Anda di halaman 1dari 7

ALIRAN FILSAFAT ESENSIALISME, KONSTRUKTIVISME,

HUMANISME
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“PENGANTAR PENDIDIKAN”
Dosen Pengampu:
Nila Lukmatus Syahidah, M.Pd.I

Disusun oleh:
Ahmad Faqihuddin Masruri (22205066)
Farisa Nuril Ashofa (22205063)
Muniratul Luthfiyah (22205064)
Siti Syarifatus Sariroh (22205042)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2022
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan pengetahuan sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam kami panjatkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Beserta keluarganya dan sahabat-sahabatnya yang telah
memperjuangkan agama Islam hingga sampai kepada kita.
Terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini, terutama kepada Ibu Nila Lukmatus Syahidah, M.Pd.I
selaku dosen pembimbing untuk mata kuliah Pengantar Pendidikan, terimakasih
juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah meluangkan waktunya untuk
menyumbangkan ide-idenya sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik.
Kami berharap makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan dari para pembaca untuk meningkatkan
pembuatan makalah pada tugas yang lain pada waktu mendatang.

Kediri, 06 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Instruktur Diklat 3
B. Jenis- Jenis Instruktur 5
C. Syarat-syarat Pelatih / Instruktur 6
D. Tugas dan Peran Instruktur 8
E. Indikator Trainer 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 10
B. Saran 10
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam keseluruhan hidup manusia.
Pendidikan berintikan interaksi antar manusia, terutama antara pendidik dan terdidik demi
mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam interaksi tersebut terlibat isi yang
diinteraksikan serta proses bagaimana interaksi tersebut berlangsung.
Dalam proses pendidikan, aliran-aliran filsafat yaitu progresivisme,
konstruktivisme, dan humanisme menghendaki agar Mahasiswa menggunakan
kemampuannya secara konstruktif dan komprehensif untuk menyesuaikan diri dengan
tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi. Mahasiswa harus aktif mengembangkan
pengetahuan, bukan hanya menunggu arahan dan petunjuk dari dosen atau sesama
mahasiswa. Kreativitas dan keaktifan mahasiswa membantu untuk berdiri sendiri dalam
kehidupan, aliran-aliran filsafat ini mengutamakan peran mahasiswa dalam berinisiatif
dan juga mengembangkan potensinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disusun rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Apa yang dimaksud Esensialisme ?
2. Apa yang dimaksud Kontruktivisme?
3. Apa yang dimaksud Humanisme ?
4. Apakah antara Esensialisme, Kontruktivisme dan Humanisme saling berkaitan ?
C. Tujuan
1. Dapat memahami pengertian dari Esensialisme, Kontruktivisme dan Humanisme.
2. Dapat mengetahui saling berkaitannya antara Esensialisme, Kontruktivisme dan
Humanisme.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aliran Filsafat Esensialisme, Konstruktivisme, Humanisme


1. Aliran Esensialisme
Filsafat pendidikan esensialisme ini muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa
orang pelopornya, seperti William C. Bagley, Thomas Brigger, Frederick Breed, dan Isac
L Kandel. Pada tahun 1983, mereka membentuk suatu lembaga yang disebut "The
esensialist commite for the advanced of American Education". Bagley sebagai pelopor
esensialisme adalah seorang guru besar pada "teacher college", Columbia University. Ia
yakin bahwa fungsi utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah
kepada generasi muda.

Esensialisme adalah suatu filsafat dalam aliran pendidikan konservatif yang pada
mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah sekolah.
Bagi aliran ini "Education As Cultural Conservation", pendidikan sebagai pemeliharaan
kebudayaan. Karena dalil ini, maka aliran esensialisme dianggap para ahli sebagai
"Conservatif road to culture" yakni aliran yang ingin kembali kepad kebudayaan lama
warisan sejarah yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia.
Esensialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan
yang telah ada sejak zaman awal peradaban umat manusia. Kebudayaan yang mereka
wariskan kepada kita hingga sekarang, telah teruji oleh zaman, kondisi dan sejarah
kebudayaan.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang
memiliki kejelasan dan tahan lama, yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih
yang mempunyai tata yang jelas. Pendapat ini dikemukakan oleh Jalaluddin dkk yang
dikutip dari pendapat Zuhairini. Adapun Tokoh-tokoh Aliran Esensialisme sebagai
berikut.

