Anda di halaman 1dari 23

Nama : Erda Ayutri Puspita (2111270045)

Mata kuliah : Sejarah Dunia

Tugas :

1. Meresume perkuliahan dari pertemuan 1-15

2. Meresume buku "Clash of Civilitazion" karya Samuel P. Huntington".

1. Materi Perkuliahan

Pusat peradaban kuno di Asia

Peradaban lembah sungai Indus (2500 SM)

Sungai Indus secara geografis berbatasan dengan china di sebelah utara (dibatasi gunung Himalaya),
Srilanka di sebelah selatan (dibatasi Samudera Indonesia), Pakistan di sebelah barat, dan Myanmar serta
Bangladesh di sebelah Timur). Pusat peradaban sungai Indus terdapat di kota Mohenjodaro dan
Harappa yang berpenduduk bangsa Dravida. Tata kota dan kehidupan di Mohenjodaro dan Harappa
sudah terencana dengan baik, yaitu:

a. Kota mohenjodaro menjadi ibukota wilayah selatan dan kota Harappa menjadi ibukota wilayah utara.

b. Rumah, gedung, dan pertokoan terbuat dari batu bata lumpur.

c. Jalan raya lurus dan lebar disertai saluran air.

d. Mata pencaharian utama bertani.

e. Melakukan perdagangan dengan bangsa Sumeria. f. Sanitasi dan penggunaan teknologi sudah baik.

g. Raja-raja yang memerintah Raja Candragupta Maurya dan Raja Ashoka

h. Agama yang di anut Hindu dan Budha.

i. Sastra yang terkenal adalah kisah Mahabrata dan Ramayana.

Peradaban lembah sungai Gangga (200-1500 SM)


Pusat peradaban lembah sungai Gangga terletak antara pegunungan Himalaya dan pegunungan Windya-
Kedna. Lembah sungai Gangga sangat subur, air yang mengalir dari pegunungan Himalaya mengalir ke
kota-kota besar seperti Delhi, Agra, Allahabad, Patna, dan Benares. Kehidupan di lembah sungai Indus
sebagai berikut:

a. Campuran budaya bangsa (kebudayaan Hindu).

b. Bermatapencaharian sebagai peternak.

c. Sistem pemerintahan kelanjutan dari pemerintahan lembah sungai Indus.

d. Kerajaan yang berkuasa adalah kerajaan Gupta dan

kerajaan Harsha.

e. Masa kejayaan kerajaan Gupta ketika Raja Samudera Gupta berkuasa dengan ibukota di Ayodhia.

f. Wilayah bangsa Arya disebut arya Varta (Negeri bangsa Arya) atau Hindustan (tanah milik bangsa
Hindu, sedangkan bangsa Dravida mengungsi ke wilayah selatan dikenal dengan kebudayaan Dravida.

g. Pujangga yang terkenal bernama Kalidasa dengan karangan berjudul Syakuntala. h. Abad ke-7 M
muncul kerajaan Harsha dengan ibukota di kota Hanay.

i. Pujangga yang terkenal bernama Bana dengan karya berjudul Harshacarita.

j. Raja Harshawardana memeluk agama Budha. k. Menyembah banyak dewa (Politeisme).

Peradaban lembah sungai Kuning (cina kuno)

Peradaban Cina kuno bermuara di sungai kuning (Hwang Ho/Huang He), dari utara Cina sungai panjang
membawa lumpur kuning dan membentuk dataran rendah. Sedangkan di selatan mengalir sungai Yang
Tse Kiang.

Kehidupan peradaban lembah sungai Kuning:

a. Mata pencaharian bercocok tanam

b. Irigasi sudah tertata dengan baik

c. Pemakaian pupuk sudah dikenal

d. Hasil pertaniannya berupa gandum, padi, teh, jagung, dan kedelai


e. Yunan sebagai penghasil tambang (batu bara, besi, timah, wolfram, emas, dan tembaga)

f. Pembuatan perhiasan dan perabot rumah tanggasudah berkembang g. Abad ke-20 sudah
dikembangkan bahasa persatuan yaitu Kuo Yu

Peradaban lembah sungai Eufrat dan Tigris (Mesopotamia)

Peradaban Mesopotamia berkembang di antara sungai Tigris dan sungai Eufrat. Mesopotamia dikuasai
oleh beberapa Kerajaan, yaitu:

• Kerajaan Sumeria (3500 SM)

a. Berasal dari Teluk Persia

b. Menganut kepercayaan Politeisme

c. Hubungan Harappa dagang dengan Mohenjodaro dan

d. Bentuk tulisan huruf paku

e. Bangunan dengan batu bata

f. Pengetahuan 1 tahun = 12 bulan = 350 hari, 1 hari = 24 jam, 1 jam = 60 menit, 1 menit = 60 detik,
lingkaran = 3600

g. Kesusastraan berupa kepahlawanan yaitu Gilgamesh

• Kerajaan Akkad (2300 SM)

a. Rumpun bangsa Semit

b. Raja Akkad yang menaklukkan Sumeria bernama Sargon c. Kesusastraan cerita kepahlawanan
berjudul Adopa,Etana, Gilgamesh

d. Kepercayaan Politeisme

• Kerajaan Babilonia Lama (1850 SM)

a. Raja Babilonia I bernama Hamurabi

b. Codex Hamurabi (Hukum pidana dan perdata)


c. Kepercayaan kepada Dewa Marduk sebagai Dewa Marduk

d. Kepercayaan Politeisme

Kerajaan Babilonia Lama (1850 SM)

a. Raja Babilonia I bernama Hamurabi

b. Codex Hamurabi (Hukum pidana dan perdata)

c. Kepercayaan kepada Dewa Marduk sebagai Dewa Marduk

d. Rumpun bangsa Amori

e. Berkuasa dari wilayah Teluk Persia sampai Turki dan dari pegunungan Zagros di Timur sampai sungai
Khabur di Siria

Kerajaan Assyria (750 SM)

a. Kerajaan didirikan di tepi sungai Tigris beribu kota Niniveh

b. Raja-raja Assyria: Raja Sargon, Raja Sennacherib, dan

Raja Assurbanipal Kerajaan Babilonia Baru/Chaldea (612 SM)

a. Didirikan oleh Nebopalasar, kejayaan pada masa nebukadnezar

b. Mengenal ilmu perbintangan, gerhana matahari, dan bulan

c. Mempunyai taman gantung dan istana bertingkat d. Kerajaan berakhir 539 SM

• Kerajaan Persia (525 SM)

a. Raja-rajanya bernama Cyrus, Cambysses, dan Darius b. Masa kejayaan pada masa Raja Darius rusat
peradaban kuno di Afrika

