Anda di halaman 1dari 51

PERUBAHAN PERILAKU DALAM

PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING


DI KABUPATEN PULAU TALIABU

BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT


DINAS KESEHATAN KABUPATEN PULAU TALIABU
2022
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku iii
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. ii


Daftar Isi ......................................................................................................... iii
Daftar Lampiran ............................................................................................ iv
Daftar Tabel ................................................................................................... v
Daftar Gambar ............................................................................................... vi
Daftar Singkatan ............................................................................................ vii
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan dan Indikator Capaian .............................................................. 4
C. Landasan Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku ............................ 6
D. Dasar Hukum ....................................................................................... 7
BAB II. STRATEGI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU .......... 10
A. Analisis Situasi..................................................................................... 11
B. Menentukan Kelompok Sasaran .......................................................... 27
C. Menyusun Struktur Pesan Kunci ......................................................... 27
D. Mengembangkan Pendekatan Komunikasi .......................................... 30
E. Mengelola Saluran Komunikasi ........................................................... 30
BAB III. RENCANA AKSI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU 31
A. Perencanaan ......................................................................................... 32
B. Pelaksanaan .......................................................................................... 32
BAB IV. PEMANTAUAN DAN EVALUASI .............................................. 34
A. Pemantauan .......................................................................................... 35
B. Evaluasi ................................................................................................ 35
DAFTAR LAMPIRAN
Matriks 1. Masalah Perilaku dan Praktik
Matriks 2. Analisis Saluran Komunikasi
Matriks 3. Rencana Aksi Komunikasi Perubahan Perilaku
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku iv
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

DAFTAR LAMPIRAN

Matriks 1. Masalah Perilaku dan Praktik

Matriks 2. Analisis Saluran Komunikasi

Matriks 3. Rencana Aksi Komunikasi Perubahan Perilaku


Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku v
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Tujuan Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku .................. 4

2. Tabel 2. Jumlah Tenaga Kesehatan Tahun 2022 ................................. 16

3. Tabel 3. Cakupan Imunisasi Kabupaten Pulau Taliabu Tahun 2021 ... 23

4. Tabel 4. Pesan Kunci dan Pesan Pendukung ....................................... 28


Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku vi
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1. Peta Kabupaten Pulau Taliabu ........................................... 11


2. Gambar 2. Angka Kematian Bayi ........................................................ 12
3. Gambar 3. Angka Kematian Balita ...................................................... 13
4. Gambar 4. Angka Kematian Ibu .......................................................... 13
5. Gambar 5. Kasus Pneumonia ............................................................... 14
6. Gambar 6. Kasus Diare ........................................................................ 14
7. Gambar 7. Cakupan Tingkat Partisipasi .............................................. 15
8. Gambar 8. Persentase Balita Bawah Garis Merah ............................... 15
9. Gambar 9. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil K1 dan K4....... 18
10. Gambar 10. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan Fe1 .................... 18
11. Gambar 11. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 dan Tablet Fe3......... 19
12. Gambar 12. Cakupan Persalinan di Tenaga Kesehatan ....................... 19
13. Gambar 13. Cakupan Kunjungan Nifas (KF Lengkap) ....................... 20
14. Gambar 14. Persentase Peserta KB Aktif ............................................ 21
15. Gambar 15. Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus ................... 21
16. Gambar 16. Cakupan Kunjungan Neonatus ......................................... 22
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku vii
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

DAFTAR SINGKATAN

1. ANC : Ante Natal Care


2. AKABA : Angka Kematian Balita
3. AKB : Angka Kematian Bayi
4. AKI : Angka Kematian Ibu
5. BAB : Buang Air Besar
6. BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
7. BGM : Bawah Garis Merah
8. BKB Emas : Bina Keluarga Balita Eliminasi Masalah Anak Stunting
9. BPNT : Bantuan Pangan Non Tunai
10. CTPS : Cuci Tangan Pakai Sabun
11. Fe : Ferus
12. FKD : Forum Kesehatan Desa
13. HPK : Hari Pertama Kehidupan
14. IMD : Inisiasi Menyusui Dini
15. KAP : Komunikasi Antar Pribadi
16. KB : Keluarga Berencana
17. KEK : Kurang Energi Kronis
18. KN : Kunjungan Neonatus
19. MP-ASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu
20. ODF : Open Defecation Free
21. PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehata
22. PIK-R : Pusat Informasi dan Konseling Remaja
23. PMBA : Pemberian Makan Untuk Bayi dan Anak
24. SDM : Sumber Daya Manusia
25. STBM : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
26. TTD : Tablet Tambah Darah
27. TT : Tetanus Toxoid
28. UCI : Universal Child Immunization
29. WUS : Wanita Usia Subur
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 1
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 2
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan anak tidak hanya dilihat dari berat badan, tetapi juga tinggi.
Pasalnya, tinggi badan anak adalah salah satu faktor yang menandai stunting dan menjadi
penanda apakah nutrisi anak sudah tercukupi atau belum. Stunting atau sering disebut
pendek adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis dan stimulasi
psikososial serta paparan infeksi berulang terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia dua tahun1. Anak tergolong stunting apabila
panjang atau tinggi badannya berada di bawah minus dua standar deviasi (-2SD) anak
seusianya2.
Pemerintah Indonesia di era RPJMN 2020-2024 ini memang menempatkan
peningkatan kualitas manusia Indonesia sebagai misi utama. Untuk meningkatkan
kualitas daya saing sumber daya manusianya, maka pemerintah Indonesia membuat
percepatan penurunan stunting sebagai salah satu major project3.
Prevalensi stunting dalam 10 tahun terakhir menunjukkan bahwa stunting
merupakan salah satu masalah gizi terbesar pada balita di Indonesia. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan 30,8% balita stunting4, pada tahun 2019
hasil SSGBI menunjukkan 27,7% balita menderita stunting5. Pada tahun 2021,
Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Biro Pusat Statistik (BPS) dengan dukungan
Tim Percepatan Anak Kerdil (Stunting) Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia
melakukan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) dengan mengumpulkan data di 34
Provinsi dan 514 kabupaten/kota dengan jumlah blok sensus (BS) sebanyak 14.889 Blok
Sensus (BS) dan 153.228 balita. Berdasarkan hasil SSGI tahun 2021 angka stunting
secara nasional mengalami penurunan sebesar 1,6% per tahun dari 27,7% tahun 2019
menjadi 24,4% tahun 2021. Hampir sebagian besar dari 34 provinsi menunjukkan
penuruanan dibandingkan tahun 2019 dan hanya 5 provinsi yang menunjukkan kenaikan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa implementasi dan kebijakan pemerintah mendorong
percepatan penunuran stunting di Indonesia telah memberi hasil yang cukup baik SSGI
2021 yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan tidak hanya memberikan gambaran status gizi balita saja tetapi juga dapat
digunakan sebagai instrumen untuk monitoring dan evaluasi capaian indikator intervensi
spesifik maupun sensitif baik tingkat nasional maupun kabupaten/kota yang telah
dilakukan sejak 2019 dan hingga 2024. Masalah gizi lain terkait dengan stunting yang
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah anemia pada ibu hamil (48,9%),
Balita Wasting/Berat badan menurut tinggi badan (7,1%), balita dengan
underweight/berat badan menurut umur (17,0%), balita dengan overweigth/berat badan
menurut tinggi badan (3,8%) dan anemia pada balita.
Mengacu pada “The Conceptual Framework of the Determinants of Child
Undernutrition”6, “The Underlying Drivers of Malnutrition”7, dan “Faktor Penyebab
Masalah Gizi Konteks Indonesia”8 penyebab langsung masalah gizi pada anak termasuk
stunting adalah rendahnya asupan gizi dan status kesehatan. Penurunan stunting
1
Setwapres.(2018). Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting.
2
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standard Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
3
Setwapres.(2018). Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting
4
Kementerian Kesehatan (2018), Riset Kesehatan Dasar. Kemenkes : Jakarta
5
Kementerian Kesehatan (2019), Survei Status Gizi Balita Indonesi. Kemenkes : Jakarta
6
Unicef. (2013). Improving Child Nutrition, The Achievable Impreratif for Global Progress. Unicef : New York
7
International Food Policy Research Institute. (2006). From Promise to Impact Ending malnutrition by 2030. IFPRI: Washington
DC.
8
Bappenas. (2018). Rencana Aksi Nasional Dalam Rangka Penurunan Stunting. Rembuk Stunting : Jakarta.
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 3
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

menitikberatkan pada penanganan penyebab masalah gizi, yaitu faktor yang berhubungan
dengan ketahanan pangan khususnya akses terhadap pangan bergizi (makanan),
lingkungan sosial yang terkait dengan praktik pemberian makanan bayi dan anak
(pengasuhan), akses terhadap pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan
(kesehatan), serta kesehatan lingkungan yangmeliputi tersedianya sarana air bersih dan
sanitasi (lingkungan). Keempat faktor tersebut mempengaruhi asupan gizi dan status
kesehatan ibu dan anak. Intervensi terhadap keempat faktor tersebut diharapkan dapat
mencegah masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi.
Pencegahan stunting memerlukan intervensi gizi yang terpadu, mencakup
intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif. Pengalaman global menunjukkan bahwa
penyelenggaraan intervensi yang terpadu untuk menyasar kelompok prioritas di lokasi
prioritas merupakan kunci keberhasilan perbaikan gizi dan tumbuh kembang anak, serta
pencegahan stunting.
Pada tahun 2021 Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) di Provinsi Maluku
Utara 27,5% anak menderita stunting, sedangkan untuk Kabupaten Pulau Taliabu dengan
prevalensi sebesar 35,2% balita menderita stunting, 13,5% balita wasting, 26,3% balita
underweight.
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang menyediakan pelayanan kesehatan menyeluruh untuk
mengawal 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Pelayanan yang ada di Posyandu
meliputi: pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan, pelayanan nifas,
pelayanan kesehatan bayi dan balita serta pemantauan tumbuh kembang, pelayanan
Keluarga Berancana, pemberian sumplemen gizi (vitamin A, Zat Besi Fe), pemberian
obat cacing, pelayanan vaksin imunisasi, Pelayanan Konseling (Gizi, KB, Imunisasi).
Kondisi strata Posyandu di Kabupaten Pulau Taliabu Tahun 2021 adalah sebagai berikut:
Strata Mandiri (0%), Strata Purnama 2 (2,73%), Strata Madya 69 (97,26%), Strata
Pratama 0 (0%) dari 73 posyandu yang tersebar di 71 desa.
Desa Siaga Aktif merupakan desa yang penduduknya dapat mengakses dengan
mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan kesehatan dasar yang
memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (PKD), Puskesmas
Pembantu, Puskesmas atau sarana kesehatan lainnya. Penduduknya mengembangkan
UKBM dan melaksanakan surveilans berbasis masyarakat seperti pemantauan penyakit,
KIA, gizi, lingkungan dan perilaku, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana,
serta penyehatan lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS)9. Kabupaten Pulau Taliabu memiliki 71 Desa akan tetapi semuanya
tidak mengaktifkan Desa, menjadi Desa Siaga.
Tujuan adanya Desa Siaga Aktif yaitu untuk mengembangkan kepedulian dan
kesiapsiagaan masyarakat desa dalam mencegah dan mengatasi masalah kesehatan,
bencana dan kegawat daruratan. Komponennya terdiri dari PKD, Forum Kesehatan Desa
(FKD), Gotong Royong, UKBM, Surveilan, Pembiayaan Kesehatan10.
Pembiayaan kesehatan yang dimaksud adalah pemanfaatan dana desa yang
dimanfaatkan untuk kegiatan UKBM maupun dana lain dari swasta, donator, maupun
mandiri. Pada Tahun 2021 pemanfaatan dana desa untuk UKBM sebesar 71 dari 71 Desa
(100%) yang ada di Kabupaten Pulau Taliabu, Kegiatan advokasi akan terus dilakukan
agar Pemerintah Desa juga memiliki peran dalam upaya pencegahan dan penanggulangan
stunting.
9
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No : 1529/Menkes/SK/X/2010 Tentang Pedoman Umum Pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
10
Ibid.
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 4
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

Dengan mengacu kepada kondisi yang telah dipaparkan di atas, diperlukan


Pedoman Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Kabupaten Pulau Taliabu yang
terpadu agar terjadi pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing pemangku
kepentingan untuk mendukung komunikasi perubahan perilaku pencegahan stunting.
Kombinasi elemen advokasi kebijakan, kampanye, Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dan
mobilisasi sosial akan saling melengkapi dan meneguhkan untuk memperkuat proses
pengambilan keputusan, koordinasi, kualitas dan akuntabilitas program yang akan
diimplementasikan.
B. Tujuan dan Indikator Capaian
Mengacu pada Pedoman Nasional Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku
Percepatan Pencegahan Stunting, maka Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku
Percepatan Pencegahan Stunting Kabupaten Pulau Taliabu memiliki tujuan umum dan
tujuan khusus, yaitu:
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran publik dan mengubah perilaku kunci untuk mencegah
stunting melalui strategi komunikasi perubahan perilaku yang komprehensif di
Kabupaten Pulau Taliabu.
2. Tujuan Khusus
Tabel 1. Tujuan Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan
Stunting Kabupaten Pulau Taliabu
No Tujuan Khusus Target Indikator
1. Terlaksananya peningkatan Sebanyak 100% tenaga kesehatan di
kapasitas Komunikasi Antar puskesmas mendapat pelatihan/orientasi
Pribadi bagi tenaga kesehatan komunikasi antar pribadi (utamanya
(Bidan, Perawat, Petugas Gizi, bidan, perawat, petugas gizi, petugas
Petugas Promkes, Petugas promosi kesehatan, petugas sanitasi) pada
Sanitasi/Kesehatan Lingkungan tahun 2024
2. Terlaksananya peningkatan Sebanyak 100% kader posyandu
kapasitas komunikasi mendapatkan orientasi komunikasi
antarpribadi bagi kader antarpribadi pada tahun 2024
posyandu di area intervensi
3. Terjadinya peningkatan Sebanyak 100% sasaran ibu hamil,
perubahan perilaku dalam rumah tangga sehat, bayi, balita, baduta,
upaya pencegahan stunting remaja putri ibu hamil KEK, dan rumah
pada semua kelompok tangga miskin terjadi peningkatan dalam
sasaran perubahan perilaku pencegahan
stunting.
4. Terlaksananya kampanye Kabupaten melaksanakan 100%
terkait Stunting Desa Lokus kampanye pencegahan stunting sesuai
Stunting Kabupaten Pulau strategi komunikasi perubahan perilaku
Taliabu pencegahan stunting baik tingkat
kabupaten, kecamatan maupun desa.
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 5
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

C. Landasan Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan Penurunan


Stunting
Strategi komunikasi perubahan perilaku percepatan pencegahan stunting di
Kabupaten Pulau Taliabu mengacu kepada Pedoman Nasional Strategi Komunikasi
Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan Stunting sebagai berikut:
1. Kampanye perubahan perilaku bagi masyarakat umum yang konsisten dan
berkelanjutan, dengan memastikan pengembangan pesan, pemilihan saluran
komunikasi, dan pengukuran dampak komunikasi yang efektif, efisien, tepat sasaran,
konsisten, dan berkelanjutan. Di samping itu, kampanye yang dilakukan akan
dilaksanakan/ dilakukan dengan mempertimbangkan nilai-nilai budaya lokal
(kontekstual).
2. Komunikasi antarpribadi sesuai konteks sasaran, dengan memastikan pengembangan
pesan sesuai dengan kebutuhan kelompok sasaran seperti Posyandu, kunjungan
rumah, konseling pernikahan, konseling reproduksi remaja, dan sebagainya dengan
mempertimbangkan konteks lokal.
3. Advokasi berkelanjutan kepada pengambil keputusan, dengan memastikan
terselenggaranya penjangkauan yang sistematis terhadap para pengambil keputusan
di antaranya adalah Kepala Daerah, Sekretaris Daerah, Pimpinan Organisasi
Perangkat Daerah, Kantor Kemenag, TP-PKK, Ormas keagamaan, organisasi profesi,
institusi perusahaan, fasilitas pelayanan kesehatan, Camat, Kepala Desa untuk
mendukung percepatan pencegahan stunting melalui penyediaan alat bantu, dan
pengembangan kapasitas penyelenggara kampanye dan komunikasi perubahan
perilaku.
4. Pengembangan kapasitas pengelola program, dengan memberikan pengetahuan dan
pelatihan bagi penyelenggara kampanye dan komunikasi perubahan perilaku yang
efektif dan efisien kepada petugas kesehatan, petugas non kesehatan terkait, tokoh
masyarakat, kader kesehatan, kader pembangunan manusia, lembaga swadaya
masyarakat atau organisasi kemasyarakatan dengan mempertimbangkan konteks
lokal.
Dokumen Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan Penurunan
Stunting ini disusun untuk memberikan arahan dan panduan kepada para pemangku
kepentingan untuk melakukan implementasi percepatan penurunan stunting di seluruh
wilayah Kabupaten Pulau Taliabu yang menjadi area prioritas percepatan penurunan
stunting.
Secara rinci, dokumen ini menjelaskan tentang target penerima dan penyampain
pesan terkait perubahan perilaku, dan elemen-elemen teknis lainnya seperti platform yang
dapat dipakai untuk melakukan komunikasi antarpribadi, pilihan kanal komunikasi yang
dapat digunakan untuk setiap kelompok sasaran, usulan kegiatan untuk
mengimplementasikan komunikasi antarpribadi, kampanye, dan advokasi kebijakan dan
gambaran indikator capaian dari seluruh kegiatan tersebut.
D. Dasar Hukum
Berikut adalah beberapa landasan hukum yang mendasari Pedoman Nasional
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan Stunting:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025.
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 6
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup.
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
6. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pembentukan Kabupaten Pulau
Taliabu di Provinsi Maluku Utara
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal.
8. Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
9. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi.
10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan
Penurunan Stunting.
11. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(Germas).
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2014 tentang
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 tahun 2014 tentang Pemantauan
Pertumbuhan, Perkembangan dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak.
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2019 tentang
Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang
Kesehatan.
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2269/Menkes/Per/XI/2011 tahun 2011 tentang
Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
18. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 585/Menkes/SK/V/2007
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas.
19. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/577/2018 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Stunting
Kementerian Kesehatan.
20. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Nomor 188/Menkes/PB/1/2011 dan Menteri
Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa
Rokok.
21. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64
Tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah.
22. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Pedoman Umum Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 2018
tentang Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
24. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 tahun 2014 tentang Pemantauan
Pertumbuhan, Perkembangan dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak.
25. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 88 tahun 2014 tentang Standar Tablet Tambah
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 7
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

Darah bagi Wanita Usia Subur dan Ibu Hamil.


26. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi
Seimbang;
27. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 29 tahun 2019 tentang Penanggulangan
Masalah Gizi Bagi Anak Akibat penyakit.
28. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/319/2020 tentang
Lokus Kegiatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi Tahun
2021.
29. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2014 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
Pangan.
30. Peraturan pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif.
31. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Umum Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
32. Peraturan Daerah Kabupaten Pulau Taliabu Nomor 4 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Pulau Taliabu
Sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pulau Taliabu
Nomor 2 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Pulau
Taliabu Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kabupaten Pulau Taliabu.
33. Peraturan Bupati Pulau Taliabu Nomor 12 Tahun 2021 tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat di Kabupaten Pulau Taliabu.
34. Peraturan Bupati Pulau Taliabu Nomor 11 Tahun 2021 tentang Kawasan Tanpa
Rokok di Kabupaten Pulau Taliabu
35. Keputusan Bupati Kabupaten Pulau Taliabu Nomor 82 Tahun 2021 tentang
Penetapan Kepesertaan Masyarakat Miskin Program Jaminan Kesehatan Daerah
Kabupaten Pulau Taliabu Tahun 2022.
36. Keputusan Bupati Pulau Taliabu Nomor 63 tahun 2021 tentang Penetapan Desa
Lokus Prioritas Pencegahan dan Penanganan Stunting Terintegrasi Kabupaten
Pulau Taliabu Tahun 2022.
37. Keputusan Bupati Pulau Taliabu Nomor 57 Tahun 2022 tentang Tim Percepatan
Penurunan Stunting Kebupaten Pulau Taliabu Tahun 2022
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 8
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 9
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

BAB II
STRATEGI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU

Elemen-elemen penting untuk menyusun strategi komunikasi perubahan perilaku di


Kabupaten Pulau Taliabu meliputi:
A. Analisis situasi;
B. Kelompok sasaran;
C. Stuktur dan dimensi pesan kunci;
D. Pendekatan komunikasi yang diperlukan;
E. Pengelolaan saluran komunikasi, dan
F. Desa materi komunikasi.
Berikut adalah enam elemen penting yang telah diidentifikasi dalam pengembangan
strategi komunikasi perubahan perilaku tersebut.
A. Analisis Situasi
1. Analisa Kependudukan
a. Keadaan Geografi
Gambar 1. Peta Kabupaten Pulau Taliabu

Kabupaten Pulau Taliabu adalah salah satu kabupaten di Provinsi Maluku


Utara, Indonesia. Pulau Taliabu merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten
Kepulauan Sula yang disahkan dalam sidang Paripurna DPR RI pada 14
Desember 2012 di gedung DPR RI tentang Rancangan UU Daerah Otonomi
Baru (DOB). Kabupaten Pulau Taliabu berpenduduk 60.102 jiwa (2021)
dengan luas wilayah 2.985.75 Km² serta berkarakter wilayah Kepulauan-
Berbukit. Jumlah Desa 71 yang tersebar di 8 Kecamatan, terdiri dari
Kecamatan Taliabu Barat, Kecamatan Taliabu Barat Laut, Kecamatan Lede,
Kecamatan Taliabu Utara, Kecamatan Taliabu Timur, Kecamatan Taliabu
Timur Selatan, Kecamatan Tabona dan Kecamatan Taliabu Selatan. Batas-
batas wilayah Kabupaten Pulau Taliabu adalah Sebelah Utara Laut Maluku,
Timur Selatan Capalulu dan Kepulauan Sula, Selatan Laut Banda dan Barat
Kabupaten Banggai Laut11.
Penduduk yang menetap di Pulau Taliabu terdiri dari penduduk asli Taliabu
yang terdiri atas suku Mange, suku Kadai, suku Siboyo, dan suku Panto yang
diklasifikasikan berdasarkan bahasa yang digunakan, wilayah menetap, serta

11
Bappeda. (2021). Profil Kabupaten Pulau Taliabu. Bappeda: Pulau Taliabu
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 10
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

orientasi mata pencaharian, dsb. Sementara untuk penduduk pendatang yang


berasal dari luar Pulau Taliabu, yaitu suku Buton, suku Ambon, suku
Banggai, suku Bugis-Makassar, dan suku Jawa. Kendati penduduk Taliabu
terdiri dari berbagai suku dengan latar belakang budaya yang berbeda namun
kehidupan sosial masyarakat tidak pernah mengalami kesenjangan sosial
apalagi konflik sosial. Hal ini diayomi oleh kearifan lokal masyarakat Pulau
Taliabu yang dikenal dengan Mangkalomu atau kumpul bersama untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan yang didasari dengan Dadi Sia Kito
Mangkoyong yang artinya bersatu untuk maju. Filosofi kehidupan masyarakat
yang damai ini dijadikan moto oleh pemerintah Kabupaten Pulau Taliabu
dengan istilah Hamungsia Sia Dufu yang berarti Bersama dan Bersatu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik kabupaten Pulau Taliabu tahun 2019
mencatat bahwa agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat di
wilayah ini adalah Islam dengan persentase 75,16%. Kemudian, sebahagian
lagi memeluk agama Kristen dengan persentasi 24,84%,
dimana Protestan sebanyak 18,98% dan Katolik 5,86%. Dan sebagian kecil
lagi memeluk agama Hindu atau juga aliran kepercayaan asli masyarakat
Taliabu.
2. Analisa Status Kesehatan
a. Angka Kematian
1) Angka Kematian Bayi
Angka kematian bayi Kabupaten Pulau Taliabu pada tahun 2021 yaitu 12
kasus. Jumlah absolut kematian bayi adalah 12 dari 566 kelahiran hidup.
Di kabupaten Pulau Taliabu sebanyak 12 kematian bayi berada pada
rentan umur 0-6 hari (perinatal), 0 kematian bayi berada pada rentan umur
7-28 hari (neonatal) dan 0 kematian bayi berada pada rentan 29 hari-11
bulan. Angka kematian bayi di kabupaten pulau taliabu tahun 2018-2021
dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2. Angka Kematian Bayi Kabupaten Pulau Taliabu Tahun 2018-
2021
14 13
12
12 11
10
10

0
2018 2019 2020 2021

Sumber : Seksi Kesga & Gizi Dinkes, 2021


2) Angka Kematian Anak Balita
Angka kematian balita di kabupaten pulau taliabu tahun 2021 sebesar
0/1000 kelahiran hidup, dimana terdapat 1 kematian balita dari jumlah
populasi balita sebanyak 5734.
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 11
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

Gambar 3. Angka kematian balita kabupaten pulau taliabu tahun 2018-


2021
1.2

1 1
1

0.8

0.6

0.4

0.2

0 0
0
2018 2019 2020 2021

Sumber : Seksi Kesga & Gizi Dinkes, 2021


3) Angka Kematian Ibu
Angka Kematian ibu menggambarkan permasalahan status ibu hamil, ibu
melahirkan dan ibu nifas. Untuk lebih mengetahui tingkat perkembangan
jumlah kematian ibu di kabupaten pulau taliabu dari tahun 2018 – 2021
dapat dilihat pada grafik berikut :
Gambar 4. Angka kematian ibu kabupaten pulau taliabu tahun 2018-2021
10
9
9
8
7
6
6
5
4 4
4
3
2
1
0
2018 2019 2020 2021

Sumber : Seksi Kesga & Gizi Dinkes, 2021


b. Angka Kesakitan
1) Kasus Pneumonia pada balita
Pada tahun 2021 jumlah kasus pneumonia pada anak balita sejumlah 3
kasus. Gambaran kasus pneumonia di kabupaten pulau taliabu dari tahun
2018-2021 dapat dilihat di gambar berikut :
Gambar 5. Kasus Pneumonia pada balita kabupaten pulau taliabu tahun
2018-2021
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 12
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

80
69
70

60

50

40

30
21
20

10
3
0
0
2018 2019 2020 2021

Sumber : Bidang P2, Dinkes, 2021


2) Kasus Penyakit Diare
Kasus penyakit diare sampai saat ini masih masuk 10 besar penyakit yang
ada di kabupaten pulau taliabu. Pada tahun 2021 kasus diare pada semua
umur sebanyak 20 kasus dan tahun 2020 sebanyak 211 kasus. Secara
persentase jumlah penderita diare yang berkunjung di puskesmas
mencapai 5.99%. kondisi demikian dapat dilihat digambar berikut :
Gambar 6. Kasus Diare kabupaten pulau taliabu tahun 2018-2021
300

242
250
211
200

150

100

50
20
0
0
2018 2019 2020 2021

Sumber : Bidang P2, Dinkes, 2021


3. Keadaan Gizi
Kabupaten Pulau Taliabu yang terdiri dari 71 Desa memiliki anak dengan stunting
di Kabupaten Pulau Taliabu 261 anak atau 28,9% dari total jumlah anak di
Kabupaten Pulau Taliabu.
Situasi gizi masyarakat saat ini dengan adanya sosialisasi tentang Stunting dapat
dilihat dari beberapa indikator, antara lain tingkat partisipasi masyarakat. Tingkat
partisipasi masyarakat adalah jumlah balita yang datang dan ditimbang dibagi
jumlah semua balita yang ada di wilayah Kabuputen Pulau Taliabu (D/S).
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 13
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

Gambar 7. Cakupan Tingkat Partisipasi Masyarakat tahun 2018-2021


300
261
250

200
174

150
105
100

50

0
0
2018 2019 2020 2021

Sumber : Seksi Kesga & Gizi Dinkes, 2021


Jumlah balita yang datang dan ditimbang ada 412 balita laki-laki dan 490 balita
perempuan, sedangkan jumlah semua balita di Pulau Taliabu ada 5349 anak,
sehingga tingkat partisipasi masyarakat sebesar 16,8%. Target D/S tahun 2021
sebesar 16,8%, artinya capaian tahun ini masih di bawah target. Jumlah balita di
timbang merupakan gambaran dari keterlibatan masyarakat dalam mendukung
kegiatan pemantauan pertumbuhan di posyandu.
Dari semua balita yang ada, yang mengalami BGM (bawah garis merah) di akhir
tahun 2021 sebanyak 16%. Terdapat 153 anak terdiri dari 65 anak laki-laki dan 88
anak perempuan.
Berikut trend jumlah balita bawah garis merah dalam 4 tahun terakhir. Dari tahun
2018 - 2021.
Gambar 8. Persentase Balita Bawah Garis Merah balita kabupaten pulau taliabu
tahun 2018-2021
180

160 153

140 127
120

100

80

60 46
38
40

20

0
2018 2019 2020 2021

Sumber : Seksi Kesga & Gizi Dinkes, 2021


a. Persentase Bayi Berat Badan Lahir Rendah
Persentase Bayi Berat Lahir Rendah di Kabupaten Pulau Taliabu pada Tahun
2020 sebanyak 7,7% dan tahun 2021 sebanyak 8,3%. Persentase BBLR
tertinggi ada di Puskesmas Lede Kecamatan Lede.
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 14
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

4. Analisa Pelayanan dan Upaya Kesehatan


a. Situasi Sumberdaya Kesehatan
1) Tenaga Kesehatan
Dalam Undang–Undang No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
dikelompokkan ke dalam tenaga medis, tenaga psikologi klinik, tenaga
keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan
masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian
fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan
tradisional dan tenaga kesehatan lain. Berikut daftar tenaga kesehatan di
kabupaten pulau taliabu :
Tabel 2. Jumlah tenaga kesehatan tahun 2022
Jumlah
No Jenis Tenaga L P Total
PNS PTT PNS PTT
1. Dokter Spesialis 0 1 0 1 2
2. Dokter Umum 4 2 3 1 10
3. Dokter Gigi 0 0 1 1 2
4. Bidan D4 0 0 1 2 3
5. Bidan D3 0 0 31 101 132
6. Perawat 24 3 61 12 100
7. Perawat S.Kep 0 2 1 10 13
8. Perawat Ners 10 3 20 23 56
9. Perawat Gigi 0 0 0 1 1
10. Farmasi D3 0 0 1 0 1
11. Farmasi S1 1 0 1 8 10
12. Apoteker 3 0 13 2 18
13. Kesehatan Masyarakat 6 5 19 42 72
14. Kesehatan Lingkungan 0 0 1 2 3
15. Gizi 1 1 5 1 8
16. Analisis Kesehatan 0 1 0 4 5
Total 49 18 158 210 435
Sumber : Kepegawaian Dinkes, 2021
2) Sarana Kesehatan
Ketersedian sarana kesehatan merupakan komponen yang penting dalam
sumber daya kesehatan. Sarana kesehatan harus memadai, baik dalam
jumlah maupun kualitas bangunan yang merupakan unit sarana pelayanan
kesehatan yang bermutu, baik bangunan utama, sarana pendukung maupun
sanitasi lingkungannya. Unit pelayanan kesehatan terdiri dari Puskesmas
Pembantu (Pustu) 18 buah, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) 9
buah ( 0 rawat inap, 9 non rawat inap), Rumah Sakit Umum Daerah 1
buah, Posyandu 73 buah, 1 unit Mobil Unit Pelayanan KB, 2 unit mobil
antar jemput akseptor dan 0 unit Mobil Promosi Kesehatan Germas.
3) Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan di Kabupaten Pulau Taliabu bersumber dari
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD) Provinsi, Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 15
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

(APBD) Kabupaten, Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Bagi Hasil Cukai,
Pajak Rokok dan Biaya Operasional Kesehatan (BOK) Non Fisik.
b. Cakupan Pelayanan Kesehatan
1) Pelayanan Kesehatan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan pada ibu hamil. Cakupan
pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu
hamil (K1), untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai
standart paling sedikit enam kali (K6) dengan distribusi dua kali pada
trimester satu, 1 kali pada trimester dua dan 3 kali pada trimester 3.
Tujuan pelayanan antenatal adalah mengantarkan ibu hamil agar dapat
bersalin dengan sehat dan memperoleh bayi yang sehat, mendeteksi dan
mengantisipasi dini kelainan kehamilan, kelainan janin, dan komplikasi
kehamilan.
Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan
berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. Pelayanan Antenatal
terpadu yang berkualitas dan sesuai standar terdiri dari :
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b. Ukur tekanan darah
c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/LILA)
d. Ukur tinggi fundus uteri
e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
f. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus
toksoid (TT) bila diperlukan
g. Beri tablet tambah darah (Tablet besi)
h. Periksa laboratorium (rutin dan khusus) terdiri dari pemeriksaan
golongan darah, Kadar Hemoglobin (Hb), protein dalam urine, kadar
gula darah, malaria, sifilis, HIV dan BTA
i. Tatalaksana/penanganan kasus
j. Temu wicara (konseling) meliputi kesehatan ibu, perilaku hidup
bersih dan sehat, peran suami/keluarga dalam kehamilan dan
perencanaan persalinan, tanda bahaya kehamilan, persalinan dan
nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi, asupan gizi seimbang,
gejala penyakit menular dan tidak menular.
Dari sasaran ibu hamil 1308 orang, cakupan K1 pada tahun 2021 adalah
485 ( 37% ). Sedangkan cakupan K4 pada tahun 2011 adalah 453 ( 35%).
Gambar 9. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil K1 dan K4 tahun
2018-2021
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 16
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

90
80
80

70

60 55

50 46 48
K1
40 37 35
33 33 K4
30

20

10

0
2018 2019 2020 2021

Sumber : Seksi Kesga & Gizi Dinkes, 2021


Selain pentingnya mengupayakan peningkatan cakupan K4, harus
diupayakan pula peningkatan kualitas K4 yang sesuai standar. Salah satu
pelayanan yang diberikan saat antenatal yang menjadi kualitas standar
adalah pemberian zat besi (Fe) 90 tablet dan imunisasi TT (Tetanus
Toxoid). Dengan demikian seharusnya ibu–ibu hamil yang tercatat
sebagai cakupan K4 juga tercatat dalam laporan pemberian Fe3.
Dari 453 ibu hamil, 35% nya menjadi sasaran ibu hamil dengan
komplikasi kebidanan yaitu sebesar 158 ( 60% ).
Gambar 10. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan Pemberian Fe 1
tahun 2018-2021
90 83 83
81 81
80

70 63 63 65 65

60

50
K1
40
Fe 1
30

20

10

0
2018 2019 2020 2021

Sumber : Seksi Kesga & Gizi Dinkes, 2021


Dari Gambar diatas dapat dilihat cakupan pemberian Fe 1 sebesar 65%
dan K1 65% pada tahun 2021.
Gambar 11. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 dan Pemberian Tablet
Fe3 tahun 2018-2021
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 17
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

60 55 55

50 48 48

40
34 34 35 35

30 Fe 3
K4
20

10

0
2018 2019 2020 2021

Sumber : Seksi Kesga & Gizi Dinkes, 2021


Dari Gambar diatas dapat dilihat cakupan pemberian Fe3 dan K4 pada
tahun 2021 terjadi penurunan cakupan dari tahun ke tahun.
2) Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi
kebidanan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang kompeten, yaitu dokter spesialis kebidanan, dokter
umum, dan bidan. Pada prinsipnya, penolong persalinan harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu pencegahan infeksi, metode
pertolongan persalinan yang sesuai standar, merujuk kasus yang
memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi dan melaksanakan
Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
Cakupan persalinan tenaga kesehatan di Kabupaten Pulau Taliabu dari
tahun 2018– 2021 dapat dilihat pada Gambar berikut :
Gambar 12. Cakupan Persalinan Tenaga Kesehatan Di Kabupaten Pulau
Taliabu
80

70 67

60

50
42
39 38
40

30

20

10

0
2018 2019 2020 2021

Sumber : Seksi Kesga & Gizi Dinkes, 2021


Dari Gambar 12 dapat dilihat pada Tahun 2021 Cakupan Persalinan
tenaga kesehatan di Kabupaten Pulau Taliabu sebesar 42% dari sasaran
ibu bersalin sebanyak 1248.
3) Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu nifas
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 18
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk
deteksi dini komplikasi pada ibu nifas, diperlukan pemantauan
pemeriksaan ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas sebanyak 3
(tiga) kali yaitu : 6 jam – 3 hari setelah persalinan, 4 – 28 hari setelah
persalinan, 29– 42 hari setelah persalinan.
Pelayanan kesehatan yang diberikan antara lain pelayanan Keluarga
Berencana (KB) pasca persalinan dan pemberian vitamin A 200.000 IU
sebanyak dua kali. Cakupan Kunjungan Nifas di Kabupaten Pulau Taliabu
Tahun 2018 – 2021 dapat dilihat pada Gambar berikut :
Gambar 13. Cakupan Kunjungan Nifas (KF Lengkap) Di Kabupaten
Pulau Taliabu
70
60
60

50
39
40
32
30 27

20

10

0
2018 2019 2020 2021

Sumber : Seksi Kesga & Gizi Dinkes, 2021


Pada Tahun 2021 pencapaian Cakupan pelayanan Nifas (KF) sebesar
39%, terjadi kenaikan dari 2 tahun sebelumnya.
4) Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas
Cakupan ibu nifas mendapat vitamin A di Kabupaten Pulau Taliabu tahun
2021 sebesar 44%.
5) Persentase Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi
Kasus kematian ibu yang semakin meningkat dapat dicegah atau
dikurangi dengan melaksanakan Program Keluarga Berencana (KB),
khususnya bagi ibu dengan kondisi 4T yaitu Terlalu muda melahirkan (di
bawah usia 20 tahun), Terlalu sering melahirkan, Terlalu dekat jarak
melahirkan, dan Terlalu tua melahirkan (diatas usia 35 tahun).
Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Pulau Taliabu Tahun 2021
sejumlah 10.080 Dari seluruh PUS yang ada, sejumlah 3691 (37%) adalah
peserta aktif. Adapun jenis kontrasepsi yang digunakan oleh peserta KB
aktif dapat dilihat pada Gambar 14 berikut :
Gambar 14. Persentase Peserta KB Aktif Kabupaten Pulau Taliabu Tahun
2021
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 19
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

3000
2474
2500

2000

1500

928
1000

500 251
3 1 13 24 0 3
0

Sumber : Seksi Kesga & Gizi Dinkes, 2021


Dari Gambar diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar pasangan usia
subur menggunakan alat kontrasepsi suntik dan selanjutnya menggunkan
pill KB.
6) Penanganan Neonatal Komplikasi
Neonatus komplikasi adalah neonatus dengan penyakit dan atau kelainan
yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian, seperti asfiksia, tetanus
neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir dan BBLR. Yang dimaksud
penanganan neonatus dengan komplikasi adalah neonatus sakit dan atau
dengan kelainan yang mendapatkan pelayanan sesuai standar oleh tenaga
kesehatan baik di rumah maupun di sarana pelayanan kesehatan.
Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus di Kabupaten Pulau Taliabu
dari tahun 2018-2021 dapat dilihat pada Gambar berikut :
Gambar 15. Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus Di Kabupaten
Pulau Taliabu
40
36
35

30

25

20
14
15

10 8

5
1
0
2018 2019 2020 2021

Sumber : Seksi Kesga & Gizi Dinkes, 2021


Dari Gambar diatas dapat dilihat bahwa cakupan pelayanan neonatus
komplikasi tahun 2021 di Kabupaten Pulau Taliabu sebesar 14 kasus (8%)
terjadi kenaikan dari tahun sebelumnya.
7) Pelayanan Kesehatan Neonatus
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 20
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

sedikitnya 3 kali selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir,


baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus : Kunjungan neonatal ke-1
(KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6–48 jam setelah lahir, Kunjungan
Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3–hari ke 7
setelah lahir dan Kunjungan Neonatal ke–3 (KN 3) dilakukan pada kurun
waktu hari ke 8 – hari ke 28 setelah lahir.
Gambar 16. Cakupan Kunjungan Neonatus Di Kabupaten Pulau Taliabu
80
69
70 64
60
48
50
42 43
39
40 KN 1
29 31
KN Lengkap
30

20

10

0
2018 2019 2020 2021

Sumber : Seksi Kesga & Gizi Dinkes, 2021


Berdasarkan Gambar diatas pelayanan KN1 dan KN Lengkap di 2021
sebesar 48% dan 39%, terjadi peningkatan dari 2 tahun sebelumnya.
8) Persentase Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif
Cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Pulau Taliabu pada tahun 2021
32,08%. Cakupan ini merupakan cakupan bayi yang lulus ASI Eksklusif 6
bulan. Promosi ASI Eksklusif terus ditingkatkan agar capaian juga terus
meningkat, diantaranya penyediaan ruang laktasi di OPD atau TTU juga
ditingkatkan.
9) Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama
periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir. Pelayanan
kesehatan tersebut meliputi :
a. Pemberian imunisasi dasar lengkap
b. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK )
c. Pemberian Vitamin A 100.000 IU
d. Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI,
tanda – tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah
menggunakan Buku KIA
e. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
Cakupan Kunjungan Bayi di Kabupaten Pulau Taliabu pada Tahun 2021
sebesar 86%. Dari jumlah bayi 1024 yang mendapatkan pelayanan bayi
sesuai standar adalah 332 bayi.
10) Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan anak balita (12– 59
bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan.
Cakupan pelayanan kesehatan anak balita di Kabupaten Pulau Taliabu
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 21
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

pada Tahun 2021 sebesar 55% dari sasaran balita 4635 yang mendapatkan
pelayanan kesehatan anak balita sejumlah 558 balita.
11) Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita
Pada tahun 2021, bayi usia 6-11 bulan mendapat vitamin A biru sebesar
8,23% dan usia 12-59 bulan sebesar 31,85%.
12) Cakupan Baduta Ditimbang
Di Kabupaten Pulau Taliabu tahun 2021, ada sebesar 65,4% anak baduta
ditimbang.
13) Imunisasi
Indonesia berkomitmen terhadap cakupan dan mutu pelayanan imunisasi
untuk menghindarkan terjadinya kejadian luar biasa PD3I (Penyakit yang
Dapat Dicegah Dengan Imunisasi).
Cakupan Imunisasi di Kabupaten Pulau Taliabu Tahun 2021 dengan
jumlah bayi baru lahir sebanyak 1226, surviving infant 1689. Untuk
cakupan berdasarkan jenis imunisasi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel. 3. Cakupan Imunisasi Kabupaten Pulau Tahun 2021
DPT/H DPT/H
BC Polio DPT/HB- Polio Polio Polio
No Puskesmas HBO
G 1 Hib (1) 2
B-Hib
3
B-Hib
4
IPV MR IDL
(2) (3)
1. Bobong 137 143 141 175 176 130 130 110 110 36 82 86
2. Nggele 22 42 42 57 58 46 46 40 40 39 28 23
3. Lede 146 99 99 118 124 120 121 121 121 115 133 132
4. Gela 4 80 86 72 50 47 38 36 34 41 49 12
5. Samuya 12 42 43 25 25 22 22 24 24 23 25 25
6. Losseng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7. Tabona 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8. Pencadu 16 24 24 24 24 13 13 7 7 3 3 3
Sumber : Bidang P2P Dinkes, 2021
5. Analisa Potensi Sumber daya Manusia
Kabupaten Pulau Taliabu memiliki kelompok potensial di masyarakat. Kelompok
tersebut terdiri dari kelompok keagamaan (Muslimat NU, Muhammadiyah, KNPI,
Pemuda Pancasila, KAHMI), pemuda karang taruna, posyandu remaja, posbindu,
posyandu lansia, Paguyuban Guru, Organisasi Profesi, PKK, dll. Kabupaten Pulau
Taliabu juga memiliki Perusahaan yang bisa saja mau untuk bekerjasama
mengatasi masalah kesehatan melalui program CSR nya, antara lain PT. Adidaya
Tangguh, PT. Sumberdaya Dian Mandiri dan PT. Bintani Megahindah.
6. Analisa Lingkungan
a. Upaya Kesehatan Lingkungan
Upaya penyehatan lingkungan bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan
hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan
untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan.
Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut adalah melaksanakan
pengawasan kualitas dan sanitasi dasar, pengawasan hygiene dan sanitasi
Tempat-Tempat Umum (TTU), dan pengawasan hygiene dan sanitasi Tempat
Pengolahan Makanan (TPM). Upaya penyehatan lingkungan diarahkan pada
peningkatan kualitas lingkungan, yaitu melalui kegiatan yang bersifat
promotif, preventif dan protektif. Adapun pelaksanaannya bersama sama
dengan masyarakat dan diharapkan secara epidemiologi akan mampu
memberikan kontribusi yang bermakna terhadap kesehatan masyarakat.
1) Rumah Sehat
Rumah Sehat adalah rumah yang memenuhi kriteria minimal: akses air
minum, akses jamban sehat, lantai, ventilasi, dan pencahayaan yang
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 22
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

dihitung kumulatif dari tahun sebelumnya. Presentase rumah sehat di


Kabupaten Pulau Taliabu tahun 2020 sebesar 19% sedangkan 2021 sebesar
28%. Jadi terjadi kenaikan prosentase sebesar 9%. Hal ini disebabkan
tingkat pengetahuan masyarakat tentang kebersihan lingkungan semakin
tinggi dan program kesehatan lingkungan telah berjalan dengan baik.
2) Penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum berkualitas
(layak)
Air minum yang berkualitas (layak) adalah air minum yang terlindung
meliputi air ledeng (keran), keran umum, hydrant umum, terminal air,
penampungan air hujan (PAH) atau mata air dan sumur terlindung, sumur
bor atau sumur pompa, yang jaraknya minimal 10 meter dari pembuangan
kotoran, penampungan limbah, dan pembuangan sampah. Tidak termasuk
air kemasan, air dari penjual keliling, air yang dijual melalui tanki, air
sumur dan mata air tidak terlindung.
Persentase penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum
berkualitas di Kabupaten Pulau Taliabu tahun 2020 sebesar 40%
sedangkan tahun 2021 sejumlah 47%. Jadi terjadi kenaikan persentase
sebesar 7%. Hal ini disebabkan tingkat pengetahuan masyarakat dan
tingkat ekonomi masyarakat semakin tinggi sehingga program kesehatan
lingkungan berjalan dengan baik.
3) Kualitas air minum di Penyelenggara Air Minum yang memenuhi syarat
kesehatan
Sesuai dengan Permenkes No. 492/ MENKES/PER/VI/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum aman bagi kesehatan apabila
memenuhi persyaratan fisik, kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam
parameter wajib dan parameter tambahan. Sedangkan penyelenggara air
minum adalah Badan usaha milik negara (BUMN)/ badan usaha milik
daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, usaha perorangan,
kelompok masyarakat dan/atau individual yang melakukan
penyelenggaraan penyediaan air minum, tidak termasuk air kemasan,
depot air minum isi ulang,penjual air keliling, dan pengelola tangki air.
Persentase kualitas air minum di penyelenggara air minum yang memenuhi
syarat kesehatan di Kabupaten Pulau Taliabu tahun 2020 sebesar 54%
sedangkan tahun 2021 sejumlah 62%.
4) Penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak (jamban
sehat) menurut jenis jamban
Fasilitas sanitasi yang layak (Jamban Sehat) adalah fasilitas sanitasi yang
memenuhi syarat kesehatan antara lain dilengkapi dengan leher angsa,
tanki septik/Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL), yang digunakan
sendiri atau bersama.
Prosentase penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak
(jamban sehat) tahun 2020 sebesar 26%, tahun 2021 sebesar 60%. Jadi
pada tahun 2021 terjadi kenaikan, Peningkatan akses ini dimungkinkan
karena Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang meliputi
5 pilar, terutama pilar 1 yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop
BABS) telah berjalan dengan baik. Kegiatan pilar 1 meliputi pemicuan
CLTS, monitoring perubahan perilaku dari BABS menjadi BAB ke
jamban.
5) Desa yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Sesuai dengan Permenkes No. 3 Tahun 2014, STBM adalah pendekatan
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 23
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi meliputi 5 pilar yaitu tidak
buang air besar (BAB) sembarangan, mencuci tangan pakai sabun,
mengelola air minum dan makanan yang aman,mengelola sampah dengan
benar, mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman melalui
pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
Persentase desa melaksanakan STBM tahun 2021 sebesar 19%, sedangkan
2020 sebesar 17% dan Persentase desa SBS/ ODF 0%.
6) Tempat-Tempat Umum (TTU) Memenuhi Syarat
Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum bertujuan untuk mewujudkan
kondisi tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat
pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit serta
tidak menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat di sekitarnya.
Fasilitas Tempat-Tempat Umum di Kabupaten Pulau Taliabu yang
diperiksa pada tahun 2021 sejumlah 105 TTU yang terdiri dari sarana
pendidikan, sarana kesehatan, dan hotel. Dari 105 TTU tersebut, yang
memenuhi syarat kesehatan sejumlah 64 (61%).
7. Analisa Perilaku Kesehatan
a. Ibu Hamil
Ibu hamil mengalami anemia yang disebabkan antara lain karena: Tidak
mengonsumsi makanan bergizi seimbang, adanya mitos atau kepercayaan
yang dianut sehingga lebih memilih makanan tertentu untuk dikonsumsi,
Tidak mengetahui pentingnya minum TTD, Efek samping TTD membuat
mual dan sembelit, Tidak ada keluarga yang mengingatkan minum TTD,
Tidak mengikuti senam hamil selama 4 kali selama kehamilan dan Tidak
melakukan pemeriksaan kehamilan.
b. Ibu Menyusui
Sebagian besar ibu menyusui tidak memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan
karena ibu bekerja, kurangnya pengetahuan tentang masalah menyusui dan
ketika mengalami masalah menyusui ibu tidak tahu tempat konseling
menyusui. Pengetahuan tentang menyusui sebetulnya disampaikan tenaga
kesehatan saat kelas ibu hamil. Namun karena ibu bekerja jadi tidak dapat
mengikuti kelas ibu hamil secara rutin. Kurangnya dukungan dari pimpinan
tempat kerja dalam penyediaan ruang laktasi serta penambahan waktu
istirahat untuk memerah ASI juga berpengaruh terhadap keberhasilan
menyusui.
c. Ibu dengan Balita 0-59 bulan
Permasalahan pada ibu dengan balita 0-59 bulan adalah ibu tidak
memberikan MP-ASI yang tepat kepada balita dan ibu tidak membawa
balitanya ke Posyandu untuk memantau tumbuh kembang. MP-ASI yang
diberikan belum sesuai dengan kebutuhan gizi baduta. Kesalahan ini bisa
terjadi karena kurangnya pengetahuan ibu atau pengasuh dalam memberikan
MP-ASI atau karena keterbatasan waktu maupun kemampuan keluarga untuk
menyediakan MP-ASI.
d. Balita usia 0 – 59 bulan hendaknya dipantau tumbuh kembangnya secara rutin
oleh tenaga terlatih karena masa ini masih dalam masa emas pertumbuhan
anak. Jika terjadi kelainan tumbuh kembang di usia ini masih dapat diperbaiki
disbanding jika usianya telah lebih dari 59 bulan. Oleh karena itu penting
untuk membawa anak balita 0 – 59 bulan rutin datang ke Posyandu. Cakupan
partisipasi masyarakat ke Posyandu masih dibawah 50%, hal ini disebabkan
oleh adanya anggapan bahwa Posyandu tidak penting karena hanya datang
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 24
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

ditimbang dan diberi PMT serta banyaknya ibu bekerja dan pengasuh tidak
mau membawa balita ke Posyandu.
e. Kader
Setiap Posyandu rata-rata memiliki 5 orang kader. Kader tersebut memiliki
tugas dan peran yang berbeda sesuai meja yang ada di Posyandu. Kualitas
pelayanan di Posyandu salah satunya dipengaruhi oleh pengetahuan dan
keterampilan kader dalam melaksanakan tugas dan perannya. Untuk itu
berbagai pelatihan dilakukan untuk meningkatkan kapasitas kader. Namun
pada kenyataanya, kader yang diikutsertakan dalam pelatihan hanya kader
tertentu yang dianggap paling mampu dibanding yang lain dan ternyata ketika
di Posyandu tidak disampaikan kepada kader lainnya.
f. Remaja Putri
Remaja putri yang sebagian besar masih berstatus sebagai pelajar atau
mahasiswa seharusnya dipersiapkan pengetahuan dan sikapnya untuk
mengahdapi kehamilan yang sehat. Namun yang terjadi saat ini para remaja
cenderung memiliki pola makan yang salah, tidak sarapan pagi, menjaga
bentuk tubuh dengan body image yang salah, kurangnya pengetahuan tentang
reproduksi sehat.
g. Masyarakat
Masyarakat di Kabupaten Pulau Taliabu belum sepenuhnya mengetahui
masalah stunting dan intervensi pencegahannya. Kebiasaan CTPS dan
kebersihan lingkungan belum membudaya di masyarakat. Masyarakat belum
sepenuhnya terlibat dalam upaya percepatan penurunan stunting,
keterlibatannya baru terbatas pada kader posyandu dan ormas tertentu.
Adanya Forum Kesehatan Desa (FKD) dalam sistem kesehatan desa siaga
diharapkan mampu meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam menemukan
masalah kesehatan dan mengatasi permasalahan kesehatan di wilayah desa
masing-masing.
h. Kegiatan yang dilakukan untuk pencegahan dan penanggulangan Stunting
melalui Desa Siaga yang telah dilakukan antara lain:
1) Pengawalan 1000 HPK oleh kader dan tenaga kesehatan, khususnya untuk
sasaran risiko tinggi.
2) Pertemuan penggerakan masyarakat untuk rembuk Stunting, terdiri dari
Pemerintah Desa, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Kader Kesehatan,
Tenaga Kesehatan, Kelompok Risiko Tinggi (Ibu Hamil, Ibu Menyusui,
Bayi, Balita).
3) Peningkatan kapasitas kader kesehatan tentang Pemberian Makan pada
Bayi dan Anak (PMBA), pemantauan Pertumbuhan, PHBS, STBM,
Imunisasi, SDIDTK, MTBSM, dll.
4) Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk Ibu Hamil KEK/ Anemia
dan Balita Gizi Buruk.
5) Pemberian PMT Penyuluhan di Posyandu, yang terdiri dari menu empat
bintang PMBA.
6) Penyediaan Jamban Sehat untuk Masyarakat tidak mampu.
7) Pendampingan, Kunjungan Rumah, Posyandu Balita BGM 2 T.
8) Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil dan Kelas Balita
i. Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan yang ada di Puskesmas atau Pos Kesehatan Desa kurang
optimal dalam melayani masyarakat karena keterbatasan jumlah tenaga.
Beberapa tenaga kesehatan merangkap beberapa program kegiatan. Namun
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 25
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

demikian, sebisa mungkin dapat melayani masyarakat.


j. Jejaring Sosial
Jejaring sosial yang ada di Pulau Taliabu cukup banyak, mulai dari Ormas
keagamaan, kepemudaan, PKK, Organisasi profesi, Dunia usaha/ swasta,
Pers/ Media. Beberapa sudah ada yang pro aktif menindaklanjuti kegiatan
konvergensi penurunan Stunting setelah mengikuti sosialisasi, kampanye,
rembug stunting yang diadakan di tingkat kabupaten. Namun ada juga yang
masih pasif, belum muncul kepedulian untuk mengangkat issu stunting
sebagai prioritas kegiatan.
k. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Kabupaten Pulau Taliabu memiliki Rumah Sakit Daerah, Puskesmas, Klinik
Dokter, Klinik Bidan, yang dapat diakses oleh masyarakat dengan mudah
dengan BPJS kesehatan maupun mandiri. Akses transportasi juga mudah
didapat untuk menuju ke fasyankes.
B. Menentukan Kelompok Sasaran
Pembagian kelompok sasaran mengacu dan memodifikasi dari Pedoman Nasional
Strategi Percepatan Pencegahan Stunting Periode 2019-2024. Pembagian kelompok
adalah berdasarkan pesan yang disampaikan, sehingga pembagian kelompok tidak
dimaksudkan untuk memprioritaskan kelompok sasaran tertentu. Semua kelompok
sasaran ini saling terkait dan memengaruhi satu sama lain.
1. Kelompok Primer
Kelompok primer adalah kelompok yang tergabung dalam rumah tangga dengan
1.000 HPK dan tenaga kesehatan serta kader:
a. Ibu hamil
b. Ibu menyusui
c. Anak usia 0-23 bulan
d. Tenaga kesehatan: bidan, perawat, sanitarian, tenaga gizi, tenaga promosi
kesehatan
e. Kader
2. Kelompok Sekunder
Kelompok sekunder adalah kelompok yang berpotensi untuk melahirkan,
mencegah, dan mengoreksi anak stunting di masa mendatang dan kelompok
penyedia layanan kesehatan:
a. Wanita usia subur
b. Remaja
c. Lingkungan pengasuh anak terdekat (kakek, nenek, ayah)
d. Pemuka masyarakat, pemuka agama
e. Jejaring sosial (PKK, Ormas, Organisasi Profesi dan lain-lain)
3. Kelompok Tersier
Kelompok tersier adalah pihak-pihak yang terlibat sebagai lingkungan pendukung
bagi upaya percepatan pencegahan stunting, yang terdiri dari:
a. Pengambil kebijakan/keputusan di kabupaten/kota, kota, dan desa.
b. Organisasi Perangkat Daerah
c. Dunia usaha
d. Media massa
C. Menyusun Struktur Pesan Kunci
Struktur dan dimensi pesan yang akan menjadi panduan utama materi komunikasi
dalam implementasi percepatan penurunan stunting di Kabupaten Pulau Taliabu
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 26
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

mengacu pada Pedoman Nasional Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku


Percepatan Pencegahan Stunting.
Struktur pesan kunci Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Stunting di Kabupaten
Pulau Taliabu adalah sebagai berikut:
Tabel. 4. Pesan Kunci dan Pesan Pendukung
Kelompok Pendekatan
Sasaran Pesan
Sasaran Komunikasi
Sasaran Primer Ibu Hamil Pesan Kunci : Keselamatan Ibu Komunikasi
Hamil, Bayi Dan Balita Antarpribadi
Tanggungjawab Bersama.

Pesan Pendukung :
1. Mau Ibu Hamil Tetap Sehat,
Yaa Minum Tablet Tambah
Darah
2. Mau Tahu Masalah Kehamilan?
Ayoo, Ikut Kelas Ibu Hamil
3. Tidak Keren, kalau Tidak
Periksa Kehamilan Tepat
Waktu
4. Mau Anak Cantik? Sehat?
Tidak Stunting? Minum Tablet
tambah darah setiap hari yaa
5. Periksa kehamilan adalah
merawat generasi bangsa
6. Jangan tinggalkan generasi
lemah
7. Melahirkan di fasilitas
kesehatan
Ibu Pesan Kunci : Jodohnya Bayi Ya
Menyusui ASI.
Pesan Pendukung :
1. Ibu pintar adalah yang
membaca buku KIA
2. Berikan ASI, bukan susu sapi
3. Berikan ASI saja sampai bayi
berumur 6 bulan
Ibu dengan Pesan Kunci : MP ASI yang tepat
balita 0-23 dan Posyandu yang Rutin,
bulan mendukung anak sehat.

Pesan Pendukung :
1. Mau pantau tumbuh kembang
anak? Ayoo ke posyandu
2. MP-ASI 4 Bintang Gizi utama
Balita
3. Seng Asiik, kalo seng ka
Posyandu
Nakes Kerja keras, kerja Cerdas, Kerja
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 27
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

Ikhlas
Kader Kader Pintar, masyarakat kuat,
balita sehat
Sasaran Wanita Pesan Kunci : kesehatanmu adalah
Sekunder Subur aset berharga keluarga
Pesan Penunjang :
1. Rencanakan Kehamilanmu
2. Sehatkan Reproduksimu
3. Gunakan kontrasepsi yang
aman
Remaja Pesan Kunci : Masa Depan yang
cemerlang ditunjang oleh
kesehatanmu sendiri,
Pesan Pendukung :
1. Saatnya remaja rencanakan
kesehatannya
2. Gizi yang beragam dan
seimbang dalam makanan baik
untuk tubuh
3. Kesehatan yang baik tercermin
dari kebahagian keluarga
4.
Sasaran Pengambil Pesan Kunci : ayooo Gabung kita
Tersier Kebijakan/ cegah Stunting secara paripurna
Keputusan
di Pesan Pendukung :
Kabupaten/ 1. Jangan biarkan ada remaja
Kecamatan/ taliabu yang tidak minum TTD
Desa, 2. Jangan biarkan Posyandu
Dunia Sunyi
Usaha, 3. Jangan anggap remah masalah
Media stunting
Massa 4. Gunakan pendekatan
komunikasi dan program
intervensi inovatif yang khas
dan relevan dengan
memperhatikan demografi
sosial, segmen ekonomi, adat
dan budaya masyarakat taliabu
5. Prioritaskan akses dan
ketersediaan sarana dan
prasarana yang mendukung
kegiatan cuci tangan pakai
sabun (CTPS) dengan air
mengalir, sebagai bagian dari
strategi menyeluruh
pencegahan stunting
6. Prioritaskan kegiatan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 28
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

(GERMAS) disetiap lapisan


mulai dari lingkup Organisasi
Perangkat Daerah sampai
tingkat Desa

D. Mengembangkan Pendekatan Komunikasi


Pendekatan komunikasi yang digunakan untuk menjangkau kelompok sasaran
komunikasi perubahan perilaku adalah:
1. Advokasi kebijakan
Pembuatan regulasi secara berjenjang dari tingkat kabupaten, kecamatan dan desa
dan sosialisasi kebijakan yang dibuat di dalam rembuk stunting.
2. Kampanye publik
Pembuatan media promosi kesehatan tentang stunting (balliho, leaflet, poster,
Stiker, Spanduk), kampanye germas pada masyarakat dan sekolah, lomba sekolah
sehat.
3. Komunikasi antarpribadi
Konseling gizi dan kespro pada remaja, konseling menyusui pada ibu hamil,
pendampingan pada ibu hamil, ibu menyusui, anggota keluarga lain dan
pengasuh, edukasi, pemicuan STBM, kunjungan rumah, sosialisasi.
4. Mobilisasi sosial/masyarakat
Kelompok masyarakat melaksanakan kegiatan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
dan Germas serentak setiap ada event tertentu, menyebarluaskan informasi
tentang pencegahan stunting pada kelompok yang diikuti.
E. Mengelola Saluran Komunikasi
Saluran komunikasi yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan kepada
kelompok sasaran adalah:
1. Pertemuan tatap muka, antara lain kelas ibu hamil, kelas ibu balita, kelas PMBA,
konseling (baduta, ASI, PMBA, Genre, PIK-R), kunjungan rumah ibu dan balita
dengan masalah gizi/ kesehatan, posyandu balita, lansia, remaja, posbindu,
pertemuan PKK, Dharma Wanita, pengajian, pasraman hindu, Pertemuan RT/
RW, pemicuan STBM, penyuluhan, Aksi Bergizi, Kutbah Keagamaan, Kesenian
lokal daerah.
2. Menggunakan medium perantara, yang dapat dibedakan sebagai berikut: Media
cetak, audio dan audio visual.
3. Mendesain Materi Komunikasi
Desain materi komunikasi yang akan digunakan adalah:
a. Lembar balik (panduan menyusui, IMD, PMBA, kelas ibu, kelas balita,
BKB Emas, SDIDTK);
b. Balliho (Germas, Stunting, STBM, Tablet Tambah Darah, Imunisasi, PIS-
PK, JKN, cek kesehatan, KTR);
c. Leaflet (Kecacingan, stunting, germas, KTR, Imunisasi, CTPS, diare, JKN);
d. Stiker (Stunting, KTR, Germas, Stop TB);
e. X-Banner (Stunting, isi piringku, JKN, cek kesehatan);
f. Video Promosi Kesehatan;
g. Media Sosial (Facebook, Twitter, Instagram, Youtube);
h. Website;
i. BKB Kit;
j. Genre Kit; Sanitarian Kit; Kesling Kit; Posyandu Kit dan Promkes Kit.
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 29
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 30
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

BAB III
RENCANA AKSI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU
A. Perencanaan
Kegiatan perencanaan yang dilakukan di Kabupaten Pulau Taliabu antara lain sebagai
berikut:
1. Melakukan analisa situasi kondisi stunting di wilayah, serta menetapkan akar
permasalahan, faktor penyebab dan faktor risiko.
2. Menyusun rencana kegiatan/ program komunikasi perubahan perilaku (disesuaikan
dengan tujuan khusus, alat dan saluran komunikasi, platform yang tersedia, indikator
capaian dari masing-masing kegiatan).
3. Menyusun pembagian peran dan tanggungjawab para pemangku kepentingan terkait
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
4. Menyusun rencana pemantauan dan evaluasi yang mengacu pada strategi komunikasi
perubahan perilaku nasional.
5. Menerbitkan regulasi lokal terkait implementasi komunikasi perubahan perilaku yang
mencantumkan strategi komunikasi perubahan perilaku sesuai dengan konteks lokal.
B. Pelaksanaan
1. Tingkat Kabupaten
Bappeda sebagai wakil ketua Tim pelaksana kegiatan percepatan penurunan Stunting
tingkat kabupaten yang melibatkan seluruh OPD yang terkait dengan pembagian
tugas masing-masing. Intervensi penurunan stunting terintegrasi melalui 8 (delapan)
aksi, yaitu:
a. Analisis Situasi Program Penurunan Stunting
b. Penyusunan Rencana Kegiatan
c. Rembuk Stunting
d. Peraturan Bupati tentang Peran Desa
e. Pembinaan Kader Pembangunan Manusia
f. Sistem Manajemen Data Stunting
g. Monitoring Evaluasi Pelaksanaan percepatan penurunan Stunting
h. Melakukan Publikasi Hasil Evaluasi
i. Review Kinerja Tahunan
Pada tahap perencanaan, konvergensi diarahkan pada upaya penajaman proses
perencanaan regular yang berbasis data dan informasi agar program dan kegiatan
yang disusun lebih tepat sasaran. Analisa situasi awal dan rembuk stunting dilakukan
untuk mengetahui kondisi stunting di wilayah Kabupaten, penyebab utama dan
identifikasi program/ kegiatan yang selama ini sudah dilakukan.
Pada tahap pelaksanaan, konvergensi diarahkan pada upaya untuk melaksanakan
intervensi gizi spesifik dan sensitiv secara bersama dan terpadu di lokasi yang telah
disepakati bersama, termasuk di dalamnya mendorong penggunaan dana desa untuk
percepatan pencegahan stunting dan mobilisasi Kader Pembangunan Manusia
(KPM). Seluruh OPD dan mitra terkait melaksanakan kegiatan konvergensi sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing.
2. Tingkat Kecamatan
Peran pemerintah kecamatan dalam percepatan penurunan stunting antara lain:
a. Melakukan koordinasi konvergensi penurunan stunting di tingkat kecamatan
dengan pembagian peran sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing unsur.
b. Memastikan terselenggaranya intervensi gizi sensitive maupun spesifik untuk
penurunan stunting di wilayahnya serta memastikan seluruh kepala desa untuk
mendukung kegiatan penurunan stunting melalui pemihakan dana desa.
c. Melaksanakan kegiatan yang direncanakan di tingkat Kabupaten.
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 31
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu

d. Melaksanakan Kegiatan Rembug Stunting tingkat Kecamatan yang difasilitasi


dari Puskesmas
e. Melaksanakan Sistem Manajemen Data Stunting tingkat Kecamatan
f. Monitoring Evaluasi Pelaksanaan percepatan penurunan Stunting
g. Melakukan Publikasi Hasil Evaluasi
3. Pemerintah Desa
Peran Pemerintah Desa dalam percepatan penurunan stunting antara lain :
a. Menjamin terselenggaranya upaya intervensi sensitive dan spesifik di desanya.
b. Mengalokasikan anggaran dana desa untuk penurunan stunting.
c. Menjamin adanya rencana aksi pencegahan stunting yang didalamnya mencakup
komunikasi perubahan perilaku sebagai salah satu metode intervensi di desa dan
daerah.
d. Melakukan rembuk stunting di tingkat desa untuk membahas peningkatan akses
pelayanan untuk intervensi gizi spesifik dan sensitiv dalam mendukung
pencegahan stunting termasuk berjalannya komunikasi perubahan perilaku.
e. Memfasilitasi peningkatan kapasitas kader KPM, kader Posyandu, kader STBM,
kader BKB Emas dan pelaku desa lainnya yang terkait dengan pencegahan
stunting.
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 32
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 33
Percepatan dan Penurunan Stunting di Kebupaten Pulau Taliabu
MATRIKS 1
MASALAH PERILAKU DAN PRAKTIK

KABUPATEN : PULAU TALIABU


PROVINSI : MALUKU UTARA

ALTERNATIF PENYELESAIAN
SASARAN MASALAH PENYEBAB MASALAH
MASALAH
Sasaran Ibu Hamil Ibu hamil tidak konsumsi Tablet 1. Malas meminum karena baunya amis, rasa 1. 10 tablet Fe/Ibu Hamil pada saat
Primer Tambah Darah (TTD) setiap hari mual, perih di lambung. pusling oleh tenaga kesehatan
2. Kurangnya komunikasi informasi dan edukasi 2. Ada pendampingan oleh tenaga
(KIE) cara minum TTD dengan benar. kesehatan
3. Tidak ada pengawas minum TTD 3. Melakukan penyuluhan manfaat
4. Stunting tidak hanya maslah mal nutrisi konsumsi TTD dan resiko jika
kekurangan zat besi pada ibu hamil.

Ibu hamil tidak ikut kelas ibu hamil 1. Ibu hamil sibuk bekerja 1. Edukasi dan kunjungan rumah

Ibu hamil tidak periksa kehamilan 1. Tidak mempunyai biaya dan akses ke pelayanan 1. Inovasi posyandu
kesehatan 2. Mengadakan tenaga bidan disetiap
2. Petugas kesehatan tidak merata desa.
3. Ibu hamil dapat memeriksakan
kehamilan di bidan desa dengan
Jampersal (Gratis)
Asupan gizi tidak seimbang 1. Keluarga penerima bantuan lebih memilih 1. Ibu hamil diberikan makanan
membeli beras ketimbang membeli telur tambahan
2. Pantang makan, takut bayi besar 2. Penyuluhan pentingnya gizi
3. Kurangnya kepedulian keluarga terhadap ibu seimbang pada ibu hamil dan
hamil pengaruh dukungan keluarga pada
4. Ibu hamil bekerja berat dan kurang istirahat ibu hamil selama kehamilan
Ibu menyusui Asupan gizi tidak seimbang 1. Pantang makan Edukasi gizi seimbang pada ibu menyusui
2. Porsi makan kurang takut gemuk sangat penting untuk pemenuhan gizi bayi
3. Ibu bekerja
4. Kurang istirahat
Tidak memberikan ASI Ekslusif 6 1. Ibu sibuk bekerja Penyuluhan tentang manfaat ASI dan
bulan pertama 2. Produksi ASI berkurang/tidak lancer tekhnik menyusui yang baik dan benar
3. Kurang pengetahuan tentang masalah menyusui
4. Tidak tahu tempat konseling menyusui
5. Anggapan memberikan susu formula lebih
praktis
Ibu dengan Bayi tidak IMD, tidak diberikan 1. Kurangnya pemahaman ibu/keluarga tentang Edukasi tentang ASI lebih ekonomis dan
balita 0-23 ASI Ekslusif pentingnya pemberian ASI (IMD dan ASI membantu proses pemulihan ibu setelah
bulan Ekslusif) melahirkan
2. Merasa gengsi jika anak tidak minum susu
formula
Pemberian MP-ASI yang tidak tepat 1. Ibu tidak tahu MP-ASI yang tepat kepada balita Penyuluhan PMBA dengan pangan local
2. Keterbatasan ekonomi keluarga untuk lebih membantu ekonomi keluarga
menyediakan MP ASI yang tepat
3. Ibu sibuk kerja dan tidak punya waktu untuk
menyiapkan MP-ASI
Ibu tidak membawa balita ke 1. Ibu bekerja dan pengasuh tidak membawa anak Edukasi ibu balita agar dapat memantau
posyandu ke posyandu pertumbuhan dan perkembangan anaknya
2. Posyandu dianggap tidak penting sejak dini di posyandu
3. Takut membawa anaknya ke posyandu
Imunisasi tidak lengkap 1. Orang tua takut efek panas dari imunisasi Konseling pada ibu balita efek dari vaksin
2. Kurangnya Pengetahuan orang tua tentang pada balita serta cara mengatasinya
imunisai
Pemantauan tumbuh kembang 1. Pemahaman yang kurang dari orang tua tentang Penyuluhan ibu balita, pentingnya deteksi
kurang optimal pemantauan tumbuh kembang anak secara dini, adanya kelainan pada pertumbuhan
berkala dan perkembangan pada balita
2. Malasnya orang tua ke posyandu
Anak 24-59 Tumbuh kembang anak tidak 1. Orang tua sudah mulai jarang membawa anak 1. Antar jemput sasaran dengan
bulan dipantau secara berkala (sudah datang ke posyandu setelah imunisasi lengkap ambulance ke posyandu
mulai jarang ke posyandu) 2. Sibuk bekerja 2. Penyuluhan pada ibu balita tentang
pemantauan tumbuh kembang
hingga usia 59 bulan
Pemebrian MP-ASI yang tidak tepat 1. Keterbatasan ekonomi keluarga 1. Kader memberikan informasi
2. Kurangnya pengetahuan tentang MP-ASI yang pelaksanaan posyandu
tepat 2. Penyuluhan PMBA dengan pangan
3. Sibuk bekerja lokal
Kurangnya kebersihan orang tua Sanitasi lingkungan yang kurang mendukung Dilakukan perubahan perilaku melalui
sehigga anak sakit (diare, demam, (perilaku dan sarana prasarana yang tidak pemicuan 5 pilar STBM
batuk pilek), sulit makan/porsi sehat/tidak cuci tangan, air bersih, buang air besar
makan tidak seimbang (BAB) sembarangan, sering pakai kobokan air
bersama.
Keluarga Buang air besar sembarangan 1. Sudah terbiasa BAB di tempat terbuka (sungai, Dilakukan kegiatan pemicuan untuk
(BABS) kebun, pekarangan, dll) merubah perilaku masyarakat serta
2. Merasa lebih nyaman BAB disungai dengan air memicu rasa malu, rasa jijik dan rasa
mengalir berdosa
3. Tidak ada rasa jijik, malu dan berdosa dalam
melakukan BABS
4. BABS dirasa lebih praktis karena tidak harus
membersihkan WC
5. Kotoran manusia tidak boleh ada dalam rumah
6. Tidak ada jamban sehat
7. Keterbatasan dalam membuat jamban sehat
Anggapan membuat jamban itu Membaut jamban itu mahal Melakukan koordinasi dengan pemdes dan
mahal dinas terkait
Tidak ada atau kurangnya akses air Akses air untuk BAB terbatas Melakukan koordinasi dengan pemdes dan
bersih dinas terkait
Tenaga Kurang optimalnya kerjasama lintas Kurangnya pemahaman bahwa penanggungjawab Melakukan lokmin bulanan
kesehatan program lintas program saling bersinergi
Belum optimalnya tenaga kesehatan Kurangnya sosialisasi dan advokasi Melakukan lokmin triwulan lintas sektor
dalam mengadvokasi dengan
pemegang kebijakan
Tugas merangkap, tugas tambahan Kurangnya jumlah tenaga kesehatan Penyediaan tenaga kesehatan
lebih banyak daripada tugas pokok
Kader Belum optimalnya peran kader Kurangnya sosialisasi, pengetahuan dan Pelatihan dan penyegaran kader
keterampilan tentang peran kader
Sasaran Wanita Usia Kurangnya akses ke fasilitas Kurangnya Pengetahuan tantang pentingnya Penyuluhan tentang kesehatan pada wanita
Sekunder Subur kesehatan kesehatan usia subur
Kehamilan diusia remaja 1. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan Edukasi resiko tinggi kehamilan pada usia
reproduksi remaja muda / remaja
2. Pernikahan usia muda
3. Perawan tua (mitos)
Tidak mengkonsumsi gizi seimbang 1. Diet yang tidak sehat Edukasi gizi seimbang dan risiko makan
2. Jajan yang sembaranagan tidak teratur
3. Pengetahuan dan informasi yang kurang
Remaja Remaja putri tidak minum TTD 1. Tidak minum TTD secara rutin Edukasi bahaya anemia pada remaja
2. Kurangnya informasi tentang TTD
3. Rasa mual saat minum TTD
Kurangnya pengetahuan tentang Adanya pernikahan di usia dini Edukasi pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi kesehatan reproduksi
Pemuka Belum berperan optimal Masih kurangnya informasi tentang Sosialisasi dan advokasi lintas sektor
masyarakat, peran/keterlibatan mereka dalam penuruanan tentang stunting
pemuka stunting
agama, Tidak ada kepedulian tentang 1. Kurangnya pengetahuan dan komitmen Edukasi tentang masalah di masyrakat/desa
jejaring sosial masalah kesehatan 2. Kurangnya kerjasama dengan jejaring social
untuk mengerakkan pemberdayaan masyarakat
Sasaran Pengambil Informasi yang kurang terkait Belum adanya kebijakan yang menjadi dasar Tersedia regulasi tentang stunting
Tersier Kebijakan terbitnya kebijakan program kegiatan
stunting
Stakeholder belum mengetahi Belum adanya diseminasi informasi terkait Sosialisasi tentang TTD
tentang pentingnya TTD untuk
mencegah anemia
Organisasi Ego sektoral 1. Pelaksanaan program belum terintegrasi sosialisasi
Perangkat 2. Kurangnya forum komunikasi antar OPD
Daerah 3. Belum optimalnya koordinasi antar OPD terkait
kebijakan
4. Konvergensi program percepatan penanganan
stunting belum optimal di OPD terkait
Dunia Usaha Kurangnya dukungan CSR untuk Belum adanya diseminasi informasi terkait Mou dengan perusahaan
program pembangunan SDM
Media Massa Belum optimalnya penggunaan 1. Kurangnya informasi yang diteriam jurnalis Kerjasama insan pers
media massa untuk 2. Kurangnya kemampuan tenaga kesehatan untuk
kampanye/promosi kesehatan melakukan publikasi melalui media massa
MATRIKS 2
ANALISIS SALURAN KOMUNIKASI

KABUPATEN : PULAU TALIABU


PROVINSI : MALUKU UTARA

SALURAN
JENIS YANG ADA KENDALA SARAN YANG DIMINATI
KOMUNIKASI
Media Cetak Leaflet 1. Bahasa sulit dimengerti 1. Menyusun materi menggunkan bahasa local Media cetak dengan
masyarakat daerah 2. Uji coba media sebelum dicetak gambar animasi, drama/
2. Gambar kurang menarik 3. Pesan yang sederhana tapi mudah diingat film pendek, music,
3. Tulisan terlalu kecil 4. Tulisan disesuaikan agar mudah dibaca pengajian, hiburan rakyat
Poster Hanya dipasang pada puskesmas Dipasang juga pada tempat-tempat umum dan
tempat pelayanan public lainnya
Lembar Balik Halaman mudah sobek Membuat dengan kualitas lebih bagus
Stiker Jumlah terbatas Menghimbau pihak terkait untuk mencetak stiker
Spanduk Cepat rusak Dipasang ditampat yang tidak mudah rusak dan
dijangkau olah banyak orang
Media Audio Pemutaran Film Dikota peminatnya sedikit Kegiatan pemutaran film mengundang tokoh
dan Audio agama dan tokoh masyarakat dan diselingi dengan
Visual pemberian doorprize
Pembuatan film Kurangnya sarana untuk pembuatan Usulan pemenuhan alat : Camera, Tripod, lifting,
film laptop, handycam (Promkes Kit)
Media Portal berita online Pemda Jurnalis belum respon terhadap isu Adanya temu jurnalis dan temu media social
Broadcast stunting
WEB Dinas Kesehatan Belum adanya pengelola khusus Merekrut contributor untuk mengisi konten
Media sosial Belum rutinnya pengisian materi Membuat perencanaan media
videotrone Alatnya rusak Perbaikan dan peningkatan kualitas alat
Running text Belum ada di fasilitas pelayanan Pemenuhan alat di setiap fasilaitas pelayanan
masyarakat
Komunikasi Dharma Wanita, PKK, Kurangnya minat masyarakat untuk Memberikan doorprize
Antar Pribadi Kelompok Pengajian, datang saat penyuluhan
kelompok peduli
kesehatan
Saka Bhakti Husada Ada terbentuk Pembentukan SBH di tingkat Kabupaten hingga
Kecamatan
Konseling Baduta, PMBA, Waktu dan SDM kurang Peningkatan kapasitas petugas
ASI, Genre, PIK R
Penyuluhan kesehatan Kurangnya minat masyarakat untuk Memberikan doorprize dan membuat demonstrasi
datang
Kunjungan rumah Kurangnya tenaga kesehatan dan Membuat prioritas sasaran yang dikunjungi
kader
Kelas ibu hamil Waktu pelaksanaan bertabrakan Pengaturan jadwal
dengan waktu luang ibu
Kelas ibu balita Waktu pelaksanaan tidak sesuai Pengaturan jadwal
dengan waktu ibu
Pemicuan STBM Belum adanya kesadaran Dilakukan pemicuan
masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat
Kutbah agama Kesulitan pemberian materi Menghubungi organisasi keagamaan untuk
membuat naskah kutbah
MATRIKS 3
RENCANA AKSI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU

KABUPATEN : PULAU TALIABU


PROVINSI : MALUKU UTARA

Sumber
Pendekatan Kelompok Saluran Bentuk Materi Indicator Alokasi Penanggung
Data/ Alat Frekuensi
Komunikasi Sasaran Komunikasi Kegiatan Komunikasi Capaian Angaran Jawab
Verifikasi
Advokasi Bupati, Rapat Pertemuan Remaja minum Munculnya DAU Jumlah DINKES 2 kali/
Kebijakan Kepala OPD, Koordinasi koordinasi tablet tambah regulasi terkait regulasi dan Tahun
TP PKK, Penanggulangan dengan darah percepatan MoU yang
Camat Kepala Stunting pembuat seminggu penanganan dibuat
Desa kebijakan sekali untuk stunting
secara rutin mencegah Adanya Mou
dan berjenjang anemia dengan
sekolah
Musrembang Audiensi Capaian tablet Munculnya APBD II Jumlah dan BAPPEDA 1 kali/ tahun
Kabupaten tambah darah intervensi jenis
di sekolah percepatan intervensi
penanganan yang masuk
stunting di dalam RPJM
RPJM tingkat
Kabupaten,
Kecamatan
dan Desa
Musrembang Audiensi Pemberian Munculnya APBD II Jumlah BAPPEDA 1 kali/ tahun
Kecamatan tablet tambah dukungan dari kegiatan
darah di sektor terkait musrembang
remaja putri 8 kali yang
dilakukan
Musrembang Pertemuan Analisis Alokasi dana APBD II Persentasi DPMD 1 kali/ tahun
Desa Koordinasi permasalahan desa untuk Dana Desa
stunting di penanganan untuk
Desa dan stunting di kegiatan
Intervensinya desa penanganan
stunting
Rembuk Pertemuan Pembagian Munculnya APBD II Jumlah BAPPEDA 1 kali/ tahun
Stunting Koordinasi tugas dan rencana aksi kecamatan
tangggung penanganan dan desa yang
jawab dalam stunting mempunyai
intervensi rencana aksi
stunting penanganan
stunting
Mobilisasi Tenaga Pertemuan Sosialisasi Pentingnya Dukungan APBD Lembaga DISPEN 2 kali/ tahun
Sosial dan Kesehatan, program 1000 HPK pelaksanaan dalam lokus
Komunikasi Guru TK, pendidikan dalam kegiatan Desa stunting
Perubahan Guru PAUD, keluarga pencegahan
Perilaku Tokoh stunting
Agama,
Tokoh
Masyarakat,
Masyarakat
Kampanye Remaja Kegiatan Lomba Remaja minum Meningkatnya APBD Jumlah video DINKES 1 kali/ tahun
Publik Kreatif Pembuatan tablet tambah jumlah promosi
Video Promosi darah masyarakat kesehatan
Kesehatan seminggu yang terpapar
sekali untuk informasi
cegah anemia
Lomba Desain Remaja minum Adanya media APBD Jumlah poster DINKES 1 kali/ tahun
Poster Bahaya tablet tambah poster yang di
Anemia bagi darah hasilkan
remaja seminggu
sekali untuk
cegah anemia
Lomba senam Wajib Meningkatnya APBD Jumlah DINKES 1 kali/ tahun
CTPS di melakukan jumlah sekolah dan
sekolah PAUD CTPS masyrakat institus yang
yang terpapar melaksanakan
CTPS
Ibu Hamil, Social media Posting konten Remaja minum Meningkatkan APBD Jumlah konten DISKOMINF 1 kali/ tahun
Ibu Balita, resmi milik di social media tablet tambah pengetahuan yang di O
Remaja, Pemda, DInkes, resmil milik darah tentang upload DINKES
WUS dll. Pemda, seminggu stunting
dinkes, dll. sekali
Komunikasi Ibu Hamil Kelas Ibu Hamil Penyuluhan Materi edukasi Meningkatnya APBD Jumlah ibu DINKES 2 kali/ tahun
Antar Pribadi kelompok : lembar balik, kepatuhan DANA hamil yang
Video, buku minum TTD DESA mengikuti
KIA Meningkatnya kelas ibu
cakupan ANC hamil
Ibu Balita Kelas Ibu Balita Penyuluhan Materi edukasi Menurunnya APBD Jumlah ibu DINKES 2 kali/ tahun
kelompok : lembar balik, balita dengan DAK NON balita yang
video, buku masalah gizi FISIK mengikuti
KIA, DANA kelas ibu
pemberian DESA balita
ASI, MP-ASI,
PMBA,
tumbuh
kembang anak,
pola asuh anak
Remaja Posyandu Penyuluhan Kesehatan Meningkatnya APBD Laporan PIK- P3A 4 kali/ tahun
Remaja dan kelompok reproduksi konselor R
PIK-R remaja, sebaya
pendidikan sex
pranikah
Tenaga Peningkatan Pelatihan Tanya jawab Adanya tenaga APBD Jumlah tenaga DINKES 1 kali/ tahun
Kesehatan Kapasitas komunikasi dan prakter kesehatan yang kesehatan
antar pribadi komunikasi terlatih dalam terlatih KAP
(KAP) antar pribadi kegiatan KAP
Kader Peningkatan Pelatihan Tanya jawab Adanya kader APBD Jumlah kader DINKES 1 kali/ tahun
kapasitas kader pemantauan dan praktek terlatif terlatih
pertumbuhan bertambah
dan PMBA

Ditetapkan di Bobong

Pada tanggal : Oktober 2022

BUPATI PULAU TALIABU,

ALIONG MUS

Anda mungkin juga menyukai