Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

POS PARTUM DENGAN SECTIO CAESAREA


Dosen Pengampu : Wiwin Renny Rahmawati,SST,SPd,M.Kes.

Disusun Oleh :
Azizah Kusumawati Y (P1337520522063)
Savira Alya Sherlyta (P1337420522064)
Luluk Cahya Khulafah N (P1337420522065)
Cestya Rizky Ardhani (P1337420522066)

PRODI KEPERAWATAN MAGELANG PROGRAM DIPLOMA III


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2022/2023

1
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Post partum adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat- alat kandungan
kembali pada keadaan sebelum hamil masa post partum berlangsung selama kira-kira 6
minggu (Siti Saleha, 2013).
Masa post partum (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium
dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu (42 minggu) setelah itu (Dewi
dan Tri, 2014).
Sectio caesarea merupakan sesuatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan lewat insisi
bilik perut serta bilik rahim karena bermacam aspek dari ibu ataupun bayi. Sectio caesarea
adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut. (Amru Sofian, 2012).
Sectio caesarea yaitu cara agar dapat melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut. (Nurarif & Kusuma, 2015).
Sectio caesarea yaitu persalinan yang dilakukan dengan pembedahan dimana irisan
dilakukan di perut untuk mengeluarkan seorang bayi (Endang Purwoastuti and Siwi Walyani,
2014).
B. ETIOLOGI
 Etiologi yang berasal dari ibu
Manuaba (2012), penyebab yang berasal dari ibu kesempitan panggul, plasenta previa
terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat satu sampai dua, komplikasi kehamilan,
kehamilan yang disertai penyakit (jantung, Diabetes Melitus).
 Etiologi yang berasal dari janin berupa :
1. Gawat janin
2. Mal presentasi
3. Mal posisi kedudukan janin
4. Prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil
5. Kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi (Nurarif & Kusuma, 2015).
C. PATOFISIOLOGI
Terjadi kelainan pada ibu serta janin menimbulkan persalinan normal tidak membolehkan
serta akhirnya mesti dicoba tindakan sectio caesarea, apalagi saat ini secto caesarea jadi salah
satu opsi persalinan( Sugeng, 2010). Terdapatnya sebagian hambatan ada proses persalinan

1
yang menimbulkan bayi tidak bisa dilahirkan secara normal, misalnya plasenta previa,
rupture sentralis serta lateralis, panggul kecil, partus tidak maju( partus lama), preeklamsi,
distoksia service serta mall presentasi janin keadaan tersebut menimbulkan tindakan operasi
sectio caesarea( SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan yang hendak menimbulkan pasien hadapi
mobilisasi sehingga hendak memunculkan permasalahan intoleransi kegiatan. Terdapatnya
kelumpuhan sementara serta kelemahan raga hendak menimbulkan penderita tidak sanggup
melaksanakan kegiatan perawatan diri penderita secara mandiri sehingga mencuat masalaah
defisit perawatan diri. Minimnya data menimpa proses operasi, pengobatan serta perawatan
post pembedahan hendak memunculkan permasalahan ansietas pada pasien. Tidak hanya itu
dalam proses operasi pula hendak dilakukan tindakan insisi pada bilik abdomen sehingga
menimbulkan inkontuinuitas jaringan, pembuluh darah serta saraf- saraf di wilayah insisi.
Perihal ini hendak memicu pengeluaran histamin serta prostaglandin yang hendak
memunculkan rasa perih.
Setelah itu, pada saat cedera insisi terasa perih ibu hendak merasa malas buat bergerak
sehingga hendak muncul ketidakefektifan pemeberian ASI. Sesudah seluruh proses operasi
berakhir, wilayah insisi hendak ditutup serta menimbulkan cedera post pembedahan yang
apabila tidak dirawat dengan baik hendak memunculkan permasalahan resiko infeksi.
Masa post partum (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium
dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu (42 minggu) setelah itu (Dewi
dan Tri, 2014).

2
D. PATHWAYS

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan tindakan sectioa caesaria menurut, Mochtar,
2002 adalah:
1) Hitung darah lengkap.
2) Golongan darah (ABO), dan pencocokan silang, tes Coombs. Nb.
3) Urinalisis Menentukan kadar albumin/glukosa.
4) Pelvimetri: Menentukan CPD.
5) Kultur: Mengidentikasi adanya virus herpes simpleks tipe II.

3
6) Ultrasonogral: Melokalisasi plasenta menentukan pertumbuhan, keduduan, dan
presentasi janin.
7) Amniosintesis: Mengkaji maturitas paru janin.
8) Tes stres kontraksi atau tes non-stres: Mengkaji respons janin terhadap gerakan/stres
dari pola kontraksi uterus/pola abnormal.
9) Penentuan elektronik selanjutnya: Memastikan status janin/aktivitas uterus.

F. TERAPI OBAT
1) Infus RL 14tpm/1000cc berfungsi sebagai sumber elektrolit dan air untuk hidrasi.
2) Injeksi Cefuroxime 2 x 250mg berfungsi sebagai antibiotic.
3) Injeksi Ketorolac 3 x 10mg berfungsi sebagai mengatasi nyeri sedang hingga nyeri
berat untuk sementara .
4) Injeksi Metoclopramid 3 x 10mg berfungsi sebagai meredamkan mual dan muntah
yang disebabkan oleh efek samping dari prosedur bedah.

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan sectio caesaria (Prawirohardjo,
2007), yaitu:
1) Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat.
2) Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap berkontraksi
dengan kuat.
3) Pemberian analgetik dan antibiotik.
4) Periksa aliran darah uterus paling sedikit 30 ml/jam.
5) Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam
pertama setelah pembedahan.
6) Ambulasi satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebentar dari tempat tidur
dengan bantuan orang lain.

4
BAB II
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, untuk mengidentifikasi, mengenal
masalah kebutuhan kesehatan, keperawatan pasien baik fisik, mental sosial dan
lingkungan.
a. Identitas pasien Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama,
alamat, status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record.
b. Keluhan utama
Subjektif :
Objektif : tampak tubuh lemah serta gerakan terbatas, kekuatan otot menurun
rentan gerak menurun . Karakteristik gangguan mobilitas fisik dikaji dengan
istilah PQRST sebagai berikut :
1) P (provokatif atau paliatif) merupakan data dari penyebab atau sumber
gangguan mobilitas fisik, pertanyaan yang ditujukan pada pasien berupa :
a) Apa yang menyebabkan gejala gangguan mobilitas fisik ?
b) Apa saja yang mampu mengurangi ataupun memperberat gangguan
mobilitas fisik ?
c) Apa yang anda lakukan ketika gangguan mobilitas fisik pertama kali
dirasakan ?
2) Q (kualitas atau kuantitas) merupakan data yang menyebutkan seperti apa
gangguan mobilitas fisik yang dirasakan pasien, pertanyaan yang ditujukan
kepada pasien dapat berupa :
a) Dari segi kualitas, bagaimana gejala gangguan mobilitas fisik yang
dirasakan ?
b) Dari segi kuantitas, sejauh mana gangguan mobilitas fisik yang di rasakan
pasien sekarang dengan gangguan mobilitas fisik yang dirasakan
sebelumnya. Apakah gangguan mobilitas fisik hingga mengganggu
aktifitas?

5
3) R (regional atau area yang terpapar nyeri atau radiasi) merupakan data
mengenai dimana lokasi gangguan mobilitas fisik yang dirasakan pasien,
pertanyaan yang ditujukan pada pasien dapat berupa :
a) Dimana gejala gangguan mobilitas fisik terasa ?
b) Apakah gangguan mobilitas fisik dirasakan menyebar atau merambat?
4) S (skala) merupakan data mengenai seberapa parah gangguan mobilitas fisik
yang dirasakan pasien, pertanyaan yang ditujukan pada pasien dapat berupa
apa saja yg tidak dapat pasien lakukan saat terjadi gangguan mobilitas fisik T
(timing atau waktu ) merupakan data mengenai kapan gangguan mobilitas
fisik dirasakan, pertanyaan yang ditujukan kepada pasien dapat berupa :
a) Kapan gejala gangguan mobilitas fisik mulai dirasakan ?
b) Seberapa sering gangguan mobilitas fisik terasa, apakah bertahap ?
c) Berapa lama gangguan mobilitas fisik berlangsung ?
d) Apakah gangguan mobilitas fisik berlangsung terjadi kekambuhan atau
secara bertahap ?
e) Riwayat persalinan sekarang Untuk mendapatkan data persalinan yaing
perlu dikaji yaitu kehamilan keberapa, tahun lahir, jenis persalinan,
komplikasi persalinan, penolong dan tempat persalinan, keadaan bayi.
f) Riwayat menstruasi Pada ibu, yang perlu dikaji adalah umur menarche,
siklus haid, lama haid, apakah ada keluhan saat haid, hari pertama haid
yang terakhir.
g) Riwayat perkawinan Usia perkawinan, perkawinan keberapa, usia pertama
kali kawin.
h) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas Untuk mendapatkan data
kehamilan, persalinan dan nifas perlu diketahui HPHT untuk menentukan
tafsiran partus (TP), berapa kali periksaan saat hamil, apakah sudah
imunisasi TT, umur kehamilan saat persalinan, berat badan anak saat lahir,
jenis kelamin anak, keadaan anak saat lahir.
i) Riwayat penggunaan alat kontrasepsi Tanyakan apakah ibu pernah
menggunakan alat kontrasepsi, alat kontrasepsi yang pernah digunakan,
adakah keluhan saat menggunakan alat kontrasepsi, pengetahuan tentang
alat kontrasepsi.
j) Pola kebutuhan sehari-hari

6
1) Bernafas, pada pasien dengan post sectio caesarea tidak terjadi
kesulitan dalam menarik nafas maupun saat menghembuskan nafas.
2) Makan dan minum, pada pasien post sectio caesarea tanyakan berapa
kali makan sehari dan berapa banyak minum dalam sehari.
3) Eliminasi, pada pasien post sectio caesarea pasien belum melakukan
BAB, sedangkan BAK menggunakan dower kateter yang tertampung
di urine bag.
4) Istirahat dan tidur, pada pasien post sectio caesarea terjadi gangguan
pada pola istirahat dikarenakan adanya nyeri pasca pembedahan.
5) Gerak dan aktifitas, pada pasien post sectio caesarea terjadi gangguan
gerak dan aktifitas karena pengaruh anastesi pasca pembedahan.
6) Kebersihan diri, pada pasien post sectio caesarea kebersihan diri
dibantu oleh perawat dikarenakan pasien belum bisa melakukannya
secara mandiri.
7) Berpakaian, pada pasien post sectio caesarea biasanya mengganti
pakaian dibantu oleh perawat.
8) Rasa nyaman, pada pasien post sectio caesarea akan mengalami
ketidaknyamanan yang dirasakan pasca melahirkan.
9) Konsep diri, pada pasien post sectio caesarea seorang ibu, merasa
senang atau minder dengan kehadiran anaknya, ibu akan berusaha
untuk merawat anaknya.
10) Sosial, pada ibu sectio caesarea lebih banyak berinteraksi dengan
perawat dan tingkat ketergantungan ibu terhadap orang lain akan
meningkat.
11) Bermain dan rekreasi, pada pasien post sectio caesarea ibu biasanya
belum bisa bermain dan berkreasi.
12) Prestasi, kaji hal-hal yang membanggakan dari ibu yang ada hubungan
dengan kondisinya.
13) Belajar, kaji tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan post partu
untuk ibu dengan sectio caesarea meliputi perawatan luka, perawatan
payudara, kebersihan vulva atau cara cebok yang benar, nutrisi, KB,
seksual serta hal-hal yang perlu diperhatikan pasca pembedahan.
Disamping itu perlu ditanyakan tentang perawatan bayi diantaranya,
memandikan bayi, merawat tali pusat dan cara menyusui yang benar.

7
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum ibu, suhu, tekanan darah, respirasi, nadi, keadaan kulit berat
badan, dan tinggi badan.
2) Pemeriksaan kepala wajah: Konjungtiva dan sklera mata normal atau tidak.
3) Pemeriksaan leher : Ada tidaknya pembesaran tiroid.
4) Pemeriksaan thorax : Ada tidaknya ronchi atau wheezing, bunyi jantung.
5) Pemeriksaan payudara : Bentuk simetris atau tidak, kebersihan, pengeluaran
(colostrum, ASI atau nanah), keadaan putting, ada tidaknya tanda
dimpling/retraksi.
6) Pemeriksaan abdomen: Tinggi fundus uteri, bising usus, kontraksi, terdapat
luka.
7) Pemeriksaan eksremitas atas: ada tidaknya oedema, suhu akral, eksremitas
bawah: ada tidaknya oedema, suhu akral, simetris atau tidak, pemeriksaan
refleks.
8) Genetalia: Menggunakan dower kateter.
9) Data penunjang Pemeriksaan darah lengkap meliputi pemeriksaan hemoglobin
(Hb), Hematokrit (HCT) dan sel darah putih (WBC) (Dinarti.R, 2017).
 Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breathing)
a) Inspeksi
Inspeksi adanya gangguan pernafasan pada pasien post sectio caesarea
frekuensi pernafasan normal orang dewasa adalah 16- 20 kali/menit. sesak nafas
di tandai oleh peningkatan frekuensi pernafasan, sehingga membuat pasien sulit
bernafas serta kelelahan. inspeksi dada untuk melihat postur bentuk dan
kesimetrisan .
b) Palpasi
Palpasi voval fremitus
c) Perkusi
Melakukan perkusi pada semua lapang paru mulai dari atas klavikula kebawah
pada setiap spasiem intercostalis.
d) Auskultasi
Memeriksa Bunyi nafas, suara nafas,dan suara tambahan.

8
2. B2 (Blood )
a) Inspeksi
Pemantauan pengeluaran lokhea
b) Palpasi
Pada umumnya pada pasien post section caesarea dengan hambatan mobilitas
fisik denyut nadi .
c) Auskultasi
Biasanya auskultasi frekuensi irama jantung meningkat pada .
3. B3 (Brain)
a) Inspeksi
Pemantauan kesadaran pada pasien post section caesarea.
4. B4 (Blader)
a) Inspeksi
Mengidentifikasi apakah ada hematom,odem, tanda –tanda infeks.
b) Palpasi
Periksa lokhea meliputi warna, jumlah, dan konsistenya.
5. B5 (Bowel)
a) Inspeksi
Mengkaji kandung kemih pada pasien post section caesarea
b) Palpasi
Menentukan adanya distensi pada kandung kemih yang di lakukan pada
abdomen bagian bawah .
c) Perkusi
Menekan abdomen bagian bawah untuk mengetahui adanya distensi pada
kandung kemih .
6. B6 (Bone)
a) Inspeksi Mengkaji adanya gangguan pada aktivitas saat bergerak dan mengkaji
kekuatan otot.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (mis. pencedera fisik).
2. Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri ditandai dengan mengeluh sulit menggerakkan
ekstremitas .

9
3. Risiko infeksi b/d efek prosedur invasif ditandai dengan tindakan invasive
4. Gangguan pola tidur b/d hambatan lingkungan mis tindakan ditandai dengan periode
pasca partum.
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (mis. pencedera fisik).
6. Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri ditandai dengan mengeluh sulit menggerakkan
ekstremitas .
7. Risiko infeksi b/d efek prosedur invasif ditandai dengan tindakan invasive
8. Gangguan pola tidur b/d hambatan lingkungan mis tindakan ditandai dengan periode
pasca partum.
9. Bersihan Jalan Napas tidak efektif b/d efek agen farmakologis (mis. anestesi) d.d.
spasme jalan napas
10. Menyusui Tidak efektif b/d ketidakadekuatan suplai ASI d.d ASI tidak menetes atau
memancar
11. Defisit Nutrisi b/d Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient d.d Berat badan menurun
diakibatkan nutrisi kurang
12. Defisiensi Pengetahuan b/d kurangnya terpapar informasi d.d menunjukkan perilaku
tidak sesuai anjuran yang mengakibatkan pemeliharaan Kesehatan tidak efektif
Defisit perawatan diri b/d kelemahan d.d minat perawatan diri kurang dan tidak
mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/ berhias secara mandiri
C. INTERVENSI
N SDKI SIKI SLKI
O
1 Nyeri Akut 1. MANAJEMEN NYERI TINGKAT NYERI
(D.0077) (I.08238) (L.08066)
Intervensi Definisi
Manajemen nyeri adalah Tingkat nyeri menurun
intervensi yang dilakukan oleh berarti pengalaman sensorik
perawat untuk mengidentifikasi atau emosional yang
dan mengelola pengalaman berkaitan dengan kerusakan
sensorik atau emosional yang jaringan aktual atau
berkaitan dengan kerusakan fungsional, dengan onset
jaringan atau fungsional dengan mendadak atau lambat, dan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga

10
berintensitas ringan hingga berat berat dan konstan menurun.
dan konstan. Kriteria hasil
Observasi - Keluhan nyeri
- Identifikasi lokasi, menurun.
karakteristik, durasi, - Meringis menurun.
frekuensi, kualitas, - Sikap protektif
intensitas nyeri. menurun.
- Identifikasi skala nyeri. - Gelisah menurun.
- Idenfitikasi respon nyeri - Kesulitan tidur
non verbal. menurun.
- Identifikasi faktor yang - Frekuensi nadi
memperberat dan membaik.
memperingan nyeri.
- Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri.
- Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri.
- Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup.
- Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan.
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik.
Terapeutik
- Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis:
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
11
aromaterapi,
- Teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis: suhu
ruangan,pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan
tidur.
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
- Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat.
- Ajarkan Teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. PEMBERIAN

12
ANALGESIK (I.08243)
Intervensi
Pemberian analgesik adalah
intervensi yang dilakukan oleh
perawat untuk menyiapkan dan
memberikan agen farmakologis
untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit.
Observasi
- Identifikasi karakteristik
nyeri (mis: pencetus,
pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi,
durasi).
- Identifikasi Riwayat
alergi obat.
- Identifikasi kesesuaian
jenis analgesik (mis:
narkotika, non-narkotik,
atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri.
- Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik.
- Monitor efektifitas
analgesic.
Terapeutik
- Diskusikan jenis
analgesik yang disukai
untuk mencapai
analgesia optimal, jika
perlu.
- Pertimbangkan
penggunaan infus
13
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum.
- Tetapkan target
efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan
respons pasien.
- Dokumentasikan respons
terhadap efek analgesik
dan efek yang tidak
diinginkan.
Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan
efek samping obat.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi.
- Diagnosis Terkait.
- Daftar diagnosis lainnya
yang masuk dalam
kategori psikologis dan
subkategori nyeri dan
kenyamanan adalah:
1) Gangguan rasa nyaman.
2) Ketidaknyamanan pasca
partum.
3) Nausea.
4) Nyeri kronis.
5) Nyeri melahirkan.
2 Gangguan 1. DUKUNGAN AMBULASI MOBILITAS FISIK
Mobilitas (I.06171) (L.05042)

14
Fisik(D.0054) Intervensi Definisi
Dukungan ambulasi adalah Mobilitas fisik meningkat
intervensi yang dilakukan oleh berarti kemampuan dalam
perawat dalam memfasilitasi Gerakan fisik dari satu atau
pasien untuk meningkatkan lebih ekstremitas secara
aktivitas berpindah. mandiri meningkat.
Observasi Kriteria hasil
- Identifikasi adanya nyeri - Pergerakan
atau keluhan fisik ekstremitas
lainnya meningkat.
- Identifikasi toleransi - Kekuatan otot
fisik melakukan meningkat.
ambulasi - Rentang gerak
- Monitor frekuensi (ROM) meningkat.
jantung dan tekanan
darah sebelum memulai
ambulasi
- Monitor kondisi umum
selama melakukan
ambulasi.
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan alat
bantu (mis: tongkat,
kruk)
- Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik, jika
perlu
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
15
- Anjurkan melakukan
ambulasi dini
- Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis: berjalan
dari tempat tidur ke kursi
roda, berjalan dari
tempat tidur ke kamar
mandi, berjalan sesuai
toleransi)

2. DUKUNGAN
MOBILISASI (I.05173)
Intervensi
Dukungan mobilisasi adalah
intervensi yang dilakukan oleh
perawat dalam memfasilitasi
pasien untuk meningkatkan
aktivitas pergerakan fisik.
Observasi
- Identifikasi adanya nyeri
atau keluhan fisik
lainnya
- Identifikasi toleransi
fisik melakukan
pergerakan
- Monitor frekuensi
jantung dan tekanan
darah sebelum memulai
mobilisasi
- Monitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisasi

16
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu (mis: pagar tempat
tidur)
- Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan
pergerakan.
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis: duduk di
tempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke
kursi)
- Diagnosis Terkait
- Daftar diagnosis lainnya
yang masuk dalam
kategori fisiologis dan
subkategori aktivitas dan
istirahat adalah:
1) Disorganisasi
perilaku bayi
2) Gangguan pola
tidur
3) Intoleransi
17
aktivitas
4) Keletihan
5) Kesiapan
peningkatan tidur
6) Risiko
disorganisasi
perilaku bayi
7) Risiko intoleransi
aktivitas.
3 Infeksi PENCEGAHAN INFEKSI TINGKAT INFEKSI
(D.0142) (I.14539) (L.14137)
Intervensi Definisi
Pencegahan infeksi adalah Tingkat infeksi menurun
intervensi yang dilakukan oleh berarti menurunnya derajat
perawat untuk mengidentifikasi infeksi berdasarkan
dan menurunkan risiko terserang observasi atau sumber
organisme patogenik. informasi.
Observasi Kriteria hasil
- Monitor tanda dan gejala - Demam menurun.
infeksi ctua dan sistemik. - Kemerahan
Terapeutik menurun.
- Batasi jumlah - Nyeri menurun.
pengunjung. - Bengkak menurun.
- Berikan perawatan kulit - Kadar sel darah
pada area edema. putih membaik.
- Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien.
- Pertahankan ctual aseptic
pada pasien berisiko
tinggi.
Edukasi

18
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi.
- Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar.
- Ajarkan etika batuk.
- Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi.
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi.
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu.
- Diagnosis Terkait
- Daftar diagnosis lainnya
yang masuk dalam
kategori lingkungan,
subkategori keamanan
dan proteksi adalah:
1) Gangguan integritas
kulit/jaringan.
2) Hipertermia.
3) Hipotermia
4) Perilaku kekerasan
5) Perlambatan
pemulihan pascabeda
6) Risiko alerg
7) Risiko bunuh dir
8) Risiko ceder
9) Risiko cedera pada ib
10) Risiko cedera pada
jani
19
11) Risiko gangguan
integritas
.kulit/jaringan.
12) Risiko hipotermi
13) Risiko hipotermia
ctualicive.
14) Risiko jatuh
15) Risiko luka tekan
16) Risiko mutilasi diri
17) Risiko perilaku
kekerasan
18) Risiko perlambatan
pemulihan
pascabedah
19) Risiko termoregulasi
tidak efektif
20) Termoregulasi tidak
efektif
4 Gangguan 1. MANAJEMEN NYERI TINGKAT NYERI
Pola Tidur (I.08238) (L.08066)
(D.0055) Intervensi Definisi
Manajemen nyeri adalah Tingkat nyeri menurun
intervensi yang dilakukan oleh berarti pengalaman sensorik
perawat untuk mengidentifikasi atau emosional yang
dan mengelola pengalaman berkaitan dengan kerusakan
sensorik atau emosional yang jaringan ctual atau
berkaitan dengan kerusakan fungsional, dengan onset
jaringan atau fungsional dengan mendadak atau lambat, dan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berintensitas ringan hingga berat berat dan konstan menurun.
dan konstan. Kriteria hasil
Observasi - Keluhan nyeri
- Identifikasi lokasi, menurun

20
karakteristik, durasi, - Meringis menurun
frekuensi, kualitas, - Sikap protektif
intensitas nyeri menurun
- Identifikasi skala nyeri - Gelisah menurun
- Idenfitikasi respon nyeri - Kesulitan tidur
non verbal menurun
- Identifikasi ctual yang - Frekuensi nadi
memperberat dan membaik.
memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri
- Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
- Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan ctualic.
Terapeutik
- Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis:
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang
21
memperberat rasa nyeri
(mis: suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
ctualic secara tepat
- Ajarkan Teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
ctualic, jika perlu.

2. PEMBERIAN
ANALGESIK (I.08243)
Intervensi
Pemberian ctualic adalah
intervensi yang dilakukan oleh
perawat untuk menyiapkan dan
memberikan agen farmakologis

22
untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit.
Observasi
- Identifikasi karakteristik
nyeri (mis: pencetus,
ctual, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi,
durasi)
- Identifikasi Riwayat
alergi obat
- Identifikasi kesesuaian
jenis ctualic (mis:
narkotika, non-narkotik,
atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
- Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
- Monitor efektifitas
analgesic.
Terapeutik
- Diskusikan jenis ctualic
yang disukai untuk
mencapai analgesia
optimal, jika perlu
- Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum
- Tetapkan target
efektifitas ctualic untuk
mengoptimalkan respons
23
pasien
- Dokumentasikan respons
terhadap efek ctualic dan
efek yang tidak
diinginkan.
Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan
efek samping obat.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis ctualic,
sesuai indikasi
- Diagnosis Terkait
- Daftar diagnosis lainnya
yang masuk dalam
kategori psikologis dan
subkategori nyeri dan
kenyamanan adalah:
1. Gangguan rasa
nyaman
2. Ketidaknyamana
n pasca partum
3. Nausea
4. Nyeri kronis
5. Nyeri melahirkan

24
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. Y. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas Aplikasi NANDA, NIC, NOC.
Jakarta: CV Trans Info Media.
Faradillah, A. (2019). Asuhan Keperawatan pada Ibu dengan DIagnosa Medis POst Sectio Caesarea
dengan Indikasi Post Date di Ruang Nifas RSUD Bangil Pasuruan. 8-15.
Herdiana, D. (2019). Asuhan Keperawatan pada Klien Post Sectio Caesarea dengan Nyeri Akut di
Ruangan Delima RSUD Ciamis. 7-11.
Irmadhani, F. (2021). Asuhan Keperawatan dengan Masalah Gangguan Mobilitas Fisik pada Ibu Post
Sectio Caesarea. (Doctoral Dissertation, STIkes Bina Sehat PPNI), 13-35.

25
Prawirohardjo, Y. B. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Tridasa Printer.
Selistiyaningtyas, S. R., & Pawestri, P. (2021). Pemberian Pijat Marmet dan Oksitosin untuk
Meningkatkan Produksi ASI pada Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum dengan Sectio
Caesarea. Ners Muda, 61-68.
Sholihah, D. (2019). Asuhan Keperawatan pada IBu Post Partum SC (Sectio Caesarea) dengan
Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruang Siti Walidah Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Ponorogo. Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Wahyuningsih, S., & dkk. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum Dilengkapi dengan
Panduan Persiapan Praktikum Mahasiswa Keperawatan. Sleman: DeePublish.

26

Anda mungkin juga menyukai