Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN


KATUP JANTUNG

Ns. Neneng Kurniawati, M.Kep.,Sp.Kep.MB


PENGERTIAN

Kelainan katup jantung merupakan


keadaan dimana katup jantung
mengalami kelainan yang membuat
aliran darah tidak dapat diatur
dengan maksimal oleh jantung.
TIPE – TIPE GANGGUAN KATUP
1. Stenosis Mitral
Stenosis mitral adalah penebalan progresif
dan pengerutan bilah – bilah katup mitral,
yang menyebabkan penyempitan lumen dan
sumbatan progresif aliran darah.
2. Insufisiensi Mitral (Regurgitasi)
Insufisiensi mitral terjadi bilah- bilah katup
mitral tidak dapat saling menutup selama
systole.
:

3. Stenosis Katup Aorta


Stenosis katup aorta adalah penyempitan
lumen antara ventrikel kiri dan aorta.
4. Insufisiensi Aorta (Regurgitasi)
Insufisiensi aorta disebabkan oleh lesi
peradangan yang merusak bentuk bilah katup
aorta,sehingga masing – masing bilah tidak
bisa menutup lumen aorta dengan rapt
selama diastole dan akibatnya menyebabkan
aliran balik darah dari aorta ke ventrikel kiri.
ETIOLOGI
1. Stenosis Mitral
Berdasarkan etiologinya stenosis katup mitral
terjadi terutama pada orang tua yang pernah
menderita demam rematik pada masa kanak-
kanak dan mereka tidak mendapatkan
antibiotik. Di bagian dunia lainnya, demam
rematik sering terjadi dan menyebabkan
stenosis katup mitral pada dewasa, remaja
dan kadang pada anak-anak. Yang khas adalah
jika penyebabnya demam rematik, daun katup
mitral sebagian bergabung menjadi satu.
2. Stenosis Aorta
• Berdasarkan etiologinya stenosis katup aorta
merupakan penyakit utama pada orang tua,
yang merupakan akibat dari pembentukan
jaringan parut dan penimbunan kalsium di
dalam daun katup.
• Stenosis katup aorta juga bisa disebabkan oleh
demam rematik pada masa kanak-kanak. Pada
keadaan ini biasanya disertai dengan kelainan
pada katup mitral baik berupa stenosis,
regurgitasi maupun keduanya.
• Pada orang yang lebih muda, penyebab yang
paling sering adalah kelainan bawaan.
3. Insufisiensi Aorta

Penyebab terbanyak adalah demam reumatik


dan sifilis. Kelainan katub dan kanker aorta
juga bias menimbulkan isufisiensi aorta. Pada
isufisiensi aorta kronik terlihat fibrosis dan
retraksi daun-daun katub, dengan atau tanpa
kalsifikasi, yang umumnya merupakan skuele
dari demam reumatik.
MANIFESTASI KLINIK
1. Stenosis Mitral
Sangat capai, lemah, dyspnea, capek bila ada
kegiatan fisik, nocturnal dyspnea, batuk kering,
bronchitis, rales, edema paru-paru,
hemoptysis/batuk darah, kegagalan pada sebelah
kanan jantung. Auskultasi: teraba getaran apex S1
memberondong, peningkatan bunyi.
Murmur:lemah, nada rendah,
rumbling/gemuruh, diastolic pada apex.
2. Isufisiensi Mitral
Sangat capai, lemah, kehabisan tenaga, berat
badan turun, napas sesak bial terjadi kegiatan
fisik, ortopneu, paroxysma noktural dipsneu
rales. Tingkat lanjut: edema paru-paru, kegagalan
jantung sebelah kanan. Auskultasi: terasa getaran
pada raba apex, S1 tidak ada, lemah, murmur.
Murmur: bernada tinggi, menghembus, berdesis,
selam systoll(pada apex) S3 nada rendah.
3. Stenosis Aorta
• Angina,
• syncope, capek,
• lemah,
• sesak napas saat ada kegiatan ortopneu,
• paroxysmal nokturial,
• edema paru-paru, rales.
• Tingkat lanjut: kegagalan sebelah kanan jantung.
• Murmur: nada rendah, kasar seperti kerutan, systoll (pada
basis atau carctis) gemetar systoll pada basis jantung.
4. Insufisiensi Aorta

Palpitasi, sinus tacikardi, sesak napas bila


beraktifitas ortopnew, paroxysmal noktural
dyspnea, diaphoresis hebat, angina. Tingkat
lanjut: kegagalan jantung sebelah kiri dan kanan.
Murmur: nada tinggi, menghembus diastole (sela
iga ke-3) murmur desakan systoll pada basis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• ECG
• Echocardiography
• Thoraks foto
• Kateterisasi
PENATALAKSANAAN
Stenosis Mitral
-Terapi antibiotic
-memberikan kardiotinikum dan diuritik.
-Intervensi bedah

Insufisiensi Mitral
Penatalaksanaannya sama dengan gagal jantung
kongestif, intervensi bedah meliputi penggantian
katup mitral
3. Stenosis Aorta

Penatalaksanaan yang sesuai untuk stenosis aorta adalah


penggantian katub aorta secara bedah

4. Insufisiensi Aorta

Penggantian katub aorta adalah terapi pilihan, tetapi kapan


waktu yang tepat untuk penggantian katub masih
kontroversial. Pembedahan dianjurkan pada semua pasien
dengan hipertropi ventrikel kiri tanpa memperhatikan ada
atau tidaknnya gejala lain
KOMPLIKASI
 Angina pectoris
 Bedah jantung
 Gagal jantung kongestif
 Disritmia
 Kondisi inflamasi jantung
 Aspek-aspek psikososial perawatan
akut
 Penyakit jantung rematik
 Penyakit jantung iskemik
PENGKAJIAN
Aktivitas /istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan.
Pusing, rasa berdenyut
Dispenea karena kerja,palpitasi.
Gangguan tidur (ortopnea, dispnea
paroksimal noktural, nokturia,keringat
malam hari.)
Tanda : Takikardi,gangguan pada TD.
Pingsan karena kerja.
Takipnea, dispnea.
Sirkulasi
Gejala
1. Riwayat kondisi pencetus,contoh:Demam
reumatik,Endokarditis bakterial
2. Subakut,infeksi streptokokkus hipertensi,kondisi kongenital
3. Atrial-septal,sindrom marfun),trauma dada,hipertensi
pulmonal.
4. Riwayat murmur jantung,palpitasi.
5. Serak,hemoptisis.
6. Batuk,dengan/tanpa produksi sputum.
1. Bunyi jantung : S1 keras,pembukaan yang keras
.Penurunan atau tak ada S1, bunyi robekan luas,adanya
S3 (MI berat). Bunyi ejeksi sistolik . Bunyi
sistolik,ditonjolkan oleh berdiri/jongkok

2. Kecepatan : Takikardi pada istirahat.


3. Irama : tak teratur, fibrilasi atrium, Disritmia dan
derajat pertama Blok AV (SA).
3. Integritas ego
Gejala :Tanda kecemasan, contoh gelisa, pucat, berkeringat, fokus
menyempit, gemetar.
4. Makanan/cairan
Gejala: Disfagia (IM Kronis)
Perubahan berat badan.
Penggunaan diuretik.
Tanda : Edema umum / dependen
Hepatomegali dan asites, Hangat,
Kemerahan dan kulit lembab
Pernafasan payah dan bising
Krekels dan mengi.
5. Neurosensori

Gejala : Episode pusing/ pingsan berkenaan dengan


beban kerja.

6. Nyeri/kenyamanan

Gejala : Nyeri dada , angina

Nyeri dada non angina / tidak khas


7. Pernapasan
Gejala : Dispenia (Kerja, ortopnea, paroksismal,
nokturnal).
Batuk menetap atau nokturnal ( sputum
mungkin/ tidak produktif).
Tanda : Takipnea
Bunyi napas adventisius ( krekels dan
mengi)
Sputum banyak dan berbecak darah
(Edem pulmonal).
Gelisah/ ketakutan ( Pada adanya edema
pulmonal)
8. Keamanan
Gejala : Proses infeksi/ sepsis, kemoterapi
radiasi.
Adanya perawatan gigi
(pembersihan, pengisian, dsb)
Tanda : Perlu perawatan gigi / mulut
9. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Penggunaan obat IV
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas b/d odema paru ditandai
dengan sianosis dan dispnea
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan
penurunan kontraktilitas ventrikel kiri.
3. Nyeri dada b/d iskemia jaringan myokard
4. Ansietas b/d situasi kritis ditandai dengan ketakutan
dan peningkatan tegangan
5. Defisit pengetahuan b/d kurangnya informasi
tentang katup jantung ditandai dengan permintaan
informasi pasien
1. Gangguan pertukaran gas b/d odema paru ditandai dengan sianosis
dan dispnea

Tujuan

Gas darah arteri normal dalam jangka waktu 1 x 24 jam

Kriteria hasil :

Menunjukan perbaikan ventilasi/oksigenasi sebagai bukti adalah


frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tak ada sianosis, dan
penggunaaan otak aksesoris, bunyi nafas normal.
1. Awasi frekuensi/kedalaman pernapasan,
penggunaan otot aksesori, area sianosis
R/ .Indikator keadekuatan fungsi pernapasan atau
tingkat gangguan dan kebutuhan/keefektifan
terapi.

2. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya/ tak adanya,


dan bunyi adventisius.
R/ Terjadinya atelectasis dan stasis secret dapat
mengganggu pertukaran gas.
3. Kaji laporan nyeri dada dan peningkatan kelemahan.
Observasi tanda peningkatan demam, batuk,bunyi nafas
ada adventisius

R/ Menggambarkan terjadinya infeksi Paru, yang


meningkatkan kerja jantungdan kebutuhan oksigen.

4. Bantu dalam mengubah posisi, batuk dan nafas dalam.


R/ Meningkatkan ekspansidada optimal,
memobilisasikan skresi, dan pengisian udara semua area
\paru; menurunkan resiko stasis secret/pneumonia.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan
kontraktilitas ventrikel kiri.
Tujuan :
Penurunan curah jantung dapat teratasi dan menunjukkan tanda vital
dalam batas yang dapat diterima, disritmia terkontrol atau hilang dan
bebas gejala gagal jantung dalam jangka waktu 3x24 jam.
Kriteria hasil :
- Klien akan melaporkan penurunan episode dispnea, berperan dalam
aktivitas mengurangi beban kerja jantung,
- Tekanan darah dalam batas normal ( 120/80mmHg, nadi 80x/menit),
- Tidak terjadi aritmia dan irama jantung teratur, CRT kurang dari 3
detik.
• Kaji dan laporkan tanda penurunan curah jantung.
R/ Kejadian mortalitas dan morbiditas sehubungan dengan Ml yang lebih
dari 24 jam pertama
• Catat bunyi jantung.
R/ S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa, irama gallop
umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah kedalam serambi yang
distensi, murmur dapat menunjukkan inkompetensi/ stenosis mitral.
• Kaji perubahan pada sensorik, contoh: letargi, cemas, dan depresi.
R/ Dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap
penurunan curah jantung
• Berikan istirahat psikologi dengan lingkungan yang tenang.
R/ Stres emosi menghasilkan vasokonstriksi yang terkait dan meningkatkan
tekanan darah dan frekuensi / kerja jantung
• Berikan oksigen tambahan dengan nasal kanl/ masker sesuai
dengan indikasi.
R/ Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokardium
dalam melawan efek hipoksia/iskemia
• Kolaborasi untuk pemberian obat.
R/ Banyaknya obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume
sekuncup, memperbaiki kontraktilitas, dan menurunkan kongesti
• Pemberian IV , pembatasan jumlah total sesuai dengan indikasi.
Hindari cairan garam.
R/ .Oleh karena adanya peningkatan tekanan ventrikel kiri, pasien
tidak menoleransi peningkatan volume cairan, pasien juga
mengeluarkan sedikit natrium yang menyebabkan retensi cairan
dan meningkatkan kerja miokard
3.Nyeri dada b/d iskemia jaringan myokard
Tujuan :
Pasien mengatakan bahwa nyeri dada telah hilang/terkontrol
dalam jangka waktu 3x24 jam
Kriteria hasil :
• - Nyeri hilang
• - Menyatakan metode yang membuat nyeri hilang
1. Selidiki laporan nyeri dada dan bandingkan dengan episode
selanjutnya. Gunakan skala nyeri 0-10 untuk rentang intensitas.
Catat ekspresi verbal atau non verbal , respon otomatis terhadap
nyeri(berkeringat,TD dan nadi berubah,peningkatan atau
penurunan frekuensi pernafasan).
R/ Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri.
Perilaku dan perubahan tanda vital membantu menentukan
derajat / adanya ketidaknyamanan pasien khususnya apabila
pasien menolak adanya nyeri.
2. Evaluasi respon terhadap obat
R/ Penggunaan terapi obat dan dosis. Catat nyeri yang tidak hilang
atau menurun dengan nitrat menunjukan MVP, berhubungan
dengan nyeri dada tidak khas / non angina.
3. Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktifitas sesuai kebutuhan

R/ Aktifitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokardia


(contoh kerja tiba-tiba, stress, makan banyak, terpajan dingin)
dapat mencetuskan nyeri dada.

