Anda di halaman 1dari 18

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang efektivitas, berikut

ini akan dikemukakan beberapa konsep dari efektivitas. Dalam hal

efektivitas F. Drucker dalam Sugiyono (2010:23) menyatakan efektivitas

merupakan landasan untuk mencapai sukses. Selanjutnya Fremont E. Kas

(dalam Sugiyono, 2010:23) mengemukakan bahwa efektivitas berkenaan

dengan derajat pencapaian tujuan baik secara eksplisit maupun implisit,

yaitu seberapa jauh rencana dapat dilaksanakan dan seberapa jauh tujuan

tercapai. Sedangkan menurut William N. Dunn (2005:498) efektivitas

(effectiveness) adalah suatu kriteria untuk menseleksi berbagai alternatif

untuk dijadikan rekomendasi didasarkan pertimbangan apakah alternatif

yang direkomendasikan tersebut memberikan hasil (akibat) yang

maksimal, lepas dari pertimbangan efisiensi.

Efektivitas adalah sesuatu keadaan yang mengandung pengertian

mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki. Kalau

seseorang melakukan perbuatan dengan maksud tertentu atau mempunyai

maksud sebagaimana yang dikehendaki, maka orang tersebut dikatakan

efektif (Gie 2006:149). Efektif dalam kamus Besar Bahasa Indonesia

berarti dapat membawa hasil, berhasil guna. Handoko berpendapat


13

(2008:7) efektifitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat

atau peralatan yang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Harbani Pasolong (2012:51) efektivitas pada dasarnya

berasal dari kata “efek” dan digunakan dalam istilah ini sebagai hubungan

sebab akibat. Efektivitas dapat dipandang sebagai suatu sebab dari variabel

lain. Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan sebelumnya

dapat tercapai atau dengan kata sasaran tercapai karena adanya proses

kegiatan. James L. Gibson dkk (2006:38) (dalam Harbani Pasolong,

2012:51) mengatakan bahwa efektivitas adalah pencapaian sasaran dari

upaya bersama. Derajat pencapaian sasaran menunjukkan derajat

efektivitas. Tjokroamidjojo (dalam Harbani Pasolong 2012:51)

mengatakan bahwa efektivitas, agar pelaksanaan administrasi lebih

mencapai hasil seperti direncanakan, mencapai sasaran tujuan yang ingin

dicapai dan lebih berdaya hasil. Sedangkan Keban (dalam Harbani

Pasolong 2012:51) mengatakan bahwa suatu organisasi dapat dikatakan

efektif bila tujuan organisasi atau nilai-nilai sebagaimana ditetapkan dalam

visi tercapai. Nilai-nilai yang telah disepakati bersama antara para

stakeholder dari organisasi yang bersangkutan.

Menurut Komaruddin (2005:294) “efektivitas adalah suatu keadaan

yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu”. Selanjutnya The

Liang Gie (2006 : 24) juga mengemukakan bahwa “efektivitas adalah

keadaan atau kemampuan kerja yang dilaksanakan oleh manusia untuk

memberikan guna yang diharapkan”. Sedangkan Gibson (2011: 28)


14

mengemukakan bahwa “efektivitas dalam konteks perilaku organisasi

merupakan hubungan antar produksi, kualitas, efisiensi, fleksibilitas,

kepuasan, sifat keunggulan dan pengembangan”. Selanjutnya Steers

(2008:87) mengemukakan bahwa “Efektivitas adalah jangkauan usaha

suatu program sebagai suatu sistem dengan sumber daya dan sarana

tertentu untuk memenuhi tujuan dan sasarannya tanpa melumpuhkan cara

dan sumber daya itu serta tanpa memberi tekanan yang tidak wajar

terhadap pelaksanaannya”.

Sedangkan menurut Stephen P. Robbins (2008:85) keefektifan

organisasi dapat didefinisikan sebagai tingkatan pencapaian organisasi atas

tujuan jangka pendek (tujuan) dan jangka panjang (cara). Pemilihan itu

mencerminkan konstituensi strategis, minat pengevaluasi, dan tingkat

kehidupan organisasi.

Siagian (2010:151) berpendapat bahwa efektivitas terkait

penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan

sebelumnya atau dapat dikatakan apakah pelaksanaan sesuatu tercapai

sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya”.

