Final BGTDDD
Final BGTDDD
Nama Kelompok :
1. Divania Sherylla Putri 2020071006
2. Eirene Stefani Athalia 2020071024
3. Elsa Anggraeni 2020071008
4. Febriyanti Budi Retnowati 2020071026
5. Lifta Kaumala Febriyanti 2020071029
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Laporan tentang “Pratikum Lab Perpajakan”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika
tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah
hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................. iii
BAB 1 LAB PERPAJAKAN DAN PERPAJAKAN.............................................................. 1
1.1 Definisi Laboratorium Perpajakan ................................................................................... 1
1.2 Tujuan Laboratorium Perpajakan...................................................................................... 2
1.3 Manfaat Laboratorium....................................................................................................... 2
1.4 Definisi Perpajakan........................................................................................................... 3
1.5 Fungsi Pajak...................................................................................................................... 3
1.6 Jenis – Jenis Pajak ............................................................................................................ 4
1.7 Sistem Pemungutan Pajak................................................................................................. 4
1.8 Cara Pemungutan Pajak.................................................................................................... 5
1.9 Asas pemungutan pajak..................................................................................................... 5
1.10 Asas Untuk Memungut Pajak Penghasilan....................................................................... 5
1.11 Tarif Pajak......................................................................................................................... 6
1.12 Soal BAB 1........................................................................................................................ 7
BAB 2 PENGENALAN E-FAKTUR DAN E-SPT PPH 21 BESERTA PENGISIAN....... 9
2.1 Definisi E-Faktur............................................................................................................... 9
2.2 Peraturan Pajak yg mengatur penggunaan eSPT............................................................... 10
2.3 Definisi eSPT PPh21......................................................................................................... 11
2.4 Langkah - Langkah Menginstall e-SPT PPh 21................................................................ 12
2.5 Langkah – Langkah Mengisi e-SPT PPh 21..................................................................... 12
2.6 Soal BAB 2........................................................................................................................ 15
BAB 3 PENGENALAN TENTANG DJP ONLINE BESERTA PENGISIAN................... 17
3.1 Sejarah DJP Online........................................................................................................... 17
3.2 Fitur Perpajakan DJP Online............................................................................................. 17
3.3 Kelebihan e-Filling DJP Online........................................................................................ 18
3.4 Langkah-Langkah Registrasi /Daftar DJP Online e-Filing............................................... 18
3.5 Langkah-Langkah Menggunakan e-Filing........................................................................ 20
iii
3.6 Data yang Perlu Disiapkan................................................................................................ 21
3.7 Soal BAB 3........................................................................................................................ 22
BAB 4 PERHITUNGAN PPH 21, PPH 23, DAN PPN.......................................................... 24
4.1 PPH 21............................................................................................................................... 24
4.2 PPH 23............................................................................................................................... 29
4.3 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)........................................................................................ 34
4.4 Soal BAB 4........................................................................................................................ 41
BAB 5 PENUTUP..................................................................................................................... 43
5.1 Simpulan............................................................................................................................ 43
5.2 Saran.................................................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 44
iv
BAB 1
LAB PERPAJAKAN DAN PERPAJAKAN
1
6. Sosialisasi ketentuan perpajakan terkini
7. E-Filing bagi dosen dan karyawan
8. Pelatihan pajak (Brevet)
Berdasarkan tujuan laboratorium pajak yaitu pusat pelayanan di bidang perpajakan bagi
civitas akademika, maka dapat diperoleh indikator tujuan laboratorium pajak mencakup:
1. Memfasilitasi mahasiswa di bidang perpajakan, dan
2. Tersedianya sarana dan prasarana laboratorium.
2
Kesimpulannya, manfaat laboratorium adalah sumber belajar yang merupakan wadah dalam
proses belajar mengajar yang dapat mengembangkan keterampilan motorik maupun
intelektual, sehingga indikator manfaat laboratorium pajak mencakup:
1. Adanya kuliah umum perpajakan, penelitian/tugas akhir
2. Fungsi dan kegunaan referensi pajak, yang berupa: buletin pajak, hasil penelitian, dan
media 4 pajak
3. Diadakannya Sosialisasi Ketentuan perpajakan terkini
4. Memfasilitasi penyelenggaraan pelatihan brevet pajak.
3
1.6 Jenis-Jenis Pajak
1. Menurut golongan :
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib
pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak
lain. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh)
b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Contoh: PPN
2. Menurut sifat :
a. Pajak subyektif, yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan diri Wajib
Pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaaan subyeknya. Contoh: PPh
b. Pajak obyektif, yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan obyeknya baik
berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya
kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi subyek pajak
(Wajib Pajak) maupun tempat tinggal. Contoh: PBB
3. Menurut lembaga pemungut :
Pajak Pusat, yaitu pajak yg dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara pada umumnya. Contoh: PPh, PPN, PPnBM, BPHTB
serta Bea Materai.
Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah (propinsi,
kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah
dibedakan menjadi pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.
4
1.8 Cara Pemungutan Pajak
Stelsel nyata (riil stelsel) : pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan)yang
nyata, sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni
setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui.
Stelsel anggapan (fictive stelsel) : pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan
yang diatur oleh undang-undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama
dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan
besarnya pajak terutang untuk tahun pajak berjalan.
