Anda di halaman 1dari 14

PERPAJAKAN 1

“Surat Ketetapan Pajak”

Kelompok 05

 Ida Ayu Satwika Dewi ( 2002622010313 ) / (05)


 Ni Luh Putu Wiras Aryaningsih ( 2002622010319 ) / (11)
 Ni Made Hirtayani ( 2002622010325 ) / (17)
 A.A. Diah Pradnyawati ( 2002622010332 ) / (23)
 Ni Putu Sindi Yuli Antari ( 2002622010338 ) / (29)

AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS (FEB)

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan
rahmat dan karunia – Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas paper mata kuliah
Perpajakan 1 tepat pada waktunya. Penulisan paper dengan materi Surat Ketetapan Pajak ini
dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap paper tentang Surat
Ketetapan Pajak ini dapat menjadi referensi bagi pihak yang tertarik pada Ilmu Ekonomi.
Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru dan
menambah pengetahuan setelah membaca paper ini.
Penulis menyadari paper ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada
bagian isi. Kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya paper yang lebih baik lagi selanjutnya. Apabila terdapat banyak kesalahan pada
paper ini, kami memohon maaf. Demikian yang dapat kami sampaikan, akhir kata semoga
paper ini dapat bermanfaat.

Denpasar, 21 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................1


1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................................................1
1.3 TUJUAN................................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SKP..............................................................................................2


2.2 JENIS SKP............................................................................................................2
2.3 PENERBITAN SKP..............................................................................................5
2.4 FUNGSI SKP........................................................................................................7
2.5 SANKSI ADMINISTRASI...................................................................................8

BAB 3 PENUTUP

3.1 KESIMPULAN...................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Di Indonesia, sumber pendapatan terbesarnya berasal dari penerimaan pajak.
Pajak merupakan iuran yang dibayar oeh wajib pajak, baik wajib pajak orang pribadi
maupun badan kepada negara sesuai dengan undang-undang dan tidak memperoleh
balas jasa secara langsung.
Direktorat Jendral Pajak mempunyai wewenang dalam melakukan penelitian
dan pemeriksaan pajak untuk menguji kepatuhan wajib pajak memenuhi kewajiban
berdasarkan undang-undang perpajakan. Produk hukum yang dihasilkan dari
penelitian berupa Surat Tagihan Pajak (STP). Surat tagihan pajak merupakan surat
untuk melakukan tagihan pajak atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda
yang disebabkan karena keterlambatan dalam penyampaian SPT. Sedangkan tindakan
pemeriksaan akan menghasilkan Surat Ketetapan Pajak. Apabila pemeriksaan
menghasilkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dan Surat Ketetapan
Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) dimana jumlah pajak yang masih harus dibayar
bertambah dan tidak dibayar oleh penanggung pajak sampai dengan jangka waktu
yang ditetapkan menurut peraturan perundang-undangan perpajakan maka, Direktorat
Jendral Pajak dapat melakukan penagihan pajak.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian dari SKP?
2. Apa saja jenis-jenis dari SKP?
3. Kapan penerbitan SKP dilakukan?
4. Apa saja fungsi dari SKP?
5. Apa saja sanksi administrasi dari SKP?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari SKP
2. Mengetahui jenis-jenis dari SKP
3. Mengetahui kapan SKP diterbitkan
4. Mengetahui fungsi dari SKP
5. Mengetahui sanksi administrasi dari SKP

1
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SKP


Surat Ketetapan Pajak dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam
hal pemeriksaan pajak atas pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan/Masa
Pajak Penghasilan (PPh) maupun Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Mengenai SKP ini
diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan. Lalu dilakukan perubahan aturan yang tertuang dalam UU No.
28 Tahun 2007. Dalam Pasal 1 nomor 15 UU 28 Tahun 2008 disebutkan, SKP atau
Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi:
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
 Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
Dalam keputusan DJP diputuskan pula bahwa pihak yang berhak mengeluarkan surat
tersebut hanyalah Kantor Pajak Pratama (KPP) dan diterbitkan berdasarkan hasil
pemeriksaan pajak.
2.2 JENIS SKP
Berikut ini merupakan penjelasan untuk masing-masing jenis Surat Ketetapan Pajak,
yaitu:
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Dalam Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 2009, SKPKB adalah surat yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, serta jumlah
pajak yang masih harus dibayar. Jenis surat ketetapan pajak ini diterbitkan dalam
jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak.
Secara garis besar, terbitnya SKPKB ini karena wajib pajak kurang atau tidak
membayar pajak terutang, telat menyampaikan SPT Masa dari waktu yang telah
ditentukan, adanya salah hitung terkait Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) yang dikenai tarif 0%, tidak
diketahuinya besar pajak terutang.
2. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

2
SKPLB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan
pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang
terutang atau tidak seharusnya terutang. Secara sederhana, SKPLB diterbitkan
karena wajib pajak lebih membayar pajak terutang dari yang seharusnya.
SKPLB akan diterbitkan jika ada permohonan tertulis dari wajib pajak dengan
ketentuan: Jumlah kredit pajak pada Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan
Nilai (PPN), dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM), lebih besar dari
jumlah pajak yang terutang, atau sudah dilakukan pembayaran pajak yang tidak
seharusnya terutang.
Penerbitan surat ini dilakukan setelah dilakukannya pemeriksaan atas
permohonan, paling lambat 12 bulan terhitung sejak surat permohonan diterima
atau sesuai dengan keputusan Ditjen Pajak. Jika terlambat diterbitkan, wajib pajak
berhak menerima imbalan bunga 2% sebulan terhitung sejak berakhirnya jangka
waktu yang ditentukan.
3. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
SKPN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak
sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak. SKPN diterbitkan setelah Ditjen Pajak melakukan pemeriksaan
Surat Pemberitahuan.
Berdasarkan Undang-Undang nomor 28 tahun 2007, SKPN diterbitkan untuk:
1) Pajak Penghasilan jika jumlah kredit pajak sama dengan pajak yang terutang
atau pajak yang tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;
2) Pajak Pertambahan Nilai jika jumlah kredit pajak sama dengan jumlah pajak
yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. Jika
terdapat pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, jumlah
pajak yang terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi
dengan pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai
tersebut;
3) Pajak Penjualan Atas Barang Mewah apabila jumlah pajak yang dibayar sama
dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada
pembayaran pajak.
4. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
SKPKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas
jumlah pajak yang telah ditetapkan. Menurut Pasal 15 ayat 1 dalam Undang-

3
Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana perubahan ketiga Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2007, menyatakan bahwa Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan
SKPKBT dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak apabila
ditemukan data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang
terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan
SKPKBT.
Dalam pengertian sederhana, SKPKBT merupakan koreksi atas SKP yang
diterbitkan sebelumnya. Ketika wajib pajak telah melaporkan dan membayar
pajak terutang sesuai dengan nominal yang tercantum dalam SKP, petugas pajak
akan melakukan pemeriksaan kembali pada data baru tersebut. Jika masih
ditemukan adanya pajak terutang yang kurang atau tidak dibayar oleh wajib
pajak, Ditjen Pajak akan menerbitkan SKPKBT.
SKPKBT diterbitkan dalam jangka waktu 5 tahun, dengan jumlah pajak
terutang yang harus dibayar ditambah 100% sebagai sanksi administrasi. Jika
sudah melewati jangka waktu tersebut dan wajib pajak belum membayar
kekurangan pajak, akan ada tambahan sanksi sebesar 48% dari jumlah pajak
terutang yang harus dibayar.
Permohonan Pembetulan SKP
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Beberapa Kali
Diubah Terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2009, wajib pajak dapat mengajukan permohonan pembetulan SKP jika terdapat
kesalahan. Pembetulan itu sendiri terbatas pada kesalahan-kesalahan berikut:
1) Kesalahan tulis pada nama, alamat, nomor pokok wajib pajak, nomor surat
ketetapan pajak, jenis pajak, masa pajak atau tahun pajak, dan tanggal jatuh
tempo;
2) Kesalahan hitung yang berasal dari penjumlahan dan/atau pengurangan
dan/atau perkalian dan/atau pembagian suatu bilangan;
3) Kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-
undangan perpajakan, yaitu kekeliruan dalam penerapan tarif, kekeliruan
penerapan persentase Norma Penghitungan Penghasilan Neto, kekeliruan
penerapan sanksi administrasi, kekeliruan Penghasilan Tidak Kena Pajak,

