Anda di halaman 1dari 22

WALIKOTA PALOPO

PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN WALIKOTA PALOPO


NOMOR

TENTANG

PELAKSANAAN ANGGARAN
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAWERIGADING PALOPO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PALOPO,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 73 Peraturan


Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan
Layanan Umum Daerah, maka perlu menetapkan Peraturan
Walikota Palopo tentang Pelaksanaan Anggaran Badan
Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah
Sawerigading Palopo;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Walikota
tentang Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum
Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading Palopo;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2002 tentang


Pembentukan Kabupaten Mamasa dan Kota Palopo di
Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2002 Nomor 24, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4186);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembarari Negara Tahun 2003 Nomor
47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4287);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembar Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan lembaran Negara republik
Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan
Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2

4400);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
6. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
(Lembaran Negara Tahun 2012 Nomor 48 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
(Lembaran Negara Tahun 2012 Nomor 171, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5340);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 42 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6322);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah {Berita
Daerah Republik Indonenia Tahun 3015 Nomor 2036)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 157);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016
tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah
3

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor


547);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018
tentang Badan Layanan Umum Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1213);
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
1781);
15. Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor 5 Tahun 2015
tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Rumah
Sakit Umum Daerah Sawerigading Kota Palopo
(Lembaran Daerah Kota Palopo Tahun 2015 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Kota Palopo Nomor 5);
16. Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor 8 Tahun 2016
tentang Perangkat Daerah Kota Palopo (Lembaran
Daerah Kota Palopo Tahun 2016 Nomor 8, Tambahan
Lembaran Kota Palopo Nomor 8).

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA PALOPO TENTANG PELAKSANAAN


ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH SAWERIGADING PALOPO.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kota Palopo.
2. Pemerintah Daerah adalah Walikota sebagai unsur Penyelanggara
Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan daerah otonomi.
3. Walikota adalah Walikota Palopo.
4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Palopo.
5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah
unsur perangkat daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang.
6. Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya disingkat RSUD adalah
Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading Kota Palopo.
7. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutya disingkat BLUD adalah
sistem yang diterapkan oleh RSUD sebagai perangkat daerah dilingkup
Pemerintah Daerah Kota Palopo dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat yang mempunyai fleksibilitas dalam pola pengelolaan
keuangan sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan daerah pada
umumnya.
4

8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat


APBD adalah rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan dengan
Peraturan Walikota.
9. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah Kota Palopo yang selanjutnya disingkat
PPKD adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah yang
mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan betindak sebagai
bendahara umum daerah.
10. Direktur Utama RSUD yang selanjutnya disebut Dirut RSUD adalah
Pimpinan Rumah Sakit Umum Daerah Sewerigading Kota Palopo.
11. Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat TAPD adalah
tim yang dibentuk dengan keputusan Walikota dan dipimpin oleh
sekretaris daerah yang mempunyai tugas menyiapkan serta melaksanakan
kebijakan Walikota dalam rangka penyusunan APBD yang anggotanya
terdiri dari pejabat perencana daerah, PPKD dan pejabat lainnya sesuai
dengan kebutuhan.
12. Dewan Pengawas BLUD yang selanjutnya disebut Dewan Pengawas adalah
organ yang bertugas melakukan pengawasan terhadap pengelolaan BLUD.
13. Pemeriksa eksternal pemerintah adalah Badan Pemeriksa Keuangan yang
merupakan lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
14. Pemeriksa eksternal adalah Kantor Akuntan Publik yang merupakan
badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan mendapatkan izin usaha sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang mengenai Akuntan Publik.
15. Rencana Strategis yang selanjutnya disebut Renstra adalah dokumen
perencanaan BLUD RSUD untuk periode 5 (lima) tahunan.
16. Pendapatan adalah semua penerimaan dalam bentuk kas dan tagihan
BLUD RSUD yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode anggaran
bersangkutan yang tidak perlu dibayar kembali.
17. Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas yang mengurangi
ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh BLUD RSUD.
18. Pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya.
19. Ekuitas adalah selisih antara aset dengan kewajiban.
20. Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis
yang dapat meningkatkan kemampuan BLUD RSUD dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat.
21. Likuiditas adalah kemampuan BLUD RSUD untuk memenuhi kewajiban
atau utang yang harus dibayar dengan harta lancarnya.
22. Rekening Kas BLUD RSUD adalah tempat penyimpanan uang BLUD RSUD
pada bank yang ditunjuk oleh Walikota.
23. Rencana Bisnis dan Anggaran yang selanjutnya disingkat RBA adalah
dokumen rencana anggaran tahunan BLUD RSUD, yang disusun dan
disajikan sebagai bahan penyusunan rencana kerja dan anggaran RSUD.
5
BAB II
ASAS DAN TUJUAN

Bagian Pertama
Asas

Pasal 2
(1) BLUD RSUD beroperasi sebagai perangkat daerah untuk tujuan pemberian
layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang
didelegasikan oleh Walikota.
(2) Walikota bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan
pelayanan umum yang didelegasikannya kepada BLUD RSUD dari segi
manfaat layanan yang dihasilkan.
(3) Pejabat Pengelola BLUD RSUD bertanggung jawab atas pelaksanaan
pemberian layanan umum yang didelegasikan kepadanya oleh Walikota,
terutama pada aspek manfaat yang dihasilkan.
(4) BLUD RSUD menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan mencari
keuntungan.
(5) BLUD RSUD merupakan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan dari
pemerintah daerah dan merupakan bagian dari pengelolaan keuangan
daerah.

