Anda di halaman 1dari 11

Vol 2 Nomor 1.

Januari-Juni 2014 Jurnal Fropil

ANALISIS POTENSI LONGSOR


PADA LERENG GALIAN PENAMBANGAN TIMAH
(Studi Kasus Area Penambangan Timah Di Jelitik, Kabupaten Bangka)

Riki Dwi Prastyo


Alumni Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung
Email: riki_dwiprastyo@yahoo.com

Roby Hambali
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung
Email: rhobee04@yahoo.com

ABTRAK

Akibat kegiatan penambangan Timah terbentuklah sebuah lereng galian. Lereng dengan
strukturtanah dan kemiringan tertentu menimbulkan potensi longsor yang membahayakan
keselamatan pekerja tambang. Oleh karenanya dilakukan analisis potensi kelongsoran
pada lereng galian penambangan Timah tersebut dengan melihat faktor keamanan (SF)
lereng, serta menganalisis sejauh mana pergerakan tanah (deformasi) akibat penggalian.
Analisis dilakukan dengan memodelkan lereng galian menggunakan program Plaxis 2D-
Versi 8, berdasarkan data primer dan studi parametrik. Data yang diperlukan yaitu tinggi
lereng (H), stratigrafi, sudut kemiringan lereng (α), berat volume tanah (γ), koevisien
permeabilitas (k), modulus elastisitas tanah (E), angka poisson (v), kohesi tanah (c), sudut
geser tanah (ϕ) dan asumsi muka air tanah. Selain itu dilakukan juga simulasi perbaikan
lereng dengan mengubah geometri asli lereng berdasarkan dua alternatif solusi perbaikan
yaitu dengan memperkecil sudut kemiringan lereng dan membuat berm/trap pada lereng.
Hasil analisis kelongsoran pada lereng galian penambangan Timah mendapatkan faktor
keamanan (SF) sebesar 1,18 sehingga lereng teridentifikasi pada kondisi keruntuhan
pernah terjadi artinya lereng berpotensi longsor. Adapun deformasi yang terjadi sebesar
31,01*10 3 meter, artinya akibat penggalian memungkinkan massa tanah bergarak sejauh
31,01*10 3 meter sebelum terjadi keruntuhan sempurna. Dari dua alternatif analisis
perbaikan yang direkondasikan, solusi terbaik didapatkan dengan membuat berm/trap
sebanyak 6 berm dengan sudut kemiringan pada setiap berm sebesar 50ᵒ dan lebar antar
berm sebesar 3 meter. SF yang disapatkan sebesar 2,56 mengalami peningkatan sebesar
116,96 %, dengan deformasi sebesar 17,71*10-3 meter, mengalami pengecilan sebesar
42,89 %. Karena penggalian tetap mengalami pergerakan massa tanah (deformasi), tetapi
berdasarkan analisis faktor keamanan, lereng pada kondisi aman (tidak berpotensi
longsor).

Kata kunci : Lereng galian, potensi kelongsoran, solusi perbaikan lereng.

