Anda di halaman 1dari 45

NO. 4449/C/HK.

06/2023

PEDOMAN
KAMPANYE SEKOLAH SEHAT
IMPLEMENTASI SEKOLAH SEHAT MELALUI SEHAT BERGIZI, SEHAT FISIK,
DAN SEHAT IMUNISASI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


TAHUN 2023
KONTRIBUTOR
Tim Project Management Office Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,
Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah
PMO – PDM 11 (Gerakan Sekolah Sehat)

Pembina/Penashat : Iwan Syahril (Dirjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen)


Supervisor : Muhammad Hasbi (Direktur SD)
Person in Charge (PIC) : Retno Wulandari (Direktorat PAUD)
Lead Project Managemet Office (PMO) : Kurniawan (Direktorat SD)
Lead Peningkatan Status Kesehatan Sekolah : Minhajul Ngabidin (Direktorat SD)
Lead Kampanye Gerakan Sekolah Sehat : Catur Budi Santosa (Direktorat PMPK)
Lead Manajemen Perubahan : Fathnuryati Hidayah (Direktorat SMA)

Anggota:
1. Juandanilsyah (Direktorat SMA) 14. Talitha Luthfia I.P. (Direktorat SD)
2. Wiwik Setyowati, H. (Direktorat SMA) 15. Sumarsono (Direktorat SD)
3. Nia Nurhasanah (Direktorat SMP) 16. N. Fitriyani Rinasari (Direktorat SD)
4. Diana Herawati (Direktorat SMP) 17. Azkia Yuni Syafira (Direktorat SD)
5. Harnowo Susanto (Direktorat SMP) 18. Putry Rahyuni (Direktorat PAUD)
6. M. Reza Mahendra (Direktorat SMP) 19. Suryani Sinulingga (Direktorat PAUD)
7. Heli Tafiati (Direktorat SD) 20. Indah Fitoriyati (Direktorat PMPK)
8. Nastiyawati (Direktorat SD) 21. Agus Suharyanto (Setditjen PAUD Dikdasmen)
9. Anita Huroiyati (Direktorat SD) 22. Siti Nuraini (Setditjen PAUD Dikdasmen)
10. Mulyadi (Direktorat SD) 23. Agricynthia Pratiwi (Direktorat SMK)
11. Nuril Farikha Fitri (Direktorat SD) 24. Dinda Aramitha (Direktorat SMK)
12. Naisyah Maulida M. (Direktorat SD) 25. Rosfita Roesli (Konsultan)
13. Veruca Rendratika (Direktorat SD) 26. Didik Tri Yuswanto (Konsultan)

Reviewer:
1. Prof. Awaluddin Tjalla (Universitas Negeri Jakarta)
2. Jumeri (Widyaprada Ahli Utama Direktorat SD)
3. Abdul Halim Muharam (Widyaprada Ahli Utama Direktorat SD)
4. Basar Josua Siahaan (Konsultan Ditjen PDM)

Penyunting:
Retno Utami (Badan Bahasa)

Penata Letak:
1. Putry Rahyuni (Direktorat PAUD)
2. Nuril Farikha Fitri (Direktorat SD)
3. Talitha Luthfia I.P. (Direktorat SD)
4. Veruca Rendratika (Direktorat SD)

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-
Nya, Pedoman Kampanye Sekolah Sehat (KSS) ini dapat terselesaikan dengan baik. Pedoman
KSS ini disusun sebagai acuan dalam rangka menindaklanjuti Kampanye Sekolah Sehat yang
dicanangkan oleh Mendikbudristek pada tanggal 23 Agustus 2022. Kampanye Sekolah Sehat
bertujuan untuk membangun kolaborasi berbagai pihak untuk secara bersama-sama dan terus
menerus melakukan penerapan sekolah sehat dan peningkatan kesehatan peserta didik dengan
berfokus pada 3 sehat, yaitu sehat bergizi, sehat fisik, dan sehat imunisasi.

Melalui Pedoman ini diharapkan semua pihak dapat memahami pentingnya Kampanye Sekolah
Sehat dan selanjutnya dapat mengambil peran, bersinergi, dan berkolaborasi bersama-sama
dalam mendukung penerapannya di satuan pendidikan. Kampanye Sekolah Sehat diharapkan
menjadi sebuah gerakan yang masif dan berkelanjutan dengan berfokus pada satuan pendidikan
dalam rangka mewujudkan peserta didik yang sehat, kuat, cerdas, dan berkarakter.

Dengan terbitnya Pedoman KSS ini, kami menyampaikan terimakasih kepada Tim Penyusun
yang terdiri dari Tim Project Management Office (PMO) – 11 Gerakan Sekolah Sehat, Direktorat
Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Direktorat
SMK (Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi), dan semua pihak yang telah berkontribusi, baik
dari lingkungan Kemendikbudristek maupun dari Kementerian/Lembaga terkait lainnya.

Kami menyadari bahwa Pedoman KSS ini belum sepenuhnya sempurna, oleh karenanya kami
sangat mengharapkan saran, masukan, pemikiran, ide kreatif, dan inovatif dari berbagai pihak,
sehingga Pedoman ini dapat lebih mudah dipahami dan diterapkan pada semua jenjang dan jalur
pendidikan di seluruh Indonesia.

Jakarta, 16 Mei 2023


Direktur Jenderal PAUD, Dikdas, dan Dikmen

Iwan Syahril

Dr. Iwan Syahril, S.IP., M.A., Ed.M., Ph.D.


Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar,
dan Pendidikan Menengah

ii
DAFTAR ISI
Kontributor .................................................................................................. i

Kata Pengantar .......................................................................................... ii

Daftar Isi ....................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan .................................................................................. 01


A. Latar Belakang ............................................................................................ 01
B. Dasar Hukum ............................................................................................... 05
C. Tujuan ............................................................................................................ 07

Bab II Kampanye Sekolah Sehat (KSS) ............................................... 08


A. Konsep Dasar Kampanye Sekolah Sehat (KSS) ................................. 08
B. Tujuan Kampanye Sekolah Sehat (KSS) .............................................. 09
C. Sasaran Kampanye Sekolah Sehat (KSS) ............................................ 09
D. Manfaat Kampanye Sekolah Sehat (KSS) ........................................... 09
E. Fokus Kampanye Sekolah Sehat (KSS) ................................................ 10
F. Indikator Keberhasilan Kampanye Sekolah Sehat (KSS) ................ 14

Bab III Pelaksanaan Kampanye Sekolah Sehat (KSS) ..................... 15


A. Strategi Implementasi Kampanye Sekolah Sehat (KSS) ................. 15
B. Bentuk Kegiatan Kampanye Sekolah Sehat (KSS) ........................... 20
C. Panduan Pelaksanaan Kemitraan Kampanye Sekolah Sehat

(KSS) ............................................................................................................... 21
D. Tahapan Pelaksanaan Kampanye Sekolah Sehat (KSS) ................. 28
E. Pembagian Peran dalam Pelaksanaan Kampanye Sekolah

Sehat (KSS) .................................................................................................. 30

Bab IV Pembiayaan Kampanye Sekolah Sehat (KSS) ...................... 32


A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ........................ 32
B. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ........................ 36
C. Dana Mandiri Satuan Pendidikan ........................................................ 37
D. Dukungan Mitra dan Sumber Lain yang Tidak Mengikat .............. 37

Bab V Penutup ............................................................................................ 38

Daftar Pustaka ........................................................................................... 39

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pada pasal 1 ayat (1)
menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat,
bangsa, dan negara”. Pasal 5 ayat (1) menyatakan
bahwa “Setiap warga negara mempunyai hak yang
sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”.
Pasal 11 lebih menegaskan bahwa “Pemerintah dan
pemerintah daerah wajib memberikan layanan, dan
kemudahan, serta menjamin terselenggaranya
pendidikan yang bermutu bagisetiap warga negara
tanpa diskriminasi”.

Pernyataan Undang-Undang Sisdiknas di atas relevan


dengan visi pendidikan Indonesia, yaitu “mewujudkan
Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila
yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, bernalar kritis, kreatif, mandiri, dan berakhlak
mulia, bergotong-royong, dan berkebhinekaan global”.
Untuk mewujudkan visi pendidikan Indonesia,
pemerintah telah menetapkan kebijakan “Merdeka
Belajar” bagi tercapainya pendidikan berkualitas bagi
seluruh rakyat Indonesia. Hal ini menjadi penanda
bahwa upaya untuk mendorong kualitas pembelajaran
merupakan hal yang sangat penting untuk terus
menerus dilakukan, dan salah satu prasyarat mutlak
yang harus dipenuhi adalah status kesehatan peserta
didik yang paripurna, baik secara fisik, psikologis,
maupun sosial

1
Sejak sebelum pandemi Covid-19, apalagi setelah masuknya pandemi Covid-19, banyak
peserta didik yang mengalami masalah kesehatan yang cukup memprihatinkan. Peserta
didik berusia 6-18 tahun merupakan kelompok berisiko terhadap berbagai permasalahan
kesehatan. Misalnya, semakin meningkatnya kasus anak usia sekolah dengan berat
badan berlebih, kegemukan atau obesitas, yang disebabkan gaya hidup dengan perilaku
makan atau jajan tidak sehat. Ditambah, kurangnya aktivitas fisik, kurang terjaganya
kebersihan diri, penyakit infeksi, dampak penggunaan alat teknologi, dan pergaulan
bebas, stres, hingga penyalahgunaan obat dan zat berbahaya yang telah merasuk
hingga ke lingkungan sekolah.

Hasil penelitian bersama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), UNICEF,


Wageningen University & Research, dan Sight and Life pada tahun 2021, menyimpulkan
bahwa “Pada kalangan remaja di Indonesia telah terjadi penurunan aktivitas fisik, baik di
dalam maupun di luar sekolah, gangguanpola makan, kebiasaan mengonsumsi makanan
cepat saji dari luar rumah, dan buruknya keberagaman makanan yang berkontribusi pada
tiga masalah gizi (triple burden of malnutrition). Ketiga masalah gizi tersebut adalah
kekurangan gizi, kelebihan berat badan, dan kekurangan zat gizi mikro dengan anemia”
(https://fk.ui.ac.id/infosehat/fkui-lakukan-penelitian-bersama-tentang-gizi-remaja-
indonesia/)

Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 menemukan data pada masalah Gizi Balita
Nasional Tahun 2022 tercatat status stunted sebanyak 21,6% (turun dari 24,4% di 2021),
status wasted sebanyak 7,7% (naik dari 7,1% di 2021), status underweight sebanyak
17,1% (sedikit naik dari 17% di 2021), dan status overweight sebanyak 3,5% (turun dari
3,8% di 2021) (Kementerian Kesehatan, 2021a dan 2023).

2
Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2022 (Badan Pusat
Statistik, 2022) mencatat bahwa pada tahun 2022,
persentase penduduk yang mempunyai keluhan
kesehatan dalam sebulan terakhir berdasarkan
kelompok usia, yaitu (1) Usia 0-4 tahun sebanyak
33,77%; (2) Usia 5-9 tahun sebanyak 30,85%; (3) Usia
10-14 tahun sebanyak 25,48%;(4) Usia 15-19 SDtahun
sebanyak 22,75%;dan (5) Usia 20-24 tahun sebanyak
22,79%.

Profil Kesehatan Indonesia 2021 (Kementerian


Kesehatan, 2022a) mencatat bahwa Cakupan
Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Indonesia pada
Tahun 2021 sebesar 84,2%. Selain itu, Cakupan
Imunisasi pada pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak
Sekolah (BIAS) Tahun 2021 jauh di bawah target
sebesar 95%. Cakupan Imunisasi Campak Rubela
pada anak usia kelas 1 SD sebesar 58,4%; Cakupan
Imunisasi DT sebesar 57,1%; Cakupan Imunisasi Td
pada anak usia kelas 2 SD sebesar 58,3%; dan
Cakupan Imunisasi Td pada anak usia kelas 5 SD
sebesar 59,9%.

Selama ini, upaya kesehatan peserta didik sebenarnya


telah dilakukan melalui Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS). UKS merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada
setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. UKS
merupakan wadah berbagai kegiatan kesehatan yang
ada di sekolah. UKS bertujuan meningkatkan mutu
pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta
menciptakan lingkungan pendidikan yang sehat,
sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan yang harmonis peserta didik. Kegiatan
UKS dilakukan melalui Trias UKS yang meliputi
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan
pembinaan lingkungan sekolah sehat.

Pemerintah telah lama mencanangkan program Usaha


Kesehatan Sekolah (UKS) untuk melakukan
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan
pembinaan lingkungan sekolah sehat.

3
Namun, kenyataannya upaya promosi kesehatan di sekolah selama ini belum berjalan
optimal. Peran UKS seringkali terbatas hanya pada pemberian layanan kesehatan
darurat peserta didik di satuan pendidikan. Penyelenggaraan UKS di satuan pendidikan
belum berdampak signifikan terhadap peningkatan status kesehatan warga sekolah.
Upaya pembiasaan hidup bersih dan sehat juga kurang berkelanjutan karena keterlibatan
keluarga dan masyarakat belum optimal (Kemendikbudristek, 2022).

Data Profil Kesehatan Indonesia 2021 (Kementerian Kesehatan, 2022a) mencatat bahwa
pada tahun 2021, jumlah satuan pendidikan yang memberikan pelayanan kesehatan
untuk peserta didik pada SD/MI baru mencapai 57,5%; SMP/MTs 54,4%; dan SMA/MA
45,2%. Seperti diketahui, pelayanan kesehatan adalah salah satu dari Trias UKS.

Dengan belum optimalnya pelaksanaan UKS di satuan pendidikan, dipandang perlu


adanya terobosan baru yang dapat lebih mengoptimalkan pelaksanaaan dan pencapaian
kesehatan sekolah, terutama dalam hal peningkatan kesehatan peserta didik. Berkenaan
dengan hal tersebut, pada tanggal 23 Agustus 2022, bertempat di SD Negeri Muara
Kapuk 03 Jakarta, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah
meluncurkan Kampanye Sekolah Sehat (KSS) dengan tema “Revitalisasi Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) melalui Sekolah Sehat” dengan berfokus pada 3 Sehat, yaitu
(1) Sehat Bergizi, (2) Sehat Fisik, dan (3) Sehat Imunisasi. Dalam kesempatan kampanye
tersebut, Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim mengatakan bahwa sekolah sehat
bukan sekadar program, tetapi merupakan sebuah gerakan bersama dari berbagai pihak
mulai dari pemerintah, sekolah, peserta didik, orang tua, hingga mitra swasta serta
nirlaba.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka Kampanye Sekolah Sehat


(KSS) harus terus dilakukan dan dikembangkan, sehingga pemenuhan 3 Sehat (sehat
bergizi, sehat fisik, dan sehat imunisasi) dapat terlaksana dengan optimal di semua
satuan pendidikan pada semua jenjang di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, sebagai
upaya agar Kampanye Sekolah Sehat (KSS) dapat diselenggarakan dengan baik dan
didukung oleh berbagai pemangku kepentingan, dipandang perlu untuk disusun
Pedoman Kampanye Sekolah Sehat (KSS).

4
B. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;


2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perseroan Terbatas;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan;
6. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Karakter;
7. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2023 tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi
Khusus Fisik Tahun Anggaran 2023;
8. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang Pedoman
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan
Anak;
12. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan,
Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri Nomor 6/X/PB/2014, Nomor 73 Tahun
2014, Nomor 41 Tahun 2014, Nomor 81 Tahun 2014 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah;
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan
Imunisasi;
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa;

5
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada SPM Bidang Kesehatan;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar
Pelayanan Minimal;
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2022 tentang Petunjuk Teknis
Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran
2023;
19. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Nomor 1 Tahun 2022 tentang Rencana Aksi Nasional Kesehatan Anak Usia Sekolah
dan Remaja (RAN PIJAR);
20. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 32 Tahun
2022 tentang Standar Teknis Pelayanan Minimal Pendidikan;
21. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 63 Tahun
2022 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Satuan
Pendidikan;
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2022 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2023;
23. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor
8 Tahun 2022 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2023;
24. Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri
Agama, dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1/U/SKB/2003, Nomor 1067/Menkes/
VII/2003, Nomor MA/230 A/2003, Nomor 26 Tahun 2003 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah;
25. Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri
Agama, dan Menteri Dalam Negeri Nomor 2/P/SKB/2003, Nomor
1068/Menkes/SKB/VII/2003, Nomor MA/230 B/2003, Nomor 4415-404 Tahun
2003 tanggal 23 Juli2003 tentang Tim Pembina UKS Pusat;
26. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1429/Menkes/SK/XII/2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah;
27. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-5889 Tahun 2021 tentang Hasil
Verifikasi, Validasi, dan Inventarisasi Pemutakhiran Klasifikasi, Kodefikasi, dan
Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah;
28. Keputusan Bersama Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Menteri
Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri Nomor 03/KB/2022, Nomor
HK.O1.O8/Menkes/1325/2022, Nomor 835 Tahun 2022, Nomor 119-5091.A Tahun
2022 tentang Penyelenggaraan Peningkatan Status Kesehatan Peserta Didik;
29. Pedoman Pembinaan dan Pengembangan UKS/M Tahun 2019; dan
30. Petunjuk Teknis Pembinaan Penerapan Sekolah/Madrasah Sehat Tahun 2021.

6
C. TUJUAN
Pedoman ini disusun dengan tujuan untuk memberikan acuan kepada:
1. Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam
penetapan kebijakan dan penyelenggaraan KSS;
2. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kemendikbudristek dalam melaksanakan
pendampingan dan pembinaan penyelenggaraan KSS;
3. Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota dan Perangkat Daerah lain yang terkait
dalam penyelenggaraan KSS;
4. Satuan Pendidikan dalam melaksanakan KSS; serta
5. Para mitra dan pemangku kepentingan lain dalam mendukung penyelenggaraan
KSS.

7
BAB II
KAMPANYE SEKOLAH
SEHAT (KSS)
A. KONSEP DASAR KAMPANYE SEKOLAH SEHAT (KSS)

Konsep KSS tidak dapat dipisahkan dengan UKS, karena pada dasarnya, KSS
merupakan salah satu upaya untuk mendorong satuan pendidikan dalam
meningkatkan optimalisasi pelaksanaan UKS. Peraturan Bersama Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri
Dalam Negeri Nomor 6/X/PB/2014, Nomor 73 Tahun 2014, Nomor 41 Tahun 2014,
dan Nomor 81 Tahun 2014, tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha
Kesehatan Sekolah/Madrasah menjelaskan bahwa:
1. Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah adalah kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan (pasal 1 ayat 1); serta
2. Kegiatan pokok UKS/M dilaksanakan melalui Trias UKS/M yang meliputi: (1)
Pendidikan kesehatan, (2) Pelayanan kesehatan; dan (3) Pembinaan lingkungan
sekolah sehat (pasal 4).
Petunjuk Teknis Pembinaan Penerapan Sekolah/Madrasah Sehat Tahun 2021
(Kementerian Kesehatan, 2021) memberikan definisi Sekolah Sehat sebagai
sekolah yang bersih, hijau, rindang, aman, dan nyaman, peserta didiknya sehat,
aktif dan bugar, serta berperilaku hidup bersih dan sehat.

8
Berdasarkan uraian di atas, maka pengertian Kampanye Sekolah Sehat (KSS)
adalah segala upaya yang dilakukan secara bersama-sama dan terus-menerus
oleh semua pihak mulai dari pemerintah pusat sampai ke pemerintah daerah, para
mitra, satuan pendidikan, dan masyarakat pemangku kepentingan lainnya tentang
pentingnya penerapan Sekolah Sehat dengan berfokus pada Sehat Bergizi, Sehat
Fisik, dan Sehat Imunisasi di satuan pendidikan.

B. TUJUAN KAMPANYE SEKOLAH SEHAT (KSS)

Tujuan Kampanye Sekolah Sehat adalah agar seluruh ekosistem satuan


pendidikan, yaitu peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua, dan
masyarakat dapat menerapkan dan membudayakan SekolahSehat dengan fokus
pada tiga hal berikut ini.
1. Sehat Bergizi, yaitu meningkatnya derajat kesehatan peserta didik melalui
penerapan pola makan yang tepat dan konsumsi makanan bergizi.
2. Sehat Fisik, yaitu meningkatnya kualitas kesehatan fisik seluruh ekosistem dan
warga satuan pendidikan.
3. Sehat Imunisasi, yaitu meningkatnya capaian imunisasi peserta didik dan
memastikan peserta didik mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap.

C. SASARAN KAMPANYE SEKOLAH SEHAT (KSS)

1. Satuan Pendidikan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan (PAUD,


SD/MI/Sederajat, SMP/MTs/Sederajat, SMA/SMK/MA/MAK/Sederajat, SLB, SKB,
dan PKBM).
2. Peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, komite sekolah, orang tua, dan
masyarakat

D. MANFAAT KAMPANYE SEKOLAH SEHAT (KSS)

1. Bagi peserta didik: pembudayaan Sehat Bergizi, Sehat Fisik, dan Sehat
Imunisasi agar status kesehatan meningkat dan dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan baik.
2. Bagi pendidik dan tenaga kependidikan: peningkatan kesehatan agar dapat
melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik.
3. Bagi orang tua dan masyarakat: berperan dalam usaha peningkatan
derajat/status kesehatan peserta didik, baik di sekolah maupun di rumah

9
E. FOKUS KAMPANYE SEKOLAH SEHAT (KSS)

1. Sehat Bergizi
Kriteria makanan sehat dan bergizi yaitu makanan yang memiliki nilai gizi
seimbang dan mengandung nilai gizi esensial tubuh, seperti vitamin, mineral,
karbohidrat, protein, lemak, kalsium, serat, dan air (https://telemed.ihc.id/artikel-
detail-152-8-Kandungan-Gizi-Penting- untuk-Hidup-Sehat.html).

Gizi merupakan faktor yang sangat penting untuk mewujudkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa
kekurangan gizi, terutama pada usia dini, akan berdampak pada tumbuh
kembang anak. Gizi kurang pada anak usia dini juga berdampak pada
rendahnya kemampuan kognitif dan kecerdasan anak, serta berpengaruh
terhadap menurunnya produktivitas anak. Pertumbuhan anak sehat dan normal
sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya. Pertumbuhan ini sangat
berpengaruh oleh asupan gizi yang dikonsumsi dalam bentuk makanan.
Kekurangan atau kelebihan gizi akan dimanifestasikan dalam bentuk
pertumbuhan yang menyimpang dari pola (Kementerian Kesehatan, 2018a).

Berdasarkan uraian di atas, maka di dalam KSS “Sehat Bergizi” didefinisikan


sebagai upaya untuk mewujudkan kondisi di mana peserta didik memiliki pola
makan yang sehat dengan mengonsumsi makanan yang memiliki nilai gizi
seimbang, serta mengandung nilai gizi esensial tubuh (seperti vitamin, mineral,
karbohidrat, protein, lemak, kalsium, serat, dan air), serta mengurangi dan atau
menghindari konsumsi makanan dan minuman yang mengandung bahan-bahan
yang berbahaya bagi kesehatan (seperti alkohol, makanan minuman yang tinggi
gula, tinggi lemak/minyak, tinggi garam, dan berpengawet dari bahan kimia yang
berbahaya).

10
Adapun pelaksanaan sehat bergizi di satuan pendidikan dapat dilakukan melalui kegiatan
berikut ini.
a. Peningkatan pemahaman Gizi Seimbang atau Isi Piringku.
b. Pembiasaan makan dan minum dengan gizi seimbang, termasuk pembiasaan minum
air putih, makan buah, dan makan sayur setiap hari.
c. Menghindari/meminimalisasi konsumsi makanan cepat saji; makanan/minuman yang
berpemanis, berpengawet, kurang serat, serta tinggi gula, garam, dan lemak.
d. Pembinaan kantin sehat.

11
2. Sehat Fisik
Kesehatan fisik adalah kondisi yang dimiliki tubuh manusia yang mana setiap organ
atau bagian tubuh manusia berfungsi dengan baik. Seseorang dikatakan sehat
apabila dia tidak merasakan sakit atau keluhan dan memang secara objektif dia tidak
tampak sakit. (https://kumparan.com/kabar-harian/pengertian-sehat-menurut-who-dan-
aspek-aspek-kesehatan-1x1H5nqbyCq/full). Sehat Fisik artinya memiliki badan yang
sehat dan bugar (Kementerian Kesehatan, 2018b).

Berdasarkan kedua pengertian tersebut, maka di dalam KSS, Sehat Fisik didefinisikan
sebagai upaya untuk mewujudkan kondisi di mana peserta didik memiliki badan yang
sehat dan bugar serta terhindar dari penyakit.

Adapun pelaksanaan sehat fisik di satuan pendidikan dapat dilakukan antara lain
melalui beberapa kegiatan berikut ini.
a. Pelaksanaan Senam Kesegaran Jasmani (SKJ) atau senam-senam kreasi
lainnya, termasuk Senam Gerak dan Lagu “Jingle Sekolah Sehat” minimal
seminggu sekali. Link SKJ 2022: https://youtu.be/V-GpqteRbeA. Link Senam
Gerak dan Lagu Jingle Sekolah Sehat: https://youtu.be/gl56oxJOWVo.
b. Gerakan peregangan pada pergantian jam pelajaran.
c. Optimalisasi 4L (Lompat, Lari, Lempar, Loncat) melalui permainan rakyat dan
olahraga tradisional pada jam istirahat.
d. Optimalisasi intrakurikuler dan ekstrakurikuler Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan.
e. Pembiasaan jalan kaki.
f. Pelaksanaan Tes Kebugaran Siswa Indonesia (TKSI).

Dengan TKSI akan diketahui tingkat kebugaran peserta didik, sehingga dapat
ditentukan dan dilakukan langkah-langkah tindak lanjut untuk meningkatkan kebugaran
jasmani melalui berbagai kegiatan yang direkomendasikan. Pedoman pelaksanaan
TKSI dapat diakses pada laman https://uks.kemdikbud.go.id/home.

12
Sumber: SLB Negeri 2 Denpasar

3. Sehat Imunisasi
Pemberian imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat yang terbukti paling
cost-effective serta berdampak positif untuk mewujudkan derajat kesehatan ibu dan
anak di Indonesia (Kementerian Kesehatan, 2022b). Imunisasi tidak hanya melindungi
seseorang, tetapi juga masyarakat, dengan memberikan perlindungan komunitas atau
yang disebut dengan herd immunity. Arah pembangunan kesehatan saat ini
menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif tanpa meninggalkan aspek kuratif
dan rehabilitatif. Salah satu upaya preventif adalah dilaksanakannya program
imunisasi. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan
bahwa setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan, dan
pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak.

Berdasarkan uraian di atas, “Sehat Imunisasi” dalam KSS didefinsikan sebagai upaya
untuk mewujudkan suatu kondisi di mana seluruh anak usia sekolah mendapatkan
imunisasi dasar secara lengkap.

Pelaksanaan sehat imunisasi di satuan pendidikan, dapat dilakukan antara lain melalui
kegiatan berikut ini.

a. Pemetaan Status Imunisasi


Pemetaan atau pemeriksanaan status imunisasi dilaksanakan oleh satuan
pendidikan untuk memastikan kelengkapan imunisasi yang telah diterima oleh
setiap peserta didik. Pemeriksaan status imunisasi dilakukan dengan cara
memeriksa riwayat imunisasi berdasarkan catatan riwayat imunisasi yang
dikeluarkan oleh Fasilitas Pelayanan Kesehatan setempat.
b. Pemberian Rekomendasi
Satuan pendidikan wajib menyampaikan informasi dan rekomendasi kepada orang
tua atau wali tentang peserta didik yang belum mendapatkan imunisasi lengkap
agar melengkapi imunisasinya dengan melapor ke fasilitas pelayanan kesehatan
setempat.

c. Pelaksanaan Imunisasi Dasar Lengkap bagi Anak Usia Sekolah


Orang tua atau wali peserta didik dapat melengkapi imunisasi peserta didik di
puskesmas atau secara mandiri di Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya sesuai
dengan rekomendasi dari puskesmas. Pelaksanaan imunisasi dapat pula difasilitasi
oleh satuan pendidikan melalui kerja sama dengan puskesmas atau fasilitas
pelayanan kesehatan setempat.

13
F. INDIKATOR KEBERHASILAN KAMPANYE
SEKOLAH SEHAT (KSS)

Keberhasilan Kampanye Sekolah Sehat akan dipantau melalui pemenuhan indikator


berikut ini.
1. Adanya komitmen pemerintah daerah yang salah satunya ditandai dengan
terbitnya Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota
tentang pelaksanaan KSS.
2. Terlaksananya advokasi oleh UPT Kemendikbudristek kepada Pemerintah
Daerah.
3. Terlaksananya pembinaan dan pendampingan oleh UPT Kemendikbudristek
dan Dinas Pendidikan kepada satuan pendidikan.
4. Terlaksananya kegiatan untuk mewujudkan sehat bergizi, sehat fisik, dan sehat
imunisasi di satuan pendidikan.
5. Terlaksananya Kolaborasi dalam pelaksanaan KSS dengan pelibatan para
mitra.

14
BAB III
PELAKSANAAN KAMPANYE
SEKOLAH SEHAT (KSS)
A. STRATEGI IMPLEMENTASI KAMPANYE
SEKOLAH SEHAT (KSS)

Kampanye Sekolah Sehat akan dilaksanakan dengan menggunakan beberapa


strategi yang saling melengkapi.

1. Penguatan Regulasi
Kampanye Sekolah Sehat merupakan kebijakan
dan terobosan baru sebagai bagian dari
transformasi Pendidikan Merdeka Belajar untuk
percepatan terwujudnya Sekolah Sehat dan
meningkatnya kesehatan peserta didik. Supaya
KSS dapat terlaksana secara optimal diperlukan
suatu pemahaman dan pelembagaan bahwa KSS
adalah bagian dari kebutuhan dasar anak usia
sekolah dan menjadi tanggung jawab semua
pihak. Oleh karena itu, diperlukan penguatan
secara regulatif. Untuk hal tersebut,
Kemendikbudristek telah menerbitkan Surat
Edaran tentang Kampanye Sekolah Sehat yang
ditujukan kepada Kepala Dinas Pendidikan
Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh
Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Surat
Edaran dari Kemendikbudristek, Kepala Dinas
Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota
menerbitkan Surat Edaran tentang Kampanye
Sekolah Sehat yang ditujukan kepada Kepala
Satuan Pendidikan di wilayah masing-masing.

15
Sumber: SLB Negeri Banyuasin

2. Sosialisasi, Advokasi dan Publikasi


a. Sosialisasi adalah upaya untuk menyampaikan informasi terkait program dan
kegiatan KSS kepada para pemangku kepentingan. Sosialisasi merupakan upaya
untuk mendorong para pemangku kepentingan agar terlibat dan berperan aktif
dalam penyelenggaraan KSS. Advokasi pada dasarnya merupakan usaha untuk
memengaruhi pengambil kebijakan agar mendukung pelaksanaan KSS.
Sosialisasi dan advokasi kebijakan Kampanye Sekolah Sehat dilaksanakan
dengan cara sebagai berikut.

(1) Sosialisasi dan advokasi oleh UPT Kemendikbudristek kepada Pemeritah


Daerah (termasuk Tim Pembina UKS).
(2) Sosialisasi dan advokasi oleh Pemerintah Daerah (dengan dampingan UPT)
kepada satuan pendidikan termasuk Tim Pelaksana UKS.

b. Publikasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, UPT


Kemendikbudristek, dan mitra untuk menyebarkan informasi tentang KSS kepada
satuan pendidikan dan masyarakat dengan berbagai macam media
penyebarannya.

16
3. Optimalisasi Peran Tim Pembina UKS
Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri
Agama, dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1/U/SKB/2003, Nomor 1067/Menkes/
VII/2003, Nomor MA/230 A/2003,Nomor 26 Tahun 2003 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah menjelaskan bahwa pembinaan dan
pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dilaksanakan oleh Tim UKS yang
terdiri atas (1) Tim Pembina UKS Pusat; (2) Tim Pembina UKS Provinsi; (3)
Tim Pembina UKS Kabupaten/Kota; (4) Tim Pembina UKS Kecamatan; dan (5) Tim
Pelaksana UKS di Satuan Pendidikan.

Mengingat bahwa KSS adalah bagian dari UKS, maka implementasi KSS sangat
membutuhkan peran aktif Tim Pembina UKS. Permasalahan yang saat ini masih
ditemukan adalah belum semua Tim Pembina UKS Provinsi/Kabupaten/Kota dan
kecamatan, serta Tim Pelaksana UKS di satuan pendidikan berperan secara aktif
melaksanakan tugasnya, bahkan di beberapa daerah belum terbentuk Tim Pembina
UKS. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota perlu
melakukan hal-hal sebagai berikut.
a. Mengaktifkan dan mengoptimalkan tugas dan fungsi Tim Pembina UKS di Tingkat
Provinsi/Kabupaten/Kota/Kecamatan, khususnya dalam rangka pelaksanaan KSS
sebagai salah satu tools dalam upaya revitalisasi UKS.
b. Membentuk dan menetapkan Tim Pembina UKS di Tingkat Provinsi/Kabupaten/
Kota/Kecamatan (bagi daerah yang belum terbentuk).
c. Meningkatkan kapasitas dan kompetensi Tim Pembina UKS, sehingga dapat
berperan dan melaksanakan tugasnya secara andal dan profesional.

17
4. Pembinaan dan Pendampingan ke Satuan Pendidikan
Kondisi yang ingin dicapai dari Kampanye Sekolah Sehat adalah terlaksananya
penerapan sekolah sehat di satuan pendidikan melalui pelaksanaan aktivitas 3S, yaitu
Sehat Bergizi, Sehat Fisik, dan Sehat Imunisasi. Agar pelaksanaan Kampanye
Sekolah Sehat di satuan Pendidikan dapat berjalan secara efektif dan optimal,
diperlukan adanya pembinaan dan pendampingan.

a. Pembinaan
Pembinaan ke satuan pendidikan diawali dengan pembekalan melalui orientasi.
Orientasi dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, baik melalui pelatihan,
bimbingan teknis ataupun bentuk lainnya. Orientasi pada dasarnya merupakan
kegiatan yang bersifat pengenalan manajemen dan pelaksanaan KSS. Orientasi
dapat dibagi menjadi dua, yaitu orientasi umum dan orientasi khusus. Orientasi
umum ditujukan untuk memberikan informasi terkait konsep, manajemen, dan
kegiatan-kegiatan KSS. Orientasi khusus ditujukan untuk meningkatkan kapasitas
para pihak yang terlibat langsung dalam pelaksanaan KSS, misalnya Tim
Pembina UKS Tingkat Daerah dan Tim Pelaksana UKS sebagai pelaksana KSS di
tingkat satuan pendidikan.

Orientasi dapat dilakukan secara bersama-sama antara UPT Kemendikbudrsitek


di masing-masing provinsi (BB/BPMP, BBPPMPV/BPPMPV, dan atau BB/BGP)
dengan Pemerintah Daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota. Untuk
orientasi pada satuan pendidikan dilakukan dengan melibatkan Tim Pembina
UKS. Setelah orientasi, pembinaan perlu dilakukan secara rutin/berkala sampai
KSS dapat terimplementasikan dengan baik dan membudaya di satuan
pendidikan.

18
b. Pendampingan
Pendampingan dilakukan sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan
monitoring dan evaluasi. Pendampingan dilakukan oleh (1) Pemerintah Daerah
(Provinsi/Kabupaten/Kota) melalui Dinas Pendidikan, perangkat pemerintahan
terkait, dan Tim Pembina UKS Provinsi/Kabupaten/Kota/Kecamatan; (2) UPT
Kemendikbudristek di daerah; dan (3) para mitra.

Pendampingan dilakukan dengan tujuan untuk:


(1) mengidentifikasi berbagai permasalahan yang dihadapi satuan pendidikan,
kemudian mendiskusikannya secara bersama-sama dengan para pemangku
kepentingan untuk dicarikan solusi dan diupayakan adanya fasilitasi dalam
proses pelaksanaan solusi atau pemecahan masalah;
(2) mendorong munculnya pengembangan implementasi KSS di satuan
pendidikan melalui berbagai kegiatan yang inovatif, kreatif, rekreatif, dan
menarik lainnya sesuai dengan karakteristik masing-masing satuan pendidikan,
baik dari sisi layanan, lokasi, maupun kearifan lokal masing-masing satuan
pendidikan.

5. Integrasi Data Status Imunisasi Peserta Didik ke dalam DAPODIK


Salah satu fokus KSS adalah Sehat Imunisasi. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit. Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan
anak.

KSS mendorong semua pemangku kepentingan agar dapat memfasilitasi pemberian


imunisasi kepada anak usia sekolah. Untuk lebih menunjang upaya ini, telah dan terus
dikembangkan integrasi data pada Dapodik dengan data imunisasi anak yang
bersumber dari Aplikasi Sehat IndonesiaKu (ASIK) yaitu aplikasi yang diluncurkan
Kemenkes melalui Digital Transformation Office untuk memudahkan dalam pencatatan
imunisasi pada anak. Anak yang sudah mendapatkan imunisasi akan terekam secara
digital di ASIK dan di Dapodik. Data imunisasi yang akurat diharapkan akan mampu
meningkatkan capaian imunisasi lengkap peserta didik.

Terkait dengan integrasi Data Status Imunisasi Peserta Didik dalam DAPODIK
dibutuhkan dukungan daerah melalui kerja sama Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan,
dan Fasilitas Layanan Kesehatan (Puskesmas dan lainnya), terutama dalam rangka
pemutakhiran data imunisasi anak usia sekolah ke dalam Aplikasi Sehat IndonesiaKu
(ASIK).

19
6. Kemitraan
Berbagai mitra diharapkan dapat memberikan perhatian dan dukungan,
sehingga dapat membantu tercapainya tujuan KSS secara lebih cepat dan
meluas. Dalam penyelenggaraan KSS, Pemerintah Pusat, UPT
Kemendikbudristek, Pemerintah Daerah, dan Satuan Pendidikan diharapkan
dapat menjalin kerja sama dengan berbagai mitra, baik dari unsur pemerintah,
BUMN, maupun non-pemerintah. Panduan pelaksanaan kerja sama dengan
mitra (kemitraan) selengkapnya dijelaskan secara lebih rinci di bagian lain pada
pedoman ini.

B. BENTUK KEGIATAN KAMPANYE SEKOLAH SEHAT (KSS)


Penerapan Sekolah Sehat melalui Sehat Bergizi, Sehat Fisik, dan Sehat Imunisasi
diharapkan dapat tersosialisasi secara luas dan selanjutnya menjadi sebuah
gerakan yang menyeluruh dan berkelanjutan di satuan pendidikan dengan
mendapat dukungan dari berbagai pihak. Agar hal ini tercapai, diperlukan upaya
kampanye secara masif dan bersama-sama oleh pemerintah, baik pusat maupun
daerah, UPT Kemendikbudristek, para mitra, dan satuan pendidikan.

Berikut ini contoh bentuk-bentuk kegiatan kampanye yang dapat dilakukan.


1. Seminar/Webinar, Sarasehan, Dialog, Diskusi Terpumpun, dan sejenisnya.
2. Festival/Gebyar/Semarak Sekolah Sehat.
3. Semarak Imunisasi (bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, Puskesmas atau
unit fasilitasi layanan kesehatan lainnya).
4. Pemberian penghargaan atau apresiasi sekolah sehat.
5. Festival, pentas ceria, pertandingan, dan/atau pekan permainan dan olahraga
tradisional.
6. Senam Massal dan/atau Lomba Senam Kesegaran Jasmani (SKJ), Senam
Gerak dan Lagu “Jingle Sekolah Sehat”, atau senam kreasi lainnya.
7. Pembuatan permainan/game edukasi, baik berbasis digital maupun non digital
sebagai media edukasi terkait kesehatan sekolah, pola hidup bersih dan sehat,
dan 3 aksi sehat (sehat bergizi, sehat fisik dan sehat imunisasi). Game
berbasis digital dapat dikembangkan melalui pemrograman sederhana,
sedangkan game non digital dapat dikembangkan dari permainan-permainan
yang sudah ada, misalnya permainan ular tangga, monopoli dan lain-lain.
8. Lomba Karya Tulis tentang Sekolah Sehat.
9. Pemasangan baliho/spanduk/banner dan media sosialisasi/kampanye lainnya
tentang Sekolah Sehat.
10. Pemanfaatan media massa (radio, televisi, media cetak) dalam rangka
kampanye pentingnya Sekolah Sehat.

20
11. Pembuatan konten di web dan media sosial (Podcast, Live IG, Youtube, dan
lainnya) tentang Sekolah Sehat.
12. Pemanfaatan acara-acara di daerah sebagai sarana untuk mengampanyekan
pentingnya Sekolah Sehat, misalnya acara hari ulang tahun daerah, jalan sehat,
car free day, fun bike, dan acara-acara daerah lainnya.
13. Berbagai macam lomba lainnya terkait dengan Sekolah Sehat.
14. Berbagai kegiatan inovatif, kreatif, rekreatif lainnya terkait dengan Sekolah
Sehat.
Dalam melaksanakan kegiatan kampanye, para pemangku kepentingan baik di
pusat, UPT Kemendikbudristek, Pemerintah Daerah, Satuan Pendidikan, dan para
mitra dapat melakukan secara mandiri maupun berkolaborasi dan bersinergi secara
bersama-sama.

C. PANDUAN PELAKSANAAN KEMITRAAN KAMPANYE


SEKOLAH SEHAT (KSS)

Keterlibatan Mitra merupakan salah satu strategi pelaksanaan Kampanye Sekolah


Sehat. Agar keterlibatan mitra dapat memberikan kontribusi maksimal bagi
Kampanye Sekolah Sehat telah ditetapkan panduan sebagai berikut.

1. Tujuan Kemitraan
Kerja sama melalui kemitraan dalam Kampanye Sekolah Sehat bertujuan untuk
meningkatkan target dan sasaran sekolah sehat melalui pelibatan berbagai
komponen, baik sektor pemerintah, non-pemerintah, dan masyarakat secara
lebih luas dalam mendukung implementasi peningkatan kesehatan sekolah dan
peningkatan kesehatan peserta didik. Melalui kemitraan diharapkan akan terjadi
akselerasi capaian pewujudan sekolah sehat dan keterlaksanaan 3 Sehat di
satuan pendidikan.

21
2. Kriteria Mitra
Unsur-unsur mitra yang diharapkan berperan aktif dalam KSS antara lain sebagai
berikut.
a. Mitra Sektor Pemerintah terdiri dari Kementerian, Lembaga Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Unit Pelaksana Teknis, dan institusi pemerintah lainnya baik
di pusat maupun daerah.
b. Mitra Pendukung Sektor Pemerintah antara lain Pokja Bunda PAUD, Tim
Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Dharma Wanita
Persatuan (DWP), dan lainnya.
c. Mitra Sektor Non-Pemerintah terdiri dari BUMN, Dunia Usaha dan Dunia Industri
(DUDI), Lembaga/Organisasi Kemasyarakatan, Yayasan, maupun bentuk
organisasi/komunitas lainnya.
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para mitra dalam
pelaksanaan kemitraan KSS.
a. Mitra Sektor Pemerintah dan Pendukung Sektor Pemerintah
(1) Memiliki program yang selaras dengan program Sekolah Sehat.
(2) Bersedia berbagi sumber daya dalam mendukung dan memperkuat
program Sekolah Sehat.

b. Mitra Sektor Non-Pemerintah


(1) Memiliki ketertarikan di bidang pendidikan, khususnya program Sekolah
Sehat.
(2) Diutamakan berbadan hukum (memiliki legalitas dokumen sesuai dengan
ketentuan yang berlaku).
(3) Memiliki rekam jejak yang baik dan tidak pernah berhadapan atau
bermasalah dengan hukum.
(4) Bersifat non-komersial dalam pelaksanaan sebagai Mitra Sekolah Sehat.
(5) Memiliki program yang relevan dengan pendanaan mandiri

22
3. Bentuk Kegiatan Kemitraan
Bentuk kegiatan Kerja sama/kemitraan yang dapat dilakukan dalam rangka KSS ini
adalah hal-hal yang berkaitan dengan sekolah sehat dengan berfokus pada 3 Sehat,
yaitu Sehat Bergizi, Sehat Fisik, dan Sehat Imunisasi. Berikut ini beberapa kegiatan
yang dapat dilakukan.

a. Pembangunan fasilitas/prasarana terkait program Sekolah Sehat.


b. Penyediaan sarana/perlengkapan/peralatan penunjang beragam program Sekolah
Sehat.
c. Penyelenggaraan kegiatan peningkatan kapasitas SDM/kegiatan edukatif bagi
peserta didik, pendidik, guru, tenaga kependidikan, dan orang tua di satuan
pendidikan.
d. Penyusunan bahan/media komunikasi, informasi, dan edukasi terkait Sekolah
Sehat.
e. Penyediaan narasumber atau ahli dalam kegiatan peningkatan kapasitas
SDM/kegiatan edukatif bagi peserta didik, pendidik, guru, tenaga kependidikan,
dan orang tua di satuan pendidikan.
f. Penyelenggaraan Kampanye Sekolah Sehat (KSS) kreatif di daerah, media
massa, dan media sosial, termasuk pelibatan pemengaruh (influencer).
g. Pencetakan dan pendistribusian pedoman dan bahan advokasi program Sekolah
Sehat.
h. Pembuatan iklan layanan masyarakat atau materi pendukung sosialisasi program
Sekolah Sehat.
i. Penyelenggaraan kegiatan edukasi atau bimbingan/konseling terkait kesehatan di
satuan pendidikan.

Catatan: Selain bentuk-bentuk di atas, dimungkinkan pula bentuk-bentuk kegiatan


dan/atau ide-ide kreatif, inovatif, dan produktif lainnya sebagai aktifitas potensial yang
diselenggarakan bersama dalam kerangka Kampanye Sekolah Sehat) dengan berfokus
pada 3S (Sehat Bergizi, Sehat Fisik, dan Sehat Imunisasi) selama sesuai ketentuan yang
berlaku.

23
21
4. Ketentuan Pelaksanaan Kegiatan Kemitraan
a. Mitra dapat mengolaborasikan atau mengikutsertakan program mereka yang telah
ada dan/atau sedang berjalan sebagai bagian dari Kampanye Sekolah Sehat
sepanjang selaras dengan fokus 3 Sehat (Sehat Bergizi, Sehat Fisik, dan Sehat
Imunisasi).
b. Mitra tidak diperkenankan untuk menjual produk/layanan yang dilakukan dalam
kerangka Kampanye Sekolah Sehat (KSS), baik di satuan pendidikan maupun
lingkungan satuan pendidikan.
c. Kegiatan/program yang dikerjasamakan tidak bersifat atau bertujuan komersial.
d. Pencantuman logo adalah logo korporasi (bukan logo produk), dan hanya
dicantumkan di bahan-bahan publikasi (bukan di produk, fasilitas, dan
perlengkapan).
e. Apabila mitra akan memberikan bingkisan atau donasi berbentuk produk atau
materi/bahan edukasi ke satuan pendidikan, terlebih dahulu harus dikurasi dan
mendapat persetujuan dari Kemendikbudristek.
f. Produk yang diberikan oleh mitra harus sejalan dengan ketentuan 3 Sehat dan
bukan barang/makanan/minuman yang berisiko terhadap kesehatan.
g. Kerja sama/kemitraan yang dilakukan dengan Kemendikbudristek diatur melalui
Perjanjian Kerja Sama yang akan disepakati bersama dan dikoordinasikan oleh
Direktorat Jenderal PAUD, Dikdas, dan Dikmen, Kemendikbudristek.

24
5. Manfaat Kemitraan
Secara umum, manfaat kerja sama/kemitraan sebagai berikut.
a. Mitra mendapatkan informasi dan materi terbaru tentang implementasi
kebijakan dan program Sekolah Sehat, Kemendikbudristek.
b. Memperkuat sinergi Mitra Sekolah Sehat dengan pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah dan satuan pendidikan.
c. Mitra Sekolah Sehat akan lebih dikenal dan mendapat pengakuan lebih luas oleh
masyarakat.
d. Memberi peluang Mitra Sekolah Sehat dalam melaksanakan kerja sama dengan
lembaga/organisasi/komunitas lainnya.
e. Bentuk bakti kepada negeri melalui bidang pendidikan.

Secara khusus, manfaat kerja sama/kemitraan bagi mitra Sekolah Sehat sebagai
berikut.
a. Pencantuman logo Kemendikbudristek dan logo mitra dalam materi/bahan
pedoman maupun materi publikasi Kampanye Sekolah Sehat (KSS).
b. Penggunaan bahan/materi/produk/layanan yang dimiliki atau dikembangkan oleh
Mitra Sekolah Sehat di satuan pendidikan selama sesuai ketentuan dan telah
dikurasi, serta mendapatkan persetujuan dari Kemendikbudristek.
c. Penetapan wilayah untuk target/sasaran penerima program Sekolah Sehat dapat
disesuaikan dengan wilayah atau area kerja maupun program yang dimiliki/
direncanakan mitra.
d. Penyediaan narasumber dari pimpinan/pejabat Kemendikbudristek dalam
kegiatan atau program yang dilakukan oleh mitra.

6. Langkah-Langkah dalam Menjalin Kemitraan


Secara garis besar, langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan satuan pendidikan dalam melaksanakan kerja
sama/kemitraan adalah sebagai berikut.
a. Identifikasi dan Pemetaan Mitra
Kegiatan ini meliputi upaya untuk mencari data dan menganalisis informasi, antara
lain tentang tujuan organisasi, ruang lingkup kegiatan, visi misi, kondisi organisasi
(finansial, sumber daya, dan sebagainya), kelebihan dan potensi yang mungkin
dikerjasamakan, dan sebagainya.

b. Penjajakan Kerja Sama/Kemitraan


Kegiatan ini berupa penjajakan lebih mendalam dan intensif terhadap pihak-pihak
yang memungkinkan diajak bekerja sama. Penjajakan dapat dilakukan dengan
melakukan audensi atau presentasi tentang program yang akan dikerjasamakan.

25
c. Kesepakatan
Setelah melalui penjajakan, para pihak menyatakan sepakat untuk melakukan kerja
sama.
d. Perencanaan Kerja sama
Setelah tercapai kesepakatan untuk bekerja sama, langkah selanjutnya adalah
penyusunan rencana kerja sama. Perencanaan harus melibatkan pihak-pihak yang
akan bermitra, sehingga semua aspirasi dan kepentingan setiap pihak dapat terwakili.
Perencanaan kerja sama antara lain terkait dengan area kerja sama, bentuk, dan
ruang lingkup kerja sama, hak dan kewajiban para pihak yang bekerja sama, target,
keluaran, dan nilai tambah yang ingin dicapai, dan lain sebagainya.

e. Penyusunan dan Penandatanganan Naskah Perjanjian Kerja Sama


Setelah penyusunan perencanaan, langkah berikutnya adalah penyusunan dan
penandatanganan naskah Perjanjian Kerja Sama (PKS).
f. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan merupakan tahapan implementasi rencana kerja sama yang
sudah disusun bersama dalam rangka mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Pelaksanaan kegiatan sesuai tanggung jawab dan peran masing-masing pihak yang
bermitra.
g. Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan yang dilaksanakan perlu dipantau secara bersama-sama oleh para pihak
yang bermitra. Pemantauan dilakukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan
kegiatan, sehingga dapat dicegah terjadinya penyimpangan dari tujuan yang ingin
dicapai dan jika terjadi permasalahan segera dapat dicarikan solusinya. Hasil
monitoring dapat dijadikan dasar untuk melakukan evaluasi.
h. Perbaikan
Hasil evaluasi digunakan sebagai dasar dalam melakukan perbaikan pelaksanaan
kegiatan. Selain itu, hasil evaluasi juga menjadi bahan pengambilan keputusan
selanjutnya terhadap kelanjutan kerja sama.

i. Rencana Tindak Lanjut


Apabila para pihak yang bermitra memandang perlu untuk melanjutkan kerja sama,
maka perlu penyusunan kembali rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada
tahun berikutnya.

Sumber: SLB Negeri 2 Denpasar

26
Sumber: SLB Negeri 2 Denpasar
Khusus untuk kerja sama/kemitraan oleh mitra dari sektor non-pemerintah dengan
Pemerintah Pusat (dalam hal ini Kemendikbudristek), langkah-langkah yang harus
dilakukan sebagai berikut.
a. Calon mitra mendaftar melalui laman:
http://ringkas.kemdikbud.go.id/RegiscalonmitraKSS
b. Verifikasi dan validasi.
Calon mitra menyampaikan usulan kerja sama yang kemudian diverifikasi dan
divalidasi oleh Tim KSS Kemendikbudristek.
c. Penyusunan naskah kerja sama/kemitraan.
d. Pelaksanaan program.
e. Pemantauan dan evaluasi.

1 Calon Mitra
Mendaftar
http://ringkas.kemdik Verifikasi dan
bud.go.id/Regiscalon 2 Validasi
mitraKSS
Calon mitra
menyampaikan usulan
kerja sama yang
kemudian diverifikasi
dan validasi oleh Tim
5 Pemantauan
dan Evaluasi
KSS

Penyusunan
3 Naskah Kerja
Sama
Pelaksanaan Merumuskan naskah
4 Program kerja sama hingga
proses
penandatanganan

27
D. TAHAPAN PELAKSANAAN KAMPANYE
SEKOLAH SEHAT (KSS)

1. Tahap Perencanaan
a. Pemerintah pusat (dalam hal ini, Kemendikbudristek) menerbitkan surat
edaran tentang pelaksanaan Kampanye Sekolah Sehat (KSS) yang
ditujukan kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota di
seluruh Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Surat Edaran dari
Kemendikbudristek, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota
menerbitkan Surat Edaran tentang Kampanye Sekolah Sehat yang ditujukan
kepada Kepala Satuan Pendidikan di wilayah masing-masing.
b. Pemerintah pusat (Kemendikbudristek dan UPT Kemendikbudristek)
melaksanakan sosialisasi dan advokasi terkait Kampanye Sekolah Sehat
kepada Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah dengan didampingi UPT
Kemendikbudristek menindaklanjuti dengan melakukan sosialisasi dan
advokasi kepada para pemangku kepentingan yang ada di tingkat daerah
dan satuan pendidikan (terutama Tim Pelaksana UKS).
c. Pemerintah Daerah dengan didampingi UPT Kemendikbudristek melakukan
fasilitasi pelaksanaan orientasi tentang Kampanye Sekolah Sehat (KSS)
kepada para pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan KSS di daerah
(perangkat daerah terkait, Tim Pembina UKS, dan Tim Pelaksana UKS di
satuan pendidikan). Orientasi dapat dilakukan dengan berbagai bentuk,
misalnya melalui bimbingan teknis.
d. Pengorganisasian atau pembentukan tim pelaksana KSS di daerah. Sebagai
bagian yang tak terpisahkan dengan UKS, implementasi KSS di daerah
dilaksanakan oleh Tim Pembina UKS, dan implementasi KSS di satuan
pendidikan dilaksanakan oleh Tim Pelaksana UKS, sehingga tidak perlu
membentuk tim baru yang khusus menangani KSS.
e. Pemerintah Daerah menyusun rencana program/kegiatan Kampanye
Sekolah Sehat (KSS) yang akan dilaksanakan oleh jajaran Pemerintah
Daerah.
f. Satuan pendidikan menyusun rencana program/kegiatan sehat bergizi,
sehat fisik, dan sehat imunisasi yang akan dilaksanakan di satuannya.
Program/kegiatan tersebut dimasukkan dalam Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) sesuai proses Perencanaan
Berbasis Data (PBD).

28
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pemerintah Pusat (Kemendikbudristek dan UPT Kemendikbudristek) melakukan
pembinaan kepada Pemerintah Daerah dan Tim Pembina UKS.
b. Pemerintah Daerah melaksanakan kegiatan Kampanye Sekolah Sehat (KSS)
berdasarkan programyang telah disusun.
c. Satuan pendidikan melaksanakan berbagai intervensi dalam bentuk
program/kegiatan KSS dalam rangka mewujudkan 3 Sehat yang merupakan fokus
KSS (sehat bergizi, sehat fisik, dan sehat imunisasi). Kegiatan ini dilaksanakan di
bawah koordinasi Tim Pelaksana UKS di masing-masing satuan pendidikan dan di
bawah bimbingan Tim Pembina UKS. Dalam hal ini, satuan pendidikan melibatkan
peran orang tua, masyarakat sekitar, dan para pemangku kepentingan yang terkait
dalam implementasi KSS.
d. Pemerintah Daerah melakukan fasilitasi pelaksanaan KSS ke setiap satuan
pendidikan. Fasilitasi dapat diberikan dalam bentuk pembinaan, pendampingan,
bantuan pembiayaan, bantuan sarana prasarana, dan berbagai kegiatan motivatif
lainnya. Dalam kegiatan yang berbentuk pembinaan dan pendampingan,
pemerintah daerah melibatkan peran aktif Tim Pembina UKS yang ada di
wilayahnya dan dapat didampingi oleh UPT Kemendikbudristek.
e. Untuk pembinaan dan pendampingan oleh UPT Kemendikbudristek diatur sebagai
berikut: (1) BB/BPMP fokus pada jenjang PAUD, SD, dan SMP, dan yang
sederajat, (2) BBPPMPV/BPPMPV fokus pada jenjang SMK, dan (3) BBGP/BGP
fokus pada peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, terutama
guru yang menjadi Tim Pelaksana UKS, guru penjasorkes, dan guru bimbingan
konseling.

3. Tahap Monitoring dan Evaluasi (Monev)


a. Kemendikbudristek mengembangkan instrumen
dan mengoordinasikan pelaksanaan monev KSS.
b. UPT Kemendikbudrisek mengoordinasikan
pelaksanaan monev KSS di wilayah kerjanya.
c. Pemerintah Daerah mengoordinasikan
pelaksanaan monev KSS di tingkat daerah
dengan Tim Pembina UKS sebagai pelaksana.
d. Satuan pendidikan menyiapkan berbagai
bahan/data terkait KSS yang diselenggarakan
dan mengisi instrumen monev KSS yang
disediakan.

29
E. PEMBAGIAN PERAN DALAM PELAKSANAAN
KAMPANYE SEKOLAH SEHAT (KSS)

Para pemangku kepentingan dalam pelaksanaan KSS meliputi:


1. Pemerintah Pusat meliputi Kemendikbudristek didukung oleh Kementerian
Kesehatan, Kementerian Agama, Kementerian Dalam Negeri, dan
Kementerian/Lembaga lain yang terkait.
2. UPT Kemendikbudristek meliputi Balai Besar/Balai Penjaminan Mutu Pendidikan
(BBPMP/BPMP), Balai Besar/Balai Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan
Vokasi (BBPPMPV/BPPMPV), dan Balai Besar/Balai GuruPenggerak (BBGP/BGP).
3. Pemerintah Daerah meliputi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota melalui
perangkat daerah terkait, antara lain Sekretariat Daerah, Dinas Pendidikan, Dinas
Kesehatan, Kantor Kementerian Agama, dan Tim Pembina UKS
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Kecamatan.
4. Mitra meliputi berbagai institusi/organisasi, baik dari sektor pemerintah, sektor
pendukung pemerintah, dan sektor non-pemerintah yang mempunyai program yang
berkaitan dengan kesehatan sekolah, kesehatan peserta didik, dan Kampanye
Sekolah Sehat, khususnya yang berfokus pada 3S (Sehat Bergizi, Sehat Fisik, dan
Sehat Imunisasi).
5. Satuan Pendidikan, yaitu seluruh satuan pendidikan yang ada di Indonesia pada
semua jenjang dan jalur pendidikan, baik negeri maupun swasta.

30
Pembagian peran dan tugas para pemangku kepentingan dalam pelaksanaan KSS dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Pembagian Peran Para Pemangku Kepentingan

UPT
Strategi dan Kemendikbu
No. Kemendikbud Pemda Mitra Satpen TP UKS
Kegiatan d ristek
ristek

Penguatan
1 Regulasi √ - √ - -
(Penerbitan SE)

Sosialisasi,
2 Advokasi, dan √ √ √ √ √ √
Publikasi

Optimalisasi
3 Peran Tim √ √ √ - - √
Pembina UKS

Pembinaan dan

Pendampingan
4 √ √ √ √ - √
ke Satuan
Pendidikan

Integrasi Data

Status Imunisasi
5 √ √ √ - √ √
Peserta Didik ke
dalam Dapodik

6 Kemitraan √ √ √ √ √ √
7 Monev √ √ √ √ √ √

31
BAB IV
PEMBIAYAAN KAMPANYE
SEKOLAH SEHAT (KSS)
Penyelenggaraan Kampanye Sekolah Sehat (KSS) dapat dibiayai dari berbagai sumber
dana yang memungkinkan, antara lain berikut ini.

A. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA


NEGARA (APBN)

1. DIPA Satker Pusat dan UPT Kemendikbudristek


Penyelenggaraan KSS dengan anggaran DIPA Satker Pusat dan UPT
Kemendikbudristek difokuskan pada kegiatan inisiasi, sosialiasi, publikasi,
komunikasi, advokasi, pendampingan, integrasi data, serta monitoring dan
evaluasi penyelenggaraan KSS.

2. Dana Alokasi Umum (DAU) Bidang Pendidikan


Dana Alokasi Umum (DAU), adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan
antar-Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Penggunaan bagian DAU yang ditentukan penggunaannya untuk
kegiatan fisik dan/atau nonfisik dalam rangka peningkatan kualitas layanan
dasar bidang pendidikan, bidang kesehatan, dan bidang pekerjaan umum.

32
3. Dana Alokasi Khusus (DAK)
a. DAK Fisik
Alokasi DAK Fisik diatur melalui Peraturan
Presiden. Misalnya untuk DAK Fisik tahun 2023
diatur melalui Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun
2023 tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus
Fisik Tahun Anggaran 2023. Di dalam DAK Fisik
dialokasikan untuk DAK Fisik Bidang Pendidikan
dan DAK Fisik Bidang Kesehatan. Kedua jenis DAK
Fisik ini secara implisit memungkinkan digunakan
untuk mendukung KSS.

1. DAK Fisik Pendidikan meliputi Subbidang


PAUD, SD, SMP, SKB, SMA, SMK, dan SLB.
DAK Fisik bidang pendidikan antara lain dapat
digunakan untuk rehabilitasi dan/atau
pembangunan (1) Toilet (jamban) beserta
sanitasinya, (2) Ruang usaha kesehatan
sekolah beserta perabotnya, (3) Ruang
bimbingan konseling beserta perabotnya, (4)
Kantin sekolah beserta perabotnya, dan
sebagainya.
2. DAK Fisik Bidang Kesehatan yang
memungkinkan digunakan untuk mendukung
KSS meliputi Subbidang Percepatan Penurunan
Stunting dan Subbidang Kefarmasian, yang
dapat digunakan untuk: (1) Penyediaan
makanan tambahan balita kurus, (2)
Penyediaan alat antropometri (alat pengukuran
tinggi dan berat badan, lingkar kepala), (3)
Kesling kit (peralatan kesehatan lingkungan),
(4) Penyediaan obat esensial untuk pelayanan
kesehatan primer, (5) Penyediaan obat program
kesehatan anak, dan penyediaan obat program
gizi. Peruntukan/pengelolaan DAK Fisik Bidang
Kesehatan berada di Puskesmas. Untuk
mendapatkan aksesnya, satuan pendidikan
perlu berkoordinasi serta bekerja sama dengan
Puskesmas setempat, dan di tingkat
kabupaten/Kota didukung adanya koordinasi
antara Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan.

33
b. DAK Nonfisik
(1) DAK Nonfisik Bidang Pendidikan
DAK Nonfisik bidang pendidikan diatur melalui peraturan menteri. Misalnya untuk
tahun 2023, diatur melalui Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi Nomor 63 Tahun 2022 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Dana
Bantuan Operasional Satuan Pendidikan (BOSP).

Ruang lingkup Dana BOSP terdiri atas (1) Dana BOP PAUD, (2) Dana BOS, dan
(2) Dana BOP Kesetaraan. Secara implisit komponen penggunaan Dana BOP
PAUD, Dana BOS, dan Dana BOP Kesetaraan dimungkinkan dapat digunakan
untuk mendukung KSS, misalnya untuk membiayai kegiatan (1) Diskusi
perkembangan anak, (2) Kegiatan evaluasi capaian perkembangan anak, (3)
Perbaikan toilet, tempat cuci tangan, saluran air kotor, dan sanitasi lainnya, (4)
Penyediaan sumber air bersih termasuk pompa dan instalasinya bagi yang belum
memiliki air bersih, (5) Penyediaan alat-alat deteksi dini tumbuh kembang (DDTK),
(6) Penyediaan obat-obatan dan peralatan kesehatan lainnya, (7) Pembelian cairan
atau sabun pembersih tangan, pembasmi kuman (disinfectant), masker atau
penunjang kebersihan lainnya, dan (8) Penyediaan makanan tambahan.

(2) DAK Nonfisik Bidang Kesehatan


DAK Nonfiisik bidang kesehatan juga diatur melalui peraturan menteri. Misalnya
untuk tahun 2023, diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun
2022 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang
Kesehatan Tahun Anggaran 2023. Peraturan Menteri Kesehatan ini menjelaskan
bahwa Dana Bantuan Operasional Kesehatan yang selanjutnya disebut Dana BOK
adalah dana bantuan DAK Nonfisik bidang Kesehatan yang digunakan untuk
pendanaan belanja operasional program prioritas nasional bagi dinas kesehatan
dan pusat kesehatan masyarakat sebagai pelaksana program kesehatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang - undangan. Oleh karena itu, agar satuan
pendidikan dapat mengakses layanan program/kegiatan yang dibiayai melalui dana
DAK Nonfisik bidang kesehatan, diperlukan adanya koordinasi antara Dinas
Pendidikan, Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan satuan pendidikan. Dengan
demikian dapat diharapkan adanya dukungan terhadap pelaksanaan KSS.

34
4. Dana Desa
Penggunaan dana desa diatur dalam peraturan menteri. Misalnya (1) Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa,
dan (2) Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Nomor 8 Tahun 2022 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2023.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 antara lain menjelaskan
tentang pembiayaan dana desa untuk Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa,
Subbidang Pendidikan dan Subbidang Kesehatan.

35
B. ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA DAERAH (APBD)

Dalam rangka mendanai urusan pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar yang
ditetapkan dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM), khususnya di bidang
pendidikan dan kesehatan, Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota wajib
menyediakan anggaran terhadap pemenuhan SPM dimaksud di dalam APBD.

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi


APBD Provinsi di bidang pendidikan antara lain digunakan untuk pemenuhan
SPM Pendidikan Menengah (SMA, SMK, dan Pendidikan Khusus). Bentuk-
bentuk kegiatan yang dimungkinkan dapat mendukung KSS di SMA, SMK, dan
Pendidikan Khusus, antara lain: (1) Rehabilitasi sarana prasarana dan utilitas
sekolah, (2) Rehabilitasi ruang UKS, (3) Rehabilitasi kantin sekolah, (4)
Bimbingan teknis peningkatan kapasitas bidang pendidikan, serta (5) Sosialisasi
dan advokasi kebijakan bidang pendidikan.

Untuk pendidikan khusus, terdapat beberapa kegiatan tambahan yang


memungkinkan untuk mendukung KSS, antara lain: (1) Rehabilitasi ruang pusat
sumber anak berkebutuhan khusus, (2) Rehabilitasi ruang orientasi dan
mobilitas, (3) Rehabilitasi ruang bina persepsi bunyi dan irama untuk tunarungu
(B), (4) Rehabilitasi ruang bina diri untuk tunagrahita (C), (5) Rehabilitasi ruang
bina diri dan bina gerak untuk tunadaksa (D), dan (6) Rehabilitasi ruang bina
pribadi dan sosial untuk tunalaras (E).

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota


APBD Kabupaten/Kota di bidang pelayanan dasar pendidikan, antara lain
digunakan untuk pemenuhan SPM PAUD, SD, SMP, dan Pendidikan
Kesetaraan/Sekolah Nonformal. Bentuk-bentuk kegiatan yang dimungkinkan
dapat mendukung KSS di PAUD, SD, SMP, dan Pendidikan Kesetaraan/Sekolah
Nonformal, antara lain: (1) Sosialisasi dan advokasi kebijakan bidang pendidikan,
(2) Bimbingan teknis peningkatan kapasitas bidang pendidikan, dan (3)
Pembangunan atau rehabilitasi sedang/berat sarana prasarana dan utilitas.

APBD Kabupaten/Kota di bidang pelayanan dasar kesehatan yang dimungkinkan


untuk dapat mendukung KSS, antara lain dalam bentuk kegiatan: (1)
Pengelolaan pelayanan kesehatan balita, (2) Pengelolaan pelayanan kesehatan
pada usia pendidikan dasar, dan (3) Pengelolaan pelayanan kesehatan pada
usia produktif. Untuk akses terhadap pelayanan dasar kesehatan dalam
mendukung KSS, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Satuan Pendidikan
perlu berkoordinasi dengan jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, termasuk
dengan Puskesmas, Polindes, Poskesdes, Posyandu, dan sebagainya.

36
C. DANA MANDIRI SATUAN PENDIDIKAN
Selain mendapatkan bantuan dari pihak lain, dalam penyelenggaraan KSS, satuan
pendidikan dapat menggunakan dana secara mandiri. Dana mandiri satuan
Pendidikan yang dimaksud adalah dana yang bersumber dari pendapatan atau
kekayaan milik satuan pendidikan, misalnya dari iuran orang tua peserta didik
melalui Komite Sekolah, sumbangan Pendidikan pada sekolah swasta, dana dari
yayasan pembina satuan pendidikan, dan sebagainya.

D. DUKUNGAN MITRA DAN SUMBER


LAIN YANG TIDAK MENGIKAT

Selain dalam bentuk kegiatan dan bantuan sarana prasarana, dukungan mitra
terhadap pelaksanaan KSS dimungkinkan dalam bentuk pembiayaan. Selain itu,
Pemerintah Daerah dan/atau satuan pendidikan dapat menggali sumber dana lain
yang tidak mengikat. Sumber dana lain yang tidak mengikat dapat berasal dari
perorangan maupun korporasi, misalnya dalam bentuk donasi dari donatur
perorangan, donasi komunitas seperti alumni, bantuan kerja sama dari Dunia
Usaha dan Dunia Industri (DUDI), dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari
perusahaan/perseroan.

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab


Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas, pada Pasal 2 dan 3 menyebutkan
bahwa setiap perseroan selaku subjek hukum mempunyai Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan (TJSL). Ketentuan tersebut menegaskan bahwa sebagai wujud
kegiatan kemanusiaan dalam bidang usaha, setiap perseroan secara moral
mempunyai komitmen untuk bertanggung jawab atas tetap terciptanya hubungan
perseroan yang serasi dan seimbang dengan lingkungan dan masyarakat
setempat. Sesuai dengan nilai, norma, dan budaya masyarakat tersebut. Besaran
dana CSR tidak spesifik, tetapi sesuai kebijakan pemerintah daerah dan
perusahaan. Namun demikian, pada prinsipnya, biaya CSR tetap wajib dikeluarkan,
diperhitungkan, dan dianggarkan oleh perusahaan sesuai dengan kepatutan dan
kewajaran.

Dalam hal bantuan dana tidak mengikat, dengan mengacu pada Permendikbud
nomor 75/2018 tentang Komite Sekolah, satuan pendidikan (dan pemangku
kepentingan bidang Pendidikan) dilarang menerima bantuan dana yang bersumber
dari (1) Perusahaan rokok, (2) Perusahaan minumam beralkohol, dan (3) Partai
politik.

37
BAB V
PENUTUP
Pedoman ini disusun sebagai panduan dan
acuan bagi para pihak dan pemangku
kepentingan dalam penyelenggaraan Kampanye
Sekolah Sehat (KSS). Pedoman ini merupakan
bagian tak terpisahkan dari Surat Edaran
Kemendikbudristek tentang Sekolah Sehat,
sehingga dapat digunakan oleh para pihak
dalam merancang program, kegiatan, dan
anggaran dalam mendukung pelaksanaan
Kampanye Sekolah Sehat. Pemerintah Daerah,
UPT Kemendikbudristek, dan Satuan Pendidikan
diharapkan mempedomani Pedoman KSS ini
dalam rangka menindaklanjuti kebijakan
pemerintah dalam hal transformasi pendidikan
melalui penyelenggaraan Kampanye Sekolah
Sehat.

Dengan adanya pedoman ini, Pemerintah


Daerah, UPT Kemendikbudristek, para
mitrasatuan pendidikan, dan para pemangku
kepentingan lainnya dapat melakukan berbagai
langkah yang tepat, baik dalam tahap
perencanaan, pelaksanaan, maupun monitoring
dan evaluasi terhadap penyelenggaraan KSS.
Secara lebih khusus, melalui pedoman ini
satuan pendidikan dapat merancang dan
melaksanakan berbagai program dan kegiatan
dalam mengimplementasikan 3 Sehat, yaitu
Sehat Bergizi, Sehat Fisik, dan Sehat Imunisasi.

Melalui kolaborasi, sinergi, dan kerja sama


semua pihak dalam penyelenggaraan KSS ini,
diharapkan dapat mewujudkan visi dan misi
pendidikan kita yaitu membentuk anak Indonesia
yang sehat, kuat, cerdas, dan berkarakter sesuai
dengan Profil Pelajar Pancasila.

Sumber: SLB Negeri 2 Denpasar 38


DAFTAR PUSTAKA
8 Kandungan Gizi Penting untuk Hidup Sehat. https://telemed.ihc.id/artikel-detail-152- 8-
Kandungan-Gizi-Penting-untuk-Hidup-Sehat.html.
Badan Pusat Statistik. (2002). Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2022. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
Direktorat SD. (2021). Sekilas tentang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Jakarta:
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Direktorat SMA. (2021). Hasil Pendataan Stratifikasi UKS di Jenjang SMA. Jakarta:
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. (2021). FKUI Lakukan Penelitian Bersama tentang Gizi Remaja
Indonesia. https://fk.ui.ac.id/infosehat/fkui-lakukan-penelitian-bersama-tentang-gizi-
remaja-indonesia/.
Kabar Harian. (2021). Pengertian Sehat Menurut WHO dan Aspek-Aspek Kesehatan.
https://kumparan.com/kabar-harian/pengertian-sehat-menurut-who-dan-aspek-
aspek-kesehatan-1x1H5nqbyCq/full.
Kementerian Kesehatan (2018a). Gerakan Nasional Sadar Gizi. https://promkes.kemkes.
go.id/gerakan-nasional-sadar-gizi/phbs
Kementerian Kesehatan (2018b). Apa yang Dimaksud dengan Sehat. https://p2ptm.
kemkes.go.id/infographic-p2ptm/stress/page/26/ apa-yang-dimaksud-dengan-
sehat#
Kementerian Kesehatan. (2021a). Buku Saku Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI)
Tingkat Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota Tahun 2021. Jakarta:
Kementerian Kesehatan.
Kementerian Kesehatan. (2021b). Petunjuk Teknis Pembinaan Penerapan Sekolah/
Madrasah Sehat Tahun 2021. Jakarta: Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat,
Kementerian Kesehatan.
Kementerian Kesehatan. (2022a). Profil Kesehatan Indonesia 2021. Jakarta:
Kementerian Kesehatan.
Kementerian Kesehatan. (2022b). Akselerasi Strategi Capaian Indikator Program
Pengelolaan Imunisasi Tahun 2022. http://p2p.kemkes.go.id/akselerasi-strategi-
capaian-indikator- program-pengelolaan-imunisasi-tahun-2022/.

39
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2019). Pedoman Pembinaan dan
Pengembangan UKS/M. Cetakan Keenam. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (2022). Revitalisasi UKS
melalui Kampanye Sekolah Sehat. Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi.
Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri Agama,
dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1/U/SKB/2003, Nomor 1067/ Menkes/VII/2003,
Nomor MA/230 A/2003, Nomor 26 Tahun 2003 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-5889 Tahun 2021 tentang Hasil Verifikasi,
Validasi, dan Inventarisasi Pemutakhiran Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur
Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan
Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar
Pelayanan Minimal.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2022 tentang Pedoman Penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2023.
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 8
Tahun 2022 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2023.
Peraturan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri
Agama, dan Menteri dalam Negeri Nomor 6/X/PB/2014; Nomor 73 Tahun 2014;
Nomor 41 Tahun 2014; Nomor 81 Tahun 2014 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan
Mutu Pelayanan Dasar Pada SPM Bidang Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2022 tentang Petunjuk Teknis
Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran
2023.
Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 32 Tahun 2022
tentang Standar Teknis Pelayanan Minimal Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 63 Tahun 2022
tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Satuan
Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perseroan Terbatas.
Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2023 tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi
Khusus Fisik Tahun Anggaran 2023
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

40
PEDOMAN
KAMPANYE SEKOLAH SEHAT
IMPLEMENTASI SEKOLAH SEHAT MELALUI SEHAT BERGIZI, SEHAT FISIK, DAN SEHAT IMUNISASI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


TAHUN 2023

Anda mungkin juga menyukai