Anda di halaman 1dari 28

Farmakoterapi III

“Leukimia”

DOSEN : Apt. Rezlie Bellatasia., M. Farm. Klin

1. ADELYA DWI PUTRI (1601001) 5. MEIKE PUSPITA SARI (1601031)


2. AFRIANOVI (1601052) 6. METTA PERDANA PUTRI (1601033)
3. DAYUN SONDARI (1601007) 7. NURIZATUL NADIA (1601040)
4. FATMI DWITASARI (1601064) 8. SELVIA GUSTINA (1601087)
4. MAUGHFIRAH AMRIANI (1601030)
A. DEFINISI

Leukemia adalah suatu penyakit keganasan pada sistem


hematopoiesis yang menyebabkan proliferasi sel darah yang tidak
terkendali. Sel-sel progenitor dapat berkembang pada elemen sel
yang normal, karena peningkatan rasio proliferasi sel dan
penurunan rasio apoptosis sel. Hal ini menyebabkan gangguan
dari fungsi sumsum tulang sebagai pembentuk sel darah yang
utama.

(Kliegman,2007) .
SEL-SEL DARAH
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan maturasi sel dan asal sel, leukemia dapat di
klasifikasikan sebagai berikut :

LEUKIMIA LEUKIMIA
AKUT KRONIK

- Leukemia mieloblastik akut - Leukemia Mieloblastik kronik (LMK)

- Leukemia limfoblastik akut - Leukemia Limfoblastik kronik (LLK)


Leukemia akut adalah suatu proses
LEUKIMIA proliferasi dari sumsum tulang yang immature.
AKUT Sel-sel ini dapat melibatkan darah pada daerah
tepi dan juga organ-organ padat. Persentase yang
di temukan pada penegakan diagnosa leukemia
akut berkisar 30% atau lebih.
(Abdul-Hamid G,2011)

1. Leukemia mieloblastik akut


Leukemia mieloblastik akut adalah suatu keganasan
hematologi yang ditandai dengan pembentukan dan penyebaran
dari sel myeloid yang muda. (Greer J.P, 2003)

2. Leukemia limfoblastik akut


Leukemia limfoblastik akut adalah leukemia yang paling
sering terjadi pada anak-anak. (Greer J.P, 2003).
Lanjutan . . . . . .

Leukemia mieloblastik akut (MIA) adalah kelompok neoplasma dari


sumsum tulang yang sebagian besar mempunyai persamaan gejala klinis,
tetapi mempunyai perbedaan sifat morfologik, imunofenotipik dan
sitogenetik. LMA dapat menyerang semua umur, tetapi frekuensinya makin
meningkat dengan bertambahnya umur.

Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah keganasan sel yang terjadi


akibat proliferasi sel limfoid yang diblokir pada tahap awal deferensiasinya.
LLA merupakan kanker dengan angka kejadian yang paling tinggi pada anak,
75% terjadi pada anak di bawah 6 tahun.
Leukemia kronik merupakan suatu
LEUKIMIA penyakit yang ditandai proliferasi neoplastik
KRONIK dari salah satu sel yang berlangsung atau
terjadi karena keganasan hematologi.

1. Leukemia Mieloblastik kronik (LMK)


LMK adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi
berlebihan sel mieloid (seri granulosit) yang relatif matang. LMK mencakup
20% leukemia dan paling sering dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan
(40-50 tahun). Abnormalitas genetik yang dinamakan kromosom philadelphia
ditemukan pada 90-95% penderita LMK. Sebagian besar penderita LMK akan
meninggal setelah memasuki fase akhir yang disebut fase krisis blastik yaitu
produksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya berupa mieloblas/promielosit,
disertai produksi neutrofil, trombosit dan sel darah merah yang amat kurang.

2. Leukemia Limfoblastik kronik (LLK)


LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada limfosit T).
Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan akumulasi progresif yang
berjalan lambat dari limfosit kecil yang berumur panjang. LLK cenderung
dikenal sebagai kelainan ringan yang menyerang individu yang berusia 50
sampai 70 tahun dengan perbandingan 2:1 untuk laki-laki dan perempuan
(Greer J.P, 2003).
C. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Etiologi pasti dari leukemia ini masih belum dapat diketahui. Leukemia, sama
halnya dengan kanker lainnya, terjadi karena mutasi somatic pada DNA yang
mengaktifkan onkogenesis atau menonaktifkan gen suppressor tumor, dan
menganggu regulasi dari kematian sel, diferensiasi atau divisi.

FAKTOR RESIKO

Tingkat radiasi yang tinggi Down Syndrome dan beberapa


penyakit genetic lainnya
Pekerjaan yang berhubungan
dengan bahan – bahan kimia Human T-cell Leukemia virus-I
(HTVL-I).
Kemoterapi pasien kanker Myelodysplastic syndrome
yang di terapi dengan obat anti
kanker
Fanconi Anemia
E. PATOFISIOLOGI
Leukemia adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang fatal dan terkait dengan
sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya proliferasi dari leukosit.
Jumlah besar dari sel pertama-tama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam
sumsum tulang, limfosit di dalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopoetik dan
berlanjut ke organ yang lebih besar sehingga mengakibatkan hematomegali dan splenomegali.

Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringa perifer serta mengganggu
perkembangan sel normal. Akibatnya, hematopoesis normal terhambat, mengakibatkan
penurunan jumlah leukosit, eritrosit, dan trombosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya dapat
rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur.

Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel hematopoetik lainnya
dan mengarah ke pembelahan sel yang cepat dan trombositopenia atau penurunan jumlah.
Pembelahan dari sel darah putih meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi karena
penurunan imun.

Trombositopeni mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan oleh ptekie dan ekimosis atau
perdarahan dalam kulit, epistaksis atau perdarahan hidung, hematoma dalam membrane
mukosa, serta perdarahan saluran cerna dan saluran kemih. Tulang mungkin sakit dan lunak yang
disebabkan oleh infark tulang.
F. GEJALA KLINIS
1. Demam atau keringat malam.
2. Sering mengalami infeksi, sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan
tubuh, terutama melawan penyakit infeksi. Pada penderita leukemia, sel darah putih
yang terbentuk adalah tidak normal (abnormal) sehingga tidak berfungsi semestinya.
Akibatnya tubuh si penderita rentan terkena infeksi virus/bakteri, bahkan dengan
sendirinya akan menampakkan keluhan adanya demam, keluar cairan putih dari
hidung (meler) dan batuk.
3. Anemia, penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (sel
darah merah dibawah normal menyebabkan oxygen dalam tubuh kurang, akibatnya
penderita bernafas cepat sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan oxygen dalam
tubuh)
4. Pucat. Dan Sakit kepala.
5. Mudah berdarah atau memar. Misalnya gusi mudah berdarah saat sikat gigi, muda
memar saat terbentur ringan).
6. Perdarahan. Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar
karena didominasi oleh sel darah putih, maka penderita akan mengalami perdarahan
dijaringan kulit (banyaknya jentik merah lebar/kecil dijaringan kulit).
Lanjutan….

9. Pembengkakan Kelenjar limfa. Penderita kemungkinan besar mengalami


pembengkakan pada kelenjar limfa, baik itu yang dibawah lengan, leher,
dada dan lainnya. Kelenjar lympa bertugas menyaring darah, sel
leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan pembengkakan.
10.Pembesaran kelenjar getah bening, terutama di leher dan ketiak.
11.Penurunan berat badan, di akibatkan oleh nyeri perut dimana sel
leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang
menyebabkan pembesaran pada organ-organ tubuh ini dan timbulah
nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya nafsu makan penderita
leukemia.
12.Penurunan konsentrasi.
13.Kehilangan kendali otot, dan kejang.
14.Kesulitan Bernafas (Dyspnea). Penderita mungkin menampakkan gejala
kesulitan bernafas dan nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka harus
segera mendapatkan pertolongan medis..
G. PENEGAKAN DIAGNOSIS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Pada anamnesis, dokter mencari dari tanda dan gejala leukemia.


• Apakah ada paparan dari faktor risiko yang dialami pada pasien.
• Apakah ada riwayat keluarga yang memiliki penyakit keganasan
• Pada pemeriksaan fisik, dokter fokus dengan adanya pembesaran kelenjar
limph, melihat apakah ada tanda-tanda infeksi.
• Pemeriksaan abdomen juga merupakan pemeriksaan yang penting untuk
melihar apakah adanya pembesaran hati atau limpa.
(American Cancer Society, 2012).
G. PENEGAKAN DIAGNOSIS

Pemeriksaan darah

Tes darah yang dilakukan diambil dari vena pada lengan atau dari jari tangan
perifer. Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat kadar hematologi pasien.
Pemeriksaan apusan darah tepi juga dilakukan untuk melihat morfologi dari sel
darah. Pada pasien dengan leukemia, akan ditemukan sel darah putih yang
sangat banyak dibandingnkan sel darah merah dan platelet yang sedikit

(American Cancer Society, 2012).


G. PENEGAKAN DIAGNOSIS

Aspirasi sumsum tulang dan biopsi

Aspirasi sumsum tulang dan biopsi dilakukan secara bersamaan. Aspirasi


sumsum tulang dan biopsi ini dilakukan untuk mendiagnosa leukemia dan
diulangi kembali untuk melihat respon dari pengobatan(American Cancer
Society, 2012). Aspirasi sumsum tulang merupakan “gold standard” dari
diagnosa leukemia. Tidak hanya indikasi diagnosa, namun indikasi menentukan
jenis sel dan monitoring pengobatan seperti gangguan limfoblastik.(Wise-
Draper T, 2012)
G. PENEGAKAN DIAGNOSIS

Lumbal pungsi
Lumbal pungsi dilakukan untuk melihat apakah ada sel leukemia pada CSF.
Pada anak dengan leukemia, lumbal pungsi dilakukan sebagai terapi metastasis
ke CNS untuk kemoterapi. Melalui lumbal pungsi diberikan bahan kemoterapi
menuju cairan serebrospinal sehingga mencegah sel-sel leukemia ada di sistem
saraf pusat

(American Cancer Society, 2012).


G. PENEGAKAN DIAGNOSIS

Biopsi kelenjar limph

Biopsi kelenjar limph penting untuk mendiagnosa limphoma. Pada anak


dengan leukemia hal ini jarang dilakukan. Biopsi kelenjar limph dilakukan
bersamaan dengan proses pembedahan untuk pengobatan atas indikasi
tertentu(American Cancer Society, 2012).
H. PENATALAKSANAAN
LEUKIMIA

NON
FARMAKOLOGI
FARMAKOLOGI
Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi yang menggunakan obat anti kanker yang diberikan ke
cairan serebrospinal, atau melelui aliran darah untuk dapat mencapai ke seluruh
tubuh agar terapi yang diberikan efektif. Pengobatan dengan kemoterapi pada
leukemia mieloblastik akut diberikan dengan dosis yang tinggi dan di konsumsi
dalam waktu yang singkat. Sedangkan terapi untuk leukemia limfoblastik akut di
berikan dengan dosis yang rendah dan waktu konsumsi yang lama biasanya 2-3
tahun(American Cancer Society, 2012).

Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang sangat terbatas penggunaannya pada pasien
leukemia. Hal ini dikarenakan sel-sel leukemia telah menyebar keseluruh tubuh
melalui sumsum tulang menuju organ-organ yang ada di tubuh. Terapi
pembedahan hanya dilakukan atas indikasi tertentu dan memiliki risiko
tinggi(American Cancer Society, 2012).

Radiasi
Terapi radiasi menggunakan bahan energi dengan radiasi tinggi untuk
menghancurkan sel-sel kanker. Terapi sendiri biasanya dilakukan untuk mencegah
penyebaran dari sel-sel leukemia ke otak maupun ke testis
(American Cancer Society, 2012).
Terapi Sel Punca 
Selain kemoterapi dan terapi radiasi, terapi sel punca juga banyak dipakai untuk
menangani leukimia. Sel punca atau yang lebih dikenal dengan sebutan stem cell
merupakan sel darah imatur yang berpotensi menjadi dewasa dan membentuk
semua jenis sel darah. Sel ini dapat ditransplantasikan sehingga sumsum tulang yang
sakit akan terganti dengan sumsum tulang yang sehat. Sebelum dilakukan terapi sel
punca, pasien biasanya akan menjalani terapi radiasi dosis tinggi atau kemoterapi
untuk merusak sumsum tulang yang sakit. Setelah itu, terapi sel punca akan diberikan
untuk membangun sumsum tulang yang sehat.

Terapi Biologis
Terapi biologis bertujuan untuk memancing sistem imun tubuh untuk melawan
leukimia. Dalam melakukan terapi biologis, pasien akan diberikan obat-obatan
tertentu yang berfungsi untuk menguatkan sistem imun. Begitu sistem imun sudah
kuat, maka nantinya tubuh akan lebih mampu memerangi sel-sel kanker.

Terapi Target
Sama seperti kemoterapi, terapi target ini juga menggunakan obat-obatan tertentu
untuk memerangi sel-sel kanker. Bedanya, terapi target lebih spesifik pada bagian
tubuh yang banyak terdapat sel kanker.
Obat-obat yang digunakan pada fase induksi antara lain
vinkristin, prednisolon, asparaginase, dan daunorubicin.
Obat yang digunakan pada fase konsolidasi hampir sama
dengan fase induksi namun ditambah dengan obat citosin
arabinosida 6-tioguanin, metotreksat atau citosin
arabinosida intratekal. Pada fase pemeliharaan disebut
juga kemoterapi lebih lanjut yang mencakup metotreksat
dan 6-merkaptopurin

(Hoffbrand and Pettit, 1996). 


TERIMA KASIH
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai