Anda di halaman 1dari 10

WALIKOTA PALOPO

PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN WALIKOTA PALOPO


NOMOR TAHUN 2018

TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN, PENGAJUAN, PENETAPAN DAN PERUBAHAN


RENCANA BISNIS ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAWERIGADING PALOPO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PALOPO,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13 Peraturan


Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum, sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, dan
ketentuan Pasal 63 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan Layanan Umum
Daerah, maka perlu mengatur pedoman penyusunan,
pengajuan, penetapan dan perubahan Rencana Bisnis
Anggaran dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Badan
Layanan Umum Daerah pada Rumah Sakit Umum Daerah
Sawerigading Palopo.
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang
Pedoman Penyusunan, Pengajuan, Penetapan dan Perubahan
Rencana Bisnis Anggaran Badan Layanan Umum Daerah
pada Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading Palopo.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pembentukan


Kabupaten Mamasa dan Kota Palopo di Provinsi Sulawesi
Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2002
Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4186);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 5 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 66 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 153 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun
2011 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor
244 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran
Negara Tahun 2012 Nomor 48 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4502) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
(Lembaran Negara Tahun 2012 Nomor 171 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5340);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 150 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 165 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4614);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 127 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4890);

2
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana
telah diubah kedua kalinya dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310;
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018
tentang Badan Layanan Umum Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1213 ;
16. Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor 5 Tahun 2015 tentang
Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum
Daerah Sawerigading Kota Palopo;
17. Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah Kota Palopo;
18. Peraturan Walikota Palopo Nomor 47 Tahun 2018 tentang
Pedoman Penyusunan, Pengajuan, Penetapandan Perubahan
Rencana Bisnis dan Anggaran Badan Layanan Umum Daerah
pada Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading Palopo.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN,


PENGAJUAN, PENETAPAN DAN PERUBAHAN RENCANA BISNIS
ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH SAWERIGADING PALOPO.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kota Palopo;
2. Pemerintah Daerah adalah Walikota sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah dalam menyelenggarakan daerah otonom;
3. Walikota adalah Walikota Palopo;
4. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang selanjutnya disingkat
BPKAD adalah Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Palopo;
5. Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat PD adalah perangkat daerah
pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang. (Lihat
definisi di perda no. 8 tahun 2016)
6. Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya disingkat RSUD adalah
Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading Kota Palopo.
7. Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading Kota
Palopo yang selanjutnya disingkat BLUD RSUD adalah PD di Lingkup
Pemerintah Kota Palopo yang dibentuk untuk menerapkan sistem dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat yang mempunyai fleksibilitas
dalam pola pengelolaan keuangan sebagai pengecualian dari ketentuan
pengelolaan keuangan daerah pada umumnya;

3
8. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah Kota Palopo yang selanjutnya disingkat
PPKD adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah yang mempunyai
tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan betindak sebagai bendahara
umum daerah;
9. Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya disebut Dirut
RSUD adalah Pimpinan Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading Kota
Palopo;
10. Pejabat pengelola BLUD RSUD adalah Pegawai Negeri Sipil dan/atau Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
pemberian layanan umum terutama pada aspek manfaat yang dihasilkan,
yang terdiri atas pemimpin, pejabat keuangan dan pejabat teknis yang
sebutannya disesuaikan dengan nomenklatur yang berlaku pada BLUD RSUD;
11. Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat TAPD adalah tim
yang dibentuk dengan keputusan kepala daerah dan dipimpin oleh sekretaris
daerah yang mempunyai tugas menyiapkan serta melaksanakan kebijakan
kepala daerah dalam rangka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri dari
pejabat perencana daerah, PPKD dan pejabat lainnya sesuai dengan
kebutuhan.
12. Pendapatan adalah semua penerimaan dalam bentuk kas dan tagihan BLUD
RSUD yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode anggaran
bersangkutan yang tidak perlu dibayar kembali;
13. Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas yang mengurangi ekuitas
dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh BLUD RSUD.
14. Pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya.
15. Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis yang
dapat meningkatkan kemampuan BLUD RSUD dalam rangka pelayanan
kepada masyarakat.
16. Sisa lebih perhitungan anggaran BLUD merupakan selisi lebih antara realisasi
penerimaan dan pengeluaran BLUD RSUD selama 1 (satu) tahun anggaran.
17. Rencana Strategis yang selanjutnya disebut Renstra adalah dokumen
perencanaan BLUD RSUD untuk periode 5 (lima) tahunan.
18. Rencana Bisnis dan Anggaran BLUD RSUD yang selanjutnya disebut RBA
adalah dokumen rencana anggaran tahunan BLUD RSUD, yang disusun dan
disajikan sebagai bahan penyusunan rencana kerja dan anggaran PD.
19. Rencana Kerja dan Anggaran PD yang selanjutnya disingkat RKA PD adalah
dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan,
rencana belanja program dan kegiatan PD serta rencana pembiayaan sebagai
dasar penyusunan APBD;
20. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD
adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan;
21. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disingkat APBN
adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan;
22. Dokumen Pelaksanaan Anggaran BLUD RSUD yang selanjutnya disingkat DPA
adalah dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan pembiayaan yang
digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh BLUD RSUD.

