Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KORUPSI DAN TANTANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Pendidikan Anti Korupsi

Disusun Oleh :
1. Fitri Nurfaridah
2. Dede Isah Mita Mulyanti
3. Lilis
4. Yeti
5. Sri Haryati
6. Siti Maryam
7. Nunung Nurhayati
8. Intan Ratna Wati

PRODI S-1 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Pendidikan Anti Korupsi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan mendukung dalam penyusunan makalah ini/ Penulis sadar makalah ini belum
sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dan semua pihak.

Bekasi, September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 2
1.3 Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Korupsi Secara Teoritis ................................................................ 3
2.2 Gambaran Umum Korupsi di Indonesia dan Jenis-Jenis Korupsi .................. 4
2.3 Tujuan Korupsi ............................................................................................... 5
2.4 Tantangan Demokrasi di Indonesia ................................................................ 6
2.5 Tantangan Menuju Proses Demokratisasi Indonesia ...................................... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 10
3.2 Saran ............................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sangat ditentukan oleh kemampuan dan keberhasilannya dalam
melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagaisuatu proses perubahan
yang direncanakan mencakup semua aspek kehidupan masyarakat. Efektifitas
dan keberhasilan pembangunan terutama ditentukan oleh dua faktor, yaitu
sumber daya manusia, yakni (orang-orang yang terlibatsejak dari perencanaan
samapai pada pelaksanaan) dan pembiayaan.
Diantara dua faktor tersebut yang paling dominan adalah faktor
manusianya.Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di Asia dilihat
dari keanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi ironisnya,
negaratercinta ini dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia bukanlah
merupakan sebuah negara yang kaya malahan termasuk negara yang
miskin.Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya adalah rendahnya
kualitas sumber daya manusianya. Kualitas tersebut bukan hanya dari segi
pengetahuan atau intelektualnya tetapi juga menyangkut kualitas moral dan
kepribadiannya. Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari aparat
penyelenggara negara menyebabkan terjadinya korupsi.
Demokrasi telah memberikan ruang bagi kita untuk mengekspresikan
diri dalam menjaga kesatuan bangsa. Dari perspektif Islam, Azyumardi Azra
mengatakan bahwa tidaklah mudah untuk mengembangkan demokrasi di
wilayah Muslim, meskipun sekitar 88,7 persen penduduk Indonesia adalah
Muslim,akantetapi Indonesia bukanlah negara Islam. Pancasila sebagai
landasan demokrasi Indonesia, telah memperkuat karakter bangsa dan
memberikan kontribusi yang besar dalam pelaksanaan demokrasi. Aleksius
menyebutkan, bahwa Indonesia memiliki banyak tantangan dalam demokrasi.
Para pemimpin mengelola negara dengan selera pribadi, bukan dengan
konstitusi. Selain itu, ia juga menyebutkan bahwa negara gagal
mengembangkan budaya taat hukum.
Di tingkat masyarakat, orang Indonesia mudah terprovokasi dengan
isu SARA. Hal ini menunjukkan rendahnya kepercayaan masyarakat,

1
sementara elemen ini adalah salah satu elemen paling penting dalam
demokrasi. Pada tingkat kelembagaan, partai politik dan parlemen tidak lagi
menjadi pembela hukum, melainkan menjadi pelanggar aturan hukum.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Korupsi ?
2. Bagaimana Gambaran Korupsi di Indonesia dan Apa saja Jenis-Jenis
Korupsi ?
3. Apa Tujuan Korupsi ?
4. Bagaimana Tantangan Demokrasi di Indonesia ?
5. Bagaimana Tantangan Proses Demokratisasi di Indonesia ?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Korupsi secara Teoritis.
2. Untuk Mengetahui Gambaran Korupsi dan Jenis-Jenis Korupsi.
3. Untuk Mengetahui Tujuan dari Korupsi.
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Tantangan Demokrasi di Indonesia.
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Tantangan Proses Demokratisasi di
Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Korupsi secara Teoritis
Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang
artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Menurut
Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan
wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan, dan merugikan
kepentingan umum. Korupsi menurut Huntington (1968) adalah perilaku
pejabat publik yang menyimpang dari norma-norma yang diterima oleh
masyarakat, dan perilaku menyimpang ini ditujukan dalam rangka memenuhi
kepentingan pribadi. Maka dapat disimpulkan korupsi merupakan perbuatan
curang yang merugikan Negara dan masyarakat luas dengan berbagai macam
modus.
Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jika
dilihat dari struktrur bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi
pada hakekatnya mempunyai makna yang sama. Kartono (1983) memberi
batasan korupsi sebagi tingkah laku individu yang menggunakan wewenang
dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan
umum dan negara. Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus
dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber
kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan kekuatankekuatan
formal (misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk
memperkaya diri sendiri.
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan
jabatan yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi
dengan mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman.
Wertheim (dalam Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan
melakukan tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang
bertujuan mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan yang
menguntungkan kepentingan si pemberi hadiah. Kadang-kadang orang yang
menawarkan hadiahdalam bentuk balas jasa juga termasuk dalam korupsi.
Selanjutnya, Wertheim menambahkan bahwa balas jasa dari pihak ketiga
yang diterima atau diminta oleh seorang pejabat untuk diteruskan kepada

3
keluarganya atau partainya kelompoknya atau orang-orang yang mempunyai
hubungan pribadi dengannya, juga dapat dianggap sebagai korupsi. Dalam
keadaan yang demikian, jelas bahwa ciri yang paling menonjol di dalam
korupsi adalah tingkah laku pejabat yang melanggar azas pemisahan antara
kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat, pemisaham keuangan
pribadi dengan masyarakat.

2.2 Gambaran umum Korupsi di Indonesia dan Jenis - jenis Korupsi


Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-
an bahkan sangat mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah melalui
Undang- Undang Nomor 24 Prp 1960 yang diikuti dengan dilaksanakannya
“Operasi Budhi” dan Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 228 Tahun 1967 yang dipimpin langsung oleh
Jaksa Agung, belum membuahkan hasil nyata. Pada era Orde Baru, muncul
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 dengan “Operasi Tertib”yang
dilakukan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
(Kopkamtib), namun dengan kemajuan iptek, modus operandi korupsi
semakin canggih dan rumit sehingga Undang-Undang tersebut gagal
dilaksanakan. Selanjutnya dikeluarkan kembali Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999.
Upaya-upaya hukum yang telah dilakukan pemerintah sebenarnya
sudah cukup banyak dan sistematis. Namun korupsi di Indonesia semakin
banyak sejak akhir 1997 saat negara mengalami krisis politik, sosial,
kepemimpinan, dan kepercayaan yang pada akhirnya menjadi krisis
multidimensi. Gerakan reformasi yang menumbangkan rezim Orde Baru
menuntut antara lain ditegakkannya supremasi hukum dan pemberantasan
Korupsi, Kolusi & Nepotisme (KKN). Tuntutan tersebut akhirnya dituangkan
di dalam Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 & UndangUndang Nomor 28
Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih & Bebas dari
KKN.
 Jenis-Jenis Korupsi
Menurut UU. No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, ada tiga puluh jenis tindakan yang bisa dikategorikan

4
sebagai tindak korupsi. Namun secara ringkas tindakan-tindakan itu bisa
dikelompokkan menjadi:

1. Kerugian keuntungan Negara


2. Suap-menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
3. Pemerasan
4. Perbuatan curang
5. Benturan kepentingan dalam pengadaan
6. Gratifikasi (pemberian hadiah)
2.3 Tujuan Korupsi
Pada umumnya tujuan korupsi, untuk memperoleh keuntungan pribadi, tetapi
secara spesifik meliputi empat tujuan sebagai berikut :
• Politik
Orang melakukan korupsi karena bertujuan politik. Praktik korupsi dilakukan
bersamaan dengna kegiatan politik praktis. Tujuan utama korupsi jenis ini untuk
mencapai kedudukan. Pimpinan partai, duduk sebagai anggota legislatif atau
menjadi walikota, bupati, bahkan presiden. Pertekaian antar kader partai
berkaitan dengan penempatan daftar urut calon legislatif adalah bukti adanya
praktik korupsi. Penempatan nomor urut caleg dari sejumlah partai, bukan
dilakukan atas dasar kualitas SDM, kemampuan, skill, dan penguasaan masalah
dibidang pemerintahan, tetapi didasarkan atas berapa besar kontribusi (dana)
caleg yang diberikan pada partai. Berbagai alasan dikemukakan, dari sumbangan
kampanye, operasional partai sampai sumbangan sukarela digunakan partai
peserta pemilu untuk membenarkan target pemasukan dari caleg ini.
Intinya praktik suap dalam politik bertujuan untuk suatu jabatan.
• Ekonomi
Di bidang ekonomi pun dilakukan untuk kesuksesan bisnisnya. Kurang lebih
wujudnya sama, praktik korupsi disini juga dilakukan dengan segala cara.
Tetapi,sasarannya adalah para pemegang kekuasaan. Tujuannya ada dua, yaitu :
pertama, mendapat kemudahan dibidang perizinan. Kedua, untuk memperoleh
akses pasar. Monopoli adalah bentuk konkrit permainan korupsi di bidang
ekonomi. Hancurnya tatanan perekonomian dalam negeri akibat praktik

5
monopoli. Rusaknya ekosistem, pengundulan hutan sampai terkuras habisnya
sumber daya alam yang ada juga karena praktik monopoli.

• Pendidikan
Di bidang pendidikan, lembaga yang seharusnya sebagai
kawahcandradimuka, tempat menggodok para calon penerus bangsa, ternyata
bisa juga menjadi lahan yang subur bagi praktik korupsi. Fenomena jual beli
gelar dan nilai adalah bukti kuat bahwa di lembaga ini juga terjangkit korupsi.
• Hukum
Praktik korupsi ditujukan untuk memperoleh fasilitas dan perlindungan
hukum. Fasilitas disini adalah berupa kepastian terhadap bisnis atau usaha
koruptor. Sedangkan perlindungan hukum menyangkut upaya dari si koruptor
memainkan hukum hingga bisa terbebas dari segala ancaman hukum pidana.

2.4 Tantangan Demokrasi di Indonesia


Demokrasi di Indonesia tengah menghadapi tantangan terberatnya.
Tidakseperti pada akhir 1990-an, ketika tantangan itu berasal dari kubu militer
yang belum sepenuhnya rela kekuasaan politik dipegang sipil, tantangan yang
ada sekarang justru berasal dari aktor utama demokrasi itu sendiri, yakni para
politisi sipil. Perilaku korup para politisi sungguh mengkhawatirkan. Kekuasaan
mereka untuk ikut mengurusi anggaran telah disalahgunakan. Wewenang untuk
menyetujui anggaran dimanfaatkan untuk mencari rente, mencari keuntungan
bagi pribadi atau bagi kelompok, yang tidak ada hubungannya dengan
kepentingan rakyat banyak.
Pernyataan mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Busyro Muqoddas, bahwa aktor utama praktik korupsi adalah para politisi,
sebagai tantangan nyata yang sedang dihadapi demokrasi di Indonesia. ”Siapa
sesungguhnya aktor korupsi di Indonsia, mereka adalah elite di parpol, baik di
DPR pusat maupun daerah,” Tentu saja, elite parpol yang korup tidak sendirian
dalam melakukan aksinya. Mereka memerlukan keterlibatan elite birokrasi dan
elite bisnis agar praktik korupsi berjalan mulus. Politisi pun dipandang identik
dengan kasus korupsi. Di mana ada korupsi, di situ pasti ada politisi yang
terlibat.Situasi tersebut sungguh berbahaya. Kepercayaan terhadap politisi dan

6
partai politik menjadi anjlok. Demokrasi, yang bersendikan pada parpol,
akhirnya akan ikut-ikutan kehilangan kepercayaan. Orang menjadi lelah
berdemokrasi. Kerinduan untuk kembali pada rezim otoritarian pun muncul.
Orang menjadi lupa bahwa pada masa rezim otoritarian sebenarnya korupsi
juga cukup banyak terjadi, tetapi bersifat lebih terpusat dan hampir tidak pernah
diekspos oleh media massa. Bedil siap menghampiri kantor media yang berani
menulis praktik korupsi penguasa. Pada masa itu memang tidak ada pers yang
bebas. Pelanggaran hak asasi manusia, seperti penyiksaan hingga matinya
perempuan aktivis buruh Marsinah, terjadi tanpa ada pertanyaan kritis dari
parlemen.
2.5 Tantangan Menuju Proses Demokratisasi Indonesia
Deputi Koordinator Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat {JPPR}
Masykurudin Hafidz merumuskan tujuh tantangan proses demokratisasi
Indonesia ke depan.
1) Dalam hal korupsi pemilu yang menjadi tantangan terbesar adalah
penerimaan dana illegal partai politik dan dana kampanye pemilu.
2) Isu penegakan hukum pemilu adalah pengaturan dan regulasi pemilu yang
tidak sinkron dan tidak terbarukan
3) Dalam hal integritas penyelenggara pemilu, keterbukaan penyelenggara
Pemilu terhadap data dan proses pelaksanaan tahapan serta dukungan
partisipasi masyarakat menjadi kunci atas keberhasilan pelaksanaan
Pemilu 2014.
4) Tantangan isu konflik dan kekerasan adalah bentuk, aktor, korban, dan
cara kekerasan dalam pemilu semakin meluas. Kekerasan tidak lagi
berbentuk fisik tetapi juga non fisik.
5) Proses Pemilu 2014 menghasilkan media yang terbelah antara yang pro
pemerintah, oposisi dan yang independen serta partisipasi warga yang
meningkat secara signifikan dalam isu demokrasi melalui teknologi
internet.
6) Isu partisipasi politik warga masih dipahami sebagai kehadiran dalan
forum politik formal (misal memilih dalam pemilu). Ini terjadi akibat
Orde Baru yang mewariskan sejumlah masalah partisipasi politik warga
yang akut: krisis demokrasi perwakilan, depolitisasi warga (massa

7
mengambang), cara-cara miliiteristik dalam membungkam suara warga,
masih kuatnya nilai dan sikap yang antipluralime, dan menjadikan warga
sebagai obyek untuk kepentingan elit
(oligarki).
7) Terkait keterbukaan informasi, yang menjadi tantangan adalah
menyelenggarakan sistem pengelolaan dan pelayanan informasi
sebagaimana yang diamanatkan oleh UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik. Empat tahun berlalu, pada penerapan
undang-undang tersebut KPU belum merespon dengan membentuk
aturan-aturan internal dalam mempersiapkan pelayanan informasi.

Berdasarkan ketujuh tantangan yang telah diuraikan di atas, Konferensi


Nasional Masyarakat Sipil menyampaikan rekomendasi untuk penguatan dan
peningkatan kualitas demokrasi sebagai berikut :

1) Perlu membuat kodifikasi UU Pemilu yang pastinya diikuti dengan


sinkronisasi dan harmonisasi seluruh regulasi penyelenggaraan pemilu.
2) Mendukung pembatasan transaksi secara tunai dan menjadikan pengurus
partai politik sebagai subjek yang bisa dipidana melalui korupsi atas dana
ilegal atau tidak sehat tersebut.
3) Dibutuhkan sistem rekruitmen yang menghasilkan petugas pemilu yang
mempunyai pemahaman kepemiluan yang baik, mempunyai jiwa
pelayanan, menjaga netralitas terutama ke peserta Pemilu dan pemerintah,
mempunyai kemampuan administrasi yang baik, memahami secara cepat
dan tepat teknis pelaksanaan pemilu serta terbuka terhadap masukan dari
elemen masyarakat.
4) Antisipasi terhadap potensi terjadinya kekerasan perlu dipikirkan
terutama dengan akan dilaksanakannya Pilkada tahun depan.
5) Untuk memperkuat demokrasi, media harus bersikap profesional,
sedangkan warga terus bersikap kritis dan partisipatif sehingga keduanya
efektif sebagai penyeimbang dan penekan lembaga legislatif, eksekutif
dan yudikatif.

8
6) Partisipasi politik warga membutuhkan kesepakatan perspektif yang
pemaknaannya adalah menghadirkan dan merepresentasikan kepentingan
warga, yang tidak disediakan oleh kekuatan politik formal (partai politik).
Untuk itu pendidikan politik harus berubah, menjadi pendorong utama
partisipasi politik yang menghadirkan dan merepresentasi kepentingan
warga, serta tidak terbatas pada momen pemilu. Pendalaman partisipasi
politik warga, membutuhkan peluang untuk menciptakan instrumen-
instrumen partisipasi politik alternatif, misalnya dalam wujud serikat-
serikat, komunitas-komunitas, dan forum-forum warga yang
memperjuangkan kepentingan publik dan menuntut keadilan distribusi
sumberdaya. Partisipasi politik harus selalu berbasis pada koneksitas yang
nyata dengan warga/rakyat.
7) KPU harus segera menyelenggarakan sistem pengelolaan dan pelayanan
informasi sebagaimana yang diamanatkan oleh UU Nomor 14 Tahun
2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dengan mengesahkan PKPU
mengenai pelayanan keterbukaan informasi publik dan membuat SOP
Pelayanan Informasi Publik.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindakan penyalahgunaan wewenang dan
kekuasaan yang sangat merugikan negara, korupsi ini menjadi permasalahan
utama terhadap kemajuan suatu negara, terutama bagi negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Korupsi bisa dikatakan sebagai suatu
kejahatan luar biasa, karena tindakan mencuri uang negara ini akan
berdampak pada segala hal dalam sebuah negara yang berakibat pada
perlambatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, serta dampak-dampak
sosial, politik dan budaya. Tindakan ini sangatlah tidak bermartabat serta
tidak bertanggung jawab, karena itulah pemberantasan dan pencegahan
korupsi haruslah menjadi prioritas paling utama bangsa indonesia saat ini
demi kemajuan dan kemakmuran bangsa.
3.2 Saran
Pemberantasan dan pencegahan terhadap korupsi harus kita lawan
secara bersama-sama, dukungan terhadap lembaga-lembaga terkait sangatlah
dibutuhkan bukan hanya dari pemerintah tetapi juga dari masyarakatnya
sendiri.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://nasional.kompas.com/read/2011/05/18/02495289/
korupsi.dan.demokrasi? page=all http://rumahpemilu.org/tantangan-
demokrasi-indonesia

https://pdfcoffee.com/qdownload/makalah-korupsi-dan-tantangan-
demokrasi-di-indonesia-2-pdf-free.html

11

Anda mungkin juga menyukai