Anda di halaman 1dari 30

MANAJEMEN PELAYANAN GERIATRI

SARANA PRASARANA FASILITAS GERIATRI DI SINGAPORE

DISUSUN OLEH :

1. dr. Cornelius Bambang, Sp.F NPM 226080306


2. dr. Agung Wijayato, Sp.F DFM NPM 226080463
3. Atik Ida Susana, S.K.M NPM 226080305
4. dr. Linda Rosalina P NPM 226080237
5. drg. Callista Gladys Fiona D NPM 226080238
6. dr. Fahima Hidayatullah P NPM 226080318
7. dr. Hikmah Intan Hindrarti P NPM 226080241
8. dr. Geha Sholichah NPM 226080252

PROGRAM PASCA SARJANA


MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan harapan hidup dan perubahan demografi global telah menyebabkan

fenomena penuaan penduduk di banyak negara di seluruh dunia. Semakin banyak orang

mencapai usia lanjut, yang menyebabkan peningkatan permintaan akan perawatan kesehatan

yang sesuai dengan kebutuhan lansia. Penuaan populasi ini menuntut adanya fasilitas kesehatan

yang khusus dan terkoordinasi untuk memenuhi kebutuhan medis, rehabilitasi, dan sosial lansia.

Sarana dan prasarana fasilitas geriatri yang terletak di Singapura, telah membangun

reputasinya dalam memberikan layanan medis terdepan kepada pasien dari seluruh dunia juga

menetapkan standar yang tinggi dalam perawatan geriatric yang mengintegrasi perawatan lansia

jangka panjang dengan perawatan kuratif dan preventif. Mereka memahami kompleksitas dan

tantangan yang terkait dengan merawat lansia, dan telah berinvestasi dalam sarana dan prasarana

yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan unik populasi lansia.

Selain sarana fisik yang memadai, negara Singapur juga memiliki pusat geriatri yang

terintegrasi. Pusat geriatri ini melibatkan tim medis yang terdiri dari dokter geriatri, perawat

geriatri, ahli terapi fisik dan okupasi, serta ahli gizi yang terlatih dalam perawatan dan

manajemen kesehatan lansia. Tim multidisiplin ini bekerja bersama untuk menyusun rencana

perawatan yang holistik dan individualistik untuk setiap pasien lansia.


Dengan mengembangkan fasilitas geriatri yang komprehensif dan memberikan perhatian

yang khusus kepada lansia, Mayo Clinic telah menjadi salah satu lembaga perawatan kesehatan

terdepan dalam bidang geriatri. Keberhasilan mereka dalam memberikan perawatan yang efektif

dan inovatif bagi populasi lansia telah memperkuat reputasi Mayo Clinic dan menjadi acuan bagi

institusi kesehatan lainnya dalam memberikan perawatan geriatri yang berkualitas.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah definisi geriatri?

b. Bagaimana gambaran umum mengenai sarana prasarana fasilitas geriatri di Singapura ?

c. Manfaat mengenai sarana dan prasarana fasilitas geriatric di Singapura ?

d. Kesimpulan mengenai sarana dan prasarana fasilitas geriatric di Singapura

1.3 Tujuan Umum

a. Mengetahui definisi geriatri serta aspek perawatan yang harus diberikan pada geriatri.

b. Mengetahui gambaran umum mengenai sarana dan prasarana fasilitas geriatric di

Singapura.

c. Mengetahui manfaat mengenai sarana dan prasarana fasilitas geriatri di Singapura.

d. Mengetahui kesimpulan mengenai sarana dan prasarana fasilitas geriatric di Singapura.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Geriatri

Istilah geriatri pertama kali dipakai oleh Ignatz Nascher pada tahun 1909. Geriatri

merupakan disiplin ilmu kedokteran yang menitikberatkan pada pencegahan, diagnosis,

pengobatan, dan pelayanan kepada pasien usia lanjut (Sudoyo dkk, 2006). Menurut Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan

Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit, pasien geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multi

penyakit dan/atau gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan

lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu dengan pendekatan

multidisiplin yang bekerja secara interdisiplin. Sedangkan lanjut usia (lansia) adalah seseorang

yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Menurut Kementerian Kesehatan RI

(2012), lansia dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu: pra lanjut usia (45-59 tahun), lanjut

usia (60-69 tahun), dan lanjut usia risiko tinggi ( > 70 tahun atau usia > 60 tahun dengan masalah

kesehatan).

Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seseorang yang telah

memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia ialah kelompok umur pada manusia yang telah memasuki

tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia akan mengalami

suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Pasien Geriatri merupakan pasien

lanjut usia dengan multi penyakit dan/atau gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi,

sosial, ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu.
Menurut World Health Organitation (WHO) lansia meliputi (Nasrullah, 2016):

1. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun

2. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun

3. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun

2.2 Geriatric Medicine, Sejarah Terbentuknya Ilmu Geriatri dan Gerontologi8765430984zc

Kata geriatri pertama kali ditemukan pada tahun 5000 SM dalam Ayurveda, naskah

kedokteran India kuno. Ayurveda terdiri atas 8 cabang, salah satunya ilmu geriatri (rasayana)

yang didefinisikan sebagai rasayanam cha tat jneyam yat jara vyadhi nashanam yang berarti

cabang ilmu kedokteran dengan fokus pada penuaan dini dan tatalaksana penyakit terkait usia

lanjut. Aristoteles, menggunakan kata eugeria (eu berarti perilaku baik dan geria berarti

perlakuan terhadap usia lanjut) pada buku pertamanya yang ditulis tahun 367 SM. Kata eugeria

digunakan untuk menjelaskan successful ageing, yaitu hidup lama, bahagia, mandiri, dan tidak

sakit. Pada zaman Romawi Kuno (45 SM-476 M), Seneca menulis bahwa usia tua merupakan

penyakit yang tidak dapat disembuhkan, namun dapat ditunda dengan latihan jasmani dan diet

yang tepat. Pada tahun 898- 980 M, Algizar seorang dokter Arab menulis buku kesehatan pada

usia lanjut mengenai kepikunan, cara meningkatkan memori, dan gangguan tidur. Avicenna pada

tahun 1025 M menulis buku The Canon of Medicine: Regimen of Old Age yang menyatakan

bahwa usia lanjut memerlukan tidur yang cukup, latihan jasmani seperti berjalan dan berkuda,

diet tepat, serta tata laksana konstipasi. Pada tahun 1849 George Day membuat publikasi pertama

mengenai penyakit pada usia lanjut.


Rumah sakit geriatri moderen pertama didirikan dr. Laza Lazarevic pada tahun 1881 di

Belgrade, Serbia. Charcot mempelajari penyakit yang biasa terjadi pada usia lanjut dan

memberikan saran untuk membentuk spesialisasi perawatan usia lanjut. Istilah geriatri

diperkenalkan pertama kali pada tahun 1909 oleh dr. Ignatz Leo Nascher (Bapak Geriatri).

Nascher menekankan bahwa usia lanjut dan penyakitnya harus mendapat tempat tersendiri dalam

ilmu kedokteran.

Ilmu kedokteran geriatri moderen di Inggris dipelopori oleh Marjorie Warren. Ibu

Geriatri itu menyatakan bahwa pasien dengan kondisi kronis dapat pulih menjadi mandiri dengan

tatalaksana yang benar. Warren memperkenalkan konsep team- based rehabilitation dan alat

bantu mobilitas pada penanganan pasien geriatri. Tokoh geriatri lainnya yaitu Bernard Isaacs

memerkenalkan istilah geriatric giants: imobilisasi dan instabilitas, inkontinensia, dan gangguan

fungsi kognitif.

Gerontologi berasal dari kata gerontos (usia lanjut) dan logos (ilmu). Dengan demikian

dapat diartikan sebagai ilmu yang memelajari seluk beluk kehidupan individu usia lanjut.

Geriatric medicine berasal dari kata geron (usia lanjut) dan iatreia (perawatan penyakit),

sehingga geriatric medicine diartikan sebagai cabang ilmu kedokteran yang memelajari penyakit

dan masalah kesehatan pada usia lanjut menyangkut aspek preventif, diagnosis, dan tata laksana.

Saat ini ilmu geriatri menjadi sangat penting dan wajib dipahami tenaga kesehatan karena secara

global jumlah populasi penduduk usia lanjut semakin meningkat.


2.3 Profil Kesehatan di Singapura

Singapura merupakan negara modern yang terdiri atas beragam etnis dengan slogan

promosi 'Uniquely Singapore'. Singapura tumbuh menjadi negara yang mempunyai pengaruh

besar dalam perdagangan, komunikasi dan pariwisata dunia. Posisi startegis Singapura

memudahkan pengembangan industri pariwisata. Dukungan lainnya adalah fasilitas-fasilitas

modern bagi wisatawan, sarana transportasi yang memadai dan budaya. Komunikasi memiliki

peranan penting untuk membangun jaringan pasar dunia. Dalam perdagangan, Singapura

merupakan jalur transportasi yang strategis sehingga Singapura memegang peranan penting

dalam perdagangan dunia, khususnya Asia Tenggara.

