Anda di halaman 1dari 8

PERJANJIAN KERJA SAMA

ANTARA
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN
DENGAN
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
TENTANG
UPAYA PENANGGULANGAN HIV AIDS BAGI MASYARAKAT PROVINSI BANTEN
DAN PROVINSI JAWA BARAT

NOMOR :
NOMOR :

Pada hari ini, Selasa tanggal sepuluh bulan Maret tahun dua ribu dua puluh satu (10-03-
2021), bertempat di Serang, yang bertandatangan di bawah ini :
I. Andhika Hazrumy, S.Sos., M.A.P : Ketua Pelaksana KPA Provinsi Banten, bertempat di
Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B),
Jalan Syech Nawawi Al Bantani, bertindak untuk dan
atas nama Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi
Banten, selanjutnya disebut PIHAK KESATU.

II. :

bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Daerah


Provinsi Jawa Barat, selanjutnya disebut PIHAK
KEDUA.
PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA dalam Perjanjian Kerja Sama ini ini secara bersama-sama
selanjutnya disebut PARA PIHAK dan masing-masing disebut PIHAK.
PARA PIHAK terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut :

1. Negara berkepentingan terhadap peningkatan kualitas setiap warga negara sehingga memiliki
kewajiban untuk mendayagunakan seluruh sumber dayanya, termasuk melindungi hak-hak setiap
warga negara.
2. PARA PIHAK tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai berikut :
a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2018 tentang Kerja Sama Daerah;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal; dan
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2013 tentang Penanggualangan HIV dan
AIDS.
3. Pemerintah Daerah adalah Gubernur beserta Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintah Daerah Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat;
4. Warga Banten yang berada di Provinsi Jawa Barat dan warga Provinsi Jawa Barat yang
berada di Provinsi Banten beresiko tinggi terkena Human immunodeficiency Virus-

1
Acquired immune Deficiency Syndrome (selanjutnya disebut HIV-AIDS), sehingga perlu
dilakukan upaya penanggulangan yang terintegrasi dan berkesinambungan
5. PARA PIHAK telah berkomitmen untuk melakukan kerja sama pembangunan wilayah
perbatasan Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat yang telah dituangkan dalam
Kesepakatan Bersama Nomor 120.23/Mou.03-Huk/2019 dan 119/17/Pemksm tentang Kerja
Sama Pembangunan Wilayah Perbatasan Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat Tahun
2020-2023;
6. Sebagai implemetasi dari Kesepakatan Bersama sebagaimana dimaksud pada angka 1 (satu)
bersepakat menindaklanjuti dengan Perjanjian Kerja Sama di bidang kesehatan dalam Upaya
Penanggulangan HIV AIDS Bagi Masyarkat Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat, untuk
mengoptimalkan program pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS di seluruh Kabupaten
Kota Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat;

Berdasarkan hal-hal tersebut, sesuai dengan kedudukan dan kewenangan masing-masing,


PARA PIHAK setuju dan bersepakat untuk mengadakan Perjanjian Kerja Sama tentang Upaya
Penanggulangan HIV AIDS Bagi Masyarkat Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat (selanjutnya
disebut Perjanjian Kerja Sama), dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut

Pasal 1
MAKSUD DAN TUJUAN

(1) Perjanjian Kerja Sama ini dimaksudkan sebagai perwujudan keterpaduan, sinergitas dan saling
membantu dalam penyelenggaraan kegiatan pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS di
wilayah Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat.
(2) Perjanjian Kerja Sama ini bertujuan untuk sinergitas program pencegahan dan penangulangan
HIV dan AIDS di wilayah Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat.

Pasal 2
OBJEK

Objek Perjanjian Kerja Sama ini adalah optimalisasi program pencegahan dan penanggulangan HIV
AIDS serta data yang terintegrasi di wilayah kerja masing masing, meliputi :
a. Wilayah kerja PIHAK KESATU terdiri dari seluruh Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi
Banten;
b. Wilayah kerja PIHAK KEDUA terdiri dari seluruh Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Jawa
Barat.

Pasal 3
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Perjanjian Kerja Sama ini, meliputi :


a. penguatan jejaring informasi di wilayah kerja masing-masing dengan melakukan sebagai berikut :
1. Validasi data Orang Dengan HIV AIDS secara online dan offline;
2. Sosialisasi HIV AIDS;
3. Penjangkauan dan Pendampingan oleh mitra setempat;
4. Terapi ARV;
5. Mitigasi sosial/dampak;
6. Monitoring bersama pihak terkait di wilayah kerja;
b. Optimalisasi Petugas validasi data di Kabupaten/Kota terhadap temuan kasus pada ODHA dari

2
kedua Provinsi dan
c. Pengembangan kapasitas sumber daya manusia secara bersama di wilayah kerja.

Pasal 4
PELAKSANAAN

(1) PARA PIHAK berkoordinasi dalam hal :


a. pelaksanaan penguatan jejaring informasi di wilayah kerja masing-masing dengan melakukan
kegiatan sesuai dengan ruang lingkup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Optimalisasi Petugas validasi data di Kabupaten/Kota terhadap temuan kasus yang terjadi
diwilayah kerja; sesuai dengan ruang lingkup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
c. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia, data dan informasi yang dibutuhkan.

(2) PARA PIHAK membentuk Tim Koordinasi Bersama, yang keanggotaannya terdiri dari perwakilan
PARA PIHAK. Tim Koordinasi Bersama dimaksud bertugas melaksanakan penyusunan Rencana
Aksi Pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama yang memuat minimal rincian kegiatan dan waktu
pelaksanaan kegiatan serta evaluasi kegiatan-kegiatan yang dikerjasamakan
(3) PARA PIHAK melaksanakan pengawasan temuan kasus dan pengobatan ARV bagi Orang Dengan
HIV AIDS (ODHA) di Kabupaten/Kota Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat sesuai dengan
ruang lingkup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.

Pasal 5
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK KESATU

(1) PIHAK KESATU mempunyai Hak :


a. mendapatkan data dan informasi dari PIHAK KEDUA, mengenai :
1. Temuan kasus HIV pada warga Provinsi Banten yang berada di Provinsi Jawa Barat dan
data Lost Follow Up (LFU) ODHA;
2. Data dan informasi mengenai hasil tindaklanjut data Lost Follow Up (LFU), yang dapat
berdampak pada data pengobatan bagi ODHA di wilayah Provinsi Banten; dan
3. Data dan informasi mengenai situasi dan kondisi penanggulangan HIV AIDS di wilayah
Provinsi Jawa Barat.
b. mendapatkan informasi hasil pengawasan dari PIHAK KEDUA.
(2) PIHAK KESATU berkewajiban :
a. melakukan penguatan jejaring informasi di wilayah masing-masing dengan sesuai dengan
ruang lingkup pada pasal 3 yaitu :
1. bersama-sama dengan PIHAK KEDUA melakukan monitoring temuan kasus baru dan
tindak lanjut Lost Follow Up (LFU) ODHA;
2. melakukan pengawasan terhadap Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) dari Provinsi Banten
yang berada di Provinsi Jawa Barat;
3. Memberikan data dan informasi kepada PIHAK KEDUA, mengenai :
a) Temuan kasus HIV pada warga Provinsi Jawa Barat yang berada di Provinsi Banten
dan data Lost Follow Up (LFU) ODHA;
b) Data dan informasi mengenai hasil tindaklanjut data Lost Follow Up (LFU), yang
dapat berdampak pada data pengobatan bagi ODHA di wilayah Provinsi Jawa Barat;
dan
c) Data dan informasi mengenai situasi dan kondisi penanggulangan HIV AIDS di

3
wilayah Provinsi Banten.
b. bersama-sama maupun sendiri-sendiri melakukan sosialisasi pencegahan HIV AIDS di wilayah
kerja masing-masing;
c. memberikan informasi hasil pengawasan kepada PIHAK KEDUA;
d. melakukan upaya optimalisasi Optimalisasi Petugas validasi data di Kabupaten/Kota
terhadap temuan kasus yang terjadi diwilayah kerja; dan

e. bersama sama dengan PIHAK KEDUA melakukan :


1. Pengembangan kapasitas sumber daya manusia di wilayah kerja; dan
2. Evaluasi bersama terhadap kegiatan yang telah dilakukan.

Pasal 6
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK KEDUA

(1) PIHAK KEDUA mempunyai Hak :


c. mendapatkan data dan informasi dari PIHAK KEDUA, mengenai :
1. Temuan kasus HIV pada warga Provinsi Jawa Barat yang berada di Provinsi Banten dan
data Lost Follow Up (LFU) ODHA;
2. Data dan informasi mengenai hasil tindaklanjut data Lost Follow Up (LFU), yang dapat
berdampak pada data pengobatan bagi ODHA di wilayah Provinsi Jawa Barat; dan
3. Data dan informasi mengenai situasi dan kondisi penanggulangan HIV AIDS di wilayah
Provinsi Banten.
d. mendapatkan informasi hasil pengawasan dari PIHAK KEDUA.
(3) PIHAK KEDUA berkewajiban :
a. melakukan penguatan jejaring informasi di wilayah masing-masing dengan sesuai dengan
ruang lingkup pada pasal 3 yaitu :
1. bersama-sama dengan PIHAK KEDUA melakukan monitoring temuan kasus baru dan
tindak lanjut Lost Follow Up (LFU) ODHA;
2. melakukan pengawasan terhadap Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) dari Provinsi Jawa
Barat Banten yang berada di Provinsi Banten;
3. Memberikan data dan informasi kepada PIHAK KESATU, mengenai :
a) Temuan kasus HIV pada warga Provinsi Banten yang berada di Provinsi Jawa Barat
dan data Lost Follow Up (LFU) ODHA;
b) Data dan informasi mengenai hasil tindaklanjut data Lost Follow Up (LFU), yang
dapat berdampak pada data pengobatan bagi ODHA di wilayah Provinsi Banten;
dan
c) Data dan informasi mengenai situasi dan kondisi penanggulangan HIV AIDS di
wilayah Provinsi Jawa Barat.
b. bersama-sama maupun sendiri-sendiri melakukan sosialisasi pencegahan HIV AIDS di wilayah
kerja masing-masing;
c. memberikan informasi hasil pengawasan kepada PIHAK KEDUA;
d. melakukan upaya optimalisasi Optimalisasi Petugas validasi data di Kabupaten/Kota
terhadap temuan kasus yang terjadi diwilayah kerja; dan
e. bersama sama dengan PIHAK KESATU melakukan :
1. Pengembangan kapasitas sumber daya manusia di wilayah kerja; dan
2. Evaluasi bersama terhadap kegiatan yang telah dilakukan.

4
Pasal 7
MONITORING DAN EVALUASI

(1) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini dilaksanakan melalui rapat
koordinasi, paling sedikit 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun.
(2) Hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dijadikan sebagai bahan
pertimbangan kelanjutan pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini.

Pasal 8
PEMBIAYAAN

Pembiayaan yang diperlukan untuk pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini, dibebankan pada :
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Banten;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Barat; dan
c. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 9
JANGKA WAKTU

(1) Perjanjian Kerja Sama ini berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak
ditandatanganinya Perjanjian Kerja Sama ini dan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan PARA
PIHAK.
(2) PIHAK yang berkeinginan untuk memperpanjang Perjanjian Kerja Sama memberitahukan terlebih
dahulu kepada PIHAK lainnya, paling kurang 3 (tiga) bulan sebelum Perjanjian Kerja Sama ini
berakhir.
Pasal 10
BERAKHIRNYA KERJA SAMA

Perjanjian Kerja Sama ini berakhir bilamana :


a. telah berakhir jangka waktu yang ditentukan; dan
b. salah satu PIHAK melanggar ketentuan dalam Perjanjian Kerja Sama ini.

Pasal 11
FORCE MAJEURE
(1) PARA PIHAK bersepakat bahwa force majeure tidak berakibat pada batalnya Perjanjian Kerja
Sama ini.
(2) Force majeure sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi keadaan-keadaan :
a. perang, penyerbuan, pemberontakan, revolusi, makar, huru-hara, perang saudara, tindakan
Pemerintah dalam rangka kedaulatannya, gempa bumi, angin ribut, gelombang besar, banjir,
atau setiap kekuatan-kekuatan alam yang tidak dapat dihindari dengan pandangan ke depan
dan kemampuan yang wajar dari Pihak yang terkena peristiwa tersebut, menghilangnya
bahan-bahan konstruksi dan persediaan barang-barang yang diperlukan dari pasaran,
pemogokan-pemogokan, penutupan pintu bagi buruh yang ingin bekerja (lockouts), atau
kegaduhan perburuhan yang lain serta peristiwa-peristiwa di luar batas kewajaran dari PIHAK
yang pelaksanaannya kewajibannya terhambat oleh peristiwa force majeure, kecuali
kekurangan dana dan peristiwa-peristiwa lain yang dapat dihindari atau diatasi secara wajar
oleh pandangan ke depan dan kemampuan yang lumrah dari PIHAK yang terkena; dan
b. perubahan kebijakan Pemerintah yang secara langsung ataupun tidak langsung
mempengaruhi pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini.

5
(3) Dalam hal terjadi force majeure sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PIHAK yang terkena force
majeure harus memberitahukan kepada PIHAK lainnya secara tertulis, paling lambat dalam
jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak terjadinya force majeure.
(4) Dalam hal force majeure terjadi terus menerus melebihi 30 (tiga puluh) hari yang sangat
berdampak pada kemampuan salah satu PIHAK untuk melaksanakan kewajiban berdasarkan
Perjanjian Kerja Sama ini, maka PIHAK yang terkena dampak force majeure tersebut dapat
mengajukan pengakhiran Perjanjian Kerja Sama.
(5) Dalam hal dilaksanakan pengakhiran Perjanjian Kerja Sama sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
masing-masing PIHAK tidak dapat menuntut ganti rugi kepada PIHAK lainnya dengan dalih
apapun juga.
Pasal 12
PERSELISIHAN

(1) Apabila di kemudian hari terdapat perselisihan dalam pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini,
PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikannya secara musyawarah dan mufakat.
(2) Apabila upaya penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak membawa
hasil yang diharapkan, PARA PIHAK bersepakat untuk menyelesaikannya melalui Kementerian
Dalam Negeri, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Keputusan Menteri Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan keputusan
yang final dan bersifat mengikat (final and binding) terhadap PARA PIHAK.

Pasal 13
LAIN-LAIN

(1) Dalam hal terdapat perubahan kebijakan Pemerintah atau peraturan lain yang mengakibatkan
perubahan-perubahan dalam pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini, akan dibicarakan dan
disepakati bersama oleh PARA PIHAK, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini tidak terpengaruh dengan terjadinya pergantian
kepemimpinan dari PARA PIHAK.
(3)
Pasal 14
PENUTUP

Hal-hal yang belum dan/atau belum cukup diatur dalam Perjanjian Kerja Sama ini akan diatur oleh
PARA PIHAK berdasarkan kesepakatan yang dituangkan dalam Perjanjian Tambahan (Addendum),
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Kerja Sama ini.
Demikian Perjanjian Kerja Sama ini dibuat dan ditandatangani oleh PARA PIHAK di Serang,
pada hari, tanggal, bulan, dan tahun tersebut di atas dalam rangkap 3 (tiga), 2 (dua) diataranya
bermeterai cukup, masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama.

PIHAK KESATU, PIHAK KEDUA,

H. ANDHIKA HAZRUMY, S.Sos., M.A.P

6
LAMPIRAN
PERJANJIAN KERJA SAMA
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG : UPAYA PENANGGULANGAN HIV
AIDS BAGI MASYARAKAT PROVINSI BANTEN
DAN PROVINSI JAWA BARAT

PERLINDUNGAN DALAM ANTISIPASI MEREBAKNYA HAMA,PENGAWASAN PUPUK DAN PESTISIDA PERTANIAN DI WILAYAH PROVINSI
BANTEN DAN JPROVINSI JAWA BARAT

PIHAK KESATU, PIHAK KEDUA,

H. AGUS M. TAUCHID S., M.Si Ir. HENDY JATNIKA, MM

7
tantangan utama:
1. penyebaran informasi ttg PKS ini tidak merata di Kab/Kota di Kepri
2. informasi yang selalu terlambat bila butuh penanganan khusus dari Jawa Barat
3. pembiayaan di OPD (khususnya OPD terkait di Jabar) yang belum sepenuhnya

Anda mungkin juga menyukai