Anda di halaman 1dari 12

Khulafaur Rasyidin adalah para khalifah yang sangat arif bijaksana.

Mereka
adalah keempat sahabat Nabi yang terpilih menjadi pemimpin kaum
muslimin setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Sikap teladan Khulafaur
Rasyidin dalam kehidupan sehari-hari yang dapat di contoh adalah amanah
atau dapat dipercaya, jujur, dan cerdas.

Nama-Nama Khulafaur Rasyidin dan Sifat Teladannya

Berikut nama-nama Khulafaur Rasyidin beserta gelar dan sifat yang dapat diteladani, berdasarkan urutan
masa kepemimpinannya. (Ilustrasi Foto: xisdom/Pixabay)

Jakarta, CNN Indonesia -- 


Khulafaur rasyidin atau kekhalifahan rasyidin berdiri setelah Nabi
Muhammad wafat pada tahun 632 Masehi atau tahun 11 H.

Sepeninggalan Rasulullah, tampuk kepemimipinan umat Islam kemudian


dipercayakan kepada khulafaur rasyidin.

Lihat juga:
10 Sahabat Nabi Muhammad yang Dijamin Masuk Surga

Khulafaur Rasyidin secara harfiah diartikan sebagai para pemimpin yang


mendapatkan petunjuk. Nama-nama khulafaur rasyidin adalah Abu Bakar Ash-
Shidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin merupakan masa yang penting dalam


perjalanan Islam.

Keempatnya berhasil memperluas syiar agama Islam hingga ke luar jazirah Arab,
menyelamatkan Islam, serta meletakkan dasar-dasar kehidupan agama Islam
terhadap umatnya.
Kepemimpinan empat Khulafaur Rasyidin pun berbeda-beda sesuai dengan karakter
pribadi dan situasi masyarakat pada masa itu.

Berikut nama-nama Khulafaur Rasyidin beserta gelar dan sifat yang dapat
diteladani, berdasarkan urutan masa kepemimpinannya.

Foto: ANTARA FOTO/Ismar Patrizki


Ilustrasi. Nama-nama Khulafaur Rasyidin beserta gelar dan sifat yang
dapat diteladani oleh umat muslim.

1. Abu Bakar Ash Shiddiq (11-13 H / 632-634M)


Abu Bakar Ash Shiddiq adalah nama khulafaur rasyidin pertama. Nama aslinya
adalah Abdullah bin Abi Quhafah at-Tamimi.

Sejak kecil, beliau terkenal dengan sifat yang lemah lembut, jujur, dan sabar. Beliau
telah bersahabat dengan Rasulullah SAW sejak berusia remaja.

Nabi memberinya gelar Ash-Shiddiq berarti 'yang berkata benar', setelah Abu Bakar
membenarkan peristiwa Isra Mi'raj yang diceritakan Nabi kepada para pengikutnya.
Dari situlah ia lebih dikenal dengan nama Abu Bakar ash-Shiddiq.

Abu Bakar diangkat menjadi khalifah dengan jalan musyawarah antara kaum Anshar
dan kaum Muhajirin di Saqifah Bani Sa'idah (balai pertemuan di kota madinah).
Dalam masa kepemimpinannya yang terbilang singkat, Abu Bakar telah mencapai
usaha dan prestasi yang sangat luar biasa.

Antara lain memberantas penolak pembayar zakat, melakukan ekspansi ke wilayah


Irak, Syiria, Hirab; memerangi nabi palsu, dan sangat gigih dalam melindungi orang
yang memeluk agama Islam.

Sebelum meninggal karena sakit, Abu Bakar mewasiatkan Umar bin Khattab untuk
menggantikannya.

2. Umar bin Khattab (13-23 H / 634-644 M)


Umar bin Khattab adalah satu di antara nama-nama khulafaur rasyidin sekaligus
tokoh besar dalam sejarah Islam yang paling berpengaruh.

Ia dikenal dengan pribadi yang berani, bertekad kuat, dan tegas. Umar merupakan
salah satu sahabat dekat Nabi dan juga merupakan ayah dari Hafshah, istri Nabi
Muhammad.

Di bawah masa kekhalifahan Umar, Islam tumbuh dengan sangat pesat, didukung
dengan kondisi politik yang lebih stabil. Islam berhasil mengambil alih Mesopotamia,
sebagian Persia, serta Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara, dan Armenia dari
kekaisaran Romawi.

Selain itu pembentukan baitul maal menjadi gebrakan besar Umar di bidang
ekonomi.

