Telaah Konstruksi Teori Penelitian Agama
Telaah Konstruksi Teori Penelitian Agama
Kata “Teori” secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Theorea, yang berarti
melihat, theoros yang berarti pengamatan.3
Adapun penelitian berasal dari kata teliti yang artinya cermat, seksama, pemeriksaan
yang dilakukan secara seksama dan teliti, dan dapat pula berarti penyelidikan. 5
Selanjutnya, penelitian(research) yang dilahirkan oleh dunia ilmu pengetahuan
mengandung impilkasi-implikasi yang bersifat ilmiah, oleh karena hal tersebut
merupakan proses proses penyelidikan yang berjalan sesuai dengan ketetapan-ketetapan
dalam ilmu pengetahuan tentang penelitian atau selanjutnya disebut methodology of
research.
1 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991) cet.XII, hlm. 520
2
Ibid, hlm. 1055
3 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Ed. I. ( Cet.III; Jakarta: Gramedia, 2002), hal. 1097
4 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam,(Jakarta:Rajawali Pers, 2014) Cet. 21, hlm. 166
5 W.J.S. Poerwadarminta, Op.Cit., hlm. 1039
penganalisisan data-datanya sehubungan dengan dalil-dalil hipotesis yang menjadi
pendorong mengapa penelitian itu dilakukan.6
Selanjutnya, kita akan membahas pengertian agama. Definisi agama itu sendiri telah
banyak dikemukakan oleh berbagai ahli, namun disini saya akan mengambil beberapa
saja dari para ahli tersebut. Kata din berasal dari akar kata bahasa arab D-Y-N yang
darinya muncul kata-kata lain dengan makna yang berbeda, yang walaupun tampak
bertentangan antara satu sama lain namun sebenarnya memiliki hubungan yang erat
secara konseptual. Untuk memahami makna kata din keseluruhan makna dari kata-kata
yang berbeda itu perlu dipahami sebagai suatu kesatuan makna yang tak terpisahkan,
yang darinya akan muncul gambaran islam sebagai agama yang ditayangkan dalam lafadz
din.7
Secara etimologi, din berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti menguasai,
tunduk, patuh, hutang, balasan, dan kebiasaan. 8 Menurut Al-Attas pengertian din adalah
dayn(Hutang), madinah(kota), dayyan(Penguasa, hakim), dan tamaddun(peradaban).9
Harun Nasution, Guru Besar Filsafat dan Teologi Islam, menjelaskan bahwa agama
mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini
mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan
ini berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi daripada manusia.10
R.R. Marett salah seorang ahli antropologi Inggris, mengatakan bahwa agama adalah
yang paling sulit dari semua perkataan untuk didefinisikan karena agama menyangkut
lebih daripada hanya pikiran, yaitu perasaan dan kemauan juga, dan dapat
memanifestasikan dirinya menurut segi-segi emosionalnya walaupun idenya kabur.
Karl Marx terkenal karena ucapannya bahwa,”Agama adalah candu rakyat,” ideologi
ini ia kembangkan atas dasar ekonomi dan politik yang mana ia sangkut pautkan dengan
realitas kehidupan.11
Beralih dari kaum antropologi, sosiologi, dan sebagainya yang memahami agama
dengan kebingungannya, terlalu sulit, membangun permusuhan terhadap agama dan tidak
mendasar. Sebagai Muslim, agama samawi yang memiliki maraji’yaitu Al-Quran dan
Sunnah, tentulah pengertian agama sudah sangat jelas diterangkan. Syed Naquib Al Attas
menerangkan dalam bukunya, Islam dan Sekularisme, aspek dari kata kerja dana, yang
berarti “berhutang” yaitu sesuatu yang harus dipenuhi atau ditunaikan. Dari kata ini,
kemudian jika di-tashrif melahirkan kata din, agama, yaitu suatu undang-undang atau
hukum yang harus ditunaikan oleh manusia, dan mengabaikannya akan berarti “hutang”
yang akan tetap dituntut untuk ditunaikan, serta akan mendapatkan hukuman atau balasan,
jika tidak ditunaikan.
Sekarang saatnya membahas apakah agama dapat diteliti? Jawabannya adalah bahwa
untuk agama hasil budaya manusia(agama Ardi) penelitian dapat dilakukan sepenuhnya,
baik terhadap ajaran dan doktrin-doktrinnya maupun terhadap bentuk pengamalannya.