4
BAB II
RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN
Bagian Kesatu
Penyusunan
Pasal 2
(1) BLUD RSUD menyusun RBA mengacu Renstra.
(2) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memuat :
a. ringkasan pendapatan, belanja dan pembiayaan;
b. rincian anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan;
c. perkiraan harga;
d. besaran persentase ambang batas; dan
e. perkiraan maju atau forward estimate.
(3) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menganut pola anggaran fleksibel
(flexible budget) dengan suatu persentase ambang batas tertentu, disertai
dengan standar pelayanan minimal.

5
(4) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan anggaran
berbasis kinerja dan standar satuan harga dengan mempertimbangkan
kebutuhan belanja dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan
diperoleh dari layanan yang diberikan kepada masyarakat, hibah, hasil kerja
sama dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya, APBD, APBN dan
sumber pendapatan BLUD lainnya.
(5) Standar satuan harga sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan
harga satuan setiap unit barang/jasa yang berlaku disuatu daerah
berdasarkan standar satuan harga BLUD RSUD yang ditetapkan oleh
Walikota.
(6) Dalam hal BLUD RSUD belum menyusun standar satuan harga sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), BLUD RSUD menggunakan standar satuan harga
umum Pemerintah Daerah yang ditetapkan oleh Walikota.
(7) Besaran persentase ambang batas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d berupa catatan atau keterangan yang memberikan informasi besaran
persentase ambang batas yang dituangkan dalam RBA.
(8) Ketentuan format RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Walikota ini.

Pasal 3
(1) Pendapatan BLUD RSUD yang bersumber dari jasa layanan, hibah, hasil
kerja sama dengan pihak lain dan lain-lain pendapatan BLUD RSUD yang
sah diintegrasikan/dikonsolidasikan ke dalam RKA PD pada akun
pendapatan daerah pada kode rekening kelompok pendapatan asli daerah
pada jenis lain pendapatan asli daerah yang sah dengan obyek pendapatan
dari BLUD RSUD.
(2) Belanja BLUD RSUD yang terdiri atas belanja operasi dan belanja modal yang
sumber dananya berasal dari pendapatan BLUD RSUD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan sisa lebih perhitungan anggaran/surplus BLUD
RSUD, diintegrasikan/dikonsolidasikan ke dalam RKA PD pada akun belanja
daerah yang selanjutnya dirinci dalam 1 (satu) program, 1 (satu) kegiatan, 1
(satu) output dan jenis belanja.
(3) Rincian objek/uraian belanja BLUD RSUD sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dituangkan dalam RBA yang tercantum pada Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.
(4) Pembiayaan BLUD RSUD yang terdiri atas penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaan diintegrasikan/dikonsolidasikan ke dalam RKA PD
selanjutnya diintegrasikan/dikonsolidasikan pada akun pembiayaan pada
Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah.

Bagian Kedua
Pengajuan
Pasal 4
(1) Dirut RSUD menyampaikan RBA dan RKA PD kepada PPKD sebagai bahan
penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD.
(2) Penyampaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya PPKD
menyampaikan kepada TAPD untuk dilakukan penelaahan.

6
(3) RBA dan RKA PD yang telah dilakukan penelaahan oleh TAPD sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2), disampaikan kepada PPKD untuk dicantumkan
dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD.

