Configuration
WLAN1 WLAN1
WLAN1
10.10.10.1/24 10.10.10.X/24
10.10.10.2/24
Gateway : 192.168.x.1
DNS : 192.168.x.1
Aktifkan Interface
Wireless pada
Ether1
wlan1
Test ping dari Router ke Internet (contoh: yahoo.com)
Jika error : Cek DNS Server Setting
Ether1
Test ping dari laptop ke Gateway (10.10.10.100)
Jika error : Cek Firewall - NAT
1 2
3 4
192.168.1.1
5 6
7
03-89 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 25-Mar-10
Konfigurasi Console-Terminal LAB-4
lease time: 3d
informasi DHCP
Use Peer NTP
Bila kita hendak menggunakan informasi pengaturan waktu di
Application Set
Interconnection (OSI)
Presentation adalah sebuah model
referensi arsitektur
Session antarmuka jaringan yang
dikembangkan oleh ISO
Transport yang kemudian menjadi
konsep standard
Transport Set
Physical
Session
TCP UDP
Transport
Transmission Control Protocol User Datagram Protocol
Routing Protocols
Network IP RIP, OSPF, BGP
ICMP
ARP
Link Mac Address, Switch
data
Private IP Address
IP Address yang diperuntukkan untuk jaringan lokal (tidak
dapat diakses di jaringan internet)
10.0.0.0 – 10.255.255.255 (10./8)
172.16.0.0 – 172.31.255.255 (172.16./12)
192.168.0.0 – 192.168.255.255 (192.168./16)
11 Time Exceeded
192.168.0.4/24
192.168.0.246/24
192.168.0.191/24
192.168.0.26/24
192.168.0.142/24
192.168.0.41/24
Ether1 Ether2
192.168.0.28/24 192.168.2.74/24
Ether3 Ether4
192.168.4.151/24 192.168.5.211/24
10.10.10.254/24
192.168.0.74/24
10.10.10.34/24
192.168.0.254/24
192.168.1.254/24 192.168.1.48/24
192.168.0.4/24
192.168.0.141/24
192.168.1.4/24
192.168.1.24/24
switch
192.168.0.254/24
192.168.0.4/24
192.168.0.246/24
192.168.0.191/24
192.168.0.26/24
192.168.0.142/24
192.168.0.41/24
192.168.2.0/24
ROUTER
GATEWAY
WIRELESS
A: Active
D: Dynamic
C: Connected setiap IP Address yang dipasang pada
interface di router secara otomatis akan
menambahkan DAC Routing dengan
pref-source IP Address tersebut.
Gateway
IP Address gateway, harus merupakan IP Address yang satu
dinamik.
Pref Source
source IP address dari paket yang akan meninggalkan router
Distance
Beban untuk kalkulasi pemilihan routing
10.10.0.2/24
10.10.2.2/24
10.10.1.1/24 10.10.1.2/24 10.10.2.1/24
10.10.3.1/24
10.10.10.100/24
ETHER2: ETHER2:
10.Y.3.2/24 10.Y.2.2/24
AP AP
10.10.10.100/24 ETHER3:
10.Y.1.1/24
WLAN1: ETHER2:
10.10.10.X/24 10.Y.1.2/24
ETHER3: ETHER3:
10.Y.3.1/24 10.Y.2.1/24
ETHER2: AP ETHER2: AP
10.Y.3.2/24 10.Y.2.2/24
192.168.X.2/24 192.168.X.2/24
192.168.X.2/24
05-164 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 25-Mar-10
Bridge & EoIP
192.168.0.1
ROUTER
192.168.0.100-254
GATEWAY
WIRELESS
192.168.0.2
Sistem Bridge
Bayangkan kalau network wireless sudah
terdiri dari beberapa BTS
CLIENT
ROUTER
GATEWAY 192.168.0.2
WIRELESS
192.168.0.100-254
Sistem Bridge
Keburukan Sistem Bridge
Sulit untuk mengatur trafik broadcast (misalnya
akibat virus, dll)
Permasalahan pada satu segment akan membuat
masalah di semua segment pada bridge yang sama
Sulit untuk membuat fail over system
Sulit untuk melihat kualitas link pada tiap segment
Beban trafik pada setiap perangkat yang dilalui
akan berat, karena terjadi akumulasi traffic
Bridge Interface
Berikut ini jenis-jenis interface yang dapat di-
bridge:
Ethernet
VLAN
• Merupakan bagian dari ethernet atau wireless interface
• Jangan melakukan bridge sebuah VLAN dengan interface
induknya
Wireless AP, WDS, dan Station-pseudobridge
• Note: station-pseudobridge tidak bisa di-bonding
EoIP (Ethernet over IP)
• Lebih detail pada slide lain
PPTP
• Selama bridge dilakukan baik di sisi server maupun client
Perhatikan!