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 69


Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 1. Januari-Juni 2014

Rumusan Masalah
PENDAHULUAN
1. Berapakah faktor aman (SF) pada lereng
Pulau Bangka merupakan pulau
galian penambangan Timah dan apakah
penghasil Timah terbesar di Indonesia yang
lereng galian penambangan Timah
selanjutnya disusul Pulau Belitung,
berpotensi longsor ?
Karimun, Kundur, dan Singkep.Khususnya
2. Berapa besarandeformasi yang terjadi
pada penambangan darat, akibat proses
pada lereng galian penambangan
penambangan terbentuklah sebuah lereng
Timah?
galian. Hardiyatmo (2007) menjelaskan,
3. Apa alternatif solusi terbaik yang
pada penggalian tanah, selama periode
diberikan agar menjadikan kondisi
penggalian yang dilakukan dengan cepat,
lereng galian penambangan Timah
tegangan geser yang timbul bertambah
menjadi aman ?
sedangkan kuat geser relatif tetap. Hal ini
mengakibatkan faktor aman berkurang. Tujuan Penelitian
Pada akhir penggalian, walaupun 1. Menganalisis faktor aman (SF) dan
tengangan geser yang terjadi tetap, menganalisis potensi longsor pada
pengurangan kuat geser mengakibatkan lereng galian penambangan Timah.
berkurangnya faktor aman. Artinya baik 2. Menganalisis besaran Deformasi yang
dalam proses penggalian dan setelah selesai terjadi pada lereng galian penambangan
penggalian faktor aman yang terjadi relatif Timah.
berkurang. Berkurangnya faktor aman serta 3. Menentukan solusi terbaik terhadap
perbedaan elevasi tanah, mendorong massa keamanan lereng galian penambangan
tanah bergerak atau longsor yang dapat Timah.
membahayakan keselamatan pekerja
tambang. Oleh karenanya dilakukan
analisis potensi kelongsoran pada lereng TINJAUAN PUSTAKA
galian penambangan Timah tersebut Masalah yang terjadi pada lereng
dengan melihat faktor keamanan (SF) adalah hilangnya kestabilan sehingga
lereng, serta menganalisis sejauh mana terjadi gerakan-gerakan tanah, retak-retak,
pergerakan tanah (deformasi) akibat bahkan longsor karena adanya perbedaan
penggalian dengan program Plaxis 2D- elevasi tanah. Jika permukaan tanah tidak
Versi 8. datar, komponen berat tanah yang sejajar
dengan kemiringan lereng akan
menyebabkan tanah bergerak ke arah
bawah.

Gambar 1. Penambangan timah

70 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung


Vol 2 Nomor 1. Januari-Juni 2014 Jurnal Fropil

Pada penelitan ini analisis


keamanan/stabilitas dan deformasi lereng
galian digunakan program Plaxis 2D-versi
8. Analisis keamanan/stabilitas lereng dan
deformasi dalam Plaxis 2D-versi 8
mengacu pada model Mohr-
Coulomb.Model Mohr-Coulomb adalah
model elastis-plastis disarankan untuk
digunakan dalam analisis awal dari
Sumber : Wesley (2012) masalah yang dihadapi karena relatif
Gambar 2. Beberapa macam tanah longsor sederhana, cepat dan saat tidak diperoleh
data tanah yang memadai. Titik-titik kritis
permodelan Mohr-Coulomb memiliki nilai
Apabila komponen gravitasi terlalu
yang berdekatan dengan titik-titik kritis
besar sehingga perlawanan terhadap tanah sebenarnya di sepanjang bidang
geseran yang mampu dikerahkan oleh kelongsoran. Oleh karena itu pemodelan
tanah pada bidang longsornya terlampaui
Mohr-Coulomb sangat cocok untuk
disebabkan oleh pergerakan tanah yang
menganalisa stabilitas lereng. Dapat dilihat
relatif cepat, maka akan terjadi gelincir pada Gambar 3 pemodelan Mohr-Coulomb.
(sliding). Rembesan dapat juga merupakan
pertimbangan yang penting dalam
pergerakan tanah apabila terdapat air.
Gaya-gaya yang disebabkan oleh rembesan
dan gempa menghasilkan tegangan geser
pada seluruh masa tanah. Sedangkan tanah
memiliki tahanan geser yang bergantung
pada kuat geser tanah.
Keamanan/stabilitas lereng dapat
diidentifikasi berdasarkan besaran faktor Sumber : Das, 1998
keamanan (SF)pada lereng tersebut. Pada
Gambar 3. Lingkaran mohr dan garis
studi kasus ini kriteria keamanan pada
keruntuhan
lereng galian mengacu pada sumber
Bowles (1991), dapat dilihat pada Tabel 1. Gambar 3 menunjukkan gambaran
separuh lingkaran mohr yang mewakili
Tabel 1 Kondisi lereng berdasarkan nilaiSF
kondisi tegangan pada saat keruntuhan
SF Kondisi Lereng
pada suatu massa tanah. Garis keruntuhan
SF> 1,25 Keruntuhan jarang terjadi yang dinyatakan oleh persamaan
1,07 <SF ≤ 1,25 Keruntuah pernah terjadi  f  c   tan  menyinggung lingkaran
SF< 1,07 Keruntuhan biasa terjadi Mohr pada titik X.
dimana,

