Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISI CITRA DIGITAL UNTUK PENGELOLAAN SUMBER DAYA


HUTAN

LAPORAN KE- : 1
DISPLAI CITRA DAN PERHITUNGAN NILAI OIF
(OPTIMUM INDEX FACTOR)

NABILA SHAFFANA ZHAFIRA SUWIJI


E1501211018

PROGRAM STUDI ILMU PENGELOLAAN HUTAN


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
PENDAHULUAN.........................................................................................................2
Latar Belakang...........................................................................................................2
Tujuan........................................................................................................................2
METODOLOGI.............................................................................................................3
Waktu dan Tempat.....................................................................................................3
Software, Hardware dan Data....................................................................................3
Prosedur Praktikum....................................................................................................3
HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................................5
Display Citra Komposit.............................................................................................5
Display Citra Grayscale.............................................................................................7
Nilai OIF..................................................................................................................10
SIMPULAN.................................................................................................................12
Simpulan..................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12
LAMPIRAN................................................................................................................13

DAFTAR TABEL
Tabel 1Display citra komposit.................................................................................5
Tabel 2 Display citra grayscale...............................................................................8
Tabel 3 Nilai OIF.....................................................................................................9
Tabel 4 Display citra nilai OIF tertinggi................................................................10

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Nilai DN tiap tutupan lahan....................................................................7
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1Nilai kovarian tiap band......................................................................13
Lampiran 2 Nilai koefisien korelasi tiap band.......................................................13
Lampiran 2 Nilai OIF.............................................................................................13
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Display citra merupakan cara menyajikan citra digital pada layar monitor
yang memiliki beberapa istilah yaitu bits, byte, piksel, warna komposit, warna alami,
warna palsu standar, grayscale dan warna pseudo (Jaya 2015). Gelombang
elektromagnetik yang digunakan sebagai media untuk merekam data/objek mencakup
gelombang tampak mata (visible light) dan merah infra (infra red), yang kemudian
dikelompokkan kedalam wilayah-wilayah yang lebih sempit dengan kisaran panjang
gelombang tertentu, yang disebut band, channel atau saluran (Martono 2008).
Display citra penting untuk dilakukan karena display citra akan mempermudah
interpreter dalam melakukan interpretasi citra. Selain itu kombinasi yang tepat dari
band yang digunakan akan memudahkan membedakan suatu objek dengan objek
lainnya karena setiap objek memiliki respon yang berbeda-beda.
Menurut Manoppo et al.. (2015) kombinasi komposit band merupakan salah
satu jenis teknik penajaman citra untuk mengidentifikasi suatu objek. Namun jika
pemilihan band terbaik tersebut dilakukan secara manual akan memakan banyak
waktu, sehingga digunakanlah nilai OIF (Optimum Index Factor) untuk membantu
dalam penentuan kombinasi band terbaik yang akan digunakan untuk interpretasi
citra digital. Nilai OIF merupakan nilai perbandingan antara total simpangan baku
dari band yang digunakan dibandingkan dengan koefisien korelasi dari masing-
masing band yang digunakan (Jaya 2015).
Kombinasi band yang didapat dari nilai OIF merupakan kombinasi paling
tepat secara statistik karena menggunakan nilai standar deviasi dan dan koefisien
korelasi dari berbagai band yang digunakan (Manoppo et al. 2015). Nilai OIF yang
semakin tinggi menunjukkan semakin banyak informasi yang didapat ditandai dengan
nilai standar deviasi yang tinggi serta dengan sedikit duplikasi yang ditandai dengan
nilai koefisien korelasi yang rendah antar kanal (Purwanto dan Susanto 2019). Oleh
karena itu, pemilihan kombinasi band yang optimal melalui perhitungan nilai OIF
penting dilakukan agar objek semakin mudah teridentifikasi.

Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah untuk memahami dan mengerti teknik import
data, layer stacking, reproject. Selain itu untuk memahami teknik display citra yang
benar, memahami kaidah display citra dengan band tunggal maupun komposit dan
memahami teknik menentukan kombinasi band terbaik melalui nilai OIF serta
memahami nilai digital serta menerjemahkannya menjadi informasi sumberdaya
alam.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat


Praktikum dilakukan pada hari Jumat, 28 Agustus 2021 yang dilakukan secara
daring.
Software, Hardware dan Data

Software yang digunakan pada praktikum ini adalah Erdas Imagine 2014 dan
Microsoft Excel 2016 yang membutuhkan hardware berupa Laptop/PC. Data yang
digunakan adalah data citra Landsat 8 OLI di Provinsi Jambi yang memiliki 11 kanal,
namun yang digunakan hanya tujuh kanal yaitu, Aerosol, Blue, Green, Red, NIR,
SWIR-1 dan SWIR-2.
Prosedur Praktikum

Terdapat beberapa prosedur praktikum yang dilakukan, antara lain:


Import Data
Import data merupakan proses awal pengolahan citra digital. Proses ini
bertujuan untuk mengubah format TIFF menjadi IMG yang dilakukan melalui
software Erdas Imagine 2014.
Layer Stacking
Proses layer stacking merupakan proses menggabungkan tiap band menjadi
satu citra. Sebelum layer stacking band dalam citra masih terpisah-pisah. Dalam
praktikum ini citra yang sudah melalui proses layer stacking akan memiliki band
Aerosol, Blue, Green, Red, NIR, SWIR-1 dan SWIR-2.
Reproject
Reprojection citra dilakukan untuk mengubah sistem proyeksi citra sesuai
dengan sistem koordinat yang digunakan. Penentuan sistem koordinat sesuai dengan
lokasi citra yang diambil yaitu di Provinsi Jambi. Sistem proyeksi yang digunakan
adalah Universal Transverse Mercator (UTM) zona 48 S dan pada WGS 1984.
Displai Citra Komposit
Citra komposit berwarna merupakan metode paling umum yang digunakan
untuk menyajikan warna citra yang dihasilkan dengan menggunakan kombinasi
multi-band (Jaya 2015). Terdapat dua kombinasi band yang digunakan yaitu Red-
Green-Blue (4-3-2) atau yang biasa disebut dengan komposit warna alami dan SWIR-
NIR-Red (6-5-4). Tutupan lahan yang diamati yaitu badan air, vegetasi, lahan terbuka
dan lahan terbangun.
Displai Citra Grayscale
Citra grayscale merupakan citra yang hanya memiliki satu skala warna yaitu
abu-abu (Nabuasa 2019). Sehingga yang tampak adalah derajat keabu-abuan dari citra
itu (Jaya 2015). Selanjutnya setelah selesai dengan display citra grayscale maka
dilanjutkan dengan pengamatan nilai digital atau digital number dari setiap tutupan
lahan untuk setiap band yang digunakan.
Perhitungan Nilai OIF
Perhitungan nilai OIF menggunakan nilai standar deviasi dan koefisien
korelasi dari kombinasi 3 band citra yang digunakan (Purwanto dan Setiawan 2019).
Pemilihan kombinasi terbaik diambil dari nilai standar deviasi yang mendapatkan
nilai tertinggi dari perhitungan nilai OIF. Persamaan 1 merupakan rumus OIF jika
dituliskan secara matematis adalah sebagai berikut :

Si + S j + S k
OIF ijk =
│r ij │+│ r jk │+│ r ik │
(1)
Keterangan :
Si = Standar deviasi band i
Sj = Standar deviasi band j
Sk = Standar deviasi band k
Rij = Koefisien korelasi band i dan band j
Rjk = Koefisien korelasi band j dan band k
Rik = Koefisien korelasi band i dan band k
HASIL DAN PEMBAHASAN

Display Citra Komposit

Analisis citra digital adalah proses menganalisis citra menggunakan berbagai


teknik-teknik analisis yang pada umumnya menggunakan perangkat lunak khusus
(Jaya 2015). Analisis citra digital dan display citra merupakan hal tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Terutama display citra komposit yang merupakan salah
satu teknik umum yang digunakan untuk mengidentifikasi suatu objek melalui
penajaman citra (Jaya 2015). Analisis atau klasifikasi citra digital perlu gabungan
(composite) dari tiga band yang tampilan datanya dapat memberikan gambaran dan
detail informasi yang jelas tentang masing-masing objek yang ada di dalam citra
(Martono 2008). Kombinais band yang digunakan pada praktikum adalah komposit
warna alami dengan kombinasi (4-3-2) dan palsu standar KLHK dengan kombinasi
(6-5-4).