Dari bermacam-macam pendapat diatas terlihat bahwa efektivitas

lebih menekankan pada aspek tujuan dan suatu organisasi, jadi jika suatu

organisasi telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka

dapat dikatakan telah mencapai efektifitas. Dengan demikian efektifitas

pada hakikatnya berorientasi pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya.
15

2 Indikator Efektivitas

Indikator efektivitas adalah penentu efektif atau tidaknya

suatu organisasi. Oleh sebab itu digunakan indikator-indikator

efektivitas . Menurut Mustafa (2013:100) Organisasi pemerintah adalah

sejumlah lembaga Negara yang dibentuk dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan Negara, organisasi Negara tersebut dibentuk untuk mewakili

upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan berbangsa dan bernegara. Oleh

sebab itu puskesmas sebagai organisasi Negara perlu memiliki indikator

efektivitas sebagai standar penilaian pencapaian sebuah tujuan atau cita-

cita didirikannya organisasi tersebut.Indikator efektivitas yang harus

dipenuhi sebagai standar penilaian keberhasilan pencapaian tujuan

memiliki keberagaman. Seperti salah satu indikator-indikator yang

ditetapkan oleh Makmur (2010:7) adalah sebagai berikut:

1. Ketepatan penentuan waktu: waktu yang digunakan secara tepat


akan mempengaruhi tingkat keefektivitasan suatu program atau
kegiatan dalam mencapai tujuan.
2. Ketapatan dalam menentukan pilihan: merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan untuk keberhasilan dalam mencapai tujuan karna
dalam menetukan pilihan dibutukan proses yang sangat penting
untuk mencapai suatu keefektifitasan.
3. Ketepatan sasaran: dapat menetukan keberhasilan aktivitas
individu atau organisasi dalam mencapai tujuan.
Menurut Robbins dalam Keban (2004:141) yang menggunakan

empat pendekatan sebagai berikut:

a. Goal attainment, pendekatan ini yang ditekankan adalah


hasil dan bukan cara, persyaratan yang dibutuhkan dalam
definisi ini adalah bahwa tujuan yang hendak dicapai benar-
benar jelas, memiliki batas waktu pencapaian yang jelas dan
dapat diukur.
b. System, disini dibutuhkan adanya suatu hubungan yang jelas
antara input dan output
16

c. Strategic-constituenc asumsi yang digunakan dalam


pengukuran ini adalah bahwa para konstituen memiliki
pengaruh yang kuat terhadap organisasi dan organisasi di
haruskan merespon terhadap tuntutan kontituen tersebut.
d. Competing Values mengukur apakah kriteria
keberhasilan yang dipentingkan organisasi seperti keadilan
dan pelayanan telah sesuai dengan kepentingan atau kesukaan
para konstituennya.
Organizational Effectiveness A Behavioral View adalah buku yang

dikarang oleh Richard M. Steers (1977) yang telah di terjemahkan oleh

Magdalena Jamin dalam bentuk buku Efektivitas Organisasi (1984),

dalam buku ini banyak membahas tentang konsep efektivitas suatu

organisasi, baik untuk pengukuran efektivitas organisasi dalam bab tiga

maupun mengenai lingkungan dan efektivitas organisasi di bab empat.

Steers (1984:44-69) mengemukakan dua model untuk mengukur

efektivitas yaitu Model Univariasi dan Model Multivariasi

a. Model Univariasi
1. Efektivitas keseluruhan
2. Kualitas
3. Produktivitas
4. Kesiagaan
5. Efisiensi
6. Laba atau penghasilan
7. Pertumbuhan
8. Pemanfaatan Lingkungan
9. Stabilitas
10. Perputaran atau keluar masuknya perkerja
11. Kemangkiran
12. Kecelakaan
13. Semangat kerja
14. Motivasi
15. Kepuasan
16. Penerimaan tujuan organisasi
17. Kepaduan Konflik-konflik kompak
18. Keluwesan adaptasi
19. Penilaian oleh pihak luar
17

b. Model Multivariasi

1. Bennis (1962) kemampuan adaptasi, rasa identik,


kemampuan menguji realitas
2. Blake and mouton (1964) pencapaian serempak dari
usaha yang mementingkan produksi yang tinggi dan
mementingkan perkerjaannya
3. Caplow (1964) stabilitas, integrasi, kesukarelaan, prestasi
4. Duncan (1973) pencapaian tujuan, integrasi, adaptasi
5. Child (1975) mampu laba, pertumbuhan.