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 71


Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 1. Januari-Juni 2014

f : kekuatan geser tanah kekuatan geser yang tersedia


SF   nilai  Msf
kekuatan geser saat runtuh
c : kohesi tanah dimana,
 : tegangan normal input : sudut geser dalam (ᵒ)
ɸ : sudut geser tanah reduksi : sudut geser dalam tereduksi (ᵒ)
Pada Plaxis 2D-versi 8 model Mohr- cinput : kohesi tanah (kN/m²)
Coulomb dapat digunakan untuk creduksi : kohesi tanah tereduksi (kN/m²)
menghitung faktor keamanan dengan
pendekatan reduksi ϕ dan c, selain itu juga
deformasi yang terjadi pada juga dapat METODE PENELITIAN
dilihat. Parameter kekuatan tanϕ dan c dari
Lokasi studi kasus dalam penelitian ini
tanah selanjutnya akan direduksi hingga
yaitu di Jelitik Kabupaten
keruntuhan tercapai. Sehingga faktor aman
BangkaKepulauan Bangka Belitung.
(SF) menjadi:
Adapun peta lokasi penelitian ditunjukkan
taninput cinput pada Gambar 4 berikut.
 Msf  
tan  tereduksi c tereduksi

Gambar 4. Peta lokasi studi kasus

pada lereng galian, analisis perbaikan


Tahapan Penelitian
lereng galian, dan perumusan kesimpulan.
Tahapan penelitian ini
Bagan alir penelitian disajikan pada
meliputipengumpulan data, data uji tanah
Gambar 5.
asli di laboratorium dan data korelasi
parametrik tanah, analisis potensi longsor

72 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung


Vol 2 Nomor 1. Januari-Juni 2014 Jurnal Fropil

Gambar 5. Diagram alir penelitian


Data Lapangan
Data lapangan merupakan data
geometrik asli lereng galian pada area studi
kasus (Gambar 6).Ketinggian lereng (H)
dan sudut kemiringan lereng diukur dengan
GPS, stratigrafi dilakukan pengamatan
langsung dan muka air tanah berdasarkan
asumsi geometri asli lereng galian disajikan
sesuai gambar 7.
Gambar 7. Gometri lereng galian
penambangan timah asli dilapangan

Data Laboratorium dan Korelasi


Parametrik
Data dari pengujian laboratoriumyang
perlu didapatkan sesuai Tabel 2 dan data
kolerasi parametrik sesuai Tabel 3. Data-
Gambar 6. Lereng terbentuk akibat data ini merupakan parameter tanah yang
penambangan timah

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 73


Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 1. Januari-Juni 2014

dibutuhkan dalam analisis potensi logsor (1  w) Gs  w


 
pada lereng galian. unsat 1 e
Tabel 2. Data laboratorium yang dicari Untuk  sat dilakukan pendekatan
Jenis Tanah dengan rumus berikut.

Berat Jenis Tanah (Gs) (Gs  e) w


γ sat 
Kadar Air Tanah (w) 1 e
Untuk e (angka pori) yang mana
Sudut Geser Tanah (ɸ)
nilainya didapatkan dengan korelasi
Kohesi Tanah (c) parametrik berdasarkan jenis dan  w adalah
Jenis tanah asli di lapangan di berat volume air.
dapatkan berdasarkan uji analisis saringan
Analisis Potensi Longsor
dan pengujian Indeks Plastisitas. Sudut
Analisis potensi longsor dilakukan
geser tanah dan kohesi tanah dilakukan
pada lereng galian asli dilapangan (Gambar
pengujian direct shear.
7), jika hasil analisis didapat lereng galian
Tabel 3. Data korelasi parametrik yang berpotensi longsor (tidak aman) selnjutnya
dicari dilakukan analisis solusi perbaikan lereng
Modulus elastisitas (E) galian yang dimodelkan dengan Plaxis 2D-
versi 8.
Angka poisson (μ)
Solusi Perbaikan Lereng Galian
Koefisien permeabilitas ( k x & k y )
Analisis solusi perbaikan lereng
Berat volume tanah asli (  unsat ) dilakukan dengan simulasi perbaikan
lereng galian dengan dua alternatif solusi
Berat volume tanah jenuh air (  sat ) yaitu dengan memperkecil sudut
kemiringan lereng (Tabel 4)dan dengan
Berdasarkan jenis tanah dapat
membuat berm/trap pada lereng galian
dilakukan korelasi parametrik berupa E, μ,
(Tabel 5).
kx & ky . Adapun  unsat dilakukan
pendakatan dengan rumus berikut.
Tabel 4. Alternatif sudut kemiringan lereng pada analisis solusi perbaikan lereng

