PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
belajar. Hasil dari kegiatan pembelajaran tidak hanya berwujud prestasi akademik dan non akademik
secara kognitif dan psikomotor tetapi bisa juga berwujud perilaku atau sikap afektif seperti:
kesadaran dan kepedulian terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan. Artinya, proses
pembelajaran bisa memberi dampak positif terhadap lingkungan itu sendiri, sehingga kualitas
kehidupan secara keseluruhan tetap terpelihara. Melalui pemanfaatan dan pemberdayaan lingkungan
diharapkan terjadi peningkatan kesadaran dan kepedulian siswa sejak dini terhadap lingkungan.
Peningkatan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan perlu ditanamkan sejak dini. Hal
ini mengingat makin berkurangnya kualitas kebersihan dan kesehatan lingkungan beberapa tahun
belakangan ini, yang disebabkan semakin berkurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat
terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungannya, khususnya yang berkaitan dengan permasalahan
sampah dan penanggulangannya. Sampah merupakan suatu benda yang tidak ternilai atau tidak
berharga yang ada di sekitar lingkungan masyarakat.
Di Indonesia kita dapat melihat sampah dimana - mana khususnya di daerah perkotaan dan
sekarang menjadi masalah besar lingkungan Indonesia. Sampah di Indonesia merupakan masalah
serius dan juga menjadi masalah sosial, ekonomi dan budaya. Dan hampir di semua kota di
Indonesia mengalami kendala dalam mengolah sampah. Hal ini terjadi karena pengolahan TPA di
sebuah kota lahannya masih kurang sehingga masyarakat banyak membuang sampah di sungai.
Indonesia termasuk ke dalam 10 besar Negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.
Hal ini tidak menutup kemungkinan kemungkinan menimbulkan sejumlah persoalan lanjutan
diantaranya adalah produksi sampah dan pembuangannya. Menurut data Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan, bahwa Indonesia memproduksi sampah hingga 65 juta ton pada 2016 tahun
yang lalu. Dan jumlah sekarang naik 1 juta ton dari sebelumnya.
Berdasarkan laporan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan
sampah yang dihasilkan berdominan sampah organik yang mencapai sekitar 60 % dan sampah
plastik yang mencapai 15% dari total timbunan sampah, terutama di daerah perkotaan. Sesuai data
tesebut menunjukkan dalam 10 tahun terakhir banyaknya sampah plastic terus meningkat. Tidak
dapat dipungkiri sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan pencemaran di
lingkungan kita.
Terkait dengan sejumlah kasus dan kerugian yang ditimbulkan oleh buruknya sanitasi
lingkungan akibat pengelolaan sampah yang tidak profesional dan proporsional, maka MTsN 2
Trenggalek mulai menerapkan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada lingkungan. Hal ini
dimaksudkan untuk memberi gambaran tentang pentingnya lingkungan hidup dan pemanfaatannya
bagi kehidupan.
Rencana pengembangan Lingkungan Bersih MTsN 2 Trenggalek ditempuh dengan melakukan
pembibitan di sekolah. Dengan harapan terwujud kebutuhan bibit yang representatif baik untuk daya
dukung terhadap program adiwiyata sekolah.
B. Dasar
1. UU RI No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional atau Propenas
2. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional atau Sisdiknas
3. UU RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
4. Rencana / Program Kerja MTsN 2 Trenggalek
Sedangkan peserta didik yang terlibat dalam kegiatan pemeliharaan tanaman ini, pada
dasarnya meliputi semua peserta didik yang berjumlah 775 siswa. Akan tetapi agar lebih terorganisir
maka dalam pelaksanaan kegiatan, dibantu oleh Pokja yang diambil dari perwakilan masing-masing
kelas dengan jumlah 33 peserta didik yang tergabung dalam Pokja Kader Pembibitan.
Program Pembibitan yang sudah direncanakan di MTsN 2 Trenggalek pada Tahun 2021 dan
2022 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Menyiapkan Media Pembibitan
Banyak media pembibitan yang dipakai dan diterapkan di MTsN 2 Trenggalek diantaranya
adalah : media rockwall, tray semay, sumbu netpot, tempat bekas minuman dan polybag. Akan
tetapi, penggunaan media pembibitan tetap disesuaikan dengan jenis bibit yang akan
disemai/ditanam. Hal ini bertujuan untuk mengkondisikan lahan tempat budidaya tanaman agar
sesuai dengan jenis dan kondisi yang dibutuhkan tanaman agar menghasilkan bibit yang baik.
2. Melakukan Penyemaian dan Penanaman Bibit
Penyemaian/Penanaman bibit dilakukan setelah bibit berumur 14 – 21 hari atau 3 – 4 minggu
setelah melakukan penyemaian. Dengan demikian diharapkan akan menghasilkan anakan
produktif lebih banyak dibandingkan bibit yang sudah tua.
3. Penyiraman bibit yang disemai
Agar bibit yang sudah disemai tidak mati dan bisa tumbuh secara optimal.
4. Pemindahan bibit/Replanting
Tujuan dilakukan pemindahan bibit/replanting adalah untuk :
mempercepat pertumbuhan bibit
memudahkan bibit menyesuaikan dengan lingkungan baru
Mengurangi tingkat kematian bibit
memudahkan dalam pemindahan bibit
5. Pemberian Bibit Tanaman Hasil Pembibitan ke Sekolah Binaan
Kegiatan ini dilakukan dalam upaya meningkatkan jumlah pohon dan tanaman yang dihasilkan
agar lebih optimal dan produktif.
Guru dan Siswa melakukan penanaman bibit tanaman hias di depan ruang
guru MTsN 2 Trenggalek pada jam istirahat berlangsung.
3. Penyiraman bibit yang disemai
Pemberian bibit palm ekor tupai oleh guru MTsN 2 Trenggalek kepada
salah satu sekolah binaan di Kota Trenggalek ( SMP 1 Gandusari).tgl 22
April 2021
5. Pembibitan tanaman Hias
Pembibitan tanaman hias oleh siswa MTsN 2 Trenggalek saat Sabtu bersih didepan Ruang Guru
MTsN 2 Trenggalek
Pembibitan tanaman toga oleh guru dan siswa MTsN 2 Trenggalek disela
sela jam olahraga
8. Penyiraman tanaman hias