Gelombang elektromagnetik yang digunakan sebagai media untuk merekam


data/objek mencakup gelombang tampak mata (visible light) dan merah infra (infra
red). Gelombang tersebut akan dikelompokkan kedalam wilayah-wilayah yang lebih
sempit dengan kisaran panjang gelombang tertentu, yang disebut band, channel atau
saluran (Martono 2008). Menurut Jaya (2015) komposit warna alami adalah komposit
alami adalah komposit yang mengkombinasikan panjang gelombang merah, hijau dan
biru secara berturut-turut pada Red, Green, Blue guns pada saat mendisplay citra.

Berdasarkan Tabel 1, komposit warna alami akan menghasilkan warna pada


citra yang tampak seperti warna aslinya, yaitu vegetasi berwarna hijau tua, lahan
kosong berwarna coklat, lahan terbangun berwarna coklat tua dan badan air akan
berwarna biru. Hal tersebut terjadi dikarenakan spectrum tiap warna diletakkan sesuai
dengan salurannya. Band 4 dengan panjang gelombang (0.632-0.680 µm) diposisikan
pada saluran RED, band 3 dengan panjang gelombang (0.525-0.600 µm) diposisikan
pada saluran GREEN dan band 2 dengan panjang gelombang (0.450-0.515 µm)
diposisikan pada saluran BLUE. Sehingga terdapat kesesuaiaan antara panjang
gelombang dengan saluran yang digunakan, hal tersebutlah yang menyebabkan
komposit warna alami memiliki warna sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya.
Jaya (2015) menyebutkan bahwa komposit warna alami memiliki kelebihan untuk
interpreter pemula yaitu mudah dipahami, namun memiliki kekurangan lain yaitu
variasi informasi yang relative rendah dikarenakan semua band yang digunakan
hanya berasal dari gelombang visible light yang menyebabkan informasi yang
dimiliki relatif sama.
Tabel 1 Display citra komposit
Kombinasi
Tutupan Alami R-G-B (4-3-2) KLHK Palsu Standar S-N-R
Lahan (6-5-4)
Vegetasi

Lahan
Kosong

Lahan
Terbangun
Badan Air

Kombinasi komposit lain yang digunakan yaitu komposit warna palsu standar
yang memiliki kombinasi 6-5-4 dengan menggunakan band SWIR-NIR-Red. Band 6
dengan panjang gelombang (1.560-1.660 µm) diletakkan pada saluran RED, band 5
dengan panjang gelombang (0.845-0.885 µm) diletakkan pada saluran GREEN dan
band 4 dengan panjang gelombang (0.630-0.630 µm) diletakkan pada saluran BLUE.
Reflektansi dari tiap-tiap tutupan lahan memiliki karakteristik yang berbeda-beda
tergantung objek itu sendiri. Pada komposit SWIR-NIR-Red yang memiliki nilai
relektansi terbesar untuk tutupan lahan vegetasi terletak pada NIR, karena vegetasi
sensitif terhadap NIR. Hal tersebut pula yang menyebabkan ketika NIR diletakkan
pada saluran GREEN maka vegetasi akan tetap berwarna hijau namun dengan warna
yang lebih mencolok. Terlihat pada Gambar 1 ketika menggunakan kombinasi SWIR-
NIR-Red maka vegetasi akan tetap berwarna hijau tetapi lebih terang, lahan kosong
akan berwarna terang jika dibandingkan dengan lahan terbuka dan badan air akan
berwarna gelap. Reflektansi pada tanah dipengaruhi oleh kelembaban dari tanah itu
sendiri,ketika kelembaban tanah rendah maka penyerapannya tinggi namun
reflektansinya akan lebih besar itu lah yang menyebabkan tanah kosong akan
berwarna terang. Sedangkan pada badan air yang mempengaruhi sifat reflektansinya
adalah kejernihan dari badan air tersebut, semakin jernih badan air maka
penyerapannya akan tinggi namun reflektansinya akan rendah. Hal tersebut yang
menyebabkan badan air berwarna gelap baik dalam komposit warna alami ataupun
pada komposit palsu standar.
Display Citra Grayscale

