Anda di halaman 1dari 7

KONSEP DASAR

TRAUMA GINJAL

A. PENGERTIAN
Cidera renal adalah kontusio, laserasi, rupture, dan cidera partikel atau laserasi internal
kecil pada ginjal.

( Suzanne C Smeltzer, 2001 : 1468 )

Cidera ginjal umumnya menyertai rudapaksa berat yang terjadi bersamaan dengan
cidera organ lain, akan tetapi tidak jarang rudapaksa ringan/terjatuh menyebabkan
cidera ginjal yang serius.
( R. Siamsuhidayat, 1998 : 1035 )

B. ETIOLOGI
1. Adanya cidera traumatik, menyebabkan ginjal dapat tertusuk paling bawah
2. Adanya fraktur iga atau fraktur tranversus lumbal vertebra
3. Cidera tumpul : kecelakaan lalu lintas, jatuh, cidera atletik akibat pukulan,
penetrasi luka tembak/tikam
4. Cedera pada organ internal lain

( Suzanne C Smeltzer, 2001 : 1468 )

C. RISK FAKTOR
Orang-orang yang tidak memperhatikan keselamatan jiwa dan mentaati peraturan dan
tata tertib sehari-hari. Diantaranya tidak taat terhadap peraturan lalu lintas, tidak
mengenakan sabuk pengaman saat mengendarai mobil dan sebagainya, sehingga
potensi terjadinya trauma.
( Suzanne C Smeltzer, 2001 : 1468 )

D. PATHOFISIOLOGI
Efek-efek pathofisiologi dari trauma terhadap ginjal terutama menyebabkan
penurunan perfusi ginjal yang akan menjadikan iskemik. Menurut Ignataviks dan
Bayne (1991) trauma ginjal dibedakan menjadi 3 (tiga) diantaranya minor, mayor,
pedicle. Ureteral dan atu pelvis injuri akan menyebabkan difusi abdominal pain.
Penumpukan urin secara lokal kemungkinan terjadi infeksi.

E. PATHWAY

Cidera Fraktur iga, fraktur Cidera tumpul Cidera organ


traumatik prosessus transversus internal lain
lumbal vertebralis

Trauma renal

Perdarahan Kontusio, laserasi,


insisi pembedahan
Hipoperfusi
parenkim ginjal

Nyeri Tindakan
Sekresi renin
diagnostik

anciety
Perubahan perfusi Renin +
jaringan renal angiotensin

Angiotensin I

Angiotensin II

Sekresi aldosteron Vasokontriksi


Perubahan perifer
pola Retensi Na+, H2O
berkemih
Volume plasma

Penumpukan urin TD meningkat

Resti infeksi PK : Hipertensi


F. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri
2. Colik renal
3. Hematuria (urine bercampur darah)
4. Masa dirongga panggul
5. Ekimosis (perdarahan bawah kulit)
6. Laserasi/luka diabdomen lateral dan rongga panggul
7. Nyeri tekan
8. Hipovolemi dan syok (perdarahan yang signifikan)
( Suzanne C Smeltzer, 2001 : 1468 )

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Laboratorium
a) Urinalisis : Hb, RBC positif sebagai akibat dari ruptur pembuluh darah
b) RBC cast untuk menilai kerusakan tubular
c) Hb dan Ht menurun sebagai akibat dari kehilangan darah
d) WBC meningkat menandakan proses inflamasi
2. Radiografi
a) IVP dapat melihat penampakan ginjal termasuk integritas dan potensi dari
collecting system
b) CT Scan dapat melihat lokasi dari injuri
c) USG dapat melihat keadaan ginjal tetapi harus dicegah penggunaan dari media
kontras
( Suzanne C Smeltzer, 2001. Doengoes E Marilyn, 2000 )

H. MEDICAL MANAGEMENT
Pada klien dengan trauma ginjal dapat dilakukan reparasi trauma sistem pengumpulan
ginjal, biasa dikerjakan dengan menegakan drainase proksimal terhadap titik cidera
(nefrostomi/sent) dan penutupan robekan pada sistem pengumpulan dengan jahitan
“Chromic gut” halus yang terputus-putus atau kontinue.
( Tucker, S.M, 1995 : 993 )
I. DIET MANAGEMENT
1. Makanan bebas natrium bila terjadi edema dan sebagai anti hipertensi
2. Diet ketat pembatasan protein jika terjadi proteinuri
3. Menghindari minum kopi, the alkohol, diet rendah purin
( Nur salam, 2006 : 56. Tucker, 1998 : 548 )
J. FARMAKOLOGI MANAGEMENT
Pemberian dobutamin (dopamine) untuk meningkatkan perfusi jaringan renal,
sehingga diharapkan terjadi peningkatan vasokontriksi peripheral yang nantinya akan
menstabilkan TD. Therapi cairan meliputi :
1. Cristaloid solution : 0,9% sodium chloride, DS 0,4% sodium chloride dan ringer
solution untuk maintain elektrolit
2. Dextran/albumin
( Arianto P, 1995 )

