Anda di halaman 1dari 21

Tugas Terstruktur Dosen Pembimbing

Kapita Selekta Dr.,ZAITUN M. Ag

Jurnal pengaruh NAPZA terhadap Generasi Muda dan Masyarakat

Kelompok 7

Ulil Fahmi
Nurmuhammad Ihsani Aria Muna
Bismi Khairi Fadillah

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


SEMESTER II
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan jurnal yang berhubungan dengan Napza ini
degan baik. Salawat beriring salam semoga tercurah kepada baginda Nabi Muhammad
SAW,tiada kata yang bisa saya ucapkan kepada dosen pembimbing dan kawan kawan yang telah
membantu saya dalam pembuatan makalah ini melainkan ucapan terimakasih.Selesainya
makalah ini tidak terlepas dari bantuan dosen pembimbing mata kuliah,beserta kawan-kawan
seperjuangan yang selalu memberikan motivasi yang begitu kuat.
Saya sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal itu di karenakan
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan saya. Oleh karena itu,saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca, Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru , 24 Mei 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Permusan Masalah………...........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian NAPZA………………...........................................................3
B. Jenis-jenis Narkoba…………………………………….……….……………...3
C. Daftar penyalahgunaan narkotika diPekan Baru yang digolongkan
berdasarkan pengguna……………..……...............................................5
D. Akibat penyalahgunaan Narkoba……….…...........................................6
E. Lembaga yang berwenang umtuk mencegah dan menanggulangi
penyalahgunaan Narkoba…………………..…………………………...6
F. Model pembinaan Klien Narkoba dalam rangka penygulangan tindak
pidana Narkotika…………………………….…………………………12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................17
B. Saran…………..........................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..1

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia beberapa tahun ini menjadi masalah serius dan
telah mencapai keadaan yang nmemprihatinkan, sehingga permasalahan Narkoba menjadi
msalah Nasional. Sebagai salah satu Negara berkembang, Indonesia menjadi sasaran yang sangat
potensial sebagai tempat pengedaran Narkoba secara illegal. Penyalahgunaan Narkoba masih
menjadi masalah kronis yang menimpa Indonesia, kasus peredaran sabu dan banyak
tertangkapnya Bandar-bandar NArkoba internasional dalam beberapa tahun ini menjadi bukti
bahwa Indonesia sedang berada dalam kondisi darurat Narkoba.

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) sebagai garda depan dalam perang melawan
Narkoba di Indonesia terus membuktikan kemampuannya untuk memerangi perang tersebut.
Peran penting pihak kepolisian dalam tugasnya memberantas kasus kejahatan terkait narkoba
harus didukung dengan baik walaupun angka-angka kasus tetrsebut tetap meningkat.
Terungkapnya kasus-kasus disatu sisi memang dapat bmemberi petunjuk beta[pakebijkan
pemerintah saat ini lemah dalam menghadapi peredaran tersebut. Jadi walaupun Indonesia
memilikin Undang –Undang no 5 tahun 1997 tentang psikotropika dan Undang-Un dang no22
tahun 1997 tentang Narkotika yang telah diganti menjadi Undang- Undang Nomor 35 tahun
2009 tentang Narkotika, namun masalah tindak pidana kejahatan ini belum dapat diselesaikan
dengan tuntas.

Dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika ini diatur juga peran
BNN (Badan Narkotika Nasional) yang ditingkatkan menjadi lembaga pemerintah non
kementerian (LPNK) dan diperkuat kewenangannya untuk melekukan penyellidikan dan
penyelidikan. BNN (Badan Narkotika Nasional) juga mempunyai perwakilan di daerah Provinsi
dan Kabupaten/Kota sebagai instansi vretikal (Badan Narkotika Provinsi atau BAdan Narkotika
Kota). Serta mengatur peran Masyarakat dalam usaha pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan Narkotika dan precursor Narkotika termasuk pemberian penghargaan bagi
anggota Masyarakat yang berjasa dalam upaya pemberantasan penyalahgunaan Narkotika dan
Prekursor Narkotika.

1
Upaya pemberantasan tindak pidana penyalahgunaan narkotika telah dilakukan oleh
Kepolisian, BNN maupun lembaga swadaya masyarakat.Polri dan BNN telah merilis berbagai
upaya pemberantasan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika yang dilakukan secara
prefemitif, Preventif, dan Represif dengan tujuan agar Negara Indonesia bebas Narkoba.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Napza, dan jenis-jenisnya.?
2. Apa dampak dan akibat penyalah gunaannya.?
3. Siapakah yang berwenang menanggulangi penyalahgunaan napza.?
4. Metode dan model pembinaan apakah yang membuat pengguna narkoba agar tidak
menyalahgunakan narkoba kembali.?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN NAPZA

Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotrapika, dan bahan adiktif lainnya.
Narkoba adalah obat,bahan, atau zat dan bukan tergolong makanan jika diminum, diisap,dihirup,
ditelan atau disuntikkan, berpengaruh terutama pada kerja otak, (susunan syaraf pusat), dan
sering menyebabkan ketergantungan. Akibatnya kerja otak berubah (meningkat atau menurun),
demikian juga fungsi vital organ tubuh lain(jantung,peredaran darah, pernafasan dan lainnya).

B. JENIS-JENIS NARKOBA

Sesuai dengan Undang-Undang Narkoba nomor 35 tahun tahun 2009 tentang Narkotika,
Narkoba dibagi dalam 3 jenis yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat diktifnya.

1. Narkotika
Menurut soerdjono Dirjosisworo narkotika adalah “Zat yang bisa menimbulkan
pengaruh tertentu bagi yang menggunakannya dngan mem asukkan kedalam tubuh”.
Narkotika digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Narkotika golongan 1, adalah Narkotika yang paling berbahaya, daya aktifnya sangat
tinggi contoh: Ganja, Heroin, Kokain, Morfin, dan opium.
b. Narkotika golongan 2, adalah adalah Narkotika yang memiliki daya adiktif yang
tinggi contoh: petidin,benzeditin, dan betamedatol.
c. Narkotika gologan 3, adalah Narkotika yang memiliki daya aktif yang ringan
contoh: Kodein dan turunannya.
2. Psikotrapika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan Narkoba, baik alamiah maupun sintesis,
yang memiliki hasiat Psikoaktif melalui pengaru selektif pada susunansaraf pusat yang
mneyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan prilaku. Psikotropika
digolongkan menjadi 4:
a. Psikotropika golongan 1, adalah debngan daya aktif yang sangat tinggi contoh:
MDMA, LSD, STP, dan Ekstasi

3
b. Psikotropika golongan 2, adalah Psitropika dengan daya aktif yang kuat contoh :
Amfetamin, metamfetamin, dan Metakualon.
c. Psikotropika golongan 3, adalah Psikotropika dengan daya adiksi sedang, contoh:
lumibal, bbuprenorsina, dan freenitrazepam.
d. Psikotropika golongan 4, adalah Psikotropika yang memiliki daya aktif ringan,
Contoh: nitrazepam(BK, Magon, Dumolid) dan diazepam.
3. Zat adiktif lainnya
Zat adiktif lainnya adalah zat-zat selain Narkotika dan Psikotropika yang dapat
menimbulkan ketergantungan pada pemakainya, diantaranya:
a. Rokok.
b. Kelompok alkhohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan
ketagihan.
c. Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan Aseton, cat, bensin
yang apabila apabila dihirup akan dapat memabukkan.
Peredaran Narkoba di Indonesia kondisinya sudah menghawatirkan . berdasarkan
data yang dikeluarkan POLRI angka kasus peredaran di Indonesia mengalami npeni
ngkatan sebagai berikut: pada tahun 2010 jumlah kasus Narkoba berjumlah 17.384
kasusu dengan jumlah tersangka sebesar 23.900; pada tahun 2011 terjadi peningkatan
kasus menjadi sebanyak 19.045 dengan jumlah tersangka sebanyak 25.154; pada
tahun 2012 jumlah kasus sebesar 18.977 dengan jumlah tersangka sebanyak 25.122;
pada tahun 2013 berjumlah 21.119 kasus dengan total 28.543 ntersangka; serta pada
tahun 2014 terdapat sebesar 22.750 kasus dengan jumlahtersangka sebanyak 30.496
(Bareskrim POLRI, 2015).

4
Maraknya peredaran Narkoba di Indonesia dikarenakan banyaknya pelabuhan
tidak resmi atau biasa dikenal dengan pelabuhan tikus yang dijadikan sebagai tempat
favorit bagi pelaku pengedar narkoba. Terdapat berbagai cara masuknya NArkoba
ke Indonesia ada yang masuk ke Indonesia langsung dari Negara asalnya, ada pula
yang masuk ke Indonesia transit dulu ke Malaysia ,untuk ke mudian dibawa ke
Indonesia. Jalur yang ditempuh jalur yang di tempuh dari Negara transit nini juga
bermacam- macam . bisa melalui jalur udara , jalur laut, jalur sungai maupun dari
darat melalui wilayah perbtasan. Jalur laut dan jalur sungai paling banyak
dimanfaatkan oleh pelaku untuk didistribusikan ke berbagai wilayah, dikarenakan
banyaknya pelabuhan kecil yang tersebar diberbagai Provinsi (Kalimantan,
Sumatera, dan Papua) serta kurangnya pengaasan oleh aparat di daerah tersebut.
Kurangnya sumberdaya Manusia serta saranaprasarana yang kkurang mamadai
menjadi factor lemahnya pengawasan terhadap jalur laut dan jalur sungai.

C. Daftar Penyalahgunaan Narkotika Di Pekanbaru Yang Digolongkan Berdasarkan


Usia Pengguna.

No Usia Pengguna (Tahun) Jumlah (Orang)


1 0 – 15 4
2 16 – 19 50
3 20 – 24 88
4 25 – 29 8
5 >30 101
Jumlah 327

Sumber: Data BNN Kota Pekanbaru, 2014 ```


Berdasarkan data di atas didapatkan bahwa usia terbanyak penyalahgunaan narkoba di kota
Pekanbaru adalah usia <30 tahun sebanyak 226 kasus.1

2015-2016 Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau


1
JOM Fakultas Hukum Volume IV Nomor 2

5
No Tahun Kasus
1 2015 11
2 2016 25

Sumber: Data Olahan dari Kepala Bidang Pemberantasan Badan Narkotika Nasional Provinsi
Riau Feb

ruari 2017.2

D. Akibat Penyalahgunaan NAPZA


Penyalahgunaan NAPZA memiliki akibat negatif terhadap fungsi mental dan fisik
terutama pemakai yang sudah berada dalam taraf ketergantungan Menurut Dr. Teddy Hidayat,
akibat negatif terhadap fungsi mental adalah gangguan persepsi, daya pikir, daya ingat, daya
belajar, daya kreasi, emosi, kurangnya kontrol diri pada perilaku. Sedangkan pengaruh buruk
terhadap fisik dapat menimbulkan gangguan atau kerusakan pada hampir semua sistem organ
bahkan kematian akibat overdosis.
Adanya ketergantungan obat akan menyebabkan korban berusaha memperoleh zat
terlarang dengan berbagai cara, termasuk melanggar hukum. Hal ini juga merupakan dampak
negatif dari penyalahgunaan narkoba. Khusus terhadap bangsa dan Negara, bahaya yang akan
ditimbulkan oleh penyalahgunaan NAPZA menyebabakan berkurangnya proses regenerasi
kepemimpinan bangsa dan bisa menyebabkan terjadinya ”Lost Generation" dalam rangka
melanjutkan pembangunan dan pertahanan keamanan Negara. Kondisi ini bisa berlanjut pada
lemahnya suatu bangsa dalam memalankan roda pemerintahan.3

E. Lembaga Yang Berwenang Untuk Mencegah Dan Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba

2
Afif dan Marzani Anwar, Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba di Lingkungan Sekolah Cetakan II, Balai
Penelitian dan Pengembangan Agama, Jakarta: 2004, hlm. 101.

3
Zaitun, kapita selekta pendidikan, hlm. 78.

6
1. Polri ( Kepolisian Negara Republik Indonesia)
Polri dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan Narkoba,
melakukan langkah strategis sebagai berikut :
a. Pre-empitif
Upaya pre-empritif yang dilakukan adalah berupa kegiatan-kegiatan edukatif
(pendidikan /pengajaran) dengan tujuan mempengaruhi factor-faktor penyebab yang
mendorong dan fakor peluang, yamg biasa disebut factor “korelatif krimin ologen”
dari kejahatan Narkoba sehuingga tercipta suatu kesadaran, kewaspadaan, daya
tangkal, serta terbina dan terciptanya kondisi atau perilaku/ norma hidup bebas
Narkoba. Yaitu dengan sikap tegasuntuk menolak kejahatan terhadap Narkoba.
Kegiatan ini pada dasarnya berupa pembinaan dan pengembangan linfgkungan pola
hidup sederhana dan kegaitan positif, terutama bagi remaja dengan kegiatan yang
bersifat produktif, konstraktif, dan kreatif. Sedangkan kegiatan yang bersifat
preventif sedukatif yang dilakukan dengann metode komunikasi informasi edukatif,
yang dilakukan melalui berbagai jalur antara lain keluarga, pendidikan, lembaga
keagamaan, dan organisasi kemasyarakatan.
b. Preventif
Upaya ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kejahatan Narkoba melalui pen
gendalian dan pengawasan jalur resmi serta pengawasan langsung terhadap jalur-
jalur peredaran gelap dengan tujuan agar Police Hazard tidak berkembang menjadi
ancaman factual.
Yuanita Fachril menyatakan bahwa yang menjadi sasaran tindakan preventif ini
ada tiga lembaga, yaitu keluarga,sekolah dan masyarakat.4

1. Keluarga

4
Abu Hanifah dan Nunung Unayah, MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PENYALAHGUNAAN
NAPZAMELALUI PERAN SERTA MASYARAKAT, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011. Hlm.42

7
a. Peran keluarga dalam pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan napza
membentuk pribadi yang baik. Tiada alasan repot mengurus soal pekerjaan sehingga
orang tua tidak sempat memperhatikan kehidupan anak yang hidup tanpa kasih
sayang.Ayah dan ibu mempunyai kekuasaan sepenuhnya untuk membentuk pribadi
yang baik terhadap kehidupan anak-anak. Kebias aan hidup, hormat menghormati,
sopan santun terhadap orang tua harus dimulai sejak masih kanank-kanak. Dalam hal
kehidupan beragama pun orang tua yang harus memulainya dari kecil. Mereka harus
dibimbing mengenai Tuhan, mengenai kewajiban, belajar agama sehingga mengetahui
berbagai perintah dan larangan Tuhan.
b. Para orang tua wajib melarang anak- anaknya untuk tidak merokok dan tidak minum
minuman keras. Sebagai pintu gerbang penyalahgunaan narkotika itu kebiasaan
merokok dan meminum minuman keras . Dari kebiasaan merokok akan menanjak maju
padataraf mengisap ganja dan sampai ia menghisap morfin, kemudian menginjeksi atau
menyuntikan barang-barang berbahaya itu ke dalamtubuhnya.
c. Kontrol Orang tua mengawasi sikap,tingkah laku, dan kebiasaan anak-anak secara terus
menerus , apa yang dibawa anak, apa isi tas sekolah anak, perlu dikontrol dan bila
terdapat hal-hal yang tidak sewajarnya, anak harus diberi peringatan. Demikian pula
siapa teman bermain anak dan kemana mereka pergi perlu diketahui oleh orang
tua.Informasi,
d. Orang tua mengisi waktu luang anak angan dibiarkan kosong sehingga ia
berkesempatan untuk berbuat iseng.Isilah waktu luang anak dengan acara-acara sesuai
bakat dan minat yang berguna untuk meningkatkan keterampilan anak.
2. Sekolah
a. Perlu diadakan penyuluhan dan bimbingan terhadap masalah napza oleh tenaga ahli
semisal dokter sehingga memiliki imunitas atau kekebalan terhadap bahaya napza .
b. Perlu diadakan kontrol terhadap tempat-tempat yang mencurigakan disekolah dan
sekitarnya serta diadakaninforman khusus . Sekali-sekali diadakan razia narkoba, baik
oleh para guru maupun dibantu oleh petugas dari kepolisian.

c. Hubungan yang harmonis antara pendidik dan siswa, atau antara guru dan murid,
sehingga komunikasi menjadi lancar. Demikian juga perlu dibina hubungan kerja sama

8
antara pendidik atau para guru dengan orang tua murid, terutama dalam usaha
pengebalan atau imunitas terhadap bahaya napza.
d. Jika terdapat siswa yang menjadi penghisap ganja atau morfinis lainnya, para guru tak
usah panik, takut akan ancaman anak-anak. Pihak sekolah harus segera menghubungi
pihak kepolis ian yang terdekat untuk penyelidikan lebih lanjut. Demikian pula terhadap
tua murid harus segera diberitahu agar tidak terjadi salah paham.
e. Murid-murid yang gemar membolos,bandel, berlaku tidak sopan kiranyaperlu mendapat
perhatian khususkarena gejala tersebut merupakangejala penyalahgunaan napza.

3. Masyarakat
Dalam masyarakat terdapat komponen kerohanian seperti ulama, tokoh masyarakat,
pemimpin kepemudaan, dan lain-lain. Para tokoh masyarakat tersebut bekerjasama
memberwawasan dari masing-masing tokoh masyarakat untuk memberi bekal menangkal
penyalahgunaan napza. Ada tiga hal yang perlu disampaikan kepada remaja, yaitu : (1) apa
dan bagaimana napza itu; (2) siapa yang berwenang memiliki; dan (3) mengedar dan
memakainya dan bagaimana segi hukum pemakai napza ditinjau dari sudut agama dan
hukum pidana. Mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan nafza, dipandang efektif
apabila kita dapat memerangi pemasokbarang haram berupa napza dan memberi
pencerahan serta menanamkan kesadaran terhadap para remaja sebagai pengguna napza.5

c. Represif
Upaya Reprensif atau penindakan dilakukan dengan cara melakukan
penangkapan-penangkapan terhadap para pengguna dan pengedar Narkoba.
Penangkapan tidak hanya dilakukan terhadap warga Indonesia saja, tetapi
penangkapan juga dilakukan terhadap warga Negara asing yang terlibat.

2. Badan Narkotika Nasional


5
Abu Hanifah dan Nunung Unayah,MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PENYALAHGUNAAN

NAPZAMELALUI PERAN SERTA MASYARAKAT,Vol. 16 No. 01 Tahun 2011. Hlm.43

9
Badan NArkotika Nasional (BNN) adalah lembaga pemerintahan non kemetrian
yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada presiden melalui
koordinasi kepala kepolisian Negara republic Indonesia.dalam melaksanakan tugas
pemberantasan dan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. Badan narkotika
nasional (bnn)juga bertugas menyusun dan melaksanakan kebijakan nasiomal mnengenai
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap psikopatra,
precursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembaklau dan alcohol.
Dalam mmelkasanakan tugas pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkotika dan precursor Narkotika, BNN berwenang melakukan penyelidikan dan
penyidikan penyalahgunaan dan peredaran glap narkotika dan precursor narkotika.
Keberadaan BNN sesuai dengan keppresRI NO.17/200 tanggal 22 maret 2002, dalam
rangka penanggulangan dan pemberantasan perdaran gelap Narkotika, kiranya harus
lebih aktif mengkoordinasi instansi pemerintah terkait dalam penyusunan kebijakan dan
pelaksanaan dibidang keterserdiaan, pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan
dan peredaran gelap Narkotika, psykotropika dan adiktif lainnya.

Upaya pencegahan narkoba


Untuk mengatasi peredaran Narkoba didalam negeri, pemerintah Indonesia telah
mengaturnya melalui undang – undang no 35tahun 2009 tentang Narkorkotika.melalui
Undang-undang ini, pemerintah bertujuan antara lain untuk menjamin ketersediaan
NArkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi;mencegah melindun gi bangsa Indonesia dari pen
yalahgunaan Narkotika ;memSn berantas peredaran gelap Narkotika;dan menjamin
pengaturan upaya rehabilitasi medis dan social bagi penyalahguna dan pecandu
Narkotika.
Selain menerapkan undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika,
pemerintah juga memperkuat aturan hukum tersebut melalui peraturan pemerintah
nmomor 25 tahun 2011 tentang pelaksanaan wajib LApor pecandu narkotika. Tidak
hanya itu pem erintah juga mengeluarkan intruksi presiden no 12 tahun 2011 tentang
pelaksanaan kebijakan dan strategi Nasional pencegahan dan pmeberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba tahun 211-2015 sebagai bentuk

10
komitmen bersama seluruh kompponen masyarakat, bangsa, dan Negara. Terakhir
adalah peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 21 tahun 2013 tentang
fasilitas pencegahan dan Penyalalhgunaan Narkotika, yang didalamnya melibatkan peran
serta dari gubernur/bupati/WAlikota.

Adapun strategi penanggulangan terhadap peredaran gelap dan penyalahgunaan


Narkoba adalah sebagai berikut:

1. Strategi Pengurangan permintaan meliputi pencegahan penyalahgunaan narkoba.


Upaya ini meliputi.
a. Primer atau pencegahan dini.
Yaitu ditunjukkan kepada individu, keluarga atau komunitas dan
masyarakat yang belum tersentuh oleh permasalahan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkoba, dengan dengan tujuan membuat individu,
keluarga,dan kelompok untuk menolak dan melawan Narkoba.
b. Pencegahan Sekunder atau Pencegahan kerawanan.
Yaitu ditunjukkan kepada kelompok atau komunitas yang rawan terhadap
penyalahgunaan narkoba. Pencegahan ini dilakukan melalui jalur Pendidikan,
konseling, dan pelatihan agar mereka berhenti, kemudian melakukan kegiatan
positif dan menjaga agar mereka tetap lebih mengutamakan kesehatan.
c. Pencegahan tertier
Yaitu pencegahan terhadap para pengguna/pecandu kambuhan yang telah
mengikuti program teraphhi dan rehabilitas, agar tidak kambuh lagi.