Berkat keberhasilannya atas penaklukan yang berlangsung pada masa


pemerintahannya, Umar mendapat gelar Amir Al Mukminin atau komandan orang-
orang beriman dan dikenal sebagai Al faruq atau tegas membedakan benar dan
salah.

3. Utsman bin Affan (23-35 H / 644-656 M)

Utsman bin Affan adalah khalifah ketiga sekaligus Khulafaur Rasyidin dengan masa
kekuasaan terlama. Utsman dikenal sebagai pribadi yang lembut dan murah hati.

Mulanya, Utsman memeluk Islam karena ajakan Abu Bakar, dan menjadi salah
seorang sahabat dekat Nabi SAW. Beliau mendapatkan gelar Dzun Nurain atau
yang memiliki dua cahaya.
Utsman adalah seorang saudagar kaya dan cerdas sejak muda. Meski demikian, ia
memiliki sifat sederhana. Sumbangsihnya yang paling menonjol adalah sifat
kedermawanan dalam memberikan harta yang digunakan untuk kepentingan Islam.

Utsman juga dikenal atas perannya dalam mengumpulkan ayat-ayat Alquran,


menyalin, dan membukukannya. Karena jasa besarnya yang bermanfaat bagi umat
Islam itulah, maka mushaf tersebut dinamakan Mushaf Usmani.

4. Ali bin Abi Thalib (35-40 H / 656-661 M)


Ali bin Abi Thalib adalah nama khulafaur rasyidin yang terakhir setelah Abu Bakar,
Umar, dan Utsman. Ali diberi gelar khusus Karamallahu Wajhahu, yang artinya
semoga Allah memuliakannya.

Masa kekuasaan Ali merupakan periode tersulit dalam sejarah Islam karena terjadi
perang saudara pertama pertama kalinya di dalam tubuh umat Muslim yang
disebabkan oleh terbunuhnya khalifah ketiga, Utsman bin Affan.

Meski demikian, terlepas dari perbedaan pendapat mengenai status Ali dan
kepemimpinannya atas umat Islam, kaum Sunni dan Syiah mengakui bahwa Ali
memiliki pribadi yang saleh, adil, dan berani.

Ali begitu berjasa dalam membenahi keuangan negara (baitul maal), memajukan
bidang ilmu bahasa, pembangunan, dan meredam pemberontakan di kalangan umat
Islam.

Itulah nama-nama khulafaur rasyidin beserta sifat-sifat baik yang bisa diteladani.
Sebagai muslim, hendaknya kita menjadikan akhlak para sahabat Nabi tersebut
sebagai panutan.

Keteladanan dari khulafaur rasyidin (Foto: dalamislam.com)

Keteladanan Khulafaur Rasyidin, 4


Khalifah Islam Untuk Peradaban Dunia
Setelah Rasulullah, maka sahabatnya termasuk 4 Khulafaur Rasyidin
memiliki keteladanan yang patut menjadi conton baik, buat umat muslim

Oleh: Ayu (Penulis Berita Islami)

Beritaku.Id, Berita Islami – Assalamualaikum wr.wb? Halo semuanya,


kembali lagi dengan artikel Beritaku.id, yang semoga menjadi referensi
kalian dalam menambah ilmu tentang berbagai aspek keislaman.

Hari ini kita akan membahas bagaimana keteladanan 4 Khalifah Islam


dengan julukan sebagai “Khulafaur Rasyidin”, yang dapat kita ambil sifat-
sifat teladannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kata “Khulafaur Rasyidin” merupakan dua kata yang mempunyai arti


masing-masing.

Kata “khulafah” yang artinya seorang pemimpin, dan kata “Rasyidin”


merupakan bentuk jamak dari kata Ar-Rasyid yang artinya mendapatkan
petunjuk dari Allah SWT. Dengan demikian Khulafaur Rasyidin adalah
pemimpin yang mendapatkan petunjuk dari Allah SWT.

Keteladanan Dalam Memimpin Oleh Para Khalifah dengan gelar Khulafaur


Rasyidin (Foto: Republika.co.id)

Keteladanan Para Khulafaur Rasyidin


Ada 4 Khulafaur Rasyidin yang bisa kita teladani sifat-sifatnya, yakni:

Bijaknya Abu Bakar As-Shiddiq


Abu Bakar As-Sidiq, adalah sahabat dari Rasulullah SAW yang mempunyai
sifat istimewa.
Abu Bakar adalah seorang sahabat yang terkenal dengan sifat jujur serta
bijaksananya.

Nama “As-Sidiq” itulah yang menjadi alasan mengapa akhirnya


tersematkan kepada Abu Bakar. Saat setelah kepergian dari Rasulullah
SAW untuk menghadap Allah SWT di alam selanjutnya.

Banyak cerita yang mengisahkan tentang peran dari Abu Bakar As-Sidiq
saat menjadi pemimpin Ummat Muslim.

Banyak sekali prestasi yang Abu Bakar toreh pada saat beliau memimpin
umat Islam. Saat masa pimpinannya, Abu Bakar As-Sidiq memerangi Nabi
palsu yang saat itu meresahkan umat Muslim di perang Ridda.

Sekitar 4 orang yang melenatik dirinya menjadi seorang Nabi setelah


Rasullullah SAW wafat. Mereka mendeklarasikan diri menjadi nabi (palsu)
adalah Bani Hanifah, Bani Asad ibn Khuzaymah, Bani Taghlib serta Bani
Tamim. Mereka memiliki pemimpin yang berbeda.

Prestasi selanjutnya, saat masa kepemimpinan Abu Bakar As-Sidiq, beliau


mengumpulkan lembaran-lembaran berisi firman Allah, untuk kelak bisa
menjadi satu mushaf pada masa kepemimpinan Khalifah selanjutnya.

Selain itu, Abu Bakar As-Sidiq sangat menyayangi ummat Muslim.

Hal ini terbukti pada saat menjelang wafatnya, di mana Abu Bakar
memanggil Putrinya dan berkata untuk membagikan hartanya yang tersisa
untuk Ummat Muslim. Beliau melakukan hal tersebut dengan alasan tidak
mau membawa harta Ummat pada saat ia akan wafat.

Dari keteladanan Beliau, kita bisa mengambil pelajaran dari khulafaur


rasyidin tersebut. Bahwa menjadi orang yang jujur, dan amanah,
mengantarkan kita ke jalan yang benar serta menumbuhkan karakter yang
baik dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam menjalani hidup, maupun
dalam mengatasi permasalahan yang sedang ia hadapi.

Sifat Keteladanan Umar Bin Khattab


Satu lagi Khulafaur Rasyidin yang sifatnya dapat kita teladani, karakternya
keras namun keteladan yang ia miliki patut menjadi panutan. Dialah Umar
bin Khattab.
Nama lengkap dari Umar bin Khatab ialah Umar bin Khattab bin Nafiel bin
Abdul Uzza. Ummar bin Khattab, lahir dan di besarkan di Mekkah serta
merupakan anak dari suku Bani Adi.

Suku ini masih satu rumpun dengan Bani Quraisy yang merupakan suku
terbesar di Mekkah.

Periode masa khalifah Ummar bin Khattab, ialah 634-644, beliau


menggantikan Khalifah pertama yakni Abu Bakar As-Sidiq setelah wafat.

Keluarga dari Ummar bin Khattab, termasuk dalam keluarga yang


kecukupan.

Karena sifatnya yang dapat membedakan mana yang benar serta mana
yang salah, atau mana yang baik dan mana yang batil, maka Rasulullah
saat masih hidup. Menggabungkannya sebagai salah satu dari Khulafaur
Rasyidin dengan julukan Al-Faruk.

Saat masa kepemimpinannya, Ummar bin Khattab mengajarkan berbagai


sifat baik yang menjadi teladan oleh Ummat Muslim kala itu.

Yang pertama adalah sifat pemberaninya. Sifat ini sudah menjadi watak
asli dari Ummar bin Khattab, bahkan sebelum masuk agama Islam.

Karena sifatnya yang berani, saat Rasulullah masih hidup, Ummar bin
Khattab bicara dengan lantang bahwa beliau akan ikut dengan Nabi untuk
hijarh ke Madinah, dan memulai memeluk agama Islam.

Saat itu, keberaniannya hanya beliau fokuskan untuk jihad membela agama
Allah, yakni Islam.

Yang selanjutnya adalah pribadinya yang sangat sederhana. Meski Ummar


bin Khattab berasal dari keluarga yang kecukupan, beliau memilih untuk
hidup sederhana.

Memilih Kesederhanaan
Ummar bin Khattab lebih memilih tinggal di masjid. Dibandingkan harus
tinggal di istana ataupun Gedung. Yang memiliki ruangan mewah sebagai
tempat tinggal.
Ummar bin Khattab juga lebih memilih untuk tidur di atas pelepah kurma
dari ummat Muslim. Lalu memberikan langsung kepadanya, di bandingkan
tidur di Kasur yang empuk dan nyaman.

