Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ANTROPOLOGI KOMUNIKASI

“Pengaruh Meme dalam Politik dan Opini Publik”

Disusun oleh :

Alfin alianto Widodo


202221700044

KATA PENGANTAR
Dalam era informasi yang semakin terhubung dan canggih ini, media sosial telah
menjadi kanal komunikasi yang kuat untuk menyampaikan pesan dan mempengaruhi opini
publik. Salah satu fenomena menarik yang muncul dari dinamika media sosial adalah
"meme." Meme, dalam bentuk gambar, video pendek, atau teks, telah menjadi bagian integral
dari budaya internet, menyajikan pesan dengan gaya yang kreatif, lucu, dan mudah diingat.
Beberapa tahun terakhir, penggunaan meme sebagai alat komunikasi politik semakin
populer. Dalam konteks politik dan opini publik, meme telah berperan sebagai alat
komunikasi yang efektif dalam menyuarakan pandangan, kritik, dan dukungan terhadap isu-
isu politik dan sosial. Meme telah memengaruhi cara masyarakat berinteraksi dengan politik,
memberikan celah baru untuk partisipasi dan ekspresi dalam diskursus publik. Dengan gaya
humor yang unik dan pesannya yang singkat namun tajam, meme mampu menghadirkan
dampak besar pada persepsi masyarakat terhadap isu-isu politik.
Dalam perspektif antropologi komunikasi, meme juga dapat dilihat sebagai bentuk
ritus sosial modern. Bagi sebagian orang, berbagi atau membuat meme menjadi ritual digital
untuk mengekspresikan sikap politik mereka kepada khalayak luas. Hal ini tidak hanya
mempengaruhi opini publik tetapi juga membentuk dinamika kekuasaan dalam lingkungan
politik.
Namun demikian, seperti semua bentuk komunikasi manusia, meme juga dapat
menimbulkan perbedaan interpretasi. Tidak semua orang akan memahami pesan yang sama
dari sebuah meme politik. Ini mengingatkan kita bahwa konteks budaya dan pengalaman
individu juga memainkan peran penting dalam pemahaman dan penerimaan pesan.
Kata pengantar ini bertujuan untuk menjelajahi pengaruh meme dalam politik dan
opini publik. Penelitian ini akan mengulas bagaimana meme berkontribusi dalam membentuk
narasi politik, menggerakkan opini publik, dan mempengaruhi persepsi terhadap tokoh politik
dan isu-isu penting. Dalam konteks demokrasi yang semakin terbuka, meme juga berperan
dalam memfasilitasi partisipasi publik dan meningkatkan kesadaran politik di kalangan
generasi yang terhubung erat dengan media sosial.
Dengan memahami dampak dan peran meme dalam politik dan opini publik,
diharapkan kita dapat lebih mendalami perubahan dinamis dalam bentuk komunikasi politik
di era digital ini. Studi ini juga akan memberikan wawasan tentang bagaimana meme dapat
membentuk opini dan pandangan yang beragam dalam masyarakat, dan bagaimana budaya
internet memengaruhi cara kita berkomunikasi dan berpartisipasi dalam proses politik.
Surabaya, 21 Juni 2023