4
kekeliruan penghitungan Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan, dan
kekeliruan dalam pengkreditan pajak.
2.3 PENERBITAN SKP
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.03/2012 tentang Tata
Cara Penerbitan Surat Ketetapan dan Surat Tagihan Pajak.
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar diterbitkan dalam hal terdapat pajak yang
tidak atau kurang dibayar berdasarkan:
a. Hasil Pemeriksaan terhadap:
1) Surat Pemberitahuan;
2) kewajiban perpajakan Wajib Pajak karena Wajib Pajak tidak
menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) Undang-Undang KUP dan setelah
ditegur secara tertulis Wajib Pajak tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat
Teguran;
3) putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap terhadap
Wajib Pajak yang dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara; atau
4) keterangan lain yang berupa data konkret sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang KUP diantaranya berupa:
a) hasil klarifikasi/konfirmasi Faktur Pajak;
b) bukti pemotongan Pajak Penghasilan; atau
c) bukti transaksi atau data perpajakan yang dapat digunakan untuk
menghitung kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
d) Hasil Pemeriksaan Bukti Permulaan terhadap Wajib Pajak yang
melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A
Undang-Undang KUP.
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan diterbitkan berdasarkan hasil:
a. Pemeriksaan dalam hal surat ketetapan pajak sebelumnya diterbitkan tidak
berdasarkan hasil Pemeriksaan; atau
b. Pemeriksaan Ulang dalam hal surat ketetapan pajak sebelumnya diterbitkan
berdasarkan hasil Pemeriksaan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.

5
3. Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Nihil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17A ayat (1) Undang-Undang KUP berdasarkan hasil
Pemeriksaan terhadap Surat Pemberitahuan apabila jumlah kredit pajak atau
jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak
tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.
4. Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar dalam
hal berdasarkan:
a. hasil penelitian kebenaran pembayaran pajak terhadap permohonan
pengembalian kelebihan pajak yang seharusnya tidak terutang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang KUP terdapat pembayaran
pajak yang seharusnya tidak terutang; atau
b. hasil Pemeriksaan terhadap: Surat Pemberitahuan terdapat jumlah kredit pajak
atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang
terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang
KUP; atau permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang-Undang KUP terdapat
jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada
jumlah pajak yang terutang.
Sistem, Mekanisme dan Prosedur Surat Ketetapan Pajak

6
1) Setelah SOP Tata Cara Pemeriksaan, Anggota Tim Pemeriksa melakukan input
data Nota Penghitungan Pajak, mencetak konsep Nota Penghitungan Pajak dan
menyampaikannya kepada Ketua Tim Pemeriksa.
2) Ketua Tim Pemeriksa meneliti dan memaraf konsep Nota Penghitungan Pajak
kemudian meneruskannya kepada Ketua Kelompok Pemeriksa.
3) Ketua Kelompok Pemeriksa meneliti, menyetujui dan memaraf konsep Nota
Penghitungan Pajak kemudian meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan
Pajak.
4) Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan memaraf konsep Nota Penghitungan
pajak dan selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Seksi Pelayanan.
5) Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak
Surat Ketetapan Pajak. Surat Ketetapan Pajak diterbitkan dalam rangkap 4 (dalam
hal yang diterbitkan adalah SKPN atau SKPLB) atau rangkap 5 (dalam hal yang
diterbitkan adalah STP, SKPKB atau SKPKBT) yaitu:
 Lembar ke-1 : untuk Wajib Pajak
 Lembar ke-2 : untuk Seksi Penagihan (dibuat dalam hal STP, SKPKB dan
SKPKBT)
 Lembar ke-3 : untuk Seksi Pengawasan dan Konsultasi
 Lembar ke-4 : untuk arsip Seksi Pelayanan
 Lembar ke-5 : untuk seksi/unit pembuat Nota Penghitungan
6) Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan pencetakan Surat Ketetapan Pajak dan
menyampaikannya ke Kepala Seksi Pelayanan.
7) Surat Ketetapan Pajak yang sudah dicetak diparaf oleh Kepala Seksi Pelayanan
kemudian disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
8) Kepala Kantor Pelayanan Pajak menandatangani Surat Ketetapan Pajak.
9) Proses dilanjutkan ke SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen WP dan SOP Tata
Cara Penyampaian Dokumen di KPP.
10) Proses selesai. Jangka waktu penyelesaian paling lama 3 hari kerja sejak tanggal
pembuatan Nota Penghitungan, dengan tetap memperhatikan batas waktu atau
daluwarsa yang telah diatur di dalam UU KUP.
2.4 FUNGSI SKP
Secara umum, Surat Ketetapan Pajak (SKP) memiliki fungsi untuk :
1) Sarana menagih pajak dan kekurangan pajak

