ELASTISITAS
Apabila koefisien elastisitas lebih besar dari satu (Ed > 1) maka disebut elastis.
Jika koefisien elastisitas kurang dari satu (Ed < 1) disebut tidak elastis (inelastis), dan
jika koefisien elastisitas sama dengan satu (Ed= 1) disebut elastis uniter. Pengertian
elastis adalah jika terjadi kenaikan harga sebesar satu persen maka penurunan
permintaan akan lebih dari satu persen. Sebaliknya, jika terjadi penurunan harga
sebesar satu persen maka besarnya kenaikan permintaan lebih dari satu persen.
Sementara tidak elastis (inelastis), berarti perubahan akibat kenaikan harga akan
berdampak lebih kecil terhadap permintaan. Sementara itu, elastisitas uniter
mengandung makna besarnya perubahan harga sama dengan besarnya perubahan
permintaan.
Misalnya, dari Tabel 4.1 kita ingin mengetahui besarnya perubahan
permintaan roti jika harga roti dinaikkan sebesar 50%. Kita ambil contoh perubahan
dari titik B ke titik C. Yaitu dari harga 2 ke harga 3 maka:
∆Q P (35−40) 2 5 2
Ed = − x = − (3−2)
x =− x = −0,25
∆P Q 40 1 40
Artinya, jika terjadi kenaikan harga sebesar satu persen maka permintaan akan turun
sebesar 0,25% atau jika harga naik 50% maka permintaan akan turun sebesar 12.5%.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa elastisitas harga atas permintaan tidak elastis
karena kurang dari satu.
Jika kita ubah pergerakan harga dari 3 ke-2 atau dari titik C ke titik B maka
nilai elastisitas akan berbeda:
∆Q P (40−35) 3 5 3
Ed = − x = − (2−3)
x =− x = −0,43
∆P Q 35 1 35
Perbedaan ini akibat dari angka P dan Q yang berbeda. Untuki memecahkan
permasalahan tersebut kita menggunakan elastisitas rata-rata, yaitu dengan
mengambil nilai rata-rata P dan Q untuk dua titik tersebut.
∆Q (P1+P2)/2
Ed = − x (4.3)
∆P (Q1+Q2)/2
Sehingga diperoleh:
3+2
∆Q (P1+P2)/2 (35−40) 2
Ed = − x =− (3−2)
x 35+40 = −0,33
∆P (Q1+Q2)/2
2
Seperti pada elastisitas harga dari permintaan maka elastisitas harga dari
penawaran akan mengacu kepada dampak perubahan harga terhadap perubahan
permintaan untuk suatu jenis barang dan jasa tertentu. Maka, konsep elastisitas
penawaran akan dimulai dengan persamaan (4.4) berikut ini.
Persentase perubahan jumlah komoditi yang ditawarkan
Es = (4.4)
Persentase perubahan harga
Jika koefisien elastisitas lebih besar dari satu (Es> 1) maka disebut elastis. Jika
koefisien elastisitas kurang dari satu (Es < 1) disebut tidak elastis (inelastis), dan jika
koefisien elastisitas sama dengan satu (Es 1) disebut elastis uniter. Pengertian elastis
adalah jika terjadi kenaikan harga sebesar satu persen maka kenaikan penawaran
akan lebih dari satu persen. Selanjutnya, tidak elastis mengandung arti perubahan
akibat kenaikan harga akan berdampak lebih kecil terhadap penawaran. Sedangkan
elastisitas uniter berarti perubahan kenaikan harga akan berdampak sama besar
terhadap penawaran.
Misalnya, dari Tabel 4.3 kita ingin mengetahui besarnya perubahan
penawaran roti jika harga roti dinaikkan sebesar 25%. Misalnya, dari titik D ke titik E.
Yaitu dari harga 4 ke harga 5 maka:
∆Q P (15−10) 4 5 4
Es = x = (5−4)
x = x =2
∆P Q 10 1 10
Artinya, jika terjadi kenaikan harga sebesar satu persen maka penawaran akan naik
sebesar 2%. Atau jika harga naik 25% maka penawaran akan naik sebesar 50%. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa elastisitas harga atas permintaan adalah bersifat
elastis karena lebih besar dari satu.
Jika kita ubah pergerakan harga dari 5 ke-4 atau dari titik E ke titik D maka
nilai elastisitas akan berbeda:
∆Q P (10−15) 5 −5 5
Es = x = (4−5)
x = x = 1,67
∆P Q 15 −1 15
Perbedaan ini akibat dari angka P dan Q yang berbeda. Pemecahan dari masalah
tersebut dilakukan dengan cara yang sama dengan pemecahan pada elastisitas
harga untuk permintaan, yaitu dengan menggunakan elastisitas rata-rata, dengan
cara mengambil nilai rata-rata dari P dan Q untuk dua titik tersebut.
Elastisitas kurva permintaan dan kurva penawaran dapat dilihat dengan cara melihat
kemiringan kurva. Dengan asumsi bahwa skala sumbu vertikal dan sumbu horizontal
adalah sama maka tingkat elastisitas kurva permintaan dan kurva penawaran akan
sebagai berikut.
P P
O Q O Q
P P
O Q O Q
O Q
Misalnya, kita contohkan 3 jenis barang, pertama X yaitu kopi, kedua Y, yaitu
teh dan ketiga Z, yaitu gula. Jika diasumsikan kopi merupakan substitusi dari teh dan
sebaliknya, kemudian gula merupakan pelengkap dari kopi maka jika terjadi kenaikan
harga kopi, akan mengakibatkan terjadinya penurunan permintaan kopi. Penurunan
permintaan kopi ini karena sebagian permintaan kopi telah bergeser pada teh
sehingga permintaan terhadap teh meningkat sebagai akibat dari kenaikan harga
kopi. Kenaikan harga kopi akan menyebabkan penurunan permintaan gula. Hal ini
terjadi karena adanya asumsi bahwa seseorang yang minum kopi pasti dengan gula.
Oleh karena itu, apabila permintaan kopi turun akibat harga kopi naik maka
permintaan gula juga ikut turun.
Tabel 4.5
Jumlah Permintaan dan Harga Pasar untuk Kopi dan Teh
Juni Juli
Komoditi
Harga Permintaan Harga Permintaan
Kopi(Y) 40 50 60 30
Teh (X) 20 40 20 50
Jumlah permintaan dan Harga Pasar untuk Kopi dan Teh
Juni Juli
Komoditi
Harga Permintaan Harga Permintaan
Gula (Z) 10 20 20 15
Teh (X) 20 40 20 35
∆Qx Py 10 40
EXY = x = 𝑥 = 0,5 (𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓)
∆Py Qx 20 40
∆Qx Pz −5 10
EXY = x = 𝑥 = −0,125 (𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓)
∆Pz Qx 10 40
Tanda yang dihasilkan oleh kopi dan teh adalah positif sehingga kopi dan teh
merupakan barang substitusi. Exy 0,5 mengandung arti jika terjadi kenaikan harga
kopi sebesar 1% maka permintaan teh akan naik sebesar 0,5%. Sementara itu, tanda
gula dan teh adalah negatif sehingga teh dan gula merupakan barang komplemen.
Exz -0,125 mengandung arti jika terjadi kenaikan harga gula sebesar 1% maka
permintaan teh akan turun sebesar 0,125%.