Kita tidak harus memasang IP Address pada
sebuah bridge interface
Jika kita menonaktifkan bridge, pada IP Address
yang terpasang pada bridge akan menjadi invalid
Kita tidak bisa membuat bridge dengan interface
lainnya, seperti synchronous, IPIP,
PPPoE, dll.
Namun, kita bisa melakukan bridge pada interface
lainnya dengan membuat EoIP terlebih dahulu
pada interface tersebut
EoIP hanya bekerja antar perangkat Mikrotik, dan
tidak bisa dihubungkan dengan perangkat merk
lain.
Membuat Bridge
Membuat interface bridge
Memasukkan interface ethernet ke interface
bridge
Pastikan bahwa IP Address berada dalam
satu segmen network
Konfigurasi Bridge
Secara default, jika kita menggunakan bridge, maka rule yang ada di firewall
tidak akan berpengaruh. Aktifkanlah setting ini jika dibutuhkan.
Membuat Interface Bridge
Setting Bridge Ports
Bridge Ports
Setelah ketiga interface dimasukkan ke dalam bridge
10.10.10.1/24
10.10.10.2/24
10.10.10.51-150/24 10.10.10.151-250/24
Perhatikanlah IP Route
Sebelum bridge dibuat IP Address terletak
pada interface masing-masing
IP Route
Setelah interface dimasukkan ke dalam
bridge, maka dynamic routing juga akan
berpindah ke interface bridge:
Bridge Monitoring
Untuk melihat mac-address host yang
terkoneksi
LAB – Bridge (1)
Berpasangan dengan teman semeja,
buatlah konfigurasi bridge berikut ini,
sehingga dari laptop A bisa melakukan ping
ke laptop B.
192.168.10.1/24 192.168.10.4/24
192.168.10.2/24
192.168.10.3/24
Bridge Loop
Jika terdapat dua atau lebih jalur yang
berada dalam sebuah network bridge, hati-
hati terjadinya bridge loop.
Untuk menghindari terjadinya bridge loop,
kita menggunakan STP (Spanning Tree
Protocol)
Meskipun tidak terlalu bagus (kurang
responsif), STP dapat juga digunakan
sebagai fail over system
Contoh Bridge Loop
Jika Ether1 dan Ether2 pada kedua router
dimasukkan ke dalam bridge, maka akan
terjadi bridge loop
Ether2
X Ether2
10.0.0.1 10.10.10.2
City A
City B
192.168.0.11 192.168.0.1
EoIP
192.168.0.12
192.168.0.13 192.168.0.3 192.168.0.2
Secara Virtual setiap Laptop terletak di dalam satu segmen network yang sama.
EoIP Configuration
[LAB] EoIP Tunnels
Router A Router B
10.10.10.1 10.10.10.2
192.168.1.1 192.168.1.11
EoIP
192.168.1.2
192.168.1.12
[LAB] EoIP Tunnels
Perlu diingat bahwa
TUNNEL ID pada
sebuah EoIP tunnel
harus sama antar kedua
EoIP Tunnel.
MAC Address antar
EoIP harus berbeda
satu dengan yang lain.
[LAB] EoIP Tunnels
ROUTER A ROUTER B
Wireless Concept
2400 2410 2420 2430 2440 2450 2460 2470 2480 MHz Bottom of
channel
ISM Band
Channels 80211a
36 40 42 44 48 50 52 56 58 60 64
5210 5250 5290
5150 5180 5200 5220 5240 5260 5280 5300 5320 5350
2484
2312-2372 2412-2472 2512-2732
MHz MHz MHz
λ = ______
C
f
dimana :
λ = wavelength dalam meters
f = frequency dalam Hertz (getaran/detik)
c = kecepatan cahaya (3X108 meter/detik)
Panjang Gelombang 2,4 GHz
Contoh perhitungan panjang gelombang (wavelength)
untuk frekwensi 2,4GHz :
8 m/s
λ= ______________
3 x 10
2,4 x 10 9 Hz
λ = 0,125 meter
Jadi panjang gelombang-nya hanya 12,5 cm
Tx Power
Radio mempunyai daya untuk menyalurkan
sinyal pada frekwensi tertentu, daya
tersebut disebut Transmit (Tx) Power dan
dihitung dari besar energi yang disalurkan
melalui satu lebar frekwensi (bandwidth)
Misalnya, satu radio memiliki Tx Power
+18dBm, maka jika di konversi ke Watt
akan didapat 0,064 W atau 64 mW.
Perhitungan db - mWatt
dBm adalah nilai 10 log dari sinyal untuk 1 milli Watt
dBW adalah nilai 10 log dari sinyal untuk 1 Watt
Sinyal 100 milli Watt jika dijadikan dBm akan menjadi :
100 mW
10 log = 20 dBm
1 mW
Watts vs dbm
100 W 50 dBm
Setiap kenaikan atau
kehilangan 3 dB, kita 10 W 40 dBm
akan mendapatkan
2W 33 dBm
dua kali lipat daya
atau kehilangan 1W 30 dBm
setengahnya .
100 mW 20 dBm
1 mW 0 dBm
100 uW -10 dBm
TX-Rate Pemancar
Kekuatan antenna penerima
+ Kekuatan antenna pemancar
- Loss Kabel & konektor
- Loss Kabel & konektor
Perhitungan RX-Rate
Asumsi :
Access Point 100 mWatt
tanpa booster
antenna grid 24 db
jarak 10 km
Perhitungan
Perangkat db
Pemancar (EIRP)
Access Point 100 mWatt 20 dbm
Kabel 30 meter -6.8 db 37.2 db
Antenna 24 db 24 dbi (EIRP)
FSL / Path Loss 2,4 GHz 10 km -120.026 db
Penerima (Penguatan Penerimaan)
Kabel 30 meter -6.8 db 17.2 db
Antenna 24 db 24 dbi
RX-Rate / Signal Strength -65.626 db
Online
Calculator
www.mikrotik.co.id/
test_link.php
Line of Sight (LOS)
Aplikasi Wireless LAN di luar ruangan harus
memenuhi prinsip Line of Sight
X
Line of Sight (LOS)
Aplikasi Wireless LAN di luar ruangan harus
memenuhi prinsip Line of Sight
RX signal
TX power
d1 d2 level
d (km)
r (meter) = 17.32 *
4 f (GHz)
10 (km)
= 17.32 *
4 * 2.4 (GHz)
http://www.mikrotik.co.id/test_tower.php
asumsi tinggi halangan 10 meter
Tinggi Antena frekuensi 2,4 GHz
120
100
tinggi antena
80
meter
60
Fresnel Zone
40
10 20 30 40 50 60
jarak alat (kilometer)
GPS
Untuk mengukur
ketinggian dan posisi
pemasangan di dua
titik, digunakan alat
GPS (Global Position-
ing System)
Antenna Concept
Directionality
Omnidirectional
Directional (limited range of coverage)
Antenna Gain
In db
Higher db, longer distance coverage
Polarization
Ussualy using vertical polarization
Antenna Type
Omni Directional (3 – 15 db)
Directional
Flat Panel (15 – 23 db)
Yagi
Grid (15 – 28 db)
Solid Disc (24 – 32 db)
Advance &
Simple Menu
Recalibration Recalibration
Wireless Network
Internet / WAN
Wired Network
Hotspot Gateway
hotspot system.
Membuka halaman web
status.
User dapat menggunakan
akses jaringan.
HotSpot features
Autentikasi User
Perhitungan
Waktu akses
Limitasi Data
Berdasarkan data rate (kecepatan akses)