Namun dalam pengukuran efektivitas ada beberapa segi yang bisa

mempengaruhi efektivitas masih dalam buku Steers (1984: 71), enam

faktor stuktur yang mempengaruhi beberapa segi efektivitas:

a. Desentralisasi
Yang dimaksud dengan desentralisasi adalah batas
perluasan berbagai jenis kekuasaan dan wewenang dari atas
ke bawah dalam hierarki organisasi. Dengan demikian
pengertian desentralisasi berhubungan erat dengan konsep
partisipasi dalam pengambilan keputusan.
b. Spesialisasi
(Taylor 1911) dan rekan-rekannya menyatakan bahwa faktor
penentu pokok dari keberhasilan organisasi adalah
kemampuan organisasi membagi-bagi fungsi kerjanya
menjadi kegiatan-kegiatan yang sangat khusus.
c. Formalisasi
Formalisasi biasanya menunjukan batas penentuan atau
pengaturan kegiatan kerja para pegawai melalui prosedur dan
peraturan yang resmi. Semakin besar pengaruh peraturan,
pengaturan, kewajiban kerja tertulis dan sebagainya yang
mengatur tingkah laku pekerja, semakin besar tingkat
formalisasinya. Jika keluwesan organisasi ini tidak dapat
dicapai dalam lingkungan yang selalu berubah, dapat
diperkirakan bahwa pencapaian tujuan akan menjadi sangat
sulit.
d. Rentang Kendali
Rentang kendali menyatakan jumlah rata-rata bawahan dari
tiap penyedia. Seringkali istilah ini menyatakan, secara lebih
khusus, jumlah rata-rata pekerja yang melapor pada penyedia
tingkat satu.
18

e. Besar ( ukuran ) Organisasi


Faktor-faktor seperti pergantian pimpinan yang teratur,
berkurangnya tenaga kerja, dan pengendalian lingkungan
semua ini dapat di anggap sebagai beberapa aspek yang
mengatur pelaksanaan pekerjaan secar tertib dan efesien.
f. Besarnya Unit-Kerja
Kelompok-kelompok kerja yang lebih kecil sering
memungkinkan para anggotanya saling mengenal lebih baik,
membina persahabatan dan membangun persatuan kelompok
yang erat. Dilain pihak, kelompok-kelompok yang lebih besar
sering bersifat lebih formal, jadi bahwa kepuasan kerja akan
lebih tinggi dan tingkat perputaran perkerja dan kemangkiran
juga lebih rendah didalam kelompo- kelompok kerja yang
lebih kecil.

Enam segi pengaruh efektivitas diatas sangat penting untuk

diketahui karena segi-segi efektivitas organisasi akan mempengaruhi

struktur organisasi, misalnya variabel rentang kendali, jika variabel

rentang kendali ini lemah atau kurang terkontrol antara struktur

organisasi maka akan melemahkan struktur organisasi.

Selanjutnya Steers (2005:5) mengatakan efektivitas organisasi

dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut:

1. Kemampuan menyesuaikan diri (keluwesan atau adaptasi)


Kemampuan setiap anggota untuk mencari jalan keluar persoalan
dalam menanggapi dengan luwes tuntutan perubahan lingkungan.
2. Produktivitas kerja Kemampuan setiap anggota dalam menyelesaikan
suatu perkerjaan dengan hasil yang sesuai dengan instruksi dan waktu
penyelesaiannya telah ditetapkan sebelumnya.
3. Kepuasan kerja Kemampuan seorang anggota dalam usaha mencapai
suatu hasil kerja atau yang dicapai seorang anggota dalam pelaksanaan
tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya untuk mencapai
suatu tujuan serta menimbulkan rasa puas dalam dirinya.
4. Pemanfaatan sumber daya Kemampuan sumber daya manusia yaitu
kecerdasan dan kecakapan seorang anggota dalam melakukan
tugasnya.
19

