Leukimia FT3 KLP2
Leukimia FT3 KLP2
“Leukimia”
(Kliegman,2007) .
SEL-SEL DARAH
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan maturasi sel dan asal sel, leukemia dapat di
klasifikasikan sebagai berikut :
LEUKIMIA LEUKIMIA
AKUT KRONIK
FAKTOR RESIKO
Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringa perifer serta mengganggu
perkembangan sel normal. Akibatnya, hematopoesis normal terhambat, mengakibatkan
penurunan jumlah leukosit, eritrosit, dan trombosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya dapat
rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur.
Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel hematopoetik lainnya
dan mengarah ke pembelahan sel yang cepat dan trombositopenia atau penurunan jumlah.
Pembelahan dari sel darah putih meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi karena
penurunan imun.
Trombositopeni mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan oleh ptekie dan ekimosis atau
perdarahan dalam kulit, epistaksis atau perdarahan hidung, hematoma dalam membrane
mukosa, serta perdarahan saluran cerna dan saluran kemih. Tulang mungkin sakit dan lunak yang
disebabkan oleh infark tulang.
F. GEJALA KLINIS
1. Demam atau keringat malam.
2. Sering mengalami infeksi, sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan
tubuh, terutama melawan penyakit infeksi. Pada penderita leukemia, sel darah putih
yang terbentuk adalah tidak normal (abnormal) sehingga tidak berfungsi semestinya.
Akibatnya tubuh si penderita rentan terkena infeksi virus/bakteri, bahkan dengan
sendirinya akan menampakkan keluhan adanya demam, keluar cairan putih dari
hidung (meler) dan batuk.
3. Anemia, penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (sel
darah merah dibawah normal menyebabkan oxygen dalam tubuh kurang, akibatnya
penderita bernafas cepat sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan oxygen dalam
tubuh)
4. Pucat. Dan Sakit kepala.
5. Mudah berdarah atau memar. Misalnya gusi mudah berdarah saat sikat gigi, muda
memar saat terbentur ringan).
6. Perdarahan. Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar
karena didominasi oleh sel darah putih, maka penderita akan mengalami perdarahan
dijaringan kulit (banyaknya jentik merah lebar/kecil dijaringan kulit).
Lanjutan….
Pemeriksaan darah
Tes darah yang dilakukan diambil dari vena pada lengan atau dari jari tangan
perifer. Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat kadar hematologi pasien.
Pemeriksaan apusan darah tepi juga dilakukan untuk melihat morfologi dari sel
darah. Pada pasien dengan leukemia, akan ditemukan sel darah putih yang
sangat banyak dibandingnkan sel darah merah dan platelet yang sedikit
Lumbal pungsi
Lumbal pungsi dilakukan untuk melihat apakah ada sel leukemia pada CSF.
Pada anak dengan leukemia, lumbal pungsi dilakukan sebagai terapi metastasis
ke CNS untuk kemoterapi. Melalui lumbal pungsi diberikan bahan kemoterapi
menuju cairan serebrospinal sehingga mencegah sel-sel leukemia ada di sistem
saraf pusat
NON
FARMAKOLOGI
FARMAKOLOGI
Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi yang menggunakan obat anti kanker yang diberikan ke
cairan serebrospinal, atau melelui aliran darah untuk dapat mencapai ke seluruh
tubuh agar terapi yang diberikan efektif. Pengobatan dengan kemoterapi pada
leukemia mieloblastik akut diberikan dengan dosis yang tinggi dan di konsumsi
dalam waktu yang singkat. Sedangkan terapi untuk leukemia limfoblastik akut di
berikan dengan dosis yang rendah dan waktu konsumsi yang lama biasanya 2-3
tahun(American Cancer Society, 2012).
Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang sangat terbatas penggunaannya pada pasien
leukemia. Hal ini dikarenakan sel-sel leukemia telah menyebar keseluruh tubuh
melalui sumsum tulang menuju organ-organ yang ada di tubuh. Terapi
pembedahan hanya dilakukan atas indikasi tertentu dan memiliki risiko
tinggi(American Cancer Society, 2012).
Radiasi
Terapi radiasi menggunakan bahan energi dengan radiasi tinggi untuk
menghancurkan sel-sel kanker. Terapi sendiri biasanya dilakukan untuk mencegah
penyebaran dari sel-sel leukemia ke otak maupun ke testis
(American Cancer Society, 2012).
Terapi Sel Punca
Selain kemoterapi dan terapi radiasi, terapi sel punca juga banyak dipakai untuk
menangani leukimia. Sel punca atau yang lebih dikenal dengan sebutan stem cell
merupakan sel darah imatur yang berpotensi menjadi dewasa dan membentuk
semua jenis sel darah. Sel ini dapat ditransplantasikan sehingga sumsum tulang yang
sakit akan terganti dengan sumsum tulang yang sehat. Sebelum dilakukan terapi sel
punca, pasien biasanya akan menjalani terapi radiasi dosis tinggi atau kemoterapi
untuk merusak sumsum tulang yang sakit. Setelah itu, terapi sel punca akan diberikan
untuk membangun sumsum tulang yang sehat.
Terapi Biologis
Terapi biologis bertujuan untuk memancing sistem imun tubuh untuk melawan
leukimia. Dalam melakukan terapi biologis, pasien akan diberikan obat-obatan
tertentu yang berfungsi untuk menguatkan sistem imun. Begitu sistem imun sudah
kuat, maka nantinya tubuh akan lebih mampu memerangi sel-sel kanker.
Terapi Target
Sama seperti kemoterapi, terapi target ini juga menggunakan obat-obatan tertentu
untuk memerangi sel-sel kanker. Bedanya, terapi target lebih spesifik pada bagian
tubuh yang banyak terdapat sel kanker.
Obat-obat yang digunakan pada fase induksi antara lain
vinkristin, prednisolon, asparaginase, dan daunorubicin.
Obat yang digunakan pada fase konsolidasi hampir sama
dengan fase induksi namun ditambah dengan obat citosin
arabinosida 6-tioguanin, metotreksat atau citosin
arabinosida intratekal. Pada fase pemeliharaan disebut
juga kemoterapi lebih lanjut yang mencakup metotreksat
dan 6-merkaptopurin