7
2) Memberitahukan jumlah pajak terutang
3) Mengenakan sanksi administrasi perpajakan
4) Mengembalikan jika ada kelebihan bayar pajak
2.5 SANKSI ADMINISTRASI
1. SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR (SKPKB)
Berikut ragam besaran sanksi untuk wajib pajak yang mendapat SKPKB:
 Tambahan bayar denda berupa bunga sebesar 2% dari nilai kekurangan
pajak. Bunga ini akan dihitung berkali lipat setiap bulan dengan pengenaan
sanksi maksimal terhitung 24 bulan sejak terutangnya pajak atau berakhirnya
masa pajak sampai diterbitkannya SKPKB. Denda sebesar 2% per bulan ini
diberikan kepada wajib pajak yang ketahuan terutang pajak, belum bayar
pajak atau tidak bayar pajak berdasarkan hasil pemeriksaan Ditjen Pajak atau
keterangan pajak lainnya. Serta bagi wajib pajak yang mendapat Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) secara
jabatan.
 Tambahan bayar denda berupa kenaikan sebesar 50% dari pajak penghasilan
yang tidak atau kurang bayar dalam satu tahun pajak.
 Tambahan bayar denda berupa kenaikan sebesar 100% dari pajak
penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, dipungut, disetor, dan dipotong
atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetor.
 Tambahan bayar denda berupa kenaikan sebesar 100% dari Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa, serta Pajak Penjualan atas Barang
Mewah yang tidak atau kurang dibayar.
2. SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR TAMBAHAN (SKPKBT)
Sanksi administrasi yang dikenakan adalah berupa kenaikan 100% (seratus
persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut dan ditambah dengan jumlah
kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan (SKPKBT). Namun, sanksi berupa kenaikan tersebut tidak
dikenakan apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT) diterbitkan berdasarkan dengan keterangan tertulis yang dibuat
oleh Wajib Pajak atas kehendaknya sendiri. Penerbitan dari Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah dalam jangka waktu 5
tahun, apabila dalam jangka waktu 5 tahun telah lewat, maka Surat

8
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) tetap dapat diterbitkan
dengan penambahan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% (empat
puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak/kurang dibayarkan, dan
dalam hal Wajib Pajak setelah jangka waktu 5 tahun tersebut dipidana karena
telah melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana
karena hal lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara sesuai dengan putusan pengadilan dengan hukum yang tetap.

9
BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Surat Ketetapan Pajak dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam hal
pemeriksaan pajak atas pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan/Masa Pajak
Penghasilan (PPh) maupun Pajak Pertambahan Nilai (PPN). SKP terdiri dari Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), dan Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar (SKPLB). Surat Ketetapan Pajak (SKP) memiliki fungsi untuk
sarana menagih pajak dan kekurangan pajak, memberitahukan jumlah pajak terutang,
mengenakan sanksi administrasi perpajakan, dan mengembalikan jika ada kelebihan
bayar pajak. Sanksi administrasi perpajakan merupakan pembayaran kerugian yang
ditimbulkan wajib pajak kepada negara. Pembayaran kerugian tersebut dapat berupa
denda, bunga, dan kenaikan bayar. Sanksi yang dikenakan sesuai jenis pelanggaran
atau kesalahan yang dilakukan oleh wajib pajak.

10
DAFTAR PUSTAKA

Fitriya.2021. Surat Ketetapan Pajak dalam Pemeriksaan Pajak, Pebisnis Wajib Tahu dalam
https://klikpajak.id/blog/surat-ketetapan-pajak-dalam-pemeriksaan-
pajak/ diunduh 30 September 2021

Kantor Pelayanan Pajak Madya Denpasar. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak dalam
https://sipp.menpan.go.id/pelayanan-publik/kementerian-keuangan/dir
ektorat-jenderal-pajak/kantor-wilayah-direktorat-jenderal-pajak-bali/
kantor-pelayanan-pajak-madya-denpasar/penerbitan-surat-ketetapan-
pajak diunduh 02 Oktober 2021

Sekar.2020. Surat Ketetapan Pajak dan Fungsinya yang Perlu Diketahui dalam
https://ajaib.co.id/surat-ketetapan-pajak-dan-fungsi-fungsi-yang-
perlu-diketahui/ diunduh 02 Oktober 2021

Sandra.2021. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan dalam


https://www.pajakku.com/read/60cafda058d6727b1651aaeb/Surat-
Ketetapan-Pajak-Kurang-Bayar-Tambahan diunduh 08 Oktober 2021

11

Anda mungkin juga menyukai