Bagian Kedua
Tujuan

Pasal 3
(1) BLUD RSUD bertujuan untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat
dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan
keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan
praktek bisnis yang sehat.
(2) Praktek bisnis yang sehat adalah penyelenggaraan fungsi organisasi
berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian
layanan yang bermutu, berkesinambungan dan berdaya saing.

BAB III
SUMBER DAYA MANUSIA

Bagian Pertama
Pejabat Pengelola dan Pegawai

Pasal 4
(1) Sumber daya manusia BLUD RSUD terdiri atas:
a. pejabat pengelola; dan
b. pegawai
6

(2) Pejabat pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a


bertanggung jawab terhadap kinerja umum operasional, pelaksanaan
kebijakan fleksibilitas dan keuangan BLUD RSUD dalam pemberian
layanan terutama pada aspek manfaat yang dihasilkan.
(3) Pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menyelenggarakan
kegiatan untuk mendukung kinerja BLUD RSUD.
(4) Pejabat Pengelola dan pegawai BLUD RSUD berasal dari:
a. pegawai negeri sipil; dan/atau
b. pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(5) BLUD RSUD dapat mengangkat pejabat pengelola dan pegawai selain
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dari tenaga profesional lainnya.

Pasal 5
Ketentuan mengenai pengadaan, persyaratan, pengangkatan, penempatan,
batas usia, masa kerja, hak, kewajiban dan pemberhentian pejabat pengelola
dan pegawai yang berasal dari tenaga profesional lainnya diatur tersendiri
dengan Peraturan Walikota.

Pasal 6
(1) Pengangkatan dan penempatan dalam jabatan pejabat pengelola dan
pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4) dan ayat (5)
berdasarkan kompetensi dan kebutuhan praktek bisnis yang sehat.
(2) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pengetahuan,
keahlian, keterampilan, integritas, kepemimpinan, pengalaman, dedikasi
dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya.

Pasal 7
(1) Pejabat pengelola BLUD RSUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1) huruf a terdiri atas:
a. pemimpin;
b. pejabat keuangan; dan
c. Pejabat teknis.
(2) Sebutan pemimpin, pejabat keuangan dan pejabat teknis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan nomenklatur yang berlaku di
BLUD RSUD.

Pasal 8
(1) Pejabat pengelola diangkat dan diberhentikan oleh Walikota.
(2) Pemimpin BLUD RSUD bertanggungiawab kepada Walikota.
(3) Pejabat keuangan dan pejabat teknis bertanggungjawab kepada pemimpin
BLUD RSUD.
7

Pasal 9
(1) Pemimpin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a
mempunyai tugas:
a. memimpin, mengarahkan, membina, mengawasi, mengendalikan, dan
mengevaluasi penyelenggaraan kegiatan BLUD agar lebih efesien dan
produktivitas;
b. merumuskan penetapan kebijakan teknis BLUD RSUD serta kewajiban
lainnya sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Walikota;
c. menyusun Renstra;
d. menyiapkan RBA;
e. mengusulkan calon pejabat keuangan dan pejabat teknis kepada
Walikota sesuai dengan ketentuan;
f. menetapkan pejabat lainnya sesuai dengan kebutuhan BLUD RSUD
selain pejabat yang telah ditetapkan dengan peraturan perundangan-
undangan;
g. mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan BLUD RSUD yang dilakukan
oleh pejabat keuangan dan pejabat teknis, mengendalikan tugas
pengawasan internal, serta menyampaikan dan mempertanggung
jawabkan kinerja operasional serta keuangan BLUD RSUD kepada
Walikota; dan
h. tugas lainnya yang ditetapkan oleh Walikota sesuai dengan
kewenangannya.
(2) Pemimpin dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), mempunyai fungsi sebagai penanggungjawab umum operasional
dan keuangan.

Pasal 10
(1) Pemimpin bertindak selaku kuasa pengguna anggaran/ kuasa pengguna
barang.
(2) Dalam hal pemimpin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berasal
dari pegawai negeri sipil, pejabat keuangan ditunjuk sebagai kuasa
pengguna anggaran/kuasa pengguna barang.

Pasal 11
(1) Pejabat keuangan sebagaimana dimasud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b
mempunyai tugas:
a. merumuskan kebijakan terkait pengelolaan keuangan;
b. mengoordinasikan penyusunan RBA;
c. menyiapkan DPA;
d. melakukan pengelolaan pendapatan dan belanja;
e. menyelenggarakan pengelolaan kas;
f. melakukan pengelolaan utang, piutang, dan investasi;
g. menyusun kebijakan pengelolaan barang milik daerah yang berada
dibawah penguasaannya;
h. menyelenggarakan sistem informasi manajemen keuangan;
i. menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan; dan
j. tugas lainnya yang ditetapkan oleh Walikota dan/atau Dirut RSUD
sesuai dengan kewenangannya.
8

(2) Pejabat keuangan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), mempunyai fungsi sebagai penanggungjawab keuangan.
(3) Pejabat keuangan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibantu oleh bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran.
(4) Pejabat keuangan, bendahara penerimaan, dan bendahara pengeluaran
harus dijabat oleh pegawai negeri sipil.

