Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nabi Muhammad SAW adalah pribadi yang dapat dipercaya atau amanah. Beliau
selalu menjaga diri dari segala perbuatan dosa untuk menjaga kepercayaan umat pada
dirinya. Amanah juga menjadi salah satu akhlak utama Rasulullah SAW. Sebagaimana
Allah SWT berfirman dalam surah An Nisa ayat 58.Akhlak kepada Nabi Muhammad saw
merupakan konsekuensi logis dari akhlak kepada Allah `SWT. Rasulullah saw dan juga
para rasul yang lain merupakan utusan Allah yang menyampaikan pesan-pesan Allah
kepada umat manusia. Allah SWT menurunkan wahyu-Nya kepada manusia melalui para
rasul-Nya mulai Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul Allah yang terakhir memiliki
keistimewaan dibanding nabi-nabi sebelumnya. Salah satu keistimewaannya adalah misi
risalah Muhammad tidak terbatas pada umat (bangsa) tertentu, tetapi meliputi semua
umat manusia (rahmatan lil’alamin). Semua umat manusia yang hidup pada masa
Muhammad hingga tibanya hari akhir nanti wajib mengikuti syariat yang dibawa Nabi
Muhammad SAW.
Sebagai nabi yang terakhir, Muhammad dibekali satu kitab Allah yang terlengkap,
yakni Al Quran yang isinya memuat keseluruhan isi kitab-kitab yang pernah turun
sebelumnya. Dengan Alquran inilah Nabi Muhammad dapat menyelesaikan semua
permasalahan yang dihadapinya, di samping juga dengan ide-idenya yang
mendapatkan bimbingan wahyu dari Allah SWT (Sunnah/hadis). Semua yang tertuang
dalam Alquran terealisasi dalam sikap dan perilaku Nabi Muhammad Saw. Sehari-hari.
Tidak ada satu pun sikap dan perilaku Muhammad yang menyimpang atau bertentangan
dengan apa yang tertuang dalam Alquran. Karena itulah, setiap umat Islam wajib
meneladani Nabi Muhammad saw dalam segala aspek kehidupan sehari-hari.
Berakhlak terhadap Nabi Muhammad saw merupakan salah satu pilar keyakinan
(iman) dalam Islam. Banyak cara yang harus dilakukan dalam rangka berakhlak
kepada Nabi Muhammad Saw. Adalah menyintai dan memuliakannya, taat dan patuh
kepadanya, serta mengucapkan shalawat dan salam kepadanya. Namun, yang paling
penting dari semua itu adalah meneladaninya dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai Nabi Muhammad sebagai
suri tauladan yang patut untuk dijadikan tuntunan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Disamping keteladanan nabi Muhammad SAW, kita juga dapat mencontoh dan

1
meneladani para Khalifah Nabi yang sering disebut dengan Khullafaurrasyidin .
Khulafaur Rasyidin adalah para khalifah yang sangat arif bijaksana. Mereka adalah
keempat sahabat Nabi yang terpilih menjadi pemimpin kaum muslimin setelah Nabi
Muhammad SAW wafat. Sikap teladan Khulafaur Rasyidin dalam kehidupan sehari-hari
yang dapat di contoh adalah amanah atau dapat dipercaya, jujur, dan cerdas. Khulafaur
rasyidin atau kekhalifahan rasyidin berdiri setelah Nabi Muhammad wafat pada tahun
632 Masehi atau tahun 11 H.
Sepeninggalan Rasulullah, tampuk kepemimipinan umat Islam kemudian
dipercayakan kepada khulafaur rasyidin. Kata Khulafaur Rasyidin itu berasal dari
bahasa arab yang terdiri dari kata khulafa dan rasyidin , khulafa' itu menunjukkan
banyak khalifah, bila satu di sebut khalifah, yang mempunyai arti pemimpin dalam arti
orang yanng mengganti kedudukan rasullah SAW sesudah wafat melindungi agama dan
siasat (politik) keduniaan agar setiap orang menepati apa yang telah ditentukan oleh
batas-batanya dalam melaksanakan hukum-hukum syariat agama islam.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Pembatasan masalah dalam pembuatan makalah ini dibatasi agar tidak menyimpang
terhadap masalah yang telah dibuat, adapun ruang lingkup pembahasan dalam makalah
ini adalah:
1. Subyek pembahasan adalah Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi akhir zaman
yang diutus Allah SWT untuk menyempurnakan ajaran Islam.
2. Obyek pembahasan adalah sifat Nabi Mahammad sebagai sifat suri tauladan yang
baik yang harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Keteladanan yang bias kita ambil dari 4 khalifah setelah kepemimpinan di Masa
Nabi 9 Abu Bakar Siddiq,Umar Bin Khattab,Ustman Bin Affan dan Ali Bin Abi
Talib ).
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk mengetahui:
1. Iman kepada nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir.
2. Sekilas riwayat hidup tentang Nabi Muhammad SAW.
3. Cara mencintai Nabi Muhammad SAW.
4. Sikap taat dan patuh kepada Nabi Muhammad SAW.
5. Meneladani sifat Nabi Muhammad SAW.
6. Meneladani sifat-sifat Para Khullafaurrasyidin