Peradaban lembah sungai Nil (3500-343 SM)


Batas-batas lembah sungai Nil:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Tengah

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Sudan

c. Sebelah timur berbatasan dengan Laut Merah d. Sebelah barat berbatasan dengan Libya

Kebudayaan

Sungai Nil merupakan sungai terpanjang di dunia. Terletak di Mesir, antara Laut Tengah dan Laut Merah
terdapat Terusan Suez yang menghubungkan Pelayarna Eropa dan Asia. Kebudayaan di Mesir
berkembang sejak 3000 SM. Hasil kebudayaan Mesir kuno berupa:

a. Tulisan Hieroglyph

b. Aksara gambar (pictograph)

c. Piramida

d. Ilmu hitung

e. Sphinx

f. Obelisk

g. Mummi

Ilmu pengetahuan

a. Astronomi: siklus bintang Sirius dan Sothis untuk mengetahui pasang naik air sungai Nil

b. Penanggalan (kalender): 1 tahun 12 bulan, 1 bulan 30 hari, 1 tahun 365 hari

c. Kedokteran: obat-obatan, pijat refleksi, dan secara gaib

d. Seni bangunan: Kuil, kuburan para raja, dan piramida Kepercayaan

a. Politeisme: Dewa Amon-Ra (Dewa Bulan-Matahari), Dewa Osiris (Dewa pengadilan akhirat). Dewa
thot (Dewa pengetahuan), Dewa Anubis (Dewa kematian), Dewa Apis (Berwujud sapi), dan Dewa Isis
(DewaSungai)
b. Burung elang sebagai penghubung antara Dewa dan manusia

c. Mayat di awetkan menjadi mummi agar roh orang yang meninggal tetap hidup

d. Kehidupan alam baqa sama dengan di dunia

a. Dipimpin seorang Firaun.

b. Firaun berperan sebagai kepala agama dan panglima angkatan perang

c. Sistem pemerintahan feodal

d. Raja firaun pertama bernama Menes

e. Raja Menes mempersatukan Mesir Hulu dan Mesir Hilir (gelar Nesutbiti)

f. Sistem pajak 1/5 bagian hasil panen sebagai pajak

g. Raja-raja yang terkenal Raja Cheops/Cufu, Chefren,

Peradaban kuno Eropa dan Amerika

Peradaban Yunani

Yunani merupakan pusat peradaban tertua di Eropa. Letaknya di sekitar Laut Tengah yang mendukung
kegiatan pelayaran, dengan batas-batas wilayah:

1. Utara: Albania, Yugoslavia, Bulgaria, dan Turki

2. Selatan: Timur Tengah

3. Timur: Laut Aegea

4. Barat: Laut lonia

Penduduk Yunani berasal dari percampuran penduduk pendatang dari Laut Kaspia dan penduduk
setempat yang bermatapencaharian sebagai petani. PendudukPenduduk Yunani berasal dari
percampuran penduduk pendatang dari Laut Kaspia dan penduduk setempat yang bermatapencaharian
sebagai petani. Penduduk pendatang berasal dari rumpun bangsa Indo-Jerman yang dikenal dengan
bangsa Helas dari suku bangsa Doria, Achaea, Arolia, dan lonina.

Bentang alam Yunani berbukit-bukit sehingga system pemerintahan terdiri dari kelompok-kelompok
kota yang disebut Polis. Ada tiga polis di Yunani, yaitu:
a. Polis Athena (450-404 SM)

Athena menganut system pemerintahan demokrasi, sehingga penduduknya bisa bebas berpikir dan
berkarya. Di Athena lahir para filsuf yang terkenal yaitu Socrates, Plato, Aristoteles, dan Herodotus.

b. Polis Sparta (404 SM)

Sparta menganut system pemerintahan militeristik. Setiap anak lelaki di Sparta sudah dibiasakan dengan
hidup yang keras dan dikenakan wajib militer sampai usia 60 tahun. Sistem demokrasi di Sparta tidak
dapat berkembang begitu pun dengan ilmu pengetahuan tidak dapat berkembang di Sparta.

Susunan pemerintahan polis Sparta:

1. Raja (kepala pemerintahan)

2. Dewan rakyat (eklesia)

3. Dewan hakim tinggi (ephoria)

4. Dewan orang-orang tua (geurosia)

c. Polis Thebe (371 SM)

Polis Thebe dan polis Sparta selalu berperang, hal ini menyebabkan Yunani menjadi lemah. Pada tahun
338- 336 SM Yunani di kuasai oleh Raja Filipus dari Macedonia. Setelah Raja Filipus kekuasaan digantikan
oleh anaknya yang bernama Iskandar Zulkarnain atau Iskandar Agung. Dimasa pemerintahannya
Iskandar Agung berhasil menguasai beberapa wilayah, yaitu:

1. Persia di taklukkan pada tahun 334 SM

2. Pelabuhan Tirus dan Sidon di Libanon dikepung

3. Menguasai wilayah Tigris

Kebudayaan Yunani kuno

Pada abad ke-8 SM dikenal karya sastra tentang kepahlawanan yaitu Illias dan Odysseia karya dari
Homeros. Buku Illias bercerita tentang perang antara Yunani dan Troya sedangkan buku Odysseia
berceritaFilsuf Yunani kuno
Perkembangan filsafat di Yunani menjadi dasar pemikiran filsafat di Eropa. Hasil karya para filsuf ini
banyak diterjemahkan dan dipelajari hingga sekarang. Beberapa filsuf yang terkenal pada zamannya
yaitu:

1. Thales (620-546 SM), orang pertama yang menyelidiki prinsip-prinsip dasar seperti asal usul materi.
Thales tidak membatasi penelitiannya pada pengetahuan kontemporer.

2. Aristoteles (384-322 SM), la membagi pengetahuan ke dalam beberapa kategori seperti etika, biologi,
matematika, dan fisika. Aristoteles dikenal sebagai ahli biologi dan filsafat.

3. Plato (427-347 SM), mengajarkan ilmu ketatanegaraan dan undang-undang.

4. Socrates (469-399 SM), ajarannya mengenai

penerapan filsafat dalam kehidupan sehari-hari.

Kepercayaan Percaya pada banyak dewa, yaitu:

1. Zeus

2. Hera

3. Minerva

4. Ares

5. Hermes

6. Aphrodite

Peradaban Romawi

Secara geografis Romawi terletak di Semenanjung Apenina (Italia) yang berbatasan dengan:

a. Di Utara berbatasan dengan Semenanjung Apenina dan memisahkan Italia dengan Swiss dan Austria

b. Barat laut memisahkan Italia dan Perancis

c. Di Timur berbatasan dengan Yugoslavia

Perkembangan sejarah Romawi dibagi 3 periode:

1. Tahun 1000-510 SM terjadi percampuran dari berbagai bangsa Indo Jerman, Funisia, dan Yunani yang
melahirkan bangsa Romawi.
2. Tahun 510-31 SM. system pemerintahan berbentuk Republik dengan dua orang Konsul yang dipilih
oleh rakyat dengan susunan dewan berupa Senat, Dewan Perwakilan Rakyat (4 orang golongan rakyat
biasa mempunyai hak veto).

Kebudayaan Romawi Kuno

a. Dikenal dewa-dewa: Jupiter, Venus, dan Mars

b. Dikenal nama-nama bulan masehi

c. Sistem Hukum dikenal dengan istilah Justinianus Codex

Peradaban kuno mesopotamia

A. Kondisi Geografis Mesopotamia dalam pengertian geografis adalah wilayah yang terletak antara
sungai Tigris dan Eufrat, terbentang dari kaki bukit Taurus-Armenia di utara sampai ke Teluk Persia. Hulu
kedua sungai tersebut berasal dari dataran tinggi yang bergununggunung kecil yang mengalir ke arah
tenggara. Wilayah ini di bagian barat dibatasi oleh padang pasir Syria, dan di bagian timur dibatasi oleh
pegunungan Zagros. Wilayah Mesopotamia secara alami dibagi ke dalam dua bagian, yaitu
Mesopotamia Atas dan Mesopotamia Bawah atau Babilonia (dataran endapan tanah subur yang ada di
selatan Bagdad modern). Pada masa itu Mesopotamia Atas memiliki dua pusat peradaban utama, satu
berada di wilayah Eufrat Atas yang meliputi kota kota-kota tua, seperti Carchemish, Harran, Gozan,
Khabur, dan Mari. Di wilayah ini berdiri kerajaan Hurrian di Mittani (abad 15 SM) dan kerajaan Amorite
di Mari (abad 18 SM).

B. Bangsa-bangsa yang Pernah Berkuasa di Mesopotamia

1. Bangsa Sumeria

Bangsa Sumeria merupakan bangsa yang ada setelah Bangsa Ubaid punah. Bangsa ini bermata pencarian
sebagai petani, yaitu dengan cara melanjutkan pertanian yang dilakukan oleh Bangsa Ubaid. Namun
berbeda halnya dengan pendahulunya, Bangsa Sumeria memperbaharui sistem irigasi dengan membuat
waduk-waduk agar ketika musim kemarau mereka tetap bisa melakukan pengairan ke ladang-ladang
mereka. Secara resmi Bangsa Sumeria adalah bangsa yang pertama kali mendiami Mesopotamia. Mula-
mula daerah tersebut berupa rawa-rawa. Setelah dikeringkan daerah ini menjadi pemukiman yang
dihuni oleh kelompok masyarakat yang teratur. Kota yang tertua dihuni adalah Ur kemudian Sumeria.
2. Bangsa Akkadia

Setelah Bangsa Sumeria berhasil ditundukkan, maka Bangsa Akkadia tampil sebagai bangsa yang
berkuasa di Mesopotamia. Mereka bergerak diwilayah sebelah utara. Mula-mula mereka selalu kalah
perang terhadap orang-orang Sumeria. Sargon mengalami kekalahan awal di Babilonia di tangan tentara
sekutu Merodach-baladan, kepala suku Kasdim dari Seal di tepi Teluk Persia, dan raja ambisius dari
Elam. Ini tentu saja merupakan sinyal bagi kebangkitan kembali negara-negara barat, yang dipimpin oleh
orang Samaria. Memasuki tahun 2800 SM, Mesopotamia dikuasai oleh Bangsa Akkadia yang dipimpin
oleh raja Sargon. Sargon I adalah seorang raja besar yang berasal dari Bangsa Semitik.

3. Bangsa Babilonia Lama Setelah Bangsa Akkad atau kekaisaran Akkadia runtuh, bangsa berikutnya yang
berkuasa di Mesopotamia adalah bangsa Amori. Kotanya disebut Kerajaan Babilonia Lama. Kota
Babilonia dibangun oleh Bangsa Amori di bawah pimpinan Sumuabum. Letak kota Babilonia dekat
dengan kota Kish. Bangsa Amori tampil sebagai penguasa baru di Mesopotamia. Raja yang terkenal dari
Kerajaan Babilonia Lama adalah Hammurabi. Raja Hamurabi terkenal dengan hukumnya yaitu Hukum
Hammurabi. Pada masa pemerintahan Hamurabi, Kerajaan Babilonia terbentang dari teluk Persia
sampai seberang wilayah Turki sekarang, dan dari penguasaan Zagros di timur sampai Sungai Khabur di
Syria.

4. Bangsa Assyria

a. Sistem Sosial

Munculnya Bangsa Assyria merupakan kisah baru dalam sejarah Iraq. Jadi bangsa Semit lainnya yang
kekuasaannya mendominasi bagian utara wilayah Mesopotamia adalah Bangsa Assyria. Negara kota
baru yang tumbuh dan disuplai air dari sungai Tigris meliputi Ashur, Assyria. Negara kota baru yang
tumbuh dan disuplai air dari sungai Tigris meliputi Ashur, Arbela, Nimrud (atau Calah), dan Nineveh.
Sejarah Assyria pada dasarnya merupakan kisah raja-raja. Melalui pertumpahan darah, mereka
menaklukkan negara demi negara, dan akhirnya mereka berhasil mendirikan Kerajaan Assyria yang kuat.
Lantaran kekejaman mereka dalam medan peperangan, membuat mereka sering dijuluki sebagai
momok atau hantu. Dalam setiap peperangan, mereka selain menjarah juga membantai kehidupan, dan
dengan cara demikian ini mereka merasakan kepuasan.

PERADABAN MESIR KUNO

A. Sejarah Mesir Kuno Mesir (bahasa Arab: Masr), nama resmi Republik Arab Mesir (bahasa Arab:
Jumbūriyyat Misr al-Arabiyyah, bahasa Arab Mesir, Gomboreyyet Masr elArabeyya) adalah sebuah
negara yang sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika bagian timur laut. Mesir juga digolongkan
negara maju di Afrika. Mesir juga merupakan Negara pertama di dunia yang mengakui Kedaulatan
Indonesia pada 17 Agustus 1945. Dengan luas wilayah sekitar 997.739 km² Mesir mencakup
Semenanjung Sinai (dianggap sebagai bagian dari Asia Barat Daya) sedangkan sebagian besar wilayahnya
terletak di Afrika Utara. Mesir berbatasan dengan Libya di sebelah barat. Sudan di selatan, jalur Gaza
dan Israel di utara-timur. Perbatasannya dengan perairan ialah melalui Laut Tengah di utara dan Laut
Merah di timur.Mayoritas penduduk Mesir menetap di pinggir Sungai Nil (sekitar 40.000 km²). Sebagian
besar daratan merupakan bagian dari gurun Sahara yang jarang dihuni.

B. Kebudayaan Mesir Kuno

Sebagian besar masyarakat Mesir Kuno bekerja sebagai petani. Kediaman mereka terbuat dari tanah liat
yang didesain untuk menjaga udara tetap dingin di siang hari. Setiap rumah memiliki dapur dengan atap
terbuka. Di dapur itu biasanya terdapat batu giling untuk menggiling tepung dan oven kecil untuk
membuat roti. Tembok dicat warna putih dan beberapa juga ditutupi dengan hiasan berupa linen yang
diberi warna. Lantai ditutupi dengan tikar buluh dilengkapi dengan furnitur sederhana untuk duduk dan
tidur. Bangsa Mesir Kuno sangat menghargai penampilan dan kebersihan tubuh. Sebagian besar mandi
di Sungai Nil dan menggunakan sabun yang terbuat dari lemak binatang dan kapur. Laki-laki bercukur
untuk menjaga kebersihan, menggunakan minyak wangi dan salep untuk mengharumkan dan
menyegarkan kulit.

PERADABAN CINA KUNO


A. Sejarah Terbentuknya Peradaban Cina Kuno

Cina merupakan negara besar yang terletak di bagian timur benua Asia di sebelah barat utaranya
berbatasan dengan daerah Siberia dan Mongolia (Gurun gobi). Sebagian besar wilayah cina terdiri dan
pegunungan dan perbukitan. Pegunungan dan sungai di China terletak memanjang dari Barat ke Timur,
sehingga membagi wilayah Cina menjadi tiga wilayah geografis yang berbeda. Di sebelah barat terdapat
dataran tinggi tibet yang lembut sedangkan di utara terdapat wilayah sinkiang-Mongolia.

B. Peradaban Lembah Sungai Kuning/Peradaban Huanghe Cina memiliki sejarah panjang yang berawal
sejak zaman prasejarah, Hasil kebudayaan pada masa prasejarah sangat beragam baik jenis maupun
bentuknya. Masyarakat China di masa tersebut telah tinggal menetap, mulai bercocok tanam, beternak
hewan, membuat perkakas dari batu yang telah dipoles halus, dan mendirikan gubuk beratap gela-gela.
Desa-desa kediaman semacam ini banyak ditemukan pada tepian Sungai Huanghe atau Sungai Kuning di
dataran China Utara, Kebudayaan yang berkembang di Sungai. Peradaban Sungai Kuning adalah
pemukiman bangsa Tionghoa yang muncul di lembah Sungai Kuning. Disebut kuning karena membawa
lumpur berwarna kuning di sepanjang alirannya.

C. Zaman Prasejarah Cina Kuno

Bangsa Cina termasuk bangsa yang berperadaban dan berkebudayaan sangat tua. Dalam sejarahnya
yang telah berlangsung berabad-abad, mereka telah menunjukkan bukti-bukti yang membanggakan
seiring dengan ditemukannya berbagai karya besar di berbagai bidang baik seni, sastra, filsafat maupun
bangunan (arsitektur).

PERADABAN INDIA KUNO

A. Asal-usul nama india India berasal dari kata Yunani yaitu Indoi yang berarti bangsa yang mendiami
daerah yang digenangi sungai Indus/Sindhu dalam bahasa Sansekerta yang saat ini berada di daerah
Pakistan. Orang India sering menggunakan nama Hindustan atau Sind yang berasal dari bahasa daerah
yang berarti Lembah Sungai Sindhu. Banyak pula yang menggunakan sebutan Baharataverta yang berarti
menyebutkan menempati India dari keluarga Bharata.Nama Aryaverta dipergunakan untuk menyebut
India (negeri orangorang Arya). Peradaban India Kuno, dibagi menjadi 2, yaitu peradaban lembah sungai
Indus dan lembah sungai Gangga.
B. Peradaban lembah sungai indus (shindu)

Peradaban Lembah Sungai Indus berada sepanjang Sungai Indus di Pakistan sekarang ini.Peradaban
Lembah Sungai Indus 2800 SM sampai 1800 SM,merupakan sebuah peradaban kuno yang hidup
sepanjang Sungai Indus dan Sungai Ghaggar-Hakra yang sekarang Pakistan dan India Barat.Peradaban ini
sering juga disebut sebagai peradaban Harappa Lembah Indus,karena kota penggalian pertamanya
disebut Harappa,atau juga peradaban Indus Sarasvati,karena Sungai Sarasvati yang mungkin kering pada
akhir 1900 SM. Pemusatan terbesar dari Lembah Indus berada di timur Indus,dekat wilayah yang
dulunya merupakan sungai Sarasvati kuno yang pernah mengalir.

REVOLUSI INDUSTRI

A. Pengertian Revolusi Industri Revolusi Industri adalah perubahan besar-besaran dalam sistem sosial
dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan berhubungan dengan perkenalan mesin uap dan
ditenagai oleh mesin. Perubahan ini memengaruhi banyak aspek kehidupan manusia dan
memungkinkan terjadinya peralihan dari produksi tangan ke mesin.

Berikut adalah beberapa pengertian dan sejarah Revolusi Industri dari beberapa sumber:

1) Revolusi Industri adalah keadaan di mana banyak aspek kehidupan berhasil dipengaruhi oleh
perubahan global. Proses produksi barang atau jasa mengalami perubahan besar-besaran

2) Revolusi Industri adalah perubahan besar, secara cepat, dan juga radikal yang memengaruhi
kehidupan corak manusia.

3) Revolusi Industri, singkatnya, adalah sebuah proses perubahan ekonomi dari yang berlandaskan
kerajinan dan agraris menjadi ekonomi yang berlandaskan industri.
4) Revolusi Industri adalah perubahan sistem sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat
serta berhubungan dengan perkenalan mesin uap dan ditenagai oleh mesin (terutama dalam produksi
tekstil)

5) Revolusi Industri adalah keadaan saat banyak aspek kehidupan terpengaruh oleh perubahan global
tersebut.

B. Latar Belakang Terjadinya Revolusi Industri Pada abad pertengahan, kehidupan di Eropa diwarnai oleh
sistem feodalisme yang mengandalkan sektor pertanian, lazim disebut Latifundia (pertanian tertutup)
Hubungan perdagangan antara Eropa dengan dunia Timur (Timur Tengah dan Asia lainnya) tertutup
setelah perdagangan di Laut Tengah dikuasai oleh para pedagang Islam abad ke-8 sampai abad ke-14.
Dengan meletusnya perang salib (1096-1291) hubungan Eropa dengan dunia Timur hidup kembali.
Muncul kota-kota dagang antara lain Geonoa, Florence dan Venesia yang semula menjadi pusat
pemberangkatan pasukan salib ke Yerusalem. Lahirnya kembali kota-kota dagang diikuti oleh munculnya
kegiatan industri rumahan (home industry). Dari kegaitan ini terbentuklah Gilda yaitu perkumpulan dari
pengusaha sejenis yang mendapat monopoli dan perlindungan usaha dari pemerintah. Gilda hanya
memproduksi jika ada pesanan dan hanya satu jenis barang yang diproduksi misalnya gilda roti, gilda
sepatu, gilda senjata dan lain-lain.

Revolusi Prancis

A. Latar Belakang Terjadinya Revolusi Prancis

Paham rasionalisme dan aufklarung berkembang di Eropa sekitar abad ke- 18 setelah adanya gerakan
renaisans dan humanisme yang menentang kekuasaan kaum gereja. Paham rasionalisme dan aufklarung
(pencerahan) merupakan paham yang menganggap bahwa pikiran merupakan sumber segala kebenaran
sehingga segala sesuatu yang tidak masuk akal dianggap tidak benar. Tokoh-tokohnya adalah Denis
Diderot dan J. D’ Alembert yang membuat buku Encyclopedia, Montesquieu yang mengajarkan tentang
trias politika, sertaVoltaire yang banyak menulis tentang kebebasan dan kemerdekaan.
B. Berlangsungnya revolusi perancis Untuk mengatasi krisis ekonomi, raja memanggil Dewan Perwakilan
Rakyat (Etats Generaux).Dewan ini ternyata tidak mampu mengatasi masalah sebab dalam sidang justru
terjadi pertentangan mengenai hak suara. Golongan I dan II menghendaki tiap golongan memiliki satu
hak suara,sementara golongan III menghendaki setiap wakil memiliki hak satu suara. Jika dilihat dari
proporsi jumlah anggota Etats Generaux yang terdiri atas golongan I, 300 orang, golongan II 300 orang,
dan golongan III 600 orang, dapat disimpulkan bahwa golongan I dan II menghendaki agar golongan III
kalah suara sehingga rakyat tidak mungkin menang. Jika kehendak golongan III yang dimenangkan,
golongan I dan II terancam sebab di antara anggota mereka sendiri ada orang-orang yang bersimpati
pada rakyat. Pada tanggal 17 Juni 1789, anggota Etats Generaux dari golongan III mengadakan sidang
sendiri, didukung oleh sebagian kecil anggota dari golongan I dan II.

PERANG DUNIA I

Perang Dunia I Perang dunia pertama (The First World War) merupakan perang besar yang terjadi
wilayah Eropa namun dampaknya terasa di seluruh dunia. Perang ini menjadi salah satu ajang perebutan
kekuasaan antara wilayah satu dengan yang lainnya serta sebagai saluran penyebaran ideologi antara
negara yang menganut aliran ideologi Liberal dan negara yang menganut aliran ideologi Komunis.
Dimulainya Perang Dunia I ditandai dengan terbunuhnya putra mahkota Austria, Archduke Ferdinand,
oleh nasionalis Serbia di Sarajevo tanggal 28 Juni 1914.

Dalam buku Arifian (2020) dijelaskan beberapa proses pemicu yang menyebabkan meletusnya perang
dunia I yaitu diantaranya sebagai berikut: a. Kebijakan ekspansionis internasional yang baru dikeluarkan
oleh Kaisar Wilhelm II dari Jerman tahun 1890.

b. Terdapat perubahan kekuatan penyeimbang (power balance) antara negara dengan kekuatan
ekonomi terbesar: Inggris dan Jerman. Hal ini dikarenakan kemunculan Jerman yang dianggap Inggris
dapat mengganggu balance of power (keseimbangan kekuatan) antar negaranegara di Eropa, yang
disebabkan oleh bangkitnya armada laut jerman dengan percepatan industri produksi kapal-kapal
tempur guna menyaingi Inggris. c. Konflik antara negara imperialis-kolonialis di Afrika dan Asia. d.
Persaingan teritorial antara Perancis dan Jerman yang memperebutkan wilayah Alsace dan Lorraine.

e. Persaingan antara Rusia dan Astro-Hongaria atas hegemoni di wilayah Balkan.


PERANG DUNIA II

A. Sejarah Perang Dunia II Perang Dunia II atau Perang Dunia Kedua (biasa disingkat menjadi PDII atau
PD2) adalah sebuah perang global yang berlangsung mulai tahun 1939 sampai 1945. Perang ini
melibatkan banyak sekali negara di dunia termasuk semua kekuatan besar yang pada akhirnya
membentuk dua aliansi militer yang saling bertentangan: Sekutu dan Poros. Perang ini merupakan
perang terluas dalam sejarah yang melibatkan lebih dari 100 juta orang di berbagai pasukan militer.
Dalam keadaan "perang total", negara-negara besar memaksimalkan seluruh kemampuan ekonomi,
industri, dan ilmiahnya untuk keperluan perang, sehingga menghapus perbedaan antara sumber daya
sipil dan militer. Ditandai oleh sejumlah peristiwa penting yang melibatkan kematian massal warga sipil,
termasuk Holokaus dan pemakaian senjata nuklir dalam peperangan, perang ini memakan korban jiwa
sebanyak 50 juta sampai 70 juta jiwa. Jumlah kematian ini menjadikan Perang Dunia II konflik paling
mematikan sepanjang sejarah umat manusia.

B. Faktor Penyebab Perang Dunia II

Penyebab umum terjadinya Perang Dunia II antara lain:

• Kegagalan Liga Bangsa-bangsa (LBB) dalam menciptakan perdamaian dunia. LBB bukan lagi alat untuk
mencapai tujuan, tetapi menjadi alat politik negara-negara besar untuk mencari keuntungan. LBB tidak
dapat berbuat apa-apa ketika negara-negara besar berbuat semaunya, misalnya pada tahun 1935 Italia
melakukan serangan terhadap Etiopia dan Jepang melakukan serangan terhadap Manchuria pada tahun
1937.

• Negara-negara maju saling berlomba memperkuat militer dan persenjataan. Dunia

Barat terutama Jerman dan Italia membenci komunisme Uni Soviet, dan kebencian

Uni Soviet kepada fasisme Italia, nasionalis-sosialis Jerman, imperialisme Britania Raya, dan kapitalisme
Amerika Serikat. Oleh karena perbedaan paham akhirnya negara-negara tersebut memperkuat militer
dan persenjataannya.

Adanya pertentangan paham demokrasi, fasisme, dan komunisme.

Adanya politik aliansi (mencari kawan persekutuan). Kekhawatiran akan adanya perang besar, maka
negara-negara mencari kawan dan muncullah dua blok besar yakni:
1) Blok Fasis, terdiri atas Jerman, Italia, dan Jepang (juga bersekutu dengan Rumania, Hungaria,
Bulgaria, Slowakia, dan Kroasia). 2) Blok Sekutu, terdiri atas: 3) Blok Demokrasi yaitu Prancis, Inggris,
Amerika Serikat, dan Republik Tiongkok (juga bersekutu dengan Australia, Afrika Selatan, Brasil, Belanda,
Belgia, Cekoslowakia, Etiopia, Filipina, India, Kanada, Kuba, Luksemburg, Meksiko, Norwegia, Polandia,
Selandia Baru, Yugoslavia, dan Yunani). 4) Blok Komunis yaitu Uni Soviet, dan Mongolia.

2. Resume "Clash of Civilitazion" By Samuel P. Huntington".

RESPONSES TO THE WEST AND MODERNIZATION

The expansion of the West has promoted both the modernization and the Westernization of non-
Western societies. The political and intellectual leaders of these societies have responded to the
Western impact in one or more of three ways: rejecting both modernization and Westemization;
embracing both; embracing the first and rejecting the second."

Rejectionism. Japan followed a substantially rejectionist course from its first contacts with the West in
1542 until the mid-nineteenth century. Only limited forms of modernization were permitted, such as the
acquisition of firearms, and the import of Western culture, including most notably Christianity, was
highly restricted. Westerners were totally expelled in the mid-seventeenth cen- tury. This rejectionist
stance came to an end with the forcible opening of Japan by Commodore Perry in 1854 and the
dramatic efforts to learn from the West following the Meiji Restoration in 1868. For several centuries
China also attempted to bar any significant modernization or Westernization. Although Christian
emissaries were allowed into China in 1601 they were then effectively excluded in 1722. Unlike Japan,
China's rejectionist policy was in large part rooted in the Chinese image of itself as the Middle Kingdom
and the firm belief in the superiority of Chinese culture to those of all other peoples. Chinese isolation,
like Japanese isolation, was brought to an end by Western arms, applied to China by the British in the
Opium War of 1839-1842. As these cases suggest, during the nineteenth century Western power made
it

adhere to purely exclusionist strategies. In the twentieth century improvements in transportation and
communica- tion and global interdependence increased tremendously the costs of exclusion. Except for
small, isolated, rural communities willing to exist at a subsistence level, the total rejection of
modernization as well as Westernization is hardly possible in a world becoming overwhelmingly modern
and highly intercon- nected. "Only the very most extreme fundamentalists," Daniel Pipes writes
concerning Islam, "reject modernization as well as Westernization. They throw television sets into rivers,
ban wrist watches, and reject the internal combustion engine. The impracticality of their program
severely limits the appeal of such groups, however, and in several cases-such as the Yen Izala of Kano,
Sadat's assassins, the Mecca mosque attackers, and some Malaysian dakwah groups- their defeats in
violent encounters with the authorities caused them then to disappear with few traces." Disappearance
with few traces summarizes gener- ally the fate of purely rejectionist policies by the end of the
twentieth century.

Zealotry, to use Toynbee's term, is simply not a viable option. Kemalism. A second possible response to
the West is Toynbee's Herodianism,

to embrace both modernization and Westernization. This response is based on the assumptions that
modernization is desirable and necessary, that the indige- nous culture is incompatible with
modemization and must be abandoned or abolished, and that society must fully Westernize in order to
successfully modemize. Modernization and Westernization reinforce each other and have to go
together. This approach was epitomized in the arguments of some late nineteenth century Japanese and
Chinese intellectuals that in order to modern- ize, their societies should abandon their historic languages
and adopt English. as their national language. This view, not surprisingly, has been even more popular
among Westerners than among non-Western elites. Its message is: "To be successful, you must be like
us; our way is the only way." The argument is that "the religious values, moral assumptions, and social
structures of these [non-Western] societies are at best alien, and sometime hostile, to the values and
practices of industrialism." Hence economic development will "require a radical and destructive
remaking of life and society, and, often, a reinterpreta- tion of the meaning of existence itself as it has
been understood by the people who live in these civilizations."" Pipes makes the same point with
explicit reference to Islam:

To escape anomy, Muslims have but one choice, for modernization requires Westernization.... Islam
does not offer an alternative way to modernize.... Secularism cannot be avoided. Modern science and
technology require an absorption of the thought processes which accompany them; so too with political
institutions. Because content must be emulated no less than form, the predominance of Western
civilization must be acknowledged so as to beable to learn from it. European languages and Western
educational institu- tions cannot be avoided, even if the latter do encourage freethinking and easy living.
Only when Muslims explicitly accept the Western model will they be in a position to technicalize and
then to develop.

Sixty years before these words were written Mustafa Kemal Ataturk had come to similar conclusions,
had created a new Turkey out of the ruins of the Ottoman empire, and had launched a massive effort
both to Westernize it and to modernize it. In embarking on this course, and rejecting the Islamic past,
Ataturk made Turkey a "torn country," a society which was Muslim in its reli- gion, heritage, customs,
and institutions but with a ruling elite determined to make it modern, Western, and at one with the
West. In the late twentieth century several countries are pursuing the Kemalist option and trying to
substitute a Western for a non-Western identity. Their efforts are analyzed in chapter 6.

Reformism. Rejection involves the hopeless task of isolating a society from the shrinking modern world.
Kemalism involves the difficult and traumatic task of destroying a culture that has existed for centuries
and putting in its place a totally new culture imported from another civilization. A third choice is to
attempt to combine modernization with the preservation of the central values, practices, and
institutions of the society's indigneous culture. This choice has understandably been the most popular
one among non-Western elites. In China in the last stages of the Ch'ing dynasty, the slogan was Ti-Yong,
"Chinese learning for the fundamental principles, Western learning for practi- cal use." In Japan it was
Wakon, Yosei, "Japanese spirit, Western technique." In Egypt in the 1830s Muhammad Ali "attempted
technical modernization with- out excessive cultural Westernization." This effort failed, however, when
the British forced him to abandon most of his modernizing reforms. As a result, Ali Mazrui observes,
"Egypt's destiny was not a Japanese fate of technical modernization without cultural Westernization, nor
was it an Ataturk fate of technical modernization through cultural Westernization." In the latter part of
the nineteenth century, however, Jamal al-Din al-Afghani, Muhammad 'Abduh, and other reformers
attempted a new reconciliation of Islam and modernity, arguing "the compatibility of Islam with modern
science and the best of Western thought" and providing an "Islamic rationale for accepting modern
ideas and institutions, whether scientific, technological, or political (constitutionalism and
representative government)." This was a broad-gauged reformism, tending toward Kemalism, which
accepted not only modernity but also some Western institutions. Reformism of this type was the
dominant re- sponse to the West on the part of Muslim elites for fifty years from the 1870s to the 1920s,
when it was challenged by the rise first of Kemalism and then of a much purer reformism in the shape of
fundamentalism.