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam era digital yang semakin maju, media sosial telah menjadi pusat perhatian dalam
komunikasi dan berbagi informasi di seluruh dunia. Salah satu fenomena menarik yang
muncul dari dinamika media sosial adalah "meme." Meme, dalam bentuk gambar, video
pendek, atau teks, telah menjadi elemen kunci dari budaya internet, menyajikan pesan dengan
gaya yang kreatif, lucu, dan mudah diingat.  Bentuk gambar atau teks lucu pada meme
seringkali menyindir isu-isu politik dan tokoh-tokoh terkait. Di balik candaan dan humor
mereka, meme memiliki potensi besar untuk mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap
politik serta opini publik.
Peran meme dalam dunia politik dan opini publik telah menjadi perhatian utama dalam
beberapa tahun terakhir. Meme telah menjadi alat komunikasi yang efektif dalam
menyuarakan pandangan politik, memberikan kritik, dan mendukung atau menentang isu-isu
tertentu. Meskipun meme dalam konteks politik tidak hanya bersifat hiburan semata. Meme
juga digunakan sebagai alat untuk menyuarakan ketidakpuasan terhadap kebijakan
pemerintah, menjelaskan suatu isu kompleks dengan cara sederhana namun efektif, atau
bahkan merayakan momen-momen penting dalam perjalanan politik suatu negara.
Satu tokoh yang menjadi sorotan dalam konteks meme politik di Indonesia adalah Aldi
Taher. Aldi Taher, seorang aktor dan komedian Indonesia, telah menjadi subjek berbagai
meme politik yang beredar di media sosial. Meme-meme yang menggambarkan Aldi Taher
dengan berbagai kalimat lucu dan satir telah menjadi bagian dari percakapan politik di media
sosial.
Isu Aldi Taher dalam meme politik mengangkat berbagai pandangan, kritik, dan
dukungan terhadapnya sebagai tokoh publik. Meme-meme ini mencerminkan dinamika
politik dan sosial Indonesia, di mana isu-isu politik seringkali menjadi bahan lelucon dan
bahan pembicaraan di dunia maya.
Penggunaan meme Aldi Taher dalam politik dan opini publik menarik untuk diteliti lebih
lanjut, karena memperlihatkan bagaimana meme dapat menjadi sarana ekspresi dan
partisipasi politik dalam budaya internet yang semakin terhubung. Pengaruh meme Aldi
Taher juga perlu dipahami dalam konteks bagaimana meme ini mempengaruhi persepsi
publik tentang politik dan bagaimana fenomena ini mencerminkan perubahan dalam budaya
komunikasi di era digital.
Dalam penelitian ini, kami akan mengeksplorasi pengaruh meme dalam politik dan opini
publik, dengan fokus pada bagaimana meme digunakan dalam berbagai konteks politik dan
bagaimana meme mempengaruhi interaksi sosial dan persepsi terhadap politik dan tokoh-
tokoh politik. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam
tentang bagaimana meme berperan dalam komunikasi politik dan bagaimana meme
membentuk opini dan pandangan dalam masyarakat yang semakin terhubung dengan media
sosial.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Peran Meme dalam Politik dan Komunikasi Publik?
2. Bagaimana dampak Peran Meme dalam Politik dan Komunikasi Publik
3. Bagaimana Kefektifan Peran Meme dalam Politik dan Komunikasi Publik

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Meneliti Pesan Politik Meme
2. Memahami dampak Peran Meme dalam Politik
3. Menganalisis potensi bahaya atau tantanganPeran Meme dalam Politik

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Mengetahui Peran Meme dalam Politik dan Komunikasi Publik?
2. Mengetahui dampak Peran Meme dalam Politik dan Komunikasi Publik
3. Mengetahui Kefektifan Peran Meme dalam Politik dan Komunikasi Publik

BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran Meme dalam Politik dan Komunikasi Publik

1. Sejarah dan perkembangan meme politik dalam konteks media sosial dan
politik modern.
Istilah meme pertama kali dikernalkan oleh Richard Dawkins dalam bukunya The
Selfish Gene. Sebuah meme dianggap setara dengan budaya sebagai gen bagi manusia. Meme
dinilai mampu mendorong evolusi budaya, seperti Darwinisme budaya pop. Perluasan
definitif dari istilah biologis konsep Dawkins ini kemudian dipakai untuk menunjuk gejala
umum tentang meme culture di internet, yaitu sebuah cara mengintimidasi ide, disebarkan,
dan dimediasi dari orang ke orang, lewat interaksi atau pembicaraan, baik melalui medium
analog maupun digital (Brunello, 2012). Pada tahun 1993, Wired mendefinisikan meme
sebagai sebuah gagasan yang menular, sama seperti virus yang melompat dari satu tubuh ke
tubuh lainnya. Secara teknis, teks tidak dijiplak atau digandakan, tetapi dibuat, diolah,
dimodifikasi, dan diberi makna sedemikian rupa. Maka, produksi meme tidak dapat
disederhanakan sebagai wujud kreatif-teknis, melainkan justru kreatif-substantif makna.
Fenomena meme menandai pergeseran konsep komunikasi massa tradisional. Teknologi
canggih seperti internet memfasilitasi berkembangnya meme secara bebas dengan
menyebarkan konten kritik dan ekspresi tanpa melalui birokrasi resmi. Meme juga
memperkuat perubahan lingkungan komunikasi masa yang berubah dengan sangat radikal
(tempo.co).
Di permukaan, meme internet mungkin tampak dangkal atau kurang berarti, sebagai
bentuk lelucon konyol yang dikirim dan dibagikan berulangkali kemudian akan segera
dilupakan. Meme adalah produk khas budaya digital pada masa kini dan melambangkan
banyak kualitas yang mendasarinya (Milner, 2012; Shifman, 2013). Meme menyajikan
berbagai tujuan sosial, politik hingga budaya sebagai bentuk menyampaikan perasaan secara
interpersonal. Meskipun ada banyak meme dan banyak variasi di dalam sebuah wacana, tidak
semua dapat diterima sebagai bahan budaya yang cocok. Penggunaan meme internet harus
dilihat sebagai bentuk literasi, menggabungkan pengetahuan langsung tentang pemahaman
yang lebih luas (Knobel and Lankshear,2007). Milner menambahkan bahwa meme
merupakan bentuk bahasa visual, membawa pesan dan respons isyarat. Kontradiksi antara
mengikuti konvensi dan membuat konten inovatif mengakibatkan konfigurasi meme sebagai
keseimbangan yang tidak stabil, sehingga memicu konflik konstan tentang penggunaannya
yang "benar".

2. Peran Meme dalan Politik


Meme politik dapat menjadikan perkenalan bagi sebagaian orang untuk memahami
situasi politik terkini. Meme politik kerap menjadi viral dan dapat menyebarkan fenomena
politik dengan cepat. Meme politik sering kali disebarkan melalui berbagai platform media
sosial seperti facebook, twitter, instagram, dsb. Meme politik melalui dapat menjalakan
peranan penting dalam penyebaran wacana politik, sebab ia tidak hanya bisa menanggapi
orang yang aktif saja tetapi meme politik dapat membantu mereka yang tidak aktif
berpartisipasi dalam diskusi politik menjadi lebih aktif dan dapat memahami isu-isu politik
terkini. Meme menjadikan sarana edukasi politik alternatif, paling tidak membuat orang-
orang yang pasif menjadi lebih aktif dalam mengkritisi fenomena politik yang sedang terjadi.
Meme politik merupakan pop culture yang sering digunakan baik oleh masyarakat ataupun
mahasiswa untuk menganggat isu-isu politik karena meme sendiri mudah viral dalam
hitungan menit.
Meme pada dasarnya mengimitasi sebuah fenomena sosial dalam bentuk visual seperti
video, gambar atau tulisan untuk kemudian disebarkan secara masal di media sosial. Meme
memberikan gambar untuk diedit kemudian ditambahkan dengan kata-kata yang menjadi
fenomena yang sedang hangat. Meme saat ini bukan hanya lelucon semata namun meme
berubah menjadi sebuah alat untuk mengkritik ataupun digunakan sebagai kampanye politik.
Saat ini meme bertransformasi menjadi bentuk budaya di internet yang mempengaruhi
masyarakat.
Meski mengandung unsur menghibur, meme politik berakar dari suatu fenomena yang
nampak dan latar situasi sosial yang terbaru. Karena itu, tidak dapat mengherankan jika
meme politik selain memiliki kritis dan humor, meme politik sendiri memiliki unsur
informatif. Walaupun meme politik sendiri tidak dapat disamakan dengan jurnalistik, akan
tetapi meme politik berpotensi untuk dapat memberikan literasi politik kepada masyarakat.
Paparan meme politik mampu mendorong seseorang untuk mencari informasi lebih dalam
melalui sumber yang kredibel. Ini artinya meme politik dapat bermanfaat sebagai suatu titik
awal untuk memahami suatu ide yang kompleks serta masalah yang sistematis (Fatanti &
Prabawangi, 2021, hlm. 169).
Penggunaan meme sebagai alat komunikasi politik memiliki beberapa keunggulan dan
karakteristik yang membuatnya efektif dalam menyampaikan pesan politik kepada
masyarakat:
a) Singkat dan Padat: Meme politik biasanya memiliki format singkat dan padat,
sehingga pesan politik dapat disampaikan secara langsung dan efektif dalam waktu
yang singkat.
b) Mudah diingat: Kreativitas dalam meme politik membuatnya mudah diingat oleh
masyarakat. Pesan politik yang dibungkus dengan cara yang menghibur dan
menggelitik seringkali lebih mudah diingat dan tersebar dengan cepat di media sosial.
c) Merupakan Ekspresi Kreatif: Meme politik memberikan kesempatan bagi individu
untuk menyuarakan pandangan politik mereka secara kreatif dan inovatif. Kreativitas
dalam pembuatan meme politik mencerminkan pluralitas pendapat dan partisipasi
publik dalam politik.
d) Mencapai Audiens yang Lebih Luas: Meme politik memiliki potensi untuk mencapai
audiens yang lebih luas di media sosial, termasuk kalangan masyarakat yang biasanya
tidak terlibat dalam politik.
e) Menciptakan Diskusi dan Interaksi: Meme politik seringkali mengundang reaksi dan
tanggapan dari masyarakat, sehingga dapat menciptakan diskusi dan interaksi yang
lebih aktif tentang isu-isu politik.
f) Memiliki Potensi Viral: Meme politik yang menarik dan lucu memiliki potensi untuk
menjadi viral di media sosial, sehingga pesan politik dapat menyebar dengan cepat
dan luas.

