Makalah Kelompok 7 - Corporate Social Responsibility (CSR)
Makalah Kelompok 7 - Corporate Social Responsibility (CSR)
Dosen pengampu :
Ibu Rahmatika Sari Amalia, M. Psi
PSIKOLOGI – B
KELOMPOK 7
Nama anggota :
FAKULTAS PSIKOLOGI
KATA PENGANTAR
Puji syukur keadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Manajemen Sumber Daya
Manusia dengan baik. Tak lupa sholawat serta salam tetap kita haturkan kepada junjungan
kita baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan keturunannya agar kelak kita
mendapatkan syafaatnya di yaumil akhir.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Sumber Daya Manusia. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rahmatika
Sari Amalia, M.Psi selaku dosen pengampu Manajemen Sumber Daya Manusia yang telah
memberikan bimbingan serta ilmunya.
Tidak lupa juga ucapan terima kasih kami sampaikan kepada teman-teman yang telah
ikut andil dalam pembuatan makalah ini. Kami sangat membuka lebar hati untuk bisa
menerima saran, kritik, dan masukan dari pembaca sehingga kami dapat memperbaiki
kesalahan-kesalahan pada makalah selanjutnya. Semoga dengan adanya makalah ini dapat
memberikan ilmu yang baru dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Kelompok 7
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Definisi CSR.............................................................................................................................5
B. Strategi CSR.............................................................................................................................6
C. Aktivitas CSR...........................................................................................................................7
D. Benefit CSR............................................................................................................................10
BAB III...............................................................................................................................................11
PENUTUP..........................................................................................................................................11
Kesimpulan....................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahasiswa merupakan seseorang yang sedang menimba ilmu atau belajar dan
terdaftar pada suatu perguruan tinggi. Usia individu yang berada pada fase menjadi
mahasiswa berkisar antara 17-25 tahun. Usia tersebut merupakan fase peralihan dari remaja
menuju dewasa awal. Pada usia mahasiswa ini merupakan masa mencarian jati diri untuk
menjalankan kehidupan bagi masing-masing individu. Ditengah banyaknya tuntutan
akademik sebagai mahasiswa, individu pada fase ini juga dihadapkan dengan kebingungan
akan masa depan yang belum jelas. Hal tersebut menjadi indikator penyebab munculnya
kecemasan pada mahasiswa.
Sebenarnya selain tuntutan akademik dan kebingungan akan masa depan, terdapat
beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya kecemasan pada mahasiswa antara lain
yaitu perubahan lingkungan, seperti yang terjadi pada mahasiswa baru diharuskan beradaptasi
dengan lingkungan baru termasuk teman kelas, dosen, dan tuntutan sosial baru. Kemudian
latar belakang munculnya kecemasan pada mahasiswa juga karena tekanan sosial, mahasiswa
sering merasa tekanan sosial untuk berprestasi secara akademik dan sosial. Mereka mungkin
khawatir tentang penilaian teman sekelas, tekanan keluarga, atau kebutuhan untuk
beradaptasi dengan lingkungan perguruan tinggi yang baru. Kecemasan sosial dapat timbul
pada situasi seperti presentasi di depan umum atau interaksi yang memicu timbulnya
kecemasan.
Selain menjaga kesehatan fisik, sebagai mahasiswa kita juga harus pandai menjaga
kesehatan psikis (mental) agar terhindar dari gangguan psikis seperti stress, kecemasan
berlebih, dan lain-lain. Dikutip melalui World Health Organization dalam Hawari (2011)
yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian
kesehatan seutuhnya. Jika dilihat dari sudut kesehatan jiwa, doa dan dzikir mengandung
unsur psikoterapeutik yang mendalam. Dalam psikoterapeutik mengandung kekuatan
spiritual atau kerohanian yang membangkitkan rasa percaya diri dan rasa optimisme,
sehingga terapi psikoreligius tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan psikoterapi
psikiatrik karena dua hal di atas yang menjadi dasar bagi penyembuhan suatu penyakit
disamping obat-obatan dan tindakan medis lainnya (Hawari, 2011). Subandi (2009) juga
berpenadapat bahwa untuk menurunkan stres dan afek negatif diperlukan pendekatan diri
kepada Allah SWT dengan cara berdzikir. Tidak hanya untuk penangan stres, psikoterapeutik
dengan terapi dzikir juga memiliki pengaruh yang signifikan dalam mengurangi kecemasan
yang dialami oleh ibu pada kehamilan pertama (Maimunah & Retnowati, 2011).
Ditinjau dari segi bahasa (lughowi) dzikir berarti mengingat, sedangkan secara istilah
berarti membasahi lidah dengan ucapan-ucapan pujian kepada Allah SWT. Zikir sendiri
merupakan doa di mana akan mengingat dan mengungkapkan perasaan, kemauan dan
keinginan. Sehingga zikir orang akan memperoleh ketenangan jiwa dan kelegaan batin,
karena ia akan mengingat dirinya dan merasa diingatkan oleh Allah SWT (Saifulloh, 2012).
Hal ini didukung dengan pendapat Anas dalam Supradewi (2008) yang menyatakan bahwa
zikir sebaiknya dilakukan dengan khusuk dan ikhlas, agar maknanya meresap kedalam jiwa
atau hati. Manusia bukan makhluk horizontal atau vertikal sepenuhnya melainkan
memerlukan keseimbangan antara keduanya. Sehingga saat berzikir dan berserah diri kepada
Allah individu akan memasuki alam transendental (vertikal), dan dapat mendalami
pengalaman mistis keagamaan (mystical experience), serta merasakan kelezatan spiritual (the
taste of spirituality) oleh karena itu zikir dapat mempengaruhi fisiologi tubuh dan mental
psikologi individu. Penelitian lain yang mendukung ialah Nida & Fatma (2014) bahwa dalam
penelitiannya terhadap penderita anxietas di RS. Dr Karyadi Semarang, diketahui bahwa
penderita kecemasan dalam perspektif agama disebabkan mereka kurang yakin akan
eksistensi, kepasrahan diri, dan seringkali memiliki prasangka yang buruk pada Tuhan.
Dari beberapa penelitian di atas menunjukkan adanya signifikansi penurunan
gangguan psikis terutama kecemasan pada individu dengan menggunakan terapi dzikir. Oleh
karena itu peneliti tertarik melakukan peneitian untuk melihat pengaruh terapi dzikir terhadap
kecemasan pada mahasiswa, khususnya mahasiwa semester 6 jurusan psikologi kelas B
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Teori Variabel Y
Kecemasan merupakan kondisi psikologis seseorang yang penuh dengan rasa takut
dan khawatir, dimana perasaan takut dan khawatir akan sesuatu hal yang belum pasti akan
terjadi. Kecemasan berasal dari bahasa Latin (anxius) dan dari bahasa Jerman (anst), yaitu
suatu kata yang digunakan untuk menggambarkan efek negatif dan rangsangan fisiologis
(Mellani & Kristina, 2021).
Berdasarkan pendapat dari (Gunarso, n.d, 2008) dalam (Mellani & Kristina, 2021),
kecemasan yaitu rasa takut atau khawatir berlebihan yang tidak jelas penyebabnya. Seperti
kecemasan yang biasanya terjadi pada mahasiswa yaitu kecemasan akademik. Kecemasan
akademik yang terjadi pada mahasiswa disebabkan adanya perasaan takut dan khawatir akan
situasi tertentu. Kecemasan ini membuat mahasiswa mengalami kegelisahan karena
memikirkan hasil buruk yang akan didapatkan terhadap kinerja atau tugas yang telah
dilakukannya. Kecemasan akademik dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperi adanya rasa
takut terhadap mata kuliah yang dianggap sulit, lingkungan kelas yang kurang nyaman dan
ujian (Novitria & Khoirunnisa, 2020).
Teori Penghubung
Ditinjau dari segi bahasa (lughowi) dzikir berarti mengingat, sedangkan secara istilah
berarti membasahi lidah dengan ucapan-ucapan pujian kepada Allah SWT. Zikir sendiri
merupakan doa di mana akan mengingat dan mengungkapkan perasaan, kemauan dan
keinginan. Sehingga zikir orang akan memperoleh ketenangan jiwa dan kelegaan batin,
karena ia akan mengingat dirinya dan merasa diingatkan oleh Allah SWT (Saifulloh, 2012).
Pernyataan di atas didukung dengan pendapat Anas dalam Supradewi (2008) yang
menyatakan bahwa zikir sebaiknya dilakukan dengan khusuk dan ikhlas, agar maknanya
meresap kedalam jiwa atau hati. Manusia bukan makhluk horizontal atau vertikal sepenuhnya
melainkan memerlukan keseimbangan antara keduanya. Sehingga saat berzikir dan berserah
diri kepada Allah individu akan memasuki alam transendental (vertikal), dan dapat
mendalami pengalaman mistis keagamaan (mystical experience), serta merasakan kelezatan
spiritual (the taste of spirituality) oleh karena itu zikir dapat mempengaruhi fisiologi tubuh
dan mental psikologi individu. Penelitian lain yang mendukung ialah Nida & Fatma (2014)
bahwa dalam penelitiannya terhadap penderita anxietas di RS. Dr Karyadi Semarang,
diketahui bahwa penderita kecemasan dalam perspektif agama disebabkan mereka kurang
yakin akan eksistensi, kepasrahan diri, dan seringkali memiliki prasangka yang buruk pada
Tuhan.
Teori Variabel X
Dalam hal terapi, menurut Isep Zainal Arifin menjelaskan “pengobatan penyakit
secara kerohanian.” Terapi juga bermakna “penyembuhan penyakit mental.” Selain itu, terapi
memiliki arti “penyembuhan penyakit melalui keyakinan agama dan melakukan diskusi suatu
persoalan dengan para guru, teman dan sebagainya. Terapi merupakan upaya yang dilakukan
secara terencana dan sistematis dengan tujuan pengobatan pengobatan dalam mengatasi
problem-problem yang dihadapi oleh klien serta dapat mengembalikan, memelihara, dan
meningkatkan kondisi klien agar akal dan hatinya memperoleh ketenangan (Cahyono, 2016).
Seperti pada penelitian ini, terapi digunakan untuk melihat pengaruh terhadap
kecemasan yang dialami mahasiswa. Pada penelitian ini kecemasan yang terjadi pada
mahasiswa disebebakan oleh beberapa faktor seperti tuntutan akademik, kebingungan akan
masa depan, perubahan lingkungan, seperti yang terjadi pada mahasiswa baru diharuskan
beradaptasi dengan lingkungan baru termasuk teman kelas, dosen, dan tuntutan sosial baru.
Kemudian latar belakang munculnya kecemasan pada mahasiswa juga karena tekanan sosial,
mahasiswa sering merasa tekanan sosial untuk berprestasi secara akademik dan sosial.
Adapun terapi yang dilakukan yaitu sejenis terapi relaksasi dengan berdzikir dengan tujuan
untuk melihat pengaruh terapi dzikir terhadap kecemasan yang dialami oleh mahasiswa.
Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu berfungsi sebagai acuan dan bahan perbandingan.
Selain itu, penelitian-penelitian terdahulu yang dicantumkan juga berguna untuk
mengahindari anggapan kesamaan dengan penelitian ini. Maka dalam kajian pustaka ini
peneliti mencantumkan hasil-hasil peneitian terdahulu sebagai berikut :
1. Penelitian terdahulu telah dilakukan oleh Utami Syahdiah dkk tahun 2022 dengan
judul “Efektivitas Terapi Zikir dalam Mengurangi Kecemasan pada Remaja
Menjelang Ujian”. Penelitian ini membahas mengenai bagaimana cara mengurangi
kecemasan pada remaja menjelang menghadapi ujian dengan menggunakan terapi
dzikir. Penelitian ini memakai pendekatan kuantitatif dengan metode kasus dan
penelitian lapangan, adapun instrument yang digunakan berupa kusioner yang berisi
butir pertanyaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja atau siswa
mengalami kecemasan menghadapi ujian dan dengan melakukan terapi dzikir hati
menjadi tenang hingga saat akan mengerjakan ujian menjadi 371 fokus dan lancar
(Syahdiah et al., 2022).
2. Penelitian selanjutnya yaitu penelitian Niko P.F pada tahun 2018 dengan judul
“Pengaruh Terapi Zikir untuk Menurunkan Kecemasan pada Ibu Hamil.” Penelitian
ini membahas mengenai cara meredakan kecemasa pada ibu yang tengah hamil
dengan selalu memikirkan Allah SWT dengan pengucapan secara lidah dan hati. Riset
ini dibagi menjadi dua cabang kelompok yaitu, kelompok eksperimen dan cabang
kelompok control. Hasil dari riset ini menyatakan bahwa terapi zikir memiliki efek
dalam menurunkan tingkat kecemasan pada ibu hamil (Niko, 2018).
3. Ada juga penelitian Ridha Sucinindyasputer dkk tahun 2017 yang berjudul “Pengaruh
Terapi Dzikir terhadap Penurunan Stress pada Mahasiswa Magister Profesi Psikologi.
Penelitian ini membahas seperti apa pengaruh terapi dikir dalam menunrunkan stress
yang dialami oleh mahasiswa magister profesi psikologi. Desain yang digunakan
adalah control group design with pre test and post test yaitu desain eksperimen yang
menggunakan dua kelompok yang terdiri dari kelompok kontrol dan kelompok
eksmperimen. Instrumen penelitiannya menggunakan skala. Responden dalam
penelitian ini berjumlah delapan orang mahasiswa magister profesi psikologi semester
satu yang sedang menghadapi tugastugas kemagisteran dan praktikum, berdasarkan
hasil pretest dan posttest ditemukan nilai p sebesar 0. 066 yang artinya p > 0. 05 dan
nilai t sebesar 2. 242. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh penurunan stres
antara kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen dalam mengerjakan tugas-
tugas akademiknya (Sucinindyasputeri, 2017).
Rumusan Masalah
- Apakah terdapat pengaruh terapi dzikir terhadap kecemasan pada mahasiswa semester
6, jurusan psikologi, kelas B Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang?
Tujuan Penelitian
- Untuk melihat pengaruh terapi dzikir terhadap kecemasan pada mahasiswa semester
6, jurusan psikologi, kelas B Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang
Manfaat Penelitian
- Manfaat Teoritis
Memberikan wawasan dan sumbangan pengetahuan pada bidang psikologi,
khususnya mengenai pengaruh terapi dzikir terhadap kecemasan mahasiswa.
- Manfaat Praktis
Penelitian mengenai pengaruh terapi dzikir terhadap kecemasan mahasiswa dapat
memberikan beberapa manfaat. Berikut adalah beberapa manfaat yang mungkin
terkait dengan penelitian ini:
1. Mengurangi tingkat kecemasan: Penelitian ini dapat memberikan bukti ilmiah
tentang manfaat terapi dzikir dalam mengurangi tingkat kecemasan pada
mahasiswa. Hasil penelitian yang positif dapat memberikan dasar yang kuat
untuk merekomendasikan terapi dzikir sebagai metode yang efektif untuk
mengatasi kecemasan.
2. Peningkatan pemahaman agama: Terapi dzikir melibatkan pengulangan zikir
dan refleksi yang dalam pada aspek spiritual dan agama. Penelitian ini dapat
membantu mahasiswa dalam memahami dan mendalami praktik-praktik
keagamaan yang dapat memberikan ketenangan batin dan peningkatan koneksi
dengan Tuhan.
3. Pengurangan penggunaan obat-obatan: Jika terapi dzikir terbukti efektif dalam
mengurangi kecemasan, hal ini dapat membantu mengurangi ketergantungan
pada obat-obatan terapi yang mungkin memiliki efek samping atau potensi
kecanduan.
Penting untuk diingat bahwa manfaat ini berdasarkan pada kemungkinan hasil dari
penelitian tersebut. Penting juga untuk melibatkan profesional kesehatan mental dan
berdiskusi dengan mereka sebelum memutuskan mengadopsi terapi dzikir atau
metode lainnya dalam mengatasi kecemasan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan berasal dari bahasa latin (anxius) dan dari bahasa Jerman (anst), yaitu
satu kata yang digunakan untuk menggambarkan efek negatif dan rangsangan fisiologis,
Nietzal (dalam Ghufron & Risnawita, 2011). Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak
jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan dialami secara
subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart, 2006).
Freud menjelaskan bahwa kecemasan merupakan situasi afektif yang dirasa tidak
menyenangkan yang diikuti oleh sensasi fisik yang memperingatkan seseorang akan
bahaya yang mengancam. Perasaan tidak menyenangkan ini biasanya, samar-samar dan
sulit dipastikan, tetapi selalu terasa. May (1958) mendefinisikan kecemasan sebagai
kondisi subjektif ketika seseorang menyadari bahwa eksistensinya dapat dihancurkan dan
ia dapat menjadi ‘bukan apa-apa’ (nothing). Di lain kesempatan, May menyebut
kecemasan sebagai ancaman terhadap nilai-nilai penting. May juga mengutip perkataan
Kiekergaard, kecemasan adalah bagian memusingkan dari kebebasan. Kecemasan, seperti
rasa pusing, dapat menjadi sesuatu yang menyenangkan atau menyakitkan, konstruktif
atau destruktif. Hal tersebut dapat memberikan energi dan semangat, tetapi juga dapat
melumpuhkan dan membuat panik (dalam Feist & Feist, 2016).
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikatakan bahwa kecemasan adalah
kondisi emosi dengan timbulnya rasa tidak nyaman pada diri seseorang, dan merupakan
pengalaman samar-samar disertai dengan perasaan yang tidak berdaya serta tidak menentu
yang disebabkan oleh suatu hal yang belum jelas. Beberapa dari definisi kecemasan bahwa
peneliti menggunakan teori dari Stuart (2006), mendefinisikan behwa kecemasan adalah
kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti
dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan
dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal.
2. Aspek-aspek Kecemasan
Stuart (2006) mengelompokkan kecemasan dalam respon perilaku, respon kognitif,
dan respon afektif diantaranya:
a. Respon Perilaku, diantaranya: ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat,
kurang koordinasi, cenderung mengalami cedera, menarik diri dari hubungan
interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah, menghindar, dan hiperventilasi.
b. Respon Kognitif, diantaranya: perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, hambatan
berpikir, kreativitas menurun, produktivitas menurun, kesadaran diri, kehilangan
objektifitas, takut kehilangan kendali, takut pada gambaran visual, dan mimpi buruk.
c. Respon Afektif, diantaranya: mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup,
ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiran, mati rasa, rasa bersalah, dan malu.
ك بِ ُغ ٰل ٍم َعلِيْم
َ ٍ قَالُوْ ا اَل تَوْ َجلْ ِانَّا نُبَ ِّش ُر
B. Dzikir
1. Pengertian Dzikir
Dzikir secara bahasa dzikir berasal dari kata “zakara” berarti menyebut,
mensucikan, menggabungkan, menjaga, mengerti, mempelajari, memberi dan nasehat.
Maka dari itu dzikir didefinisikan sebagai memurnikan dan memuliakan, juga dapat
diartikan menyebut dan mengucapkan nama Allah atau menjaga dalam ingatan
(mengingat). Secara istilah Dzikir merupakan usaha manusia untuk mendekatkan diri pada
Allah melalui cara mengingat Allah dengan mengingat keagunganNya. Adapun realisasi
untuk mengingat Allah dengan cara membaca firman-Nya, menuntut ilmu-Nya dan
memohon kepada-Nya. Menurut Ash-Shiddieqy dzikir juga didefinisikan sebagai
mengingat Allah dan menyebut-Nya dengan melaksanakan berbagai perbuatan taat kepada
Allah. Dzikir dalam Tristiadi dan Istiqomah yaitu sikap batin yang umumnya diungkapkan
dengan ucapan tasbih, takbir, tahmid, dan tahlil. Pada pengertian yang lebih luas dzikir
merupakan perbuatan lahir atau batin yang ditujukan kepada Allah sesuai dengan perintah-
Nya dan Rasul-Nya. Dzikir juga berarti membuang diri dari kekeliruan dengan selalu
memunculkan kalbu (hati) bersama al-Haqq (Allah).
Prof. Dr. H. Abue Bakar Atjeh memiliki pendapat bahwa dzikir merupakan
pengucapan kata atau kalimat yang dilakukan dengan lidah atau juga dzikir merupakan
kegiatan mengingat akan Tuhan dengan hati, dengan ucapan, dengan ingatan yang
mensucikan Tuhan dan membersihkannya dari sifat-sifat yang tidak pantas untuk-Nya.
Selanjutnya manusia memuji menggunakan pujian dan sanjungan dengan sifat-sifat yang
sempurna, sifatsifat yang menunjukkan kemurnian dan kebesaran.
Pelaksanaan dzikir memiliki fokus untuk membersihkan hati dari sifat-sifat yang
buruk untuk menuju ma’rifat Allah. Sifat buruk tersebut meliputi: hasad (iri hati), kibr
riya’ (memamerkan kelebihan), khianat (ingkar janji), bukhl (kikir), haqaq (dengki atau
benci), suudzon (berburuk sangka), kizib (dusta), sum’ah ( mencari-cari nama atau
kemasyhuran), hubb al-mal (cinta dunia), takabur (membanggakan diri), ghibah
(pengumpat), namimah (bicara dibelakang orang), ghadab (pemarah). Dari berbagai
pendapat yang telah dipaparkan maka disimpulkan dzikir merupakan sikap batin yaitu
selalu mensucikan dan meninggikan Allah dalam bentuk ucapan, ingatan, ataupun
perbuatan dengan fokus untuk membersihkan hati dari sifat-sifat yang buruk.
2. Aspek Dzikir
Dzikir merupakan mengingat dan mengenang nikmat Allah, AshShiddieqy
menegaskan bahwa ketika berdzikir harus memperhatikan Allah, mengenang Allah,
menuruti kehendak-Nya, perasaan takut kepada-Nya, mengharap dan meyakini bahwa
manusia dan seluruhnya berada dalam genggaman Allah. Dalam Faridz dipaparkan aspek-
aspek dzikir menurut AshShiddieqy sebagai berikut :
a. Niat didefinisikan sebagai keinginan yang kuat untuk melakukan dzikir, yaitu keinginan
yang kuat untuk melakukan dzikir pada berbagai kesempatan, dimanapun berada dan
kapanpun waktunya.
b. Taqarrub diungkapkan sebagai perasaan dekat sekali dengan Allah saat melakukan dzikir.
Manusia yang melakukan taqarrub merasa bahwa Allah sangat dekat dengannya, bahkan
sampai lebih dekat dari urat nadinya sendiri.
c. Ihsan adalah perasaan seakan-akan Allah melihatnya atau melihat Allah saat melakukan
dzikir. Tadarru‘ merupakan perasaan tenang dan rendah diri di hadapan Allah.
d. Khauf adalah rasa takut manusia dengan kekuasaan dan kekuatan Allah.
e. Tawadhu adalah merendahkan diri dihadapan manusia atau tidak sombong.
3. Manfaat Zikir
Allah berfirman:
Artinya: "Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan
mengingat Allah, ingatlah dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang " (QS. Ar-
Ra'du 28).
Artinya: "Allah berfirman: Aku bersama hamba-Ku selama dia mengingat-Ku dan
bergetar kedua bibirnya (berzikir kepada-Ku)."
Hadis ini di-tahri oleh Ibnu Majjah, di-shohih-kan oleh Ibnu Hibban, dan
disebutkan kembali oleh Imam Buhkori (Al-'Asqolany, 852 11).
Zikir secara maksimal memiliki banyak manfaat bagi manusia. Manfaat zikir yang
berkaitan dengan kondisi kesehatan fisik dan psikis seseorang antara lain dapat
menghilangkan kecemasan, kegundahan, kesulitan, dan depresi sehingga dapat
mendatangkan ketenangan, kedamaian, kebahagiaan dan kelapangan (Zainul, 2007).
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan didukung oleh landasan teoris yang telah
dikemukakan, selanjutnya dapat dikemukakan dan mengambil hipotesis sementara bahwa
“Zikir mempengaruhi kecemasan mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang jurusan
Psikologi angkatan 2020”.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, A. (2016). EFEKTIFITAS TERAPI SHALAT BAHAGIA UNTUK
MENINGKATKAN KONTROL DIRI WANITA TUNA SUSILA DI DINAS
REHABILITASI SOSIAL BINA KARYA WANITA KEDIRI. 1–23.
Hawari, D. (2012). Riset Al Quran & Psikologi: Doa dan dzikir sebagai penyembuhan
Penyakit. Diunduh dari http://terapi. dzikrullah. org/ pada tanggal 2 Juni 2023.
Iin patimah, Suryani S, & A. N. (2015). Pengaruh Relaksasi Zikir terhadap Tingkat
Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa. vol 3 no 1, 18–34.
Maimunah, A. , & Retnowati, S. (2011). Pengaruh relaksasi dengan dzikir untuk mengatasi
kecemasan ibu hamil pertama. Jurnal PSIKOISLAMIKA, 8 (1), 1-22.
Mellani, & Kristina, N. L. P. (2021). Tingkat Kecemasan Anak Remaja Pada Masa Pandemi
Covid-19 Di Sma Negeri 8 Wilayah Kerja Puskesmas Iii Denpasar Utara Tahun 2021.
NLPK Mellani, 12–34. http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/7453/
Nida & Fatma, L. K. (2014). Zikir sebagai psikoterapi dalam gangguan kecemasan bagi
lansia. Konseling Religi: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 5 (1), 133-150.
Niko, P. F. (2018). Pengaruh Terapi Dzikir untuk Menurunkan Kecemasan pada Ibu Hamil.
Islamika, 1(1), 24–33.
Novitria, F., & Khoirunnisa, R. N. (2020). Perbedaan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa
Baru Jurusan Psikologi Ditinjau Dari Jenis Kelamin. Jurnal Penelitian Psikologi, 9(1),
11–20.
Saifulloh, A. (2012). Terapi zikir jama’ati di Desa Luwoo dan Tenggela Kabupaten
Gorontalo. Jurnal AlUlum, 12 (1), 223-244.
Subandi. (2009). Psikologi zikir: Fenomenologi transformasi religius. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sucinindyasputeri, R. (2017). Pengaruh Terapi Zikir Terhadap Penurunan Stres Pada
Mahasiswa Magister Profesi Psikologi. INQUIRY: Jurnal Ilmiah Psikologi, 8(1), 30–41.
https://doi.org/10.51353/inquiry.v8i1.125
Supradewi,R. (2008). Efektivitas pelatihan dzikir untuk menurunkan afek negatif pada
mahasiswa. Jurnal Psikologi, 1 (2), 199-215.
Syahdiah, U., Fadhliah, M., Soleh Sakni, A., & Lutfiah, W. (2022). Efektivitas Terapi Zikir
dalam Mengurangi Kecemasan pada Remaja Menjelang Ujian. Jurnal Penelitian Ilmu
Ushuluddin, 2(2), 370–380. https://doi.org/10.15575/jpiu.v2i2.15578