Anda di halaman 1dari 4

Selasa, 31 Januari 2006 07:38:02

ESWL: Menghancurkan Batu Ginjal dari Luar Tubuh (1)

Oleh Sandro Mihradi

Saat ini di Indonesia masih banyak yang belum mengenal Extracorporeal Shock
Wave Lithotripsy (ESWL), sebagai salah satu terapi penyembuhan penyakit batu
ginjal. ESWL sebenarnya sudah bukan merupakan barang asing dalam dunia
kedokteran khususnya bagi para urologis. Sejak diperkenalkan penggunaannya di
awal tahun 1980-an, ESWL semakin populer dan menjadi pilihan pertama dalam
kasus umum penanganan penyakit batu ginjal.

Beberapa keuntungan dari ESWL diantaranya adalah dapat menghindari operasi terbuka, lebih
aman, efektif, dan biaya lebih murah, terutama untuk prosedur ESWL yang sederhana sehingga
tidak memerlukan perlakuan berkali-kali.

ESWL merupakan terapi non-invasif, karena tidak memerlukan pembedahan atau memasukkan
alat kedalam tubuh pasien. Sesuai dengan namanya, Extracorporeal berarti di luar tubuh,
sedangkan Lithotripsy berarti penghancuran batu, secara harfiah ESWL memiliki arti
penghancuran batu (ginjal) dengan menggunakan gelombang kejut (shock wave) yang
ditransmisi dari luar tubuh.

Dalam terapi ini, ribuan gelombang kejut ditembakkan ke arah batu ginjal sampai hancur dengan
ukuran serpihannya cukup kecil sehingga dapat dikeluarkan secara alamiah dengan urinasi.
Ilustrasi sederhana teknik ESWL dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Penampang interior ginjal A) Sebelum penembakan, B) Gelombang kejut yang


difokuskan pada batu ginjal, C) Tembakan dihentikan hingga serpihan batu cukup kecil
untuk dapat dibuang secara natural bersama air seni
Treatment ESWL, pasien dibaringkan di atas tempat tidur khusus dimana generator shock wave
telah terpasang di bagian bawahnya. Sebelum proses penembakan dimulai, dilakukan
pendeteksian lokasi batu ginjal menggunakan imaging probe (dengan ultrasound atau
fluoroscopy), agar shock wave yang ditembakan tepat mengenai sasaran.

Pada lithotripter keluaran terbaru, umumnya telah dipasang anti-miss-shot device yang
memonitor lokasi batu ginjal secara kontinyu dan tepat waktu, sehingga alat ini memiliki tingkat
keakurasian tembakan sangat tinggi dan pada saat bersamaan dapat meminimalkan terjadinya
luka pada ginjal akibat salah tembak.

Sejarah lithotripter

Ide penggunakan shock wave untuk menghancurkan batu ginjal ternyata memiliki sejarah yang
cukup panjang. Jerman tercatat sebagai negara yang mempelopori pengembangan ESWL. Pada
awalnya riset yang digulirkan hanya ingin mempelajari interaksi antara shock wave dengan
biological tissue pada hewan.

Riset ini dilakukan antara tahun 1968 sampai 1971 di Jerman, dilatarbelakangi oleh adanya
insiden salah seorang pegawai perusahaan Dornier (saat ini perusahaan ini dikenal sebagai
perusahaan pembuat mesin lithotripter) secara tidak sengaja tersengat shock wave pada saat
eksperimen.

Salah satu hasil dari riset ini adalah ditemukan bahwa shock wave mengakibatkan efek samping
yang rendah pada otot, lemak, dan jaringan sel tubuh, dan bone tissue (jaringan tulang) tidak
mengalami kerusakan saat dilalui oleh shock wave.

Hasil penelitian ini kemudian membawa lahirnya ide penggunaan shock wave untuk
menghancurkan batu ginjal dari luar tubuh. Pada tahun 1971, Haeusler dan Kiefer telah memulai
eksperimen in-vitro (dilakukan di luar tubuh) penghancuran batu ginjal dengan shock wave.
Kemudian pada tahun 1974 pemerintah Jerman secara resmi memulai proyek penelitian dan
aplikasi ESWL.

Selanjutnya pada awal tahun 1980 pasien pertama batu ginjal diterapi dengan ESWL di kota
Munich menggunakan mesin Dornier Lithotripter HM1. Sejak saat itu eksperimen lanjutan
dilakukan secara intensif dengan in-vivo (dilakukan di dalam tubuh) maupun in-vitro. Akhirnya
mulai tahun 1983, ESWL secara resmi diterapkan di rumah sakit di Jerman.

Bagaimana lithotripter bekerja?

Merupakan suatu hal yang menarik untuk mengetahui cara lithotripter bekerja, yaitu bagaimana
shock wave dihasilkan, kemudian merambat masuk ke dalam tubuh dan menghancurkan
sasarannya, tanpa merusak media yang dilewatinya.

Saat ini ada 3 jenis pembangkit shock wave yang digunakan dalam ESWL: electrohydraulic,
piezoelectric, dan electromagnetic generator. Masing-masing memiliki cara kerja yang berbeda,
namun ketiganya menggunakan air sebagai medium untuk merambatkan shock wave yang
dihasilkan.

Electrohydraulic generator menggunakan spark gap untuk membuat "ledakan" di dalam air.
Ledakan ini kemudian menghasilkan shock wave. Sedangkan piezoelectric generator,
memanfaatkan piezoelectric efek pada kristal. Sedangkan electromagnetic generator,
menggunakan gaya elektromagnetik untuk mengakselerasi membran metal secara tiba-tiba
dalam air untuk menghasilkan shock wave.
Dari 3 jenis generator di atas, electrohydraulic lithotripter merupakan lithotripter yang paling
banyak digunakan saat ini [1]. Diagram skematik dari lithotripter ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram skematik electrohydraulic lithotripter

Pada awalnya, shock wave yang dihasilkan generator hanya memiliki tekanan yang rendah,
kemudian difokuskan pada satu lokasi dimana batu ginjal berada. Hanya pada titik fokus inilah
shock wave memiliki tekanan yang cukup besar untuk menghancurkan targetnya, sehingga tidak
akan merusak bagian di luar daerah fokus ini.

Dalam proses pengobatan, karena titik fokus lithotripter ini sudah fixed, sebaiknya posisi pasien
digeser sedemikian rupa sehingga batu ginjal tepat berada dalam titik fokus tersebut. Untuk
menghantarkan shock wave dari lithotripter ke tubuh pasien, digunakan air atau gelatin sebagai
media perantaranya, dikarenakan sifat akustik keduanya paling mendekati sifat akustik tubuh
(darah dan jaringan sel tubuh), sehingga pasien tidak akan merasakan sakit pada saat shock
wave masuk ke dalam tubuh.

ESWL di Indonesia

Saat ini penulis belum memiliki data pasti tentang berapa banyak rumah sakit di Indonesia yang
telah melayani prosedur ESWL. Mengingat harga lithotripter yang cukup mahal mungkin hanya
rumah sakit besar saja yang telah memiliki alat ini. Mengenai biaya pengobatan dengan ESWL
sangat tergantung berapa kali tindakan ESWL yang diperlukan sampai pasien benar-benar bebas
dari batu ginjal.

Di Amerika, rata-rata pasien menjalani 1.5 kali tindakan ESWL [2] sampai benar-benar bebas dari
batu ginjal. Namun jika merujuk pada artikel kesehatan di Indosiar pada 14 Januari 2006 lalu
(http://news.indosiar.com/news_read.htm?id=48134) yang menyatakan bahwa untuk sekali
tindakan ESWL diperlukan biaya sekitar 4,5 juta rupiah, maka dapat dikatakan bahwa terapi ini
selain menawarkan keamanan dan kenyamanan, juga menawarkan biaya pengobatan yang
relatif murah.
Daftar bacaan

1. JE Lingeman, in New developments in the management of urolithiasis, Igaku-Shoin, New York,


1996.
2. Andrew Street, Working Paper 29, Center for Health Program Evaluation, 1993.

Sandro Mihradi, mahasiswa program Doktor di Toyohashi University of Technology, Jepang.


Email: sandro.m@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai