Anda di halaman 1dari 8

MANAJEMEN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH

DI ERA 5.0 SOCIETY


Abstrak
Dewasa ini layanan bimbingan dan konseling sudah berkembang kearah
pemanfaatan teknologi, sehingga guru bimbingan dan konseling dalam
memberikan layanan tidak hanya terfokus pada layanan tatap muka namun juga
memanfaatkan teknologi, seperti: cybercounseling dengan media zoom, dan
google conference. Tujuan penelitian ini ialah mendeskripsikan manajemen
layanan bimbingan dan konseling sekolah di era 5.0 society. Metoda penelitian
yang digunakan studi deskriptif, Instrumen yang dikembangkan oleh peneliti
menggunakan pedoman wawancara sebagai bahan yang dikembangkan untuk
pengumpulkan data-data. Berdasarkan penelitian tersebut peneliti mendapatkan
hasil bahwa guru bimbingan dan konseling belum memanfaatkan teknologi yang
sedang berkembang saat ini, guru bimbingan dan konseling hanya berfokus pada
layanan yang diberikan secara klasikal dan belum memanfaatkan teknologi yang
ada.

PENDAHULUAN
Sekolah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan berbagai
pengatahuan serta keterampilan berdasar pada kebutuhan perkembangan teknologi
5.0 era. Dewasa ini layanan bimbingan dan konseling juga merupakan bagian dari
yang tidak terpisahkan di sekolah dengan memanfaatkan teknologi, yang mana
guru bimbingan dan konseling terus meningkatkan metode pelayanan agar
manajemen layanan bimbingan dan konseling sekolah berdampak baik terhadap
pengembangan potensi diri peserta didik sesuai dengan tahap perkembangan dan
karir serta dapat memanfaatkan teknologi yang berkembang (Ifdil, I., Sin, T. H.,
Taufik, T., Zola, N., Churnia, E., & Fadli, 2020).
Guru bimbingan dan konseling dalam memberikan layanan tentunya
memanfaatkan teknolobi berupa cybercounseling dengan berbagai media seperti
zoom dan google conference (Guspriadi, Y., Nirwana, H., Neviyarni, N., & Ardi,
2022). Layanan bimbingan dan konseling ini bertujuan untuk memberikan
dukungan terhadap tercapainya kematangan kepribadian, keterampilan sosial,
kemampuan akademik yang bermuara pada terbentuknya kematangan rencana
karir individu untuk memberikan manfaat terhadap banyak orang dimasa
mendatang (Ifdil, I., Sin, T. H., Taufik, T., Zola, N., Churnia, E., & Fadli, 2020).
Guru bimbingan dan konseling sebagai salah satu tenaga yang berperan
aktif dan bagian terpenting dalam upaya memberikan bantuan melalui layanan
yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik (Putri, R. M.,
Neviyarni, S., & Daharnis, D., 2013). Guru bimbingan dan konseling hendaknya
bekerja secara professional (Firman, 2019), (Putri, M. A., Neviyarni, N., Ahmad,
R., & Syukur, Y., 2018).
Neviyarni (2023) menjelaskan pengelolaan manajemen bimbingan dan
konseling di sekolah harus berdasar pada proses manajemen berupa: (1) adanya
planning, (2) adanya organizing, (3) adanya actuating, (4) controlling.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Neviyarni(2023) perencanaan program layanan
bimbingan dan konseling akan terbentuk dengan baik melalui pelaksanaan
manajemen yang terorganisasi di sekolah, sebagaimana dasar penyusunan
program bimbingan dan konseling berupa: (1) dasar hukum, (2) visi dan misi
sekolah, (3) analisis kebutuhan.Guru bimbingan dan konseling harus melakukan
berbagai program yang inovatif dan kreatif sesuai dengan perkembangan peserta
didik (Permatasari, Y., Suhaili, N., & Firman, F., 2021); (Amalianita & Putri,
2019).
Namun belum sepenuhnya guru bimbingan dan konseling memanfaatkan
teknologi dalam memberikan layanan, sehingga peneliti tertarik mengkali tentang
manajemen layanan bimbingan dan konseling sekolah di era 5.0 society.
METODA PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan, maka metode penelitian
yang tepat untuk digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan jenis
survey dan wawancara. Metode penelitian deskriptif merupakan metode penelitian
yang dirancang untuk memperoleh gambaran tentang status gejala suatu
permasalahan saat penelitian dilakukan. Penelitian ini merupakan sebuah studi
kualitatif deskriptif yang mengungkapkan, menemukan dan menggali informasi
tentang manajemen sekolah(Basri, B., Khairinal, K., & Firman, F., 2021).
Metode penelitian deskriptif juga merupakan suatu bentuk dasar dari suatu
penelitian karena ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada,
baik fenomena bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini tidak ada
perlakuan yang diberikan atau dikendalikan sebagaimana terdapat dalam
penelitian eksperimen, dan tidak ada pula pengujian hipotesis. Instrumen yang
dikembangkan oleh peneliti menggunakan pedoman wawancara sebagai bahan
yang dikembangkan untuk pengumpulkan data-data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Manajemen Layanan Bimbingan dan Konseling Sekolah di Era 5.0 Society
Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru bimbingan dan konseling
(UDK) yang dilakukan peneliti terkait dengan manajemen layanan bimbingan dan
konseling sekolah di era 5.0 society pada salah satu sekolah menengah keguruan
di Tembilahan yakni SMK-S Dr. Indra Adnan Indragiri Collage yang mana guru
bimbingan dan konseling tersebut menyampaikan bahwa SMK-S Dr. Indra Adnan
Indragiri Collage selama (-+) 2 tahun tidak memiliki guru bimbingan dan
konseling pernyataan tersebut juga dibenarkan oleh kepala sekolah serta ketua
yayasan SMK-S Dr. Indra Adnan Indragiri Collage, UDK baru menjadi guru
bimbingan dan konseling selama (-+) 1 bulan selanjutnya UDK menyampaikan
manajemen bimbingan dan konseling di sekolah belum berdasarkan pada
perencanaan yang tepat sasaran seperti tidak dilakukan dengan proses: (1) adanya
planning, (2) adanya organizing, (3) adanya actuating, (4) adanya controlling.
1. Planning
Berdasar pada hasil wawancara terhadap UDK, UDK menyampaikan
dalam proses perencanaan manajemen layanan bimbingan dan konseling
belum mengarah pada pemanfaatan teknologi, karena guru bimbingan dan
konseling hanya berfokus dalam layanan secara klasikal dengan tatap muka di
kelas.
Perencanaan ini dilakukan untuk merancang program-program
layanan yang akan diberikan oleh guru bimbingan dan konseling terhadap
peserta didik yang telah sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Namun
karena guru bimbingan dan konseling baru bergabung perencanaan tersebut
belum terlaksanakan dengan baik sesuai kebutuhan peserta didik, serta belum
adanya ruangan khusus untuk guru bimbingan dan konseling dalam
memberikan layanan sehingga bergabung dengan kepustakaan sekolah.
Perencanaan program dilakukan agar pelaksanaan layanan bimbingan
dan konseling dapat bnerjalan dengan baik serta memberikan pengaruh positif
terhadap kinerja guru bimbingan dan konseling (Randi, P. O., Neviyarni, S.,
& Ahmad, 2022).
2. Organizing
Organizing ini merupakan suatu sistem yang saling mempengaruhi
sehingga memiliki kerjasama yang baik dalam mencapai suatu tujuan.
Terdapat tiga faktor organizing yakni: (1) personel, (2) kerja sama, (3) tujuan
yang ingin dicapai (Neviyarni, 2023).
Berdasarkan hal tersebut, hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti, UDK mengatakan organizing telah dilakukan namun secara
struktural belum tampak fisiknya. UDK telah mencoba menjalin kerjasama
dengan berbagai personel sekolah untuk kemajuan manajemen layanan
bimbingan dan konseling yang merujuk pada perkembangan teknologi.
3. Actuating
Actuating merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah
dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling terhadap peserta didik
(Fauziah, F., Iswari, M., & Afdal, 2020). Proses actuating ini sebagai guru
bimbingan dan konseling juga bekerja sama dengan berbagai pihak sekolah
sehingga dapat membantu guru bimbingan dan konseling dalam menjalankan
tugas-tugas.
UDK mengatakan bahwa actuating ini sudah dijalankan, yang mana
UDK menjalin kerja sama dengan wali kelas, kesiswaan dan kepala sekolah
serta perangkat yang perlukan.
4. Controlling
Controlling atau pengawasan yang dilakukan oleh koordinator
bimbingan dan konseling serta pihak-pihak terkait, guna mengevaluasi
program-program yang telah direncanakan apakah berjalan sesuai harapan
serta bertujuan untuk pengembangan (Zatrahadi, M. F., Neviyarni, N., &
Ahmad, 2022).
UDK mengatakan bahwa pengawasan layanan bimbingan dan
konseling langsung oleh kepala sekolah dan wakil kepala bidang kurikulum,
mengingat belum adanya koordinator bimbingan dan konseling di sekolah,
namun pengawasan tetap berlangsung secara konfensional belum
menggunakan nara hubung teknologi.
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dipahami bahwa pelaksanaan
manajemen layanan bimbingan dan konseling sekolah di era 5.0 society belum
sepenuhnya dilaksanakan, karena guru bimbingan dan konseling sekolah masih
menggunakan metoda konvensional serta belum memanfaatkan teknologi yang
ada, serta proses manajemen layanan bimbingan dan konseling belum memenuhi
syarat-syarat yang tercantum pada teori-teori seharusnya.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil studi deskriptif yang peneliti lakukan di SMK-S Dr.
Indra Adnan Indragiri Collage guru bimbingan dan konseling belum menyusun
program secara baik dan benar, serta belum adanya ruangan khusus guru
bimbingan dan konseling dalam memberikan layanan dan ruangannya bergabung
dengan kepustakaan sekolah.
Manajemen layanan bimbingan dan konseling juga masih kurang dalam
memanfaatkan teknologi yang ada, hal itu tampak bahwa guru bimbingan dan
konseling hanya berfokus pada layanan klasikal di kelas dengan tatap muka
metoda ceramah tanpa menggunakan media-media yang berkembang.
Saran
Guru bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya dapat melaksanakan
perencanaan manajemen program layanan bimbingan dan konseling yang sesuai
dengan kaedah manajemen program bimbingan dan konseling sehingga sesuai
dengan kebutuhan peserta didik di sekolah. Selanjutnya bagi pihak sekolah
terutama ketua yayasan dan kepala bidang sarana dan prasarana memberikan
fasilitas berupa ruangan khusus terhadap guru bimbingan dan konseling agar
dapat memberikan layanan secara maksimal.
KEPUSTAKAAN
Amalianita, B., & Putri, Y. E. (2019). Perspektif Holland theory serta aplikasinya
dalam bimbingan dan konseling karir. JRTI (Jurnal Riset Tindakan
Indonesia), 4(2), 63–70.
Basri, B., Khairinal, K., & Firman, F. (2021). Manajemen kepala sekolah dalam
meningkatkan fungsi guru di sekolah menengah atas negeri 4 merangin.
Jurnal Ilmiah Dikdaya, 11(2), 349–361.
Fauziah, F., Iswari, M., & Afdal, A. (2020). Modifikasi guru kelas dalam
bimbingan karier di SD/MI pada masa new normal. Biblio Couns: Jurnal
Kajian Konseling Dan Pendidikan, 3(3), 84–93.
Firman, F. (2019). Strategi Dan Pendekatan Pelaksanaan Bimbingan Konseling
Di Sekolah Untuk Menghadapi Revolusi Industri 4.0.
Guspriadi, Y., Nirwana, H., Neviyarni, N., & Ardi, Z. (2022). Initiatives in the
Process of Learning for the Digital Native Generation in the Post-Pandemic
Period. Jurnal Neo Konseling, 4(4), 1–5.
Ifdil, I., Sin, T. H., Taufik, T., Zola, N., Churnia, E., & Fadli, R. P. (2020).
Pengembangaan SiMPP-MGBK Sumbar Ver 1 Berbasis Website untuk
Mengentaskan Permasalahan Tata Kelola dan Managemen Mitra. Suluah
Bendang. Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat, 20(3), 172–177.
Neviyarni. (2023). Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Konsep,
Masalah dan Solusi). (Edisi Pert). Kencana.
Permatasari, Y., Suhaili, N., & Firman, F. (2021). Penerapan sistem pendidikan
disentralisasi serta upaya peningkatan mutu layanan dengan pengembangan
profesionalisme guru bimbingan konseling. JRTI (Jurnal Riset Tindakan
Indonesia), 6(1), 9–14.
Putri, M. A., Neviyarni, N., Ahmad, R., & Syukur, Y. (2018). Guidance and
Counseling in School Accountability. ENLIGHTEN: Jurnal Bimbingan
Konseling Islam, 1(2), 108–117.
Putri, R. M., Neviyarni, S., & Daharnis, D. (2013). Pengembangan Modul
Bimbingan dan Konseling untuk Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di
Sekolah. Jurnal Konseling Dan Pendidikan, 1(2), 121–135.
Randi, P. O., Neviyarni, S., & Ahmad, R. (2022). Probelamatika Kepala Sekolah
Dalam Supervisi Konseling. ALACRITY: Journal of Education, 61-70.
Zatrahadi, M. F., Neviyarni, N., & Ahmad, R. (2022). Kolaborasi Guru BK dan
Kepala Sekolah Dalam Supervisi Konseling Disekolah. Jurnal Kajian Ilmu
Pendidikan (JKIP), 2(2), 112–118.

Anda mungkin juga menyukai