Penggunaan citra grayscale adalah untuk mengurangi informasi yang


dibutuhkan untuk memproses setiap elemen citra. Hal ini dikarenakan warna abu-abu
adalah satu warna dalam komponen warna merah, hijau dan biru yang memiliki
intensitas yang sama dalam ruang RGB sehingga hanya menentukan satu nilai
intensitas untuk setiap elemen citra. Sedangkan komposit berwarna membutuhkan
tiga nilai intensitas yang dibutuhkan untuk menentukan setiap elemen citra dalam
sebuah citra berwarna (Nabuasa 2019). Digital number di layar monitor ditampilkan
dalam warna keelabu hingga hitam yang disebut grayscale tergantung level energi
yang terdeteksi. Nilai digital angka 0 (nol) ditandai dengan warna hitam, antara 0 dan
255 ditandai dengan warna kelabu dan nilai 255 ditandai dengan warna putih
(Suwargana 2013). Hal tersebut jika citra satelit yang dipakai memiliki resolusi
radiometric 8 bit. Tone (derajat keabu-abuan/grayscale) sangat bergantung pada
karakteristik setiap objek, karena merupakan hasil reflektansi transmisi atau radiasi
panjang gelombang yang dihasilkan dari setiap objek (Jaya 2015). Tingkat kecerahan
dari objek bergantung pada sifat dasar objek yang bersangkutan. Angka numerik dari
pixel disebut dengan digital number tergantung dari level energi yang terdeteksi.

25000

20000
Digital Number

15000

10000

5000

0
Blue Green Red NIR SWIR

Band

Vegetasi Lahan Kosong


Lahan Terbangun Badan Air

Gambar 1 Nilai DN tiap tutupan lahan

Band yang digunakan adalah Red, Green, Blue, NIR, SWIR. Berdasarkan
Gambar 2 Nilai DN dari masing-masing tutupan lahan pada setiap band nya berbeda-
beda. Nilai DN yang terdapat pada band Blue, Green, Red untuk setiap tutupan
lahannya tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Berbeda dengan nilai DN pada
gelombang microwave yaitu NIR dan SWIR yang memiliki perbedaan cukup
signifikan untuk setiap tutupan lahan dari setiap bandnya Vegetasi memiliki nilai DN
yang paling tinggi yaitu pada band NIR, hal tersebut terjadi karena vegetasi sangat
sensitive terhadap band NIR. Semakin tinggi nilai DN maka visualnya akan tampak
semakin terang, begitu pula ketika nilai DN rendah akan tampak semakin gelap. Pada
lahan terbuka mendapatkan nilai DN yang relatif lebih tinggi jika dibandingkan
dengan tutupan lahan yang lain, hal tersebut dikarenakan lahan terbuka memiliki
tingkat kecerahan yang tinggi sehingga nilai DN juga tinggi. Menurut Muryati (2019)
semakin kecil nilai DN suatu objek semakin tinggi radiometriknya

Tabel 2 menunjukkan visualisasi citra grayscale untuk masing-masing tutupan


lahan di setiap band. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa semakin tinggi nilai
DN maka warnanya akan semakin terang atau mendekati putih, pada lahan terbuka
dengan band 6 yaitu band SWIR. Semakin rendah nilai DN maka nilainya akan
semakin gelap dan mendekati hitam.

Band/ Vegetasi Lahan Terbuka Lahan Terbangun Badan Air


DN
2

DN 8751 10287 10309 10728


3

DN 7888 9960 10007 11509


4

DN 6752 10803 9155 12369


5

DN 18425 16618 15788 8763


6

DN 10119 21822 14118 5412

Tabel 2 Display citra grayscale

Nilai OIF

Teknik OIF merupakan suatu metode pemilihan kombinasi optimum 3


kanal pada citra satelit dengan mengacu kepada nilai statistik yang dihasilkan dari
masing-masing kanal satelit yang dimaksud. Kombinasi optimal yang dimaksud
adalah kombinasi terbaik kanal - kanal dari semua kemungkinan kombinasi 3 kanal
yang memberikan informasi dengan jumlah tertinggi (secara statistik) dan dengan
sedikit jumlah duplikasi (Manoppo et al.. 2015. Jumlah kombinasi yang akan
terbentuk dari 7 band yang dipakai pada citra Landsat 8 adalah sebanyak 35
kombinasi. Display citra hasil komposit yang mendapatkan ranking 5 tertinggi
ditampilkan pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3 Nilai OIF


No Kombinasi ∑ Standar Deviasi ∑ Koefisien Korelasi OIF
1 4-5-6 13550 1.77 7627
2 2-5-6 13448 1.77 7587
3 3-5-6 13257 1.79 7415
4 1-5-6 13330 1.80 7409
5 2-4-5 15562 2.15 7231