Stelsel campuran : merupakan perpaduan antara Fictive Stelsel dengan Riil Stelsel. Pada
awal tahun, besarnya pajak dihitung dengan anggapan penghasilan sama dengan tahun
sebelumnya, kemudian diakhir tahun pajak akan dikoreksi berdasarkan objek yang
sesungguhnya.
5
1.11 Tarif Pajak
Tarif pajak sebanding/proporsional
Tarif berupa prosentase tetap, terhadap berapapun jumlahnya yang dikenai pajaksehingga
besarnya pajak terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.
Tarif pajak tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap terhadap berapapun jumlnya yang dikenai pajak sehingga
besarnya pajak yang terutang.
Tarif pajak progresif
Tarif pajak yang prosentasenya semakin besar apabila jumlah yang menjadi dasar
pengenaan pajak semakin besar.
Tarif pajak degresif
Tarif pajak yang prosentasenya semakin kecil apabila jumlah yang menjadi dasar
pengenaan pajak semakin besar. (Modul Perpajakan 1 Prodi Akuntansi UPJ)
6
1.12 SOAL BAB I
1. Apakah manfaat laboratorium perpajakan menurut Sukarso (dalam Wanmustafa,
2011)?
Jawab :
Menurut Sukarso (dalam Wanmustafa, 2011) secara garis besar laboratorium dalam
proses pendidikan adalah sebagai berikut:
1) Sebagai tempat untuk berlatih mengembangkan keterampilan inte-lektual
melalui kegiatan pengamatan, pencatatan dan mengkaji gejala-gejala lain.
2) Mengembangkan keterampilan motorik siswa, siswa akan bertambah
keterampilannya dalam mempergunakan alat-alat media yang tersedia untuk
mencari dan menemukan kebenaran.
3) Memupuk rasa ingin tahu siswa sebagai modal sikap ilmiah seseorang ilmuan.
4) Memberi rasa percaya diri sebagai akibat keterampilan dan pengetahuan atau
penemuan yang diperolehnya.
7
timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi
subyek pajak (Wajib Pajak) maupun tempat tinggal. Contoh: PBB
3) Menurut lembaga pemungut :
a) Pajak Pusat, yaitu pajak yg dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya. Contoh: PPh, PPN,
PPnBM, BPHTB serta Bea Materai.
b) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah (propinsi,
kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Pajak daerah dibedakan menjadi pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.
8
BAB II
PENGENALAN E-FAKTUR DAN E-SPT PPH 21 BESERTA PENGISIANNYA
Aplikasi e-SPT dapat diperoleh di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terdaftar atau dapat
diunduh pada website www.pajak.go.id. Aplikasi e-SPT yang disediakan oleh Dirjen Pajak
terdiri atas:
1. e-SPT Masa, yaitu aplikasi ST elektronik untuk melaporkan SPT Masa setiap bulan.
e-Faktur
e-SPT Masa PPh Pasal 23/26
e-SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat 2
e-SPT Masa PPh Pasal 21/26
2. e-SPT Tahunan, yaitu aplikasi SPT elektronik untuk melaporkan SPT Tahunan setiap
tahun.
e-SPT Tahunan Orang Pribadi (1770 & 17705)
e-SPT Tahunan Badan 1771
9
Di dalam aplikasi e-SPT Masa, sudah termasuk Bukti Pemotongan/ Pemungutan PPh, Surat
Setoran Pajak, dan Daftar Bukti Pemotong-an/Pemungutan PPh di dalamnya.
e-Billing adalah sistem yang menerbitkan kode billing untuk pem-bayaran atau penyetoran
penerimaan negara secara elektronik, tapa perlu membuat Surat Setoran (SSP, SSBP, SSPB)
manual. Kode billing adalah deretan kode unik yang diperoleh dari e-Billing dan digunakan
sebagai kode pembayaran pajak. Aplikasi -Billing dapat digunakan secara online dengan
alamat https://djponline.pajak.go.id
Setelah mendapatkan kode Billing, selanjutnya dapat melakukan pembayaran melalui:
Anjungan Tunai Mandiri (ATM),
Teller bank pada Bank Persepsi, Kantor pos,
Mini ATM yang berada di seluruh KPP ataupun KP2KP, dan atau
Internet banking.
Filing adalah suatu cara penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara elektronik yang
dilakukan secara daring dan real time melalui internet pada website Direktorat Jenderal
Pajak (https:// djponline.pajak.go.id) atau Penyedia Layanan SPT Elektronik atau
Application Service Provider (ASP) yang ditunjuk Direktorat Jenderal Pajak, yaitu
www.spt.co.id
www.pajakku.com
www.eform.bri.co.id
www.online-pajak.com
aspbni.bni.co.id
klikpajak.id
10
1) SPT Masa wajib disampaikan dalam bentuk dokumen elektro-nik oleh Wajib Pajak
yang:
Terdaftar di KPP Madya, KPP di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak Jakarta Khusus, dan KPP di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak Wa-jib Pajak Besar; dan/atau
Sudah pernah menyampaikan PT Masa dalam bentuk dokumen elektronik.
2) SPT Tahunan wajib disampaikan dalam bentuk dokumen elektronik ole wajib pajak
yang:
Terdaftar di PP Madya, KPP di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Jakarta Khusus, dan KPP di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Wa-jib Pajak Besar;
Sudah pernah menyampaikan SPT Tahunan dalam bentuk dokumen elektronik;
Diwajibkan menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dalam bentuk
dokumen;
Diwajibkan menyampaikan SPT Masa pph Pasal 23 dan/ atau pph Pasal 26 dalam
bentuk dokumen elektronik;
Diwajibkan menyampaikan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai dalam bentuk
dokumen elektronik;
Menggunakan jasa konsultan pajak dalam pemenuhan ke-wajiban pengisian SPT
Tahunan Pajak Penghasilan; dan/ atau
11
Wajib pajak badan yang melakukan pemotongan PPh 21 tidak final dengan bukti
pemotongan yang jumlahnya lebih dari 20 dokumen dalam satu masa pajak.
Wajib pajak badan yang melakukan pemotongan PPh 21 final dengan bukti pemotongan
yang jumlahnya lebih dari 20 dokumen dalam satu masa pajak.
Wajib pajak yang melakukan penyetoran dengan SSP dan/atau bukti PBK yang
jumlahnya lebih dari 20 dokumen dalam satu masa pajak.
12
Untuk pegawai tetap, klik “Daftar Pemotongan Pajak (1721-1)" lalu pilih "Satu Masa
Pajak". Apabila yang akan diinput adalah data transaksi, maka pengguna bisa memilih
"Tambah". Seperti lampiran dibawah ini:
d) Isi data berupa nomor NPWP, nama, kode objek pajak, jumlah penghasilan bruto dan PPh
dipotong, dan klik “Simpan”
e) Jika ingin menginput transaksi pembayaran kepada bukan pegawai tetap, caranya pilih
"Isi SPT" lalu pilih "Daftar Bukti Potong" dan pilih “Tidak Final (1721-II)" Apabila akan
menginput transaksi atas pembayaran konsultan, maka klik "Baru" pada menu. Lalu isi
data NPWP, nama, NIK dan alamat. Selanjutnya pilih kode objek pajak.
Untuk konsultan yang hanya sekali pembayaran dalam tahun fiskal, kode akun pajak
yang digunakan adalah 21-100-09. Kemudian isi penghasilan bruto dan dasar pengenaan
pajak. Selanjutnya PPh terutang akan terisi secara otomatis.
f) Untuk konsultan yang pembayarannya lebih dari satu kali dalam satu tahun
fiskal, maka Kode Akun Pajak (KAP) yang digunakan adalah: 21-100-08. Selanjutnya
secara otomatis akan keluar menu detail perhitungan. Seperti lampiran dibawah ini:
13
g) Setelah pengisian SPT selesai, selanjutnya pengguna memilih menu "Isi SPT Induk
(1721)"
h) Pajak terutang ini harus dibayarkan terlebih dahulu supaya bisa mendapat Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN). Setelah NTPN didapatkan, langkah selanjutnya
adalah memasukkan data tersebut ke dalam Surat Setoran Pajak (SSP).
i) Jika semua sudah terisi dengan benar, langkah selanjutnya kembali ke menu "Isi SPT"
dan pilih "SPT Induk" kemudian klik "B.1 Daftar Pemotongan". "B.2. Penghitungan PPh
sudah sesuai" Lalu lanjut ke bagian “D yaitu daftar check list yang dilampirkan”,
Selanjutnya pilih bagian "E. Pernyataan dan Tandatangan Pemotong" dan klik “Simpan".
j) Langkah terakhir, pilih menu "CSV", kemudian pilih "Pelaporan SPT", pilih masa yang
akan dilaporkan kemudian klik "Buat file CSV". File CSV akan secara otomatis
tersimpan di folder yang telah dipilih oleh pengguna.
Setelah menyelesaikan tahapan pengisian e-SPT PPh 21, wajib pajak belum belum bisa
mencetak SPT. Sebab, untuk bisa mencetak SPT PPh 21, wajib pajak harus menginstall
program CRRuntime_32bit_13_0_7. Maka, wajib pajak harus memastikan program
CRRuntime terinstal atau paling tidak telah memiliki master file CRRuntime.
14
2.6 SOAL BAB II
1. Kondisi seperti apa yang menyebabkan SPT dianggap tidak disampaikan?
Jawab:
Meskipun Wajib Pajak telah menyampaikan SPT Tahunan baik secara fisik langsung ke
KPP maupun melalui jasa pos maupun ekspedisi, beberapa kondisi bisa membuat SPT
tersebut dianggap tidak disampaikan (sesuai Pasal 9 PER-01/PJ/2016)
Adapun kondisi tersebut karena:
SPT Tahunan tidak ditandatangani oleh Wajib Pajak/Kuasa Wajib Pajak;
SPT Tahunan tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen yang
dipersyaratkan
SPT Tahunan yang menyatakan lebih bayar disampaikan setelah 3 (tiga) tahun
sesudah berakhirnya bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan Wajib Pajak telah
ditegur secara tertulis; atau
SPT Tahunan disampaikan setelah Direktur Jenderal Pajak melakukan pemeriksaan
tau menerbitkan surat ketetapan pajak,
Dalam kondisi demikian pihak DJP (KPP) akan menyampaikan surat pemberitahuan
kepada Wajib Pajak yang menyatakan bahwa SPT Tahunan dianggap tidak
disampaikan.
15
Apabila dalam waktu tersebut belum dibayarkan, maka W akan menerima surat paksa
sebagai bentuk tagihan lanjutan.
