Anda di halaman 1dari 19

INTERPRETASI DATA LABORATORIUM

KELAS D ( SORE )

ASAM URAT, KREATININ, CREATININ CLEARANCE, BUN, FOSFATASE ASAM,


UREUM

Disusun oleh:

KELOMPOK 5

AJI GUMELAR 2043700435 IRSAN TAUFIK HASIBUAN 2043700267

DELIA RAHMAWATI 2043700417 MUHAMMAD IMAN. R 2043700482

TANTI DWI RAHAYU 2043700313 FITRI YANI 2043700461

NOVITA VIERA RIYANTI 2043700471 QEFI KARNAINI 2043700392

Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Fakultas Farmasi

Program Studi Profesi Apoteker


ASAM URAT

Pendahuluan

Asam urat adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses katabolisme purin baik
dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam deoksiribonukleat DNA). Asam urat sebagian
besar dieksresi melalui ginjal dan hanya sebagian kecil melalui saluran cerna. Ketika kadar asam
urat meningkat, disebut hiperuresemia, penderita akan mengalami pirai (gout). Penyebab
hiperuresemia karena produksi yang berlebihan atau ekresi yang menurun (seperti pada gagal
ginjal). Produksi yang berlebihan didapatkan pada penderita dengan keganasan, terjadi turnover
purin dan DNA sangat tinggi. Penyebab lain hiperuresemia adalah alkohol, leukemia, karsinoma
metastatik, multiple myeloma, hiperlipoproteinemia, diabetes mellitus, gagal ginjal, stress,
keracunan timbal, dan dehidrasi akibat pemakaian diuretic (Syukri, 2007).

Peningkatan kadar asam urat dalam urine disebut urikosuria. Asam urat akan mengalami
supersaturasi dan kristalisasi dalam urine yang akan menjadi batu saluran kencing (BSK)
sehingga menghambat sistem dari fungsi ginjal. Eksresi asam urat dalam urine tergantung pada
kadar asam urat dalam darah, filtrasi glomerulus dan sekresi tubulus asam urat ke dalam urine.
Asam urat kurang mengalami saturasi pada suasana urine yang asam. Ketika pH urine naik maka
asam urat tidak mengalami kristalisasi dan tidak akan membentuk batu (Syukri, 2007).

Jenis Pemeriksaan: Darah dan Urine

Nilai Normal Darah:

Dewasa:

 Laki-Laki: 4,0 – 8,5 mg/dl atau 0,24 - 0,52 mmol/L


 Wanita: 2,7 – 7,3 mg/dl atau 0,16 – 0,43 mmol/L

Manula: Sedikit lebih tinggi

Anak-Anak: 2,5 – 5,5 mg/dl atau 0,12 – 0,32 mmol/L

Bayi: 2,62 mg/L

Nilai Normal Urine:

250–750 mg/24 jam atau 1,48–4,43 mmol/hari (SI units).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi:

 Stress, menyebabkan kadar asam urat dalam serum meningkat.


 Kontras radiologi menyebabkan kadar asam urat dalam serum menurun dan kadar dalam
urine meningkat.
 Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam serum: alkhol, asam
askorbit, aspirin dosis rendah, kafein, cisplatin, diazoxide, diuretik, epinefrin, ethambutol,
levodopa, metal-dopa, asam nikotinat, fenotiazin, dan theofilin.
 Obat-obatan yang menurunkan kadar asam urat dalam serum: alopurinol, aspirin dosis
tinggi, azathioprin, clofibrat, kortikosteroid, estrogen, infuse glucose, guafenisin, manitol,
probenecid, dan warfarin.
 Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam urine: asam askorbit,
calcitonin, citrate, dicumarol, estrogen, steroid, iodine, gliceril guaiacolat,
fenolsulfonftalin, probenecid, salisilat, dan tetrasiklin kadaluarsa.

Nilai Abnormal dan Penyakitnya

1. Kadar dalam serum Meningkat (hiperuresemia) akan menyebabkan penyakit:

 Pirai (gout)
 Purin yang berlebihan
 Gangguan metabolisme purin pada bayi (genetik)
 Karsinoma metastase
 Multiple myeloma
 Leukemia
 Khemoterapi karsinoma
 Rhabdomiolisis (olahraga/latihan yang berat), luka baka, trauma,
penurunan kesadaran pada epilepsy, infark miokard)
 Penyakit ginjal kronik
 Asidosis (ketotik atau laktak)
 Hipotiroid
 Kehamilan dengan keracunan (eklampsia)
 Hiperlipoproteinemia
 Idiophatik

2. Kadar dalam darah Menurun, akan menyebabkan penyakit:

 Penyakit Wilson
 Sindroma Fnconi
 Keracunan Pb (timah)
 Ikterus karena atrofi hati

3. Kadar dalam urine Meningkat (urikosuria), akan menyebabkan penyakit:

 Pirai (gout)
 Karsinoma metastase
 Multiple myeloma
 Leukemia
 Khemoterapai karsinoma
 Diet purin yang tinggi
 Intoksikasi timah

4. Kadar dalam urine Menurun, akan menyebabkan penyakit:

 Penyakit ginjal
 Eklampsia
 Alcoholism kronik
 Asidosis

Kategori 1: untuk diagnosis awal, dikerjakan rutin pada setiap penderita

Kategori 2: untuk konfirmasi, hanya atas indikasi

Kategori 3: untuk tes definitif, perlu permintaan khusus (Syukri, 2007).

Implikasi klinik:

 Hiperurisemia dapat terjadi pada leukemia, limfoma, syok, kemoterapi, metabolit


asidosis dan kegagalan fungsi ginjal yang signifi kan akibat penurunan ekskresi atau
peningkatan produksi asam urat.
 Nilai asam urat di bawah nilai normal tidak bermakna secara klinik.
 Obat yang dapat meningkatkan kadar urat darah meliputi: tiazid, salisilat (< 2 g/hari),
etambutol, niasin dan siklosporin.
 Obat yang dapat menurunkan kadar urat darah meliputi: allopurinol, probenesid, sulfi
npirazon dan salisilat (> 3 g/hari).
Perawatan dan Tatalaksana pada Pasien

Interpretasikan hasil pemeriksaan dan monitor fungsi ginjal, tanda gout atau gejala leukemia.
Kadar asam urat seharusnya turun pada pasien yang diterapi dengan obat yang bersifat uricosuric
seperti allopurinol, probenesid, dan sulfi npirazon (Pedoman Interpretasi Data Klinik,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

KREATININ

Pemeriksaan Kadar Kreatinin

Kreatinin merupakan hasil pemecahan kreatin fosfat otot, diproduksi oleh tubuh secara
konstan tergantung massa otot. Kadar kreatinin berhubungan dengan massa otot,
menggambarkan perubahan kreatinin dan fungsi ginjal. Kadar kreatinin relatif stabil karena tidak
dipengaruhi oleh protein dari diet. Ekskresi kreatinin dalam urin dapat diukur dengan
menggunakan bahan urin yang dikumpulkan selama 24 jam (Verdiansah, 2016).

The National Kidney Disease Education Program merekomendasikan penggunaan serum


kreatinin untuk mengukur kemampuan fiiltrasi glomerulus, digunakan untuk memantau
perjalanan penyakit ginjal.Diagnosis gagal ginjal dapat ditegakkan saat nilai kreatinin serum
meningkat di atas nilai rujukan normal.

Pada keadaan gagal ginjal dan uremia, ekskresi kreatinin oleh glomerulus dan tubulus
ginjal menurun. Kadar kreatinin tidak hanya tergantung pada massa otot, tetapi juga dipengaruhi
oleh aktivitas otot, diet, dan status kesehatan. Penurunan kadar kreatinin terjadi pada keadaan
glomerulonefritis, nekrosis tubuler akut, polycystic kidney disease akibat gangguan fungsi
sekresi kreatinin.

Penurunan kadar kreatinin juga dapat terjadi pada gagal jantung kongestif, syok, dan
dehidrasi, pada keadaan tersebut terjadi penurunan perfusi darah ke ginjal sehingga makin sedikit
pula kadar kreatinin yang dapat difi ltrasi ginjal.

Kadar kreatinin serum sudah banyak digunakan untuk mengukur fungsi ginjal melalui
pengukuran glomerulus filtration rate (GFR). Rehbeg menyatakan peningkatan kadar kreatinin
serum antara 1,2–2,5 mg/ dL berkorelasi positif terhadap tingkat kematian pasien yang diteliti
selama 96 bulan. Pada beberapa penelitian mengevaluasi adanya hubungan positif antara
penyakit kardiovaskuler dengan peningkatan kadar kreatinin serum.

Pasien dengan nilai kreatinin 1,5 mg/dL atau memiliki faktor risiko dua kali lebih besar
dibandingkan pasien dengan nilai kreatinin kurang dari 1,5 mg/dL untuk mengalami gangguan
kardiovaskuler.

