Makalah Antropologi Komunikasi
Makalah Antropologi Komunikasi
Disusun oleh :
KATA PENGANTAR
Dalam era informasi yang semakin terhubung dan canggih ini, media sosial telah
menjadi kanal komunikasi yang kuat untuk menyampaikan pesan dan mempengaruhi opini
publik. Salah satu fenomena menarik yang muncul dari dinamika media sosial adalah
"meme." Meme, dalam bentuk gambar, video pendek, atau teks, telah menjadi bagian integral
dari budaya internet, menyajikan pesan dengan gaya yang kreatif, lucu, dan mudah diingat.
Beberapa tahun terakhir, penggunaan meme sebagai alat komunikasi politik semakin
populer. Dalam konteks politik dan opini publik, meme telah berperan sebagai alat
komunikasi yang efektif dalam menyuarakan pandangan, kritik, dan dukungan terhadap isu-
isu politik dan sosial. Meme telah memengaruhi cara masyarakat berinteraksi dengan politik,
memberikan celah baru untuk partisipasi dan ekspresi dalam diskursus publik. Dengan gaya
humor yang unik dan pesannya yang singkat namun tajam, meme mampu menghadirkan
dampak besar pada persepsi masyarakat terhadap isu-isu politik.
Dalam perspektif antropologi komunikasi, meme juga dapat dilihat sebagai bentuk
ritus sosial modern. Bagi sebagian orang, berbagi atau membuat meme menjadi ritual digital
untuk mengekspresikan sikap politik mereka kepada khalayak luas. Hal ini tidak hanya
mempengaruhi opini publik tetapi juga membentuk dinamika kekuasaan dalam lingkungan
politik.
Namun demikian, seperti semua bentuk komunikasi manusia, meme juga dapat
menimbulkan perbedaan interpretasi. Tidak semua orang akan memahami pesan yang sama
dari sebuah meme politik. Ini mengingatkan kita bahwa konteks budaya dan pengalaman
individu juga memainkan peran penting dalam pemahaman dan penerimaan pesan.
Kata pengantar ini bertujuan untuk menjelajahi pengaruh meme dalam politik dan
opini publik. Penelitian ini akan mengulas bagaimana meme berkontribusi dalam membentuk
narasi politik, menggerakkan opini publik, dan mempengaruhi persepsi terhadap tokoh politik
dan isu-isu penting. Dalam konteks demokrasi yang semakin terbuka, meme juga berperan
dalam memfasilitasi partisipasi publik dan meningkatkan kesadaran politik di kalangan
generasi yang terhubung erat dengan media sosial.
Dengan memahami dampak dan peran meme dalam politik dan opini publik,
diharapkan kita dapat lebih mendalami perubahan dinamis dalam bentuk komunikasi politik
di era digital ini. Studi ini juga akan memberikan wawasan tentang bagaimana meme dapat
membentuk opini dan pandangan yang beragam dalam masyarakat, dan bagaimana budaya
internet memengaruhi cara kita berkomunikasi dan berpartisipasi dalam proses politik.
Surabaya, 21 Juni 2023
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam era digital yang semakin maju, media sosial telah menjadi pusat perhatian dalam
komunikasi dan berbagi informasi di seluruh dunia. Salah satu fenomena menarik yang
muncul dari dinamika media sosial adalah "meme." Meme, dalam bentuk gambar, video
pendek, atau teks, telah menjadi elemen kunci dari budaya internet, menyajikan pesan dengan
gaya yang kreatif, lucu, dan mudah diingat. Bentuk gambar atau teks lucu pada meme
seringkali menyindir isu-isu politik dan tokoh-tokoh terkait. Di balik candaan dan humor
mereka, meme memiliki potensi besar untuk mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap
politik serta opini publik.
Peran meme dalam dunia politik dan opini publik telah menjadi perhatian utama dalam
beberapa tahun terakhir. Meme telah menjadi alat komunikasi yang efektif dalam
menyuarakan pandangan politik, memberikan kritik, dan mendukung atau menentang isu-isu
tertentu. Meskipun meme dalam konteks politik tidak hanya bersifat hiburan semata. Meme
juga digunakan sebagai alat untuk menyuarakan ketidakpuasan terhadap kebijakan
pemerintah, menjelaskan suatu isu kompleks dengan cara sederhana namun efektif, atau
bahkan merayakan momen-momen penting dalam perjalanan politik suatu negara.
Satu tokoh yang menjadi sorotan dalam konteks meme politik di Indonesia adalah Aldi
Taher. Aldi Taher, seorang aktor dan komedian Indonesia, telah menjadi subjek berbagai
meme politik yang beredar di media sosial. Meme-meme yang menggambarkan Aldi Taher
dengan berbagai kalimat lucu dan satir telah menjadi bagian dari percakapan politik di media
sosial.
Isu Aldi Taher dalam meme politik mengangkat berbagai pandangan, kritik, dan
dukungan terhadapnya sebagai tokoh publik. Meme-meme ini mencerminkan dinamika
politik dan sosial Indonesia, di mana isu-isu politik seringkali menjadi bahan lelucon dan
bahan pembicaraan di dunia maya.
Penggunaan meme Aldi Taher dalam politik dan opini publik menarik untuk diteliti lebih
lanjut, karena memperlihatkan bagaimana meme dapat menjadi sarana ekspresi dan
partisipasi politik dalam budaya internet yang semakin terhubung. Pengaruh meme Aldi
Taher juga perlu dipahami dalam konteks bagaimana meme ini mempengaruhi persepsi
publik tentang politik dan bagaimana fenomena ini mencerminkan perubahan dalam budaya
komunikasi di era digital.
Dalam penelitian ini, kami akan mengeksplorasi pengaruh meme dalam politik dan opini
publik, dengan fokus pada bagaimana meme digunakan dalam berbagai konteks politik dan
bagaimana meme mempengaruhi interaksi sosial dan persepsi terhadap politik dan tokoh-
tokoh politik. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam
tentang bagaimana meme berperan dalam komunikasi politik dan bagaimana meme
membentuk opini dan pandangan dalam masyarakat yang semakin terhubung dengan media
sosial.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Peran Meme dalam Politik dan Komunikasi Publik?
2. Bagaimana dampak Peran Meme dalam Politik dan Komunikasi Publik
3. Bagaimana Kefektifan Peran Meme dalam Politik dan Komunikasi Publik
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Meneliti Pesan Politik Meme
2. Memahami dampak Peran Meme dalam Politik
3. Menganalisis potensi bahaya atau tantanganPeran Meme dalam Politik
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Mengetahui Peran Meme dalam Politik dan Komunikasi Publik?
2. Mengetahui dampak Peran Meme dalam Politik dan Komunikasi Publik
3. Mengetahui Kefektifan Peran Meme dalam Politik dan Komunikasi Publik
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah dan perkembangan meme politik dalam konteks media sosial dan
politik modern.
Istilah meme pertama kali dikernalkan oleh Richard Dawkins dalam bukunya The
Selfish Gene. Sebuah meme dianggap setara dengan budaya sebagai gen bagi manusia. Meme
dinilai mampu mendorong evolusi budaya, seperti Darwinisme budaya pop. Perluasan
definitif dari istilah biologis konsep Dawkins ini kemudian dipakai untuk menunjuk gejala
umum tentang meme culture di internet, yaitu sebuah cara mengintimidasi ide, disebarkan,
dan dimediasi dari orang ke orang, lewat interaksi atau pembicaraan, baik melalui medium
analog maupun digital (Brunello, 2012). Pada tahun 1993, Wired mendefinisikan meme
sebagai sebuah gagasan yang menular, sama seperti virus yang melompat dari satu tubuh ke
tubuh lainnya. Secara teknis, teks tidak dijiplak atau digandakan, tetapi dibuat, diolah,
dimodifikasi, dan diberi makna sedemikian rupa. Maka, produksi meme tidak dapat
disederhanakan sebagai wujud kreatif-teknis, melainkan justru kreatif-substantif makna.
Fenomena meme menandai pergeseran konsep komunikasi massa tradisional. Teknologi
canggih seperti internet memfasilitasi berkembangnya meme secara bebas dengan
menyebarkan konten kritik dan ekspresi tanpa melalui birokrasi resmi. Meme juga
memperkuat perubahan lingkungan komunikasi masa yang berubah dengan sangat radikal
(tempo.co).
Di permukaan, meme internet mungkin tampak dangkal atau kurang berarti, sebagai
bentuk lelucon konyol yang dikirim dan dibagikan berulangkali kemudian akan segera
dilupakan. Meme adalah produk khas budaya digital pada masa kini dan melambangkan
banyak kualitas yang mendasarinya (Milner, 2012; Shifman, 2013). Meme menyajikan
berbagai tujuan sosial, politik hingga budaya sebagai bentuk menyampaikan perasaan secara
interpersonal. Meskipun ada banyak meme dan banyak variasi di dalam sebuah wacana, tidak
semua dapat diterima sebagai bahan budaya yang cocok. Penggunaan meme internet harus
dilihat sebagai bentuk literasi, menggabungkan pengetahuan langsung tentang pemahaman
yang lebih luas (Knobel and Lankshear,2007). Milner menambahkan bahwa meme
merupakan bentuk bahasa visual, membawa pesan dan respons isyarat. Kontradiksi antara
mengikuti konvensi dan membuat konten inovatif mengakibatkan konfigurasi meme sebagai
keseimbangan yang tidak stabil, sehingga memicu konflik konstan tentang penggunaannya
yang "benar".
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam era digital yang semakin maju, meme politik telah menjadi alat komunikasi yang
kuat dalam menyampaikan pesan dan pendapat politik kepada masyarakat. Meme Aldi Taher
sebagai subjek meme politik telah memberikan kontribusi dalam mengubah cara masyarakat
berinteraksi dengan politik dan opini publik. Meme Aldi Taher menggambarkan beragam
pesan politik, termasuk sindiran terhadap politisi dan isu-isu politik tertentu, dukungan atau
kritik terhadap partai politik, serta representasi citra politisi. Penggunaan meme Aldi Taher
telah memobilisasi dukungan dan protes, serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
politik melalui humor dan hiburan.
Namun, penggunaan meme politik juga perlu memperhatikan etika dan dampaknya
terhadap opini publik. Meme politik yang menyajikan informasi palsu atau terdistorsi dapat
menyebarkan disinformasi dan mempengaruhi persepsi publik. Oleh karena itu, diperlukan
kewaspadaan dalam menyebarkan meme politik, serta pemahaman lebih lanjut tentang
konteks dan tujuan dari setiap meme politik.
B. Saran
Berdasarkan analisis mengenai pengaruh meme Aldi Taher dalam politik dan opini
publik, berikut adalah beberapa saran yang dapat diusulkan:
Kesadaran akan Etika Penggunaan Meme Politik: Masyarakat harus lebih sadar akan
etika penggunaan meme politik, termasuk melakukan verifikasi fakta sebelum menyebarkan
meme politik. Dengan memastikan akurasi informasi dalam meme politik, kita dapat
menghindari penyebaran disinformasi dan informasi palsu yang dapat merusak dialog politik.
Peningkatan Literasi Digital dan Media: Peningkatan literasi digital dan media diperlukan
untuk membantu masyarakat dalam memahami konten meme politik dengan lebih baik.
Literasi media yang tinggi akan membantu masyarakat dalam menafsirkan pesan politik yang
terkandung dalam meme dan menghindari kesalahpahaman atau interpretasi yang salah.
Peran Aktif Media Sosial dalam Memerangi Disinformasi: Platform media sosial harus
mengambil peran aktif dalam memerangi penyebaran disinformasi, termasuk meme politik
yang tidak akurat atau menyesatkan. Langkah-langkah untuk mengidentifikasi dan
menghapus konten disinformasi dari platform media sosial harus diambil untuk menjaga
integritas informasi yang beredar.
Penelitian Lebih Lanjut tentang Pengaruh Meme dalam Politik: Diperlukan penelitian
lebih lanjut untuk memahami lebih dalam tentang pengaruh meme dalam politik dan opini
publik. Studi mendalam tentang penggunaan meme Aldi Taher dan meme politik lainnya
dapat memberikan wawasan yang lebih kaya tentang peran meme dalam komunikasi politik
dan efeknya terhadap opini publik
DAFTAR PUSTAKA
Melati Budi Srikandi. (2019). BUDAYA POPULER DAN KOMUNIKASI POLITIK:
PENGGUNAAN MEME DALAM KOMUNIKASI POLITIK. Surakarta. Universitas
Sebelas Maret.
R. Firdaus Wahyudi.(2022). Fenomena Meme Dan Ruang Publik Dalam Media Sosial, Al-
Munzir Vol. 15. No. 2. Makasar. Universitas Hasanuddin Makassar.
Abdillah Nazhif. (2022) PENGARUH MEME POLITIK DI MEDIA SOSIAL TERHADAP
LITERASI POLITIK GENERASI Z (Studi Deskriptif Mahasiswa Universitas
Pendidikan Indonesia ). Universitas Pendidikan Indonesia Abdillah Nazhif, 2022
PENGARUH MEME POLITIK DI MEDIA SOSIAL TERHADAP LITERASI
POLITIK GENERASI Z (Studi Deskriptif Mahasiswa Universitas Pendidikan
Indonesia ) Universitas Pendidikan Indonesia.
Putra, R. A., & Wijaya, A. (2020). The Role of Memes in Political Communication: A Case
Study of Aldi Taher's Memes on Social Media. Journal of Communication Studies,
8(2), 212-225.