3. Kapan batas waktu pelaporan?
Jawab:
Dikutip dari laman Ditjen Pajak, batas waktu pelaporan SPT Tahunan adalah tanggal 31
Maret setiap tahunnya atau tiga bulan setelah akhir tahun pajak.
Sehingga batas waktu pelaporan SPT Tahunan PPh orang pribadi pada 2020 yakni 31
Maret 2020.
Sementara batas waktu pelaporan SPT Tahunan PPh badan paling lama empat bulan
setelah akhir tahun pajak atau 30 April setiap tahunnya.
4. Apakah kewajiban lapor SPT PPh 21 hanya berlaku bagi badan saja atau OP juga?
Dengan catatan baik badan maupun OP tersebut pelaporannya nihil.
Jawab:
Garis besarnya adalah pelaporan PPh 21 jika ada nilai setoran pajak maka wajib
dilaporkan (tiap masa Jan-Des), kalau tidak ada nilai setoran = Nihil, maka
cukup melaporkan pada saat masa Desember 20XX
Untuk pegawai tetap yang nihil, tetap dibuat bukti potongnya (Bupot A1) supaya
karyawan bisa melaporkan SPT Tahunan mereka di bulan Maret nanti.
Jika pegawai tidak tetap -> pengisian ada di kolom daftar bukti potong -> tidak final.
5. Apa perbedaan e-filling dan e-billing?
e-Billing adalah sistem yang menerbitkan kode billing untuk pem-bayaran atau
penyetoran penerimaan negara secara elektronik, tapa perlu membuat Surat Setoran
(SSP, SSBP, SSPB) manual. Sedangkan,
e-Filing adalah suatu cara penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara elektronik
yang dilakukan secara daring dan real time melalui internet pada website Direktorat
Jenderal Pajak
16
BAB III
PENGENALAN TERKAIT TENTANG DJP ONLINE BESERTA PENGISIANNYA
17
lalu. Di Indonesia, orang-orang yang termasuk kategori wajib pajak harus melaporkan
Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) secara rutin.
SPT adalah laporan pajak yang dilaporkan oleh wajib pajak (perseorangan atau badan)
kepada pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Ada dua jenis
SPT yang wajib dilaporkan, yakni SPT Tahunan dan SPT Masa. Ditjen Pajak pun
membuat sebuah sistem bernama DJP Online yang salah satu fiturnya memungkinkan
wajib pajak untuk melakukan e-Filing.
Dilansir dari situs resmi Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Kuangan, e-Filing
adalah suatu cara penyampaian SPT secara elektronik yang bisa dilakukan secara online
dan real-time melalui internet dengan menggunakan website DJP Online atau penyedia
layanan -Filing pajak yang disebut Application Service Provider (ASP). Salah satunya
adalah Online Pajak yang merupakan ASP resmi dan ditunjuk oleh Ditjen Pajak.
18
Bagi wajib pajak yang baru pertama kali menggunakan e-Filing pajak, langkah pertama
yang harus dilakukan untuk registrasi akun adalah mengajukan permohonan EFIN
(Electronic Filing Identification Number) ke KPP atau Kantor Pelayanan Penyuluhan
dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP).
Catatan:
EFIN tidak bisa didapatkan secara Online.
EFIN adalah nomor identitas yang hanya diterbitkan oleh DJP kepada wajib pajak
yang hendak melakukan transaksi pajak secara elektronik.
EFIN ini telah diaktifkan dan dapat digunakan ole Wajib Pajak untuk mendaftarkan
diri pada layanan Elektronik di Direktorat Jenderal Pajak
EFIN bersifat rahasia dan digunakan sebagai alat autentikasi, Wajib Pajak
berkewajiban untuk menjaga keamanan dan kerahasiaan EFIN dari penggunaan
yang tidak sah.
19
Aktivasi akun melalui tautan khusus
Setelah itu, sistem akan secara otomatis mengirimkan identitas wajib pajak (NPWP),
password, dan link aktivasi ke email yang telah didaftarkan.
Login akun DJP Online e-Filing
Jika akun telah berhasil diaktifkan, kini sudah bisa login ke akun DJP Online e-Filing.
Caranya hanya perlu memasukkan NPWP, password, dan kode keamanan. Setelah itu,
tekan tombol "login" dan akan masuk ke halaman sistem layanan DJP Online e-Filing.
20
3.6 Data yang Perlu Disiapkan
Untuk Pelaporan e-Filing Melalui Aplikasi / Website DJP
File CSV SPT yang Hendak Dilaporkan
Siapkan file CSV SPT pada software e-SPT atau e-Form yang disediakan Ditjen Pajak.
File PDF lampiran yang Hendak dilaporkan
Simpan lampiran dalam 1 file PDF yang dinamakan sama dengan nama file CSV SPT.
21
3.7 SOAL BAB 3
1. Apa yang dimaksud dengan EFIN?
Jawab:
EFIN merupakan singkatan dari Electronic Filing Identication Number (EFIN) yakni
nomor identitas yang diterbitkan oleh direktorat Jenderal Pajak kepada wajib pajak yang
melakukan transaksi elektronik dengan DJP.
22
Lebih praktis melaporkan pajak
Semua dokumen yang diperlukan untuk pengisian dan pengiriman SPT melalui
sistem pelaporan pajak online akan dikirim dalam bentuk file elektronik.