Kadar kreatinin berada dalam keadaan relatif konstan, sehingga menjadikannya sebagai
penanda filtrasi ginjal yang baik. Kadar kreatinin yang dipergunakan dalam persamaan
perhitungan memberikan pengukuran fungsi ginjal yang lebih baik, karena pengukuran klirens
kreatinin memberikan informasi mengenai GFR. Kreatinin merupakan zat yang ideal untuk
mengukur fungsi ginjal karena merupakan produk hasil metabolisme tubuh yang diproduksi
secara konstan, difi ltrasi oleh ginjal, tidak direabsorbsi, dan disekresikan oleh tubulus proksimal.
Kreatinin serum laki-laki lebih tinggi daripada perempuan karena massa otot yang lebih besar
pada laki-laki (Verdiansah, 2016).

Nilai Rujukan kadar kreatinin:

Nilai normal Kreatinin : 0,6 – 1,3 mg/dL SI : 62-115 μmol/L

Implikasi klinik :

 Konsentrasi kreatinin serum meningkat pada gangguan fungsi ginjal baik karena
gangguan fungsi ginjal disebabkan oleh nefritis, penyumbatan saluran urin,
penyakit otot atau dehidrasi akut.
 Konsentrasi kreatinin serum menurun akibat distropi otot, atropi, malnutrisi atau
penurunan masa otot akibat penuaan.
 Obat-obat seperti asam askorbat, simetidin, levodopa dan metildopa dapat
mempengaruhi nilai kreatinin pada pengukuran laboratorium walaupun tidak
berarti ada gangguan fungsi ginjal.
 Nilai kreatinin boleh jadi normal meskipun terjadi gangguan fungsi ginjal pada
pasien lanjut usia (lansia) dan pasien malnutrisi akibat penurunan masa otot.
 Kreatinin mempunyai waktu paruh sekitar satu hari. Oleh karena itu diperlukan
waktu beberapa hari hingga kadar kreatinin mencapai kadar normal untuk
mendeteksi perbaikan fungsi ginjal yang signifi kan.
 Kreatinin serum 2 - 3 mg/dL menunjukan fungsi ginjal yang menurun 50 %
hingga 30 % dari fungsi ginjal normal.
 Konsentrasi kreatinin serum juga bergantung pada berat, umur dan masa otot.
Faktor Penyebab Peningkatan Kreatinin:

 Olahraga berat, angkat beban dan prosedur operasi yang merusak otot rangka
dapat meningkatkan kadar kreatinin
 Alkohol dan penyalahgunaan obat meningkatkan kadar kreatinin
 Atlet memiliki kreatinin yang lebih tinggi karena masa otot lebih besar
 Injeksi IM berulang dapat meningkatkan atau menurunkan kadar kreatinin
 Banyak obat dapat meningkatkan kadar kreatinin
 Melahirkan dapat meningkatkan kadar kreatinin
 Hemolisis sampel darah dapat meningkatkan kadar kreatinin
 Obat-obat yang meningkatkan serum kreatinin: trimetropim, simetidin,
ACEI/ARB
(Pedoman Interpretasi Data Klinik, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2011).
CREATININ CLEARANCE

Pendahaluan

Klirens suatu zat adalah volume plasma yang dibersihkan dari zat tersebut dalam waktu
tertentu. Klirens kreatinin dilaporkan dalam mL/menit dan dapat dikoreksi dengan luas
permukaan tubuh. Klirens kreatinin merupakan pengukuran GFR yang tidak absolut karena
sebagian kecil kreatinin direabsorpsi oleh tubulus ginjal dan sekitar 10% kreatinin urin
disekresikan oleh tubulus. Namun, pengukuran klirens kreatinin memberikan informasi
mengenai perkiraan nilai GFR (Verdiansah, 2016).

Keterangan:

 Ccr : klirens kreatinin


 Ucr : kreatinin urin
 Vur : volume urin dalam 24 jam
 Pcr : kadar kreatinin serum
 1,73/A : faktor luas permukaan tubuh
 A : luas permukaan tubuh

Luas permukaan tubuh yang diukur dengan menggunakan tinggi dan berat tubuh. Luas
permukaan tubuh pasien bervariasi berdasarkan keadaan tertentu seperti obesitas ataupun anak-
anak.

Nilai Normal/Rujukan dalam mL:

 Laki-laki : 97 mL/menit – 137 mL/menit per 1,73 m2


 Perempuan : 88 mL/menit – 128 mL/menit per 1,73 m2

Nilai Normal dalam gram :

 Pria : 1 - 2 g/24 jam


 Wanita : 0,8 - 1,8 g/24 jam

Pengukuran klirens kreatinin dengan menggunakan perhitungan telah menjadi standar untuk
menentukan GFR. Perhitungannya tergantung pada kadar kreatinin serum dibandingkan dengan
kadar kreatinin urin yang diekskresikan dalam 24 jam. Pengumpulan bahan urin untuk
pemeriksaan GFR dilakukan dalam 24 jam. Wadah yang digunakan untuk pengumpulan urin
sebaiknya bersih, kering, dan bebas dari zat pengawet. Bahan urin yang dikumpulkan disimpan
dalam refrigerator selama pengumpulan sebelum diperiksakan. Volume urin yang dikumpulkan
diukur keseluruhan untuk kemudian dimasukkan ke dalam formula perhitungan.

Implikasi klinik:

 Pengukuran kreatinin yang diperoleh dari pengumpulan urin 24 jam, namun hal itu sulit
dilakukan. Konsentrasi kreatinin urin dihubungkan dengan volume urin dan durasi
pengumpulan urin (dalam menit) merupakan nilai perkiraan kerja fungsi ginjal yang
sebenarnya.
 Hasil penilaian dengan mengukur klirens kreatinin memberikan hasil yang lebih akurat.
 Pada anak-anak, nilai klirens kreatinin akan lebih rendah (kemungkinan akibat masa otot
yang lebih kecil) Obat-obat yang perlu dimonitor pada pasien dengan ganguan fungsi
ginjal
 Golongan aminoglikosida
 Obat dengan indeks terapi sempit

Kategori kerusakan ginjal berdasarkan Kreatinin serum dan Klirens:

Perhitungan Klirens Kreatinin dari Konsentrasi Kreatinin Serum

1. Menurut Traub SL dan Johnson CE, untuk anak 1 – 18 tahun

Clcr=[0,48×(tinggi)]/Scr

Keterangan;

Clcr = kreatinin klirens dalam mL/min/1,73 m2


Scr = serum kreatinin dalam mg/dL

2. Metode Jelliffe, memperhitungkan umur pasien, pada umumnya dapat dipakai untuk pasien
dewasa yang berumur 20-80 tahun. Dengan metode ini makin tua pasien makin kecil klirens
kreatinin untuk konsentrasi kreatinin serum yang sama.

 Pria : Clcr=[98-0,8x(umur-20)]/Scr
 Wanita: Hendaknya menggunakan 90% dari Clcr yang diperoleh pada pria atau
hasil dari pria x 0,90

3. Metode Cockroff dan Gault juga digunakan untuk memperkirakan klirens kreatinin dari
konsentrasi kreatinin serum pasien dewasa. Metode ini melibatkan umur dan berat badan pasien.

 Pria : Clcr={[140-umur(tahun)]×berat badan (kg)}/[72×Scr(mg/dL)]


 Wanita : Untuk pasien wanita menggunakan 85 % dari harga Clcr yang
diperoleh pada pria atau hasil dari pria x 0,85

Obat-obat yang bersifat Nefrotoksik :

 Analgesik: naproksen, salisilat, fenoprofen, ibuprofen


 Anestesi: ketamin
 Antibiotik: kolistin, oksasilin, tetrasiklin, aminoglikosida, vankomisin,
eritromisin, rifampisin, sulfonamid
 Antiretroviral, asiklovir
 Preparat besi
 Diuretik: furosemid, tiazid, mannitol
 Koloid: dextran
 Sitostatika: siklofosfamid, cisplatin
 Antijamur: amfoterisin
 Imunosupresan: siklosporin, takrolimus
 Antitrombotik: klopidogrel, ticlid
 Antidislipidemia: statin
 Golongan bifosfonat
 Antidepresan: amitriptilin
 Antihistamin
 Allopurinol
 Antikonvulsi: fenitoin, asam valproat
 Ulcer healing drugs: H2-blocker, penghambat pompa proton
Tingkat kerusakan ginjal parah < 10 mL/menit, sedang 10-30 mL/menit, ringan 30-70
/menit (Pedoman Interpretasi Data Klinik, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

BUN (BLOOD UREA NITROGEN)

Parameter kreatinin dan nitrogen urea darah atau blood urea nitrogen (BUN) dapat digunakan
sebagai indikator untuk melihat adanya gangguan fungsi ginjal (Kurniawan, 2013).
Nitrogen urea darah dan tingkat kreatinin pada pasien yang tidak selamat dengan miokard akut
infark lebih tinggi dibandingkan pasien yang masih hidup. Pasien dengan kadar nitrogen urea
darah yang tinggi dan kreatinin memiliki risiko kematian yang lebih tinggi daripada pasien
dengan kadar normal. Nitrogen urea darah adalah prediktor kematian yang lebih baik daripada
kreatinin (Kurniawan, 2013).

Nilai Rujukkan
Laki - Laki
1-17 tahun: 7-20 mg / dL
> Atau = 18 tahun: 8-24 mg / dL
Nilai referensi belum ditetapkan untuk pasien yang usia <12 bulan.

Wanita
1-17 tahun: 7-20 mg / dL
> Atau = 18 tahun: 6-21 mg / dL
Nilai referensi belum ditetapkan untuk pasien yang usia <12 bulan .

Faktor yang Mempengaruhi:

 Status hidrasi pada klien harus diketahui. Pemberian cairan yang berlebihan dapat
menyebabkan kadar BUN rendah palsu, dan sebaliknya, dehidrasi dapat memberikan
temuan kadar tinggi palsu.
 Obat (misal, antibiotik, diuretik, dan obat antihipertensif) dapat menignkatkan kadar
BUN.

IMPLIKASI KLINIS

 Bandingkan temuan kreatinin serumdan BUN serum. Jika kadar BUN dan kreatinin
meningkat, sangat dicurigai terjadi penyakit ginjal.

PENURUNAN KADAR

 Kaji asupan diet klien. Asupan rendah protein dan tinggi karbohidrat dapat menurunkan
kadar BUN.
 Laporkan pada klien yang menerima terapi glukosa per IV secara terus menerus, tanpa
disertai dengan asupan protein.
 Pantau tanda dan gejala dehidrasi yang berlebihan (batuk yang mengiritasi, dispnea,
pembuluh darah vena-leher yang membesar, serta rales di dada) jika kadar BUN
berkurang. Hidrasi yang berlebihan (hipervolemia) dapat menyebabkan hemodilusi
sehingga mengencerkan konsentrasi urea dalam darah.
PENINGKATAN KADAR

 Laporkan bila haluaran urin < 25 ml/jam atau 600 ml/hari. Urea dieksresikan oleh ginjal,
dengan menurunnya haluaran urin, urea tereakumulasi dalam darah.
 Pantau tanda vital. Frekuensi nadi yang cepat, penurunan tekanan darah, serta
peningkatan usaha napas dapat mengindikasikan dehidrasi dan, bila keadaan ini semakin
memburuk, akan terjadi syok.
 Tentukan status hidrasi klien. Jika terdapat dehidrasi, penginkatan kadar BUN
berhubungan dengan hemokonsentrasi. Pemberian cairan per IV merupakan pemecahan
masalah ini.
 Hindari hidrasi yang berlebihan menggunakan cairan IV. Pemebrian cairan IV yang
terlalu cepat dapat memberikan muatan berlebih pada sistem vaskular, terutama pada
lanjut usia, pada anak, serta pasien yang menderita gangguan jantung, yang mengarah
pada hipervolemia. Proses ini dapat mengakibatkan edema paru.
 Kaji asupan makanan klien. Diet tinggi protein akan menigkatkan kadar BUN serum.
Individu yang sedang menjalani diet tinggi protein akan mengalami penginkatan kadar
BUN, kecuali ia banyak minum.
 Identifikasi obat yang dapat meningkatkan kadar BUN, (contoh, antibiotik, diuretik, obat
antihipertensif, dan lainnya).

PENYULUHAN PASIEN

 Jelaskan pada pasien yang mengalami sedikit peningkatan kadar BUN untuk banyak
minum. namun, hati - hati bila melakukan tindakan pemaksaan asupan cairan yang
banyak pada klien yang mengalami gangguan jantung dan ginjal (Pedoman Interpretasi
Data Klinik, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

FOSFATASE ASAM

Enzim asam fosfatase dapat ditemukan pada jaringan tubuh, termasuk hati, sel darah,sum-
sum tulang, dan trombosit, tetapi enzim ini paling banyak ditemukan di kelenjar prostatyang
berupa isoenzim (asam fosfat prostat). Enzim ini akan meningkat apabila terdapat kanker prostat
yang menyebar dari kelenjar prostat ke bagian tubuh yang lain, yaitu tulang.Asam fosfat juga
terdapat pada air mani dalam konsentrasi yang tinggi, sehingga tes ini juga dapat dilakukan pada
vagina untuk penyelidikan kasus pemerkosaan. Jumlah asam yang tinggi juga terdapat pada sel
darah putih, contohnya adalah monosit dan juga terdapat dikelenjar getah bening yang berfungsi
untuk mendeteksi atau mendiagnosa ada atau tidaknya gangguan system limfatik dan Hairy Cell
Leukemia (HCL) yaitu salah satu jenis kankerdarah yang mana sum-sum tulang belakang terlalu
banyak mengandung sel B (limfosit).Enzim asam fosfatase pada laki-laki setengah dari total
enzim asam fosfatase ditemukan pada kelenjar prostat, sisanya ditemukan pada hati, limpa, sel
darah, dan sum-sum tulang,sedangkan pada perempuan seluruh enzim asam fosfatase ditemukan
hanya pada hati, seldarah merah dan trombosit.

Pada umumnya, enzim ini akan meningkat apabila Anda menderita kanker prostat yang
menyebar dari prostat ke bagian tubuh lain, terutama tulang. Tingginya jumlah enzim
menunjukkan tingkat metastasis.

Asam fosfat juga hadir dalam konsentrasi tinggi di air mani. Oleh karena itu, tes ini juga
dapat dilakukan pada vagina untuk penyelidikan kasus perkosaan.

Jumlah asam yang tinggi juga terdapat dalam sel darah putih, terutama pada sel mono
darah putih (bentuk dewasa dari makrofag) dan kelenjar getah bening yang berguna untuk
mendiagnosis gangguan sistem limfatik dan hairy cell leukemia (HCL). Asam fosfatase adalah
enzim hidrolitik lisosom. Oleh sebab itu, kenaikan konsentrasi asam fosfatase dapat
mengindikasikan penyakit tertentu, seperti penyakit Gaucher dan penyakit Niemann-Pick.

Pada laki-laki, setengah dari jumlah total asam fosfatase ditemukan dalam prostat,
sedangkan sisanya ditemukan dalam hati, limpa, sel darah, dan sumsum tulang. Sementara pada
wanita, seluruh asam fosfat hanya ditemukan dalam hati, sel darah merah, dan trombosit.

Tes ini dilakukan untuk:


 mendiagnosis kanker prostat dan kelainan prostat
 memprediksi kambuhnya kanker prostat setelah operasi pengangkatan prostat
 mengevaluasi efektivitas androgen deprivation therapy (ADT) dan Prostate-specific
Antigen (PSA) test yang dilakukan pada waktu yang bersamaan
Implikasi Klinik:
 fosfatase alkali dan asam fosfat adalah dua enzim serupa yang dibedakan oleh tingkat pH.
Penyakit tertentu dapat menipu tingginya asam fosfat melalui peningkatan jumlah
fosfatase alkali
 pada laki-laki, ketidakakuratan tingkat asam fosfat dapat muncul setelah tes digital
(misalnya cystoscopy) karena tes tersebut merangsang prostat
 obat yang meningkatkan tingkat asam fosfat di antaranya alglucerase, androgen (pada
wanita) dan clofibrate
 obat yang menurunkan tingkat enzim di antaranya alkohol, fluoride, heparin, oksalat dan
fosfat
Kisaran Normal
 Dewasa/manula: 0,13-0,63 unit/L (Roy, Brower, Hayden 37°C) atau 2,2-10,5 unit/L (SI
unit)
 Anak-anak: 8,6-12,6 unit/ml (30°C)
 Bayi: 10,4-16,4 unit/ml (30°C)
Abnormal
Apabila hasil tes berada di kisaran tak normal, kemungkinan menderita:
 kanker prostat
 hipertrofi jinak dari kelenjar prostat
 prostatitis
 myeloma
 paget disease (penyakit tulang)
 hiperparatiroidisme
 metastasis ke tulang
 multi-bone tumor
 sickle cells crisis (krisis sel sabit)
 essential thrombocythemia (ET)
 kelainan lisosom (misalnya penyakit Gaucher)
 penyakit ginjal
 penyakit hati (misalnya sirosis)
 pemerkosaan
(Pedoman Interpretasi Data Klinik, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