Pasal 12
(1) Pejabat teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf c
mempunyai tugas:
a. menyusun perencanaan kegiatan teknis operasional dan pelayanan di
bidangnya;
b. melaksanakan kegiatan teknis operasional dan pelayanan sesuai
dengan RBA;
c. memimpin dan mengendalikan kegiatan teknis operasional dan
pelayanan dibidangnya; dan
d. tugas lainnya yang ditetapkan oleh Walikota dan/atau Dirut RSUD
sesuai dengan kewenangannya.
(2) Pejabat teknis dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), mempunyai fungsi sebagai penanggungiawab kegiatan teknis
operasional dan pelayanan di bidangnya.
(3) Pelaksanaan tugas pejabat teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
berkaitan dengan mutu, standarisasi, administrasi, peningkatan kualitas
sumber daya manusia dan peningkatan sumber daya lainnya.

Bagian Kedua
Pembina dan Pengawas

Pasal 13
Pembina dan pengawas BLUD terdiri atas:
a. pembina teknis dan pembina keuangan;
b. satuan pengawas internal; dan
c. dewan pengawas.

Pasal 14
(1) Pembina teknis sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 huruf a yaitu
kepala SKPD yang bertanggungjawab atas urusan pemerintahan yang
bersangkutan.
(2) Pembina keuangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 huruf a yaitu
PPKD.

Pasal 15
(1) Satuan pengawas internal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b
dapat dibentuk oleh Dirut RSUD untuk pengawasan dan pengendalian
internal terhadap kinerja pelayanan, keuangan dan pengaruh lingkungan
sosial dalam menyelenggarakan praktek bisnis yang sehat.
9

(2) Satuan pengawas internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu
pengawas internal yang berkedudukan langsung dibawah Dirut RSUD.
(3) Pembentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan
mempertimbangkan:
a. keseimbangan antara manfaat dan beban;
b. kompleksitas manajemen; dan
c. volume dan/atau jangkauan pelayanan.
(4) Tugas satuan pengawas internal, membantu manajemen untuk:
a. pengamanan harta kekayaan;
b. menciptakan akurasi sistem informasi keuangan;
c. menciptakan efisiensi dan produktivitas; dan
d. mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen dalam penerapan
praktek bisnis yang sehat.

Pasal 16
(1) Dewan pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf c dapat
dibentuk oleh Walikota
(2) Pembentukan dewan pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
melakukan pengawasan dan pengendalian internal terhadap pengelolaan
BLUD RSUD yang dilakukan oleh pejabat pengelola BLUD RSUD.

Pasal 17
(1) Dewan Pengawas memiliki tugas:
a. memantau perkembangan kegiatan BLUD RSUD;
b. menilai kinerja keuangan maupun kinerja nonkeuangan BLUD RSUD
dan memberikan rekomendasi atas hasil penilaian untuk
ditindaklanjuti oleh pejabat pengelola BLUD RSUD;
c. memonitor tindak laniut hasil evaluasi dan penilaian kinerja dari hasil
laporan audit pemeriksa eksternal pemerintah;
d. memberikan nasehat kepada pejabat pengelola BLUD RSUD dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya; dan
e. memberikan pendapat dan saran kepada Walikota mengenai:
1. RBA yang diusulkan oleh pejabat pengelola BLUD RSUD;
2. penmasalahan yang menjadi kendala dalam pengelolaan BLUD
RSUD: dan
3. kinerja BLUD RSUD.
(2) Penilaian kinerja keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
diukur paling sedikit meliputi:
a. memperoleh hasil usaha atau hasil kerja dari layanan yang diberikan;
b. memenuhi kewajiban jangka pendeknya;
c. memenuhi seluruh kewajibannya; dan
d. kemampuan penerimaan dari jasa layanan untuk membiayai
pengeluaran.
(3) Penilaian kinerja nonkeuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, diukur paling sedikit berdasarkan perspektif pelanggan, proses
internal pelayanan, pembelajaran, dan pertumbuhan.
10

(4) Dewan pengawas melaporkan pelaksanaan tugasnya sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) kepada Walikota secara berkala paling sedikit 1
(satu) kali dalam satu tahun atau sewaktu-waktu jika diperlukan.

Pasal 18
(1) Walikota dapat mengangkat sekretaris dewan pengawas yang berasal dari
pegawai negeri sipil untuk mendukung kelancaran tugas dewan pengawas.
(2) Sekretaris dewan pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan
merupakan anggota dewan pengawas.

Pasal 19
(1) Segala biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas dewan pengawas
dan sekretaris dewan pengawas dibebankan pada BLUD RSUD dan termuat
dalam RBA.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa honorarium dan biaya
operasional dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi dewan
pengawas.

Pasal 20
(1) Pembentukan, persyaratan, jumlah anggota, pengangkatan, batas usia,
hak, kewajiban, masa jabatan, pemberhentian dewan pengawas diatur
tersendiri dengan Peraturan Walikota mengenai pelaksanaan pembinaan
dan pengawasan terhadap BLUD RSUD.
(2) Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat berkoordinasi dengan Menteri melalui Direktur Jenderal Bina
Keuangan Daerah.

BAB IV
PENGELOLAAN KEUANGAN

Bagian Pertama
Perencanaan dan Penganggaran

Pasal 21
(1) BLUD RSUD menyusun Renstra untuk menjelaskan strategi pengelolaan
BLUD RSUD dengan mempertimbangkan alokasi sumber daya dan kinerja
dengan menggunakan teknik analisis bisnis.
(2) Renstra sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebagai bagian dari Renstra
SKPD dan ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

Pasal 22
(1) BLUD RSUD menyusun RBA dengan mengacu kepada Renstra.
(2) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan:
a. anggaran basis kinerja;
b. standar satuan harga; dan
11

c. kebutuhan belanja dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan


akan diperoleh dari layanan yang diberikan kepada masyarakat, hibah,
hasil kerja sama dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya,
APBD, dan sumber pendapatan BLUD lainnya.;
(3) RBA menganut pola anggaran fleksibel dengan suatu presentase ambang
batas tertentu.
(4) RBA diintegrasikan/dikonsolidasikan ke dalam RKA dan merupakan
kesatuan dari RKA.

Pasal 23
(1) RKA beserta RBA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (4)
disampaikan kepada PPKD sebagai bahan penyusunan rancangan
peraturan daerah tentang APBD.
(2) PPKD menyampaikan RKA beserta RBA kepada TAPD untuk dilakukan
penelaahan.
(3) TAPD menyampaikan kembali RKA beserta RBA yang telah dilakukan
penelaahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada PPKD untuk
dicantumkan dalam rancangan peraturan daerah tentang APBD yang
selanjutnya ditetapkan menjadi Peraturan Daerah tentang APBD.
(4) Tahapan dan jadwal proses penyusunan dan penetapan RBA mengikuti
tahapan dan jadwal proses penyusunan dan penetapan APBD.
(5) BLUD RSUD menggunakan APBD yang telah ditetapkan sebagai dasar
penyesuaian terhadap RBA menjadi RBA definitif.

Bagian Kedua
Dokumen Pelaksanaan Anggaran

Pasal 24
(1) RBA definitif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (5) digunakan
sebagai acuan dalam penyusunan DPA.
(2) DPA sebagaimana dimaksud pada memuat seluruh pendapatan, belanja
dan pembiayaan, serta rencana penarikan dana yang bersumber dari
APBD.
(3) PPKD mengesahkan DPA sebagai dasar pelaksanaan anggaran BLUD
RSUD.
(4) DPA yang telah disahkan dan RBA defenitif menjadi lampiran perjanjian
kinerja yang ditandatangani oleh Walikota dan Dirut RSUD.

Pasal 25
Ketentuan mengenai penyusunan, pengajuan, penetapan, perubahan RBA
BLUD RSUD diatur tersendiri dengan Peraturan Walikota.

Bagian Ketiga
Pendapatan dan Belanja

Pasal 26
Struktur anggaran BLUD RSUD, terdiri atas:
a. pendapatan BLUD;
12

b. belanja BLUD; dan


c. pembiayaan BLUD.

Pasal 27
Pendapatan BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf a bersumber
dari:
a. jasa layanan;
b. hibah;
c. hasil kerja sama dengan pihak lain;
d. APBD; dan
e. lain-lain pendapatan BLUD yang sah.

Pasal 28
(1) Pendapatan BLUD yang bersumber dari jasa layanan sebagaimara
dimaksud dalam Pasal 27 huruf a berupa imbalan yang diperoleh dari jasa
layanan yang diberikan kepada masyarakat.
(2) Pendapatan BLUD yang bersumber dari hibah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 huruf b dapat berupa hibah terikat dan hibah tidak terikat
yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain.
(3) Pendapatan BLUD yang bersumber dari hibah terikat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), digunakan sesuai dengan tujuan pemberian hibah,
sesuai dengan peruntukannya yang selaras dengan tujuan BLUD RSUD
sebagaimana rercantum dalam naskah perjanjian hibah.
(4) Hasil kerja sama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
huruf c dapat berupa hasil yang diperoleh dari kerja sama BLUD RSUD.
(5) Kerja sama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
meliputi:
a. kerja sama operasional yang dilakukan melalui pengelolaa manajemen
dan proses operasional secara bersama dengan mitra kerja sama
dengan tidak menggunakan barang milik daerah; dan
b. pemanfaatan barang milik daerah yang dilakukan melalui
pendayagunaan barang milik daerah dan/atau optimalisasi barang
milik daerah dengan tidak mengubah status kepemilikan untuk
memperoleh pendapatan BLUD dan tidak mengurangi kualitas
pelayanan umum yang menjadi kewajiban BLUD RSUD.
(6) Pendapatan BLUD yang bersumber dari APBD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 huruf d berupa pendapatan yang berasal dari penerimaan
anggaran APBD yang tercantum DPA APBD.
(7) Lain-lain pendapatan BLUD yang sah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 huruf e, meliputi:
a. jasa giro;
b. pendapatan bunga;
c. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
d. komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh BLUD RSUD;
e. investasi; dan
f. pengembangan usaha.
13

Pasal 29
(1) Pengembangan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (7)
huruf f dilakukan melalui pembentukan unit usaha untuk meningkatkan
layanan kepada masyarakat.
(2) Unit usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian dari
BLUD RSUD yang bertugas melakukan pengembangan layanan dan
mengoptimalkan sumber pendanaan untuk mendukung kegiatan BLUD
RSUD .