2. Pengawasan Sediaan (Supply Control) Narkoba


a. Pengawasan Jalur Legal Narkoba
Narkoba dan prekusor untuk keperluan medis dan ilmu pengetahuan serta
untuk keperluan industry diawasi oleh pemerintah. Pengawasan jalur legal ini

11
meliputi pengawasan penanaman, produksi, importasi, eksportasi, transportasi
penggudangan, distribusidan penyampaian oleh instansi terkait, dalam hal ini
departemen kehutanan.
b. Pengawasan jalur ilegal Narkoba
Pengawasan jalur ilegal Narkoba meliputi pencegahan didarat, dilaut dan
di udara. Badan Narkotika nasional telah membentuk Airport dan seaport
interdiction task force ( satuan tugas pe ncegahan pada kawasan pelabuhan udara
dan pelabuhan laut).
3. Pengurangan dampa buruk (Harm Reduction) Penyalahgunaan Narkoba.
Sampai saat ini pemerintah secara resmi hanya mengakui dan menjalankan dua
strategi yaitu pengurangan permintaan dan pengawasan sediaan Narkoba. Namun
menghadapi tingginya prevalensi OHD (Orang dengan HIV/AIDS) dikalangan
penyalahgunaan Narkoba dengan jarum suntik secara bergantian, maka pada 8
Desember 2003 BNN telah mengadakan nota kesepahaman dengan KPA (Komisi
Penanggulangan HIV/AIDS), nomor 21`kep/menko/kesra/XII/BNN, yang bertujuan
untuk membangun kerjasama antara ko miksi penangggulangan AIDS (KPA)
dengan BNN dalam rangka pencegahan penyebaran HIV /AIDS dalam
pemberantasan penyalahgunaan Narkotika.

F. Model Pembinaan Klien Narkoba Dalam Rangka Pencegahan Pengulangan Tindak


Pidana Narkotika

A. Teori-teori tentang Hukum Pidana.


Masyarakat pada umumnya menganggap bahwa hukum adalah peraturan yang sifatnya
mengikat, yang melanggar akan mendapat hukuman yang sesuai dengan pasal-pasal yang di
terapkan.
Menurut Mardjono Reksodipoetro tujuan sistem peradilan pidana adalah:
a) Mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan
b) Menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi zsehingga yang masyarakat puas bahwa
keadilan telah di tegakkan dan yang bersalah dipidana.
c) Mengusahakan agar mereka yang pernah melakukan keajahatan tidak mengulangi lagi
keajahatannya.6

6
Nyoman Serikat Putra Jaya,Sistem Peradilan Pidana,Semarang:Undip,2010,hal.15

12
B. Teori pembinaan Klien rehabilitasi Narkoba dan pekerja sosial.
Pembinaan merupakan suatu usaha, tindakan, dan kegiatan yang di lakukan secara
berdayaguna dan berhasilguna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Menurut
Mangunhardjana menyatakan “bahwa pembinaan adalah suatu proses belajar yang melepaskan
hal-hal yang di miliki dengan tujuan membantu orang yang menjalannya untuk membetulkan dan
mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang baru untuk untuk mencapai tujuan hidup dan
kerja yang sedang di jalani secara lebih efektif” 7 Pembinaan Menurut Macamnya yaitu
Pembinaan Orientasi,Pembinaan Kecakapan, Pembinaan Kepribadian, Pembinaan Penyegaran,
Pembinaan Lapangan.

a) Pembinaan Orientasi
Pembinaan Orientasi, Orientation Training Program, Diadakan Untuk
Sekelompok Orang Yang Baru Masuk Dalam Suatu Bidang Hidup Dan Kerja. Bagi
Orang Yang Sama Sekali Belum Berpengalaman Dalam Bidangnya, Pembinaan Orientasi
Membantunya Untuk Mendapatkan Hal- Hal Pokok.
b) Pembinaan Kecakapan
Pembinaan Kecakapan, skill training, diadakan untuk membantu para peserta
guna mengembangkan kecakapan yang sudah di miliki atau mendapatkan kecakapan baru
yang di perlukan untuk melaksanakan tugasnya.
c) Pembinaan Pengembangan Kepribadian
Pembinaan Pengembangan Kepribadian, personality development training, juga
disebut pembinaan pengembangan sikap, attitude development training. Tekanan
pembinaan ini ada pada pengembangan kepribadian, sikap. Pembinaan ini berguna untuk
para peserta agar mengenal dan mengembangkan diri menurut gambaran atau cita – cita
hidup yang sehat dan benar

d) Pembinaan Kerja
Pembinaan Kerja, in service training, diadakan oleh suatu lembaga usaha bagi
para anggota stafnya. Maka pada dasarnya pembinaan diadakan bagi mereka yang sudah
bekerja dalam bidang tertentu. Tujuannya untuk membawa orang keluar dari situasi kerja
mereka, agar dapat menganalisis kerja mereka dan membuat rencana peningkatan untuk

7
Mangunhardjana, teori Pembinaan,Jakarta, hal.21

13
masa depan. Bersamaan dengan itu dalam pembinaan para peserta mendapatkan
penambahan pandangan dan kecakapan serta di perkenalkan pada bidangbidang yang
sama sekali baru.
e) Pembinaan Penyegaran
Pembinaan Penyegaran, refreshing training, hampir sama dengan pembinaan
kerja. Hanya bedanya, dalam pembinaan penyegaran biasanya tidak ada hal yang sama
sekali baru, tetapi sekedar penambahan cakrawala pada pengetahuan dan kecakapan yang
sudah ada. Banyak kali dalam pembinaan penyegaran para peserta meninjau pola kerja
yang ada dan berusaha mengubahnya sesuai dengan tuntutan kebutuhan baru.
f) Pembinaan Lapangan
Pembinaan Lapangan, field training, bertujuan untuk menempatkan para peserta
dalam situasi nyata, agar mendapat pengetahuan dan memperoleh pengalaman langsung
dalam melakukan yang diolah dalam pembinaan. Pembinaan ini membantu para peserta
untuk membandingkan situasi hidup dan kerja di tempat yang di kunjungi. Hal ini dapat
memberi pandangan dan gagasan yang baru dan segar.
Maka tekanan pembinaan lapangan adalah mendapat pengalaman praktis dan
masukan input, khusus sehubungan dengan masalah- masalah yang di temukan para
peserta di lapangan Dalam pembinaan para klien rehabilitasi Narkoba dapat di lakukan
banyak model-model pembinaan itu dapat digunakan sendiri-sendiri ataupun
digabungkan. Adapun model-model pembinaan adalah sebagai berikut pembinaan
rehabilitasi medis, pembinaan dengan pendekatan bimbingan individu dan kelompok,
pembinaan rehabilitasi dengan pendekatan theurapic community, pembinaan rehabilitasi
dengan pendekatan keagamaan, pembinaan rehabilitasi denagan pendekatan terpadu.

1. Pembinaan Rehabilitasi dan Pendekatan Medis


Ahli Kedokteran dan kesehatan menganggap penyalahgunaan narkoba
merupakan penyakit menular yang berbahaya sehingga penanggulangannnya pun
harus mengikuti cara pemberantasan penyakit menular, seperti malaria. Model
narkobaindividu-lingkungan tidak ubahnya model kesehatan masyarakat dalam

14
memberantas penyakit menular seperti malaria. Dengan model segitiga agent-
host-environment.

2. Pembinaan dengan Pendekatan Bimbingan Individu dan Kelompok


Metode yang digunakan dalam bimbingan ini adalah bimbingan atau
konseling individu dan kelompok metode ini dilakukan dengan menerapkan
berbagai pendekatan konseling. Di dalam pedoman ini disajikan beberapa
pendekatan yang dapat di gunakan, dan konselor dapat menerapkan pendekatan
yang di kuasainya.

3. Pembinaan Rehabilitasi dengan Pendekatan Therapeutic


Community (TC) Therapeutic Community ( TC) adalah metode
rehabilitasi sosial yang di tujukan kepada korban penyalahgunaan Narkoba, yang
merupakan sebuah keluarga terdiri atas orang orang yang mempunyai masalah
yang sama dan memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk menolong diri sendiri dan
sesama yang di pimpin oleh seseoarang dari mereka, sehingga terjadi perubahan
tingkah laku dari yang negative ke arah tingkah laku yang positif Metode TC
adalah sebagai berikut:

a. Terapi Individu
Terapi individu di lakukan untuk mengungkapkan atau menggali
permasalahan - permasalahan yang bersifat mendasar yang dapat
membantu proses pelayanan. Selain itu juga, dilakukan untuk
menemukan alternative pemecahan masalah yang berkaitan denagan
permasalahan yang sedang di hadapi residen. Di mana dalam kondisi
residen sulit mencari dan menemukan pemecahannya. Metode ini
dilakukan secara tatap muka ( face to face ).

b. Terapi Kelompok
Terapi kelompok dilakukan dengan menggunakan kelompok
sebagai media terapi. Dalam proses ini, kelompok akan dijadikan media
interaksi antara residen di dalam kelompok dan sebagai media informasi
pengembangan nilai orientasi dan perubahan sikap menjadi pro-sosial

