Anda di halaman 1dari 5

MENILIK KONDISI KAWASAN MANGROVE

Tampak sebuah kawasan dekat dengan tambak – tambak disekitarnya serta


sungai yang mengelilingi. Bagian depan pintu masuk pengunjung disambut dengan
wahana permainan yang saya rasa biasa digunakan oleh anak – anak, diantaranya
ada jungkat jungkit, ayunan dan sebagainya.
Sebuah gapura terbuat dari bambu menjadi tanda memasuki kawasan wisata.
Sebuah jembatan dari kayu dengan pegangan bambu pula, menjadi jalan setapak
bagi pengunjung. Jalan setapak ini banyak sekali dikelilingi oleh tanaman bakau,
serta biota atau hewan – hewan kecil disekitarnya.
Beberapa pondok kecil tersedia, tampak beberapa pengunjung lain
beristirahat di tempat itu. Tak banyak pengunjung yang saya temui kala itu, hanya
beberapa orang berpasangan yang saya lihat serta para pekerja disana. Mereka
tampak asik berfoto dengan ornament – ornament unik yang terbuat dari bambu dan
kayu.
Tak hanya sebagai wisata, sebuah papan bertuliskan Jogging track juga
terpampang di persimpangan jalan. Selain itu menurut ari selaku administrasi dan
pemandu mengatakan pula sebagai tempat edukasi bagi pelajar dan pencegah
abrasi, banjir, dan lainnya.
Perbincangan yang saya lakukan membuat saya memiliki rasa penasaran
terhadap fungsi mangrove, permasalahan, dan peraturan yang ada. Mangrove yang
merupakan kawasan yang dilindungi memiliki fungsi yang sangat penting,
diantaranya menahan arus air laut yang dapat mengikis pantai, penyerapan karbon
dioksida dan penghasil oksigen, tempat hidup biota laut dan hewan – hewan
disekitarnya, pendukung sumber hayati perikanan pantai, sarana edukasi dan
sarana wisata.
Di dalam kawasan konservasi mangrove beberapa tempat masih ada yang
dimiliki secara pribadi maupun pengembang. Bagaimana bisa kawasan mangrove
yang harusnya dilindungi dan harusnya dilakukan pembebasan lahan belum
terealisasikan.
Mangrove Sebagai Kawasan Konservasi

Menurut Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Mangrove di Surabaya meliputi


kawasan pantai timur dan pantai utara, Mangrove di pesisir Surabaya membentuk
sabuk hijau yang hampir tidak terputus mulai dari wilayah Kecamatan Benowo,
Asemrowo dan Krembangan di pantai utara (Panturbaya) dan mulai dari wilayah
Kecamatan Kenjeran hingga Gununganyar di pantai timur (Pamurbaya).
Mangrove di Surabaya sudah ada sejak lama. Semakin seiring berjalannya
waktu, kerusakan yang terjadi di mangrove khususnya di Surabaya sendiri juga
semakin banyak. Berdasarkan data Konsorsium Rumah Mangrove, sejak tahun
2001 sudah terjadi empat kali penebangan secara besar-besaran. Para pelaku
pembalakan seharusnya dijerat dengan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007
tentang Pengolahan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup.
Kerusakan yang terus bertambah ini mengharuskan pemerintah untuk
menetapkan mangrove sebagai kawasan konservasi dan hutan lindung. Penetapan
itu diperkuat dengan UU konservasi tahun 2007, Perda kota Surabaya nomor 23
tahun 2012, dan Perda Kota Surabaya 12 tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang
wilayah kota Surabaya.
Setelah ditetapkan sebagai kawasan konservasi sendiri, mangrove di
Surabaya memiliki daya Tarik dan fungsi yang sangat penting, baik bagi masyarakat
sekitar maupun bagi ekosistem. Sebelum dikonservasi wilayah mangrove kurang
dikenal, namun banyak masyarakat sekitar yang melakukan penebangan demi
kepentingan pribadi tanpa tahu dampak penebangan tersebut. Selain itu pemburuan
satwa liar yang sembarangan, membuat ekosistem tidak seimbang.
Berbeda dengan saat ini, mangrove lebih dikenal masyarakat dengan
kawasan eko wisatanya. Mekipun beberapa orang belum mengetahui bahwa
mangrove masuk ke kawasan konservasi, setidaknya mangrove lebih terjaga.
Tumbuhan mulai merebak akibat penanaman yang dilakukan, Perburuan juga sudah
berkurang.
Penanaman tumbuhan bakau juga tak lepas dari peran masyarakat, beberapa
komunitas terbentuk dan melakukan penanaman mandiri sebagai sikap peduli
terhadap hutan mangrove. “masyarakat melakukan penanaman mangrove selama
itu banyak yang mereka lakukan, mereka kemudian menjaga. salah satu yang saya
maksud tadi ada teman teman dari petani tambak trunojoyo, petani mangrove
wonorejo Surabaya”. Tegas wawan.

Permasalahan Mangrove

Sumber : https://lh.surabaya.go.id/

Menurut data Lingkungan Hidup Kota Surabaya pada tahun 2017, isu sampah
di pantai timur Surabaya (PAMURBAYA) memang menjadi masalah yang harus
diselesaikan. Terdeteksi delapan dari sebelas lokasi sampling di Pamurbaya
dipenuhi oleh banyaknya sampah, baik plastik maupun non plastik (non degradable).
Beberapa titik seperti Wonorejo dan Gunung Anyar juga banyak ditemukan sampah,
apalagi sampah itu terlilit di tumbuhan – tumbuhan sehingga tidak dapat mengalir
dan terus berada disana.
Disebutkan juga sampah – sampah yang tersangkut baik pada akar pohon
maupun tumbuhan, dapat membuat mekanisme tumbuh kembang mangrove
terganggu. karena substrat menjadi terhalang dan tidak bisa ditumbuhi oleh
propagule-propagule yang siap untuk tumbuh sebagai individu baru.
Propagule sangat erat kaitannya dengan mangrove, propagule sendiri dapat
diartikan sebagai bibit dari tanaman yang sudah berkecambah. Jika propagule tidak
dapat tumbuh dengan baik, biota – biota lain semakin lama akan kehilangan tempat
tinggal. Makanan bagi hewan – hewan disekitar mangrove juga berkurang, ini dapat
mengakibatkan mereka mencari makanan ke tempat lain sehingga dapat masuk ke
perkarangan warga.
Penelitian yang dilakukan oleh Rumah Mangrove Surabaya menemukan
bahwa selain biota – biota kecil, satwa liar juga banyak ditemukan seperti burung,
monyet, kucing bakau, biawak dan buaya. “jadi kawasan mangrove Pantai Timur
Surabaya khususnya Wonorejo itu kaya akan keanekaragaman hayati, sehingga
memang harus kita jaga dan harus kita lestarikan”. Tutur wawan.
Karena kondisi hutan mangrove yang lebat dan beberapa sampah tidak bisa
diambil dengan mudah, maka harus dilakukan dengan secara manual dan regular
agar dapat diambil dan dibuang ke luar area mangrove.
Banyak upaya yang telah dilakukan baik oleh warga sekitar, kelompok,
komunitas, instansi dan sebagainya. Tentu saja hal ini sangat efektif dalam menjaga
mangrove.
Sebenarnya pemerintah sendiri, khususnya Dinas Lingkungan Hidup
Surabaya telah melakukan penanganan dengan menerapkan cara manual. Selain itu
cara – cara edukatif dengan memberikan pengetahuan mengenai pentingnya
mangrove melalui berita, buku, poster dan sebagainya menjadi hal penting yang
dibutuhkan.
Kendati begitu sampah tak bisa sepenuhnya menghilang dari mangrove,
kemungkinan penumpukan sampah akan terus terjadi. Sampah dapat berdatangan
dari sungai luar kawasan mangrove. Selain karena masalah sampah yang datang
dari luar kawasan mangrove, sampah serta limbah dari rumah – rumah atau
pemukiman warga juga punya perannya.