Singapura merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang terletak sekitar 137 km

sebelah utara dari khatulistiwa di ujung selatan Semenanjung Malaysia dan terletak di antara

Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan. Wilayah Singapura terdiri atas pulau Singapura dan 58

pulau lainnya. Lebih dari dua pulau di wilayah Singapura tidak berpenghuni. Sepanjang 42 km

dari barat ke timur dan 23 km dari utara ke selatan menjadikan Singapura menjadi negara

terkecil ke-19 di dunia (Komandoko, 2010: 529).

Singapura merupakan salah satu negara tetangga Indonesia yang maju, kecil, dengan

jumlah populasi sebanyak di kota Bandung. Anggaran biaya bagi kesehatan nasional sebesar

4,47% dari GDP di tahun 2016 (Tan, Lam, Matchar, Zee, & Wong, 2021) Negara Singapura

telah mencapai kesehatan cakupan semesta (Universal Health Coverage) melalui sistem

pembiayaan campuran dan memiliki sistem pelayanan kesehatan yang baik. Berdasarkan data

CEOWORLD Health Care Index (2021), Singapura memperoleh sistem pelayanan kesehatan

terbaik di dunia dengan peringkat ke- 15. MediShield Life merupakan salah satu asuransi

kesehatan yang bersifat wajib dimiliki oleh seluruh warga Singapura dan memberikan
perlindungan seumur hidup terhadap biaya kesehatan yang tinggi dari pelayanan rawat inap dan

beberapa pelayanan rawat jalan. Asuransi tersebut tidak menanggung pelayanan pada layanan

rawat jalan tingkat primer serta spesialistik dan obat peresepan. Pembayaran iuran sebagian

disubsidi oleh pemerintah berdasarkan pendapatan warga, tetapi juga ada tabungan wajib

kesehatan yang disebut sebagai Medisave. Medisave merupakan tabungan wajib bagi seluruh

pekerja dan residen permanen sebesar 8 hingga 10,5% tergantung dari usia. Terakhir adalah

MediFund biaya dari negara ketika warga Singapura dan Medisave tidak dapat atau cukup

menanggung biaya kesehatan tersebut (Tan et al., 2021) (Tikkanen, Osborn, Mossialos,

Djordjevic, & Wharton, 2020).

Fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi pasien

tidak dipengaruhi oleh kelas perawatan, namun keputusan tergantung pada pemilihan ruang

rawat pada pasien. Apabila pasien memilih ruang rawatan dengan 8 tempat tidur di satu ruangan,

maka akan disubsidi 85%, jika pasien memilih ruang rawatan 1 tempat tidur di satu ruangan,

maka tidak disubsidi. Sedangkan pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan tingkat primer

seperti di poliklinik, maka akan disubsidi sebesar 75%, dan dihitung berdasarkan jumlah

pendapatan. Layanan pasien di gawat darurat akan ditanggung seluruhnya. Selain itu, di dalam

Medishield Life juga menentukan maksimal klaim per tahun, tetapi tidak ada batasan untuk

seumur hidup. Penggunaan MediSave juga dibatasi agar memiliki biaya yang cukup untuk

membiayai kebutuhan dasar di saat usia tua. Melalui strategi-strategi di atas, maka terdapat biaya

lebih yang dapat digunakan kembali untuk mensubsidi silang bagi warga negara Singapura.

Demikian juga warga negara Singapura dapat mengurangi biaya OOP (How & Fock, 2014)

(Tikkanen et al., 2020).


Kendala yang dialami dalam Sistem Kesehatan di Singapura berupa populasi yang

semakin menua, sehingga menimbulkan risiko terjadinya kekurangan biaya di dalam MediSave.

Dengan risiko tersebut, pemerintah Singapura telah merencanakan berbagai paket asuransi untuk

membantu warga negara usia lanjut, seperti The Pioneer Generation Package dan The Merdeka

Generation Package. Untuk mempertahankan mutu layanan kesehatan, maka Singapura telah

menerapkan “Satu Pasien, Satu Rekam Medik”, di mana keseluruhan Rekam Medik dilindungi

dan dimiliki oleh Kementerian Kesehatan, untuk menjaga kualitas pelayanan kesehatan serta

mengurangi biaya dan pemeriksaan yang tidak diperlukan (How & Fock, 2014) (Tikkanen et al.,

2020).

2.4 Sarana prasarana Fasilitas Geriatri


Populasi lansia di Singapura (mediacorp, 2017) diberitakan jumlahnya saat ini meningkat

lebih cepat dibanding dengan 10 tahun yang lalu. Pada tahun 2016-2017, warga yang berusia 65

tahun ke atas naik dari 13.7% menjadi 14.4 %. Prosentase tingkat kehidupan juga lebih tinggi

sementara tingkat kelahiran tetap rendah. Sementara itu di tahun 2019, populasi lansia yang

berusia antara 65-69 tahun adalah 221.3 ribu, diperkirakan prosentasi lansia dengan usia 65

tahun ke atas adalah 12.4% (https://www.statista.com/topics/5821/ageing-population-of-

singapore/).

Menurut Departemen Statistik Singapura, jumlah penduduk berusia 65 tahun ke atas di

negara ini adalah 581.680 orang. Mereka menyumbang 14,4% dari populasi penduduk Singapura

pada tahun 2019. Jumlah tersebut melonjak menjadi 76% dari 330.132 dalam satu dekade lalu,

dan lebih dari dua kali lipat 235.296 pada tahun 2000. Diprediksi, pada tahun 2030, jumlah

mereka yang berusia 65 ke atas diproyeksikan meningkat menjadi 900.000, yang berarti satu dari

empat orang Singapura akan berada dalam kelompok usia tersebut, naik dari satu dari tujuh saat

ini (https://www.edgeprop.sg/property-news/ageing-place-and- future-nursing-homes).


Rasio dukungan usia tua (mereka yang berusia 20 hingga 64 tahun per penduduk berusia

65 ke atas) mencapai 4,5 pada tahun 2019. Kementerian Kesehatan (Depkes) memproyeksikan

bahwa angka tersebut dapat turun lebih dari setengahnya menjadi 2 banding 1 pada tahun 2030.

Dengan meningkatnya populasi lansia, pemerintah Singapura sadar bahwa fasilitas perawatan

lansia perlu ditingkatkan untuk memastikan lansia dapat menua dengan nyaman dan bermartabat.

Rumah Kebajikan adalah salah satu tempat yang diperuntukan untuk para lansia yang

beroperasi di bawah pantauan Kementrian Sosial dan Keluarga (Ministry of Social and Family

Development) Singapura (Supporting Vulnerable Elderly|Ministry of Social and Family

Development (msf.gov.sg)). Kementrian ini memiliki unit kerja yang bertanggung jawab pada

Dukungan Fakir Miskin dan Rumah Perlindungan (The Destiture and Shelter Support Branch

(DSSB), juga bertanggung jawab pada sepuluh rumah yang telah dikategorikan sebagai Rumah

Kebajikan di bawah Destitute Person Act, serta mengkhususkan pada perawatan, pendaftaran

masuk, dan pemulihan fakir miskin. MSFD juga berkuasa untuk menangani pendaftaran Rumah

Kebajikan yang tunduk pada peraturan perundangan dan peruntukan Destitute Persons Act.

Pendirian rumah kebajikan ini juga merupakan upaya untuk membantu golongan yang

memerlukan dan yang terpinggirkan. Prinsipnya, kepedulian untuk merawat golongan yang

kurang mampu merupakan indikasi masyarakat yang prihatin dan penyayang. Setiap

warganegara dan keluarga semestinya membantu mereka agar memiliki kesempatan untuk hidup

lebih dihormati dan memiliki harga diri. Selain itu, individu yang menghadapi kesulitan hidup

harus diberi pertolongan untuk meringankan beban serta membantu kedudukan keuangan yang

mandiri. Ini akan membuat para lansia meneruskan untuk menyumbang secara positif kepada

negara.
Saat ini, terdapat 77 panti jompo, campuran fasilitas publik, swasta dan nirlaba, dengan

total 16.059 tempat tidur. Ini memberikan perawatan residensial jangka panjang untuk manula

yang memiliki dukungan keluarga terbatas atau tidak ada sama sekali dan membutuhkan bantuan

khusus.

Rumah-rumah kebajikan ini dikelola oleh VWOs (Voluntary Welfare Officers – Pegawai

Kebajikan Sukarelawan). Namun, ada beberapa prinsip panduan dalam mengelola rumah-rumah

kebajikan ini, antara lain

(a) Keluarga bertanggung jawab untuk kebaikan dan kesejahteraan para anggota

keluarganya. Diharapkan para penghuni rumah kebajikan ini dapat kembali kepangkuan

keluarga. Rumah Kebajikan hanyalah tempat tinggal sementara untuk mereka; dan

(b) Para penghuni akan dilatih untuk mencapai pemulihan di rumah kebajikan dan di

pusat aktivitas. Tujuannya adalah untuk meningkatkan tahap fungsi kemampuan fisik agar

mereka boleh menjaga diri mereka sendiri dan mandiri.

MSFD adalah departemen utama yang memberi bantuan sosial untuk para lansia yang

terimbas dan masuk dalam bagian Ministerial Committee of Ageing (MCA). MCA dipimpin

oleh Encik Gan Kim Yong, menteri yang bertanggung jawab tentang isu penuaan, dan beliau

berasal dari Kementerian kesihatan (Supporting Vulnerable Elderly|Ministry of Social and

Family Development (msf.gov.sg)). MCA juga bekerjasama dengan berbagai kementerian dan

agensi-agensi untuk mengetengahkan isu-isu berikut:

(a) Usia lanjut yang aktif dan masih bekerja;

(b) Perawatan di rumah dan bantuan keluarga;

(c) Perkembangan kesehatan dan layanan perawatan sosial dan fasilitas; dan
(d) Pembangunan tenaga manusia untuk perawatan para lansia.

MSFD melahirkan sifat peduli (heartware) untuk penduduk Singapura melalui dasar-

dasar perundangan, infranstruktur masyarakat, program-program dan pelayanan. Misi MSFD

adalah untuk memupuk daya tahan dan peduli masyarakat untuk dapat mengatasi tantangan.

Untuk organisasi sosial, operasi pembiayaan dan fasilitas diperoleh dari masyarakat dan

perkhidmatan kediaman untuk yang kurang mampu, keluarga dan individu yang memerlukan,

kanak-kanak, remaja dan dewasa serta yang lanjut usia. Organisasi pelayanan sosial dilantik oleh

MSFD untuk menjalani program-program yang dibiayai sebagai berikut:

(a) Pembiayaan pada tenaga manusia dan biaya operasi yang berulang untuk

melaksanakan layanan

(b) Pembiayaan modal untuk fasilitas, termasuk konstruksi, renovasi, pembelian perkakas

dan pelengkapan

(c) Contoh-contoh program termasuk di pusat layanan keluarga, rumah kurang upaya

dewasa dan pusat pakar keganasan keluarga.

Dana pelatihan pengasuh (The Caregivers Training Grant- CTG) akan membantu pengasuh

untuk mengembangkan kemahiran mereka agar dapat memberi perawatan yang lebih baik untuk

para lansia dan orang yang kurang mampu dalam hal kebutuhan fisik dan sosio-emosional.

Pelatihan ini diutamakan untuk pengasuh, pekerja sosial, individu yang kurang mampu, para

lansia yang lemah, dan para lansia yang aktif (Caregivers Training Grant | Ministry of Social and

Family Development (msf.gov.sg)).


Dengan dana pelatihan tersebut sangat membantu para pengasuh mengurangi pembiayaan

untuk menjalani latihan memperoleh pengetahuan dan kemahiran yang dapat mengembangkan

skill pribadi sebagai tugas menjaga dan mengurus individu yang kurang mampu.

BAB III

PEMBAHASAN

Menua adalah takdir tiap manusia yang berkesempatan hidup hingga lebih dari setengah

abad. Terkadang, usai membesarkan anak dan merelakan mereka berkeluarga, seorang lanjut usia

(lansia) tak tahu bagaimana dan dimana mereka harus tinggal menghabiskan hari tua. Sebagai

negara yang penuh inovasi, Singapura akhirnya menciptakan Sarana dan prasarana fasilitas
geriatri ytelah membangun reputasinya dalam memberikan layanan medis terdepan kepada

pasien dari seluruh dunia juga menetapkan standar yang tinggi dalam perawatan geriatric yang

mengintegrasi perawatan lansia jangka panjang dengan perawatan kuratif dan preventif. Mereka

memahami kompleksitas dan tantangan yang terkait dengan merawat lansia, dan telah

berinvestasi dalam sarana dan prasarana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan unik

populasi lansia.

Selain sarana fisik yang memadai, negara Singapura juga memiliki pusat geriatri yang

terintegrasi. Pusat geriatri ini melibatkan tim medis yang terdiri dari dokter geriatri, perawat

geriatri, ahli terapi fisik dan okupasi, serta ahli gizi yang terlatih dalam perawatan dan

manajemen kesehatan lansia. Tim multidisiplin ini bekerja bersama untuk menyusun rencana

perawatan yang holistik dan individualistik untuk setiap pasien lansia.

3.1 Kampung Admiralty

Sebuah rumah susun sewa atau rusunawa yang dapat dipergunakan oleh lansia untuk

menaruh harapan hidup yang lebih baik. Rusunawa ini dinamakan Kampung Admiralty.

Ratusan lansia tinggal dalam sebuah kamar bertipe apartemen kamar satu dengan segala sudut

ruangnya memiliki bantuan pegangan untuk gerak lansia yang terbatas. Selain fasilitas yang

terintegrasi, Singapura juga menghadirkan beragam aktivitas agar lansia tidak hanya berdiam diri

di kamar. Ada sejumlah kegiatan yang dapat diikuti mereka di dalam rusunawa tersebut. Seperti.

olahraga bagi yang mampu, juga ada kerajian tangan, kegiatan seni, atau bercocok tanam secara

bersama dan terakomodir.


Sebagai informasi, Kampung Admiralty ini selesai dibangun pada 2017, dan baru mulai

dihuni kurang lebih dalam dua tahun terakhir. Pemerintah Singapura sepenuhnya adalah

pemegang kendali dan untuk biaya sewa perkamarnya dikenakan tarif berbeda sesuai dengan

luas kamar.

Patrick Bingham-Hall / Archdaily

Kampung Admiralty oleh WOHA Architects mendobrak prejudice publik akan konsep

dan wujud dari sebuah pusat komunitas untuk lansia. Berlokasi di Woodlands Drive,

Singapura, kompleks residensial ini hadir sebagai solusi guna mengakomodasi populasi

berusia lanjut di Singapura yang kian meningkat.


Kampung Admiralty di Singapura oleh WOHA Architects / Patrick Bingham-Hall /

Designboom

Dengan luas tanah sebesar 0.9 hektar dan tinggi maksimal 45 meter, WOHA Architects

merancang vertical kampung guna mengoptimalkan penggunaan lahan untuk residensial

ini.
Tampak atas Kampung Admiralty / K. Kopter / Archdaily

Berkonsep layaknya sebuah club sandwich, Kampung Admiralty terbagi atas tiga

segmen, yaitu Community Plaza di bagian bawah, Medical Centre di bagian tengah,

dan Community Park di bagian atas.

Salah satu akses masuk ke Kampung Admiralty / Darren Soh / Archdaily


Community Plaza memiliki area terbuka untuk publik yang dapat digunakan jika

ingin mengadakan kegiatan seperti festival, olahraga bersama, berbelanja, maupun

kumpul makan bersama di foodcourt yang telah tersedia. Seluruh area ini dinaungi

bagian Medical Centre sehingga warga sekitar tetap dapat berkunjung dan melaksanakan

kegiatan masing-masing tanpa harus khawatir akan kondisi hujan atau tidak.

Foodcourt di lantai 2 Community Plaza di Kampung Admiralty / Darren Soh / Archdaily

Konsep area terbuka ini kian diperkuat dengan bias cahaya matahari yang tercipta dari

bukaan di tengah langit-langit Community Plaza. Hal ini merupakan bagian dari

rancangan untuk membangun area yang inklusif dan berkelanjutan serta mengoptimalkan

pencahayaan natural.
Community Plaza di Kampung Admiralty / Patrick Bingham-Hall / Archdaily

Medical Centre pada bagian tengah Kampung Admiralty diperuntukan agar warga yang

tinggal disini dapat memiliki akses yang dekat dengan healthcare. Visi ini berkaitan juga

untuk mengakomodasi warga yang tinggal disini yang didominasi dengan warga lansia

baik yang single maupun yang berpasangan. 

Medical centre di Kampung Admiralty / Patrick Bingham-Hall / Archdaily


Di bagian paling atas, terdapat Community Park bersama dengan dua residence

tower yang memiliki sebelas lantai dan 104 unit apartemen.

Residence tower di Kampung Admiralty / Patrick Bingham-Hall / Archdaily


Community Park dilengkapi dengan fasilitas childcare dan senior care (Active Aging

Hub).