2
BAB II
PEMBAHASAN
I. KETELADANAN NABI MUHAMMAD SAW

A. Beriman akan Adanya Nabi Muhammad SAW


Beriman kepada Rasulullah adalah meyakini dan memercayai dengan sepenuh hati
bahwa Allah SWT memilih di antara manusia untuk dijadikan rasul-Nya untuk
menyampaikan wahyu-Nya kepada umat manusia. Beriman kepada Rasulullah juga
berarti memercayai dan meyakini sepenuhnya akan segala yang diceritakan Allah
tentang semua nabi dan rasul yang diutus-Nya, baik yang diketahui namanya maupun
yang tidak diketahui namanya.
Perintah untuk beriman kepada Rasul Allah (Muhammad saw) tercantum dalam
Alquran surat al-Nisa’ (4) ayat 136:
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang
Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. alNisa’ (4): 136).
Umat Islam sekaligus umat Muhammad saw harus beriman terhadap Nabi
Muhammad Saw. yang merupakan rasul dan nabi terakhir. Muhammad saw adalah
penutup para nabi dan rasul, sehingga setelahnya tidak ada lagi nabi dan rasul
Allah. Kepastian Nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir dinyatakan oleh
Allah SWT dalam Alquran:
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang lakilaki di antara kamu,
tetapi ia adalah utusan Allah dan penutup nabi-nabi.” (QS. al-Ahzab (33): 40).
Ada beberapa konsekuensi dari kedudukan Nabi Muhammad saw sebagai rasul
terakhir. Pertama, dengan berakhirnya risalah kenabian kepada Muhammad saw berarti
bahwa ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW telah sempurna dan
menyempurnakan ajaran para nabi sebelumnya. Allah SWT berfirman:
“Pada hari ini Aku telah menyempurnakan agamamu itu untukmu semua, dan
Aku telah melengkapkan kenikmatan-Ku padamu, dan Aku telah rela Islam itu
sebagai agama untukmu semua.”(QS. al-Maidah (5): 3).
Kedua, dengan posisinya sebagai nabi terakhir berarti bahwa ajaran yang
dibawa Nabi Muhammad SAW, yakni agama Islam bersifat mendunia dan berlaku
untuk seluruh umat manusia. Allah SWT berfirman:

3
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya,
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.”(QS. Saba’ (34): 28).
Dan yang ketiga, karena kedudukannya sebagai penutup serangkaian para nabi,
maka Nabi Muhammad saw adalah rasul untuk semua umat manusia. Allah Swt.
berfirman: “Katakanlah: ‘Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu
semua’.” (QS. al-A’raf (7): 158).
B. Sekilas tentang Nabi Muhammad SAW
Muhammad dilahirkan di Makkah dan kemudian wafat di Madinah. Sejak kecil
Muhammad selalu bekerja keras dan tidak pernah bermalas-malasan. Sejak kecil pula
Muhammad sudah menampakkan akhlaknya yang sangat mulia dan tidak pernah
sekalipun menampakkan akhlak yang jelek. Karena kejujurannnya, Muhammad
mendapat gelar al-amin yang artinya yang jujur.
Beliau kemudian menikah dengan Khadijah ketika berusia 25 tahun. Pada
usianya yang keempat puluh tahun, beliau diutus sebagai nabi dan rasul dengan
diwahyukannya lima ayat pertama dari surat al-‘Alaq, yaitu:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. al-‘Alaq (96):
1-5).
Selanjutnya secara bertahap dalam waktu kurang lebih dua puluh tiga tahun beliau
menerima keseluruhan wahyu Alquran yang juga disampaikan kepada para sahabat
beliau, sehingga sebagian dari mereka ada yang menghafalnya. Berbagai peristiwa
dialami oleh Nabi Muhammad saw sejak beliau mengemban tugas risalahnya. Nabi
memulai tugas dakwahnya kepada keluarganya kemudian sahabat terdekatnya hingga
kepada masyarakat umum. Nabi mengalami berbagai tantangan dari para tokoh kaum
Quraisy Makkah. Tekanan-tekanan kaum Quraisy tidak pernah berhenti untuk
menghalangi dakwah Nabi. Pada akhirnya Nabi memutuskan untuk hijrah keMadinah.
Di Madinah inilah Nabi kemudian dapat membangun tatanan masyarakat seperti yang
diinginkan, yakni masyarakat Islam yang diatur dengan prinsip-prinsip Islam. Setelah
Nabi berhasil mengislamkan masyarakat Makkah (kaum Quraisy), Nabi menerima
wahyu terakhir (QS. al-Maidah (5): 3) dan beberapa waktu kemudian Nabi Muhammad
Saw. wafat di Madinah dalam usia 63 tahun.
Nabi Muhammad Saw. wafat dengan meninggalkan dasar-dasar Islam yang
lengkap, terutama dengan ditinggalkannya dua pusaka beliau kepada para umatnya,

4
yakni Alquran dan Sunnah. Dengan berpedoman kepada dua pusaka inilah umat
Islam dapat melakukan berbagai aktivitas hidupnya, baik dalam berhubungan dengan
Allah (beribadah) maupun dalam berhubungan dengan sesamnya (bermuamalah).

