Anda di halaman 1dari 4

Faktor resiko hepatitis :

a. Hepatitis A
1) Adanya riwayat kontak erat dengan orang yang terinfeksi HAV memungkinkan
terjadinya penularan hepatitis A karena virus hepatitis A dapat bertahan selama beberapa
jam pada ujung jari dan tangan sampai dua bulan pada permukaan kering.
Hal ini dapat didukung dengan kondisi perilaku hidup bersih dan sehat yang rendah,
seperti kebiasaan tidak selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan atau setelah
buang air besar.
2) Peralatan makan dan minum yang tekontaminasi oleh virus hepatitis A, dari virus yang
menempel pada tangan dan jari penderita kemudian dipakai bersama dengan orang lain
maka dapat menjadi media penularan penyakit hepatitis A. Hal tersebut sangat mungkin
terjadi mengingat penularan hepatitis A melalui fecal oral.
Peralatan makan dan minum tersebut terkontaminasi oleh virus hepatitis A melalui feses
yang melalui air yang digunakan untuk mencuci peralatan tersebut.(Siti Rahmah, 2014)
3) Mengonsumsi makanan yang tidak dimasak.
Makanan yang tidak dimasak dapat menjadi media penularan apabila air yang digunakan
untuk mencuci makanan terkontaminasi oleh virus hepatitis A. Virus hepatitis A dapat
dimatikan dengan memasak (pemanasan 85C) makanan terlebih dahulu sebelum
dikonsumsi. Makanan yang dikonsumsi diantaranya berupa kubis, timun dan beberapa
jenis lalapan lainnya.

b. Hepatitis B
Menurut WHO (2002), terdapat beberapa kelompok yang berisiko terinfeksi virus hepatitis
B:
1) Anak yang baru lahir dari ibu yang terinfeksi hepatitis B.
2) Anak-anak kecil di tempat perawatan anak yang tinggal di lingkungan yang endemis.
3) Tinggal serumah atau berhubungan seksual (suami -istri) dengan penderita. Risiko
tertular untuk orang yang tinggal serumah terjadi karena menggunakan peralatan
rumah tangga yang bisa terkena darah seperti pisau cukur, sikat gigi.
4) Pekerja Kesehatan. Paparan terhadap darah secara rutin menjadi potensi utama
terjadinya penularan di kalangan kesehatan.
5) Pasien cuci darah
6) Pengguna narkoba dengan jarum suntik
7) Mereka yang menggunakan peralatan kesehatan bersama seperti pasien dokter gigi,
dan lain lain. Karena itu, seharusnya dokter menggunakan alat sekali pakai atau
mensterilkan alat setiap kali pemakaian.
8) Orang yang memberi terapi akupuntur atau orang yang menerima terapi akupuntur.
9) Mereka yang tinggal di daerah endemis, atau sering bepergian ke daerah endemis
hepatitis B.
10) Mereka yang berganti-ganti pasangan, dan ketidaktahuan akan kondisi kesehatan
pasangan.
11) Kaum homoseksual.

Infeksi hepatitis B merupakan masalah kesehatan global utama. Penularan secara vertikal
adalah rute paling umum dalam penyebaran virus hepatitis B di banyak daerah endemis
(Chan, et al., 2012).
Paparan yang sering dan rutin terhadap darah atau serum adalah denominator umum dari
kesehatan kerja. Ahli bedah, dokter gigi, dokter bedah oral, patolog, petugas kesehatan di
ruang operasi dan petugas kesehatan di ruang gawat darurat, dan pekerja laboratorium klinis
mempunyai resiko tertinggi.
Mahasiswa (termasuk mahasiswa Fakultas Kedokteran) juga merupakan kelompok yang
mempunyai resiko tinggi untuk menderita hepatitis B. Infeksi hepatitis B adalah penyakit
utama pasca transfusi di negara maju karena window period yang panjang, mutan hepatitis B,
viremia yang rendah (kesulitan untuk PCR pada sampel yang dikumpulkan) dan infektivitas
sangat tinggi. Upaya vaksinasi orang yang berada dalam kelompok risiko mempunyai
keterbatasan karena kesulitan dalam mengidentifikasi calon yang termasuk kelompok
berisiko tinggi.

c. Hepatitis C
1) Angka infeksi hepatitis C meningkat pada beberapa populasi tertentu seperti narapidana,
pengguna narkoba suntik, para gelandangan, pasien hemodialisis dan pasien yang
mendapatkan transfusi produk darah rutin sebelum tahun 1992 (Arief, 2011).
2) Peralatan medis yang terpapar HCV seperti jarum suntik pada pengguna narkoba
suntikan.
3) Kalangan tenaga medis juga perlu hati-hati agar tidak tertusuk jarum yang terpapar.
Risiko akibat tertusuk jarum berkisar 3-10%. Risiko infeksi HCV tergantung pada
frekuensi prosedur medis (jumlah suntikan per orang per tahun) dan tingkat praktek
pengendalian infeksi (WHO, 2014).
4) Infeksi HCV dapat menyebar melalui kontak seksual, meskipun risikonya diyakini
rendah.
5) Penularan vertikal HCV dapat terjadi pada proses kelahiran, baik pervaginam maupun
operasi. Transmisi perinatal dari ibu yang tertular hepatitis C ke bayi mempunyai
prevalensi sekitar 5%.
6) Pembuatan tato dan body piercing (tindik) juga dapat menjadi metode transmisi HCV
meskipun dengan angka kejadian yang lebih rendah, terutama di kalangan pemuda.
7) Faktor-faktor lainnya juga berpengaruh seperti transplantasi organ dari donor terinfeksi /
pengidap HCV kronik, asupan alkohol, koinfeksi dengan virus hepatitis B (HBV) atau
virus Human Immunodeficiency Virus (HIV), jenis kelamin laki-laki, dan usia tua saat
terjadinya infeksi (Gani, 2009).
8) Jika seseorang pernah diuji positif terinfeksi HCV, direkomendasikan untuk tidak pernah
menyumbangkan darah, organ, atau air mani (hubungan seksual) karena dapat
menularkan kepada penerima atau pasangan seksual.
9) Seseorang juga bisa terinfeksi HCV melalui berbagi barang-barang perawatan pribadi
yang mungkin berkontak dengan darah, seperti pisau cukur atau sikat gigi, tapi penularan
ini kurang umum.

d. Hepatitis D
1) Penderita hepatitis B
2) Kaum homoseksual
3) Sering menerima transfusi darah
4) Menggunakan narkoba suntik, seperti heroin.
5) Melakukan hubungan seks yang tidak aman.
e. Hepatitis E
1) Kebersihan pribadi yang buruk dan masuknya virus hepatitis E ke feses ketika BAB
2) Hubungan seks tanpa kondom dengan beberapa pasangan seks atau seseorang yang
terinfeksi HEV
3) Tinggal dengan seseorang yang menderita infeksi HEV kronis
4) Travelling ke wilayah dengan tingkat infeksi HEV yang tinggi.

Daftar pustaka

World Health Organization. 2002. Hepatitis B. Publication pp. 6 -10.


Rahmah, Siti., Indriani, Siti., 2014. Hubungan Faktor Perilaku dengan Kejadian Hepatitis A di
Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. Jurnal MKMI, hal 16-20. Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
World Health Organization, 2014. Hepatitis C – Fact sheets. Available from :
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs164/en/ (Accessed 20 September 2019)
World Health Organization, 2014. Hepatitis D – Fact sheets. Available from :
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs164/en/ (Accessed 20 September 2019)
World Health Organization, 2014. Hepatitis E – Fact sheets. Available from :
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs164/en/ (Accessed 20 September 2019)

Anda mungkin juga menyukai