Sudut Kemiringan
Tinggi Lereng (H)
Alternatif Lereng
(m) (ᵒ)
1A 69
1B 65
1C 18 60
1D 55
1E 50

74 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung


Vol 2 Nomor 1. Januari-Juni 2014 Jurnal Fropil

Tabel 5. Alternatif bentuk berm/trap pada analisis solusi perbaikan lereng galian

Tinggi Lereng Jumlah Sudut Tiap Lebar Antar


Alternatif (H) Berm Berm Berm
(m) (ᵒ) (m)
2A 1
2B 18 4 72 2
2C 3
2D 1
2E 18 4 61 2
2F 3
2G 1
2H 18 4 52 2
2I 3
2J 1
2K 18 6 72 2
2L 3
2M 1
2N 18 6 63 2
2O 3
2P 1
2Q 18 6 50 2
2R 3

digunakan untuk korelasi parametrik tanah


HASIL DAN PEMBAHASAN
dan sudut geser tanah (ϕ) serta kohesi tanah
Pengujian Tanah di Laboratorium dan
Korelasi Parametrik (c). Adapun hasil pengujian tanah asli di
laboratorium dan korelasi parametrik
Pada pengujian tanah asli di
disajikan pada Tabel 6 yang selanjutnya
laboraturium sampel tanah yang digunakan
dugunakan untuk analisis potensi longsor
diambil dengan alat handbor pada area
pada lereng galian.
studi kasus. Hasil dari pengujian tanah asli
dilaboratorium berupa jenis tanah, kadar air
tanah (w) dan berat jenis tanah (Gs),
Tabel 6. Hasil pengujian tanah asli di laboratorium dan hasil korelasi parametrik
Tanah Kedalaman 1 m
Satuan Nilai
(pasir berlempung)
Modulus elastisitas (E) kN/m² 20000
Angka poisson (μ) 0,25
Koefisien permeabilitas ( k x & k y ) m/hr 0,1
Berat volume tanah normal (γ) kN/m³ 18
Berat volume tanah jenuh air (  sat ) kN/m³ 18,9
Kohesi Tanah (c) kN/m² 14
Sudut Geser (ɸ) ᵒ 41

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 75


Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 1. Januari-Juni 2014

Tanah Kedalaman 5 m
Satuan Nilai
(pasir berlanau)
Modulus elastisitas (E) kN/m² 20000
Angka poisson (μ) 0,25
Koefisien permeabilitas ( k x & k y ) m/hr 0,1
Berat volume tanah normal (γ) kN/m³ 17,67
Berat volume tanah jenuh air (  sat ) kN/m³ 18,33
Kohesi Tanah (c) kN/m² 25
Sudut Geser (ɸ) ᵒ 36
Sumber : Hasil Perhitungan

displacements (Gambar 9). Artinya, oleh


Analisis Potensi Longsor Lereng Alami
karena penggalian memungkinkan massa
Analisis potensi longsor merupakan
tahapan identifikasi keamanan lereng. Hasil tanah begerak sejauh 31,01*10 3 meter
analisis berupa faktor keamanan (SF) dan sebelum terjadi keruntuhan sempurna.
deformasi. SF adalah acuan terhadap
keamanan lereng dan deformasi merupakan
kondisi dimana berubahnya bentuk lereng
akibat terjadinya pergerakan tanah
(displacements) pada lereng galian. Model
geometri kondisi awal lereng disajikan
pada Gambar 8. Hasil dari analisis
disajikan pada Tabel 7 berikut.
Tabel 7. Hasil analisis potensi longsor Gambar 8. Model Goemetri Asli Lereng
Tinggi Sudut
Lereng Kemiringan Deformasi
SF 3
(H) Lereng (* 10 m)
(m) (ᵒ)