B. Memes dan Komunikasi dengan Meme dalam Ruang publik virtual


Memes dan Komunikasi dengan Meme dalam Ruang publik virtual Media
sosial merupakan konsekuensi dari perkembangan teknologi berbasis internet,
Keberadaan media sosial atau komunikasi berbasis internet atau media baru memiliki
kelebihan kelebihan dibandingkan media atau saluran komunikasi konvensional.
Menurut Van Djik (2006) secara umum keberadaan dari media/ komunikasi berbasis
internet (media baru) memiliki berbagai karakter, di antarannya: Integratif yakni
menggunakan atau menggabung berbagai bentuk bentuk media lainnya seperti suara
audio, gambar atau teks, hingga video secara bersamaan. Yang kedua, interaktif, yakni
karakter kecepatan dalam menyampaikan pesan serta memungkinkan respons balik
secara cepat pula. salah satu aspek penting juga dari media baru adalah wilayah
jangkauannya yang luas dan tidak terbatas, artinya batas batas geografis atau daerah
tidak menjadi permasalahan selama individu tersebut memiliki perangkat dan jaringan
untuk masuk dalam internet. Ruang publik itu sendiri, setidaknya mengacu pada dua
arti, pertama, mengacu pada suatu ruang yang dapat diakses semua orang, maka
mengacu pada pembatasan dirinya dari ruang lain yaitu ruang privat. Kedua, mengacu
pada hal bersifat normatif yakni peranan masyarakat warga dalam demokrasi
(Hardiman:2010:10-11). Adapun menurut fungsinya, Habermas (1991:74)
mengemukakan ruang publik menghamparkan tiga rangkaian dasar yakni: ruang suatu
publik untuk terlibat dalam perdebatan secara rasional-kritis (kebebasan berpendapat,
berkumpul, berkelompok dst.), setiap individu diakui secara sederajat atau sama dan
bebas sebagai umat manusia, serta berkaitan dengan transaksi pemilik-properti privat
dalam ruang masyarakat sipil (kesetaraan dalam hukum, perlindungan milik pribadi
dan seterusnya).
Mengenai media sosial sebagai ruang publik atau tidak, Van Dijk (Kien, 2019:
147) menekankan bahwa internet (media sosial) bukanlah ruang publik, tapi
merupakan ruang dengan karakter yang menyerupai ruang publik. sementara itu, Kien
(ibid, 147) mengandaikan bahwa media sosial sebagai medium virtual yang telah dan
akan selalu memiliki pengaruh pada wacana publik dan kebijakan politik. Meskipun
demikian, ruang media sosial tetap memungkinkan menjadi ruang publik karena
karakteristiknya yang sesuai dengan prasyarat-prasyarat dari ruang publik itu sendiri
misalnya akses yang luas dan bebas bagi individu terlibat dalam diskusi diruang
publik, terjadinya percakapan yang intens, adanya diskusi dan debat yang melibatkan
individu secara bebas melalui konten berupa gambar, bahasa,video emoji, meme dan
lain sebagainya. Keberadaan meme sebagai bentuk baru dalam berkomunikasi
memiliki bentuk, fungsi dan tujuan sendiri. Komunikasi dengan Meme, merupakan
suatu bentuk partisipasi baru individu terhadap suatu isu diruang publik. Memahami
tujuan bagaimana meme dibuat dan disebar dalam media sosial, menurut Shifman
(2014:39) setidaknya mengacu pada fungsi komunikasi itu sendiri, tipologi
komunikasi yang di kemukakan Shitman adalah tipologi bentuk komunikasinya
Roman Jakobson yang memiliki 6 fungsi sebagaiberikut: pertama fungsi referensi, di
mana komunikasi digunakan untuk menyampaikan suatu permasalahan dengan topik
tertentu, jadi meme dibuat untuk merangsang perhatian mengenai suatu kasus,
sehingga memperoleh tanggapan dan akhirnya menjadikan isu yang menarik
didiskusikan.. Kedua, fungsi emotif, fungsi yang digunakan untuk mengungkapkan
perasaan seperti sedih, senang hingga terkejut, meme dalam fungsi ini dibuat sebagai
bentuk respons emosional (psikologis) terhadap suatu isu publik. Ketiga, fungsi
konatif, komunikasi digunakan untuk memotivasi orang lain, dalam fungsi ini
keberadaan meme digunakan untuk memancing dan memotivasi orang merespons
hingga bertindak sesuai pesan meme. Keempat, fungsi patik, komunikasi atau meme
yang digunakan untuk suatu sapaan dan basa basi. Kelima fungsi metalingual,
komunikasi (bahas) digunakan untuk mengkaji bahasa dan komunikasi untuk
mencapai suatu kesepakatan. dan terakhir, fungsi poetika komunikasi yang
menekankan pada fungsi estetik. Dalam fungsi selain pesan yang ingin disampaikan,
pembuatan meme juga dilakukan dengan mempertimbangkan aspek estetikanya pula.
Dengan demikian suatu meme yang menjadi viral dalam uang publik bisa ditelaah
berdasarkan fungsi komunikasi tersebut.