Ummar bin Khattab juga memberikan teladan hidup sederhana dengan


memakai baju yang terlihat kusam saat berkunjung ke daerah yang sudah
ia taklukan bersama Patrik Yerusalem dan Sophronis.

Keteladanan Ummar bin Khattab yang lain, adalah khulafaur rasyidin


dengan sifat adilnya.

Hal ini tertuang dalam kisah pada saat Gubernur mesir yakni Amr bin Ash
yang ingin melebarkan masjid di sana. Mesjid tersebut dekat dengan
rumah dari seorang kakek Yahudi.

Gubernur tersebut akhirnya mengalami kendala, di mana sang kakek tidak


mau membongkar rumahnya dan pindah ke wilayah lain.

Gubernur tersebut terus membujuk kakek Yahudi tersebut. Karena jengah,


akhirnya kakek Yahudi mengadu pada Ummar bin Khattab, serta
menceritakan tentang masalah yang ia hadapinya sekarang.

Mendengar hal tersebut, Ummar bin Khattab memberikan sebuah tulang


untuk membuat garis dan pedang di atas tulang tersebut untuk di bawa
menghadap Gubernur Ummar bin Ash.

Setelah itu, akhirnya sang kakek menghadap ke Gubernur tersebut dan


memberikan tulang itu kepadanya.

Wajah gubernur menjadi pucat, dan segera ia memerintahkan para


pekerjanya untuk berhenti melebarkan masjid. Karena penasaran, kakek
tersebut bertanya kepada Umar bin Ash tentang alasan kenapa bertindak
demikian.

Amr menjawab, Ummar mengingatkan padanya sebagai seorang pemimpin


harus berlaku adil terhadap rakyatnya. Kakek tersebut merasa kagum
kepada Ummar bin Khattab. Dari kejadian itu, kakek tersebut akhirnya
masuk agama Islam.
Tegas Dalam Bersikap
Ummar bin Khattab juga memiliki sifat yang tegas. Pada masa Ummar
memecat Khalid bin Walid, seorang panglima perang yang memiliki
segudang prestasi dalam pertempuran.

Khalid bin Walid yang tak lain masih memiliki hubungan kekerabatan
dengannya. Umar memecatnya. Dengan keputusan bahwa Ummar tidak
mau panglimanya terlalu mengdapat pengagungan. 

Ummat terkesan mendewakan Khalid bin Walid setiap menang dari


pertempuran. Khalid bin Walid pun menerima dengan lapang dada atas
keputusan Ummar bin Khattab.

Ummar bin Khattab juga sangat terkenal dengan sikap Loyalnya, dan
tanggungjawabnya. Hal ini terbukti saat ia melihat seorang Ibu yang
berbohong pada anaknya. Ibu tersebut mengatakan bahwa ia sedang
menanak nasi, padahal yang di masak adalah batu.

Saat Ummar melihat hal tersebut, beliau langsung bergegas memberikan


gandum kepada ibu tersebut dengan cara mengambilnya dari rumah, dan ia
pikul sendiri saat mengantarkan gandum tersebut.

Wafatnya sang khalifah secara syahid setelah sholat subuh, lengkap


dalam Kisah Umar Bin Khattab.

Kepribadian Utsman Bin Affan

4 Khulafaur Rasyidin Dengan kisah Keteladanan


(Foto:Kemendikbud.go.id)

Selanjutnya adalah Khulafaur Rasyidin ketiga yakni Ustman bin Affan, salah


satu Khulafaur Rasyidin yang sangat pemalu, namun hal tersebut membuat
Rasulullah segan kepadanya.

Utsman bin Affan merupakan anak yang lahir dari keluarga yang kaya raya,
terpandang di Mekkah.

Beliau merupakan anak dari Ayah bernama Affan bin Abi al-‘As, dan ibu
yang bermana Arwa bin Kurayz. Utsman memiliki satu adik perempuan
bernama Amina.
Beliau merupakan salah satu sahabat Nabi yang memiliki sifat teladan,
bahkan sifat tersebut membuat Rasulullah dan Malaikat segan padanya.

Khalifah Yang Pemalu


Yang pertama adalah sifat pemalu dan lembut yang ia miliki. Utsman
dalam suatu kisah pada suatu hari.

Utsman ingin bertemu dengan Rasulullah yang saat itu sedang tidur
dengan baju yang memperlihatkan sedikit betisnya.

Pada saat Rasulullah bertemu dengan Abu Bakar dan Ummar, Rasulullah
tidak begitu memperdulikan hal tersebut.