Pasal 30
(1) Pendapatan BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf a sampai
dengan huruf e dikelola langsung untuk membiayai pengeluaran BLUD
RSUD sesuai RBA, kecuali yang berasal dari hibah terikat.
(2) Pendapatan BLUD RSUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui Rekening Kas BLUD RSUD.

Pasal 31
(1) Belanja BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf b terdiri atas:
a. belanja operasi; dan
b. belanja modal.
(2) Belanja operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mencakup
seluruh belanja BLUD untuk menjalankan tugas dan fungsi.
(3) Belanja operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi belanja
pegawai, belanja barang dan jasa, belanja bunga dan belanja lain.
(4) Belanja modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b mencakup
seluruh belanja BLUD RSUD untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya
yang memberi manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan
dalam kegiatan BLUD RSUD.
(5) Belanja modal sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi belanja tanah,
belanja peralatan dan mesin, belanja gedung dan bangunan, belanja jalan,
irigasi dan jaringan, dan belanja aset tetap lainnya.

Pasal 32
(1) Pembiayaan BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf c terdiri
atas:
a. penenerimaan pembiayaan; dan
b. pengeluaran pembiayaan.
(2) Penerimaan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) huruf a
meliputi:
a. sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya;
b. divestasi; dan
c. penerimaan utang/pinjaman.
(3) Pengeluaran pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. investasi; dan
b. pembayaran pokok utang/pinjaman.
14

Pasal 33
(1) Dalam pelaksanaan anggaran dan pertanggung jawaban penggunaan
dana yang bersumber dari pendapatan jasa layanan, hibah tidak terikat,
hasil kerjasama dengan pihak lain, dan lain-lain pendapatan BLUD yang
sah, Dirut RSUD membuat Surat Permintaan Pengesahan Pendapatan,
Belanja dan Pembiayaan BLUD (SP3BP) secara berkala dan disampaikan
kepada PPKD dengan dilampiri Surat Pernyataan Tanggung Jawab (SPTJ)
disertai laporan pendapatan BLUD, laporan belanja BLUD dan laporan
pembiayaan BLUD yang ditandatangani oleh Dirut RSUD.
(2) Berdasarkan Surat Permintaan Pengesahan Pendapatan, Belanja dan
Pembiayaan BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPKD
melakukan pengesahan dengan menerbitkan Surat Pengesahan
Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan BLUD (SP2BP) sebagai dasar
realisasi penggunaan dana BLUD RSUD.

Pasal 34
(1) Pengelolaan belanja BLUD RSUD diberikan fleksibilitas dari yang
dianggarkan dengan mempertimbangkan volume kegiatan pelayanan, dan
disesuaikan dengan perubahan/peningkatan pendapatan BLUD RSUD.
(2) Fleksibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan belanja
yang disesuaikan dengan volume kegiatan pelayanan, dan perubahan
pendapatan dalam ambang batas RBA dan DPA yang telah ditetapkan
secara definitif.
(3) Fleksibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilaksanakan
terhadap belanja BLUD RSUD yang bersumber dari pendapatan BLUD
RSUD selain dari APBD dan hibah terikat.
(4) Ambang batas merupakan besaran persentase realisasi belanja yang
diperkenankan melampaui anggaran belanja dalam RBA dan DPA yang
bersumber dari pendapatan jasa layanan, hibah tidak terikat, hasil
kerjasama dengan pihak lain, dan lain-lain pendapatan BLUD yang sah.
(5) Apabila rencana belanja yang bersumber dari pendapatan jasa layanan,
hibah tidak terikat, hasil kerjasama, dan lain-lain pendapatan BLUD
RSUD yang sah melebihi pagu anggaran dan realisasi belanja BLUD RSUD
masih dibawah pagu anggaran ditambah dengan besaran nilai dari
persentase ambang batas, maka BLUD RSUD dapat melaksanakan
belanja dengan melaporkan kepada PPKD.
(6) Dalam hal belanja BLUD melampaui ambang batas sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), terlebih dahulu mendapat persetujuan Walikota
(7) Dalam hal terjadi kekurangan anggaran, BLUD mengajukan permohonan
tambahan anggaran dari APBD kepada PPKD.

Bagian Keempat
Pengelolaan Penerimaan dan Pengeluaran Kas

Pasal 35
(1) Dirut RSUD membuka rekening kas BLUD RSUD sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
15

(2) Rekening kas BLUD RSUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
untuk menampung penerimaan dan pengeluaran kas yang dananya
bersumber dari pendapatan BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
huruf a, huruf b, huruf c dan huruf e.

Pasal 36
(1) Dalam penerimaan dan pengeluaran kas, BLUD RSUD menyelenggarakan:
a. merencanakan penerimaan dan pengeluaran kas;
b. melakukan pemungutan pendapatan atau tagihan;
c. menyimpan kas dan mengelola rekening bank;
d. melakukan pembayaran;
e. mendapatkan sumber dana untuk menutup defisit jangka pendek; dan
f. memanfaatkan surplus kas untuk memperoleh pendapatan tambahan.
(2) Penarikan dana yang bersumber dari APBD dilakukan dengan menerbitkan
Surat Perintah Membayar (SPM) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Pemanfaatan surplus kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f
dapat digunakan sebagai investasi jangka pendek pada instrumen
keuangan dengan risiko rendah.

Bagian Kelima
Pengelolaan Piutang dan Utang

Pasal 37
(1) BLUD RSUD mengelola piutang sehubungan dengan penyerahan barang,
jasa, dan/atau transaksi yang berhubungan langsung maupun tidak
langsung dengan kegiatan BLUD RSUD.
(2) Piutang dikelola secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan
bertangung jawab serta dapat memberikan nilai tambah, sesuai dengan
prinsip bisnis yang sehat.
(3) BLUD RSUD melaksanakan penagihan piutang pada saat piutang jatuh
tempo, dilengkapi bukti dan administrasi penagihan.
(4) Dalam hal piutang sulit tertagih, penagihan piutang diserahkan kepada
Walikota dengan melampirkan bukti yang sah.

Pasal 38
(1) Piutang dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat.
(2) Tata cara penghapusan piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Walikota.

Pasal 39
(1) BLUD dapat melakukan utang/pinjaman sehubungan dengan kegiatan
operasional dan/atau perikatan pinjaman dengan pihak lain.
(2) Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa badan usaha
dalam negeri baik berupa lembaga keuangan perbankan maupun bukan
perbankan, masyarakat, badan usaha lainnya.
(3) Utang/pinjaman sebagaimana dimaksud pada ,ayat (1), berupa utang/
pinjaman jangka pendek atau utang/pinjaman jangka panjang.
16

Pasal 40
(1) Utang/pinjaman yang berasal dari perikatan pinjaman jangka pendek
merupakan utang/pinjaman yang memberikan manfaat kurang dari 1
(satu) tahun yang digunakan untuk belanja operasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 ayat (3) dan/atau yang diperoleh dengan tujuan untuk
menutup selisih antara jumlah kas yang tersedia ditambah proyeksi jumlah
penerimaan kas dengan proyeksi jumlah pengeluaran kas dalam 1 (satu)
tahun anggaran.
(2) Utang/Pinjaman jangka pendek merupakan pinjaman dengan jangka
waktu 12 (dua belas) bulan atau kurang, terhitung mulai tanggal
penandatanganan perjanjian pinjaman.
(3) Pembayaran utang/pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga
dan/atau kewajiban lainnya, merupakan kewajiban pembayaran kembali
utang/pinjaman yang harus dilunasi dalam tahun anggaran berkenaan
dan/atau tahun anggaran berikutnya.
(4) Ketentuan mengenai mekanisme pengajuan utang/pinjaman jangka pendek
BLUD RSUD diatur tersendiri dengan Peraturan Walikota.

Pasal 41
(1) Utang/pinjaman yang berasal dari perikatan pinjaman jangka panjang
merupakan utang/pinjaman yang memberikan manfaat lebih dari 1 (satu)
tahun yang digunkan untuk belanja modal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 39 ayat (3) dengan masa pembayaran kembali atas utang/pinjaman
tersebut yang meliputi pokok utang/pinjaman, bunga dan biaya lain lebih
dari 1 (satu) tahun anggaran sesuai dengan persyaratan perjanjian
utang/pinjaman yang bersangkutan.
(2) Mekanisme pengajuan utang/pinjaman jangka panjang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 42
(1) Pembayaran kembali pinjaman/utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
41 ayat (1), menjadi tanggung jawab BLUD.
(2) Hak tagih pinjaman/utang BLUD menjadi kadaluwarsa setelah 5 (lima)
tahun sejak utang tersebut jatuh tempo, kecuali ditetapkan lain menurut
undang-undang.
(3) Jatuh tempo sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dihitung sejak tanggal 1
Januari tahun berikutnya.

Pasal 43
(1) BLUD wajib membayar bunga dan pokok utang yang telah jatuh tempo.
(2) Dirut RSUD dapat melakukan pelampauan pembayaran bunga dan pokok
sepanjang tidak melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan dalam
RBA.
17

Bagian Keenam
Pengelolaan Barang Persediaan dan Aset Tetap

Pasal 44
(1) Pengadaan barang dan/atau jasa pada BLUD RSUD dilakukan
berdasarkan prinsip efisiensi dan ekonomis, sesuai dengan praktek bisnis
yang sehat.
(2) Pengadaan barang dan/atau jasa pada BLUD RSUD yang bersumber dari:
a. jasa layanan;
b. hibah tidak terikat;
c. hasil kerja sama dengan pihak lain; dan
d. lain-lain pendapatan BLUD yang sah.
dikecualikan dan diberikan fleksibilitas berupa pembebasan sebagian atau
seluruhnya dari ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
pengadaan barang dan/atau jasa pemerintah.
(3) Pengecualian dan fleksibilitas pengadaan barang dan/atau jasa
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertujuan untuk menjamin
ketersediaan barang dan/jasa yang lebih bermutu, lebih murah, proses
pengadaan yang sederhana, cepat serta mudah menyesuaikan dengan
kebutuhan untuk mendukung kelancaran pelayanan RSUD.