Sedangkan untuk agama samawi jawabannya adalah ada bagian-bagian yang dapat
dijadikan sasaran garapan penelitian, yaitu bagian isi dari bentuk pengamalan agama, dan
ada pula bagian-bagian yang kepadanya tidak dapat dilakukan penelitian, yaitu bagian
dari isi agama.13
Agama dapat dipandang sebagai doktrin yang diyakini secara mutlak kebenarannya.
Namun demikian, agama sebagai doktrin diduga memberikan andil terhadap dinamika
dan tantanan sosial, politik, dan ekonomi. Sistem pelampiasan masyarakat sedikit banyak
dipengaruhi doktrin-doktrin agama yang diyakini, sehingga agama melahirkan agama
yang empiris sebagai gejala keagamaan. Sikap dan keterikatan pemeluk agama terhadap
ajaran agama juga merupakan gejala keagamaan yang dapat menjadi objek kajian. Selain
itu faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sikap dan ketertarikan pada ajaran agama-
12Statemen “Tuhan mati” dari Nitzsche bukan berarti penolakan terhadap Tuhan An Sich. Namun merujuk pada Tuhan yang
dulu pernah hidup dalam kepercayan yang kemudian ditinggalkan orang. Dengan demikian Nietzsche lebih tepat disebut anti
Tuhan bukan atheisme. Ia sesungguhnya mengingkari Tuhan secara eksplisit dan pengingkarannya itu merupakan sanggahan
melawan kepercayaan adanya Tuhan. Kepercayaan tidak adanya Tuhan bukan merupkan titik tolak pemikiranya tetapi
merupakan suatu kesimpulan.
13 Abuddin Nata, Op.Cit., hlm. 170
seperti pendidikan, lingkungan dan status sosial-merupakan salah satu telaahan dalam
penelitian agama.14
Untuk itu, kita tidak perlu meneliti kebenaran Al-Quran dan Hadist Mutawatir, karena
ajaran yang terdapat di dalam Al-Quran, baik yang berkenaan dengan Aqidah, ibadah,
akhlak, maupun kehidupan akhirat, dan lain sebagainya adalah hukum yang pasti benar.
Yang kita teliti adalah bentuk pengamalan dari ajaran agama tersebut, atau agama yang
nampak dalam perilaku penganutnya. Kita, misalnya, dapat meneliti tingkat keimanan
dan ketakwaan yang dianut masyarakat. Kita dapat meneliti apakah ajaran zakat, puasa,
dan haji misalnya, sudah dilaksanakan sesuai ketentuan Allah dan Rasul-Nya.15
Namun kita dapat meneliti konsep trinitas dan segala kebingungannya. Membahas
Studi islam dari sisi normativ atau historis. Membuka cakrawala peradaban yang
sesungguhya dengan parameter peradaban Khulafaur Rasyidin. Mencoba meneliti
penyebab korupsi, riba dan berbagai hal Haram lainnya adalah sebuah tanda kemerosotan
adab atau hanya masalah kurangnya gaji. Pengaruh Stigmatisasi dan Justifikasi Kafir
terhadap sikologi Muslim.
Karena tujuan riset islam yang paling pokok adalah untuk kemaslahatan kaum Muslim
dan mencegah kemudharatan darinya.16
Untuk itu dapat disimpulkan bahwa “konstruksi teori” penelitian agama adalah upaya
mempelajari dan memahami susunan atau bangunan yang diperlukan untuk penelitian
terhadap bentuk pengamalan agama guna menjadikan dasar dalam menghadapi tuntutan
zaman.
14Drs. U. Maman Kh, Ms dkk, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam: Tinjauan Antar Displin Ilmu,(Nuansa Bandung, 2001)
hlm. 225
15 Abuddin Nata, Op.Cit., hlm. 171
16 Ali Abdul Halim Mahmud dkk, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam: Tinjauan Antar Displin Ilmu,(Nuansa Bandung,
1. Penelitian Eksploratif
17Ali Abdul Halim Mahmud dkk, , Drs. U. Maman Kh, Ms, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam: Tinjauan Antar Displin
Ilmu,(Nuansa Bandung, 2001) hlm. 226
deskriptif, korelasional, dan eksperimen. Karena itu, penelitian eksploratif
sering disebut penelitian pendahuluan.18
2. Penelitian Historis
18Ali Abdul Halim Mahmud dkk, , Drs. U. Maman Kh, Ms, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam: Tinjauan Antar Displin
Ilmu,(Nuansa Bandung, 2001) hlm. 227
19 Ali Abdul Halim Mahmud dkk, , Drs. U. Maman Kh, Ms, Op. Cit., hlm. 227
20 Sumadi Suryabrata, Metodelogi Penelitian,(Jakarta: RajaGrafindo Persada,1994), cet.VIII,hlm. 9-26
21Adanya Gerakan Turki Muda di Turki pada awal abad ke-20 merupakan gejala keagamaan yang dapat direkonstruksi.