23
BAB 4
PERHITUNGAN PPH 21, PPH 23, DAN PPN
4.1 PPH 21
4.1.1 PENGERTIAN PPH 21
PPh 21 adalah pajak pemotongan yang dikenakan atas penghasilan yang diterima
oleh seorang Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) dalam negeri atas pekerjaan, jasa,
atau kegiatan yang dilakukannya. PPh 21 dipotong dari penghasilan yang diterima
oleh seseorang, sementara di sisi lain, PPh 23 dipotong dari penghasilan yang
diterima oleh suatu Badan.
Umumnya PPh 21 ini berkaitan dengan pajak yang digunakan pada sistem
penggajian suatu perusahaan. Namun, sebenarnya PPh 21 juga digunakan secara luas
untuk berbagai kegiatan lainnya.
Perlakuan atas PPh 21 sangat bervariasi tergantung pada jenis penghasilannya. Ada
berbagai kategori jenis penghasilan yang dikenakan PPh 21, seperti:
Penghasilan bagi Pegawai Tetap
Penghasilan bagi Pegawai Tidak Tetap
Penghasilan bagi Bukan Pegawai
Penghasilan yang dikenakan PPh 21 Final
Penghasilan Lainnya
24
4. Orang pribadi yg melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badang
yang membayar honorarium
5. Penyelenggara kegiatan
25
Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan
TIDAK TERMASUK WAJIB PAJAK PPh PASAL 21
Yang tidak termasuk dalam pengertian penerima penghasilan yang dipotong PPh
Pasal 21 adalah:
3. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsultan
4. Pejabat perwakilan organisasi internasional
26
c) Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua,
atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati
jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja;
d) Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah borongan, atau upah yang dibayarkan secara
bulanan;
e) Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan
sehubungan jasa yang dilakukan;
f) Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi,
uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun;
g) Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang
diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang
tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama;
h) Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus, atau imbalan lain
yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai; atau
i) Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang
masih berstatus sebagai pegawai dari dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan.
27
PPh Pasal 21 = Tarif x Dasar Pengenaan Pajak
Berdasarkan ketentuan Pasal 17 ayat (1) UU PPh, besarnya tarif Pajak Penghasilan
yang diterapkan atas PKP atas WP dalam negeri dan WP luar negeri yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia melalui BUT di Indonesia, sebagai
berikut:
28
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 101/PMK.010/2016 perubahan nilai
PTKP sebagai berikut:
1. Rp.54.000.000 (lima puluh empat juta rupiah) tambahan untuk WP Orang Pribadi.
2. Rp.4.500.000 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk WP yang kawin.
3. Rp.54.000.000 (lima puluh empat juta rupiah) tambahan untuk seorang istri yang
penghasilannya digabung dengan penghasilan suami seba gaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1).
4. Rp.4.500.000 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota
keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang
menjadi tanggungan sepenuhnya paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap
keluarga.
4.2 PPH 23
4.2.1 Definisi Pph 23
PPh 23 adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan atas modal, penyertaan jasa,
hadiah, bunga, deviden, royalti, atau hadiah dan penghargaan, selain yang dipotong
PPh Pasal 21. Pemotongan PPh 23 dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan
sehubungan dengan pembayaran berupa dividen, bunga, royalti, sewa, dan jasa
kepada Wajib Pajak, dan Bentuk Usaha Tetap (BUT).
Penghasilan jenis ini terjadi karena adanya transaksi antara pihak yang memberikan
penghasilan dengan pihak yang menerima penghasilan. Adapun, objek pajak dari
PPh 23 adalah meliputi penghasilan yang dibayarkan kepada pihak lain atau rekanan
berupa sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, misalnya,
sewa kendaraan atau sewa sound system.
Dalam hal ini sewa tanah dan bangunan tidak termasuk. PPh 23 juga diterapkan
dalam imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, dan jasa konsultasi,
misalnya, jasa perbaikan, jasa kebersihan, dan jasa katering.
PPh 23 adalah pajak yang wajib dibayarkan jika Anda penghasilan, hadiah dan
lainnya. Sama halnya saat Anda membeli rumah, Anda juga wajib membayar pajak.
Jadi sebelum Anda membeli rumah, pastikan ada dana tambahan yang Anda siapkan.
29
4.2.1 Dasar Hukum PPh 23
Berdasarkan undang-undang dasar hukum PPh Pasal 23 adalah sebagai berikut :
1. Pasal 23 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Perubahan Keempat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan.
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008 tentang Jenis Jasa Lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) Huruf c Angka 2 Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008.
30
4.2.3 Cara Menghitung PPh 23
Berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh), tarif PPh 23 dibedakan
menjadi dua jenis. Perbedaan tersebut didasarkan pada objek yang dikenakan pajak
penghasilan 23.
Tarif dari pajak penghasilan 23 dikenakan atas Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atau
jumlah bruto dari penghasilan. Di dalam PPh Pasal 23, terdapat dua jenis tarif yang
diberlakukan, yaitu 15% dan 2% tergantung dari objek pajaknya. Berikut penjelasan
dari masing-masing tarif.
1. Tarif 15% PPh 23 dengan tarif 15% wajib dibayarkan oleh WP dari jumlah bruto
atas dividen, bunga, royalti, dan hadiah, penghargaan, bonus, atau sejenisnya,
selain yang belum dipotong oleh PPh 21. Dalam Pasal 4 ayat (1) UU 36 Tahun
2008 tentang PPh, dividen yang dimaksud termasuk dividen yang diterima oleh
pemegang polis asuransi serta pembagian sisa hasil usaha koperasi.
Sedangkan bunga adalah diskonto, premium, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang. Sementara yang dimaksud dengan royalti adalah imbalan
atas penggunaan hak.
Cara menghitung PPh 23 tarif 15% bisa dilihat dari contoh berikut: Pak Anto
menerima royalti atas hak yang digunakan sebesar Rp10.000.000, maka jumlah
PPh yang harus dibayarkan adalah: 15% x Rp10.000.000 = Rp1.500.000.
2. Tarif 2% Wajib pajak diwajibkan melunasi PPh sebesar 2% dari jumlah bruto
atas sewa dan penghasilan lain terkait penggunaan harta. Adapun sewa dan
penghasilan lain yang bersumber dari penggunaan tanah dan bangunan
dikecualikan dari pajak ini, yang dasar hukumnya dapat ditemukan pada pasal 4
ayat (2) bagian d.
Tarif pajak PPh 23 dengan tarif 2% juga berlaku untuk jumlah bruto dari
imbalan jasa, di antaranya jasa teknik, konstruksi, manajemen, konsultan,
penilai, akuntansi, jasa hukum, jasa penerbitan/percetakan, dan jenis jasa lainnya
seperti yang diatur dalam peraturan Menteri Keuangan.
Untuk penghitungan PPh 23 dengan tarif 2%, berikut contohnya: PT XYZ
adalah sebuah badan usaha tetap yang menerima jasa merancang busana dengan
31
jumlah bruto Rp15.000.000. Dengan demikian, jumlah PPh 23 yang dibayarkan,
yaitu 2% x Rp15.000.000 = Rp300.000.
32
3. Melakukan pelaporan PPh Pasal 23 dengan menggunakan aplikasi e-bupot PPh
pasal 23 melalui login di laman pajak.go.id atau melalui application service
provider (ASP) [Daftar Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi] paling lama tanggal
20 bulan berikutnya.
Apabila Anda melakukan peminjaman dana dan membayarkan Bunga kepada
pemilik dana, maka yang harus Anda lakukan adalah:
1. Melakukan Pemotongan PPh Pasal 23 sebesar 15% dari bruto nilai bunga dan
membuat bukti potong PPh Pasal 23 melalui aplikasi e-bupot PPh pasal 23
2. Melakukan penyetoran PPh dengan terlebih dahulu membuat kode billing
dengan kode MAP 411124 dan kode jenis setoran 102. Penyetoran dilakukan
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
3. Melakukan pelaporan PPh Pasal 23 dengan menggunakan aplikasi e-bupot PPh
pasal 23 melalui login di laman pajak.go.id atau melalui application service
provider (ASP) [Daftar Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi] paling lama tanggal
20 bulan berikutnya.
Apabila Anda membayarkan royalti kepada pihak penerima royalti, maka yang harus
Anda lakukan adalah:
4) Melakukan Pemotongan PPh Pasal 23 sebesar 15% dari jumlah bruto nilai
royalti dan membuat bukti potong PPh Pasal 23 melalui aplikasi e-bupot PPh
pasal 23
5) Melakukan penyetoran PPh dengan terlebih dahulu membuat kode billing
dengan kode MAP 411124 dan kode jenis setoran 103. Penyetoran dilakukan
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
6) Melakukan pelaporan PPh Pasal 23 dengan menggunakan aplikasi e-bupot PPh
pasal 23 melalui login di laman pajak.go.id atau melalui application service
provider (ASP) [Daftar Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi] paling lama tanggal
20 bulan berikutnya.
Apabila Anda menggunakan jasa dari WP badan, maka yang harus Anda lakukan
adalah:
1. Meneliti apakah jasa yang digunakan itu adalah termasuk jenis jasa yang
merupakan objek PPh Pasal 23 berdasarkan PMK-141/PMK.03/2015
33
2. Melakukan Pemotongan PPh Pasal 23 sebesar 2% dari jumlah bruto nilai jasa
dan membuat bukti potong PPh Pasal 23 melalui aplikasi e-bupot PPh pasal 23
3. melakukan penyetoran PPh dengan terlebih dahulu membuat kode billing
dengan kode MAP 411124 dan kode jenis setoran 104. Penyetoran dilakukan
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
4. Melakukan pelaporan PPh Pasal 23 dengan menggunakan aplikasi e-bupot PPh
pasal 23 melalui login di laman pajak.go.id atau melalui application service
provider (ASP) [Daftar Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi] paling lama tanggal
20 bulan berikutnya.
Apabila Anda menyewa harta selain tanah dan/atau bangunan, maka yang harus
Anda lakukan adalah:
1. Melakukan Pemotongan PPh Pasal 23 sebesar 2 % dari jumlah bruto nilai sewa
dan membuat bukti potong PPh Pasal 23 melalui aplikasi e-bupot PPh pasal 23
2. Melakukan penyetoran PPh dengan terlebih dahulu membuat kode billing
dengan kode MAP 411124 dan kode jenis setoran 100. Penyetoran dilakukan
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
3. Melakukan pelaporan PPh Pasal 23 dengan menggunakan aplikasi e-bupot PPh
pasal 23 melalui login di laman pajak.go.id atau melalui application service
provider (ASP) [Daftar Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi] paling lama tanggal
20 bulan berikutnya.