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa kombinasi band 4-5-6 memiliki nilai
OIF tertinggi yaitu sebesar 7627 dengan nilai standar deviasi sebesar 13550 dan nilai
korelasi sebesar 1.77. Kombinasi tersebut memiliki nilai OIF tertinggi karena
memiliki nilai standar deviasi yang tinggi dan nilai korelasi yang rendah. Sehingga
akan menghasilkan nilai OIF yang tinggi. Hal ini sesuai dengan Purwanto dan
Setiawan (2019) yang menyebutkan semakin tinggi nilai standar deviasi yang
digunakan semakin banyak informasi yang akan dihasilkan dan semakin rendah nilai
koefisien korelasi dari band yang digunakan menunjukkan bahwa semakin sedikit
duplikasi dari band tersebut. Sedangkan pada kombinasi 2-4-5 mendapatkan nilai
OIF yang terendah karena memiliki nilai standar deviasi yang tinggi namun memiliki
nilai koefisien korelasi yang tinggi pula. Sehingga hal tersebut dapat diartikan
kombinasi terseut memiliki informasi yang lumayan banyak tetapi memiliki banyak
redudansi atau duplikasi informasi.

Tabel 4 Display citra hasil OIF tertinggi


No Band Nilai Display Citra
Komposit OIF
1 4-5-6 7627 4-5-6 5-6-4 6-5-4
(Red-NIR-
SWIR-1)

2 2-5-6 7587 2-5-6 5-6-2 6-5-2


(Blue-
NIR-
SWIR-1)

3 3-5-6 7415 3-5-6 5-6-3 6-5-3


(Green-
NIR-
SWIR-1)

4 1-5-6 7409 1-5-6 5-6-1 6-5-1


(Aerosol-
NIR-
SWIR-1)

5 2-4-5 7231 2-4-5 4-5-2 5-4-2


(Blue-
Red-NIR)

Menurut Manoppo et al. (2015) pengaturan atau perubahan tata letak kanal
tidak akan mempengaruhi hasil perhitungan nilai OIF yang didapatkan, nilainya akan
tetap sama walaupun tampilannya berubah menjadi lebih baik. Berdasarkan Tabel 4
pengaturan tata letak kanal yang berbeda-beda akan menghasilkan visual yang
berbeda pula. Pada nilai tertinggi OIF yaitu kombinasi Red-NIR-SWIR-1 ketika
menggunakan kombinasi 4-5-6 visualnya terlihat lebih susah jika akan dilakukan
identifikasi objek, karena warna vegetasi menjadi warna biru kehijauan serta badan
air yang warnanya tidak begitu menonjol. Sedangkan jika kombinasi tersebut diubah
tata letaknya menjadi 5-6-4 vegetasi akan berwarna hijau mencolok begitu pula
dengan badan air yang berwarna biru mencolok. Sehingga proses identifikasi objek
akan lebih mudah dilakukan. Tata letak kanal dapat dilakukan perubahan agar dapat
menampilkan citra yang lebih mudah dipahami.

SIMPULAN

Simpulan
Display citra komposit memiliki tampilan yang berbeda-beda setiap
kombinasinya. Setiap kombinasi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing, disesuaikan dengan penggunaan citra. Display citra komposit palsu
(6-5-4) standar menghasilkan visual citra yang memiliki warna lebih cerah jika
dibandingkan warna alami (4-3-2). Nilai DN setiap tutupan lahan berbeda-beda
tergantung dari reflektansi objek dan band yang digunakan. Nilai OIF yang tertinggi
terdapat pada kombinasi 4-5-6 (Red-NIR-SWIR-1), dengan nilai OIF sebesar 7627,
nilai standar deviasi sebesar 13550 dan nilai koefisien korelasi sebesar 1.77.
DAFTAR PUSTAKA