Apakah Gerakan Turki Muda berpengaruh terhadap pemikiran Bung Karno? Sejauh mana pengaruh Gerakan Turki Muda
mempengaruhi pemikiran Bung Karno tentang hubungan islam dan Negara? Untuk menjawab ini peneliti harus
merekonstruksi gejala keagamaan dengan menghubungkan antara dua variabel, yakni: pemikiran Gerakan Turki
Muda(Mustafa Kemal At-Taturk) sebagai variabel bebas, dan pemikiran Bung Karno tentang hubungan islam dan Negara
sebagai variabel terikat.
3. Penelitian Deskriptif
4. Penelitian Korelasional
22 Syah Hidayat,Pengantar Umum Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Verivikatif,(Pekanbaru : Suska Pres)
23
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan,(Jakarta : Kencana)
24 Ali Abdul Halim Mahmud dkk, , Drs. Maman Kh, Ms, Op.Cit., hlm. 229
25 Drs. Mardalis, Metodelogi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal,(Jakarta: Bumi Aksara, 2014), cet. 11, hlm. 28
26 Abuddin Nata, Op.Cit., hlm. 176
5. Penelitian Eksperimental Sungguhan
6. Penelitian Survei
Pada hakikatnya, langkah ini memuat pemikiran atau alasan yang jelas dan
meyakinkan mengapa penelitian itu mesti dilakukan. Secara sederhana masalah
terjadi karena adanya kesenjangan antara problema dengan teori.
27 Ali Abdul Halim Mahmud dkk, , Drs. Maman Kh, Ms, Op.Cit., hlm.235
28 Mari Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey,(Jakarta:LP3ES,1989), hlm. 3
Masalah yang harus dipecahkan atau dijawab melalui penelitian selalu tersedia
cukup banyak, tinggallah si peneliti mengidentifikasikanny, memilihnya, dan
merumuskannya. Dalam kaitan dengan penelitian agama misalnya, kita dapat
mengajukan permasalahan seperti: 1) bagaimanakah corak pemahaman teologi
yang dianut oleh masyarakat Indonesia; 2) Bentuk-bentuk dakwah Islamiyah yang
bagaimanakah yang lebih cocok untuk diterapkan di Indonesai; 3) Seberapa
banyakkah umat islam yang telah menyalurkan zakar dari harta yang dimilikinya;
4) Sejauh manakah ketertinggalan agama dalam menyelesaikan masalah-masalah
kehidupan yang dialami umaat Islam Indonesia; 5) Bagaimana kondisi hubungan
antar umat beragama di Indonesia; 6) Bagaimana hubungan agama dan politik; 7)
Bagaimana corak pemahaman keislaman di Indonesia
2. Studi Kepustakaan
Studi ini dilakukan demi pendapatkan gambaran tentang topik penelitian yang
akan diajukan dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya sehingga tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu dan mubazir.30
Tak jarang terjadi seorang peneliti, dengan sadar atau tidak, bertindak seakan-
akan taka da tulisan-tulisan mengenai masalah yang ditelitinya. Mungkin hal ini
terjadi karena tulisan-tulisan yang ada tertulis dalam bahasa yan tak dikuasainya
ataupun tulisan-tulisan itu tak dapat diperolehnya. Namun paling sedikit si peneliti
harus memasukkan judul-judulnya dalam daftar buku walaupun sekedar untuk
memperlihatkan bahwa ia mengertahui tentang adanya tulisan tadi. Maka, teknik
terbaik ialah membuat daftar kepustakaan ini selain untuk memperdalam
pengetahuan tentang masalah yang diteliti, juga untuk menghindarkan terjadinya
pengulangan dari suatu penelitian. Kita bias membayangkan betapa sayangnya dan
sia-sianya tenaga, waktu, pemikiran, biaya, dan sebagainya yang telah dicurahkan
untuk suatu penelitian, ternyata penelitian yang kita lakukan itu sudah dilakukan
orang lain.31
Dengan adanya landasan teori dan hipotesis tersebut kita dapat mengetahui
apakah penelitian yang dilakukan itu dapat mengungkapkan sesuatu yang sama
sekali baru, menolak, mempertanyakan atau mengkaji ulang pemikiran atau hasil
penelitian seseorang, atau telah berhasil mengembangkan atau memerdalam
pemikiran atas hasil penelitian yang sudah ada.34
Namun keberadaan rumusan landasan teori dan hipotesis tersebut tidak mesti
ada pada seluruh macam penelitian. Dalam penelitian yang bersifat menjelajah,
dimana pengetahuanmengenai persoalan masih sangat kurang atau belum ada sama
sekali, teori-teorinya pun belum ada. Demikian pula dengan penelitian yang
bersifat deskriptif. Lain halnya dengan penelitian yang bersifat
menerangkan(exsplenatory), dimana sudah pasti ada teori-teori yang menjadi dasar
hipotesis-hipotesis yang akan diuji, tentu diperlukan landasan teori.