4. Anjurkan pasien berespon tepat terhadap angina (contoh


berhenti aktifitas yang menyebabkan angina, istirahat dan minum
obat anti angina yang tepat

R/ Penghentian aktifitas menurunkan kebutuhan oksigen dan kerja


jantung dan sering menghentikan angina.
5. Berikan vasolidator, contoh nitrogliserin,
nifedifin (Pro-cardia) sesuai indikasi

R/ Obat diberikan untuk meningkatkan


sirkulasi miokardia (vasolidator) menurunkan
angina sehubungan dengan iskemia miokardia.
4. Ansietas b/d situasi kritis ditandai dengan ketakutan dan
peningkatan tegangan
Tujuan :
Pasien merasa tenang dalam jangka waktu 1x24 jam
Kriteria hasil :
• Pasien menunjukkan relaksasi
• Menunjukkan perilaku untuk menangani stres
1.Identifikasi /evaluasi persepsi pengobatanyang ditunjukkan oleh
situasi.
R/ Alat untuk mendefinisikan lingkup masalah dan pilihan
intervensi.
2. Pantau respon fisik. Contoh palpitasi, takikardi, gerakan
berulang, gelisah.
R/ .Membantu menentukan derajat cemas sesuai status jantung.
Penggunaan evaluasi seirama dengan respond verbal dan
nonverbal.
3. Berikan tindakan kenyamanan contoh, mandi, gosokan
punggung, perubahan posisi.
R . Membantu perhatian mengarahkan kembali dan meningkatkan
relaksasi, meningkatkan kemampuan koping
4. Koordinasikan waktu istirahat dan aktivitas saat senggang tepat
untuk kondisi.
R/ Memberikan rasa control pasien untuk menangani beberapa
aspek pengobatan, (contoh, aktivitas perawatan, waktu pribadi),
menurunka kelemahan, meningkatkan energy
5. Dorong ventilasi perasaan tenang penyakit efeknya, terhadap
pola hidup dan status kesehatan akan dating. Kaji keefektifan
koping dengan stressor.
R/ Mekanisme adaptif perlu untuk mengkoping dengan penyakit
katub jantung kronis dan secara tepat mengganggu pola hidup
seseorang, sehubungan dengan terpai pada sktivitas sehari-hari.
6. Libatkan orang terdekat dalam rencana perawatan dan dorong
partisipasi maksimum pada rencan pengobatan.

R/ Keterlibatan akan membantu menfokuskan perhatian pasien


dalam arti positif dan memberikan rasa control

7. Anjurkan pasien melakukan teknik relaksasi, contoh napas


dalam, bimbingan imajinasi, relaksasi progresif

R/ Memberikan arti penghilangan respond ansitas, menurunkan


perhatian, meningkatkan relaksasi, meningkatkan kemampuan
koping
5. Defisit pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang katup
jantung ditandai dengan permintaan informasi pasien
Tujuan :
Pasien mengerti tentang kelainan katub jantung dalam jangka
waktu 1x24 jam
Kriteria hasil :
• Pasien menyatakan pemahaman proses penyakit, program
pengobatan dan potensial komplikasi.
• Mengidentifikasi perilku/perubahan pola hidup untuk
mencegah komplikasi.
• Mengenali kebutuhan untuk kerja sama dan mengikuti
perawatan
1. Jelaskan dasar patologi abnormalitas katub.
R/Pasien harus mempuyai dasar pemahaman tentang
abnormalitas katubnya sendiri dan konsekuensi
hemodinamik kerusakan sebagai dasar penjelasan rasional
sebagai dasar penjelasan rasional aspek pengobatan
2. Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping, dan
pentingnya minum obat sesuai resep.
R/ Dapat meningkatkan kerjasama dengan terapi obat dan
menceah penghentian sendiri pada obat dan /atau interaksi
obat yang merugikan
3. Tekankan pentingnya melaporkan rasa haus berlebihan,
pusing berat, atau episode berdenyut.
R/ Dapat mengidentifikasi kebutuhan evaluasi status
elektrolit dan/atau gangguan program obat.
4. Anjurkan dan biarkan pasien menunjukkan ketrampilan
pemantauan sendiri nadi bila pasien pulang dengan
digitalis
R/ Adanya perubahan pada frek nadi dan irama mungkin
indikasi toksisitas digitalis dan harus dilaporkan pada
dokter untuk evaluasi

Anda mungkin juga menyukai