Pasal 45
(1) Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapaan
yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pelayanan dan
kegiatan pendukung pelayanan BLUD RSUD.
(2) Persediaan barang dapat dialihkan kepada pihak lain dan/atau
dihapuskan berdasarkan pertimbangan ekonomis,
(3) Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah:
a. Perangkat Daerah lain;
b. Fasilitas Kesehatan lain;
c. Institusi Pendidikan;
d. Pelaku Usaha;
e. Organisasi Masyarakat;
f. Organisasi profesi;
g. Asuransi Jiwa dan Kesehatan.
h. Kelompok Masyarakat;
(4) Pengalihan kepada pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dengan cara dijual, dipertukarkan dan/atau diserahkan kepada
pihak lain.
(5) Persediaan barang yang dijual sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah
pengalihan kepemilikan barang kepada pihak lain dengan menerima
penggantian dalam bentuk uang.
(6) Persediaan barang yang dipertukarkan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) adalah pengalihan kepemilikan barang yang dilakukan antara BLUD
RSUD dengan pihak lain dengan mengganti/menerima penggantian utama
dalam bentuk barang, paling sedikit dengan nilai seimbang.
18

(7) Persediaan barang yang diserahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
adalah pengalihan kepemilikan barang dari BLUD RSUD kepada pihak lain,
tanpa memperoleh penggantian.

Pasal 46
(1) Persediaan barang atau perlengkapan yang dimiliki dan akan dipakai
dalam pekerjaan pembangunan fisik yang dikerjakan secara swakelola,
tidak termasuk sebagai persediaan dalam kelompok aset lancar melainkan
digolongkan sebagai aset lainnya.
(2) Bahan bakar minyak/gas kendaraan dinas/operasional tidak termasuk
katergori barang persediaan, dan karena jumlah penggunaannya tidak
dapat/sulit dihitung dengan nilai pasti dan dikategorikan sebagai
pemeliharaan kendaraan dinas/operasional.

Pasal 47
(1) Aset tetap adalah aset berwujud yang memiliki masa manfaat lebih dari 12
(dua belas) bulan untuk dimanfaatakan dalam rangka mendukung kegiatan
operasional pelayanan dan kegiatan pendukung pelayanan BLUD RSUD.
(2) BLUD RSUD tidak dapat mengalihkan dan/atau menghapus aset tetap,
kecuali atas persetujuan pejabat yang berwenang.
(3) Kewenangan pengalihan dan/atau penghapusan aset tetap sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan berdasarkan jenjang nilai dan
jenis barang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Penerimaan hasil penjualan aset tetap sebagai akibat dari pengalihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam rangka penyelenggaraan
pelayanan BLUD RSUD sesuai dengan tugas dan fungsi BLUD RSUD
merupakan pendapatan BLUD.
(5) Pengalihan dan/atau penghapusan aset tetap sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan ayat (3) dilakasanakan mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai barang milik daerah.
(6) Penggunaan aset tetap untuk kegiatan yang tidak terkait langsung dengan
tugas pokok dan fungsi BLUD harus mendapat persetujuan Walikota
melalui sekretaris daerah selaku pengelola barang milik daerah.

Pasal 48
(1) Aset tetap dianggarkan belanja modal sebesar harga perolehan.
(2) Harga perolehan merupakan harga beli atau bangun aset ditambah seluruh
belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset
siap digunakan.
(3) Dalam hal tidak memenuhi kriteria batas minimal kapitalisasi aset tetap
dianggarkan dalam belanja barang dan jasa.
(4) Batas minimal kapitalisasi aset mengikuti Peraturan Walikota tentang
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota Palopo
19

Bagian Ketujuh
Investasi

Pasal 49
(1) BLUD RSUD dapat melakukan investasi untuk memberi manfaat bagi
peningkatan pendapatan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat
serta tidak mengganggu likuiditas keuangan BLUD RSUD dalam rangka
manajemen kas.
(2) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa investasi jangka
pendek yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki
selama 12 (dua belas) bulan atau kurang.

Pasal 50
(1) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2),
dapat dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan surplus kas/dana
yang belum akan segera dilakukan pengeluaran dengan memperhatikan
rencana pengeluaran.
(2) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2)
berupa deposito pada bank umum dan/atau surat berharga negara jangka
pendek.
(3) Karakteristik investasi jangka pendek, meliputi:
a. dapat segera diperjualbelikan/dicairkan;
b. ditujukan dalam rangka manajemen kas; dan
c. instrumen keuangan dengan resiko rendah.
(4) Ketentuan mengenai mekanisme pengajuan utang/pinjaman jangka pendek
BLUD RSUD diatur tersendiri dengan Peraturan Walikota.

Bagian Kedelapan
Ekuitas

Pasal 51
Ekuitas BLUD RSUD terdiri dari:
a. ekuitas terikat;
b. ekuitas tidak terikat; dan
c. ekuitas hibah.

Pasal 52
(1) Ekuitas terikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, merupakan
sumber daya atau selisih aset dikurangi dengan kewajiban yang
penggunaannya tidak dibatasi untuk tujuan tertentu per 31 Desember atau
akhir periode anggaran.
(2) Ekuitas tidak terikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
merupakan pembatasan sumber daya atau selisih aset dikurangi dengan
kewajiban oleh penyumbang yang menetapkan agar sumber daya tersebut
dipertahankan sampai dengan periode tertentu (temporer) atau
dipertahankan secara tetap (permanen).
20

(3) Ekuitas hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, merupakan
saldo Ekuitas Hibah per 31 Desember atau akhir periode anggaran, yaitu
Ekuitas yang diperoleh dari Hibah/ Sumbangan yang berwujud barang.

Bagian Kesembilan
Surplus dan Defisit

Pasal 53
(1) Surplus anggaran APBD merupakan selisih lebih antara pendapatan dan
belanja BLUD RSUD.
(2) Surplus anggaran BLUD RSUD dapat digunakan dalam tahun anggaran
berikutnya tanpa menunggu perubahan APBD, kecuali atas perintah
Walikota disetorkan sebagian atau seluruhnya ke kas daerah dengan
mempertimbangkan posisi likuiditas dan rencana pengeluaran BLUD
RSUD.

Pasal 54
(1) Defisit anggaran BLUD RSUD merupakan selisih kurang antara
pendapatan dengan belanja BLUD RSUD.
(2) Dalam hal anggaran BLUD RSUD diperkirakan defisit, ditetapkan
pembiayaan untuk menutupi defisit tersebut antara lain dapat bersumber
dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya dan
penerimaan pinjaman.
(3) Defisit anggaran BLUD RSUD dapat diajukan pembiayaannya untuk
menutup defisit pelaksanaan anggaran BLUD RSUD dalam APBD tahun
anggaran berikutnya kepada PPKD melalui Dirut RSUD.

Bagian Kesepuluh
Penyelesaian Kerugian

Pasal 55
Setiap kerugian daerah pada BLUD RSUD yang disebabkan oleh tindakan
melawan hukum atau yang disebabkan oleh kelalaian seseorang diselesaikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang_ undangan mengenai
penyelesaian kerugian negara/daerah.

Bagian Kesebelas
Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan.

Pasal 56
(1) Dirut RSUD bertanggungjawab terhadap kinerja operasional BLUD RSUD
sesuai dengan tolok ukur yang ditetapkan dalam RBA.
(2) BLUD RSUD menyusun pelaporan dan pertanggungiawaban berupa
laporan keuangan.
21

(3) Laporan keuangan BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. laporan realisasi anggaran;
b. laporan perubahan saldo anggaran lebih;
c. neraca;
d. laporan operasional;
e. laporan arus kas;
f. laporan perubahan ekuitas; dan
g. catatan atas laporan keuangan.
(4) Laporan keuangan BLUD RSUD sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
disusun berdasarkan standar akuntansi pemerintahan.
(5) Dalam hal standar akuntansi pemerintahan tidak mengatur jenis usaha
BLUD RSUD, BLUD RSUD mengembangkan dan menerapkan kebijakan
akuntansi.
(6) BLUD mengembangkan dan menerapkan kebijakan akuntansi
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang diatur dengan Peraturan
Walikota.
(7) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai dengan
laporan kinerja yang berisikan informasi pencapaian hasil atau keluaran
BLUD RSUD.
(8) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diaudit oleh
pemeriksa eksternal dan pemeriksa eksternal pemerintah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 57
(1) Dirut RSUD menyusun laporan keuangan semesteran dan tahunan.
(2) Laporan keuangan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) disertai
dengan laporan kinerja paling lama 2 (dua) bulan setelah periode pelaporan
berakhir, setelah dilakukan reviu oleh SKPD yang membidangi pengawasan
di pemerintah daerah.
(3) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diintegrasikan/
dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan pemerintah daerah, untuk
selanjutnya diintegrasikan/dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan
pemerintah daerah.
(4) Hasil reviu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kesatuan dari
laporan keuangan BLUD RSUD.

BAB V
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 58
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Walikota ini, sepanjang
mengenai pelaksanaannya dan tidak bertentangan dengan Peraturan Walikota
ini akan ditetapkan dengan keputusan Dirut RSUD.
22

Pasal 59
Pada saat Peraturan Walikota ini mulai berlaku, Peraturan Walikota Nomor 32
Tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 60
Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Palopo.

Ditetapkan di Palopo
pada tanggal

WALIKOTAPALOPO,

M. JUDAS AMIR

Diundangkan di Palopo
Pada tanggal

SEKRETARIS DAERAH KOTA PALOPO

FIRMANZA DP.

BERITA DAERAH KOTA PALOPO TAHUN NOMOR

Anda mungkin juga menyukai