32Herbert Blumer. Ahli sosiologi Amerika terkemuka, sebagaimana ditunjukka Mely G. Tan mengatakan, bahwa teori,
penelitian dan fakta empiric terlibat dalam suatu hubungan yang erat dimana teori membina penelitia; penelitian mencari dan
memisahkan fakta-fakta dan fakta-fakta mempengaruhi teori.
33Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya
masih lemah sehingga harus diuji secara empiris. Dalam suatu penelitian hipotesis merupakan pedoman karena data yang
dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan variabel-variabel yang dinyatakan dalam hipotesisi tersebut.
34 Mely G. Tan, “Masalah Perencanaan Penelitian” dalam Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat,(Jakarta:
5. Kerangka Analisis
Hasil analisis boleh dikatakan masih factual dan ini harus diberi arti oleh
peneliti. Hasil ini biasanya dibandingkan dengan hipotesis penelitian, didiskusikan
atau dibahas, dan akhirnya diberi kesimpulan.37
35 Q.S. 5:48
36 Abuddin Nata, Op.Cit., hlm. 188-189
37 Ibid., hlm. 189
C. PENDEKATAN YANG DIGUNAKAN
Pendekatan dapat diartikan sebagai suatu cara pandang yang digunakan untuk
menjelaskan suatu data yang dihasilkan dalam penelitian. Suatu data hasil penelitian dapat
menimbulkan pengertian dan gambaran yang berbeda-beda tergantung kepada pendekatan
yang digunakan.
Seperti pendekatan secara Filosofis.38 Dengan demikian dapat diketahui bahwa filsafat
pada intinya adalah upaya atau usaha untuk menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai
sesuatu yang berada dibalik objek formanya. Filsafat mencari sesuatu yang mendasar, asas,
dan inti yang terdapat dibalik yang bersifat lahiriah.
Louis O. Kattsof mengatakan, bahwa kegiatan kefilsafatan ialah merenung, tetapi
merenung bukanlah melamun, juga bukan berfikir secara kebetulan yang bersifat untung-
untungan, melainkan dilakukan secara mendalam, radikal, sistematik dan universal.
Mendalam artinya dilakukan sedemikian rupa hingga dicari sampai ke batas di mana akal
tidak sanggup lagi. Radikal artinya sampai ke akar-akarnya hingga tidak ada lagi yang tersisa.
Sistematik maksudnya adalah dilakukan secara teratur dengan menggunakan metode berpikir
tertentu, dan universal maksudnya tidak dibatasi hanya pada suatu kepentingan kelompok
tertentu, tetapi untuk seluruhnya.
Sedangkan filsafat setelah memasuki ranah “agama” terjadi sedikit pergeseran makna
dari yang disebutkan di atas. Misalnya, dalam kajian agama kristen Dalferd menyatakan
bahwa tugas filsafat adalah melihat persoalan-persoalan yang melingkupi pengalaman
manusia, faktor-faktor yang menyebabkan pengalaman manusia menjadi pengalaman religius,
dan membahas bahasa yang digunakan umat beragama dalam membicarakan keyakinan
mereka. Baginya, rasionalitas kerja reflektif agama dalam proses keimanan yang menuntut
pemahaman itulah yang meniscayakan adanya hubungan antara agama dan filsafat.
Menurut penulis pendekatan filosofis adalah cara pandang atau paradigma yang
bertujuan untuk menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada di balik
objek formanya. Dengan kata lain, pendekatan filosofis adalah upaya sadar yang dilakukan
untuk menjelaskan apa dibalik sesuatu yang nampak.
38 Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta kepada kebenaran, ilmu dan hikmah. Selain itu,
filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat serta berusaha menafsirkan
pengalaman-pengalaman manusia, lihat di Omar mohammad AL-Toumy al-syaibani, filsafah pendidikan islam, (terj.)
Langgulung dari judul aslifalsafah al-tarbiyah al-islamiyah,(jakarta: bulan bintang ,1979), cet.1 hlm.25
Kemudian pendekatan secara Normatif.39 Pendekatan normatif adalah studi islam yang
memandang masalah dari sudut legal-formal atau normatifnya. 40 Adapun beberapa teori
popular yang dapat digunakan dengan pendekatan normatif disamping teori-teori yang
digunakan oleh para fuqaha’,usuluyin,muhaddithin dan mufassirin diantara adalah teori
teologis-filosofis yaitu pendekatan memahami Al Qur’an dengan cara menginterpretasikannya
secara logis-filosofi yakni mecari nilai-nilai objektif dari subjektifitas Al Quran.
Pendekatan ketiga pendekatan secara Historis.41 Melalui pendekatan sejarah seorang
diajak menukik dari alam idealis ke alam yang bersifat emiris dan mendunia. Dari keadaan ini
seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam
idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis.
Pendekatan kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agam, karena agama
itu sendiri turun dalam situasi yang konkrit bahkan berkaitan dengan kondisi sosial
kemasyarakatan.
Melalui pendekatan sejarah ini seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang
sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa. Dari sini maka seseorang tidak akan
memahami agama keluar dari konteks historisnya. Seseorang yang ingin memahami Al-
Qur’an secara benar misalnya, yang bersangkutan harus memahami sejarah turunnya Al-
Qur’an atau kejadian-kejadian yang mengiringi turunnya Al-Qur’an yang selanjutnya disebut
dengan ilmu asbab al-nuzul yang pada intinya berisi sejarah turunnya ayat Al-Qur’an. Dengan
ilmu ini seseorang akan dapat mengetahui hikmah yang terkandung dalam suatu ayat yang
berkenaan dengan hukum tertentu, dan ditujukan untuk memelihara syari’at dari kekeliruan
memahaminya.
39Kata ini sering disandingkan dengan islam normative atau islam historis. Hakikatnya islam normative adalah islam yang
seharusnya dan islam historis adalah islam yang dilaksanakan. Ketika rasulullah masih hidup, islam normative dan islam
historis masih berjalan seimbang, begitu juga pada masa Sahabat. Namun seiring berjalannya waktu, islam historis semakin
jauh dengan islam normative.
40 Prof. Dr. Khoiruddin Nasution, M.A., Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Academia dan Tazzafa, 2009,hlm 197
41 Sejarah atau historis (Historical Approach) adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan
memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang dan pelaku dari peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini segala
peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, di mana, apa sebabnya, siapa yang terlibat dal peristiwa
tersebut.
Selanjutnya adalah pendekatan secara Teologis. 42 Menurut The Encyclopedia of
American Religion, di Amerika Serikat terdapat 1.200 sekte keagamaan. Satu diantaranya
adalah sekte Davidian bersama 80 orang pengikut fanatiknya melakukan bunuh diri masal
setelah berselisih dengan kekuasaan pemerintah Amerika Serikat. Dalam Islam pun secara
tradisional dapat dijumpai teologi Mu’tazilah, teologi Asy’ariyah, dan teologi Maturidiyah.
Sebelumnya terdapat pula teologi bernama Khawarij dan Murji’ah.
Di masa sekarang ini, perbadaan dalam bentuk formal teologis yang terjadi di antara
berbagai madzhab dan aliran teologis keagamaan. Namun, pluralitas dalam perbedaan
tersebut seharusnya tidak membawa mereka pada sikap saling bermusuhan dan saling
menonjolkan segi-segi perbedaan masing-masing secara arogan, tapi sebaiknya dicari titik
persamaanya untuk menuju subtansi dan misi agama yang paling suci. Salah satunya adalah
dengan mewujudkan rahmat bagi seluruh alam yang dilandasi pada prinsip keadilan,
kemanusiaan, kebersamaan, kemitraan, saling menolong, saling mewujudkan kedamaian, dan
seterusnya. Jika misi tersebut dapat dirasakan, fungsi agama bagi kehidupan manusia segera
dapat dirasakan.