Namun saat Utsman meminta izin untuk bertemu dengan beliau,


Rasululllah segera merapikan pakaiannya, lalu mempersilahkan Utsman
masuk untuk menemuinya.

Ini mencerminkan betapa segannya Rasulullah terhadap sikap Utsman.


Teladan lain dari Utsman bin Affan adalah suka membantu Ummatnya
yang kesusahan. Utsman sangat tidak suka melihat salah satu Ummatnya
kesusahan.

Dalam kisah pada suatu hari saat rombongan Ummat Muslim hijrah ke
Madinah, beliau membeli air ke salah satu seorang Yahudi. Yang menjual
air minum di sana untuk salah satu kaumnya yang kehausan.

Beliau membeli setengah air sumur yang di dagangkan oleh seorang


Yahudi tersebut.

Saat giliran mengambil air, Utsman mempersilahkan para Ummatnya untuk


mengambil air di sumur dan menyetok air untuk perjalanan dua hari. Dari
kejadian tersebut, Utsman di anggap sebagai seorang pemimpin yang
sangat bijak dan baik terhadap rakyatnya.

Teladan lain dari Utsman, ialah mementingkan hartanya untuk berjihad di


jalan Allah, dan melimpahkan hartanya untuk kemakmuran Ummat.

Utsman juga menjadi salah satu Khalifah yang berhasil menyatukan Al-
Qur’an menjadi satu mushaf atau satu buku.
Kecerdasan dari Ali bin Abi Thalib
Khulafaur Rasyidin yang terakhir adalah Ali bin Abi Thalib, sahabat Nabi
yang terkenal dengan kecerdasannya.

Ali bin Abi Thalib, lahir pada tahun 599 Masehi, dan merupakan bayi
pertama yang lahir dari golongan pemeluk agama Islam.

Periode kepemimpinan Ali bin Abi Tholib sekitar 656 s/d 661 Masehi. Ali
bin Abi Thalib sangat terkenal dengan kecerdasannya.

Beliau sangat suka dengan belajar, dan sangat penasaran dengan berbagai
hal yang belum ia pelajari.

Beberapa teladan dari Ali bin Abi Thalib dalam belajar, yakni:

Pertama, belajar langsung dari sumbernya. Ali bin Abi Thalib belajar banyak
hal dari Rasulullah secara langsung. Ali juga selalu mengamati
lingkungannya, lalu mempersamakan dengan ajaran yang sudah ia
dapatkan dari Rasulullah untuk mendapatkan kevalidan.

Lalu yang selanjutnya adalah, kesungguhan Ali bin Abi Thalib dalam
menimba ilmu. Hal ini tergambar saat setelah ia diajarkan sesuatu oleh
Rasulullah. Ali langsung mengamati apa yang sudah di ajarkan, namun dan
setelahnya ia akan memikirkan kembali dengan sungguh-sungguh.

Dari kebiasaan tersebut, Ali menjadi pribadi yang tidak mudah terpengaruh
oleh hal apapun. Termasuk dalam perbuatan yang tidak disukai oleh Allah.
Meski banyak orang di sekeliling Ali melakukan hal itu, namun Ali tidak
terpengaruh oleh hasutan mereka.

Sebagaimana, Kecerdasan Ali Bin Abi Thalib Dalam Memutuskan Perkara


Umat, selalu dengan pikiran yang matang.

Kedua, Teladan selanjutnya adalah, Ali suka mencatat berbagai hal yang di


ajarkan oleh Rasulullah dengan menuliskannya. Hal ini terbukti dengan Ali
yang menyempurnakan tulisan Al-Qur’an dan bisa di baca sampai dengan
sekarang.

Ali tidak pernah keluar dari rumahnya, kecuali jika akan menunaikan sholat
jamaah serta sholat jum’at. Dari hal tersebut, Ali bin Abi Thalib mempunyai
berbagai karya yang mendunia sampai sekarang.
Bahkan, dalam sebuah kisah saat pada subuh Matahari Hormat, Rukuk
Rasulullah Tertahan Demi Ali Bin Abi Thalib.

Penutup
Dari beberapa kisah Khulafaur Rasyidin, kita bisa lebih mengerti tentang
bagaimana menjadi pribadi yang amanah, yang jujur, adil, dan tegas, serta
bersungguh-sungguh dalam menimba ilmu.

Mari, mulai dari sekarang kita belajar mencoba mempraktekkan beberapa


tauladan tadi ke kehidupan kita untuk memiliki hidup yang baik. Semoga
bermanfaat, sekian!.

Anda mungkin juga menyukai