Selain itu, Campbell ( Edy Sutrisno, 2010 : 130-133) mengatakan

bahwa ada bermacam-macam indiktor atau kriteria yang dapat di gunakan

untuk mengukur efektifitas organisasi. Campbell, mengatakan bahwa ada

21 butir untuk mengukur efektivitas yaitu:

1. Efektivitas keseluruhan.
Sejauh mana organisasi melaksanakan tugasnya untuk mencapai
tujuan-tujuannya. Ini merupakan penilaian umum dengan sebanyak
mungkin kriteria dan menghasilkan penilaian umum tentang
efektivitas organisasi.
2. Kualitas.
Kualitas jasa atau produk utama yang di hasilkan oleh organisasi.
3. Produktivitas.
Kuantitas atau volume produk atau jasa utama yang di hasilkan oleh
organisasi.
4. Kesiapsiagaan.
Penilaian menyeluruh mengenai kemungkinan bahwa organisasi
mampu menyelesaikan sesuatu tugas khusus dengan baik jika
diminta.
5. Efisiensi.
Suatu rasio yang mencerminkan perbandinganya beberapa aspek
satuan prestasi terhadap biaya untuk menghasilkan prestasi.
6. Laba.
Penghasilan atas penanaman modal yang digunakanuntuk
menjalankan organisasi dilihat dari segi pemilik.
7. Pertumbuhan.
Penambahan hal-hal seperti tenaga kerja, fasilitas pabrik, laba, dan
penemuan baru. Suatu perbandingan antara keadaan organisasi masa
sekarang dengan keadaan masa lampau.
8. Pemanfaatan lingkungan.
Sejauh mana organisasi dengan sukses berinteraksi dengan
lingkungannya, yaitu dapat meperoleh sumberdaya yang langkah
yang diperlukan untuk operasi secara efektif.
9. Stabilitas.
Pemeliharaan struktur, fungs, dan sumber daya sepanjang waktu,
khususnya dalam periode-periode sulit.
10. Peputaran atau kluar masuknya karyawan.
Frekuensi atau banyaknya pemberhentian secara sukarela.
11. Absenteisme. banyaknya kemangkiran kerja.
12. Kecelakaan.
banyaknya kecelakaan dalam pekerjaan yang mengakibatkan
kerugian waktu untuk turun mesin atau waktu perbaikan.
20

13. Semangat kerja.


kecenderungan anggota organisasi untuk berusaha lebih keras lagi
dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi.
14. Motivasi.
kekuatan kecenderungan seseorang untuk melibatkan dirinya dalam
kegiatan yang diarahkan pada sasaran dalam pekerjaan, merupakan
perasaan dorongan bekerja untuk mencapai tujuan pekerjaan.
15. Kepuasan. tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peranan
atau pekerjaannya dalam organisasi.
16. Internalisasi.
tujuan organisasi di terimanya tujuan-tujuan organisasi oleh setiap
orang dan unit-unit dalam organisasi.
17. Konflik kohesi.
Dimensi kutub kohesi, yang menunjukkan satu sama lain saling suka,
kerja sama, berkomunikasi penuh dan terbuka, dan terkoordinasikan
dalam kegiatan.
18. Fleksibilitas adaptasi.
Kemampuan suatu organisasi mengubah standar prosedur operasi
dalam menanggapi tantangan lingkungan untuk mencegah terjadinya
kebekuan dalam menghadapi rangsangan lingkungan.
19. Penilaian pihak luar.
Penilaian terhadap organisasi atau unit-unit organisasi dari seseorang
atau lembaga dalam lingkungannya yang menaruh kepentingan.
20. Iklim. Kesadaran lingkungan di dalam organisasi
21. Kualitas kehidupan kehidupan kerja.
Kualitas perhubungan karyawan dengan lingkungan kerjanya.

Kemudian indikator pengukuran dari Duncan yang di dikutip

Richard M Steers dalam bukunya “efektivitas organisasi” (1985:53)

mengatakan mengenai ukuran efektivitas sebagai berikut:

1. Pencapaian tujuan
Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus
dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian
tujuan akhir semakin terjamin., diperlukan pentahapan. Baik dalam arti
pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam
arti periodisasinya.
21

2. Integrasi
Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu
organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus,
dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya integrasi
menyangkut proses sosilisasi
3. Adaptasi
Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses
pemgadaan sasaran dan prasarana dan pengisian tenaga kerja.