UREUM

Pemeriksaan Kadar Ureum Ureum adalah produk akhir katabolisme protein dan asam
amino yang diproduksi oleh hati dan didistribusikan melalui cairan intraseluler dan ekstraseluler
ke dalam darah untuk kemudian difi ltrasi oleh glomerulus. Pemeriksaan ureum sangat
membantu menegakkan diagnosis gagal ginjal akut. Klirens ureum merupakan indikator yang
kurang baik karena sebagian besar dipengaruhi diet. Pengukuran ureum serum dapat
dipergunakan untuk mengevaluasi fungsi ginjal, status hidrasi, menilai keseimbangan nitrogen,
menilai progresivitas penyakit ginjal, dan menilai hasil hemodialisis. Kadar urea nitrogen dapat
dikonversi menjadi ureum perhitungan perkalian yang melalui persamaan (Verdiansah, 2016).

Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengukur kadar ureum serum, yang sering
dipilih/digunakan adalah metode enzimatik. Enzim urease menghidrolisis ureum dalam sampel
menghasilkan ion ammonium yang kemudian diukur. Ada metode yang menggunakan dua
enzim, yaitu enzim urease dan glutamat dehidrogenase. Jumlah nicotinamide adenine
dinucleotide (NADH) yang ber kurang akan diukur pada panjang gelombang 340 nm.
Metode pemeriksaan kadar Ureum

Nilai rujukan kadar Ureum

Ureum dapat diukur dari bahan pemeriksaan plasma, serum, ataupun urin. Jika bahan
plasma harus menghindari penggunaan antikoagulan natrium citrate dan natrium fluoride, hal ini
disebabkan karena citrate dan fluoride menghambat urease. Ureum urin dapat dengan mudah
terkontaminasi bakteri. Hal ini dapat diatasi dengan menyimpan sampel di dalam refrigerator
sebelum diperiksa. Peningkatan ureum dalam darah disebut azotemia.

Nilai normal ureum pada beberapa kategori usia menurut data Centers for Disease
Control and Prevention (CDC):

 Usia 0-5 tahun : 5-18 mg/dL


 Usia 5-15 tahun : 7-18 mg/dL
 Usia lebih dari 15 tahun : 6-23 mg/dL

Referensi lain menyebutkan bahwa nilai ureum normal untuk orang dewasa adalah 10–20
mg/dL. Kisaran angka pada nilai normal ureum ini memang bisa jadi berbeda dari nilai normal
ureum menurut referensi lain.
Kondisi gagal ginjal yang ditandai dengan kadar ureum plasma sangat tinggi dikenal
dengan istilah uremia. Keadaan ini dapat berbahaya dan memerlukan hemodialisis atau
tranplantasi ginjal. Peningkatan ureum dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu pra-renal,
renal, dan pasca-renal. Azotemia pra-renal adalah keadaan peningkatan kadar ureum yang
disebabkan oleh penurunan aliran darah ke ginjal. Berkurangnya darah di ginjal membuat ureum
makin sedikit difiltrasi.

Keadaan yang mempengaruhi Kadar Ureum:

Beberapa faktor penyebabnya yaitu penyakit jantung kongestif, syok, perdarahan,


dehidrasi, dan faktor lain yang menurunkan aliran darah ginjal. Peningkatan ureum darah juga
terjadi pada keadaan demam, diet tinggi protein, terapi kortikosteroid, perdarahan
gastrointestinal karena peningkatan katabolisme protein. Penurunan fungsi ginjal juga
meningkatkan kadar urea plasma karena ekskresi urea dalam urin menurun. Hal ini dapat terjadi
pada gagal ginjal akut atau pun kronis, glomerulonefritis, nekrosis tubuler, dan penyakit ginjal
lainnya.

Azotemia pasca-renal ditemukan pada obstruksi aliran urin akibat batu ginjal, tumor
vesika urinaria, hiperplasia prostat, dan juga pada infeksi traktus urinarius berat. Penurunan
kadar ureum plasma dapat disebabkan oleh penurunan asupan protein, dan penyakit hati yang
berat. Pada kehamilan juga terjadi penurunan kadar ureum karena adanya peningkatan sintesis
protein.

Pengukuran kadar ureum juga dapat dilakukan menggunakan perbandingan


ureum/kreatinin. Nilai perbandingan normal berkisar antara 10:1 sampai dengan 20:1. Pada
gangguan pra-renal ureum plasma cenderung meningkat sedangkan kadar kreatinin plasma
normal, sehingga perbandingan ureum/kreatinin meningkat. Peningkatan perbandingan
ureum/kreatinin dengan peningkatan kadar kreatinin plasma dapat terjadi pada gangguan pasca-
renal. Penurunan perbandingan ureum/kreatinin terjadi pada kondisi penurunan produksi ureum
seperti asupan protein rendah, nekrosis tubuler, dan penyakit hati berat (Verdiansah, 2016).
Apabila ureum tinggi Ureum dikatakan tinggi apabila hasil nilai ureum lebih besar dari
nilai normal menurut usianya. Orang dewasa memiliki ureum tinggi bila kadar ureumnya lebih
dari 25 mg/dL.

Kondisi ureum tinggi menandakan ada beberapa masalah medis atau hal lain, yaitu:

 Diet tinggi protein


Kadar ureum darah bisa tinggi jika pasien menerapkan diet tinggi protein. Diet
tinggi protein akan meningkatkan katabolisme protein sehingga terjadi peningkatan
produksi ureum yang tidak sebanding dengan tingkat ekskresinya.
 Gangguan fungsi ginjal
Nilai ureum tinggi biasanya dikarenakan adanya gangguan fungsi ginjal atau
kerusakan ginjal. Kerusakan atau gangguan fungsi ginjal tersebut bisa bersifat akut
atau kronis. Penyakit yang bisa memicu gangguan fungsi ginjal adalah diabetes dan
hipertensi.
 Aliran darah ke ginjal
berkurang Pasien yang tidak mengalami gangguan fungsi ginjal bisa saja memiliki
ureum tinggi bila aliran darah ke ginjal berkurang. Penurunan tingkat aliran darah
ke ginjal ini bisa dipicu oleh beberapa hal seperti dehidrasi, syok hipovolemik, uka
bakar, dan serangan jantung.
 Terapi obat
Ada beberapa obat yang bisa meningkatkan nilai ureum. Oleh karena itu, Anda
perlu memberi tahu semua jenis obat yang sedang Anda jalani dan menghentikan
jenis obat yang diminta oleh dokter. Sebagai contoh, obat golongan kortikosteroid
meningkatkan proses katabolisme tubuh dan pemecahan protein sehingga
meningkatkan produksi ureum. Apabila ureum rendah Hasil pemeriksaan tes Blood
Urea Nitrogen (BUN) juga bisa menunjukkan nilai yang rendah dari nilai ureum
normal meskipun hal ini tidak lazim terjadi.

Nilai ureum rendah jika kurang dari 6 mg/dL. Beberapa hal yang menyebabkan nilai
ureum rendah terdiri dari:

 Kekurangan protein Kadar ureum darah bisa lebih rendah dari nilai normal
ureum jika pasien tersebut mengalami kekurangan asupan protein. Seperti
yang telah dijelaskan diatas, ureum adalah hasil pemecahan dari protein,
sehingga intake protein yang rendah berpengaruh terhadap rendahnya hasil
ureum darah.
 Penyakit hati Selain dikarenakan kurang asupan protein, nilai ureum
rendah bisa dikarenakan adanya penyakit hati lanjut seperti sirosis hepatis
atau liver failure. Ini terkait dengan fungsi hati yang bertanggung jawab
memecah protein hingga menjadi urea.
 Usia Nilai ureum rendah juga bisa dialami oleh anak-anak. Hal ini
dikarenakan anak-anak memiliki kemampuan tubuh yang lebih rendah
dalam memecah protein.
 Kehamilan Wanita hamil
juga biasa memiliki nilai ureum yang lebih rendah dibandingkan dengan
wanita yang tidak hamil karena kondisi kehamilan memengaruhi
kemampuan metabolisme tubuh dalam melakukan katabolisme protein

DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan. L. B, Bahrun. U, Mangarengi. F, Darmawaty ER, and Arif. M. UNIVERSA


MEDICINA September-December, 2013 Vol.32 - No.3 Hospital, Makassar, Admission
blood urea nitrogen and creatinine levels were analyzed with Mann Whitney and Chi-
Square tests.

Pedoman Interpretasi Data Klinik, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011

Syukri, Maimun. 2007. Asam Urat dan Hiperuresemia, Depatemen Ilmu Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran, Unsyiah/BPK RSU dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, Majalah
Kedokteran Nusantara, Volume 40, No. 1, Maret 2007

Verdiansah. 2016. Pemeriksaan Fungsi Ginjal, Program Pendidikan Dokter Spesialis Patologi
Klinik Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Indonesia, CDK-237_vol43_no2_th2016

Anda mungkin juga menyukai