K. SURGICAL MANAGEMENT
1. Eksisi ginjal
2. Penjahitan suatu laserasi
3. Heminefrektomy
4. Laparotomy
5. Nefrektomy total
(Suzanne C Smeltzer, 2001)

L. NURSING MANAGEMENT
1. Pengkajian
2. Riwayat keperawatan
3. Status kesehatan termasuk riwayat pasien, tindakan klien mengalami trauma
terutama traktus urinarius perlu dikaji. Disamping itu juga harus mengkaji riwayat-
riwayat penyakit yang pernah diderita klien yang berhubungan dengan renal
termasuk riwayat pembedahan serta tempat kejadian dan waktu terjadinya trauma
dapat dikaji untuk mendapatkan gambaran atau karakteristik dari trauma yang
dialami klien.
4. Pemeriksaan fisik
a. Nyeri terutama pada flank dan abdominal
b. Perubahan TTV
c. Pada inspeksi flank kanan dan kiri akan ditemukan keadaan asimetris
d. Ekimosis dan distensi abdominal
e. Gross hematuria
5. Psikososial
a. Reaksi life threatening pada penderita yang dirawat di UGD
b. Anxious
c. Respon emosi
d. Mekanisme koping

M. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan kontusio, laserasi, dan insisi pembedahan
2. Perubahan perfusi jaringan renin berhubungan dengan perdarahan
3. Perubahan pola berkemih berhubungan dengan sekresi renin
4. Ansiety berhubungan dengan tindakan diagnostik
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penumpukan urin

N. INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan kontusio, laserasi, dan insisi pembedahan
Tindakan mandiri :
a. Kaji nyeri, perhatikan lokasi dan intensitas
b. Tingkatkan pemasukan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi
c. Berikan informasi akurat tentang kateter drainase dan spasme kandung kemih.
Kolaborasi
a. Berikan anti spasmodic

2. Perubahan perfusi jaringan renin berhubungan dengan perdarahan


Tindakan mandiri :
a. Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing
b. Selidiki keluhan nyeri dada
c. Auskultasi nadi apikal, awasi kecepatan jantung
d. Kaji respon kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pengisian kapiler lambat
dan nadi perifer lemah
e. Awasi tanda – tanda vital
Kolaborasi
a. Berikan O2 sesuai indikasi
b. Awasi GDA atau nadi oksimetri
c. Berikan cairan IV sesuai dengan indikasi
3. Perubahan pola berkemih berhubungan dengan sekresi renin
Tindakan mandiri :
a. Awasi pemasukan, pengeluaran dan karakteristik urin
b. Tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi
c. Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran
Kolaborasi
a. Awasi pemeriksaan laboratorium, ambil urin untuk kultur dan sensitivitas
b. Berikan obat sesuai indikasi

4. Ansiety berhubungan dengan tindakan diagnostik


Tindakan mandiri :
a. Selalu ada untuk pasien, buat hubungan saling percaya dengan pasien, atau
orang terdekat
b. Berikan informasi tentang prosedur dan tes khusus dan apa yang akan terjadi
c. Lindungi privasi pasien
d. Dorong pasien untuk menyatakan masalah
e. Beri penguatan informasi yang telah diberikan

5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penumpukan urin


Tindakan mandiri :
a. Ukur tanda – tanda vital
b. Perhatikan demam ringan, menggigil, nadi dan pernafasan meningkat
c. Observasi teknik aseptik dan penggunaan masker selama pemasangan kateter
d. Observasi warna dan kejernihan haluaran urin
Kolaborasi
a. Berikan antibiotik sesuai indikasi
b. Awasi jumlah SDP dan haluaran.
( Doenges, E. Marilynn, 2000. Carpenito. 1999 )
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. L. J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan ( Terjemahan ).

Jakarta : EGC

Doengoes, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Ignatavicus. D. Donna, Bayne, Varney Marilyn. 1991. Medical Surgical A Nursing


Process Approach. Philadelphia : Lippincot

Long, C. Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah ( Terjemahan ). Bandung : YIAPK

Rakel, P. Arianto. 1995. Terapi Mutakhir. Jakarta : EGC

Smeltzer C Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah ( Terjemahanya ).


Jakarta : EGC

Syamsuhidayat R, Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi.

Jakarta : EGC

Tucker. Susan Martin. 1998. Standart Perawatan Pasien ( Terjemahan ) Vol 1 Edisi V.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai