Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH PENGENCERAN SERUM IKTERIK

TERHADAP AKTIVITAS ENZIM SGOT DAN SGPT


METODE KINETIK ENZIMATIK

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Sebutan Ahli


Madya Analis Kesehatan

Oleh :
MADYSSA FITRASARI
1911E2018

JURUSAN ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH
BANDUNG
2023
A. Judul
Pengaruh Pengenceran Serum Ikterik Terhadap Aktivitas Enzim Sgot Dan Sgpt Metode
Kinetik Enzimatik

B. Latar Belakang
Penyakit hati merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius dan dapat berdampak pada
kualitas hidup seseorang. Fungsi hati yang optimal penting untuk menjaga keseimbangan tubuh,
termasuk metabolisme, sintesis protein, detoksifikasi, dan produksi zat penting seperti empedu.
SGOT (Serum Glutamat Oksalasetat Transaminase) dan SGPT (Serum Glutamat Piruvat
Transaminase) adalah enzim yang terlibat dalam proses metabolisme dan merupakan indikator
penting untuk mengevaluasi kesehatan hati.
Pemeriksaan SGOT/SGPT adalah pemeriksaan untuk melihat adanya kerusakan organ hati. Salah
satu pemeriksaan biokimia hati yang biasanya digunakan adalah pemeriksaan enzim golongan alanin
aminotransferase (ALT) atau sering disebut glutamate pyruvate transaminase (Gajawatet al, 2006).
Kadar SGOT dan SGPT yang tinggi dalam darah dapat menunjukkan adanya kerusakan sel
hati. Oleh karena itu, pengukuran kadar enzim ini menjadi penting dalam diagnosis, pemantauan, dan
penilaian penyakit hati seperti hepatitis, sirosis, dan penyakit hati lainnya. Pengukuran aktivitas
enzim ini umumnya dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri, di mana sampel darah
yang diambil dari pasien akan diencerkan sebelum diukur.
Dalam proses pengenceran sampel darah, larutan pengencer yang digunakan berperan penting
dalam memastikan hasil pengukuran yang akurat dan sesuai dengan rentang pengukuran alat
spektrofotometer. Larutan NaCl adalah salah satu larutan yang umum digunakan sebagai pengencer
sampel darah. Pengenceran dilakukan untuk mengurangi konsentrasi zat-zat interferen dalam sampel
yang dapat mengganggu hasil pengukuran.
Meskipun pengenceran NaCl umumnya digunakan dalam prosedur pengukuran kadar SGOT
dan SGPT, pengaruh variasi pengenceran terhadap hasil pengukuran masih belum sepenuhnya
dipahami. Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk menyelidiki efek pengenceran
NaCl pada aktivitas enzim hati, namun hasilnya masih bervariasi dan kontradiktif. Beberapa studi
menunjukkan bahwa variasi konsentrasi NaCl dalam pengenceran dapat mempengaruhi aktivitas
enzim SGOT dan SGPT, sedangkan penelitian lain tidak menemukan perbedaan yang signifikan.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi lebih lanjut perbedaan kadar
SGOT dan SGPT dengan variasi pengenceran menggunakan larutan NaCl. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi apakah pengenceran NaCl secara signifikan mempengaruhi hasil pengukuran
aktivitas enzim SGOT dan SGPT. Dengan mengevaluasi dan memahami efek pengenceran NaCl
terhadap aktivitas enzim hati, dapat diperoleh informasi yang lebih akurat dan dapat diandalkan
dalam pengukuran enzim hati.
Penelitian ini memiliki potensi untuk memberikan wawasan baru tentang pengaruh
pengenceran NaCl terhadap pengukuran kadar SGOT dan SGPT. Hasil penelitian ini dapat memiliki
implikasi penting dalam penentuan metode pengenceran yang lebih akurat dalam pengukuran enzim
hati. Selain itu, penelitian ini juga dapat membantu dalam memperbaiki protokol pengukuran enzim
hati yang lebih standar dan konsisten, sehingga dapat meningkatkan kehandalan diagnosis dan
pemantauan penyakit hati. Diharapkan, penelitian ini akan memberikan kontribusi dalam bidang
diagnostik medis, terutama dalam pengujian fungsi hati dan evaluasi kondisi hati pada pasien dengan
penyakit hati atau kerusakan hati.

C. Rumusan Masalah
Apakah terdapat pengaruh pengenceran serum ikterik terhadap aktivitas enzim SGOT dan
SGPT metode kinetik enzimatik?

D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pengenceran serum ikterik terhadap aktivitas
enzim SGOT dan SGPT metode kinetik enzimatik

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain dapat memberikan informasi
terdapat pengaruh pengenceran serum ikterik terhadap aktivitas enzim SGOT dan SGPT metode
kinetik enzimatik.

F. Hipotesis
Terdapat perbedaan pengaruh pengenceran serum ikterik terhadap aktivitas enzim
SGOT dan SGPT metode kinetik enzimatik.
G. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian darah
Darah merupakan jaringan ikat khusus yang terdiri dari bagian cair
yaitu plasma dan bagian padat yaitu sel-sel darah. Volume darah secara
keseluruhan kira-kira satu per dua belas bagian dari berat badan atau kira-kira
5 liter. Darah beredar dalam suatu sistem pembuluh dan membawa nutrisi,
hasil sisa metabolisme, hormon, protein, ion, oksigen, karbon dioksida dan
unsur lain yang terbentuk. Darah juga mengatur suhu tubuh dan membantu
dalam pengaturan osmotik dan keseimbangan asam basa (Gartner dkk., 2011).
a. Komposisi darah
Komposisi darah terdiri dari 55%
bagian cair dan 45% bagian padat.Bagian padat
darah berupa sel-sel darah yang terdiri dari sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit) dan keping darah (trombosit).
Komponen cairan darah mengandung
antikoagulan disebut plasma, yang merupakan
cairan jernih berwarna kekuningan. Komponen
plasma terdiri dari 90% air, 9% zat-zat organik seperti protein (albumin,
globulin, protein pembekuan, protein komplemen), asam amino dan hormon
serta 1% garam- garam organik dan gas yang larut dalam nutrient (Gartner
dkk., 2011). Komposisi darah ditunjukkan dalam Gambar 1
Gambar 1. Sumber: Kiswari, 2014.
Komposisi Darah.

Eritrosit atau sel darah merah merupakan salah satu komponen darah
paling banyak dibandingkan sel-sel darah lainnya. Satu mm3 darah terdapat
kira-kira 5 juta eritrosit, sehingga menyebabkan darah berwarna merah (Hiru,
2013). Eritrosit beredar dalam sirkulasi darah rata-rata120 hari. Eritrosit yang
mengalami proses penuaan atau proses senescense akan rusak dan
dihancurkan dalam sistem retikulum endothelium terutama dalam limfa dan
hati, kemudian diganti retikulosit. Retikulosit akan mengalami maturasi
setelah 1-2 hari beredar dalam sirkulasi darah (Kierszenbaum dan Tres, 2012).
Eritrosit berbentuk bikonkaf dengan diameter 7-8 m. Eritrosit memiliki
membran plasma yang kuat dan fleksibel sehingga dapat berubah bentuk
dan tidak pecah ketika melewati pembuluh darah yang sempit. Membran
plasma eritrosit juga terdapat antigen sebagai penentu golongan darah
ABO dan Rh. Eritrosit tidak mempunyai nukleus atau inti sel dan
mengandung molekul hemoglobin (Tortora dkk., 2016).
ii. Hemoglobin

Hemoglobin merupakan zat protein yang terdapat dalam eritrosit dan


memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri dari hem yaitu pigmen
yang mengandung zat besi dan globin yang merupakan protein. Hemoglobin
berfungsi membawa oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2) dalam jaringan
tubuh. Darah yang mengalir melalui paru-paru menyebabkan oksigen
berdifusi dari paru-paru ke dalam darah dan berikatan dengan hemoglobin
membentuk oksihemoglobin untuk membentuk warna merah terang pada
darah. Pelepasan oksigen dari oksihemoglobin ke sel-sel tubuh membentuk
deoksihemoglobin yang membawa sejumlah kecil karbon dioksida dari sel-sel
tubuh ke paru-paru (Gunstream, 2014).
Kadar hemoglobin dalam darah ditentukan dengan mengukur
absorbansi larutan hemoglobin yang berwarna pada panjang gelombang 540
nm. Kadar normal hemoglobin untuk laki-laki dewasa adalah 13,5-18 g/dL
sedangkan untuk wanita dewasa 12-16 g/dL (Sacher dan McPherson, 2004).
2. Serum

i. Pengertian serum

Serum merupakan supernatan yang diperoleh setelah darah dibiarkan


membeku selama 30-45 menit. Selama proses pembekuan, darah fibrinogen
diubah menjadi fibrin (Baynes dan Dominiczak, 2014). Darah yang membeku
akan terpisah menjadi dua bagian, yaitu cairan yang berwarna kuning disebut
serum dan bekuan darah berupa massa solid berwarna merah (Riswanto, 2013).
Menurut Kierszenbaum dan Tres (2012) serum disebut juga plasma tanpa
antikoagulan. Perbedaan serum dan plasma adalah plasma mengandung
fibrinogen sedangkan serum tidak mengandung fibrinogen namun mengandung
albumin, immunoglobulin dan komponen lainnya. Serum darah ditunjukkan pada
Gambar 2.
Gambar 2. Serum Darah.
Sumber : Kierszenbaum dan Tres, 2012.

ii. Macam-macam serum tidak normal

1) Serum hemolisis

Serum hemolisis merupakan serum yang berwarna kemerahan yang


disebabkan karena lepasnya hemoglobin dari eritrosit yang rusak (Lieseke dan
Zeibig, 2017).
2) Serum lipemik

Serum lipemik merupakan serum yang berwarna putih keruh atau


seperti susu yang disebabkan adanya partikel besar lipoprotein seperti
trigliserida. Molekul lipid tersebut mengganggu metode uji
pemeriksaan (Lieseke dan Zeibig, 2017).
3) Serum ikterik

Serum ikterik merupakan serum yang berwarna


kuning coklat yang disebabkan karena peningkatan
konsentrasi bilirubin dalam darah (Lieseke dan Zeibig,
2017). Jenis-jenis serum ditunjukkan dalam Gambar 3.

Gambar 3. Macam-macam Serum.


Sumber : Giri, 2019.

H. Kerangka Konsep
Sampel Darah Puasa 10 Jam Sampel Darah Puasa 12 Jam

Pemeriksaan Kolesterol Total


Metode CHOD-PAP

Hasil

I. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang analitik
dengan rancangan one group pre and posttest design yang bertujuan
membedakan hasil pemeriksaan kadar kolesterol total pada pasien
puasa dan tidak puasa.
J. Desain Penelitian
Desain yang digunakan adalah desain One group pre and Posttest
design atau “Perlakuan” ulang. Ialah rancangan penelitian yang hanya
menggunakan satu kelompok subyek serta melakukan pengukuran
sebelum dan sesudah pemberikan perlakuan pada subyek (Praktiknya,
2008).

O1 (X) O2

Keterangan :

O1 : Kadar Kolesterol total pada Pasien yang Puasa


X : Intervensi ( Kadar Kolesterol total pasien puasa selama 10-14 jam)

O2 : Kadar Kolesterol total pada pasien tidak Puasa (Notoatmojo, 2010)

K. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah pasien RS Rawalumbu Bekasi sebanyak
150 responden.
2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah Pasien RS Rawalumbu Bekasi yang bersedia


menjadi pasien untuk diambil sampel. Jumlah sampel sampel yang diambil
sebanyak 30 sampel.
Menurut Ketentuan Arikunto, jika subjeknya besar, dapat diambil
antara 20- 25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari
a. kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.

b. Sempit atau luasnya wilayah pengamatan dari setiap


subjeknya,karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data
c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk
penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar,
hasilnya akan lebih baik (Arikunto,2010).
Berpijak dari pendapat yang telah diungkapkan diatas, maka
pengambilan sampel penelitian ini adalah 20% dari semua populasi.
Diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

n = 20% X N

Keterangan :
n = 20% X 150
n = 0,2 x 150

n = 30

n= 30 Sampel

a. Kriteria Inklusi

1) Pasien RS Rawalumbu
2) Sehat, dalam hal ini tidak memiliki keluhan ataupun tidak terdapat
tanda- tanda suatu penyakit dan kelainan
3) Bersedia megikuti penelitian

b. Kriteria Eksklusi

1) Minum obat-obat penurun kolesterol

2) Minum vitamin C dan E

3. Teknik Sampling

Teknik sampling yang dilakukan adalah simple random sampling


yaitu populasi yang benar-benar atau mendekati homogen dan sudah
teridentifikasi banyaknya subyek atau unit analisis (Praktiknya, 2008).
L. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juni 2023
2. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian dan pemeriksaan sampel dilakukan di RS
Rawalumbu Bekasi.
M. Variabel Penelitian Atau Aspek Yang Diteliti
a. Variabel Dependen Kadar Kolesterol Total
b. Variabel Independen
Kadar kolsesterol total pada pasien puasa dan tidak puasa.

N. Cara Kerja
Tabel 4. Cara Kerja
No Variabel Definisi Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur Ukur
1 Kadar Nilai Hakiki kadar Enzimatik Spektrofoto mg/dl Rasio
Kolesterol kolesterol responden CHOD- meter
Total dinyatakan dalam PAP
mg/dl. Tinggi > 240
mg/dl,ambang batas
atas 200-239 mg/dl,
normal <200mg/dl.
(Kit Inses
Byosistem)
2. Perlakuan Perlakuan disini Visual Sentrifuge 1.Serum Nominal
Sampel adalah Pasien Puasa Puasa
puasa dan yang dilakukan 2.Serum
selama 10-14 jam Tidak Puasa
tidak puasa sebelum diambil
darahnya, pada
waktu puasa tidak
boleh makan dan
minum, hanya boleh
minum air.
(Hardjoeno, 2003)
Pasien tidak puasa
yaitu pasienyang
konsumsimakanan
dan minuman
seperti biasa tanpa
ada aturan/batas
yang ditentukan

O. Pengolahan Data Hasil Analisis

Analisis data akan di lakukan secara statistik. Dari penelitian ini


digunakan uji Anova satu arah karna perlakuan pada sampel lebih dari
dua.

P. Rancangan Biaya

No Keperluan Biaya
1 Pembelian alat, bahan dan reagen Rp. 2.000.000
2 Penyusunan proposal dan KTI Rp. 400.000
3 Keperluan tak terduga Rp. 500.000
TOTAL Rp. 3.800.000

Q. Jadwal Kegiatan

Oktober November
No Jenis Kegiatan
3 4 5 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal
2 Seminar Proposal
3 Penelitian
Penyusunan Tugas
4
Akhir
5 Seminar Tugas Akhir

DAFTAR PUSTAKA

Burns C. 2004. Routine hematology procedures. In: McKenzie S. B: Clinical


laboratory hematology. New Jersey: Pearson Education.
Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. Jakarta.
Handayani, W., Haribowo, A. 2008. Hematologi. Salemba Medika. Jakarta.
Kiswari, Rukman. 2014. Hematologi & Transfusi. Penerbit Erlangga. Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan
Karya Ilmiah. Prenadamedia Group. Jakarta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.
Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta
Kerangka Landasan Teori:

Fungsi HatI dan Enzim Transaminase:


 Penjelasan mengenai fungsi hati sebagai organ vital dalam tubuh manusia.
 Peran enzim transaminase (SGOT dan SGPT) dalam metabolisme hati.
 Hubungan antara aktivitas enzim transaminase dengan kerusakan sel hati.
Pengukuran Kadar SGOT dan SGPT:
 Prinsip dasar metode spektrofotometri dalam pengukuran enzim transaminase.
 Proses pengambilan dan persiapan sampel darah untuk pengukuran enzim hati.
 Signifikansi klinis dari pengukuran kadar SGOT dan SGPT dalam diagnosis dan
pemantauan penyakit hati.
Pengenceran Sampel dalam Pengukuran Enzim HatI:
 Tujuan dan pentingnya pengenceran dalam pengukuran enzim hati.
 Pemilihan larutan pengencer yang tepat untuk mencapai hasil yang akurat.
 Peran larutan NaCl sebagai pengencer umum dalam pengukuran enzim hati.
Efek Pengenceran NaCl terhadap Aktivitas SGOT dan SGPT:
 Penjelasan tentang kemungkinan pengaruh pengenceran NaCl pada aktivitas
enzim hati.
 Studi sebelumnya yang melibatkan variasi pengenceran NaCl dan hasil yang
diperoleh.
 Kontroversi dan perbedaan temuan dalam penelitian sebelumnya.
Variasi Pengenceran NaCl dan Aktivitas Enzim HatI:
 Pengaruh variasi konsentrasi NaCl dalam pengenceran terhadap aktivitas SGOT.
 Pengaruh variasi konsentrasi NaCl dalam pengenceran terhadap aktivitas SGPT.
 Kemungkinan mekanisme yang menjelaskan perbedaan hasil pengukuran.
Implikasi dan Signifikansi Penelitian:
 Kontribusi penelitian ini dalam memahami pengaruh pengenceran NaCl terhadap
pengukuran enzim hati.
 Pentingnya penentuan metode pengenceran yang akurat dan konsisten dalam
pengukuran enzim SGOT dan SGPT.
Potensi peningkatan diagnostik dan pemantauan penyakit hati melalui hasil
penelitian ini.
Kerangka landasan teori tersebut akan memberikan dasar pengetahuan yang
cukup untuk memahami pentingnya pengenceran NaCl dalam pengukuran enzim SGOT
dan SGPT serta memotivasi penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan kadar enzim hati
dengan variasi pengenceran tersebut.

Anda mungkin juga menyukai