1. Johan Frieddrich Herbart (1776-1841)


Ia berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa
seseorang dengan kebijaksanaan Tuhan artinya adanya penyesuaian dengan hukum
kesusilaan. Proses untuk mencapai tujuan pendidikan itu oleh Herbart disebut
pengajaran.
2. William T. Harris (1835-1909)
Tugas pendidikan adalah menjadikan terbukanya realitas berdasarkan
susunan yang tidak terelakkan dan bersendikan ke kesatuan spiritual sekolah adalah
lembaga yang memelihara nilai-nilai yang turun menurut, dan menjadi penuntun
penyesuaian orang pada masyarakat.
3. Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831)
Ia mengemukakan adanya sintesa antara ilmu pengetahuan dan agama
menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan spiritual. Sebuah penerapan
yang dapat dijadikan contoh mengenai sintesa ini adalah pada teori sejarah. Hegel
mengatakan bahwa tiap tingkat kelanjutan, yang dikuasai oleh hukum-hukum yang
sejenis. Hegel mengemukakan pula bahwa sejarah adalah manifestasi dari berpikirnya
Tuhan. Tuhan berpikir dan mengadakan ekspresi mengenai pengaturan yang dinamis
mengenai dunia dan semuanya nyata dalam arti spiritual. Oleh karena Tuhan adalah
sumber dari gerak, maka ekspresi berpikir juga merupakan gerak.
4. George Santayana

2
George Santayana memadukan antara aliran idealisme dan aliran realisme
dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai itu tidak dapat ditandai dengan
suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan pengalaman seseorang menentukan
adanya kualitas tertentu. Walaupun idealisme menjunjung asas otoriter atau nilai-
nilai, namun juga tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif bersifat menentukan
nilai-nilai itu atas dirinya sendiri (memilih, melaksanakan). Dia memadukan antara
aliran idealisme dan realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai
tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan
pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas tertentu.

2. Aliran Konstruktivisme
Menurut faham konstruktivis pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan)
dari orang yang mengenal sesuatu (skemata) Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari
guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa
yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif di mana
terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga
terbentuk suatu skema (jamak: skemata) yang baru. Seseorang yang belajar itu berarti
membentuk pengertian atau pengetahuan secara aktif dan terus-menerus (Suparno,
1997).
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan,
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya
modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran
konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk
diambil dan diingat. manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi
makna melalui pengalaman nyata.
Sedangkan menurut Tran Vui Konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar
yang dibangun atas anggapan bahwa dengan memfreksikan pengalaman-pengalaman
sendiri, sedangkan teori Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan
kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan
kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut denga bantuan
fasilitasi orang lain.
Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini
memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri
kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna
mengembangkan dirinya sendiri.

3. Aliran Humanisme
Istilah humanisme adalah temuan dari abad ke Dalam Bahasa Jerman
Humanismus pertama kali diciptakan pada tahun 1808, untuk merujuk pada suatu
bentuk pendidikan yang memberikan tempat utama bagi karyakarya klasik Yunani
dan Latin. Dalam bahasa Inggris “humanism” mulai muncul agak kemudian.
Pemunculan yang pertama dicatat berasal dari tulisan Samuel Coleridge Taylor, di
mana kata humanism dipergunakan untuk menunjukkan suatu posisi Kristologis,
yaitu kepercayaan bahwa Yesus Kristus adalah murni manusia. Kata tersebut pertama
kali dipakai dalam konteks kebudayaan pada tahun 1832.
Dilihat dari segi kebahasaan, humanisme berasal dari kata Latin humanus dan
mempunyai akar kata homoyang berarti manusia. Humanus berarti sifat manusiawi
atau sesuai dengan kodrat manusia. Semula humanism merupakan sebuah gerakan
yang memposisikan harkat, martabat, dan nilai nilai kemanusiaan. Sebagai aliran

3
pemikiran kritis yang berasal dari gerakan yang menjunjung tinggi manusia,
humanisme menekankan harkat, peranan dan tanggung jawab manusia. Humanisme
sendiri, selalu diatributkan kepada sebuah corak pandangan filsafat yang
menempatkan manusia dalam kedudukan tempat yang khusus serta menjadikannya
ukuran segala sesuatu.

B. Hubungan Antara Esensialisme, Kontruktivisme, dan Humanisme

Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan, potensi, dan motivasi yang
dimiliki. Kontruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran
konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,
yang hasilnya diperluas melalui kontes yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Esensialisme adalah pandangan berfikir sebagai alat mewariskan nilai-nilai
budayadan nilai esensial.

Anda mungkin juga menyukai