Dan yang terakhir adalah pendekatan secara Psikologis. Pendekatan ini merupakan
usaha untuk memperoleh sisi ilmiah dari aspek-aspek batini pengalaman keagamaan. Suatu
esensi pengalaman keagamaan itu benar-benar ada dan bahwa dengan suatu esensi,
pengalaman tersebut dapat diketahui. Sentimen-sentimen individu dan kelompok berikut
gerak dinamisnya, harus pula diteliti dan inilah yang menjadi tugas interpretasi psikologis.
Interpretasi agama melalui pendekatan psikologis memang berkembang dan dijadikan
sebagai cabang dari psikologi dengan nama psikologi agama. Objek ilmu ini adalah manusia,
gejala-gejala empiris dari keagamaanya. Karena ilmu ini tidak berhak mempelajari betul
tidaknya suatu agama, metodenya pun tidak berhak untuk menilai atau mempelajari apakah
agama itu diwahyukan Tuhan atau tidak, dan juga tidak berhak mempelajari masalah-masalah
yang tidak empiris lainnya. Oleh karena itu pendekatan psikologis tidak berhak menentukan
benar salahnya suatu agama karena ilmu pengetahuan tidak memiliki teknik untuk
mendemonstrasikan hal-hal seperti itu, baik sekarang maupun waktu yang akan datang.
42 Teologi dari segi etimologi berasal dari bahasa yunani yaitu theologia. Yang terdiri dari kata theos yang berarti tuhan atau
dewa, dan logos yang artinya ilmu. Sehingga teologi adalah pengetahuan ketuhanan . sedangkan pendekatan teologis adalah
suatu pendekatan yang normatif dan subjective terhadap agama. Pada umumnya, pendekatan ini dilakukan dari dan oleh
penganut agama dalam usahanya menyelidiki agama lain. Secara harfiah, pendekatan teologis normatif dalam memahami
agama dapat diartikan sebagai upayamemahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari
suatu keyakinan bahwa wujud empiris dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dubandungkan dengan yang
lainnya.
“Konstruksi Teori” Penelitian Agama adalah upaya mempelajari dan memahami
susunan atau bangunan yang diperlukan untuk penelitian terhadap bentuk pengamalan
agama guna menjadikan dasar dalam menghadapi tuntunan zaman.
Dari kajian terhadap telaah konstruksi teori penelitian agama ini, terlihat bahwa
penelitian agama amat mungkin dapat dilakukan, karena disamping agama itu banyak
aspek yang dapat dikaji juga ilmu penelitian dengan berbagai perangkat yang terkait
dengannya dapat digunakan untuk meneliti agama.
Poerwadarminta, W.J.S.1991.Kamus Umum Bahasa Indonesia,.Jakarta: Balai Pustaka.
Bagus, Lorens.2002.Kamus Filsafat.Jakarta: Gramedia.
Nata,Abuddin. 2014. Metodologi Studi Islam.Jakarta:Rajawali Pers.
Al-Attas, Khalif Muammar(Penterjemah)2010. Islam dan Sekularisme.Bandung:PIMPIN.
Yunus,Mahmud.1989.Kamus Arab-Indonesia.Jakarta: PT. Hidakarya Agung.
Nasution,Harun.1979.Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya.Jakarta:UI Press.
Hidayat, Syah.2010.Pengantar Umum Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan
Verivikatif.Pekanbaru Suska Pres.
Ali Abdul Halim Mahmud, dkk. 2001. Tradisi Baru Penelitian Agama Islam: Tinjauan Antar
Displin Ilmu. Bandung:Yayasan Nuansa Cendikia.
Setyosari,Punaji.2010.Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.Jakarta:Kencana.
Mardalis.2014. Metodelogi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal.Jakarta: Bumi Aksara.
Singarimbun, Mari dan Sofian Effendi.1989. Metode Penelitian Survey.Jakarta:LP3ES.
Nasution, Khoiruddin.2009.Pengantar Studi Islam.Yogyakarta: Academia dan Tazzafa.