Rejectionism, Kemalism, and reformism are based on different assumptions as to what is possible and
what is desirable. For rejectionism both moderniza-tion and Westernization are undesirable and it is
possible to reject both. For Kemalism both modernization and Westernization are desirable, the latter
because it is indispensable to achieving the former, and both are possible. For reformism, modernization
is desirable and possible without substantial Westemization, which is undesirable. Conflicts thus exist
between rejectionism and Kemalism on the desirability of modernization and Westernization and
between Kemalism and reformism as to whether modernization can occur without Westernization.

Figure 3.1 diagrams these three courses of action. The rejectionist would remain at Point A; the Kemalist
would move along the diagonal to Point B; the reformer would move horizontally toward Point C. Along
what path, however, have societies actually moved? Obviously each non-Western society has fol- lowed
its own course, which may differ substantially from these three prototypi- cal paths. Mazrui even argues
that Egypt and Africa have moved toward Point D through a "painful process of cultural Westernization
without technical modernization." To the extent that any general pattern of modernization and
Westernization exists in the responses of non-Western societies to the West, it would appear to be
along the curve A-E. Initially, Westernization and modern- ization are closely linked, with the non-
Western society absorbing substantial elements of Western culture and making slow progress toward
modernization. As the pace of modernization increases, however, the rate of Westernization.

Translate :

faktor- faktor yang memungkinkan Barat memimpin dalam memodernisasi dirinya sendiri dan dunia.

TANGGAPAN TERHADAP BARAT DAN MODERNISASI Ekspansi Barat telah mendorong modernisasi dan
westernisasi masyarakat non- Barat. Para pemimpin politik dan intelektual masyarakat ini telah
menanggapi pengaruh Barat dalam satu atau lebih dari tiga cara: menolak modernisasi dan
Westemisasi; merangkul keduanya; merangkul yang pertama dan menolak yang kedua."

Penolakan. Jepang mengikuti jalan penolakan substansial dari kontak pertamanya dengan Barat pada
tahun 1542 hingga pertengahan abad ke-19. Hanya bentuk modernisasi terbatas yang diizinkan, seperti
perolehan senjata api, dan impor budaya Barat, termasuk terutama agama Kristen, sangat dibatasi.
Orang Barat benar- benar diusir pada pertengahan abad ketujuh belas. Sikap penolakan ini berakhir
dengan pembukaan paksa Jepang oleh Commodore Perry pada tahun 1854 dan upaya dramatis untuk
belajar dari Barat setelah Restorasi Meiji pada tahun 1868. Selama beberapa abad Cina juga berusaha
untuk menghalangi modernisasi atau westernisasi yang signifikan. Meskipun utusan Kristen diizinkan
masuk ke Cina pada tahun 1601, mereka kemudian secara efektif dikeluarkan pada tahun 1722. Tidak
seperti Jepang, kebijakan penolakan Cina sebagian besar berakar pada citra Cina tentang dirinya sendiri
sebagai Kerajaan Tengah dan keyakinan kuat akan keunggulan budaya Cina atas budaya Cina. dari
semua bangsa lain. Isolasi Cina, seperti isolasi Jepang, diakhiri oleh senjata Barat, diterapkan ke Cina
oleh Inggris dalam Perang Candu tahun 1839-1842. Seperti yang ditunjukkan oleh kasus- kasus ini,
selama abad ke-19 kekuatan Barat membuatnya mematuhi strategi eksklusif eksklusif. Pada abad ke-20,
perbaikan dalam transportasi dan komunikasi serta saling ketergantungan global meningkatkan biaya
pengucilan. Kecuali untuk komunitas kecil, terisolasi, pedesaan yang ingin hidup pada tingkat subsisten,
penolakan total terhadap modernisasi maupun westernisasi hampir tidak mungkin terjadi di dunia yang
menjadi sangat modern dan sangat saling terhubung. “Hanya kaum fundamentalis yang paling ekstrim,”
tulis Daniel Pipes tentang Islam, “yang menolak modernisasi dan juga Westernisasi. Mereka membuang
televisi ke sungai, melarang jam tangan, dan menolak mesin pembakaran internal. Ketidakpraktisan
program mereka sangat membatasi daya tariknya Namun, beberapa kelompok seperti itu, dan dalam
beberapa kasus — seperti Yen Izala dari Kano, pembunuh Sadat, penyerang masjid Mekkah, dan
beberapa kelompok dakwah Malaysia — kekalahan mereka dalam menghadapi kekerasan dengan pihak
berwenang menyebabkan mereka kemudian menghilang dengan sedikit jejak. " Penghilangan dengan
sedikit jejak merangkum secara umum nasib kebijakan- kebijakan yang murni menolak pada akhir abad
ke-20.
Kefanatikan, untuk menggunakan istilah Toynbee, sama sekali bukan pilihan yang layak. Kemalisme.
Kemungkinan tanggapan kedua terhadap Barat adalah Herodianisme Toynbee,menerima baik
modernisasi maupun westernisasi. Tanggapan ini didasarkan pada asumsi bahwa modernisasi itu
diinginkan dan diperlukan, bahwa budaya asli tidak sesuai dengan modernisasi dan harus ditinggalkan
atau dihapuskan, dan bahwa masyarakat harus sepenuhnya dibarat- baratkan agar berhasil
dimodernisasi. Modernisasi dan Westernisasi saling menguatkan dan harus berjalan beriringan.
Pendekatan ini dicontohkan dalam argumen beberapa intelektual Jepang dan Cina akhir abad
kesembilan belas bahwa untuk memodernisasi, masyarakat mereka harus meninggalkan bahasa
bersejarah mereka dan mengadopsi bahasa Inggris. sebagai bahasa nasional mereka. Pandangan ini,
tidak mengherankan, bahkan lebih populer di kalangan orang Barat daripada di kalangan elit non- Barat.
Pesannya adalah: "Untuk menjadi sukses, Anda harus seperti kami; cara kami adalah satu- satunya cara."
Argumennya adalah bahwa "nilai- nilai agama, asumsi moral, dan struktur sosial dari masyarakat [non-
Barat] ini paling tidak asing, dan terkadang bermusuhan, dengan nilai dan praktik industrialisme." Oleh
karena itu, pembangunan ekonomi akan “memerlukan perubahan kehidupan dan masyarakat secara
radikal dan destruktif, dan, seringkali, penafsiran kembali makna keberadaan itu sendiri sebagaimana
yang telah dipahami oleh orang- orang yang hidup dalam peradaban ini.”” Pipes membuat hal yang
sama titik dengan referensi eksplisit untuk Islam: Untuk melepaskan diri dari anomi, umat Islam hanya
memiliki satu pilihan, karena modernisasi membutuhkan westernisasi.... Islam tidak menawarkan cara
alternatif untuk memodernisasi.... Sekularisme tidak dapat dihindari. Sains dan teknologi modern
membutuhkan penyerapan proses pemikiran yang menyertainya; demikian juga dengan institusi politik.
Karena konten harus ditiru tidak kurang dari bentuk, keunggulan peradaban Barat harus diakui demikian
adanya dominasi peradaban Barat harus diakui demikian adanya

74

Benturan Peradaban dan Pembuatan Kembali Tatanan Dunia

mampu belajar darinya. Bahasa Eropa dan institusi pendidikan Barat tidak dapat dihindari, bahkan jika
yang terakhir mendorong pemikiran bebas dan hidup santai. Hanya ketika umat Islam secara eksplisit
menerima model Barat, mereka akan berada dalam posisi untuk teknis dan kemudian berkembang.

Enam puluh tahun sebelum kata- kata ini ditulis Mustafa Kemal Ataturk telah sampai pada kesimpulan
yang sama, telah menciptakan Turki baru dari reruntuhan kekaisaran Ottoman, dan telah meluncurkan
upaya besar- besaran baik untuk membaratkan maupun memodernkannya. Dalam memulai haluan ini,
dan menolak masa lalu Islam, Ataturk menjadikan Turki sebagai "negara yang tercabik- cabik", sebuah
masyarakat yang Muslim dalam agama, warisan, adat istiadat, dan institusinya tetapi dengan elite
penguasa yang bertekad menjadikannya modern, Barat. , dan menyatu dengan Barat. Pada akhir abad
ke-20 beberapa negara mengejar opsi Kemalis dan mencoba menggantikan identitas non- Barat dengan
Barat. Upaya mereka dianalisis dalam bab 6.

Reformisme. Penolakan melibatkan tugas tanpa harapan untuk mengisolasi masyarakat dari dunia
modern yang menyusut. Kemalisme melibatkan tugas yang sulit dan traumatis untuk menghancurkan
budaya yang telah ada selama berabad- abad dan menggantikannya dengan budaya yang benar- benar
baru yang diimpor dari peradaban lain. Pilihan ketiga adalah mencoba menggabungkan modernisasi
dengan pelestarian nilai- nilai sentral, praktik, dan institusi budaya asli masyarakat. Dapat dipahami
bahwa pilihan ini adalah pilihan yang paling populer di kalangan elit non- Barat. Di Cina pada tahap akhir
dinasti Ch'ing, semboyannya adalah Ti- Yong, "Pembelajaran Cina untuk prinsip dasar, pembelajaran
Barat untuk penggunaan praktis." Di Jepang itu adalah Wakon, Yosei, "Semangat Jepang, teknik Barat."
Di Mesir pada tahun 1830- an Muhammad Ali "mencoba modernisasi teknis tanpa Westernisasi budaya
yang berlebihan." Namun upaya ini gagal ketika Inggris memaksanya untuk meninggalkan sebagian
besar reformasi modernisasinya. Akibatnya, Ali Mazrui mengamati, "Nasib Mesir bukanlah takdir
modernisasi teknis Jepang tanpa Westernisasi budaya, juga bukan takdir Ataturk dari modernisasi teknis
melalui Westernisasi budaya." Namun, pada bagian akhir abad ke-19, Jamal al- Din al- Afghani,
Muhammad 'Abduh, dan para pembaru lainnya mencoba melakukan rekonsiliasi baru antara Islam dan
modernitas, dengan alasan "kecocokan Islam dengan sains modern dan pemikiran Barat terbaik. " dan
memberikan "alasan Islam untuk menerima gagasan dan institusi modern, baik ilmiah, teknologi, atau
politik (konstitusionalisme dan pemerintahan perwakilan)." Ini adalah reformisme luas, cenderung
Kemalisme, yang menerima tidak hanya modernitas tetapi juga beberapa institusi Barat. Reformisme
jenis ini merupakan tanggapan dominan terhadap Barat di pihak elit Muslim selama lima puluh tahun
dari tahun 1870- an hingga 1920- an, ketika ia ditantang oleh kebangkitan Kemalisme pertama dan
kemudian reformisme yang jauh lebih murni dalam bentuk Islam. fundamentalisme.

Penolakan, Kemalisme, dan reformisme didasarkan pada asumsi yang berbeda tentang apa yang
mungkin dan apa yang diinginkan. Untuk penolakan baik modernisasi

tion dan westernisasi tidak diinginkan dan adalah mungkin untuk menolak keduanya. Bagi Kemalisme
baik modernisasi maupun westernisasi diinginkan, yang terakhir karena sangat diperlukan untuk
mencapai yang pertama, dan keduanya mungkin. Bagi reformisme, modernisasi diinginkan dan
dimungkinkan tanpa Westemisasi substansial, yang tidak diinginkan. Konflik dengan demikian ada antara
penolakan dan Kemalisme pada keinginan modernisasi dan Westernisasi dan antara Kemalisme dan
reformisme mengenai apakah modernisasi dapat terjadi tanpa Westernisasi. menggambarkan ketiga
rangkaian tindakan ini. Penolakan akan tetap di Titik A; Kemalis akan bergerak sepanjang diagonal ke
Titik B; pembaharu akan bergerak secara horizontal menuju Titik C. Akan tetapi, sepanjang jalan apa
masyarakat benar- benar bergerak? Jelas bahwa setiap masyarakat non- Barat telah mengikuti jalurnya
sendiri, yang mungkin berbeda secara substansial dari ketiga jalur prototipikal ini. Mazrui bahkan
berpendapat bahwa Mesir dan Afrika telah bergerak menuju Titik D melalui "proses Westernisasi
budaya yang menyakitkan tanpa modernisasi teknis". Sejauh pola umum modernisasi dan westernisasi
ada dalam tanggapan masyarakat non- Barat terhadap Barat, pola itu akan tampak sepanjang kurva A- E.
Awalnya, Westernisasi dan modernisasi terkait erat, dengan masyarakat non- Barat menyerap unsur-
unsur substansial dari budaya Barat dan membuat kemajuan lambat menuju modernisasi. Namun,
seiring laju modernisasi meningkat, laju Westernisasi

Anda mungkin juga menyukai