Pembangunan di Kawasan Konservasi


Meskipun Mangrove sudah ditetapkan menjadi kawasan konservasi, masih
banyak permasalahan pembangunan di kawasan konservasi tersebut. Masih banyak
kawasan mangrove yang belum dibebas lahan kan, beberapa tempat masih dikelola
oleh pribadi maupun instansi.
“Ketika sudah ditetapkan sebagai Kawasan konservasi dalam perda,
seharusnya walikota menetapkan zonasi dari Kawasan itu.”, ujar wawan. Ini berarti
harusnya terdapat sebuah zona inti dimana zona tersebut tidak boleh diganggu
sama sekali, dan zona penyangga yang harus dijaga. Zona lain untuk tambak,
wisata, dan sebagainya harus dipertegas dalam peraturan tersebut.
“Tapi kemudian ada zona pemanfaatan untuk tambak, untuk wisata, untuk
segalanya itu yang harus di pertegas di perwali. Sayangnya saat ini itu belum
diatur.”, tambahnya.
Banyak bangunan yang masih ada di sekitar kawasan konservasi mangrove
di Surabaya, khususnya pemukiman warga. Sebenarnya pemukiman dan bangunan
itu sendiri sudah ada sejak lama dan sebelum penetapan mangrove menjadi
kawasan konservasi.
Di kawasan Mangrove Gunung Anyar khususnya, masih terdapat sekitar 90
rumah berdiri di kawasan tersebut. Beberapa dari warga yang ada, memang
memiliki surat ijin atau surat hak milik bangunan tersebut.
Ini kemudian menjadi sebuah masalah bagi pemerintah Kota Surabaya,
mereka tidak bisa melakukan penanaman lebih luas dikawasan tersebut. Untuk
melakukan penanaman dan menjaga hutan lebih luas, maka harus menyingkirkan
rumah warga tersebut. Namun karena mereka memiliki surat ijin, maka pemerintah
juga tidak dapat menyingkirkan mereka begitu saja karena dapat menyalahi aturan.
Banyak kemudian permasalahan yang terjadi akibat kurangnya penegasan
zona kawasan konservasi mangrove sendiri. salah satunya adalah penebangan
yang dilakukan oleh salah satu warga, yang kemudian dilaporkan kepada pihak
berwenang. Namun ternyata penebangan yang dilakukan terjadi didalam sebuah
tambak milik pribadi.
“karena memiliki sertifikat tidak dihukum, karena menambang dalam kawasan
dia” tegas wawan.
Pemerintah memang berencana membebaskan lahan, namun pembebasan
lahan itu sendiri berjalan lamban. Banyak kerugian yang disebabkan karena belum
diberlakukannya pembebasan, salah satunya adalah warga yang tidak dapat
mendirikan bangunan meski telah memiliki surat resmi.
Memang kawasan konservasi tidak dapat dilakukan pembangunan secara
sembarangan, apa lagi bangunan permanen. Warga yang bersikeras pun dapat
ditindak secara tegas oleh pihak berwenang, hal ini memang sesuai dengan
peraturan yang telah disebutkan sebelumnya.
Dalam salah satu surat kabar Surabaya.tribunews Wakil Wali Kota Armuji
berjanji akan melindungi dan memperjuangkan nasib warga yang tinggal dikawasan
konservasi tersebut.
“Harus dilakukan pemetaan ulang warga yang terdampak. Bagaimanapun
mereka juga warga Surabaya sehingga kita harus hati – hati dalam mengambil
keputusan.”, kata armuji di hadapan warga.

Anda mungkin juga menyukai