Dari beberapa penjelasan menngenai efektivitas organisasi

seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

suatu organisasi yang berhasil dapat dilihat dengan sejauh mana

organisasi tersebut dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

3. Faktor –faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas

Ada empat kelompok variabel yng mempengaruh terhadap

efektivitas ialah:

1. Karakteristik organisasi, termasuk struktur dan teknologi

Teknologi ialah perbuatan, pengetahuan, teknik dan peralatan

fisikal yang di gunakan untuk mengubah input menjadi output.

Dengan teknologi yang ada tanpa di bandingkan dengan teknologi

lainnya yang sudah di gunakan itu berpengaruh terhadap efektivitas.

Teknologi, struktur, dan efektivitas selain berpengaruh terhadap

efektivitas, juga sangat dominan pengaruh terhadap struktur

organisasi. Struktur ialah pembagian pekerjaan, penflompokan,


22

spesialisasi, koordinasi, koordinasi, dan sebagainya yang bertalian

dengan pelaksanaan pekerjaan.

2. Karakteristik lingkungan, termasuk lingkungan interen dan ekstern

Bahwa perubahan lingkungan berpengaruh terhadap strategi,

selanjutnya strategi berpengaruh terhapap struktur, dan akhirnya

struktur berpengaruh terhadap prilaku. Dikatakan bahwa tanpa

penyesuaian struktur terhadap lingkungan hanya akan menjurus pada

turunnya efisiensi ekonomi. Dapat di simpulkan bahwa, efesiensi

tergantung pada kemampuan organisasi untuk berinteraksi dan

berhubungan dengan lingkungannya secara erat yang saling

menguntungkan.

3. Karakteristik karyawan

Motivasi adalah suatu proses yang membangkitkan,

mengarahkan dan meperhatankan prilaku selama jangka waktu trtentu

untuk mencapai tujuan. Banyak teori mengenai motivasi yang

dikaitkan dengan prilaku dangan pekerjaan.

4. Kebijakan praktik manajemen.

Dalam kelompok faktor individu yang paling berpengaruh

ialah kebutuhan sedangkan faktor organisasi yang paling berpengaruh

ialah imbalan. Namun, keefektifannya masih tergantung pada faktor-

faktor lainnya, seperti struktur, teknologi, gaya kepemimpinan,

persepsi peran, dan budaya organisasi.

Selanjutnya menurut Solichin Abdul Wahab (1997:123).

Menyatakan dalam komponen studi evaluasi efektivitas data di


23

kumpulkan untuk memgetahui apakah proyek telah mewujudkan

tujuannya, atau akan mewujudkan tujuan yaitu:

1. Tujuan –tujuan proyek dirumuskan dengan jelas dan dalam bentuk


pernyataan-pernyataan yang terukur (measureble). Jika misalnya
karena satu dan hal pengukuran tersebut tidak mungkin dilakukan
secara lansung, maka rencana proyek harus bisa menunjukkan dengan
tepat lewat indikator-indikator yang manakah pengukuran itu dapat di
lakukan.
2. Pengukuran terhadap perbaikan kinerja organisasi dalam sebuah
proyek yang dimaksud untuk pengembangkan kelembagaan bukan
hanya merupakan persoalan yang ilusif, tetapi juga sensitif.
3. Persoalan serius yang seringkali muncul ialah bahwa hasil akhir
proyek merupakan proses negosiasi dan perumusan tujuan
dikompromikan.
4. Evaluator kemungkinan juga menghadapi masalah bahwa atasannya
mempunyai penafsiran berbeda terhadap tujuan proyek, sebagaimana
halnya perbedaan penafsiran antara pelaksana proyek dengan evaluator
sendiri.

Berdasarkan indikator efektivitas yang telah diuraikan diatas,

maka dasar teori yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teori

pendapat Makmur Makmur (2010:7) yaitu. Ketepatan penentuan waktu,

Ketapatan dalam menentukan pilihan, dan Ketepatan sasaran.

