Anda di halaman 1dari 10

PROGRAM KERJA

PENURUNAN STUNTING
DAN WASTING

Rumah Sakit
HELSA CIPUTAT

1
PROGRAM KERJA TERKAIT PENURUNAN STUNTING DAN
WASTING RS HELSA CIPUTAT
TAHUN 2023

A. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan
gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kondisi gagal
tumbuh pada anak balita disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama
serta terjadinya infeks iberulang, dan kedua faktor penyebab ini dipengaruhioleh
pola asuh yang tidak memadai terutama dalam 1.000 HPK .Anak tergolong stunting
apabila panjang atau tinggi badan menurut umurnya lebih rendah dari
standarnasional yang berlaku. Standar dimaksud terdapat pada buku Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA) dan beberapa dokumen lainnya.
Penurunan stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk menghindari
dampak jangka panjang yang merugikan seperti terhambatnya tumbuh kembang
anak. Stunting mempengaruhi perkembangan otak sehingga tingkat kecerdasan
anak tidak maksimal. Hal ini berisiko menurunkan produktivitas pada saat dewasa.
Stunting juga menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit. Anak stunting
berisiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di masa dewasanya. Bahkan,
stunting dan berbagai bentuk masalah gizi diperkirakan berkontribusi pada
hilangnya 2-3% Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya .
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan pada 2018
menemukan 30,8% mengalami stunting. Walaupun prevalensi stunting menurun
dar iangka 37,2% pada ahun 2013, namun angka stunting tetap tinggi dan masih
ada 2 (dua) provinsi dengan prevalensi di atas 40%.

1
Mengacu pada “The Conceptual Framework of the Determinants of Child
Undernutrition” 4 , “The Underlying Drivers of Malnutrition” 5 , dan “Faktor
Penyebab Masalah Gizi Konteks Indonesia”6 penyebab langsung masalah gizi pada
anak termasuk stunting adalah rendahnya asupan gizi dan status kesehatan. Penurunan
stunting menitik beratkan pada penanganan penyebab masalah gizi, yaitu faktor yang
berhubungan dengan ketahanan pangan khususnya akses terhadap pangan bergizi
(makanan), lingkungan sosial yang terkait dengan praktik pemberian makanan bayi
dan anak (pengasuhan), akses terhadap pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan
pengobatan (kesehatan), serta kesehatan lingkungan yang meliputi tersedianya sarana
air bersih dan sanitasi (lingkungan). Keempat faktor tersebut mempengaruhi asupan
gizi dan status kesehatan ibu dan anak. Intervensi terhadap keempat faktor tersebut
diharapkan dapat mencegah masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi.
Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan
faktor keturunan. Penelitian Dubois, et.al padatahun 2012 menunjukkan bahwa faktor
keturunan hanya sedikit (4-7% padawanita) mempengaruhi tinggi badan seseorang saat
lahir. Sebaliknya, pengaruh faktor lingkungan pada saat lahir ternyata sangat besar (74-
87% pada wanita). Hal ini membuktikan bahwa kondisi lingkungan yang mendukung
dapat membantupertumbuhan dan perkembangan anak.
Ibu hamil dengan konsumsi asupan gizi yang rendah dan mengalami penyakit
infeksi akan melahirkan bayi dengan Berat Lahir Rendah (BBLR), dan/atau panjang
badan bayi di bawah standar. Asupan gizi yang baik tidak hanya ditentukan oleh

2
ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga tetapi juga dipengaruhi oleh pola asuh seperti
pemberian kolostrum (ASI yang pertama kali keluar), Inisasi Menyusu Dini (IMD),
pemberian ASI eksklusif, dan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP- ASI) secara
tepat. Selain itu, faktor kesehatan lingkungan seperti akses air bersih dan sanitasi layak
serta pengelolaan sampah juga berhubungan erat dengan kejadian infeksi penyakit
menular pada anak. Kehidupan anak sejak dalam kandungan ibu hingga berusia dua
tahun (1.000 HPK) merupakan masa-masa kritis dalam mendukung pertumbuhan dan
perkembangan anak yang optimal. Faktor lingkungan yang baik, terutama di awal-awal
kehidupan anak, dapat memaksimalkan potensi genetik (keturunan) yang dimiliki anak
sehingga anak dapat mencapai tinggi badan optimalnya. Faktor lingkungan yang
mendukung ditentukan oleh berbagai aspek atau sektor. Penyebab tidak langsung
masalah stunting dipengaruhi oleh berbagai faktor, meliputi pendapatan dan
kesenjangan ekonomi, perdagangan, urbanisasi, globalisasi, sistempangan, jaminan
sosial, sistem kesehatan, pembangunan pertanian, dan pemberdayaan perempuan.
Untuk mengatasi penyebab stunting, diperlukan prasyarat pendukung yang mencakup:
(a) Komitmen politik dan kebijakan untuk pelaksanaan; (b) Keterlibatan pemerintah
dan lintas sektor; dan (c) Kapasitas untuk melaksanakan. Bahwa penurunan stunting
memerlukan pendekatan yang menyeluruh, yang harus dimulai dari pemenuhan
prasyarat pendukung.
Permasalahan stunting pada usia dini terutama pada periode 1000 HPK, akan
berdampak pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Stunting menyebabkanorgan
tubuh tidak tumbuh dan berkembang secara optimal. Balita stunting berkontribusi
terhadap 1,5 juta (15%) kematian anak balita di dunia dan menyebabkan 55 juta
Disability-Adjusted Life Years (DALYs) yaitu hilangnya masa hidup sehat setiap
tahun. Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Upaya penurunan stunting
dilakukan melalui dua intervensi, yaitu intervensi gizi spesifik untuk mengatas
penyebab langsung dan intervensi gizi sensitif untuk mengatasi penyebab tidak
angsung. Selain mengatasi penyebab langsung dan tidak langsung, diperlukan
prasyarat pendukung yang mencakup komitmen politik dan kebijakan untuk
pelaksanaan, keterlibatan pemerintah dan lintas sektor, serta kapasitas untuk
melaksanakan. Penurunan stunting memerlukan pendekatan yang menyeluruh, yang
harus dimulai dari pemenuhan prasyarat pendukung. Kerangka konseptual Intervensi
3
penurunan stunting terintegrasi. Dalam jangka pendek, stunting menyebabkan gagal
tumbuh, hambatan perkembangan kognitif dan motorik, dan tidak optimalnya ukuran
fisik tubuh serta gangguan metabolisme. Dalam jangka panjang, stunting
menyebabkan menurunnya kapasitas intelektual. Gangguan struktur dan fungsi saraf
dan sel-sel tak yang bersifat permanen dan menyebabkan penurunan kemampuan
menyerap pelajaran di usia sekolah yang akan berpengaruh pada produktivitasnya saat
dewasa. Selain itu, kekuranga gizi juga menyebabkan gangguan pertumbuhan (pendek
dan atau kurus) dan meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes
melitus, hipertensi, jantung kroner, dan stroke.
Upaya penurunan stunting dilakukan melalui dua intervensi, yaitu intervensi
gizi spesifik untuk mengatasi penyebab langsung dan intervensi gizi sensitif untuk
mengatasi penyebab tidak langsung. Selain mengatasi penyebab langsung dan tidak
langsung, diperlukan prasyarat pendukung yang mencakup komitmen politik dan
kebijakan untuk pelaksanaan, keterlibatan pemerintah dan lintas sektor, serta kapasitas
untuk melaksanakan. Penurunan stunting memerlukan pendekatan yang menyeluruh,
yang harus dimulai dari pemenuhan prasyarat pendukung.

2. TUJUAN UMUM DAN KHUSUS


a. Tujuan Umum
Mempercepat penuruan stunting dan wasting.
b. Tujuan Khusus

1) Memberikan sosialisasi dan pelatihan staf tenaga kesehatan rumah sakit


tentang Program Penurunan Stunting dan Wasting
2) Memberikan sosialisasi kepada pasien poli kebidanan dan poli anak
tentang stunting dan wasting.

4
3. KEGIATAN POKOK, RINCIAN DAN CARA MELAKSANAKAN
KEGIATAN

No. Kegiatan Rincian Cara Melaksanakan


Pokok Kegiatan Kegiatan
1 Edukasi ibu hamil Edukasi penyiapan makanan Memberikan edukasi di ruang
yang aman, konsumsi vitamin, poliklinik RS Helsa ciputat,
pemeriksaan ANC menggunakan media Leaflet
2 Edukasi imunisasi Edukasi kepada ibu yang baru Menberikan edukasi
lengkap melahirkan agar anak nya nanti menggunakan media
di imunisasi lengkap Leaflet tentang imunisasi
lengkap
3 Memantau Mengukur BB/TB pasien di Memberikan edukasi di
posyandu binaan dan memberikan posyandu binaan, menggunakan
Tumbuh kembang
edukasi tentang gizi media proyektor
anak

a. Cara Melaksanakan Kegiatan


1) Restrukturisasi unit
a) Pembentukan tim penurunan stunting dan wasting
b) Rapat tim penurunan stunting dan wasting
c) Perumusan keanggotaan lengkap tim
d) Pelaporan kepada Direktur RS Helsa ciputat
e) Pembuatan surat keputusan pengesahan keanggotaan tim
f) Sosialisasi pembentukan tim
2) Riview dan atau riview regulasi
3) Diskusi internal tim
4) Perumusan regulasi tim
5) Sosialisasi regulasi kepada tim terkait

5
6) Impelementasi regulasi
7) Monitoring implementasi regulasi dan mengumpulkan bukti pelaksanaan
kegiatan di lapangan.
8) Evaluasi indikator pencapaian kinerja tim
b. Rapat rutin Tim
1) Penyusanan agenda rapat
2) Pengiriman undangan kepada peserta rapat
3) Pelaksanaan rapat
4) Distribusi notulensi rapat kepada anggota tim
c. Pengelolaan logistik tim
1) Perencanaan kebutuhan logistik tim
2) Permintaan kebutuhan logistik
3) Penyimpanan logistik
4) Monitoring penggunaan logistik
5) Evaluasi dan Pelaporan penggunaan logistik
d. Pengelolan Sumber Daya Manusia (SDM)
1) Riview Uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab
e. Pendidikan dan pelatihan
1) Perencanaan kebutuhan pendidikan dan pelatihan tim prevalensi stunting
2) Permintaan kegiatan pendidikan dan pelatihan
3) Monitoring pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan
4) Evaluasi pelaksanaan pelatihan
f. Budgeting
1) Perencanaan kegiatan
2) Penyusunan anggaran yang disetujui
3) Pengajuan anggaran kepada atasan langsung
4) Challenge session
5) Pengesahan anggaran
6) Sosialisasi anggaran yang disetuju

6
7) Monitoring penggunaan budget
8) Evaluasi budgeting

4. SASARAN

a. Restrukturisasi tim penurunan prevalensi stunting dan wasting : terbentukanya


struktur organisasi tim prevalensi stunting.
b. Pembuatan Regulasi tim penurunan prevalensi stunting dan wasting : tersedianya
regulasi yang diperlukan bagi tim penurunan prevalensi stunting dan wasting dala
bekerja sesuai dengan standar akreditasi
c. Rapat rutin tim penurunan prevalensi stunting dan wasting : terselenggaranya rapat
rutin tim prevalansi stunting minimal sekali setiap bulanya
d. Pengelolaan lositic tim prevalensi stuntig dan wasting : tersedianya logistikyang
diperlukan untuk dapat melakukan kegiatan operasional tanpa terjadipenambahan
anggaran untuk pengadaan/ pembelian logiztic di luar rencana
e. Pengelolaan SDM : tersedianya SDM yang sesuai dengan kualifikasi dan kuatitas
menurut Man Power Planning yang telah di susun
f. Pendidikan dan pelatihan tim penurunan prevalensi stunting : terlaksananya
kegiatan pendidikan dan pelatihan sesuai dengan jenis dan waktu yang ditentukan
g. Bugedting : Tersusunya RKAT unit tim penurunan prevalensi stunting

5. JADWAL PELAKSANAAN
No Kegiatan Rincian jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Kegiatan
1 Edukasi ibu Edukasi v V v v v v v v V V v v
hamil penyiapan
makanan yang
aman, konsumsi
vitamin,
pemeriksaan ANC
2 Edukasi Edukasi kepada v V v v v v v v V V v v

7
imunisasi ibu yang baru
lengkap melahirkan agar
anak nya nanti di
imunisasi lengkap
3 Memantau Mengukur BB/TB v V v v v v v v V V v v
Tumbuh pasien rawat inap
kembang anak dan rawat jalan,
edukasi MPASI

6. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Evaluasi program tim penurunan prevalensi stunting dilakukan di bulan Juni dan
Desember oleh ketua tim dan dilaporkan kepada Direktur RS Helsa ciputat.

7. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

a. Pencatatan laporan kegiatan dilakukan setiap kali kegiatan tersebut


dilaksanakan dengan melengkapi bukti- bukti :
1) Rapat-rapat

a) Undangan

b) Absensi

c) Notulen

2) Kegiatan Layanan

a) Buku register laporan manajemen etik

b) Laporan bulanan kinerja komite

b. Pelaporan kinerja komite sibuat setiap bulan dan dilaporkan kepada Direktur RS
Helsa ciputat
c. Pelaporan evaluasi kegiatan disertakan dalam laporan kinerja komite bulan juni
dan desember yang meliputi :
1) Realisasi kegiatan yang telah diprogramkan termasuk ketpatan waktu
pelaksanaan kegiatan.

8
2) Realisasi Anggaran

3) Cakupan Program

Tangerang Selatan, 11 Februari 2023

Menyetujui,

dr. Sony Feriadi Kurniawan


Direktur RS Helsa ciputat

Anda mungkin juga menyukai