Anda di halaman 1dari 10

PERPAJAKAN 2

PAJAK PENGHASILAN
PASAL 23

Kelompok II :
1. Ni Luh Putu Yunita Kristina Dewi (2002622010329 / 20)
2. Stefany Trianastasia (2002622010330 / 21)
3. Ni Wayan Ratna Sari Dewi (2002622010331 / 22)
4. A. A Diah Pradnyawati (2002622010332 / 23)
5. Tumpak Junior (2002622010340 / 31)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2022
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

Pajak Penghasilan Pasal 23

Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23

Objek-objek Pajak Penghasilan Pasal 23

Tarif Pajak Penghasilan Pasal 23

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 23


Pajak Penghasilan Pasal 23
1. Pengertian PPh Pasal 23
Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk
Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong PajakPenghasilan Pasal 21, yang dibayarkan atau
terutang oleh badan pemerintah atau subjek pajakdalam negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap atau perwakilan perusahaan luarnegeri lainnya.

2. Dasar Hukum
 UU No. 7 Tahun 1983 sebagaimana terkahir telah diubah dengan UU No. 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas UU No. 7 Tahun 1983 tentang pajak
penghasilan.
 PMK No. 224/PMK.03/200u tentang jenis jasa lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat (1) huruf cangka 2 undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang
pajak  penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 36 tahun 2008
 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2010 sebagai mana telah diubah dengan Peraturan Dirjen Pajak Nomor : PER - 15/PJ/2011
 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 231 /Pmk.03/2019 tentang tata cara pendaffaran dan penghapusan nomor pokok wajib pajak, pengukuhan
dan pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak, serta pemotongan dan/atau pemungutan, penyetoran, dan pelaporan pajak bagi instansi pemerintah

3. Saat Terutang, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23


 PPh Pasal 23 terutang pasa akhir bulan dilakukan pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya pengasilan yang bersangkutan.
 PPh Pasal 23 harus disetorkan oleh pemotong pajak selambat-lambatnya tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah bulan saar terutangnya pajak ke bank presepsi
atau kantor posIndonesia
 Pemotong PPh Pasal 23 diwajibkan menyampaikan SPT Masa selambat-lambatnya 20 hari setelah masa pajak berakhir
 Pemotong PPh Pasal 23 harus memberikan tanda bukti pemotongan kepada orang pribadi atau badan yang dibebani PPh yang dipotong
 Pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 23 dilakukan secara desentralisasi artinya dilakukan di tempat terjadinya pembayaran atau
terutangnya penghasilan yang merupakan Objek PPh Pasal 23
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23

1. Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23

 Badan pemerintah
 Subjek pajak badan dalam negreri
 Penyelenggara dalam negera
 Bentuk usaha tetap
 Perwakilan perusahaan di luar negeri lainnya
 Orang Pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh kepalakantor pelayanan pajak sebagai pemotong PPh Pasal 23,
yaitu:
 Akuntan, arsitek, dokter, notaries, pejabat pembuat akta tanah (PPAT), kecuali caat, pengacara, dan konsultan, yang melakukan
pekerjaan bebas.
 Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan atas pembayaran berupa sewa.

2. PenerimaPenghasilan Yang Dipotong Pph Pasal 23


 Wajib pajak dalam negeri (orang pribadi)
 Bentuk usaha tetap (BUT)
Objek – objek Pajak Penghasilan Pasal 23

 Dividen.
 Bunga.
 Royalti.
 Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain kepada Orang Pribadi.
 Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa tanah dan/atau
bangunan.
 Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa
lain selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21.
Tarif Pajak Penghasilan Pasal 23
1. Sebesar 15% dari Jumlah Bruto atas :
 Dividen, deviden adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki. Dividen dapatdibagi menjadi 4 jenis, yaitu:
Dividen tunai, Dividen saham, Dividen property dan Dividen interim
 Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang
 Royalty adalah jumlah yang dibayarkan untuk penggunaan property, seperti hak paten, hak cipta, atau sumber alam
 Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh yang dimaksud dalam Pasal 21 ayat 1 huruf e

2. Sebesar 2% dari jumlah bruto atas


 Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan oenggunaan harta yang telah dikenai PPh
Pasal4 ayat (2)
 Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa managemen, jasa konstruksi, jasakonsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh pasal 21
 Jasa penilai (appraisal)  Jasa penambangan dan jasa penunjang dibidang penambangan selain migas
 Jasa aktuaris  Jasa penunjang dibidang penerbangan dan Bandar udara
 Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan  Jasa penebangan hutan
 Jasa perancang  Jasa ppengolaan limbah
 Jasa pengeboran dibidang penambangan minyak dan migas,  Jasa penyedia tenaga kerja
kecuali yang dilakukan oleh BUT  Jasa perantara dan keagenan
 Jasa penunjang dibidang pembangunan migas dan panas bumi

3. Tarif khusus bagi WP yang tidak memiliki NPWP

Untuk wajib pajak yang tidak memiliki NPWP, maka tarif PPh 23 akan berlaku 100% lebih tinggi, misalnya untuk tarif 15% menjadi 30% dan 2 % menjadi 4%.
Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 23

 Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank


 Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi
 Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai wajin pajak dalam negeri, koperasi,
BUMN, BUMD
 Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yangmodalnya tidak terbagi
atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsitermasuk pemegang unit penyertaan
kontrak kolektif
 Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya
 Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai
penyalur pinjaman atau pembiayaan yang diatur dengan PMK.
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 23

Contoh perhitungan PPh 23 tarif sebesar 15%

Pak Kelik menerima royalti atas hak yang digunakan sebesar Rp10.000.000, maka jumlah PPh yang harus dibayarkan
adalah: 15% x Rp10.000.000 = Rp1.500.000.

Contoh perhitungan PPh 23 tarif 2%


 Contoh 1
PT AAA, yakni sebuah badan usaha tetap, menerima jasa merancang busana dengan jumlah bruto Rp15.000.000.
Berapa jumlah PPh yang harus dibayarkan?
Jawab : 2% x Rp15.000.000 yaitu Rp300.000.
 Contoh 2
PT Karya Makmur Membayar sewa kendaraan bus pariwisata dengan nilai sewa sebesar Rp 35.000.000 kepada Sugianto
Haris. PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Karya Makmur adalah : 2% x Rp 35.000.000 – Rp 700.000
ANY
ANY QUESTION
QUESTION
Kesimpulan

Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan Serta terdapat tarif khusus bagi wajib
pajak yang dikenakan pada penghasilan atas pajak yang tidak mempunyai NPWP yaitu
modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan sebesar 100% lebih tinggi dari tarif yang
penghargaan selain yang telah dipotong PPh berlaku. Beberapa jenis penghasilan yang
pasal 21. Batas waktu pembayaran yaitu tidak dikenakan pemotongan PPh Pasal 23
setiap tanggal 10, sebulan setelah bulan dapat dilihat pada pasal 23 Ayat (4) UU No
terutang PPh 23. Batas pelaporan adalah 17 tahun 2000.
setiap tanggal 20, sebulan setelah bulan
terutang PPh 23. Ada 2 jenis tarif yang
dikenakan yaitu 15% dan 2% tergantung dari
objek PPh 23.

Anda mungkin juga menyukai