C. Menyintai dan Memuliakan Nabi Muhammad SAW

Sebagai umat Nabi Muhammad saw kita harus menyintai beliau, sebab beliau
juga sangat menyintai kita. Dalam perjuangan beliau mendakwahkan Islam, terlihat
sekali kecintaan beliau terhadap umatnya. Beliau merasakan suka dan duka bersama
umatnya. Kecintaan beliau tidak terbatas ketika di dunia saja, tetapi juga sampai di
akhirat kelak. Gambaran sikap beliau terhadap umatnya dinyatakan dalam Alquran.
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri,
berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang
mu'min.” (QS. al-Taubah (9): 128).
Cintaini akan tumbuh dalam diri kita jika kita benar-benar beriman. Jikaiman kita
tidak utuh, maka kita tidak akan dapat menyintai beliau. Dalam hal ini Nabi Muhammad
saw bersabda:
“Tidak beriman salah seorang di antara kamu sekalian sebelum aku lebih
dicintainya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya, dan semua
manusia.” (HR. al-Bukhari, Muslim, dan alNasa’i).
Dengan demikian cinta seorang mu’min kepada Nabi Muhammad Saw. harus
melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, orang tuanya dan kaum kerabatnya, serta
semua manusia. Artinya, orang yang cinta kepada selain Allah Swt. melebihi cintanya
kepada Nabi, berarti ia belum beriman secara benar.
Cinta kita kepada Nabi Muhammad saw harus benar-benar mendominasi
perasaan cinta kita sebagaimana cinta kita kepada Allah SWT. Dengan cinta kepada Allah
dan Rasulullah inilah kemudian ditambah jihad di jalan Allah, kita berharap agar Allah
senantiasa memberikan petunjuk-Nya kepada kita. Jika kita tidak menyintai Allah dan
Rasulullah serta tidak mau berjihad di jalan Allah, maka kita dimasukkan ke dalam
golongan orang-orang fasikyang jauh dari petunjuk Allah. Allah Swt. berfirman:
“Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai,
adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari)berjihad di
jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan

5
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. al-Taubah (9):
24).
Sifat Utama Keteladanan Nabi Muhammad SAW
1. Siddiq
Siddiq artinya benar. Artinya nabi Muhammad SAW harus menyampaikan
kebenaran
“ Hai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad)
dan Ulil Amr (Penguasa) di antara kamu. Jika kamu berselisih dalam sesuatu,
rujuklah kepada Allah (Al-Qur-an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman
kepada Allah dan Hari Akhir. Itu lebih penting (bagimu) dan akibatnya lebih
baik.”
2. Amanah
Amanah artinya dapat dipercaya. Artinya, orang tersebut harus dapat dipercaya
3. Fatonah Fathonah artinya cerdas. Artinya seorang rasul harus memiliki
kecerdasan yang tinggi
4. Tabligh
Tabligh berarti menyampaikan
“Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah
menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya
meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu
persatu.” [QS. Al — Jin 28]
Meneladani Perilaku Nabi Muhammad dalam Kehidupan Sehari-Hari
1. Seorang Pedagang Besar dan Jujur
2. Kerendahan Hati
Berdasar riwayat Umar r.a, ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah
kalian menyanjungku (secara berlebihan) sebagaimana orang-orang Nasrani telah
menyanjung-nyanjung Isa Ibnu Maryam secara berlebihan, karena sesungguhnya
aku hanya seorang hamba. Oleh karena itu, sebutlah (diriku) sebagai hamba Allah
dan Rasul-Nya’.” (HR. Bukhari)
3. Akhlak Mulia
Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Imam Ahmad dari Abu Abdillah Al Jadal,
dia berkata: “Aku berkata kepada Aisyah: “Bagaimana Rasulullah SAW
memperlakukan keluarganya?” Aisyah menjawab: “Dia adalah orang yang paling
terpuji akhlaknya. ” Rasulullah tidak pernah berbuat keji, kasar dan tidak pernah
berteriak di tengah pasar. Dia tidak akan membalas kejahatan dengan kejahatan.