18 72 1,18 31,01

Berdsarkan Tabel 5, SF didapatkan


sebesar 1,18. Artinya 1,07<SF=1,18<1,25,
lereng galian pada kondisi keruntuhan
pernah terjadi sehingga lereng berpotensi
longsor (tidak aman) dan perlu dilakukan Gambar 9. Deformasi pada Geometri Asli
perbaikan. Deformasi yang terjadi sebesar Lereng
31,01*10 3 meter, dimana didalam Plaxis
2D-versi 8 deformasi disebut

76 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung


Vol 2 Nomor 1. Januari-Juni 2014 Jurnal Fropil

Analisis Perbaikan Lereng


Analisis perbaikan lereng pada
alternatif pertama dilakukan yaitu dengan
memparkecil sudut kemiringan lereng.
Hasil analisis berdasarkan simulasi
perbaikan (Tabel 2) secara keseluruhan
lereng aman, hanya pada sudut kemiringan
69ᵒ lereng galian masih berpotensi longsor. Gambar 10. Model geometri lereng pada
Alternatif terbaik didapat dengan sudut alternatif pertama
kemiringan 50ᵒ. Model Geometri perbaikan
lerengpadaaternatif terbaik disajikan pada
Gambar 10. Hasil analisis disajikan pada
Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Hasil perbaikan lereng degan
memperkecil sudut kemiringan lereng
Tinggi Sudut
Lereng Kemiringan Deformasi
SF 3
(H) Lereng (* 10 m) Gambar 11. Deformasi lereng pada
(m) (ᵒ)
alternatif pertama
18 50 1,73 23,35

Berdasarkan Tabel 8 didapatkan nilai Selanjutnya dilakukan analisis


SF sebesar 1,73 mengalami peningkatan perbaikan lereng alternatif kedua yaitu
sebesar 0,55 atau sebesar 46,61 % dari SF dengan membuat berm/trap pada lereng
lereng asli lapangan. Artinya galian. Hasil analisis pada alternatif kedua
SF=1,73>1,25, sehingga lereng pada ini juga secara keseluruhan dihasilkan
kondisi keruntuhan jarang terjadi berarti lereng pada kondisi aman. Hasil terbaik
lereng galian relatif tidak mengalami dari simulasi perbaikan lereng pada
kelongsoran. Kemungkinan deformasi oleh alternatif kedua (Tabel 3) yaitu dengan
pembuatan berm/trap sebanyak 6 brem/trap
karena penggalian sebesar 23,35 *10 -3
dan sudut kemiringan tiap berm/trap
metermengalami pengecilan sebesar
sebesar 50ᵒ dengan lebar antar berm/trap
7,66 *10 -3 meter atau mengecil sebesar sebesar 3 meter. Model geometri dari hasil
24,70 % dari deformasi lereng asli terbaik pada analisis perbaikan alternatif
lapangan (Gambar 11), deformasi masih kedua disajikan pada Gambar 12. Hasil
terlihat pada alternatif perbaikan ini namun analisis disajikan pada Tabel 9 berikut.
berdasarkan hasil analisis keamanan lereng,
Tabel 9. Hasil perbaikan lereng degan
lereng tetap dalam kondisi aman.
membuat berm pada lereng
Sudut Lebar
Jlh Deformasi
(H) Tiap Antar
Berm FS 3
(m) Berm Berm (* 10 m)
(ᵒ) (m)
18 6 50 3 2,56 17,71