34
Saat pelaporan: paling lambat 20 September 2014
4.3.2 Karakteristik
1. Pajak Tidak Langsung
2. Multistage Levy
3. Indirect Substraction Method
4. Pajak atas Konsumsi Dalam Negeri
5. Consumption Type VAT
6. Tarif Tunggal
7. Non Cumulative
8. Pajak Objektif
35
b) PPN dikenakan atas impor BKP; (Ps. 4 ayat (1) huruf b)
c) PPN dikenakan atas penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan
dalam kegiatan usaha atau pekerjaan PKP; (Ps. 4 ayat (1) huruf c)
d) PPN dikenakan atas pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah
Pabean, di dalam Daerah Pabean; (Ps. 6 ayat (1) huruf d)
e) PPN dikenakan atas pemanfaatan JKP dari luar, di dalam Daerah Pabean; (Ps.
4 ayat (1) huruf e)
f) PPN dikenakan atas ekspor BKP Berwujud yang dilakukan oleh PKP; (Ps. 4
ayaat (1) huruf f)
g) PPN dikenakan atas ekspor BKP Tidak Berwujud yang dilakukan oleh PKP;
(Ps. 4 ayat (1) huruf g)
h) PPN dikenakan atas ekspor JKP yang dilakukan oleh PKP; (Ps. 4 ayat (1)
huruf h)
i) PPN dikenakan atas kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam
kegiatan usaha atau pekerjaan baik oleh orang pribadi atau badan yang
hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain yang batasan dan tata
caranya diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan; (Ps. 16C)
j) PPN dikenakan atas penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan oleh PKP, kecuali penyerahan aktiva
yang
Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan berdasarkan Pasal 9 ayat (8) huruf
b dan huruf c; (Ps.16D)
2. Subjek Pajak
a. Dilihat dari pihak yang melakukan penyerahan, subjek PPN adalah PKP,
yaitu subjek pajak yang melakukan :
Penyerahan BKP (Ps. 4 ayat (1) huruf a)
Penyerahan JKP (Ps. 4 ayat (1) huruf c);
Ekspor BKP berwujud (Ps. 4 ayat (1) huruf f);
Ekspor BKP tidak berwujud ( Ps. 4 ayat (1) huruf g);
Ekspor JKP (Ps, 4 ayat (1) huruf h);
36
Menyerahkan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan (Ps. 16D);
b. Dilihat dari pihak yang menerima penyerahan, subjek PPN adalah non
PKP, yaitu subjek pajak yang melakukan:
Impor BKP (Ps. 4 ayat (1) huruf b)
Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari,luar Daerah Pabean, di dalam
Daerah Pabean (P. 4 ayat (1) huruf d)
Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean, di dalam Daerah Pabean
(Ps. 4 ayat (1) huruf e)
Kegiatan membangun sendiri tidak dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya (Ps.16C)
4.3.4 Tarif
Tarif PPN adalah tarif tunggal yaitu 10%.
37
2. BKP berwujud berupa barang tidak bergerak, terjadi pada saat penyerahan
hak untuk menggunakan atau menguasai BKP berwujud tersebut, secara
hukum atau secara nyata, kepada pihak pembeli.
3. BKP tidak berwujud
a) Harga atas penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud diakui
sebagai piutang atau penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur
penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten; atau
b) Kontrak atau perjanjian ditandatangani, atau saat mulai tersedia
fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata, sebagian atau
seluruhnya, dalam hal saat sebagaimana dimaksud pada sub a) tidak
diketahui.
4. BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan, yang masih ada pada saat pembubaran perusahaan
ditentukan oleh salah satu dari perbuatan hukum yang terjadi lebih dahulu
yaitu pada saat:
a) Akte pembubaran ditantandatngani oleh Notaris;
b) Jangka waktu perusahaan berakhir yang ditetapkan dalam Anggaran
Dasar;
c) Tanggal penetapan Pengadilan yang menyatakan perusahaan sudah
bubar; atau
d) Diketahui bahwa perusahaan nyata-nyata sudsah tidak melakukan
kegiatan usaha atau dibubarkan, berdasarkan hasil pemeriksaan atau
berdasarkan data atau do-kumen yang ada.
38
sesuai hasil Rapat Umum Pemegang Saham yang tertuang dalam
perjanjian penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
pengambilalihan usaha, atau perubahan bentuk usaha; atau
b) Akta mengenai penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan
atau pengambilalihan usaha, atau perubahan bentuk usaha
ditandatangani oleh Notaris.
6. Saat impor BKP terjadi pada saat BKP dimasukkan ke dalam Daerah
Pabean
7. Penyerahan JKP terjadi pada saat:
a) Harga atas penyerahan JKP diakui sebagai piutang atau penghasilan,
atau pada saat diterbitkan faktur penjualan, sesuai dengan prinsip
akuntasi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten;
b) Surat kontrak atau surat perjanjian ditandatangani, dalam hal peristiwa
hukum tersebut pada sub 1) tidak diketahui; atau
c) Mulai tersedia fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata,
baik sebagian atau seluruhnya, dalam hal pemberian cuma-cuma atau
pemakaian sendiri JKP.
8. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau JKP dari luar Daerah Pabean
sebagai-mana dimaksud pada Pasal 4 ayat (1) huruf d dan huruf e UU PPN
1984, ditentukan perbuatan hukum yang terlebih dahulu dilakukan diantara
tiga perbuatan hukum di bawah ini, yaitu pada saat :
a) harga perolehan BKP Tidak Berwujud dan/atau JKP tersebut
dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang memanfaatkannya;
b) harga jual BKP Tidak Berwujud dan/atau penggantian JKP tersebut
ditagih oleh pihak yang menyerahkan; atau
c) harga perolehan BKP Tidak Berwujud dan/atau JKP tersebut dibayar
baik sebagian maupun seluruhnya oleh pihak yang memanfaatkan.
9. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau JKP dari luar Daerah Pabean,
di dalam Daerah Pabean terjadi pada tanggal surat kontrak atau surat
perjanjiannya ditandatangani, dalam saat perbuatan hukum tersebut pada
huruf h tidakdiketahui.
39
10. Ekspor BKP Berwujud ditentukan oleh saat BKP Berwujud dikeluarkan
dari Daerah Pabean
11. Ekspor BKP Tidak Berwujud terjadi pada saat BKP Tidak Berwujud
tersebut dicatat atau diakui sebagai piutang atau penghasilan.
12. Ekspor JKP terjadi pada saat Penggantian atas jasa yang diekspor tersebut
dicatat atau diakui sebagai piutang atau penghasilan.
4.3.6 Tempat Terutang
1. Di tempat tinggal/tempat kedudukan dan/ tempat kegiatan usaha dilakukan
2. Tempat BKP dimasukkan, untuk impor BKP
3. Di tempat bangunan didirikan, untuk KMS
4. Di tempat kegiatan usaha, untuk PKP OP yang di tempat tinggalnya tidak
ada kegiatan usaha.
5. Dan yang ditetapkan dirjen pajak
40
4.4 Soal BAB 4
1. Penyerahan BKP/ JKP oleh PKPPT ABC adalah seorang pengusaha toko buku yang
telah dikukuhkan sebagai PKP. Berikut adalah beberapa transaksi yang telah dilakukan
bulan Januari 20191. Pada tanggal 1 Januari membeli buku tulis dari PT HAHA (PKP)
sebesar Rp 15.000.000,00 dan menerima faktur pajak
2. Pada tanggal 10 Januari membeli komik dari PT HIHI (PKP) sebesar Rp
10.000.000,00 dan menerima faktur pajak
3. Pada tanggal 30 Januari total penjualan buku di tokonya sebesar Rp 40.000.000,00
Tentukan PM yang dapat dikreditkan dan PK serta berapa yang harus disetor ke
negara!
Jawab :
1. PM = 10% × 15.000.000 = Rp 1.500.000,00
PM = 10% × 10.000.000 = Rp 1.000.000,00
PK = 10% × 40.000.000 = Rp 4.000.000,00
Total PM yang dapat dikreditkan Rp 2,5 juta
Total PK Rp 4 juta
Yang harus disetor ke kas negara Rp 1,5 juta
2. Ekspor BKP/JKP
PT ABC mengekspor buku budaya indonesia ke luar negeri dengan nilai yang
harus ditagih sebesar Rp 18.000.000,00. Berapa pajak terutang?
Jawab ;
PPN = 0% × 18.000.000 = Rp 0,00
41
3. Impor BKP
PT ABC mengimpor novel best seller dari luar negeri dengan nilai impor
sebanyak Rp 20.000.000,00. Berapa pajak terutang?
Jawab :
PPN = 10% ×20.000.000,00 = Rp 2.000.000,00
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
PT Asik memperoleh izin untuk menggunakan merk dagang milik luar negeri
untuk digunakan di Indonesia. Ia membeli izin tersebut seharga Rp 40.000.000.
Berapakah pajak terutang?
Jawab :
PPN = 10% ×40.000.000,00 = Rp 4.000.000,00
5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerahpabean PT ABC ingin
membayar jasa tenaga ahli dari tiongkok yang telah memberikan pelatihan IT di
kantornya. Harga yang ditawarkan sebelum PPN adala Rp 500.000.000,00.
Berapa PPN terutang?
PPN = 10% ×500.000.000= Rp 50.000.000,00
42
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari penyataan diatas simpulannya, manfaat laboratorium adalah sumber belajar yang
merupakan wadah dalam proses belajar mengajar yang dapat mengembangkan keterampilan
motorik maupun intelektual, sehingga indikator manfaat laboratorium pajak mencakup:
5.2 Saran
1. Penulis menyarankan agar peneliti selanjutnya meneliti lebih banyak pengetahuan
tentang lab perpajakan dari berbagai generasi agar menemukan data yang akurat dan
lebih beragam mengenai proses perpajakan
2. Penulis juga menyarankan agar peneliti selanjutnya dapat mengupas secara lebih dalam
proses kepenulisan dari para peneliti. Sehingga data yang diperoleh lebih berkualitas.
43
DAFTAR PUSTAKA
Lazarus Ramandey, S.Sos., M.T., lahir di Urei Faisei, 4 Maret 1977. Merupakan Dosen FISIP
Universitas Cendrawasih sejak 1999 Memulai pendidikan formal di SD YPK II Urei Fasei,
Kabupaten Waropen (1983- 1989)
44