6
Tapi dia memaafkan dan memaafkan hal-hal jahat yang ditujukan padanya secara
pribadi.” (HR. Imam Ahmad)
4. Kecintaan Nabi kepada orang lain
Berdasarkan riwayat dari Anas bin Malik, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sesungguhnya aku mengerjakan shalat dan berniat untuk mengerjakannya dalam
waktu yang lama. Tetapi saya mendengar bayi itu menangis, jadi saya bergegas
untuk menyelesaikan sholat. Karena saya tahu seorang ibu pasti sangat prihatin
dengan tangisan anaknya.” (HR Bukhari dan Muslim)
5. Karakter Akhlak Nabi yang Toleran
Sebagaimana diriwayatkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadits Anas bin
Malik dalam Bukhari dan Muslim, ia berkata: “Saya pernah berjalan dengan
Rasulullah SAW, yang pada waktu itu mengenakan sorban dari wilayah Najran
dengan kepala tebal. Kemudian seseorang dari desa mengikutinya, yang berhasil
mengejarnya. Seorang penduduk desa menarik sorbannya sangat keras sehingga
saya melihat bekas luka di sisi leher Nabi karena gaya tarik. Kemudian penduduk
desa itu berkata : “Wahai Muhammad, berilah aku harta Allah yang kamu
miliki”, Rasulullah SAW menoleh dan tertawa. Dia memerintahkan untuk
memberikan orang itu harta.” (HR Bukhari dan Muslim)
6. Kedermawanan Nabi Muhammad SAW
“Rasulullah didatangi oleh seorang laki-laki yang meminta sesuatu kepadanya.
Maka Rasulullah memerintahkan untuk memberi seseorang kambing dalam
jumlah yang sangat banyak, yang jumlahnya sama dengan jarak antara dua
gunung. Akhirnya laki-laki itu kembali kepada kaumnya seraya berkata: “Wahai
kaumku, masuklah ke dalam agama Islam, karena Muhammad akan memberimu
hadiah agar kamu tidak lagi khawatir akan kemiskinan.” (HR.Muslim)
Menyintai Nabi Muhammad saw tidak cukup hanya diungkapkan dengan kata-
kata, tetapi juga harus dinyatakan dalam bentuk perbuatan nyata, misalnya:
1. Mengikuti dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang sampai kepada kita melalui
Alquran dan Hadits yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.
2. Memercayai semua berita yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw.
3. Berjuang menegakkan, mengembangkan, dan membela ajaran-ajaran yang dibawa
Nabi Muhammad saw serta menjagakemurnian ajaran-ajaran beliau dari berbagai
bentuk bid’ah dan khurafat.
4. Memuliakan Nabi Muhammad saw dengan memperbanyak membaca shalawat dan
salam kepada beliau.

7
5. Memuliakan keluarga dan sahabat-sahabat Nabi Muhammad sebagaimana
memuliakan beliau.
Dalam kehidupan nyata, wujud dari cinta kita kepada Nabi Muhammad saw terlihat
pada setiap aktivitas kita sehari-hari. Jika kita benar-benar cinta kepada Nabi
Muhammad Saw. maka kita akan selalu menjaga diri kita dari perbuatan-perbuatan yang
tidak dilakukan dan tidak disenangi beliau. Sebaliknya kita harus selalu meneladani
beliau dalam setiap aktivitas kita, baik dalam aktivitas ibadah maupun muamalah. Inilah
yang menjadi bukti dari cinta kitakepada beliau.

D. Taat dan Patuh kepada Nabi Muhammad SAW

Taat dan patuh kepada Nabi Muhammad saw merupakan konsekuensi dari taat dan
patuh kepada Allah SWT. Dalam berbagai ayat Alquran Allah menegaskan bahwa
ketaatan kepada Allah harus dibuktikan dengan ketaatan kepada Rasulullah. Dalam QS.
al-Nisa’ (4): 80 Allah Swt. berfirman:
“Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan
barangsiapa yang berpaling (dariketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu
untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (QS. al-Nisa’ (4): 80).
Dalam ayat yang lain Allah menegaskan bahwa bukti seseorang cinta kepada Allah
adalah mengikuti Rasulullah. Barang siapa yang mengikuti dan menaati Rasulullah,
maka Allah akan menyintainya dan akan mengampuni dosa-dosanya. Allah SWT
berfirman:
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) menyintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosadosamu." Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (QS. Ali ‘Imran (3): 31).
Allah juga menyatakan bahwa diutusnya Rasulullah adalah agar ditaati oleh
umatnya. Karena itulah taat dan patuh kepada Rasulullah merupakan perintah Allah yang
wajib hukumnya. DalamQS. al-Nisa’ (4): 64 Allah Swt. berfirman:
“Dan kami tidak mengutus seseorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan
seizin Allah.” (QS. al-Nisa’ (4): 64).
Taat dan patuh kepada Rasulullah dilakukan dengan cara mengikuti semua yang
diperintahkannya dan meninggalkan semua yang dilarangnya. Demikian firman Allah
Swt. dalam QS. al-Hasyr (59): 7:
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (QS. alHasyr (59): 7).

8
Dalam berbagai ayat Alquran Allah menyebutkan bahwaketaatan kepada Allah
selalu beriringan dengan ketaatan kepada Rasulullah. Hal ini menunjukkan bahwa
menaati Rasulullah itu harus total sebagaimana menaati Allah. Hal ini bisa dilihat
misalnya dalam QS. al-Nisa’ (4): 59 dan QS. Ali ‘Imran (3): 32. Kita tidak bisa
mewujudkan ketaatan kita kepada Allah jika tidak menaati Rasulullah. Dalam hal shalat,
misalnya, kita tidak dapat melaksanakan shalat yang diperintahkan Allah kepada kita, jika
kita tidak mengikuti petunjuk Rasulullah yang mengajarkan cara-cara melakukan shalat.
Rasulullah saw. bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.”
(HR. al-Bukhari). Hal yang sama juga terjadi dalam masalah praktik melakukan ibadah
haji dan praktik-praktik ibadah lainnya, termasuk juga praktik-praktik bermuamalah.
Rasulullah merupakan manusia pilihan yang dapat memberi jalan dan penerang
untuk meniti jalan yang benar dan lurus sekaligus juga memberi peringatan dan kabar
gembira kepada manusia. Jalan lurus yang ditunjukkan Rasulullah adalah jalan yang
diridoi oleh Allah. Jalan lurus ini juga dilengkapi dengan rambu-rambu untuk dijadikan
petunjuk bagaimana melewatinya. Karena itu, siapa tidak mengikuti jalan ini, pastilah ia
akan mendapatkan kesesatan baik di dunia maupun di akhirat. Allah SWT berfirman:
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka
ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena
jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. al-An’am (6): 153).
Pada akhirnya, Allah juga menyatakan bahwa orang yang taat kepada Allah dan
Rasulullah di akhirat kelak akan bersama para nabi, para shiddiqin, syuhada’, dan
shalihin (QS. al-Nisa’ (4) 69). Itulah teman-teman terbaik yang akan didapatkan orang
yang menataati Allah dan Rasulullah di akhirat kelak.