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 77


Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 1. Januari-Juni 2014

Bersasarkan Tabel 9 didapatSF sebesar Dari dua alternatif solusi perbaikan


2,56 mengalami kenaikan 1,38 atau sebesar lereng yang dianalisis, solusi terbaik
116,96% dari SF lereng asli lapangan, didapat pada alternatif kedua yaitu dengan
artinya SF=2,56>1,25, lereng pada kondisi pembuatan berm/trap pada lereng galian,
keruntuhan jarang terjadi sehingga lereng sebanyak 6 berm/trap dan sudut kemiringan
galian relatif tidak mengalami kelongsoran pada setiap berm/trap sebesar 50ᵒ dengan
dan lereng galian aman. Pada alternatif lebar antar berm/trap sebesar 3 meter.
kedua kemungkinan deformasi yang terjadi
oleh karena penggalian sebesar 17,71*10-3
KESIMPULAN
meter mengalami pengecilan sebesar
1. Hasil analisis kelongsoran didapatkan
13,33 *10-3 meter atau mengecil sebesar
foktor aman (SF) lereng galian
42,89 % dari kondisi lereng asli lapangan penambangan Timah pada studi kasus
(Gambar 13).Walaupun deformasi terlihat ini sebesar 1,18. Berdasarkan SF yang
akan tetapi berdasarkan hasil analisis didapat artinya 1,07 <SF=1,18 < 1,25
keamanan lereng, lereng tetap aman dari sehingga lereng berada pada kondisi
kelongsoran. pernah terjadi keruntuhan, oleh
karenanya lereng berpotensi longsor.
2. Deformasi yang terjadi pada lereng
galian penambangan Timah pada studi
kasus ini yaitu sebesar 31,01*10 3
meter.
3. Solusi terbaik terhadap perbaikan lereng
galian penambangan seperti yang dikaji
dalam penelitian ini yaitu berupa
Gambar 12. Model Geometri Lereng pada pembuatan berm pada lereng galian
Alternatif Kedua sebanyak 6 berm dan sudut kemiringan
pada setiap berm sebesar 50ᵒ dengan
lebar antar berm sebesar 3 m. Solusi
tersebut memberikan nilai SF sebesar
2,56 mengalami peningkatan sebesar
1,38 atau sebesar 116,96% dari SF
lereng asli lapangan dandeformasi
sebesar 17,71*10-3 metermengalami
pengecilan sebesar 13,33 *10-3 atau
mengecil sebesar 42,89 % dari kondisi
lereng asli lapangan.
Gambar 13. Deformasi Lereng Galian pada
Alternatif Kedua

78 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung


Vol 2 Nomor 1. Januari-Juni 2014 Jurnal Fropil

DAFTAR PUSTAKA PERHAPI, 1992-2004, Kumpulan Makalah


Geoteknik, PERHAPI, Jakarta.
Bowles, Joseph E, 1991, Sifat-Sifat Fisis
dan Geoteknis Tanah, Edisi Kedua, Permana, Eka, 2012, Pengaruh Intesitas
Erlangga, Jakarta. Curah Hujan dan Lama Waktu Hujan
Terhadap Kelongsoran Tanah
Craig, R. F, 1974, Mekanika Tanah, Edisi
Ditinjau dari Sisi Geoteknik, Skripsi
Keempat.
Sarjana FTUI Departemen Teknik
Das, Braja M, 1998, Mekanika Tanah, Jilid Sipil, Depok.
1, Erlangga, Jakarta.
SNI 1964, 2008, Badan Standar Nasional,
Das, Braja M, 1998, Mekanika Tanah, Jilid Cara Uji Berat Jenis Tanah, Jakarta.
2, Erlangga, Jakarta.
SNI 1966, 2008, Badan Standar Nasional,
Hardiyatmo, Hary Christady, 1992, Cara Uji Penentuan Batas Plastis
Mekanika Tanah 1, Gramedia Dan Indeks Plastisitas Tanah,
Pustaka Utama, Jakarta. Jakarta.

Hardiyatmo, Hary Christady, 2007, SNI 1967, 2008, Badan Standar Nasional,
Mekanika Tanah 2, Edisi Keempat, Cara Uji Penentuan Batas Cair
Gadjah Mada University Press, Tanah, Jakarta.
Yogyakarta.
SNI 2813, 2008, Badan Standar Nasional,
Hidayati, 2012, Analisa Stabilitas Lereng Cara Uji Kuat Geser Langsung
Pada Campuran Padir dan Tanah Tanah Terkonsolidasi dan
Lempung Dengan Menggunakan Terdrainase, Jakarta.
Pemodelan di Loboratorium, Jurnal
SNI 1967, 2008, Badan Standar Nasional,
Rekayasa Sipil, Volume 8 No. 1
Cara UjiAnalisis Ukuran Butiran,
Hasnawir, 2012, Intensitas Curah Hujan Jakarta.
Memicu Tanah Longsor Dangkal di
Wesley, Laurence D, 2012, Mekanika
Sulawesi Selatan, Jurnal Penelitian
Kehutanan Wallacea, Volume 1 No. Tanah Untuk Tanah Endapan dan
Residu, Andi, Yogyakarta.
1, 62-73.

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 79

Anda mungkin juga menyukai