (head < meningkatkan porsi
mewujudkan banyak penerapannya di perkotaan 5m) potensinya penggunaan EBT
komitmen nasional dunia serta belum terutamam cukup besar secara nyata sejalan
mengatasi emisi gas adanya kegiatan riset sampah plastik namun belum dengan program
rumah kaca (GRK) dan rancang bangun merusak dimanfaatkan pemerintah dengan
• Target turbin ORC di industri lingkungan secara maksimal target NZE tahun
pengembangan dalam negeri • Sampah plastik untuk 2060
teknologi EBT • Merupakan produk berpotensi pembangkit • Perlu adanya
melalui mekanisme manufaktur impor yang dimanfaatkan listrik EBT teknologi yang
co-firing biomassa memilliki peluang cukup untuk bahan • Perlu dapat
pada PLTU besar untuk bakar minyak ditemukannya memanfaatkan
• Diperlukan aditif dikembangkan di (BBM) yang dapat teknologi yang potensi biogas yang
yang dapat Indonesia (menaikan menjadi sumber sederhana, tinggi
mengatasi TKDN) energi baru andal, murah,
permasalahan • Kemampuan industri menggantikan mudah dalam
stagging fouling turbin nasional masih BBM fosil dan operasi dan
pada PLTU sebagas turbine services, sekaligus perawatannya
sementara produk berkontribusi • Saat ini teknologi
turbin memiliki tingkat menurunkan PLTMH masih
kompetisi tinggi yang impor BBM belum banyak
harus memenuhi dikuasai di
jaminan kualitas mutu, dalam negeri dan
delivery dan harga masih mengacu
pada teknologi
dari luar negeri
-61-
Inisiatif Implementasi teknologi Riset membran Riset percepatan Riset pengukuran Kajian penyusunan
penyedia air bersih dan ultrafiltrasi dan pengurangan emisi gas karbon pada regulasi yang mengatur
air minum dari air laut nanofiltrasi untuk rumah kaca (GRK) berbagai tipe mekanisme teknis
(sea water reverse peningkatan efisiensi pada 5 sektor (energi, ekosistem melalui perdagangan karbon
osmosis/SWRO) teknologi penyedia air kehutanan, pertanian, metode survei dan nasional
bersih/minum limbahdah IPPU) penginderaan jauh
Urgensi • Perlu adanya • Perlu diperoleh • Perlu percepatan • Perlu adanya • Nilai ekonomi karbon
teknologi untuk teknologi untuk untuk mewujudkan data karbon merupakan salah
mengatasi mengatasi target emisi GRK spesifik pada satu instrumen
keterbatasan akses kandungan amoniak Indonesia sesuai E- berbagai tipe dalam mewujudkan
air minum mayarakat dan bakteri coli NDC 2022 sebesar ekosistem pengurangan emisi
daerah pantai, untuk pengolahan 31.89% dan target • Perlu adanya GRK
pesisir, atau pulau- air baku dari air Net Zero Emission formulasi • Perlu adanya
pulau kecil yang limbang/tidak layak (NZE) pada tahun pengukuran mekanisme teknis
terdampak guna dengan 2050-2070 absorpsi akibat perdagangan karbon
kekeringan akibat el penggunaan energi • Perlu upaya emisi karbon nasional untuk
nino yang efisien antisipasi pengaruh untuk dijadikan mendukung hal
• Perlunya diperoleh buruk terhadap pendukung tersebut
teknologi untuk perubahan iklim di kebijakan
mengatasi berbagai bidang nasional
keterbatasan perdangangan
ketersediaan air karbon
bersih/air minum
pada daerah
kekeringan karena
terdampak el nino
Kemanfaatan • Mampu mengolah air • Mampu • Menurunkan emisi • Tersedianya data • Tersedianya regulasi
di daerah pantai, menghilangkan GRK dalam nilai karbon yang mengatur
pesisir ato pulau- senyawa polutan air mendukung target pada berbagai mekanisme teknis
pulau kecil (daerah limbah/tidak layak NZE tipe ekosistem di perdagangan karbon
sumber air asin) guna tanpa bahan berbagai daerah nasional
-63-
menjadi air siap kimia (proses • Hasil riset menjadi yang dapat
minum biologis/alami) yang bahan rekomendasi dihitung secara
• Teknologi SWRO tidak bisa mitigasi untuk lebih spesifik
memiliki nilai jual dihilangkan dengan mencapai target NDC • Tersedianya
lebih ekonomis proses konvensional pada 5 sektor mekanisme
dibandingkan tipe menjadi air (energi, kehutanan, teknis
lain pada kapasitas bersih/air minum pertanian, limbah, pelaksanaan
yang sama dan industri riset dan inovasi
processes and (perhitungan
product use (IPPU)) data absorpsi
atas emisi
karbon secara
nasional di
berbagai sektor)
Target 2024 • Lisensi teknologi • Paten • Rekomendasi • Model • Rekomendasi
• Teknologi • Lisensi teknologi kebijakan pengukuran regulasi yang
termanfaatkan pengurangan emisi karbon mengatur
GRK pada 5 sektor • Pemanfaatan mekanisme teknis
model perdagangan karbon
nasional
Sublampiran 3: Peran Badan Riset dan Inovasi Nasional dalam Rencana Aksi
Nasional
No. Rencana Aksi Nasional Peran dan Kontribusi
Badan Riset dan Inovasi Nasional
Berpengaruh Langsung terhadap Program Badan Riset dan Inovasi Nasional
1. Rencana Induk Pemajuan ● Penyelenggaraan Lomba Karya Ilmiah
Kebudayaan Remaja Bidang Ilmu Sosial dan
- UU Nomor 5 Tahun 2017 Kemanusiaan
- Dokumen RIPK 2019 ● Membangun Kesadaran Bahari Anak
Bangsa melalui Buku Ajar/Muatan Lokal
dan Diseminasi
● Hasil Implementasi dan Pengembangan
Model-model Pembangunan Masyarakat
Indonesia dari Pinggiran Berbasis
Pendekatan Kolaboratif-Integratif-Holistik
● Pembinaaan dan Pendampingan
Komunitas/Daerah terkait dengan
Indikasi Geografis
● Penelitian tentang Proteksi Sosial Inklusif
bagi Orang Asli Papua dalam Rangka
Pengurangan Kemiskinan dan
Kesenjangan Sosial
● Pengembangan Teknologi Pengemasan
Makanan Olahan
● Penelitian tentang Pengembangan Risk
Culture melalui Peningkatan Pengetahuan
Kebencanaan yang Terintegrasi
● Penyusunan Standar Biaya Masukan
tentang Pengumpulan Data Lapangan
Bidang Budaya
● Memiliki Laboratorium Cara Pembuatan
Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) yang
Dapat Mendukung Penelitian Obat
Tradisonal
● Pengembangan Repositori Ilmiah
Nasional (RIN)
● Program Pendidikan Berbasis Riset
untuk Bidang Ilmu Strategis
● Akuisisi Pengetahuan Lokal dalam
Bentuk Terbitan dan Multimedia
2. Kebijakan Kelautan Indonesia (KKI) ● Penguatan Sistem Peringatan Dini
- Perpres RI Nomor16 Tahun 2017 Bencana: Lokasi Riset Interdisiplin
- Renaksi KKI II Tahun 2020-2024 Indonesia Early Warning System
(InaTEWS)
● Desain Pembangunan Berdaya Saing dan
Inklusif Petani dan Nelayan Kecil: Riset
Pengembangan Sosial Ekonomi Inklusif
dan Pembangunan Maritim
● Peningkatan Ekosistem Laut Pesisir yang
Terdegradasi: Pelestarian, Restorasi, dan
Pemanfaatan Keberlanjutan dan
Ekosistem Perairan
● Pengukuran Pemulihan Ekosistem
Terumbu Karang Akibat Fenomena dan
Perubahan Iklim: Data pemulihan
Terumbu Karang Akibat Pemutihan
Karang
-65-
PERATURAN PEMERINTAH
PERATURAN PRESIDEN
8. Rancangan Peraturan a. menjadi pedoman bagi semua a. Sekretariat a. Kementerian Koordinasi 2022
Presiden tentang pihak yang terkait dalam Utama; Bidang Perekonomian;
Strategi Nasional melaksanakan penguasaan b. Deputi Bidang b. Kementerian Sekretariat
Percepatan dan pemanfaatan teknologi Kebijakan Riset Negara;
Penyelenggaraan kecerdasan artifisial; dan Inovasi; c. Kementerian Hukum dan
Kecerdasan Artifisial b. menetapkan strategi dan c. Deputi Bidang Hak Asasi Manusia; dan
kebijakan penguasaan dan Infrastruktur d. Kementerian Komunikasi
pemanfaatan teknologi Riset dan dan Informatika.
kecerdasan artifisial melalui Inovasi;
penguatan ekosistem inovasi d. Unit Eselon I
teknologi kecerdasan artifisial; terkait; dan
-80-
d. Kementerian
Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi
Birokrasi; dan
e. Kementerian Keuangan.
15. Rancangan Peraturan memberikan kepastian hukum a. Sekretariat a. Kementerian Koordinasi 2023
Presiden tentang dalam melaksanakan Utama; Bidang Perekonomian;
Tunjangan Jabatan pembayaran tunjangan jabatan b. Unit Eselon I b. Kementerian Sekretariat
Fungsional Penata fungsional penata penerbitan terkait; dan Negara;
Penerbitan Ilmiah ilmiah. c. Organisasi Riset c. Kementerian Hukum dan
terkait. Hak Asasi Manusia;
d. Kementerian
Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi
Birokrasi; dan
e. Kementerian Keuangan.
16. Rancangan Peraturan memberikan kepastian hukum a. Sekretariat a. Kementerian Koordinasi 2023
Presiden tentang dalam melaksanakan Utama; Bidang Perekonomian;
Tunjangan Jabatan pembayaran tunjangan jabatan b. Unit Eselon I b. Kementerian Sekretariat
Fungsional Analis fungsional analis terkait; dan Negara;
Perkebunrayaan perkebunrayaan tunjangan c. Organisasi Riset c. Kementerian Hukum dan
jabatan fungsional analis terkait. Hak Asasi Manusia;
perkebunrayaan. d. Kementerian
Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi
Birokrasi; dan
e. Kementerian Keuangan.
17. Rancangan Peraturan memberikan kepastian hukum a. Sekretariat a. Kementerian Koordinasi 2023
Presiden tentang dalam melaksanakan Utama; Bidang Perekonomian;
Tunjangan Jabatan pembayaran tunjangan jabatan b. Unit Eselon I b. Kementerian Sekretariat
Fungsional Teknisi fungsional teknisi terkait; dan Negara;
Perkebunrayaan perkebunrayaan. c. Organisasi Riset c. Kementerian Hukum dan
terkait. Hak Asasi Manusia;
d. Kementerian
Pendayagunaan Aparatur
-84-
18. Rancangan Peraturan a. menyimpan dan melestarikan a. Sekretariat a. Sekretariat Kabinet; 2022
Badan Riset dan data primer dan keluaran Utama; b. Kementerian Hukum dan
Inovasi Nasional hasil riset; b. Deputi Bidang Hak Asasi Manusia;
tentang Wajib Serah b. menjamin ketersediaan dan Fasilitasi Riset c. Kementerian Keuangan;
dan Wajib Simpan akses terkendali terhadap dan Inovasi; dan
Data Primer dan data primer dan keluaran c. Unit Eselon I d. Kementerian Tenaga
Keluaran Hasil Riset hasil riset; dan terkait; dan Kerja
c. mendorong peningkatan d. Organisasi Riset
pemanfaatan data primer dan terkait.
keluaran hasil riset untuk
jangka panjang; dan
menjamin kualitas dan
orisinalitas data primer dan
keluaran hasil riset.
19. Rancangan Peraturan a. memajukan pengembangan a. Sekretariat a. Sekretariat Kabinet; 2022
Badan Riset dan riset dan inovasi di Indonesia Utama; b. Kementerian Hukum dan
Inovasi Nasional diperlukan upaya-upaya b. Deputi Bidang Hak Asasi Manusia;
tentang Rencana strategis, salah satunya Sumber Daya c. Kementerian Keuangan;
Induk Pengembangan dengan meningkatkan Manusia Iptek; dan
Standar Kompetensi kapasitas sumber daya c. Unit Eselon I d. Kementerian Tenaga
Kerja Nasional manusia yang kompeten dan terkait; dan Kerja
Indonesia Bidang profesional di bidang riset dan d. Organisasi Riset
Riset dan Inovasi inovasi sesuai dengan standar terkait.
Tahun 2022-2026 kompetensi kerja; dan
b. menyeragamkan dalam
pemenuhan kapasitas dan
kompetensi sumber daya
manusia sebagaimana
dimaksud dalam huruf a,
-85-
e. menerapkan sistem
penghargaan atas upaya dan
komitmen berbagai lapisan
masyarakat dalam
melestarikan pengetahuan
lokal melalui publikasi yang
berkualitas.
21. Rancangan Peraturan a. meningkatkan indeks a. Sekretariat a. Sekretariat Kabinet; 2022
Badan Riset dan kompetitif sumber daya Utama; b. Kementerian Hukum dan
Inovasi Nasional manusia global di Indonesia b. Deputi Bidang Hak Asasi Manusia;
tentang Program bidang inovasi; Sumber Daya c. Kementerian Keuangan;
Pengembangan b. membangun talenta unggul Manusia Iptek; dan
Sumber Daya bidang riset dan inovasi c. Unit Eselon I d. Kementerian Pendidikan,
Manusia Melalui nasional; terkait; dan Kebudayaan, Riset, dan
Pendidikan c. meningkatkan jumlah d. Organisasi Riset Teknologi.
Pascasarjana proporsi sumber daya terkait.
Berbasis Riset manusia tingkat pendidikan
program magister dan doktor;
d. meningkatkan kolaborasi dan
publikasi bersama serta
memperluas jejaring kerja
sama untuk meningkatkan
riset dengan perguruan tinggi;
e. membangun kerja sama riset
dengan institusi dalam negeri
atau institusi luar negeri
secara seimbang, setara, dan
kontributif untuk masyarakat
Indonesia dan pengembangan
iptek secara umum; dan
f. memenuhi kebutuhan
pengembangan kompetensi
sumber daya manusia.
-87-
Inovasi Nasional kultural bagi pejabat b. Deputi Bidang b. Kementerian Hukum dan
tentang Pedoman fungsional peneliti dan Sumber Daya Hak Asasi Manusia;
Penyelenggaraan melaksanakan ketentuan Manusia Iptek; c. Kementerian Keuangan;
Pelatihan Pasal 34 ayat (6) Peraturan c. Unit Eselon I dan
Pembentukan Menteri Pendayagunaan terkait; dan d. Kementerian
Jabatan Fungsional Aparatur Negara dan d. Organisasi Riset Pendayagunaan Aparatur
Peneliti Reformasi Birokrasi Nomor 34 terkait. Negara dan Reformasi
Tahun 2018 tentang Jabatan Birokrasi.
Fungsional Peneliti; dan
b. memberikan pedoman dan
kepastian hukum dalam
penyelenggaraan pelatihan
pembentukan jabatan
fungsional peneliti bagi
penyelenggara pelatihan.
25. Rancangan Peraturan a. memenuhi kompetensi teknis, a. Sekretariat a. Sekretariat Kabinet; 2022
Badan Riset dan manajerial, dan sosial Utama; b. Kementerian Hukum dan
Inovasi Nasional kultural bagi pejabat b. Deputi Bidang Hak Asasi Manusia;
tentang Pedoman fungsional analis Sumber Daya c. Kementerian Keuangan;
Penyelenggaraan perkebunrayaan dan Manusia Iptek; dan
Pelatihan Jabatan melaksanakan ketentuan c. Unit Eselon I d. Kementerian
Fungsional Analis Pasal 37 ayat (5) Peraturan terkait; dan Pendayagunaan Aparatur
Perkebunrayaan Menteri Pendayagunaan d. Organisasi Riset Negara dan Reformasi
Aparatur Negara dan terkait. Birokrasi.
Reformasi Birokrasi Nomor 32
Tahun 2018 tentang Jabatan
Fungsional Analis
Perkebunrayaan; dan
b. memberikan pedoman dan
kepastian hukum dalam
penyelenggaraan pelatihan
jabatan fungsional analis
perkebunrayaan bagi
penyelenggara pelatihan.
-89-
26. Rancangan Peraturan a. memenuhi kompetensi teknis, a. Sekretariat a. Sekretariat Kabinet; 2022
Badan Riset dan manajerial, dan sosial Utama; b. Kementerian Hukum dan
Inovasi Nasional kultural bagi pejabat b. Deputi Bidang Hak Asasi Manusia;
tentang Pedoman fungsional teknisi Sumber Daya c. Kementerian Keuangan;
Penyelenggaraan perkebunrayaan dan Manusia Iptek; dan
Pelatihan Jabatan melaksanakan ketentuan c. Unit Eselon I d. Kementerian
Fungsional Teknisi Pasal 36 ayat (6) Peraturan terkait; dan Pendayagunaan Aparatur
Perkebunrayaan Menteri Pendayagunaan d. Organisasi Riset Negara dan Reformasi
Aparatur Negara dan terkait. Birokrasi.
Reformasi Birokrasi Nomor 31
Tahun 2018 tentang Jabatan
Fungsional Teknisi
Perkebunrayaan; dan
b. memberikan pedoman dan
kepastian hukum dalam
penyelenggaraan pelatihan
jabatan fungsional teknisi
perkebunrayaan bagi
penyelenggara pelatihan.