2.2 Program Bantuan Langsung Tunai

Menurut Wynandin Imawan (2008:8) Program Bantuan Langsung

Tunai merupakan salah satu program penanggulangan kemiskinan yang

dilaksanakan Pemerintah Indonesia dari sekian banyak program

penanggulangan kemiskinan yang terbagi menjadi tiga klaster. Program

Bantuan Langsung Tunai masuk dalam klaster I, yaitu Program Bantuan dan

Perlindungan Sosial. Termasuk dalam klaster I adalah Program Beras Miskin

(Raskin), Program Keluarga Harapan (PKH), Program Jaminan Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas), dan Program Bea Siswa.


24

Menurut Wynandin Imawan (2008:9) selain melaksanakan klaster I,

Pemerintah Indonesia juga melaksanakan program pengentasan kemiskinan

lainnya yang termasuk dalam klaster II yaitu Program Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM). Termasuk dalam klaster II ini adalah PNPM Pedesaan

(PPK), PNPM Perkotaan (P2KP), PNPM Infrastruktur Pedesaan (PPIP),

PNPM Kelautan (PEMP), dan PNPM Agribisnis (PUAP). Pelaksanaan

klaster III yaitu Program Pemberdayaan Usaha Menengah Kecil (UMK),

termasuk di dalamnya Program Kredit UMKM, dan Program Kredit Usaha

Rakyat (KUR).

Program bantuan langsung tunai (BLT) merupakan sebuah kebijakan

yang dikeluarkan oleh pemerintah yang memiliki tujuan dan alasan tertentu.

Program tersebut muncul sebagai manifestasi adanya tindakan dari

pemerintah yang berisikan nilai-nilai tertentu, yang ditujukan untuk

memecahkan persoalan publik dengan memanfaatkan sumber daya yang

tersedia . Persoalan publik yang dimaksud adalah persoalan kemiskinan.

Secara umum kemiskinan adalah bilamana masyarakat berada pada

suatu kondisi yang serba terbatas, baik dalam aksesibilitas pada faktor

produksi, peluang/kesempatan berusaha, pendidikan, fasilitas hidup lainnya.

Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dilatar belakangi

upaya mempertahankan tingkat konsumsi Rumah Tangga Sasaran (RTS)

sebagai akibat adanya pandemic yang berdampak akan perekonomian

masyarakat terutama masyarakat miskin yang terkena dampak. Tujuan BLT

adalah :

1. Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan

dasarnya.
25

2. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat

kesulitan ekonomi.

3. Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama.

Tentunya peran pemerintah sangat diperlukan dalam suatu

perekonomian . Peran yang diharapkan adalah sebuah peran positif yang

berupa kewajiban moral untuk membantu mewujudkan kesejahteraan semua

orang dengan menjamin keseimbangan antara kepentingan

privat dan sosial; memelihara roda perekonomian pada jalur yang benar.

Dana desa sebesar yang dialihkan menjadi BLT itu sekitar 31 persen

dari total Rp72 Triliun, yaitu sebesar Rp22,4 triliun. Program BLT bagi 12,3

juta kepala keluarga (KK) yang terdampak Covid-19 yang diserahkan oleh

Kepala Desa dan Perangkat Desa.

Masing-masing akan mendapatkan Rp 600 ribu selama tiga bulan,

yaitu April, Mei dan Juni hingga total menjadi Rp1,8 juta. alokasi pemberian

BLT itu dibagi dalam tiga tingkatan dengan merujuk pada besaran Dana

Desa.

1. Desa yang miliki Dana Desa kurang Rp800 juta, BLT dialokasikan 25

persen;

2. Desa yang miliki Dana Desa Rp800 juta – Rp1,2 Miliar, BLT dialokasikan

30 persen;

3. Desa yang miliki Dana Desa diatas Rp1,2 Miliar, BLT dialokasikan 35

persen. (https://setkab.go.id/)

Dasar Hukum Pengelolaan Bantuan Langsung Tunai-Dana Desa :

a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang

Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk


26

Penanganan Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) dan/ atau

Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan

Perekonomian Nasional dan/ atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi

UndangUndang.

b. Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 6 Tahun 2020 tentang Perubahan

Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 11 Tahun 2019 tentang Prioritas

Penggunaan Dana Desa Tahun 2020. Pengaturan terkait dengan BLT-

Dana Desa dapat dilihat pada pasal 8, pasal 8A, serta pada Lampiran–1

dan Lampiran–2 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 6 Tahun 2020 ini.

c. Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 7 Tahun 2020 tentang Perubahan

Kedua atas Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 11 Tahun 2019 tentang

Prioritas Penggunaan Dana Desa.

d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40 Tahun 2020 tentang Perubahan

Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.07/2019 tentang

Pengelolaan Dana Desa. Pengaturan yang terkait dengan BLT-Dana Desa

dapat dilihat pada pasal 24 ayat 2, pasal 24A, pasal 24B, pasal 25A, pasal

25B, pasal 32, pasal 32A, pasal 34, pasal 35, pasal 47A, dan pasal 50.

e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 50/ PMK.07/2020 tentang Perubahan

Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/ PMK.07/2019

tentang Pengelolaan Dana Desa. Pengaturan yang terkait dengan BLT-

Dana Desa dapat dilihat pada pasal 32A.

f. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang

Pengelolaan Keuangan Desa.


27

g. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2020 tentang

Penanggulangan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Di Desa

melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

h. Instruksi Menteri Desa PDTT Nomor 1 Tahun 2020 Tanggal 15 Mei 2020

tentang Percepatan Penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana

Desa.

i. Instruksi Menteri Desa PDTT Nomor 2 Tahun 2020 tentang Percepatan

Penyaluran TahapKesatu Bantuan Langsung Tunai Dana Desa Bagi Desa

Yang Menyelenggarakan Musya warah Desa Khusus.

j. Surat Menteri Desa PDTT Nomor 1261/ PRI.00/IV/2020 Tanggal 14

April 2020 perihal Pemberitahuan Perubahan Permendes PDTT Nomor

11 Tahun 2019 tentang Prioritas Pembangunan DD Tahun 2020 menjadi

Permendes PDTT Nomor 06 Tahun 2020.

k. Surat Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat

Desa Kementerian Desa PDTT Nomor 9/PRI.00/IV/2020 Tanggal 16

April 2020 perihal Petunjuk Teknis Pendataan Keluarga Calon Penerima

BLT Dana Desa.

l. Surat Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat

Desa Kementerian Desa PDTT Nomor 12/PRI.00/IV/2020 Tanggal 27

April 2020 perihal Penegasan BLT Dana Desa.

m. Surat Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat

Desa Kementerian Desa PDTT Nomor 10/PRI.00/IV/2020 Tanggal 21

April 2020 perihal Penegasan Petunjuk Teknis Pendataan Keluarga Calon

Penerima BLT Dana Desa.


28

n. Surat Edaran Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 11/2020 Tanggal 21

April 2020 perihal Penggunaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial

(DTKS) Dan Non-DTKS Dalam Pemberian Bantuan Sosial Kepada

Masyarakat.

2.3 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian yang telah dilaakukan sebelumnya sehingga dapat

dijadikan rujukan relevan dengan penelitiaan ini dan dapat dijadikan refrensi

yaitu penelitian yang dilakukan yaitu:

1. Penelitian Hasbi Iqbal dalam tesisnya yang berjudul “Implementasi

Kebijakan Program Bantuan Langsung Tunai Tahun 2008 Di Kabupaten

Kudus” berisi tentang penelitian terhadap penerapan program BLSM di

kabupaten Kudus tahun 2008 menggunakan metode penelitian deskriptif

kualitatif dengan teknik analisis data menggunakan analisis taksonomis.

Analisa taksonomis merupakan bentuk analisis yang rinci dan mendalam

dalam membahas suatu tema atau pokok permasalahan. sedangkan fokus

penelitan pada dua fenomena pengamatan yaitu : 1. pengamatan dari sisi

implementasi program. 2. pengamatan dari sisi faktor-faktor yang

mendukung dan menhambat dari proses pelaksanaan program.

Kesimpulan dari penelitiannya yaitu :

a. Implementasi Program Pelaksanaan program BLT di Kabupaten

Kudus berjalan dengan baik, lancar dan tertib. Tahapan pelaksanaan

program BLT di Kabupaten Kudus dimulai dari pelaksanaan

sosialisasi, pelaksanaan verifikasi data daftar nama nominasi RTS,

pembagian kartu BLT, pencairan dana BLT, dan terakhir pembuatan

laporan pelaksanaan.
29

b. Faktor Pendukung Dan Penghambat keberhasilan pelaksanaan

program. 1. Sikap pelaksana program BLT dinilai kurang baik,

terlihat dengan banyaknya pemotongan dana BLT di tingkat desa. 2.

Kondisi sosial ekonomi mempengaruhi keberhasilan program BLT

3. Situasi politik di masyarakat terbagi menjadi dua kubu, menolak

dan mendukung pelaksanaan program BLT. 4. Keterampilan

pelaksana program dinilai rendah. 5. Pembentukan tim koordinasi

tidak dilakukan di Kabupaten Kudus, dalam artian tidak diputuskan

melalui surat keputusan.

2. Penelitian Muslih Z dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Pelaksanaan

Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) Di Kota Bengkulu” berisi

tentang penelitian terhadap Pelaksanaan Program Bantuan Langsung

Tunai (BLT) Di Kota Bengkulu tahun 2010 menggunakan metode

analisis deskriptif. Kesimpulan dari penelitiannya yaitu :

a. Ditemui beberapa penyimpangan dalam pelaksanaan program BLT

terutama dalam mekanisme penetapan rumah tangga miskin, hal ini

terjadi karena disebabkan adanya KKN, pemalsuan data, banyaknya

masyarakat yang mengaku ngaku miskin dan lemahnya pengawasan

dari pemerintah maupun masyarakat, sehinga program BLT tersebut

tidak sesuai dengan apa yang menjadi tujuan pemerintah untuk

membantu masyarakat yang miskin akibat dampat dari kenaikan

harga BBM.

b. Dari penyimpangan-penyimpangan yang terjadi diatas

menyebabkan banyak masyarakat miskin yang tidak terdata dan

program BLT tidak tetap sasaran karena yang menerima BLT pada

umumnya adalah masyarakat yang miskin dan cukup mampu

ekonominya

Anda mungkin juga menyukai

  • Peranan Lurah Dalam Mendistribusikan Bantuan
    Peranan Lurah Dalam Mendistribusikan Bantuan
    Dokumen64 halaman
    Peranan Lurah Dalam Mendistribusikan Bantuan
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • RPP KLS 12 PKN Semester 1 Nur 2022-2023
    RPP KLS 12 PKN Semester 1 Nur 2022-2023
    Dokumen10 halaman
    RPP KLS 12 PKN Semester 1 Nur 2022-2023
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen9 halaman
    Bab 3
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Upaya Meningkatkan Skill Aparatur Kelurahan
    Upaya Meningkatkan Skill Aparatur Kelurahan
    Dokumen114 halaman
    Upaya Meningkatkan Skill Aparatur Kelurahan
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Tiga
    Tiga
    Dokumen12 halaman
    Tiga
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Daftar Riwayat Hidup
    Daftar Riwayat Hidup
    Dokumen1 halaman
    Daftar Riwayat Hidup
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Surat Pendaftaran
    Surat Pendaftaran
    Dokumen1 halaman
    Surat Pendaftaran
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen11 halaman
    Bab 3
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen17 halaman
    Bab 2
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii Kajian Pustaka
    Bab Ii Kajian Pustaka
    Dokumen14 halaman
    Bab Ii Kajian Pustaka
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen8 halaman
    Bab 1
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen32 halaman
    Bab Iv
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Proposal Skripsi Vita (9) - 1
    Proposal Skripsi Vita (9) - 1
    Dokumen43 halaman
    Proposal Skripsi Vita (9) - 1
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Skrisi Imam
    Skrisi Imam
    Dokumen85 halaman
    Skrisi Imam
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen22 halaman
    Bab Iv
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen22 halaman
    Bab 4
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Bagas 3
    Bagas 3
    Dokumen9 halaman
    Bagas 3
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • SOAL
    SOAL
    Dokumen2 halaman
    SOAL
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen35 halaman
    Bab Ii
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen2 halaman
    Bab V
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen3 halaman
    Bab V
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen16 halaman
    Bab Iii
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen21 halaman
    Bab Iv
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Pamekasan
    Pamekasan
    Dokumen1 halaman
    Pamekasan
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen15 halaman
    COVER
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen26 halaman
    Bab Ii
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen47 halaman
    Bab Iv
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen9 halaman
    Bab Iii
    Intan Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat