DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan anak tidak hanya dilihat dari berat badan, tetapi juga tinggi.
Pasalnya, tinggi badan anak adalah salah satu faktor yang menandai stunting dan menjadi
penanda apakah nutrisi anak sudah tercukupi atau belum. Stunting atau sering disebut
pendek adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis dan stimulasi
psikososial serta paparan infeksi berulang terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia dua tahun1. Anak tergolong stunting apabila
panjang atau tinggi badannya berada di bawah minus dua standar deviasi (-2SD) anak
seusianya2.
Pemerintah Indonesia di era RPJMN 2020-2024 ini memang menempatkan
peningkatan kualitas manusia Indonesia sebagai misi utama. Untuk meningkatkan
kualitas daya saing sumber daya manusianya, maka pemerintah Indonesia membuat
percepatan penurunan stunting sebagai salah satu major project3.
Prevalensi stunting dalam 10 tahun terakhir menunjukkan bahwa stunting
merupakan salah satu masalah gizi terbesar pada balita di Indonesia. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan 30,8% balita stunting4, pada tahun 2019
hasil SSGBI menunjukkan 27,7% balita menderita stunting5. Pada tahun 2021,
Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Biro Pusat Statistik (BPS) dengan dukungan
Tim Percepatan Anak Kerdil (Stunting) Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia
melakukan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) dengan mengumpulkan data di 34
Provinsi dan 514 kabupaten/kota dengan jumlah blok sensus (BS) sebanyak 14.889 Blok
Sensus (BS) dan 153.228 balita. Berdasarkan hasil SSGI tahun 2021 angka stunting
secara nasional mengalami penurunan sebesar 1,6% per tahun dari 27,7% tahun 2019
menjadi 24,4% tahun 2021. Hampir sebagian besar dari 34 provinsi menunjukkan
penuruanan dibandingkan tahun 2019 dan hanya 5 provinsi yang menunjukkan kenaikan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa implementasi dan kebijakan pemerintah mendorong
percepatan penunuran stunting di Indonesia telah memberi hasil yang cukup baik SSGI
2021 yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan tidak hanya memberikan gambaran status gizi balita saja tetapi juga dapat
digunakan sebagai instrumen untuk monitoring dan evaluasi capaian indikator intervensi
spesifik maupun sensitif baik tingkat nasional maupun kabupaten/kota yang telah
dilakukan sejak 2019 dan hingga 2024. Masalah gizi lain terkait dengan stunting yang
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah anemia pada ibu hamil (48,9%),
Balita Wasting/Berat badan menurut tinggi badan (7,1%), balita dengan
underweight/berat badan menurut umur (17,0%), balita dengan overweigth/berat badan
menurut tinggi badan (3,8%) dan anemia pada balita.
Mengacu pada “The Conceptual Framework of the Determinants of Child
Undernutrition”6, “The Underlying Drivers of Malnutrition”7, dan “Faktor Penyebab
Masalah Gizi Konteks Indonesia”8 penyebab langsung masalah gizi pada anak termasuk
stunting adalah rendahnya asupan gizi dan status kesehatan. Penurunan stunting
1
Setwapres.(2018). Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting.
2
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standard Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
3
Setwapres.(2018). Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting
4
Kementerian Kesehatan (2018), Riset Kesehatan Dasar. Kemenkes : Jakarta
5
Kementerian Kesehatan (2019), Survei Status Gizi Balita Indonesi. Kemenkes : Jakarta
6
Unicef. (2013). Improving Child Nutrition, The Achievable Impreratif for Global Progress. Unicef : New York
7
International Food Policy Research Institute. (2006). From Promise to Impact Ending malnutrition by 2030. IFPRI: Washington
DC.
8
Bappenas. (2018). Rencana Aksi Nasional Dalam Rangka Penurunan Stunting. Rembuk Stunting : Jakarta.
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 3
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu
menitikberatkan pada penanganan penyebab masalah gizi, yaitu faktor yang berhubungan
dengan ketahanan pangan khususnya akses terhadap pangan bergizi (makanan),
lingkungan sosial yang terkait dengan praktik pemberian makanan bayi dan anak
(pengasuhan), akses terhadap pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan
(kesehatan), serta kesehatan lingkungan yangmeliputi tersedianya sarana air bersih dan
sanitasi (lingkungan). Keempat faktor tersebut mempengaruhi asupan gizi dan status
kesehatan ibu dan anak. Intervensi terhadap keempat faktor tersebut diharapkan dapat
mencegah masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi.
Pencegahan stunting memerlukan intervensi gizi yang terpadu, mencakup
intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif. Pengalaman global menunjukkan bahwa
penyelenggaraan intervensi yang terpadu untuk menyasar kelompok prioritas di lokasi
prioritas merupakan kunci keberhasilan perbaikan gizi dan tumbuh kembang anak, serta
pencegahan stunting.
Pada tahun 2021 Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) di Provinsi Maluku
Utara 27,5% anak menderita stunting, sedangkan untuk Kabupaten Pulau Taliabu dengan
prevalensi sebesar 35,2% balita menderita stunting, 13,5% balita wasting, 26,3% balita
underweight.
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang menyediakan pelayanan kesehatan menyeluruh untuk
mengawal 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Pelayanan yang ada di Posyandu
meliputi: pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan, pelayanan nifas,
pelayanan kesehatan bayi dan balita serta pemantauan tumbuh kembang, pelayanan
Keluarga Berancana, pemberian sumplemen gizi (vitamin A, Zat Besi Fe), pemberian
obat cacing, pelayanan vaksin imunisasi, Pelayanan Konseling (Gizi, KB, Imunisasi).
Kondisi strata Posyandu di Kabupaten Pulau Taliabu Tahun 2021 adalah sebagai berikut:
Strata Mandiri (0%), Strata Purnama 2 (2,73%), Strata Madya 69 (97,26%), Strata
Pratama 0 (0%) dari 73 posyandu yang tersebar di 71 desa.
Desa Siaga Aktif merupakan desa yang penduduknya dapat mengakses dengan
mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan kesehatan dasar yang
memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (PKD), Puskesmas
Pembantu, Puskesmas atau sarana kesehatan lainnya. Penduduknya mengembangkan
UKBM dan melaksanakan surveilans berbasis masyarakat seperti pemantauan penyakit,
KIA, gizi, lingkungan dan perilaku, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana,
serta penyehatan lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS)9. Kabupaten Pulau Taliabu memiliki 71 Desa akan tetapi semuanya
tidak mengaktifkan Desa, menjadi Desa Siaga.
Tujuan adanya Desa Siaga Aktif yaitu untuk mengembangkan kepedulian dan
kesiapsiagaan masyarakat desa dalam mencegah dan mengatasi masalah kesehatan,
bencana dan kegawat daruratan. Komponennya terdiri dari PKD, Forum Kesehatan Desa
(FKD), Gotong Royong, UKBM, Surveilan, Pembiayaan Kesehatan10.
Pembiayaan kesehatan yang dimaksud adalah pemanfaatan dana desa yang
dimanfaatkan untuk kegiatan UKBM maupun dana lain dari swasta, donator, maupun
mandiri. Pada Tahun 2021 pemanfaatan dana desa untuk UKBM sebesar 71 dari 71 Desa
(100%) yang ada di Kabupaten Pulau Taliabu, Kegiatan advokasi akan terus dilakukan
agar Pemerintah Desa juga memiliki peran dalam upaya pencegahan dan penanggulangan
stunting.
9
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No : 1529/Menkes/SK/X/2010 Tentang Pedoman Umum Pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
10
Ibid.
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 4
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu
BAB II
STRATEGI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU
11
Bappeda. (2021). Profil Kabupaten Pulau Taliabu. Bappeda: Pulau Taliabu
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 10
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu
0
2018 2019 2020 2021
1 1
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0 0
0
2018 2019 2020 2021
80
69
70
60
50
40
30
21
20
10
3
0
0
2018 2019 2020 2021
242
250
211
200
150
100
50
20
0
0
2018 2019 2020 2021
200
174
150
105
100
50
0
0
2018 2019 2020 2021
160 153
140 127
120
100
80
60 46
38
40
20
0
2018 2019 2020 2021
(APBD) Kabupaten, Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Bagi Hasil Cukai,
Pajak Rokok dan Biaya Operasional Kesehatan (BOK) Non Fisik.
b. Cakupan Pelayanan Kesehatan
1) Pelayanan Kesehatan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan pada ibu hamil. Cakupan
pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu
hamil (K1), untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai
standart paling sedikit enam kali (K6) dengan distribusi dua kali pada
trimester satu, 1 kali pada trimester dua dan 3 kali pada trimester 3.
Tujuan pelayanan antenatal adalah mengantarkan ibu hamil agar dapat
bersalin dengan sehat dan memperoleh bayi yang sehat, mendeteksi dan
mengantisipasi dini kelainan kehamilan, kelainan janin, dan komplikasi
kehamilan.
Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan
berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. Pelayanan Antenatal
terpadu yang berkualitas dan sesuai standar terdiri dari :
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b. Ukur tekanan darah
c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/LILA)
d. Ukur tinggi fundus uteri
e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
f. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus
toksoid (TT) bila diperlukan
g. Beri tablet tambah darah (Tablet besi)
h. Periksa laboratorium (rutin dan khusus) terdiri dari pemeriksaan
golongan darah, Kadar Hemoglobin (Hb), protein dalam urine, kadar
gula darah, malaria, sifilis, HIV dan BTA
i. Tatalaksana/penanganan kasus
j. Temu wicara (konseling) meliputi kesehatan ibu, perilaku hidup
bersih dan sehat, peran suami/keluarga dalam kehamilan dan
perencanaan persalinan, tanda bahaya kehamilan, persalinan dan
nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi, asupan gizi seimbang,
gejala penyakit menular dan tidak menular.
Dari sasaran ibu hamil 1308 orang, cakupan K1 pada tahun 2021 adalah
485 ( 37% ). Sedangkan cakupan K4 pada tahun 2011 adalah 453 ( 35%).
Gambar 9. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil K1 dan K4 tahun
2018-2021
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 16
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu
90
80
80
70
60 55
50 46 48
K1
40 37 35
33 33 K4
30
20
10
0
2018 2019 2020 2021
70 63 63 65 65
60
50
K1
40
Fe 1
30
20
10
0
2018 2019 2020 2021
60 55 55
50 48 48
40
34 34 35 35
30 Fe 3
K4
20
10
0
2018 2019 2020 2021
70 67
60
50
42
39 38
40
30
20
10
0
2018 2019 2020 2021
mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk
deteksi dini komplikasi pada ibu nifas, diperlukan pemantauan
pemeriksaan ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas sebanyak 3
(tiga) kali yaitu : 6 jam – 3 hari setelah persalinan, 4 – 28 hari setelah
persalinan, 29– 42 hari setelah persalinan.
Pelayanan kesehatan yang diberikan antara lain pelayanan Keluarga
Berencana (KB) pasca persalinan dan pemberian vitamin A 200.000 IU
sebanyak dua kali. Cakupan Kunjungan Nifas di Kabupaten Pulau Taliabu
Tahun 2018 – 2021 dapat dilihat pada Gambar berikut :
Gambar 13. Cakupan Kunjungan Nifas (KF Lengkap) Di Kabupaten
Pulau Taliabu
70
60
60
50
39
40
32
30 27
20
10
0
2018 2019 2020 2021
3000
2474
2500
2000
1500
928
1000
500 251
3 1 13 24 0 3
0
30
25
20
14
15
10 8
5
1
0
2018 2019 2020 2021
20
10
0
2018 2019 2020 2021
pada Tahun 2021 sebesar 55% dari sasaran balita 4635 yang mendapatkan
pelayanan kesehatan anak balita sejumlah 558 balita.
11) Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita
Pada tahun 2021, bayi usia 6-11 bulan mendapat vitamin A biru sebesar
8,23% dan usia 12-59 bulan sebesar 31,85%.
12) Cakupan Baduta Ditimbang
Di Kabupaten Pulau Taliabu tahun 2021, ada sebesar 65,4% anak baduta
ditimbang.
13) Imunisasi
Indonesia berkomitmen terhadap cakupan dan mutu pelayanan imunisasi
untuk menghindarkan terjadinya kejadian luar biasa PD3I (Penyakit yang
Dapat Dicegah Dengan Imunisasi).
Cakupan Imunisasi di Kabupaten Pulau Taliabu Tahun 2021 dengan
jumlah bayi baru lahir sebanyak 1226, surviving infant 1689. Untuk
cakupan berdasarkan jenis imunisasi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel. 3. Cakupan Imunisasi Kabupaten Pulau Tahun 2021
DPT/H DPT/H
BC Polio DPT/HB- Polio Polio Polio
No Puskesmas HBO
G 1 Hib (1) 2
B-Hib
3
B-Hib
4
IPV MR IDL
(2) (3)
1. Bobong 137 143 141 175 176 130 130 110 110 36 82 86
2. Nggele 22 42 42 57 58 46 46 40 40 39 28 23
3. Lede 146 99 99 118 124 120 121 121 121 115 133 132
4. Gela 4 80 86 72 50 47 38 36 34 41 49 12
5. Samuya 12 42 43 25 25 22 22 24 24 23 25 25
6. Losseng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7. Tabona 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8. Pencadu 16 24 24 24 24 13 13 7 7 3 3 3
Sumber : Bidang P2P Dinkes, 2021
5. Analisa Potensi Sumber daya Manusia
Kabupaten Pulau Taliabu memiliki kelompok potensial di masyarakat. Kelompok
tersebut terdiri dari kelompok keagamaan (Muslimat NU, Muhammadiyah, KNPI,
Pemuda Pancasila, KAHMI), pemuda karang taruna, posyandu remaja, posbindu,
posyandu lansia, Paguyuban Guru, Organisasi Profesi, PKK, dll. Kabupaten Pulau
Taliabu juga memiliki Perusahaan yang bisa saja mau untuk bekerjasama
mengatasi masalah kesehatan melalui program CSR nya, antara lain PT. Adidaya
Tangguh, PT. Sumberdaya Dian Mandiri dan PT. Bintani Megahindah.
6. Analisa Lingkungan
a. Upaya Kesehatan Lingkungan
Upaya penyehatan lingkungan bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan
hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan
untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan.
Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut adalah melaksanakan
pengawasan kualitas dan sanitasi dasar, pengawasan hygiene dan sanitasi
Tempat-Tempat Umum (TTU), dan pengawasan hygiene dan sanitasi Tempat
Pengolahan Makanan (TPM). Upaya penyehatan lingkungan diarahkan pada
peningkatan kualitas lingkungan, yaitu melalui kegiatan yang bersifat
promotif, preventif dan protektif. Adapun pelaksanaannya bersama sama
dengan masyarakat dan diharapkan secara epidemiologi akan mampu
memberikan kontribusi yang bermakna terhadap kesehatan masyarakat.
1) Rumah Sehat
Rumah Sehat adalah rumah yang memenuhi kriteria minimal: akses air
minum, akses jamban sehat, lantai, ventilasi, dan pencahayaan yang
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 22
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu
untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi meliputi 5 pilar yaitu tidak
buang air besar (BAB) sembarangan, mencuci tangan pakai sabun,
mengelola air minum dan makanan yang aman,mengelola sampah dengan
benar, mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman melalui
pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
Persentase desa melaksanakan STBM tahun 2021 sebesar 19%, sedangkan
2020 sebesar 17% dan Persentase desa SBS/ ODF 0%.
6) Tempat-Tempat Umum (TTU) Memenuhi Syarat
Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum bertujuan untuk mewujudkan
kondisi tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat
pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit serta
tidak menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat di sekitarnya.
Fasilitas Tempat-Tempat Umum di Kabupaten Pulau Taliabu yang
diperiksa pada tahun 2021 sejumlah 105 TTU yang terdiri dari sarana
pendidikan, sarana kesehatan, dan hotel. Dari 105 TTU tersebut, yang
memenuhi syarat kesehatan sejumlah 64 (61%).
7. Analisa Perilaku Kesehatan
a. Ibu Hamil
Ibu hamil mengalami anemia yang disebabkan antara lain karena: Tidak
mengonsumsi makanan bergizi seimbang, adanya mitos atau kepercayaan
yang dianut sehingga lebih memilih makanan tertentu untuk dikonsumsi,
Tidak mengetahui pentingnya minum TTD, Efek samping TTD membuat
mual dan sembelit, Tidak ada keluarga yang mengingatkan minum TTD,
Tidak mengikuti senam hamil selama 4 kali selama kehamilan dan Tidak
melakukan pemeriksaan kehamilan.
b. Ibu Menyusui
Sebagian besar ibu menyusui tidak memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan
karena ibu bekerja, kurangnya pengetahuan tentang masalah menyusui dan
ketika mengalami masalah menyusui ibu tidak tahu tempat konseling
menyusui. Pengetahuan tentang menyusui sebetulnya disampaikan tenaga
kesehatan saat kelas ibu hamil. Namun karena ibu bekerja jadi tidak dapat
mengikuti kelas ibu hamil secara rutin. Kurangnya dukungan dari pimpinan
tempat kerja dalam penyediaan ruang laktasi serta penambahan waktu
istirahat untuk memerah ASI juga berpengaruh terhadap keberhasilan
menyusui.
c. Ibu dengan Balita 0-59 bulan
Permasalahan pada ibu dengan balita 0-59 bulan adalah ibu tidak
memberikan MP-ASI yang tepat kepada balita dan ibu tidak membawa
balitanya ke Posyandu untuk memantau tumbuh kembang. MP-ASI yang
diberikan belum sesuai dengan kebutuhan gizi baduta. Kesalahan ini bisa
terjadi karena kurangnya pengetahuan ibu atau pengasuh dalam memberikan
MP-ASI atau karena keterbatasan waktu maupun kemampuan keluarga untuk
menyediakan MP-ASI.
d. Balita usia 0 – 59 bulan hendaknya dipantau tumbuh kembangnya secara rutin
oleh tenaga terlatih karena masa ini masih dalam masa emas pertumbuhan
anak. Jika terjadi kelainan tumbuh kembang di usia ini masih dapat diperbaiki
disbanding jika usianya telah lebih dari 59 bulan. Oleh karena itu penting
untuk membawa anak balita 0 – 59 bulan rutin datang ke Posyandu. Cakupan
partisipasi masyarakat ke Posyandu masih dibawah 50%, hal ini disebabkan
oleh adanya anggapan bahwa Posyandu tidak penting karena hanya datang
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 24
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu
ditimbang dan diberi PMT serta banyaknya ibu bekerja dan pengasuh tidak
mau membawa balita ke Posyandu.
e. Kader
Setiap Posyandu rata-rata memiliki 5 orang kader. Kader tersebut memiliki
tugas dan peran yang berbeda sesuai meja yang ada di Posyandu. Kualitas
pelayanan di Posyandu salah satunya dipengaruhi oleh pengetahuan dan
keterampilan kader dalam melaksanakan tugas dan perannya. Untuk itu
berbagai pelatihan dilakukan untuk meningkatkan kapasitas kader. Namun
pada kenyataanya, kader yang diikutsertakan dalam pelatihan hanya kader
tertentu yang dianggap paling mampu dibanding yang lain dan ternyata ketika
di Posyandu tidak disampaikan kepada kader lainnya.
f. Remaja Putri
Remaja putri yang sebagian besar masih berstatus sebagai pelajar atau
mahasiswa seharusnya dipersiapkan pengetahuan dan sikapnya untuk
mengahdapi kehamilan yang sehat. Namun yang terjadi saat ini para remaja
cenderung memiliki pola makan yang salah, tidak sarapan pagi, menjaga
bentuk tubuh dengan body image yang salah, kurangnya pengetahuan tentang
reproduksi sehat.
g. Masyarakat
Masyarakat di Kabupaten Pulau Taliabu belum sepenuhnya mengetahui
masalah stunting dan intervensi pencegahannya. Kebiasaan CTPS dan
kebersihan lingkungan belum membudaya di masyarakat. Masyarakat belum
sepenuhnya terlibat dalam upaya percepatan penurunan stunting,
keterlibatannya baru terbatas pada kader posyandu dan ormas tertentu.
Adanya Forum Kesehatan Desa (FKD) dalam sistem kesehatan desa siaga
diharapkan mampu meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam menemukan
masalah kesehatan dan mengatasi permasalahan kesehatan di wilayah desa
masing-masing.
h. Kegiatan yang dilakukan untuk pencegahan dan penanggulangan Stunting
melalui Desa Siaga yang telah dilakukan antara lain:
1) Pengawalan 1000 HPK oleh kader dan tenaga kesehatan, khususnya untuk
sasaran risiko tinggi.
2) Pertemuan penggerakan masyarakat untuk rembuk Stunting, terdiri dari
Pemerintah Desa, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Kader Kesehatan,
Tenaga Kesehatan, Kelompok Risiko Tinggi (Ibu Hamil, Ibu Menyusui,
Bayi, Balita).
3) Peningkatan kapasitas kader kesehatan tentang Pemberian Makan pada
Bayi dan Anak (PMBA), pemantauan Pertumbuhan, PHBS, STBM,
Imunisasi, SDIDTK, MTBSM, dll.
4) Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk Ibu Hamil KEK/ Anemia
dan Balita Gizi Buruk.
5) Pemberian PMT Penyuluhan di Posyandu, yang terdiri dari menu empat
bintang PMBA.
6) Penyediaan Jamban Sehat untuk Masyarakat tidak mampu.
7) Pendampingan, Kunjungan Rumah, Posyandu Balita BGM 2 T.
8) Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil dan Kelas Balita
i. Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan yang ada di Puskesmas atau Pos Kesehatan Desa kurang
optimal dalam melayani masyarakat karena keterbatasan jumlah tenaga.
Beberapa tenaga kesehatan merangkap beberapa program kegiatan. Namun
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 25
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu
Pesan Pendukung :
1. Mau Ibu Hamil Tetap Sehat,
Yaa Minum Tablet Tambah
Darah
2. Mau Tahu Masalah Kehamilan?
Ayoo, Ikut Kelas Ibu Hamil
3. Tidak Keren, kalau Tidak
Periksa Kehamilan Tepat
Waktu
4. Mau Anak Cantik? Sehat?
Tidak Stunting? Minum Tablet
tambah darah setiap hari yaa
5. Periksa kehamilan adalah
merawat generasi bangsa
6. Jangan tinggalkan generasi
lemah
7. Melahirkan di fasilitas
kesehatan
Ibu Pesan Kunci : Jodohnya Bayi Ya
Menyusui ASI.
Pesan Pendukung :
1. Ibu pintar adalah yang
membaca buku KIA
2. Berikan ASI, bukan susu sapi
3. Berikan ASI saja sampai bayi
berumur 6 bulan
Ibu dengan Pesan Kunci : MP ASI yang tepat
balita 0-23 dan Posyandu yang Rutin,
bulan mendukung anak sehat.
Pesan Pendukung :
1. Mau pantau tumbuh kembang
anak? Ayoo ke posyandu
2. MP-ASI 4 Bintang Gizi utama
Balita
3. Seng Asiik, kalo seng ka
Posyandu
Nakes Kerja keras, kerja Cerdas, Kerja
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 27
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu
Ikhlas
Kader Kader Pintar, masyarakat kuat,
balita sehat
Sasaran Wanita Pesan Kunci : kesehatanmu adalah
Sekunder Subur aset berharga keluarga
Pesan Penunjang :
1. Rencanakan Kehamilanmu
2. Sehatkan Reproduksimu
3. Gunakan kontrasepsi yang
aman
Remaja Pesan Kunci : Masa Depan yang
cemerlang ditunjang oleh
kesehatanmu sendiri,
Pesan Pendukung :
1. Saatnya remaja rencanakan
kesehatannya
2. Gizi yang beragam dan
seimbang dalam makanan baik
untuk tubuh
3. Kesehatan yang baik tercermin
dari kebahagian keluarga
4.
Sasaran Pengambil Pesan Kunci : ayooo Gabung kita
Tersier Kebijakan/ cegah Stunting secara paripurna
Keputusan
di Pesan Pendukung :
Kabupaten/ 1. Jangan biarkan ada remaja
Kecamatan/ taliabu yang tidak minum TTD
Desa, 2. Jangan biarkan Posyandu
Dunia Sunyi
Usaha, 3. Jangan anggap remah masalah
Media stunting
Massa 4. Gunakan pendekatan
komunikasi dan program
intervensi inovatif yang khas
dan relevan dengan
memperhatikan demografi
sosial, segmen ekonomi, adat
dan budaya masyarakat taliabu
5. Prioritaskan akses dan
ketersediaan sarana dan
prasarana yang mendukung
kegiatan cuci tangan pakai
sabun (CTPS) dengan air
mengalir, sebagai bagian dari
strategi menyeluruh
pencegahan stunting
6. Prioritaskan kegiatan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 28
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu
BAB III
RENCANA AKSI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU
A. Perencanaan
Kegiatan perencanaan yang dilakukan di Kabupaten Pulau Taliabu antara lain sebagai
berikut:
1. Melakukan analisa situasi kondisi stunting di wilayah, serta menetapkan akar
permasalahan, faktor penyebab dan faktor risiko.
2. Menyusun rencana kegiatan/ program komunikasi perubahan perilaku (disesuaikan
dengan tujuan khusus, alat dan saluran komunikasi, platform yang tersedia, indikator
capaian dari masing-masing kegiatan).
3. Menyusun pembagian peran dan tanggungjawab para pemangku kepentingan terkait
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
4. Menyusun rencana pemantauan dan evaluasi yang mengacu pada strategi komunikasi
perubahan perilaku nasional.
5. Menerbitkan regulasi lokal terkait implementasi komunikasi perubahan perilaku yang
mencantumkan strategi komunikasi perubahan perilaku sesuai dengan konteks lokal.
B. Pelaksanaan
1. Tingkat Kabupaten
Bappeda sebagai wakil ketua Tim pelaksana kegiatan percepatan penurunan Stunting
tingkat kabupaten yang melibatkan seluruh OPD yang terkait dengan pembagian
tugas masing-masing. Intervensi penurunan stunting terintegrasi melalui 8 (delapan)
aksi, yaitu:
a. Analisis Situasi Program Penurunan Stunting
b. Penyusunan Rencana Kegiatan
c. Rembuk Stunting
d. Peraturan Bupati tentang Peran Desa
e. Pembinaan Kader Pembangunan Manusia
f. Sistem Manajemen Data Stunting
g. Monitoring Evaluasi Pelaksanaan percepatan penurunan Stunting
h. Melakukan Publikasi Hasil Evaluasi
i. Review Kinerja Tahunan
Pada tahap perencanaan, konvergensi diarahkan pada upaya penajaman proses
perencanaan regular yang berbasis data dan informasi agar program dan kegiatan
yang disusun lebih tepat sasaran. Analisa situasi awal dan rembuk stunting dilakukan
untuk mengetahui kondisi stunting di wilayah Kabupaten, penyebab utama dan
identifikasi program/ kegiatan yang selama ini sudah dilakukan.
Pada tahap pelaksanaan, konvergensi diarahkan pada upaya untuk melaksanakan
intervensi gizi spesifik dan sensitiv secara bersama dan terpadu di lokasi yang telah
disepakati bersama, termasuk di dalamnya mendorong penggunaan dana desa untuk
percepatan pencegahan stunting dan mobilisasi Kader Pembangunan Manusia
(KPM). Seluruh OPD dan mitra terkait melaksanakan kegiatan konvergensi sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing.
2. Tingkat Kecamatan
Peran pemerintah kecamatan dalam percepatan penurunan stunting antara lain:
a. Melakukan koordinasi konvergensi penurunan stunting di tingkat kecamatan
dengan pembagian peran sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing unsur.
b. Memastikan terselenggaranya intervensi gizi sensitive maupun spesifik untuk
penurunan stunting di wilayahnya serta memastikan seluruh kepala desa untuk
mendukung kegiatan penurunan stunting melalui pemihakan dana desa.
c. Melaksanakan kegiatan yang direncanakan di tingkat Kabupaten.
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 31
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu
ALTERNATIF PENYELESAIAN
SASARAN MASALAH PENYEBAB MASALAH
MASALAH
Sasaran Ibu Hamil Ibu hamil tidak konsumsi Tablet 1. Malas meminum karena baunya amis, rasa 1. 10 tablet Fe/Ibu Hamil pada saat
Primer Tambah Darah (TTD) setiap hari mual, perih di lambung. pusling oleh tenaga kesehatan
2. Kurangnya komunikasi informasi dan edukasi 2. Ada pendampingan oleh tenaga
(KIE) cara minum TTD dengan benar. kesehatan
3. Tidak ada pengawas minum TTD 3. Melakukan penyuluhan manfaat
4. Stunting tidak hanya maslah mal nutrisi konsumsi TTD dan resiko jika
kekurangan zat besi pada ibu hamil.
Ibu hamil tidak ikut kelas ibu hamil 1. Ibu hamil sibuk bekerja 1. Edukasi dan kunjungan rumah
Ibu hamil tidak periksa kehamilan 1. Tidak mempunyai biaya dan akses ke pelayanan 1. Inovasi posyandu
kesehatan 2. Mengadakan tenaga bidan disetiap
2. Petugas kesehatan tidak merata desa.
3. Ibu hamil dapat memeriksakan
kehamilan di bidan desa dengan
Jampersal (Gratis)
Asupan gizi tidak seimbang 1. Keluarga penerima bantuan lebih memilih 1. Ibu hamil diberikan makanan
membeli beras ketimbang membeli telur tambahan
2. Pantang makan, takut bayi besar 2. Penyuluhan pentingnya gizi
3. Kurangnya kepedulian keluarga terhadap ibu seimbang pada ibu hamil dan
hamil pengaruh dukungan keluarga pada
4. Ibu hamil bekerja berat dan kurang istirahat ibu hamil selama kehamilan
Ibu menyusui Asupan gizi tidak seimbang 1. Pantang makan Edukasi gizi seimbang pada ibu menyusui
2. Porsi makan kurang takut gemuk sangat penting untuk pemenuhan gizi bayi
3. Ibu bekerja
4. Kurang istirahat
Tidak memberikan ASI Ekslusif 6 1. Ibu sibuk bekerja Penyuluhan tentang manfaat ASI dan
bulan pertama 2. Produksi ASI berkurang/tidak lancer tekhnik menyusui yang baik dan benar
3. Kurang pengetahuan tentang masalah menyusui
4. Tidak tahu tempat konseling menyusui
5. Anggapan memberikan susu formula lebih
praktis
Ibu dengan Bayi tidak IMD, tidak diberikan 1. Kurangnya pemahaman ibu/keluarga tentang Edukasi tentang ASI lebih ekonomis dan
balita 0-23 ASI Ekslusif pentingnya pemberian ASI (IMD dan ASI membantu proses pemulihan ibu setelah
bulan Ekslusif) melahirkan
2. Merasa gengsi jika anak tidak minum susu
formula
Pemberian MP-ASI yang tidak tepat 1. Ibu tidak tahu MP-ASI yang tepat kepada balita Penyuluhan PMBA dengan pangan local
2. Keterbatasan ekonomi keluarga untuk lebih membantu ekonomi keluarga
menyediakan MP ASI yang tepat
3. Ibu sibuk kerja dan tidak punya waktu untuk
menyiapkan MP-ASI
Ibu tidak membawa balita ke 1. Ibu bekerja dan pengasuh tidak membawa anak Edukasi ibu balita agar dapat memantau
posyandu ke posyandu pertumbuhan dan perkembangan anaknya
2. Posyandu dianggap tidak penting sejak dini di posyandu
3. Takut membawa anaknya ke posyandu
Imunisasi tidak lengkap 1. Orang tua takut efek panas dari imunisasi Konseling pada ibu balita efek dari vaksin
2. Kurangnya Pengetahuan orang tua tentang pada balita serta cara mengatasinya
imunisai
Pemantauan tumbuh kembang 1. Pemahaman yang kurang dari orang tua tentang Penyuluhan ibu balita, pentingnya deteksi
kurang optimal pemantauan tumbuh kembang anak secara dini, adanya kelainan pada pertumbuhan
berkala dan perkembangan pada balita
2. Malasnya orang tua ke posyandu
Anak 24-59 Tumbuh kembang anak tidak 1. Orang tua sudah mulai jarang membawa anak 1. Antar jemput sasaran dengan
bulan dipantau secara berkala (sudah datang ke posyandu setelah imunisasi lengkap ambulance ke posyandu
mulai jarang ke posyandu) 2. Sibuk bekerja 2. Penyuluhan pada ibu balita tentang
pemantauan tumbuh kembang
hingga usia 59 bulan
Pemebrian MP-ASI yang tidak tepat 1. Keterbatasan ekonomi keluarga 1. Kader memberikan informasi
2. Kurangnya pengetahuan tentang MP-ASI yang pelaksanaan posyandu
tepat 2. Penyuluhan PMBA dengan pangan
3. Sibuk bekerja lokal
Kurangnya kebersihan orang tua Sanitasi lingkungan yang kurang mendukung Dilakukan perubahan perilaku melalui
sehigga anak sakit (diare, demam, (perilaku dan sarana prasarana yang tidak pemicuan 5 pilar STBM
batuk pilek), sulit makan/porsi sehat/tidak cuci tangan, air bersih, buang air besar
makan tidak seimbang (BAB) sembarangan, sering pakai kobokan air
bersama.
Keluarga Buang air besar sembarangan 1. Sudah terbiasa BAB di tempat terbuka (sungai, Dilakukan kegiatan pemicuan untuk
(BABS) kebun, pekarangan, dll) merubah perilaku masyarakat serta
2. Merasa lebih nyaman BAB disungai dengan air memicu rasa malu, rasa jijik dan rasa
mengalir berdosa
3. Tidak ada rasa jijik, malu dan berdosa dalam
melakukan BABS
4. BABS dirasa lebih praktis karena tidak harus
membersihkan WC
5. Kotoran manusia tidak boleh ada dalam rumah
6. Tidak ada jamban sehat
7. Keterbatasan dalam membuat jamban sehat
Anggapan membuat jamban itu Membaut jamban itu mahal Melakukan koordinasi dengan pemdes dan
mahal dinas terkait
Tidak ada atau kurangnya akses air Akses air untuk BAB terbatas Melakukan koordinasi dengan pemdes dan
bersih dinas terkait
Tenaga Kurang optimalnya kerjasama lintas Kurangnya pemahaman bahwa penanggungjawab Melakukan lokmin bulanan
kesehatan program lintas program saling bersinergi
Belum optimalnya tenaga kesehatan Kurangnya sosialisasi dan advokasi Melakukan lokmin triwulan lintas sektor
dalam mengadvokasi dengan
pemegang kebijakan
Tugas merangkap, tugas tambahan Kurangnya jumlah tenaga kesehatan Penyediaan tenaga kesehatan
lebih banyak daripada tugas pokok
Kader Belum optimalnya peran kader Kurangnya sosialisasi, pengetahuan dan Pelatihan dan penyegaran kader
keterampilan tentang peran kader
Sasaran Wanita Usia Kurangnya akses ke fasilitas Kurangnya Pengetahuan tantang pentingnya Penyuluhan tentang kesehatan pada wanita
Sekunder Subur kesehatan kesehatan usia subur
Kehamilan diusia remaja 1. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan Edukasi resiko tinggi kehamilan pada usia
reproduksi remaja muda / remaja
2. Pernikahan usia muda
3. Perawan tua (mitos)
Tidak mengkonsumsi gizi seimbang 1. Diet yang tidak sehat Edukasi gizi seimbang dan risiko makan
2. Jajan yang sembaranagan tidak teratur
3. Pengetahuan dan informasi yang kurang
Remaja Remaja putri tidak minum TTD 1. Tidak minum TTD secara rutin Edukasi bahaya anemia pada remaja
2. Kurangnya informasi tentang TTD
3. Rasa mual saat minum TTD
Kurangnya pengetahuan tentang Adanya pernikahan di usia dini Edukasi pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi kesehatan reproduksi
Pemuka Belum berperan optimal Masih kurangnya informasi tentang Sosialisasi dan advokasi lintas sektor
masyarakat, peran/keterlibatan mereka dalam penuruanan tentang stunting
pemuka stunting
agama, Tidak ada kepedulian tentang 1. Kurangnya pengetahuan dan komitmen Edukasi tentang masalah di masyrakat/desa
jejaring sosial masalah kesehatan 2. Kurangnya kerjasama dengan jejaring social
untuk mengerakkan pemberdayaan masyarakat
Sasaran Pengambil Informasi yang kurang terkait Belum adanya kebijakan yang menjadi dasar Tersedia regulasi tentang stunting
Tersier Kebijakan terbitnya kebijakan program kegiatan
stunting
Stakeholder belum mengetahi Belum adanya diseminasi informasi terkait Sosialisasi tentang TTD
tentang pentingnya TTD untuk
mencegah anemia
Organisasi Ego sektoral 1. Pelaksanaan program belum terintegrasi sosialisasi
Perangkat 2. Kurangnya forum komunikasi antar OPD
Daerah 3. Belum optimalnya koordinasi antar OPD terkait
kebijakan
4. Konvergensi program percepatan penanganan
stunting belum optimal di OPD terkait
Dunia Usaha Kurangnya dukungan CSR untuk Belum adanya diseminasi informasi terkait Mou dengan perusahaan
program pembangunan SDM
Media Massa Belum optimalnya penggunaan 1. Kurangnya informasi yang diteriam jurnalis Kerjasama insan pers
media massa untuk 2. Kurangnya kemampuan tenaga kesehatan untuk
kampanye/promosi kesehatan melakukan publikasi melalui media massa
MATRIKS 2
ANALISIS SALURAN KOMUNIKASI
SALURAN
JENIS YANG ADA KENDALA SARAN YANG DIMINATI
KOMUNIKASI
Media Cetak Leaflet 1. Bahasa sulit dimengerti 1. Menyusun materi menggunkan bahasa local Media cetak dengan
masyarakat daerah 2. Uji coba media sebelum dicetak gambar animasi, drama/
2. Gambar kurang menarik 3. Pesan yang sederhana tapi mudah diingat film pendek, music,
3. Tulisan terlalu kecil 4. Tulisan disesuaikan agar mudah dibaca pengajian, hiburan rakyat
Poster Hanya dipasang pada puskesmas Dipasang juga pada tempat-tempat umum dan
tempat pelayanan public lainnya
Lembar Balik Halaman mudah sobek Membuat dengan kualitas lebih bagus
Stiker Jumlah terbatas Menghimbau pihak terkait untuk mencetak stiker
Spanduk Cepat rusak Dipasang ditampat yang tidak mudah rusak dan
dijangkau olah banyak orang
Media Audio Pemutaran Film Dikota peminatnya sedikit Kegiatan pemutaran film mengundang tokoh
dan Audio agama dan tokoh masyarakat dan diselingi dengan
Visual pemberian doorprize
Pembuatan film Kurangnya sarana untuk pembuatan Usulan pemenuhan alat : Camera, Tripod, lifting,
film laptop, handycam (Promkes Kit)
Media Portal berita online Pemda Jurnalis belum respon terhadap isu Adanya temu jurnalis dan temu media social
Broadcast stunting
WEB Dinas Kesehatan Belum adanya pengelola khusus Merekrut contributor untuk mengisi konten
Media sosial Belum rutinnya pengisian materi Membuat perencanaan media
videotrone Alatnya rusak Perbaikan dan peningkatan kualitas alat
Running text Belum ada di fasilitas pelayanan Pemenuhan alat di setiap fasilaitas pelayanan
masyarakat
Komunikasi Dharma Wanita, PKK, Kurangnya minat masyarakat untuk Memberikan doorprize
Antar Pribadi Kelompok Pengajian, datang saat penyuluhan
kelompok peduli
kesehatan
Saka Bhakti Husada Ada terbentuk Pembentukan SBH di tingkat Kabupaten hingga
Kecamatan
Konseling Baduta, PMBA, Waktu dan SDM kurang Peningkatan kapasitas petugas
ASI, Genre, PIK R
Penyuluhan kesehatan Kurangnya minat masyarakat untuk Memberikan doorprize dan membuat demonstrasi
datang
Kunjungan rumah Kurangnya tenaga kesehatan dan Membuat prioritas sasaran yang dikunjungi
kader
Kelas ibu hamil Waktu pelaksanaan bertabrakan Pengaturan jadwal
dengan waktu luang ibu
Kelas ibu balita Waktu pelaksanaan tidak sesuai Pengaturan jadwal
dengan waktu ibu
Pemicuan STBM Belum adanya kesadaran Dilakukan pemicuan
masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat
Kutbah agama Kesulitan pemberian materi Menghubungi organisasi keagamaan untuk
membuat naskah kutbah
MATRIKS 3
RENCANA AKSI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU
Sumber
Pendekatan Kelompok Saluran Bentuk Materi Indicator Alokasi Penanggung
Data/ Alat Frekuensi
Komunikasi Sasaran Komunikasi Kegiatan Komunikasi Capaian Angaran Jawab
Verifikasi
Advokasi Bupati, Rapat Pertemuan Remaja minum Munculnya DAU Jumlah DINKES 2 kali/
Kebijakan Kepala OPD, Koordinasi koordinasi tablet tambah regulasi terkait regulasi dan Tahun
TP PKK, Penanggulangan dengan darah percepatan MoU yang
Camat Kepala Stunting pembuat seminggu penanganan dibuat
Desa kebijakan sekali untuk stunting
secara rutin mencegah Adanya Mou
dan berjenjang anemia dengan
sekolah
Musrembang Audiensi Capaian tablet Munculnya APBD II Jumlah dan BAPPEDA 1 kali/ tahun
Kabupaten tambah darah intervensi jenis
di sekolah percepatan intervensi
penanganan yang masuk
stunting di dalam RPJM
RPJM tingkat
Kabupaten,
Kecamatan
dan Desa
Musrembang Audiensi Pemberian Munculnya APBD II Jumlah BAPPEDA 1 kali/ tahun
Kecamatan tablet tambah dukungan dari kegiatan
darah di sektor terkait musrembang
remaja putri 8 kali yang
dilakukan
Musrembang Pertemuan Analisis Alokasi dana APBD II Persentasi DPMD 1 kali/ tahun
Desa Koordinasi permasalahan desa untuk Dana Desa
stunting di penanganan untuk
Desa dan stunting di kegiatan
Intervensinya desa penanganan
stunting
Rembuk Pertemuan Pembagian Munculnya APBD II Jumlah BAPPEDA 1 kali/ tahun
Stunting Koordinasi tugas dan rencana aksi kecamatan
tangggung penanganan dan desa yang
jawab dalam stunting mempunyai
intervensi rencana aksi
stunting penanganan
stunting
Mobilisasi Tenaga Pertemuan Sosialisasi Pentingnya Dukungan APBD Lembaga DISPEN 2 kali/ tahun
Sosial dan Kesehatan, program 1000 HPK pelaksanaan dalam lokus
Komunikasi Guru TK, pendidikan dalam kegiatan Desa stunting
Perubahan Guru PAUD, keluarga pencegahan
Perilaku Tokoh stunting
Agama,
Tokoh
Masyarakat,
Masyarakat
Kampanye Remaja Kegiatan Lomba Remaja minum Meningkatnya APBD Jumlah video DINKES 1 kali/ tahun
Publik Kreatif Pembuatan tablet tambah jumlah promosi
Video Promosi darah masyarakat kesehatan
Kesehatan seminggu yang terpapar
sekali untuk informasi
cegah anemia
Lomba Desain Remaja minum Adanya media APBD Jumlah poster DINKES 1 kali/ tahun
Poster Bahaya tablet tambah poster yang di
Anemia bagi darah hasilkan
remaja seminggu
sekali untuk
cegah anemia
Lomba senam Wajib Meningkatnya APBD Jumlah DINKES 1 kali/ tahun
CTPS di melakukan jumlah sekolah dan
sekolah PAUD CTPS masyrakat institus yang
yang terpapar melaksanakan
CTPS
Ibu Hamil, Social media Posting konten Remaja minum Meningkatkan APBD Jumlah konten DISKOMINF 1 kali/ tahun
Ibu Balita, resmi milik di social media tablet tambah pengetahuan yang di O
Remaja, Pemda, DInkes, resmil milik darah tentang upload DINKES
WUS dll. Pemda, seminggu stunting
dinkes, dll. sekali
Komunikasi Ibu Hamil Kelas Ibu Hamil Penyuluhan Materi edukasi Meningkatnya APBD Jumlah ibu DINKES 2 kali/ tahun
Antar Pribadi kelompok : lembar balik, kepatuhan DANA hamil yang
Video, buku minum TTD DESA mengikuti
KIA Meningkatnya kelas ibu
cakupan ANC hamil
Ibu Balita Kelas Ibu Balita Penyuluhan Materi edukasi Menurunnya APBD Jumlah ibu DINKES 2 kali/ tahun
kelompok : lembar balik, balita dengan DAK NON balita yang
video, buku masalah gizi FISIK mengikuti
KIA, DANA kelas ibu
pemberian DESA balita
ASI, MP-ASI,
PMBA,
tumbuh
kembang anak,
pola asuh anak
Remaja Posyandu Penyuluhan Kesehatan Meningkatnya APBD Laporan PIK- P3A 4 kali/ tahun
Remaja dan kelompok reproduksi konselor R
PIK-R remaja, sebaya
pendidikan sex
pranikah
Tenaga Peningkatan Pelatihan Tanya jawab Adanya tenaga APBD Jumlah tenaga DINKES 1 kali/ tahun
Kesehatan Kapasitas komunikasi dan prakter kesehatan yang kesehatan
antar pribadi komunikasi terlatih dalam terlatih KAP
(KAP) antar pribadi kegiatan KAP
Kader Peningkatan Pelatihan Tanya jawab Adanya kader APBD Jumlah kader DINKES 1 kali/ tahun
kapasitas kader pemantauan dan praktek terlatif terlatih
pertumbuhan bertambah
dan PMBA
Ditetapkan di Bobong
ALIONG MUS