Playground pada Community Park di Kampung Admiralty / Patrick Bingham-Hall /

Archdaily

Oleh karena itu, warga dari beragam usia yang dimulai dari anak-anak hingga lansia

dapat menikmati area hijau di Kampung Admiralty ini. Selain berjalan-jalan santai,

di Community Park penghuni dapat mengikuti community farm, sebuah kegiatan yang

mengundang para penghuni untuk aktif dan berinteraksi dengan satu sama lain. 
Community Park di Kampung Admiralty / Patrick Bingham-Hall / Archdaily

Seating area di Community Park / Patrick Bingham-Hall / Designboom


3.2 Transportasi Umum bagi Lansia

Pemerintah Singapura sedang menggodok usulan menggratiskan transportasi umum bagi

penduduknya yang telah berusia lanjut maupun penyandang disabilitas. Selama ini pun mereka

sudah memberi diskon sampai setengahnya. Singapura memperkirakan, di tahun 2030 jumlah

penyandang disabilitas dan warga lansia di atas 60 tahun akan meningkat sepertiga dari saat ini,

atau sekitar 1,2 juta orang. Per Januari 2022, di Singapura ada sekitar 975 ribu lansia dan

penyandang disabilitas pemegang kartu diskon perjalanan, yang besarnya sampai 55%.

Kebijakan itu dinilai sangat membantu dua kalangan tersebut, terutama yang berpenghasilan

rendah.
Singapura punya perspektif soal orang lanjut usia atau jompo. Mereka

mempersiapkan pasien yang telah uzur untuk menikmati momen terakhirnya dengan bahagia. 

3.3 Homevisite dan Perawatan Khusus Bagi Lansia (Gedung Assisi Hospice)

Menurut Juliet perawatan khusus menjadi hal yang penting bagi pasien, tidak hanya

untuk kesehatannya, tetapi juga membangun kenyamanan dan afirmasi hidup (penegasan hidup)

selama menghabiskan masa hidupnya. Head Communication & Community Engagement Assisi

Hospice Juliet Ng mengatakan perawatan paliatif di rumah perawatan khusus bagi pasien dengan

penyakit stadium lanjut lebih baik ketimbang merawatnya sendiri di rumah

Assisi merupakan rumah perawatan yang memberikan perawatan paliatif. Perawatan ini

adalah pelayanan kepada pasien yang penyembuhannya sudah tidak dapat dilakukan melalui

pengobatan kuratif, melainkan hanya dapat dikelola karena telah mencapai stadium akhir. Pasien

paliatif tidak hanya lansia, tetapi juga anak-anak, remaja, dan dewasa. 

Gedung Assisi Hospicedi Thomson Road, Singapura ini merupakan bangunan baru yang

dibangun pada 2017. Lanskap bangunannya cukup modern dan jauh dari kesan angker. Assisi

telah melewati histori cukup panjang sejak didirikan oleh biarawati yang tergabung dalam

Franciscan Missionaries of the Divine Motherhood (FMDM) pada 1969. Pasien kebanyakan

orang tua berumur 71--80 tahun yaitu sekitar 27 persen dari total pasien yang dirawat oleh

Assisi. Sebanyak 25 persen berumur 81--90, sebanyak 21 persen berumur 61--70 tahun, dan

sebanyak 14 persenberumur 51--60 tahun. Juga terdapat sebagian kecil pasien yang berusia di

bawah 50 tahun dan di atas 90 tahun. 

Seorang nenek tampak berjalan keluar dari Assisi tanpa ditemani sanak keluarganya.

Bagi kita bisa jadi hal itu agak janggal. Tapi, bagi warga di sekitar Assisi Hospice hal itu

menjadi pemandangan biasa. Rupanya nenek tersebut hendak pulang ke rumah setelah mengikuti
kegiatan daycare di Assisi. Maklum, dibandingkan dengan kultur di Indonesia, orang tua di

Singapura memang cenderung lebih independen. Banyak orang tua yang tinggal tidak serumah

dengan anaknya.  Sementara dari sudut pandang keluarga pasien, mereka bukanlah orang-orang

yang putus asa dalam memberikan perawatan. Justru sebaliknya, keluarga pasien menaruh

perhatian besar dalam memilih rumah perawatan paliatif. 

Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dasar keluarga, di antaranya adalah jarak

antara tempat tinggal dan rumah perawatan, kualitas perawatan klinis, dan harga. Rumah

perawatan paliatif juga harus didukung oleh perawat profesional. Bahkan sejumlah rumah

perawatan paliatif seperti Assisi juga didukung oleh para sukarelawan. Hingga 2018, total

perawat Assisi mencapai 1.491 dan 11.021 tenaga kesehatan seperti dokter, suster, dan pekerja

sosial telah menyambangi Assisi. 

Fasilitas rumah perawatan paliatif tidak boleh dibuat sembarangan. Pasien harus disuguhi

dengan lingkungan yang membangkitkan aktivitas komunal untuk menjaga kesehatan psikologis

mereka yang cenderung rentan. Misalnya, ruang hijau bagi pasien agar dapat menikmati udara

segar di luar ruangan, ruang makan yang luas agar memberikan keleluasaan pasien

bercengkrama dengan anggota keluarga ataupun pasien lainnya, dan tempat ibadah. Soal harga,

rumah perawatan paliatif di Singapura menerima jaminan sosial yang diberikan oleh negara,

layaknya BPJS Kesehatan. Sementara untuk asuransi memang masih sangat terbatas. 

Kendati demikian, Assisi seringkali memberikan santunan kepada pasiennya. Assisi telah

melayani pemakaman bagi 15 pasien rawat inap yang meninggal. Saat ini anggaran Assisi

mencapai US$26 juta per tahun, sekitar dua per tiganya didukung oleh donasi. Sisanya, Assisi

mendapat sokongan dari Kementerian Kesehatan setempat.  Di samping rawat inap, Assisi juga
menyediakan fasilitas daycare atau perawatan harian dengan biaya US$10 per hari

dan homecare atau perawatan di rumah yang tidak dipungut biaya. 

Perawatan geriatri di Singapura merupakan masalah yang berkembang, seiring

bertambahnya angka populasi lansia, baik di dalam wilayah Singapura maupun dunia.

Pemerintah Singapura sendiri mendedikasikan diri untuk berusaha memperpanjang tingkat

kehidupan lansia di usia lebih dari 65 tahun dengan penanganan kesehatan yang terpadu.

DAFTAR PUSTAKA

 Berrut, G., Andrieu, S., Araujo de Carvalho, I., Baeyens, J.P., Bergman, H., Cassim, B.,

Cerreta, F., Cesari, M., Cha, H.B., Chen, L.K. and Cherubini, A., 2013. Promoting access

to innovation for frail old persons: IAGG (International Association of Gerontology and
Geriatrics), WHO (World Health Organization) and SFGG (Societe Francaise de

Geriatrie et de Gerontologie) workshop—Athens January 20–21, 2012. The journal of

nutrition, health & aging, 17, pp.688-693.

 Clarfield, A.M., 1990. Dr. Ignatz Nascher and the birth of geriatrics. CMAJ: Canadian

Medical Association Journal, 143(9), p.944.

 How, Choon How, & Fock, Kwong Ming. (2014). Healthcare in Singapore: the present

and future. Singapore Medical Journal, 55(3), 126.

 J.D.C. Yin, A.J. He. Health insurance reforms in Singapore and Hong Kong: How the

two ageing Asian tigers respond to health financing challenges?

 M. Nurjono, J. Yoong, P. Yap, S.L. Wee, H.M.J. Vrijhoef.Implementation of integrated

care in Singapore: a complex adaptive system perspective. Int J Integr

Care, 18 (4) (2018), pp. 1-7

 S.L. Wee, Y. Li, Y. Sun, Y.X. Chua.Determinants of long-term care needs of

community-dwelling older people in Singapore. J Am Geriatr Soc, 62 (12) (2014),

pp. 2453-2454

 Setiati, S., 2014. Geriatric medicine, sarkopenia, frailty, dan kualitas hidup pasien usia

lanjut: tantangan masa depan pendidikan, penelitian dan pelayanan kedokteran di

Indonesia. eJournal Kedokteran Indonesia.

 Tikkanen, Roosa, Osborn, Robin, Mossialos, Elias, Djordjevic, Ana, & Wharton, George

A. (2020). International health care system profiles. The Commonwealth Fund [Internet].

 Tan, Chorh Chuan, Lam, Carolyn S. P., Matchar, David B., Zee, Yoong Kang, & Wong,

John E. L. (2021). Singapore’s health-care system: key features, challenges, and shifts.

The Lancet, 398(10305), 1091–1104.

Anda mungkin juga menyukai