27. Rancangan Peraturan a. memenuhi kompetensi teknis, a. Sekretariat a. Sekretariat Kabinet; 2022
Badan Riset dan manajerial, dan sosial Utama; b. Kementerian Hukum dan
Inovasi Nasional kultural bagi pejabat b. Deputi Bidang Hak Asasi Manusia;
tentang Pedoman fungsional kurator koleksi Sumber Daya c. Kementerian Keuangan;
Penyelenggaraan hayati dan melaksanakan Manusia Iptek; dan
Pelatihan Jabatan ketentuan Pasal 48 ayat (6) c. Unit Eselon I d. Kementerian
Fungsional Kurator Peraturan Menteri terkait; dan Pendayagunaan Aparatur
Koleksi Hayati Pendayagunaan Aparatur d. Organisasi Riset Negara dan Reformasi
Negara dan Reformasi terkait. Birokrasi.
Birokrasi Nomor 80
Tahun 2020 tentang Jabatan
Fungsional Kurator Koleksi
Hayati; dan
b. memberikan pedoman dan
kepastian hukum dalam
penyelenggaraan pelatihan
-90-
d. Organisasi Riset
terkait.
32. Rancangan Peraturan melaksanakan ketentuan Pasal a. Sekretariat a. Sekretariat Kabinet; 2022
Badan Riset dan 16 ayat (3) Peraturan Menteri Utama; b. Kementerian Hukum dan
Inovasi Nasional Keuangan Nomor b. Unit Eselon I Hak Asasi Manusia; dan
tentang Besaran, 210/PMK.02/2021 tentang Jenis terkait; dan c. Kementerian Keuangan.
Persyaratan, dan dan Tarif atas Jenis Penerimaan c. Organisasi Riset
Tata Cara Pengenaan Negara Bukan Pajak Kebutuhan terkait.
Tarif sampai dengan Mendesak yang Berlaku pada
Rp0,00 (Nol Rupiah) Badan Riset dan Inovasi
atau 0% (Nol Persen) Nasional dan Pasal 4 ayat (2)
atas Jenis Peraturan Menteri Keuangan
Penerimaan Negara Nomor 185/PMK.02/2021
Bukan Pajak yang tentang Jenis dan Tarif atas
Berlaku pada Badan Jenis Penerimaan Negara Bukan
Riset dan Inovasi Pajak yang Bersifat Volatil pada
Nasional Badan Riset dan Inovasi
Nasional.
33. Rancangan Peraturan a. melaksanakan Peraturan a. Sekretariat a. Sekretariat Kabinet; 2022
Badan Riset dan Menteri Pendayagunaan Utama; b. Kementerian Hukum dan
Inovasi Nasional Aparatur Negara dan b. Deputi Bidang Hak Asasi Manusia;
tentang Penyusunan Reformasi Birokrasi tentang Sumber Daya c. Kementerian Keuangan;
Pedoman Jabatan Fungsional sesuai Manusia Iptek; dan
Penghitungan dengan tugas dan fungsi c. Unit Eselon I d. Kementerian
Kebutuhan Jabatan masing-masing; terkait; dan Pendayagunaan Aparatur
Fungsional Analis b. memberikan pedoman dalam d. Organisasi Riset Negara dan Reformasi
Data Ilmiah menentukan jumlah dan terkait. Birokrasi.
komposisi jabatan fungsional
sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing yang
diperlukan sebagai acuan
dasar rekrutmen baru dan
kenaikan jenjang
jabatan;
-93-
38. Rancangan Peraturan melaksanakan ketentuan Pasal 8 a. Sekretariat a. Kementerian Koordinator 2023
Badan Riset dan ayat (5), Pasal 17 ayat (3), Pasal Utama; Bidang Perekonomian;
Inovasi Nasional 26 ayat (2), dan Pasal 28 ayat (5) b. Deputi Bidang b. Kementerian Sekretariat
tentang Peraturan Peratura Presiden Nomor 1 Kebijakan Riset Negara;
Pelaksanaan atas Tahun 2021 tentang Pengelolaan dan Inovasi; c. Kementerian Hukum dan
Peraturan Presiden Mikroorganisme. c. Unit Eselon I Hak Asasi Manusia;
Nomor 1 Tahun 2021 terkait; dan d. Kementerian Kesehatan;
tentang Pengelolaan d. Organisasi Riset e. Kementerian Lingkungan
Mikroorganisme terkait. dan Kehutanan; dan
f. Kementerian Pertanian
39. Rancangan Peraturan a. melindungi material dan a. Sekretariat a. Sekretariat Kabinet; 2023
Badan Riset dan memastikan agar kegiatan Utama; b. Kementerian Hukum dan
Inovasi Nasional riset yang terkait dengan b. Deputi Bidang Hak Asasi Manusia;
tentang Pengalihan material tidak menimbulkan Infrastruktur c. Kementerian Lingkunga
Material kerugian bagi masyarakat dan Riset dan Hidup dan Kehutanan;
lingkungan hidup; Inovasi; d. Kementerian Kelautan
b. mendorong pemanfaatan c. Deputi Bidang dan Perikanan;
material untuk Fasilitasi Riset e. Kementerian Kesehatan;
meningkatkan daya saing dan Inovasi; dan
nasional dan kesejahteraan d. Deputi Bidang f. Kementerian Keuangan.
masyarakat; dan Pemanfaatan
c. mendorong investigasi Riset dan
aplikasi dari sumber daya Inovasi;
genetik, sumber daya e. Unit Eselon I
nongenetik dan material terkait; dan
terkait pengetahuan f. Organisasi Riset
tradisional dalam rangka terkait.
pemanfaatannya untuk
meningkatkan daya saing
nasional dan kesejahteraan
masyarakat.
40. Peraturan Badan melaksanakan ketentuan Pasal 1 a. Sekretariat a. Sekretariat Kabinet; 2023
Riset dan Inovasi angka 3, Pasal 4 huruf k, Pasal Utama; b. Kementerian Hukum dan
Nasional tentang 34, Pasal 57, Pasal 66, Pasal 67, Hak Asasi Manusia;
Penyelenggaraan Pasal 68, dan Pasal 69 ayat (2)
-97-
Riset dan Inovasi Peraturan Presiden Nomor 78 b. Deputi Bidang c. Kementerian Keuangan;
Daerah Tahun 2021 tentang Badan Riset Riset dan dan
dan Inovasi Nasional. Inovasi Daerah; d. Kementerian Dalam
c. Unit Eselon I Negeri.
terkait; dan
d. Organisasi Riset
terkait.
41. Rancangan Peraturan a. melaksanakan Peraturan a. Sekretariat a. Sekretariat Kabinet; 2023
Badan Riset dan Menteri Pendayagunaan Utama; b. Kementerian Hukum dan
Inovasi Nasional Aparatur Negara dan b. Deputi Bidang Hak Asasi Manusia;
tentang Petunjuk Reformasi Birokrasi tentang Sumber Daya c. Kementerian Keuangan;
Teknis Jabatan Jabatan Fungsional sesuai Manusia Iptek; dan
Fungsional Peneliti dengan tugas dan fungsi c. Unit Eselon I d. Kementerian
masing-masing; dan terkait; dan Pendayagunaan Aparatur
b. memberikan pedoman dalam d. Organisasi Riset Negara dan Reformasi
pelaksanaan, pengusulan, terkait. Birokrasi.
dan penilaian Jabatan
Fungsional sesuai dengan
tugas dan fungsi masing-
masing.
42. Rancangan Peraturan a. melaksanakan Peraturan a. Sekretariat a. Sekretariat Kabinet; 2023
Badan Riset dan Menteri Pendayagunaan Utama; b. Kementerian Hukum dan
Inovasi Nasional Aparatur Negara dan b. Deputi Bidang Hak Asasi Manusia;
tentang Petunjuk Reformasi Birokrasi tentang Sumber Daya c. Kementerian Keuangan;
Teknis Jabatan Jabatan Fungional sesuai Manusia Iptek; dan
Fungsional Pranata dengan tugas dan fungsi c. Unit Eselon I d. Kementerian
Nuklir masing-masing; dan terkait; dan Pendayagunaan Aparatur
b. memberikan pedoman dalam d. Organisasi Riset Negara dan Reformasi
pelaksanaan, pengusulan, terkait. Birokrasi.
dan penilaian jabatan
fungsional sesuai dengan
tugas dan fungsi masing-
masing.
43. Rancangan Peraturan a. melaksanakan Peraturan a. Sekretariat a. Sekretariat Kabinet; 2023
Badan Riset dan Menteri Pendayagunaan Utama;
-98-
Inovasi Nasional Aparatur Negara dan b. Deputi Bidang b. Kementerian Hukum dan
tentang Petunjuk Reformasi Birokrasi tentang Sumber Daya Hak Asasi Manusia;
Teknis Jabatan Jabatan Fungsional sesuai Manusia Iptek; c. Kementerian Keuangan;
Fungsional dengan tugas dan fungsi c. Unit Eselon I dan
Perekayasa masing-masing; dan terkait; dan d. Kementerian
b. memberikan pedoman dalam d. Organisasi Riset Pendayagunaan Aparatur
pelaksanaan, pengusulan, terkait. Negara dan Reformasi
dan penilaian jabatan Birokrasi.
fungsional sesuai dengan
tugas dan fungsi masing-
masing.
44. Rancangan Peraturan a. melaksanakan Peraturan a. Sekretariat a. Sekretariat Kabinet; 2023
Badan Riset dan Menteri Pendayagunaan Utama; b. Kementerian Hukum dan
Inovasi Nasional Aparatur Negara dan b. Deputi Bidang Hak Asasi Manusia;
tentang tentang Reformasi Birokrasi tentang Sumber Daya c. Kementerian Keuangan;
Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional sesuai Manusia Iptek; dan
Jabatan Fungsional dengan tugas dan fungsi c. Unit Eselon I d. Kementerian
Teknisi Litkayasa masing-masing; dan terkait; dan Pendayagunaan Aparatur
b. memberikan pedoman dalam d. Organisasi Riset Negara dan Reformasi
pelaksanaan, pengusulan, terkait. Birokrasi.
dan penilaian jabatan
fungsional sesuai dengan
tugas dan fungsi masing-
masing.
45. Rancangan Peraturan a. melaksanakan Peraturan a. Sekretariat a. Sekretariat Kabinet; 2023
Badan Riset dan Menteri Pendayagunaan Utama; b. Kementerian Hukum dan
Inovasi Nasional Aparatur Negara dan b. Deputi Bidang Hak Asasi Manusia;
tentang Petunjuk Reformasi Birokrasi tentang Sumber Daya c. Kementerian Keuangan;
Teknis Jabatan Jabatan Fungsional sesuai Manusia Iptek; dan
Fungsional dengan tugas dan fungsi c. Unit Eselon I d. Kementerian
Pengembang masing-masing; dan terkait; dan Pendayagunaan Aparatur
Teknologi Nuklir b. memberikan pedoman dalam d. Organisasi Riset Negara dan Reformasi
pelaksanaan, pengusulan, terkait. Birokrasi.
dan penilaian jabatan
fungsional sesuai dengan
-99-
51. Rancangan Peraturan a. memenuhi kompetensi teknis, a. Sekretariat a. Sekretariat Kabinet; 2023
Badan Riset dan manajerial, dan sosial Utama; b. Kementerian Hukum dan
Inovasi Nasional kultural bagi pejabat b. Deputi Bidang Hak Asasi Manusia;
tentang Pedoman fungsional Teknisi Penelitian Sumber Daya c. Kementerian Keuangan;
Penyelenggaraan dan Perekayasa; dan Manusia Iptek; dan
Pelatihan Jabatan b. memberikan pedoman dan c. Unit Eselon I d. Kementerian Pendidikan,
Fungsional Teknisi kepastian hukum dalam terkait; dan Kebudayaan, Riset, dan
Penelitian dan penyelenggaraan pelatihan d. Organisasi Riset Teknologi.