Jaya, INS. 2015. Analisis Citra Digital Perspektif Penginderaan Jauh untuk
Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor.
Manoppo AKS, Anggraini N, Marini Y. 2015. Identifikasi Mangrove dengan
Metode Optimum Index Factor (OIF) pada Data SPOT 6 dan Landsat 8 di
Pulau Lingayan. Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XX; 2015 Feb 5-6.
Bogor, Indonesia. LAPAN.
Martono ND. 2008. Aplikasi Teknologi Penginderaan Jauh dan Uji Validasinya untuk
Deteksi Penyebaran Lahan Sawah dan Penggunaan Tutupan Sawah.
Yogyakarta(ID): PUSDATA-LAPAN.
Muryati N. 2019. Analisis Tingkat Kekeringan Lahan Sawah Menggunakan Citra
Landsat 8 dan Thermal (Studi Kasus: Kecamatan Gading Rejo, Kabupaten
Pringsewu) [skripsi]. Lampung(ID): Institut Teknologi Sumatera.
Nabuasa, YN. 2019. Pengolahan Citra Digital Perbandingan Metode Histogram
Equalization dan Spesification pada Citra Abu-Abu. J-ICON. 87-95.
Purwanto AD, Setiawan KT 2019. Deteksi Awal Habitat Perairan Laut Dangkal
Menggunakan Teknik Optimum Index Factor pada Citra SPOT 7 dan Landsat
8. Jurnal Kelautan 12(2): 141-153.
Suwargana N. 2013. Resolusi spasial, temporal, dan spektral pada citra satelit
Landsat, SPOT, dan IKONOS. Jurnal Ilmiah WIDYA 1(2): 167–174.

LAMPIRAN
Lampiran 1 Nilai kovarian tiap band

Kovarian
Band 1 2 3 4 5 6
1 24422839 24987430 23973781 25290581 15869845 6600070
2 24987430 25599421 24568005 25942991 15803542 6598628
3 23973781 24568005 23700572 25052625 15273215 6538712
4 25290581 25942991 25052625 26640058 15819300 6968521
5 15869845 15803542 15273215 15819300 28526275 12362919
6 6600070 6598628 6538712 6968521 12362919 9286122
7 10810546 11012651 10679796 11376598 10066236 6779281
StDev 4942 5060 4868 5161 5341 3047
Lampiran 2 Nilai koefisien korelasi tiap band

Koefisien Korelasi
Band 1 2 3 4 5 6
1 1.000000 0.999329 0.996458 0.991501 0.601246 0.438261
2 0.999329 1.000000 0.997414 0.993430 0.584813 0.427978
3 0.996458 0.997414 1.000000 0.997025 0.587393 0.440753
4 0.991501 0.993430 0.997025 1.000000 0.573848 0.443053
5 0.601246 0.584813 0.587393 0.573848 1.000000 0.759594
6 0.438261 0.427978 0.440753 0.443053 0.759594 1.000000
7 0.824502 0.820387 0.826848 0.830781 0.710373 0.838510

Lampiran 3 Nilai OIF

No Band St Dev Kombinasi Jumlah S


1 1 2 3 4942 5060 4868 123
2 1 2 4 4942 5060 5161 124
3 1 2 5 4942 5060 5341 125
4 1 2 6 4942 5060 3047 126
5 1 2 7 4942 5060 2653 127
6 1 3 4 4942 4868 5161 134
7 1 3 5 4942 4868 5341 135
8 1 3 6 4942 4868 3047 136
9 1 3 7 4942 4868 2653 137
10 1 4 5 4942 5161 5341 145
11 1 4 6 4942 5161 3047 146
12 1 4 7 4942 5161 2653 147
13 1 5 6 4942 5341 3047 156
14 1 5 7 4942 5341 2653 157
15 1 6 7 4942 3047 2653 167
16 2 3 4 5060 4868 5161 234
17 2 3 5 5060 4868 5341 235
18 2 3 6 5060 4868 3047 236
19 2 3 7 5060 4868 2653 237
20 2 4 5 5060 5161 5341 245
21 2 4 6 5060 5161 3047 246
22 2 4 7 5060 5161 2653 247
23 2 5 6 5060 5341 3047 256
24 2 5 7 5060 5341 2653 257
25 2 6 7 5060 3047 2653 267
26 3 4 5 4868 5161 5341 345
27 3 4 6 4868 5161 3047 346
28 3 4 7 4868 5161 2653 347
29 3 5 6 4868 5341 3047 356
30 3 5 7 4868 5341 2653 357
31 3 6 7 4868 3047 2653 367
32 4 5 6 5161 5341 3047 456
33 4 5 7 5161 5341 2653 457
34 4 6 7 5161 3047 2653 467
35 5 6 7 5341 3047 2653 567

Anda mungkin juga menyukai