C. Analisis meme Aldi Taher dan pesan politik yang disampaikan


Analisis meme Aldi Taher dalam konteks politik mengungkapkan beragam pesan politik
yang disampaikan melalui gambar-gambar, teks, atau video pendek yang menggambarkan
tokoh komedian tersebut. Beberapa pesan politik yang mungkin disampaikan melalui meme
Aldi Taher antara lain:
a) Satir terhadap Politisi atau Isu-isu Politik Tertentu: Meme Aldi Taher seringkali
menggambarkan politisi atau isu-isu politik tertentu dengan cara satir atau sindiran.
Melalui meme ini, pesan politik disampaikan dengan gaya humor yang mengkritik
kebijakan atau tindakan politik tertentu.
b) Dukungan atau Kritik terhadap Partai Politik: Meme Aldi Taher juga dapat digunakan
sebagai alat untuk menyuarakan dukungan atau kritik terhadap partai politik tertentu.
Meme ini dapat mencerminkan pandangan masyarakat terhadap kinerja partai politik
atau kebijakan-kebijakan yang diusulkan oleh partai tersebut.
c) Representasi Citra Politisi: Meme Aldi Taher bisa menggambarkan citra atau
stereotipe politisi tertentu dalam konteks tertentu. Pesan politik yang disampaikan
melalui meme ini dapat mempengaruhi persepsi publik terhadap karakter politisi yang
digambarkan.
d) Respons terhadap Berita atau Peristiwa Politik: Meme Aldi Taher seringkali
merespons berita atau peristiwa politik yang sedang terjadi. Meme ini dapat
mencerminkan pandangan masyarakat tentang peristiwa politik dan memberikan
sudut pandang yang berbeda.
e) Memobilisasi Dukungan atau Protes: Beberapa meme Aldi Taher dapat digunakan
untuk memobilisasi dukungan atau protes terhadap suatu isu politik atau gerakan
sosial. Meme ini dapat menjadi sarana bagi masyarakat untuk menyuarakan aspirasi
atau menyampaikan pesan politik tertentu.
f) Menghibur dan Meningkatkan Partisipasi: Selain menyampaikan pesan politik, meme
Aldi Taher juga berfungsi sebagai alat untuk menghibur dan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam politik. Meme yang mengandung humor atau candaan seringkali
berhasil menarik perhatian dan meningkatkan partisipasi dalam diskusi politik di
media sosial.
Penting untuk diingat bahwa pesan politik yang disampaikan melalui meme Aldi Taher
dapat bervariasi tergantung pada konteks dan pemahaman masyarakat yang berbeda.
Beberapa meme dapat memiliki pesan politik yang jelas dan langsung, sementara yang lain
dapat bersifat ambigu atau terbuka untuk interpretasi yang berbeda. Oleh karena itu, analisis
meme Aldi Taher harus dilakukan dengan cermat untuk memahami pesan politik yang
diusung dan bagaimana pesan tersebut dapat mempengaruhi opini publik terhadap politik dan
isu-isu penting.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dalam era digital yang semakin maju, meme politik telah menjadi alat komunikasi yang
kuat dalam menyampaikan pesan dan pendapat politik kepada masyarakat. Meme Aldi Taher
sebagai subjek meme politik telah memberikan kontribusi dalam mengubah cara masyarakat
berinteraksi dengan politik dan opini publik. Meme Aldi Taher menggambarkan beragam
pesan politik, termasuk sindiran terhadap politisi dan isu-isu politik tertentu, dukungan atau
kritik terhadap partai politik, serta representasi citra politisi. Penggunaan meme Aldi Taher
telah memobilisasi dukungan dan protes, serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
politik melalui humor dan hiburan.
Namun, penggunaan meme politik juga perlu memperhatikan etika dan dampaknya
terhadap opini publik. Meme politik yang menyajikan informasi palsu atau terdistorsi dapat
menyebarkan disinformasi dan mempengaruhi persepsi publik. Oleh karena itu, diperlukan
kewaspadaan dalam menyebarkan meme politik, serta pemahaman lebih lanjut tentang
konteks dan tujuan dari setiap meme politik.

B. Saran
Berdasarkan analisis mengenai pengaruh meme Aldi Taher dalam politik dan opini
publik, berikut adalah beberapa saran yang dapat diusulkan:
Kesadaran akan Etika Penggunaan Meme Politik: Masyarakat harus lebih sadar akan
etika penggunaan meme politik, termasuk melakukan verifikasi fakta sebelum menyebarkan
meme politik. Dengan memastikan akurasi informasi dalam meme politik, kita dapat
menghindari penyebaran disinformasi dan informasi palsu yang dapat merusak dialog politik.
Peningkatan Literasi Digital dan Media: Peningkatan literasi digital dan media diperlukan
untuk membantu masyarakat dalam memahami konten meme politik dengan lebih baik.
Literasi media yang tinggi akan membantu masyarakat dalam menafsirkan pesan politik yang
terkandung dalam meme dan menghindari kesalahpahaman atau interpretasi yang salah.
Peran Aktif Media Sosial dalam Memerangi Disinformasi: Platform media sosial harus
mengambil peran aktif dalam memerangi penyebaran disinformasi, termasuk meme politik
yang tidak akurat atau menyesatkan. Langkah-langkah untuk mengidentifikasi dan
menghapus konten disinformasi dari platform media sosial harus diambil untuk menjaga
integritas informasi yang beredar.
Penelitian Lebih Lanjut tentang Pengaruh Meme dalam Politik: Diperlukan penelitian
lebih lanjut untuk memahami lebih dalam tentang pengaruh meme dalam politik dan opini
publik. Studi mendalam tentang penggunaan meme Aldi Taher dan meme politik lainnya
dapat memberikan wawasan yang lebih kaya tentang peran meme dalam komunikasi politik
dan efeknya terhadap opini publik

DAFTAR PUSTAKA
Melati Budi Srikandi. (2019). BUDAYA POPULER DAN KOMUNIKASI POLITIK:
PENGGUNAAN MEME DALAM KOMUNIKASI POLITIK. Surakarta. Universitas
Sebelas Maret.
R. Firdaus Wahyudi.(2022). Fenomena Meme Dan Ruang Publik Dalam Media Sosial, Al-
Munzir Vol. 15. No. 2. Makasar. Universitas Hasanuddin Makassar.
Abdillah Nazhif. (2022) PENGARUH MEME POLITIK DI MEDIA SOSIAL TERHADAP
LITERASI POLITIK GENERASI Z (Studi Deskriptif Mahasiswa Universitas
Pendidikan Indonesia ). Universitas Pendidikan Indonesia Abdillah Nazhif, 2022
PENGARUH MEME POLITIK DI MEDIA SOSIAL TERHADAP LITERASI
POLITIK GENERASI Z (Studi Deskriptif Mahasiswa Universitas Pendidikan
Indonesia ) Universitas Pendidikan Indonesia.
Putra, R. A., & Wijaya, A. (2020). The Role of Memes in Political Communication: A Case
Study of Aldi Taher's Memes on Social Media. Journal of Communication Studies,
8(2), 212-225.

Anda mungkin juga menyukai