E. Meneladani Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad Saw. adalah nabi terakhir yang mendapatkan banyak gelar baik
dari Allah maupun dari manusia. Berbagai julukan diberikan kepada beliau atas
kesuksesan beliau dalam melakukan misi risalahnya di muka bumi. Beliau berhasil
menjadi pemimpin agama (sebagai Nabi) berhasil menjadi pemimpin negara (ketika
memimpin negara Madinah). Di samping itu beliau juga berhasil dalam menjalankan
berbagai kepemimpinan yang lain, seperti memimpin perang, memimpin musyawarah,
dan memimpin keluarga. Karena itu, sudah sepantasnya umat Islam menjadikannya
sebagi teladan yang terbaik. Terkait dengan hal ini Allah SWT berfirman:

9
”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(QS. al-Ahzab (33): 21).
Untuk dapat meneladani Nabi Muhammad saw dalam kehidupan kita sehari-hari,
tentunya kita umat Islam, harus mengetahui terlebih dahulu apa saja sifat-sifat yang
dimiliki oleh beliau dan bagaimana perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Karena
itu, agar kita dapat meneladani Nabi Muhammad saw. Akan dikemukakan sifat-sifat dan
perilaku beliau dan kemudian bagaimana kita dapat meneladani sifat dan perilaku
tersebut.
Cara-cara praktis yang dapat dilakukan untuk meneladani Rasulullah saw di
antaranya adalah sebagai berikut:
1. Kita harus selalu bertaubat kepada Allah Swt. atas segala dosa dan kesalahan yang
kita lakukan setiap hari. Sebagai manusia biasa kita harus menyadari bahwa kita
selalu berbuat kesalahan dan dosa baik kepada Allah maupun kepada sesama
manusia.
2. Sedapat mungkin kita harus dapat menjaga amanat yang diberikan oleh Allah kepada
kita selaku manusia. Amanat apa pun yang diberikan kepada kita, harus kita
lakukan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pemberi amanat tersebut.
3. Kita juga harus selalu memelihara sifat jujur dalam keseharian kita. Jujur merupakan
sifat yang sangat mulia, tetapi memang sulit untuk diwujudkan.

II. KETELADAANAN KHULAFAUR RASYIDIN

A. MASA KEPEMIMPINAN KHULLAFAURRASYIDIN


Kata Khulafaur Rasyidin itu berasal dari bahasa arab yang terdiri dari kata
khulafa dan rasyidin , khulafa' itu menunjukkan banyak khalifah, bila satu di sebut
khalifah, yang mempunyai arti pemimpin dalam arti orang yanng mengganti kedudukan
rasullah SAW sesudah wafat melindungi agama dan siasat (politik) keduniaan agar setiap
orang menepati apa yang telah ditentukan oleh batas-batanya dalam melaksanakan
hukum-hukum syariat agama islam.
Adapun kata Arrasyidin itu berarti arif dan bijaksana. Jadi Khulafaur Rasyidin
mempunyai arti pemimpim yang bijaksana setelah nabi muhammad wafat. Para
Khulafaur Rasyidin itu adalah pemimpin yang arif dan bijaksana. Mereka itu terdiri dari
para sahabat nabi muhammad SAW yang berkualitas tinggi dan baik adapun sifat-sifat
yang dimiliki Khulafaur Rasyidin sebagai berikut.
a. Arif dan bijaksana

10
b. Berilmu yang luas dan mendalam
c. Berani bertindak
d. Berkemauan yang keras
e. Berwibawa
f. Belas kasihan dan kasih sayang
g. Berilmu agama yang amat luas serta melaksanakan hukum-hukum islam.
Para sahabat yang disebut Khulafaur Rasyidin ada empat orang khalifah yaitu:
1. Abu bakar Shidik khalifah yang pertama (11 – 13 H = 632 – 634 M)
2. Umar bin Khattab khalifah yang kedua (13 – 23 H = 634 – 644 M)
3. Usman bin Affan khalifah yang ketiga (23 – 35 H = 644 – 656 M)
4. Ali bin Abi Thalib khalifah yang keempat (35 – 40 H = 656 – 661 M)
1. Abu Bakar Ash-Shiddiq (11-13 H/632-634M).
Abu Bakar, nama lengkapnya ialah Abdullah bin Abi Quhafa At-Tammi. Di
zaman pra Islam bernama Abdul Ka’bah, kemudian diganti oleh Nabi menjadi
Abdullah. Ia termasuk salah seorang sahabat yang utama (orang yang paling
awal) masuk Islam. GelarAsh-Shiddiq diperolehnya karena ia dengan segera
membenarkan nabi dalam berbagai pristiwa, terutama Isra’ dan Mi’raj. Abu
Bakar memangku jabatan khalifah selama dua tahun lebih sedikit, yang
dihabiskannya terutama untuk mengatasi berbagai masalah dalam negeri yang
muncul akibat wafatnya Nabi.[1]
a. Langkah-langkah kebijakan Abu Bakar
 Menumpas nabi palsu
 Memberantas kaum murtad
 Menghadapi kaum yang ingkar zakat
 Mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an
b. Manajemen Pemerintahan Abu Bakar (Wilayah Provinsi dan Gubernur). Di masa
pemerintahan Khalifah pertama, masih terdapat pertentangan dan perselisihan
antara Negara Islam dan sisa-sisa kabilah arab yang masih berpegang teguh pada
warisan jahiliyah “Tentang memehami agama Islam”. Namun demikian, kegiatan
(proses) pengaturan manajemen pemerintan Khalifah Abu Bakar telah dimulai.
Adapun para gubernur yang menjadi pemimpin di provinsi tersebut adalah Itab
bin Usaid, Amr bin Ash, Utsman bin Abi al-‘Ash, Muhajir bin Abi Umayah,
Ziyad bin Ubaidillah al-Anshari, Abu Musa al Asy’ari, Muadz bin Jabal, Ala’ bin
al-Hadrami, syarhabi bin Hasanah, Yazid bin Abi Sufyan, Khalid bin walid dan
lainnya.Diantara tugas para gubernur adalah mendirikan shalat, menegakkan

11
peradilan, menarik, mengelola dan membagikan zakat, melaksanakan had, dan
mereka memiliki kekuasaan pelaksanaan dan peradilan secara simultan.
Beberapa saat setelah Abu Bakar wafat, para sahabat langsung mengadakan
musyawarah untuk menentukan khakifah selanjutnya. telah disepakati dengan
bulat oleh umat Islam bahwa Umar bin Khattab yang menjabat sebagai khalifah
kedua setelah Abu Bakar. piagam penetapan itu ditulis sendiri oleh Abu Bakar
sebelum wafat. Setelah pemerintahan 2 tahun 3 bulan 10 hari (11 – 13 / 632 – 634
M),khalifah Abu Bakar wafat pada tanggal 21 jumadil Akhir tahun 13 H / 22
Agustus 634 Masehi.

2. Umar bin Khaththab (13-23H/634-644M)


Umar bin Khaththab nama lengkapnya adalah Umar bin Khaththab bin Nufail
keturunan Abdul Uzza Al-Quraisi dari suku Adi; salah satu suku terpandang
mulia. Umar dilahirkan di mekah empat tahun sebelum kelahiran Nabi
Muhammad SAW. Ia adalah seorang berbudi luhur, fasih dan adil serta
pemberani. Untuk menjajagi pendapat umum, Khalifah Abu Bakar melakukan
serangkaian konsultasi terlebih dahulu dengan beberapa sahabat, antara lain
Abdurrahman bin Auf dan Usman bin Affan. Setelah mendapat persetujuan dari
para sahabat dan baiat dari semua anggota masyarakat Islam Umar menjadi
Khalifah. Ia juga mendapat gelar Amir Al-Mukminin (komandan orang-orang
beriman).
Manajemen Pemerintahan Umar bin Khattab
 Pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab melakukan pemisahan
antara kekuasaan peradilan dengan kekusaan eksekutif, beliau
memilih hakim dalam sistem peradilan yang independen guna
memutuskan persoalan masyarakat. Sistem peradilan ini terpisah dari
kekusaan eksekutif, dan ia bertanggung jawab terhadap khalifah
secara langsung.
 Khalifah Umar memerintah selama 10 tahun lebih 6 bulan 4hari.
Kematiannya sangat tragis, seorang budak Persia bernama Fairuz
atau Abu Lu’lu’ah secara tiba-tiba menyerang dengan tikaman pisau
tajam ke arah khalifah yang akan menunaikan shalat subuh yang
telah di tunngu oleh jama’ahnya di masjid Nabawi di pagi buta itu.
Khalifah Umar wafat tiga hari setelah pristiwa penikaman atas
dirinya, yakni 1 Muharam 23H/644M.

12
3 Utsman bin Affan (23-36H/644-656M).
Khalifah ketiga adalah Utsman bin Affan. Nama lengkapnya ialah Utsman bin
Affan bin Abil Ash bin Umayyah dari suku Quraisy. Ia memeluk islam karena
ajakan Abu Bakar, dan menjadi salah seorang sahabat dekat Nabi SAW. Ia sangat
kaya tetapi berlaku sedehana, dan sebagian besar kekayaannya digunakan untuk
kepentingan Islam. Ia mendapat julukan zun nurain, artinya memiliki dua cahaya,
karena menikahi dua putri Nabi SAW secara berurutan setelah yang satu
meninggal. Dan Utsman pernah meriwayatkan hadis kurang lebih 150 hadis.
Seperti halnya Umar, Utsman diangkat menjadi Khalifah melalui proses
pemilihan.
Pencapian Pada Masa Pemerintahan Utsman
 Pada masa-masa awal pemerintahannya, Utsman melanjutkan sukses
para pendahulunya, terutama dalam perluasan wilayah kekusaan Islam.
Karya monumental Utsman yang dipersembahkan kepada umat Islam
ialah penyusunan kitab suci Al-Qur’an.
 Penyusunan Al-Qur’an, yaitu Zaid bin Tsabit, sedangkan yang
mengumpulkan tulisan-tulisan Al-Qur’an antara lain Adalah dari Hafsah,
salah seorang Istri Nabi SAW. Kemudian dewan itu membuatbeberapa
salinan naskah Al-Qur’an untuk dikirimkan ke berbagai wilayah
kegubernuran sebagai pedoman yang benar untuk masa selanjutnya.
Manajemen Pemerintahaan Utsman bin Affan
 Bentuk manajemen yang ditetapkan dalam pemerintahaan Umar r.a.
tercermin dalam pengumpulan mushaf Al-qur’an menjadi satu di kenal
dengan Mushaf Utsmani. Pada masa kekhalifahan Utsman r.a. terdapat
indikasi praktik nepotisme. Hal ini yang membuat sekelompok sahabat
mencela kepemimpinan Utsman r.a. karena telah memilih keluarga
kerabat sebagai pejabat pemerintahaan.
 Pada paroh trakhir masa kekhalifahannya, muncul perasaan tidak puas
dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Usman
memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Pada tahun
35H/655M, Usman di bunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari
orang-orang kecewa itu.
 Pembunuhan usman merupakan malapetaka besar yang menimpa ummat
Islam. Dikalangan ummat Islam yang diturunkan melalui Muhammad
yang berbahasa Arab (sehingga perwujudan islam pada masa awalnya
bercorak Arab) dengan alam pemikiran yang dipengaruhi kebudayaan

13
Helinesia dan persi. Pembenturan itu membawa kegoncanggan dan
kericuhan dalam beberapa bidang sebagai berikut :
a. Bidang Bahasa Arab.
b. Bidang Akidah.
c. Bidang Politik.
4. Ali bin Abi Thalib khalifah yang keempat (35 – 40 H = 656 – 661 M).
Khlifah keempat adalah Ali bin Abi Thalib. Ali adalah keponakan dan menantu
Nabi. Ali adalah putra Abi Thalid bin Abdul Muthalib. Ali adalah seseorang yang
memiliki kelebihan, selain itu ia adalah pemegang kekuasaan. Pribadinya penuh
vitalitas dan energik, perumus kebijakan dengan wawasan yang jauh ke depan. Ia
adalah pahlawan yang gagah berani, penasehat yang bijaksana, penasihat hukum
yang ulung dan pemegang teguh tradisi, seorng sahabat sejati, dan seorang lawan
yang dermawan. Ia telah bekerja keras sampai akhir hayatnya dan merupakan
orang kedua yang berpengaruh setelah Nabi Muhammad
Khalifahan Ali bin Abi Thalib.
 Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali bin Abi Thalib
sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa
pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit
pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan setabil. Setelah menduduki
jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang di angkat oleh Usman. Dia
yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka.
Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk
dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali
sistem distribusi pajak tahunan dia antara orang-orang Islam sebagaimana pernah
ditetapkan Umar.
 Manajemen Pemerintahan Ali bin Abi Thalib.
Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a. menjalankan sistem pemerintahaan sebagaimana
Khalifah sebelumnya, baik dari segi kepemimpinan ataupun manajemen. Dalam
mengangkat seorang pemimpin, beliau mendelesiasikan wewenang dan
kekuasaan atas wilayah yang dipimpinnya. Seorang memiliki kewenangan penuh
untuk mengelola wilayah yang dikuasainya, namun khalifah tetap melakukan
pengawasan terhadap kinerja pemimpin tersebut. Khalifah senantiasa mengajak
pegawainya untuk hidup Zuhud, berhemat dan sederhana dalam kehidupan,
begitu juga untuk selalu memperhatikan dan berbelas kasihan terhadap kehidupan
rakyatnya. Beliau juga mengjarkan system renumirasi. Selain itu, beliau juga
konsisten terhadap kepentingan masyarakat secara umum.

14
 Ali bin Abi Thalib Wafat
Kaum Khawarij tidak lagi mempercayai kebenaran pemimpin-pemimpin Islam,
dan mereka berpendapat bahwa pangkal kekacauan Islam pada saat itu adalah
karena adanya 3 orang imam, yaitu Ali, Muawwiyah dan Amr. Mereka
bersumpah akan melaksanakan pembunuhan pada tanggal 17 Ramadhan 40 H/24
Januari 661 M di waktu subuh. Diantara tiga orang Khawarij itu. Hanya Ibnu
Muljam yang berhasil membunuh Ali ketika beliau sedang sholat Subuh di
Masjid Kufah tetapi Ibnu Muljam pun tertangkap dan juga dibunuh
 Barak menikam Muawwiyah mengenai punggungnya, ketika Muawwiyah sedang
sholat Subuh di Masjid Damaskus. Sedang Amr bin Bakr berhasil membunuh
wakil imam Amr bin Ash ketika ia sedang sholat Subuhdi Masjid Fusthat Mesir.
Amr bin sendiri tidak mengimami sholat, sedang sakit perut di rumah
kediamannya sehingga ia selamat.
 Khalifah Ali wafat dalam usia 58 tahun, kemudian Hasan bin Ali dinobatkan
menjadi Khalifah yang berkedudukan di Kufah.

B.KETELADANAN KHULAFAURASYIDIN
Ada 4 Khulafaur Rasyidin yang bisa kita teladani sifat-sifatnya, yakni:
1. Abu Bakar As-Shiddiq
 Arif dan bijaksana
 Jujur dan amanah
 Prestasi selanjutnya, saat masa kepemimpinan Abu Bakar As-Sidiq,
beliau mengumpulkan lembaran-lembaran berisi firman Allah, untuk
kelak bisa menjadi satu mushaf pada masa kepemimpinan Khalifah
selanjutnya.
 Selain itu, Abu Bakar As-Sidiq sangat menyayangi ummat Muslim.
 Dermawan dan mendahulukan kepentingan Rakyat.
2. Sifat Keteladanan Umar Bin Khattab
 Karakternya keras namun keteladan yang ia miliki patut menjadi
panutan. Dialah Umar bin Khattab.
 dapat membedakan mana yang benar serta mana yang salah, atau mana
yang baik dan mana yang batil, maka Rasulullah saat masih hidup.
Menggabungkannya sebagai salah satu dari Khulafaur Rasyidin dengan
julukan Al-Faruk.
 Yang pertama adalah sifat pemberaninya. Sifat ini sudah menjadi watak
asli dari Ummar bin Khattab, bahkan sebelum masuk agama Islam.

15
 Yang selanjutnya adalah pribadinya yang sangat sederhana. Meski
Ummar bin Khattab berasal dari keluarga yang kecukupan, beliau
memilih untuk hidup sederhana.
 Keteladanan Ummar bin Khattab yang lain, adalah khulafaur rasyidin
 Tegas Dalam Bersikap Ummar bin Khattab juga memiliki sifat yang
tegas. Pada masa Ummar memecat Khalid bin Walid, seorang panglima
perang yang memiliki segudang prestasi dalam pertempuran.
3. Utsman Bin Affan
 Khulafaur Rasyidin yang sangat pemalu, namun hal tersebut membuat
Rasulullah segan kepadanya.
 Teladan lain dari Utsman bin Affan adalah suka membantu Ummatnya
yang kesusahan. Utsman sangat tidak suka melihat salah satu Ummatnya
kesusahan.
 Teladan lain dari Utsman, ialah mementingkan hartanya untuk berjihad
di jalan Allah, dan melimpahkan hartanya untuk kemakmuran Ummat.
 Utsman juga menjadi salah satu Khalifah yang berhasil menyatukan Al-
Qur’an menjadi satu mushaf atau satu buku
4. Ali bin Abi Thalib
 Khulafaur Rasyidin yang terakhir adalah Ali bin Abi Thalib, sahabat
Nabi yang terkenal dengan kecerdasannya.
 Beliau sangat suka dengan belajar, dan sangat penasaran dengan berbagai
hal yang belum ia pelajari.
Beberapa teladan dari Ali bin Abi Thalib dalam belajar, yakni: secara
langsug mengamati lingkungannya dan belajar dengan gigih.
 Tidak mudah terpengaruh
 Teladan selanjutnya adalah, Ali suka mencatat berbagai hal yang di
ajarkan oleh Rasulullah dengan menuliskannya. Hal ini terbukti dengan
Ali yang menyempurnakan tulisan Al-Qur’an dan bisa di baca sampai
dengan sekarang.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nabi Muhammad SAW adalah sosok manusia yang agung akhlaknya dan luhur
budinya (QS. al-Qalam (68): 4). Jika Allah Swt memberikan pujian atas keluhuran
budinya, tentu saja hal ini tidak main-main. Allah Yang Maha Benar tidak akan pernah
berbohong atas ucapan-Nya. Sebagai umat Islam dan sekaligus umat Nabi Muhammad
Saw. kita harus menjadikannya sebagai teladan utama yang harus kita ikuti semua
anjurannya dan kita hindari semua larangannya.
Dari beberapa kisah Khulafaur Rasyidin, kita bisa lebih mengerti tentang bagaimana
menjadi pribadi yang amanah, yang jujur, adil, dan tegas, serta bersungguh-sungguh
dalam menimba ilmu.
Mari, mulai dari sekarang kita belajar mencoba mempraktekkan beberapa tauladan
tadi ke kehidupan kita untuk memiliki hidup yang baik. Semoga bermanfaat, sekian

B. Saran
Di zaman yang canggih sekarang ini, tidak sedikit tantangan yang kita hadapi
dalam rangka meneladani sifat-sifat dan perilaku Nabi Muhammad SAW, baik yang
bersifat internal maupun eksternal. Dengan kesadaran yang tinggi dan dengan ketulusan
hati serta dengan modal cinta dan taat kita kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad
SAW, Insya Allah kita dapat meneladani Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan kita
sehari-hari.

17
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI. 1984. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Departemen


Agama RI.
Khan, Majid Ali. 1985. Muhammad SAW Rasul Terakhir. Terj. oleh Fathul Umam.
Bandung: Pustaka. Cet. I.
Miftah Faridl. 2001. Panduan Hidup Muslim. Bandung: Penerbit Pustaka.
Sa’id Hawwa. 2002. Ar-Rasul Muhammad Saw. Terj. oleh Jasiman dkk. Solo: Media
Insani Press.

18

Anda mungkin juga menyukai