15
yang produktif. Bentuk terapi kelompok yang digunakan diantaranya
adalah Self –help group adalah kelompok kecil yang terbentuk secara
sukarela dan terstruktur untuk saling membantu dan saling berusaha
untuk mencapai tujuan khusus. Biasanya kelompok ini terbentuk oleh
kelompok sebaya yang sama-sama ingin saling membantu dalam
memenuhi kebutuhan umum dan mengatasi masalah yang mengganggu
kehidupan. Selain itu juga terdapat kelompok penyembuhan ( therapeutic
group ) Kelompok penyembuhan (therapeutic group) terdiri dari anggota
yang memiliki emosi masalah yang bermasalah. Dengan demikian
kehidupan dari kelompok ini mengharuskan seseorang untuk memiliki
kemampuan, persepsi, dan pengetahuan sifat manusia dan dinamika
kelompok, kemampuan dalam konseling kelompok, dan kemampuan
untuk menggunakan kelompok untuk dapat mengadakan perubahan
perilaku

4. Pembinaan Rehabilitasi Dengan Pendekatan Terpadu


Rehabilitasi terpadu bagi korban penyalahgunaan narkoba merupakan
suatu rangkaian terpadu dalam pelaksaan menangani penyalahgunaan narkoba
(Klien) dari saat klien menjalani detoksifinasi hingga menyelasaikan program
rehabilitasi dan kembali ke lingkungan sosial. Program rehabilitasi terpadu
memiliki sasaran utama adalah penyalahguna narkoba yang mempunyai motivasi
tinggi untuk sembuh dan berbagai golongan sosial ekonomi hingga menjangkau
sosial ekonomi bawah. Model yang diterapkan merupakan akumulasi dari model
medis,psikososial dan bimbingan sosial.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

16
Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotrapika, dan bahan adiktif lainnya.
Narkoba adalah obat,bahan, atau zat dan bukan tergolong makanan jika diminum,
diisap,dihirup, ditelan atau disuntikkan, berpengaruh terutama pada kerja otak.
Menurut Dr. Teddy Hidayat, akibat negative penyalahgunaan narkoba terhadap
fungsi mental adalah gangguan persepsi, daya pikir, daya ingat, daya belajar, daya kreasi,
emosi, kurangnya kontrol diri pada perilaku. Sedangkan pengaruh buruk terhadap fisik
dapat menimbulkan gangguan atau kerusakan pada hampir semua sistem organ bahkan
kematian akibat overdosis.
Meskipun narkoba memiliki efek yang tidak baik bagi penggunanya tapi masih
banyak ornag yang menyalahgunakan narkoba untuk kepuasan pribadi yang sebenarnya
dapat merusak dirinya sendiri, tetapi penyalahgunaaan narkoba di Pekanbaru kususnya
tiap tahun makin bertambah.
Adapun cara menanggulangi penyalahgunaan narkoba yaitu di mulai keluarga
sendiri dengan cara orang tua mengawaasi pergaulan anaknya, adapun dilingkungan
sekolah dengan cara memberikan penyuluhan terhadap bahayanya dampak
penyalahgnaan narkoba dan dari lingkungan masyarakat denga cara mejelaskan bahwa
penggunaan narkoba yang tidak sesuai aturan itu dilarang oleh agama dan hukum.
B. SARAN
Bagi para remaja sebagai penerus bangsa kita harus mencegah penyalahgunaan
narkoba, hal kecil yang dapat kita lakukan adalah mengkonsusi rokok karena bagian
obat-obat adiktif lainnya.
Melihat dari hasil observasi yang dilakukan di BBN bahwa pengguna
penyalahgunaan narkoba di pekannbaru tiap tahun bukannya menurun justru malah
menaik, ini bisa kita simpulkan bahwa upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba masih
sepenuh nya belum berhasil, saran saya dalam upaya pencegahan penyalahgunaan
narkoba harus lebih ditingkatkan lagi seperti sering di adakan penyuluhan bahayanya
menggnakan narkoba, agar calon pengguna narkoba tidak berani mencicipi bahkan
menggunakan narkoba.

17
DAFTAR PUSTAKA

BP Hariyanto- Jurnal Daulat Hukum, 2018- jurnal.unissula.ac.id

Abu Hanifah dan Nunung Unayah,Mencegah Dan Menanggulangi Penyalahgunaan Napza melalui Peran Serta

Masyarakat,Vol. 16 No. 01 Tahun 2011.


Zaitun, 2017, Kapita Selekta Pendidikan, Pekanbaru, CAHAYA FIRDAUS.
JOM Fakultas Hukum Volume IV Nomor 2
_______________,2010.Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Perkembangan Penyusunan Konsep
KUHP Baru,Kencana Pranada Media Group.
_______________,Perbandingan Hukum pidana,Jakarta, Raja Grafindo Bernard L Tanya,Yohan N
Simanjuntak, Markus Y Hage, 2010.Teori Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi,
Gerta Publising.
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/nestor/article/view/21041/17110

Anda mungkin juga menyukai