Bagian Ketiga
Penetapan
Pasal 5
(1) TAPD sesuai dengan kewenangannya melakukan kajian atau telaah terhadap
RBA dan RKA PD sebagai bagian dari mekanisme pengajuan dan penetapan
APBD.
(2) Telaah RBA dan RKA PD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup
standar satuan harga, kinerja keuangan BLUD RSUD serta besaran
persentase ambang batas.
(3) RBA dan RKA PD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) disajikan
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Rancangan Peraturan Daerah
tentang APBD.
(4) Penetapan besaran persentase ambang batas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (7) ditentukan dengan memperhitungkan fluktuasi kegiatan
operasional BLUD RSUD, meliputi :
a. kecenderungan/tren selisih anggaran pendapatan BLUD RSUD selain
APBD tahun berjalan dengan realisasi 2 (dua) tahun anggaran
sebelumnya; dan
b. kecenderungan/tren selisih pendapatan BLUD selain APBD dengan
prognosis tahun anggaran berjalan.
(5) Pengkajian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam rapat
pembahasan bersama TAPD dengan Pejabat yang berwenang pada RSUD.
(6) TAPD menyampaikan kembali hasil kajian atas RBA dan RKA PD kepada
PPKD untuk dicantumkan dalam rancangan peraturan daerah tentang APBD.
(7) Tahapan dan jadwal proses penyusunan dan penetapan RBA mengikuti
tahapan dan penetapan APBD.
(8) Setelah Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (3) ditetapkan menjadi Peraturan Daerah, Dirut RSUD
melakukan penyesuaian terhadap RBA untuk ditetapkan menjadi RBA
definitif.

BAB III
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN
Bagian Kesatu
Penyusunan dan Pengesahan
Pasal 6
(1) RBA definitif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (8) digunakan
sebagai acuan dalam menyusun DPA.
(2) DPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat seluruh pendapatan dan
belanja dan pembiayaan, serta rencana penarikan dana yang bersumber dari
APBD.
(3) PPKD mengesahkan DPA sesuai dengan kewenangannya sebagai dasar
pelaksanaan anggaran.
(4) Pengesahan DPA berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
7
(5) DPA yang telah disahkan dan RBA definitif menjadi lampiran perjanjian
kinerja oleh Walikota dan Dirut RSUD.
(6) Perjanjian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (5) antara lain memuat
kesanggupan untuk meningkatkan :
a. kinerja pelayanan bagi masyarakat;
b. kinerja keuangan; dan
c. manfaat bagi masyarakat.
(7) Format perjanjian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Walikota ini.

Bagian Kedua
Penarikan dan Penggunaan Dana
Pasal 7
(1) DPA yang telah disahkan oleh PPKD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (3) menjadi dasar penarikan dana yang bersumber dari APBD.
(2) Penarikan dana yang bersumber dari APBD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Dirut RSUD selaku pengguna anggaran mengajukan Surat Perintah
Membayar kepada PPKD sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.

Pasal 8
(1) Pendapatan yang diperoleh dari jasa layanan, hibah tidak terikat, hasil
kerjasama dengan pihak lain, dan lain-lain pendapatan BLUD yang sah,
dikelola langsung untuk membiayai pengeluaran RSUD sesuai dengan DPA.
(2) Hibah yang terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain harus
diperlakukan sesuai dengan peruntukannya.

Pasal 9
(1) Dalam pelaksanaan anggaran dan pertanggung jawaban penggunaan dana
yang bersumber dari pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (1), Dirut RSUD membuat Surat Permintaan Pengesahan Pendapatan,
Belanja dan Pembiayaan BLUD setiap bulan dan disampaikan kepada PPKD
dengan dilampiri Surat Pernyataan Tanggung Jawab disertai laporan
penerimaan pendapatan BLUD, laporan belanja BLUD dan laporan
pembiayaan BLUD yang ditandatangani oleh Dirut RSUD.
(2) Berdasarkan Surat Permintaan Pengesahan Pendapatan, Belanja dan
Pembiayaan BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPKD melakukan
pengesahan dengan menerbitkan Surat Pengesahan Pendapatan, Belanja dan
Pembiayaan BLUD sebagai dasar realisasi penggunaan dana BLUD RSUD
yang bersumber dari pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(1).
(3) Format laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) tercantum
dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Walikota ini.

Pasal 10
(1) Pengelolaan belanja BLUD RSUD diberikan fleksibilitas dari yang
dianggarkan, dan disesuaikan dengan perubahan/peningkatan pendapatan
dengan mempertimbangkan volume kegiatan pelayanan.