Perekayasa jabatan fungsional Teknisi terkait.
-101-
59. Rancangan Peraturan mewujudkan pengelolaan dan a. Sekretariat a. Sekretariat Kabinet; 2022
Badan Riset dan penyelenggaraan tridharma Utama; b. Kementerian Hukum dan
Inovasi Nasional perguruan tinggi yang akuntabel b. Deputi Bidang Hak Asasi Manusia; dan
tentang Statuta dan transparan pada Politeknik Sumber Daya Kementerian Keuangan;
Politeknik TeknologiTeknologi Nuklir Indonesia, perlu Manusia Iptek; dan
Nuklir Indonesia disusun statuta yang merupakan c. Unit Eselon I c. Kementerian
peraturan dasar pengelolaan terkait; dan Pendayagunaan Aparatur
suatu perguruan tinggi yang d. Organisasi Riset Negara dan Reformasi
digunakan sebagai landasan terkait. Birokrasi.
penyusunan peraturan dan
prosedur operasional di
perguruan tinggi.
60. Rancangan Peraturan a. menciptakan ekosistem riset a. Sekretariat a. Sekretariat Kabinet; 2022
Badan Riset dan berstandar global, terbuka Utama; b. Kementerian Hukum dan
Inovasi Nasional (inklusif), dan kolaboratif dan b. Unit Eselon I Hak Asasi Manusia; dan
tentang menciptakan fondasi ekonomi terkait; dan Kementerian Keuangan;
Penyelenggaraan berbasis riset yang kuat dan c. Organisasi Riset c. Kementerian Dalam
Kerja Sama di berkesinambungan, untuk terkait. Negeri; dan
Lingkungan Badan mencapai arah kebijakan d. Kementerian Luar Negeri.
-104-
c. memberikan kepastian
hukum terhadap kelembagaan
Organisasi Riset di lingkungan
Badan Riset dan Inovasi
Nasional.
73. Rancangan Peraturan a. Melaksanakan teknis a. Sekretariat a. Sekretariat Kabinet; 2022
Badan Riset dan penelitian, pengembangan, Utama; b. Kementerian Hukum dan
Inovasi Nasional pengkajian, dan penerapan, b. Unit Eselon I Hak Asasi Manusia; dan
tentang Tugas, serta invensi dan inovasi di terkait; dan Kementerian Keuangan;
Fungsi, dan Struktur bidang penerbangan dan c. Organisasi Riset c. Kementerian
Organisasi Riset antariksa dan terkait. Pendayagunaan Aparatur
Penerbangan dan penyelenggaraan Negara dan Reformasi
Antariksa keantariksaan; Birokrasi; dan
b. melaksanakan ketentuan d. Kementerian Keuangan.
Pasal 15 ayat (3) Peraturan
Badan Riset dan Inovasi
Nasional Nomor 4 Tahun 2021
tentang Organisasi Riset; dan
c. memberikan kepastian
hukum terhadap kelembagaan
Organisasi Riset di lingkungan
Badan Riset dan Inovasi
Nasional.
74. Rancangan Peraturan a. meningkatkan kinerja dan a. Sekretariat a. Sekretariat Kabinet; dan 2022
Badan Riset dan layanan publik yang efektif Utama; b. Kementerian Hukum dan
Inovasi Nasional dan efisien dalam mendukung b. Unit Eselon I Hak Asasi Manusia; dan
tentang Penerapan tata kelola pemerintahan yang terkait; dan c. Kementerian Keuangan.
Tanda Tangan baik, serta memberikan c. Organisasi Riset
Elektronik di kemudahan dan kecepatan terkait.
Lingkungan Badan dalam pelaksanaannya, perlu
Riset dan Inovasi memanfaatkan teknologi
Nasional informasi; dan
b. menjamin keamanan data dan
informasi dalam pemanfaatan
teknologi informasi sebagai
-111-
akibat penyalahgunaan
informasi dan/atau dokumen
elektronik guna pelaksanaan
e-goverment yang terintergrasi
dan memiliki kekuatan
hukum, perlu penerapan
tanda tangan elektronik
dalam pengesahan informasi
elektronik dan/atau dokumen
elektronik.
75. Rancangan Peraturan a. meningkatkan kualitas dan a. Sekretariat a. Sekretariat Kabinet; 2022
Badan Riset dan kompetensi sumber daya Utama; b. Kementerian Hukum dan
Inovasi Nasional manusia di bidang iptek, telah b. Deputi Bidang Hak Asasi Manusia; dan
tentang Perubahan diundangkan Peraturan Badan Sumber Daya Kementerian Keuangan;
Atas Peraturan Riset dan Inovasi Nasional Manusia Iptek; c. Kementerian
Badan Riset dan Nomor 13 Tahun 2021 tentang c. Unit Eselon I Pendayagunaan Aparatur
Inovasi Nasional Organisasi dan Tata Kerja terkait; dan Negara dan Reformasi
Nomor 13 Tahun Politeknik Teknologi Nuklir d. Organisasi Riset Birokrasi; dan
2021 tentang Indonesia; dan terkait. d. Kementerian Keuangan.
Organisasi dan Tata b. memberikan kepastian
Kerja Politeknik hukum terhadap kesetaraan
Teknologi Nuklir jabatan yang terdapat pada
Indonesia Politeknik Teknologi Nuklir
Indonesia, Peraturan Badan
Riset dan Inovasi Nasional
Nomor 13 Tahun 2021
tentang Organisasi dan Tata
Kerja Politeknik Teknologi
Nuklir Indonesia perlu
diubah.
76. Rancangan Peraturan meningkatkan kualitas sumber a. Sekretariat a. Sekretariat Kabinet; 2022
Badan Riset dan daya manusia dan Utama; b. Kementerian Hukum dan
Inovasi Nasional pengembangan kompetensi b. Unit Eselon I Hak Asasi Manusia; dan
tentang Tugas pegawai di lingkungan Badan terkait; dan Kementerian Keuangan;
Belajar dan Pelatihan Riset dan Inovasi Nasional
-112-
d. Organisasi Riset
terkait.
83. Rancangan Peraturan menjadi pedoman dalam a. Sekretariat a. Sekretariat Kabinet; 2023
Badan Riset dan pelaksanaan pengelolaan Utama; b. Kementerian Hukum dan
Inovasi Nasional kompetensi pegawai di b. Unit Eselon I Hak Asasi Manusia;
tentang Penilaian lingkungan Badan Riset dan terkait; dan Kementerian Keuangan;
Kompetensi Pegawai Inovasi Nasional. c. Organisasi Riset c. Kementerian
Badan Riset dan terkait. Pendayagunan Aparatur
Inovasi Nasional Negara dan Reformasi
Birokrasi; dan
d. Kementerian Keuangan.
84. Rancangan Peraturan menjadi pedoman dalam a. Sekretariat a. Sekretariat Kabinet; 2023
Badan Riset dan pelaksanaan manajemen talenta Utama; b. Kementerian Hukum dan
Inovasi Nasional di lingkungan Badan Riset dan b. Unit Eselon I Hak Asasi Manusia;
tentang Manajemen Inovasi Nasional. terkait; dan c. Kementerian
Talenta Badan Riset c. Organisasi Riset Pendayagunan Aparatur
dan Inovasi Nasional terkait. Negara dan Reformasi
Birokrasi; dan
d. Kementerian Keuangan.
Sublampiran 5: Profil Sumber Daya Manusia Badan Riset dan Inovasi Nasional
Jenis Jabatan Jumlah
Jabatan Fungsional Tertentu 10.669
Jabatan Fungsional Umum 2.726
Struktural 88
Total 13.483
18 Dokter Gigi 11
19 Instruktur 10
20 Kurator Koleksi Hayati 2
21 Lektor 15
22 Lektor Kepala 10
23 Pembimbing Kesehatan Kerja 1
24 Penata Laksana Barang 47
25 Penata Penerbitan Ilmiah 22
26 Penata Ruang 3
27 Peneliti 4.324
28 Pengawas Radiasi 14
29 Pengelola Pengadaan Barang/Jasa 87
30 Pengembang Teknologi Nuklir 5
31 Pengembang Teknologi Pembelajaran 10
32 Pengendali Dampak Lingkungan 8
33 Penguji Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1
34 Penguji Perangkat Telekomunikasi Ahli 2
35 Penyelidik Bumi 12
36 Penyuluh Sosial 2
37 Perancang 8
38 Perancang Peraturan Perundang-undangan 36
39 Perawat 15
40 Perawat Gigi 6
41 Perekam Medis 1
42 Perekayasa 2.314
43 Perencana 158
44 Pranata Hubungan Masyarakat 224
45 Pranata Keuangan APBN 99
46 Pranata Komputer 172
47 Pranata Laboratorium Kesehatan 7
48 Pranata Laboratorium Pendidikan 1
49 Pranata Nuklir 870
50 Pustakawan 78
51 Radiografer 3
52 Statistisi 1
53 Teknik Tata Bangunan dan Perumahan 2
54 Teknisi Penelitian dan Perekayasaan 803
55 Widyaiswara 42
Total 10.669
Deputi Bidang
Kegiatan 3: Manajemen Sumber Daya Manusia Iptek Sumber Daya
Manusia Iptek
Sasaran Kegiatan 3
Meningkatnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia iptek
Persentase sumber daya
IKK 3.1 manusia iptek Persen 17 18 20
berkualifikasi S3
Jumlah sumber daya
manusia yang
IKK 3.2 ditingkatkan Orang 5.236 5.400 5.600
kompetensinya
(nondegree)
Rasio anggaran eksternal
IKK 3.3 dari dari pendidikan dan Persentase 50 50 50
pelatihan
Peserta Peningkatan
Kualifikasi Talenta Riset Orang 11.500 750 750 140 43 43
dan Inovasi
Sumber Daya Manusia
Riset Inovasi yang
Orang 600 750 750 15 9 9
Ditingkatkan
Kompetensinya
Sertifikasi Profesi Riset
Orang - 100 150 - 0,6 0,8
dan Inovasi
Peserta Program
Mobilitas Talenta Riset Orang - 10.500 10.500 - 74 74
dan Inovasi
Politeknik
Kegiatan 4 : Penyelenggaran Pendidikan Teknologi Nuklir Teknologi Nuklir
Indonesia
Sasaran Kegiatan 4
Meningkatnya ketersediaan sumber daya manusia iptek nuklir yang kompeten dan berdaya saing
Persentase mahasiswa
Politeknik Teknologi
IKK 4.1 Persen 95 95 96
Nuklir Indonesia yang
lulus tepat waktu
Rasio anggaran eksternal
dari dari layanan
IKK 4.2 pendidikan pada Persentase 10 10 10
Politeknik Teknologi
Nuklir Indonesia
Mahasiswa Pendidikan
Tinggi Bidang Teknologi Orang 400 400 400 10 33 33
Nuklir
Jasa Pendidikan
Politeknik Teknologi Layanan 1 - - 23 - -
Nuklir Indonesia
Deputi Bidang
Kegiatan 5: Pemanfaatan Riset dan Inovasi Pemanfaatan
Riset dan Inovasi
-123-
Sasaran Kegiatan 5
Termanfaatkannya hasil riset dan inovasi
Jumlah produk inovasi
yang dimanfaatkan
IKK 5.1 Produk 125 140 175
masyarakat, industri dan
UMKM
Rasio anggaran eksternal
IKK 5.2 dari pemanfaatan riset Persentase 50 75 75
dan inovasi
Mitra Pemanfaatan Riset
Lembaga 300 - - 30 - -
dan Inovasi
Mitra Pemanfaatan Riset
dan Inovasi pada Lembaga - 120 150 - 60 70
Industri
Mitra Pemanfaatan Riset
dan Inovasi Akar Lembaga - 600 700 - 140 150
Rumput
Kegiatan 6: Perumusan Kebijakan Pembangunan Deputi Bidang
Sasaran Kegiatan 6 Termanfaatkannya rekomendasi kebijakan pembangunan Kebijakan
Pembangunan
Jumlah naskah kebijakan
/ rekomendasi kebijakan
Rekomen dasi
IKK 6.1 yang dimanfaatkan dari 20 25 30
kebijakan
kegiatan perumusan
kebijakan pembangunan
Jumlah publikasi
Publikasi
IKK 6.2 internasional bidang 50 55 60
internasional
kebijakan pembangunan
Rasio anggaran eksternal
IKK 6.3 dari kerja sama riset dan Persentase 5 5 5
inovasi
Rekomendasi Kebijakan Rekomen dasi
20 23 35 15 20 25
Pembangunan kebijakan
Kegiatan 7: Perumusan Kebijakan Riset dan Inovasi Deputi Bidang
Sasaran Kegiatan 7 Termanfaatkannya rekomendasi kebijakan riset dan inovasi Kebijakan Riset
dan Inovasi
Jumlah naskah kebijakan
/ rekomendasi kebijakan
yang dihasilkan dari Rekomen dasi
IKK 7.1 10 20 25
kegiatan perumusan kebijakan
kebijakan riset dan
inovasi
Jumlah publikasi
internasional bidang Publikasi
IKK 7.2 50 55 60
kebijakan riset dan internasional
inovasi
Jumlah survei yang
IKK 7.3 Survei 5 5 5
dilakukan
Rasio anggaran eksternal
IKK 7.4 dari kerja sama riset dan Persentase 5 5 5
inovasi
-124-
penerbangan dan
antariksa
Jumlah kekayaan
intelektual yang siap
Kekayaan
IKK 12.2 dimanfaat dari bidang 10 60 60
intelektual
penerbangan dan
antariksa
Rasio anggaran eksternal
dari kerja sama
penelitian/ riset dan
IKK 12.3 Persentase 100 100 100
pengembangan iptek
terkait penerbangan dan
antariksa
Purwarupa Teknologi Penerbangan Purwarupa 2 2 2 45 15 15
Purwarupa Teknologi Antariksa Purwarupa 1 1 1 30 10 10
Kegiatan 13: Riset Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora Organisasi Riset
Ilmu
Pengetahuan
Sasaran Kegiatan 13 Terselenggaranya riset dan inovasi di bidang ilmu pengetahuan sosial humaniora
Sosial
Humaniora
Jumlah publikasi ilmiah
internasional di bidang Publikasi
IKK 13.1 120 157 201
ilmu pengetahuan sosial internasional
humaniora
Jumlah model yang
dihasilkan bidang ilmu
IKK 13.2 Model 20 11 20
pengetahuan sosial
humaniora
Rasio anggaran eksternal
dari kerja sama
penelitian/ riset dan
IKK 13.3 Persentase 100 100 100
pengembangan iptek
terkait sosial dan
humaniora
Hasil Riset Kebangsaan Model 10 6 10 12 12 12
Hasil Riset Dinamika Kontemporer Model 10 5 10 12 12 12
Kegiatan 14: Riset Bidang Arkeologi, Bahasa, dan Sastra Organisasi Riset
Terselenggaranya riset dan inovasi di bidang arkeologi, bahasa, dan sastra Arkeologi,
Sasaran Kegiatan 14 Bahasa, dan
Sastra
Jumlah publikasi
internasional bidang Publikasi
IKK 14.1 80 105 134
arkeologi, bahasa, dan internasional
sastra
Jumlah model yang
dihasilkan bidang
IKK 14.2 Model 8 2 2
arkeologi, bahasa, dan
sastra
Rasio anggaran eksternal
dari kerja sama
IKK 14.3 Persentase 25 25 25
penelitian/ riset dan
pengembangan iptek
-127-
Nilai komponen
IKK 22.1 pengungkit reformasi Nilai 45 47 49
birokrasi BRIN
Nilai komponen hasil
IKK 22.2 Nilai 38 39 39
reformasi birokrasi BRIN
Layanan Organisasi dan 85
Layanan 1 - - - -
Tata Kelola Internal
Layanan Sarana Internal Unit 1 1 1 87 20 20
Layanan Prasarana 43 26 26
Unit 1 1 1
Internal
Layanan Hukum Layanan - 1 1 - 1,3 1,3
Layanan Organisasi dan 12,8 12,8
Layanan - 1 1 -
Tata Kelola Internal
Layanan umum Layanan - 1 1 - 10,5 10,5
Layanan Perencanaan dan Penganggaran Layanan - 1 1 - 2,6 2,6
Layanan Pemantauan dan Evaluasi Layanan - 1 1 - 1,8 1,7
Kegiatan 23: Pengawasan dan Audit Kinerja Internal Inspektorat
Utama
Sasaran Meningkatnya kualitas audit internal
Kegiatan 23
Persentase jumlah
IKK 23.1 rekomendasi LHP BPK RI Persentase 100 100 100
yang telah ditindaklanjuti
Layanan Audit Internal Dokumen 19 20 20 2,5 5 5
Kegiatan 24: Pengembangan Sistem Data dan Informasi Pusat Data dan
Informasi
Sasaran Meningkatnya kualitas dan kuantitas layanan data dan informasi
Kegiatan 24
Indeks Sistem
IKK 24.1 Pemerintahan Berbasis Indeks 4,0 4,2 4,3
Elektronik (SPBE)
Layanan Data dan 67 2 2
Layanan 1 1 1
Informasi
Total Anggaran Per Tahun 5.043 5.135 6.410