8
(2) Fleksibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan belanja yang
disesuaikan dengan perubahan pendapatan dalam ambang batas RBA dan
DPA yang telah ditetapkan secara definitif.
(3) Fleksibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilaksanakan
terhadap belanja BLUD RSUD yang bersumber dari pendapatan BLUD RSUD
selain dari APBN/APBD dan hibah terikat.
(4) Ambang batas merupakan besaran persentase realisasi belanja yang
diperkenankan melampaui anggaran belanja dalam RBA dan DPA yang
bersumber dari pendapatan jasa layanan, hibah tidak terikat, hasil
kerjasama dengan pihak lain, dan lain-lain pendapatan BLUD yang sah.
(5) Apabila rencana biaya yang bersumber dari pendapatan jasa layanan, hibah
tidak terikat, hasil kerjasama, dan lain-lain pendapatan BLUD RSUD yang
sah melebihi pagu anggaran dan realisasi biaya BLUD RSUD masih dibawah
pagu anggaran ditambah dengan besaran nilai dari persentase ambang batas,
maka BLUD RSUD dapat melaksanakan belanja dengan melaporkan kepada
PPKD.
(6) Dalam hal belanja BLUD melampaui ambang batas sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), terlebih dahulu mendapat persetujuan Walikota
(7) Dalam hal terjadi kekurangan anggaran, BLUD mengajukan permohonan
tambahan anggaran dari APBD kepada PPKD.
(8) Dalam hal BLUD RSUD ditunjuk sebagai pelaksana anggaran dekonsentrasi
dan/atau tugas pembantuan, proses pengelolaan keuangannya
diselenggarakan secara terpisah berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam
pelaksanaan APBN.

BAB IV
PERUBAHAN
Pasal 11
(1) Perubahan RBA definitif dan DPA dilakukan apabila :
a. terdapat penambahan atau pengurangan pagu anggaran yang berasal
dari APBD; dan/atau
b. belanja BLUD melampaui ambang batas fleksibilitas.
c. terdapat pinjaman atau utang pekerjaan pengadaan barang dan/atau
jasa pada tahun anggaran sebelumnya yang belum terselesaikan dan
akan diselesaikan pada tahun anggaran berjalan.
(2) Perubahan rincian objek/uraian belanja pada RBA defenitif dapat dilakukan
apabila terjadi :
a. perkembangan yang tidak sesuai yang menyebabkan harus dilakukan
pergeseran anggaran belanja pada rincian objek/uraian belanja operasi
dan/atau belanja modal;
b. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih pada tahun anggaran
sebelumnya untuk digunakan dalam tahun anggaran berjalan;
c. Kewajiban membayar utang pekerjaan pengadaan barang dan/atau jasa
yang telah jatuh tempo.
d. keadaan darurat; dan/atau
e. keadaan luar biasa.
(3) Perubahan rincian objek/uraian belanja pada RBA defenitif dapat dilakukan
sepanjang tidak mengubah pagu anggaran pada jenis belanja dalam DPA
yang sudah ditetapkan;

9
(4) Pejabat keuangan mengusulkan perubahan rincian objek/uraian belanja
pada RBA defenitif kepada Dirut RSUD;
(5) Pergeseran anggaran pada rincian objek/uraian belanja pada RBA dilakukan
atas persetujuan Dirut RSUD, untuk selanjutnya disampaikan kepada PPKD;
(6) Perubahan RBA definitif dan DPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) yang telah disusun oleh BLUD RSUD disampaikan kepada PPKD
untuk dianggarkan dalam perubahan APBD;
(7) Jenis belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri dari belanja
pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal yang terdapat dalam
DPA.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 12
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Walikota ini, sepanjang
mengenai pelaksanaannya dan tidak bertentangan dengan Peraturan Walikota ini
akan diatur lebih lanjut oleh Dirut RSUD.

Pasal 13
Pada saat Peraturan Walikota ini mulai berlaku, Peraturan Walikota Nomor 21
Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan, Pengajuan, Penetapan dan Perubahan
RBA dan DPA BLUD pada RSUD Sawerigading Palopo, dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Pasal 14
Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota
ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Palopo.

Ditetapkan di Palopo
pada tanggal

WALIKOTA PALOPO,

M. JUDAS AMIR
Diundangkan di Palopo
pada tanggal

SEKRETARIS DAERAH KOTA PALOPO,

JAMALUDDIN

BERITA DAERAH KOTA PALOPO TAHUN 2018 NOMOR ......

10

Anda mungkin juga menyukai