Anda di halaman 1dari 215

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

BERKESINAMBUNGAN PADA PASIEN NY. R DI PMB BIDAN


BADRIAH PUSKESMAS MAUK KABUPATEN TANGERANG
PROVINSI BANTEN

KARYA ILMIAH AKHIR BIDAN

OLEH:

BADRIAH SUSILAWATI
(225491517022)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2023
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
BERKESINAMBUNGAN PADA PASIEN NY. R DI PMB
BIDAN BADRIAH PUSKESMAS MAUK KABUPATEN
TANGERANG PROVINSI BANTEN

KARYA ILMIAH AKHIR BIDAN

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Profesi Bidan Pada


Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Nasional Jakarta

OLEH:

BADRIAH SUSILAWATI
(225491517022)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
20223
HALAMAN PERSETUJUAN KIAB

JUDUL KIAB :MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN


BERKESINAMBUNGAN PADA PASIEN NY. R DI
PMB BIDAN BADRIAH PUSKESMAS MAUK
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN.

NAMA LENGKAP : BADRIAH SUSILAWATI


NPM : 225491517022

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

(Dr. Rukmaini, SST., M.Keb.) (Siti Maryam Muawanah,SST.,Bd.)


PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

NAMA LENGKAP : Badriah Susilawati

NPM : 225491517022

JUDUL KIAB :MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

BERKESINAMBUNGAN PADA PASIEN NY. R

DIPMB BIDAN BADRIAH PUSKESMAS MAUK

KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN.

Menyatakan bahwa Karya Akhir Bidan (KIAB) ini adalah benar karya saya

sendiri dan sumber yang dirujuk telah dicantumkan dengan benar.

Tangerang, 04 Juli 2023

Badriah Susilawati
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Telah disetujui untuk diuji di hadapan Tim Penguji manajemen Asuhan


Kebidanan berkesinambungan pada NY.R di PMB Bidan Badriah
Puseksmas Mauk Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan Universitas Nasional

Pembimbing I Pembimbing II

(Dr. Rukmaini,SST.,M.Keb) (Siti Maryam Muawanah,SST.,Bd)

Direktur

(Dr. Retno Widowati, M.Si)


PANITIA SIDANG UJIAN
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN BERKESINAMBUNGAN PADA
NY.R DI PMB BIDAN BADRIAH PUSKESMAS MAUK
UNIVERSITAS NASIONAL

Asuhan Kebidanan ini telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan


panitia sidang dan di syahkan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Profesi
Bidan di Universitas Nasional
Jakarta 2023

Penguji I Penguji II

(Jenny Anna Siauta SST, M.Keb) (Dr. Rukmaini, SST., M.Keb)


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Badriah Susilawati

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 21 Juni 1974

Jumlah Anggota Keluarga :3

Alamat : Ds.Buaran Jati rt 05/01, Kec. Sukadiri, Kab.

Tangerang

Riwayat Pendidikan : SPK Panca Karsa, Jakarta 1993

PPB Depkes Bogor, Jawa Barat 1994

DIII Depkes Bogor, Jawa Barat 2012

D4, Unas, Jakarta 2013

Profesi Poltekkes Bhakti Asih Purwakarta 2021


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr,Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Stase Continuity of Care/ manajemen asuhan

kebidanan berkesinambungan dapat diikuti secara penuh dan sebagai

pertanggungjawabannya, telah disusun Karya Ilmiah Akhir Bidan yang berjudul

“Asuhan Komprehensif / manajemen asuhan kebidanan berkesinambungan Pada

Pasien Ny. R Umur 35 Tahun G3P2A0 Di PMB Bidan Badriah Puskesmas Mauk

Kabupaten Tangerang Provinsi Banten.” yang selesai tepat pada waktunya.

Tujuan dari penyusunan laporan Karya Ilmiah Akhir Bidan (KIAB) ini

adalah mampu melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.R di PMB

Bidan Badriah Puskesmas Mauk Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi

Banten dan didokumentasikan menggunakan metode SOAP dengan baik dan

benar.

Pada kesempatan ini izinkan kami mengucapkan terimakasih kepada

seluruh pihak yang telah berkontribusi secara aktif maupun pasif dalam

penyusunan KIAB ini:

1. Ibu Dr. Retno Widowati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Nasional

2. Ibu Jenny Anna Siauta SST, M.Keb, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Profesi Bidan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional


3. Ibu Dr. Rukmaini, SST., M.Keb, selaku Pembimbing I yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Karya

Ilmiah Akhir Bidan

4. Ibu Hj. Siti Maryam Muawanah,SST.,Bd. selaku CI/ Pembimbing 2

Puskesmas Mauk yang telah mengizinkan saya untuk melakukan asuhan

kebidanan secara komprehensif serta meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir

Bidan

5. Kedua orang tua, Suami tercinta, serta anak-anakku Muhamad Iqbal Wahib,

Ferisha Aulia Balqis juga teman-teman seangkatan yang telah memotivasi saya

dalam menyusun tugas akhir Karya Ilmiah Akhir Bidan.

Semoga KIAB ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membaca

dan berkontribusi bagi dunia kesehatan, khususnya profesi bidan dalam

mengembangkan asuhan komplementer.

Jakarta, Juli 2023

Badriah Susilawati
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN BERKESINAMBUNGAN PADA PASIEN
NY. R DI PMB BIDAN BADRIAH PUSKESMAS MAUK KABUPATEN
TANGERANG PROVINSI BANTEN

Badriah Susilawati
225491517022

RANGKUMAN KASUS

Latar belakang: Asuhan kebidanan komprehensif/ manajemen asuhan kebidanan


berkesinambungan adalah suatu pemeriksaan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan
laboratorium dan konseling. Asuhan kebidanan komprehensif/manajemen asuhan kebidanan
berkesinambungan mencakup empat kegiatan pemeriksaan berkesinambungan diantaranya
adalah asuhan kebidanan kehamilan, (antenatal care), asuhan kebidanan persalinan (intranatal
care), asuhan kebidanan masa nifas (postnatal care), dan asuhan kebidanan bayi baru lahir
(neonatal care).
Menurut WHO (2019) dalam Kemenkes RI, 2019 Angka Kematian Ibu (maternal
mortality rate) merupakan jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan, dan
pasca persalinan yang dijadikan indikator derajat kesehatan perempuan. Angka Kematian Ibu
(AKI) merupakan salah satu target global Sustainable Development Goals (SDGs) dalam
menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2030. Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini masih jauh dari target Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) yakni 70 per 100.000 angka kematian
ibu di dunia yaitu 172.000 jiwa dan angka kematian ibu Indonesia yaitu 210 per 100.000
kelahiran hidup. Menurut data WHO secara global bahwa penyebab terbesar kematian ibu
adalah kondisi sebelumnya (pre-existing) 28%, perdarahan 27 %, preeklamsia 14%, infeksi
11%, partus lama 9% dan komplikasi abortus 8%, dan gangguan pembekuan 3%. Angka
Kematian ibu (AKI) yang di himpun dari pencatatan program kesehatan keluarga di
Kementerian Kesehatan tahun 2020 menunjukkan 4.627 kematian di Indonesia. Jumlah ini
menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2019 sebesar 4.221 kematian (Profil
Kemenkes RI, 2020).
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per
1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat
permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi,
tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB,
serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah tinggi, berarti
status kesehatan di wilayah tersebut rendah. Kabupaten/Kota dengan Angka Kematian Bayi
tertinggi 2019 adalah Kabupaten Serang 273 Bayi. Kabupaten/Kota dengan Angka Kematian
Bayi paling rendah adalah Kota Cilegon 20 Bayi (Profil Kesehatan Banten, 2020).
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tangerang mencatat kasus kematian ibu dan
angka kematian bayi saat persalinan masih tinggi. Sepanjang 2018 tercatat ada 44 kasus
Angka Kematian Ibu (AKI) dan 247 kasus Angka Kematian Bayi (AKB). Beberapa faktor
menjadi penyebab adanya angka ke matian ibu dan bayi di Kabupaten Tangerang. Salah
satunya dipengaruhi penyakit penyerta. Seperti jantung, demam berdarah, TB (tubercullosis),
asma dan beberapa penyakit lainnya. Faktor lainnya, juga dipengaruhi gagal napas. Hal ini
yang membuat bayi yang dilahirkan tak bisa diselematkan. Desiriana menyangkal, jika angka
kematian ibu dan bayi di Kabupaten Tangerang itu dipengaruhi faktor tenaga atau pun
peralatan medis yang kurang mumpuni. Termasuk masih adanya kemungkinan ibu hamil
melakukan persalinan ke dukun-dukun (Dinkes Kabupaten Tangerang 2019).
Tujuan: Penelitian ini untuk melaksanakan Asuhan Kebidanan Komprehensif /manejemen
asuhan kebidanan berkesinambungan pada Ny.R dan By.Ny.R di PMB Bidan Badriah
Puskesmas Mauk 2021.
Metode penelitian: Desain penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus untuk
mempelajari tentang asuhan kebidanan kompherensif/manajemen asuhan kebidanan
berkesinambungan pada Ny.R dan By.Ny.R
Hasil penelitian: Dari pengakajian SOAP bahwa Ny.R dan By.Ny.R dengan asuhan ibu
hamil tempat pemeriksaan di Puskesmas Mauk dan PMB B, delapan kali kunjungan hamil
Bersalin normal di PKM M,PMB, dan dokter tanggal 20 Mei 2021 pukul 14.30 wib lahir
anak perempuan, berat badan 2700 gr, panjang badan 48 cm, nifas empat kali kunjungan,
BBL tiga kali kunjungan neonatal
Kesimpulan: Laporan kasus ini merupakan manaejemn asuhan kebidanan berkesinambungan
pada Ny.R dan By.Ny.R dengan menggunakan metode SOAP yang dipergunakan untuk
mencari kesenjangan antara teori dan praktik.
Simpulan: Konsep dasar asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.R dan By.Ny. R dengan
persalinan normal telah dilakukan sesuai dengan metode tujuh langkah varney dan telah
dituangkan ke dalam bentuk SOAP, tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik
Saran: Bagi PKM M/ PMB Bidan Badriah, meningkatakan mutu pelayanan agar tetap
mempertahankan dan meningkatkan lagi mutu pelayanan kebidanan yang ada.

Kata Kunci: Asuhan Kebidanan Komprehensif/Manajemen Asuhan Kebidanan


Berkesinambungan, AKI dan AKB
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN KIAB............................................................................................. 2I

PERNYATAAN...................................................................................................................................... 3

KATA PENGANTAR........................................................................................................................... 7

RANGKUMAN KASUS.......................................................................................................VIII

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ 11I

DAFTAR GAMBAR........................................................................................................................... 15

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................................... 16

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................. 17

1.1 Latar Belakang....................................................................................................17

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................21

1.3 Tujuan.................................................................................................................21

1.4. Manfaat..............................................................................................................22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................... 24

2.1 Kehamilan..............................................................................................................

2.2 Pengertian Persalinan.............................................................................................

2.3 Nifas ......................................................................................................................

2.4 Bayi Baru Lahir......................................................................................................

2.5 Konsep Dasar Manajemen Kebidanan...................................................................

2.6 Kerangka Konsep...............................................................................................24

BAB III PENGEMBANGAN KASUS....................................................................................... 125


1. Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Hamil (Varney).........................................125

2. Asuhan Ante Natal care (ANC)..........................................................................136

3. Asuhan Intra Natal Care (INC)...........................................................................142

4. Asuhan Post Natal Care (PNC)..........................................................................150

5. Manajemen Kebidanan Bayi Baru Lahir (Varney)............................................163

6. Asuhan Bayi Baru Lahir (BBL).........................................................................171

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................................... 176

1 Pembahasan Proses Asuhan Kebidanan..............................................................176

BAB V PENUTUP............................................................................................................................ 183

5.1 Kesimpulan.......................................................................................................183

5.2 Saran................................................................................................................184

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................... 187

LAMPIRAN................................................................................................................................................. .
DAFTAR TABEL

Table 2.1 Peningkatan Berat Badan Selama Kehamilan.............................................


Table 2.2 Kenaikan BB Berdasarkan IMT..................................................................
Table 2.3 Kesesuaian Usia Kehamilan denganTFU................................................16

Table 2.4 Ketidaknyamanan Pada Kehamilan Trimester III...................................23

Table 2.5 Aspek Penting Dalam APN Bersih Dan Aman.......................................53

Table 2.6 Involusi Uteri Saat Post Partum..............................................................63

Table 2.7 Warna Luchea Normal Saat Post Partum...............................................64

Table 2.8 Pemecahan Masalah Pemberian ASI Pada Ibu........................................77

Table 2.9 Perkembangan Janin Sesuai Masa Kehamilan........................................90

Tabel 3. 1 Riwayat Kehamilan..............................................................................126


Tabel 3. 2 Kunjungan Ante Natal Care (ANC) Soap............................................136
Tabel 3 .3 Asuhan Intra Natal Care (INC) Kala I..................................................142
Tabel 3. 4 Asuhan Intra Natal Care (INC) Kala II................................................144
Tabel 3. 5 Asuhan Intra Natal Care (INC) Kala III...............................................146
Tabel 3 6 Asuhan Intra Natal Care (INC) Kala IV................................................148
Tabel 3. 7 Asuhan Post Natal Care (Pnc)..............................................................150
Tabel 3. 8 Penilaian Bayi Segera Setelah Lahir....................................................165
Tabel 3 9 Asuhan Bayi Baru Lahir (BBL)............................................................171

Tabel 4. 1 Pembahasan Asuhan Kehamilan..........................................................164


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tfu Berdasarkan Palpasi Leopold ...................................................................

Gambar 2.2 Gerakan Shoulder Strech.................................................................................

Gambar 2.3 Gerakan Child Pose.........................................................................................

Gambar 2.4 Gerakan Squeeze.............................................................................................

Gambar 2.5 Gerakan Pigeon............................................................................................25

Gambar 2.6 Gerakan Cat And Cow.................................................................................26

Gambar 2.7 Gerakan Jari-Jari Kaki.................................................................................29

Gambar 2.8 Gerakan Mendorong Telapak Kaki Kedepan..............................................30

Gambar 2.9 Gerakan Duduk Bersila...............................................................................30


Gambar 2.10 Gerakan Berbaring Secara Miring.............................................................31

Gambar 2.11 Gerakan Senam Pinggang..........................................................................31

Gambar 2.12 Gerakan Senam Satu Lutut........................................................................32

Gambar 2.13 Gerakan Seman Kedua Lutut.....................................................................32

Gambar 2.14 Gerakan Senam Untuk Pinggang...............................................................33

Gambar 2.15 Gerakan Mengurangi Rasa sakit Pada kehamilan......................................34

Gambar 2.16 Pemantauan Fase Aktif Persalinan............................................................56

Gambar 2.17 Partograf....................................................................................................56

Gambar 2.18 Gerakan Pertama......................................................................................106

Gambar 2.19 Gerakan Kedua........................................................................................106

Gambar 2.20 Gerakan Ketiga........................................................................................106

Gambar 2.21 Gerakan Ke empat...................................................................................107

Gambar 2.22 Gerakan Ke Lima....................................................................................107


DAFTAR SINGKATAN

KIAB : Karya Ilmiah Akhir Bidan


ASI : Air Susu Ibu
KIE : Komunikasi Informasi dan Edukasi
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
TTV : Tanda-Tanda Vital
RR : Respirasi
COC : Continuity of Care
ANC : Ante Natal Care

INC : Intra Natal care

PNC : Post Natal Care

AKI : Angka Kematian Ibu

AKB : Angka Kematian Bayi

KN : Kunjungan Neonatus

KF : Kunjungan Nifas

PWS : Pemantauan Wilayah Setempat

BBLR : Berat Badan Lahir Rendah

LILA : Lingkar Lengan Atas

IMT : Indeks Massa Tubuh

DJJ : Denyut Jantung Janin

KTP : Kartu Tanda Penduduk

KK : Kartu Keluarga

APD : Alat Pelindung Diri

APN : Asuhan Persalinan Normal

KB : Keluarga Berencana

TFU : Tinggi Fundus Uteri


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Surat Permohonan Pengambilan Data Dari Fikes Ke


Puskesmas Mauk
Lampiran II : Surat Balasan Pengambilan Data Dari Puskesmas
Mauk
Lampiran III : Lembar Informed Consent
Lampiran IV : Birth Plan
Lampiran V : Partograf
Lampiran VI : Biodata Mahasiswa
Lampiran VII : Kunjungan ANC
Lampiran VIII : Komplementer Pijat Efflurege
Lampiran IX : Senam Gym Ball
Lampiran X : INC
Lampiran XI : Konsultasi KIAB
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Continuity of Care (COC) /Manajemen asuhan kebidanan berkesinambungan

merupakan pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan yang terus menerus antara

seorang wanita dan bidan. Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan tenaga profesional

kesehatan, pelayanan kebidanan dilakukan mulai prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua

trimester, kelahiran dan melahirkan sampai 6 minggu pertama postpartum (Legawati, 2018).

Menurut Sugeng (2015) Asuhan kebidanan komperehensif merupakan suatu

pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium dan

konseling. Asuhan kebidanan komperehensif mencakup lima kegiatan pemeriksaan yang

berkesinambungan diantaranya adalah asuhan kebidanan kehamilan (Ante Natal Care),

Asuhan kebidanan persalinan (Intra Natal Care), asuhan kebidanan masa nifas (Post Natal

Care), asuhan kebidanan bayi baru lahir (Neonatal Care) dan asuhan kebidanan pada

akseptor KB (Continuity Care) (Pitri Yunita, 2022).

Menurut laporan World Health Organization (WHO), penyebab langsung kematian

ibu terjadi saat dan pasca-melahirkan. 75 persen kasus kematian ibu diakibatkan oleh

perdarahan, infeksi, atau tekanan darah tinggi saat kehamilan (Andini Ayu, 2020)

Menurut WHO (2019) dalam Kemenkes RI, 2019 Angka Kematian Ibu (maternal

mortality rate) merupakan jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan, dan

pasca persalinan yang dijadikan indikator derajat kesehatan perempuan. Angka Kematian Ibu

(AKI) merupakan salah satu target global Sustainable Development Goals (SDGs) dalam

menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun

2030. Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini masih jauh dari target Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) yakni 70 per 100.000 angka kematian

ibu di dunia yaitu 172.000 jiwa dan angka kematian ibu Indonesia yaitu 210 per 100.000

kelahiran hidup. Menurut data WHO secara global bahwa penyebab terbesar kematian ibu

adalah kondisi sebelumnya (pre-existing) 28%, perdarahan 27 %, preeklamsia 14%, infeksi

11%, partus lama 9% dan komplikasi abortus 8%, dan gangguan pembekuan 3%. Angka

Kematian ibu (AKI) yang di himpun dari pencatatan program kesehatan keluarga di

Kementerian Kesehatan tahun 2020 menunjukkan 4.627 kematian di Indonesia. Jumlah ini

menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2019 sebesar 4.221 kematian (Profil

Kemenkes RI, 2020). Menurut WHO (2019) Angka Kematian Ibu (AKI) didunia yaitu

sebanyak 303.000 jiwa. Angka Kematian Ibu (AKI) di ASEAN yaitu sebesar 235 per 100.000

kelahiran hidup (ASEAN Secretariat, 2020). Menurut Data Survey Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia meningkat dari 228 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 2002-2007 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun

2007-2012. Angka Kematian Ibu (AKI) mengalami penurunan pada tahun 2012-2015

menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup dan jumlah kematian ibu di Indonesia pada tahun

2019 yaitu sebanyak 4.221 kasus (Nugrahaeni Intan Wahyu, IWN 2021).

Wakil Menteri Kesehatan dr. Dante Saksono Harbuwono mengatakan, Indonesia

secara agresif menargetkan penurunan angka Kematian Ibu menjadi 70 kematian per 100 ribu

kelahiran hidup pada tahun 2030. Sementara berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN), Indonesia ditargetkan menekan Angka Kematian Ibu menjadi

183 kematian per 100 ribu kelahiran hidup di tahun 2024. Saat ini proporsi Kematian Ibu

kurang Lebih 305 kematian per 100 ribu kelahiran hidup. Dimana kematian terbesar terjadi di

rumah sakit sekitar 77%. Ibu tidak dapat diselamatkan salah satunya karena ibu yang

dirujukan ke rumah sakit sudah dalam kondisi komplikasi yang berat. Ini terjadi karena

identifikasi dan pemeriksaan pada saat hamil belum maksimal dan harus diperkuat. Dengan
pemeriksaan dokter ini, akan terjadi kolaborasi dengan bidan dan dokter spesialis kebidanan.

Nantinya akan terlihat dan terdeteksi pada saat hamil apabila ada kelainan dan risiko

komplikasi persalinan yang mungkin terjadi (Kemenkes RI, 2021).

Menurut profil kesehatan Banten Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko

yang dihadapi ibu-ibu selamakehamilan sampai dengan paska persalinan yang dipengaruhi

oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang

kehamilan,kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan

penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri.

Tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan

fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah. Jumlah

kasus kematian ibu di Provinsi Banten pada tahun 2017 sebanyak 226 kasus, Tahun 2018

sebanyak 135 Kasus dan Tahun 2019 215 kasus. Kabupaten/kota dengan kasus kematian ibu

tertinggi Tahun 2019 adalah Kabupaten Serang yaitu 66 kasus, diikuti Kabupaten Lebak 38

kasus, dan Pandeglang 34 kasus. Kabupaten/kota dengan kasus kematian ibu terendah adalah

Kota Tangerang yaitu 6 kasus, diikuti Kota Tangerang Selatan 10 kasus, dan Kota Tangerang

Selatan 11 kasus.

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per

1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat

permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi,

tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB,

serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah tinggi, berarti

status kesehatan di wilayah tersebut rendah. kabupaten/kota dengan Angka Kematian Bayi

tertinggi 2019 adalah Kabupaten Serang 273 Bayi. Kabupaten/kota dengan Angka Kematian

Bayi paling rendah adalah Kota Cilegon 20 Bayi (Profil Kesehatan Banten, 2020).
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tangerang mencatat kasus kematian ibu dan

angka kematian bayi saat persalinan masih tinggi. Sepanjang 2018 tercatat ada 44 kasus

Angka Kematian Ibu (AKI) dan 247 kasus Angka Kematian Bayi (AKB). beberapa faktor

menjadi penyebab adanya angka ke matian ibu dan bayi di Kabupaten Tangerang. Salah

satunya dipengaruhi penyakit penyerta. Seperti jantung, demam berdarah, TB (tubercullosis),

asma dan beberapa penyakit lainnya. Faktor lainnya, juga dipengaruhi gagal napas. Hal ini

yang membuat bayi yang dilahirkan tak bisa diselematkan. Desiriana menyangkal, jika angka

kematian ibu dan bayi di Kabupaten Tangerang itu dipengaruhi faktor tenaga atau pun

peralatan medis yang kurang mumpuni. Termasuk masih adanya kemungkinan ibu hamil

melakukan persalinan ke dukun-dukun (Dinkes Kabupaten Tangerang 2019)

Jumlah kematian ibu di Kabupaten Tangerang pada tahun 2018 adalah sebanyak 44

kasus dan terjadi kenaikan 1 kasus dibandingkan pada tahun 2017, Pada tahun 2018 penyebab

kematian ibu terbanyak adalah Preeklamsia dan Eklamsia. hal ini bergeser dari tahun 2017

dimana penyebab kematian ibu terbanyak adalah karena Perdarahan, hal ini terjadi karena

kejadian PEB/Eklamsia sulit untuk di diagnosa (eklamsia atipikal), sehingga kejadian yang

tidak diinginkan sering terjadi. Seluruh kasus kematian ibu (44 kasus) sudah dilakukan Audit

Maternal Perinatal (AMP) ditingkat kabupaten oleh tim AMP Kabupaten Tangerang sebagai

pembelajaran untuk mencegah kematian serupa di masa yang akan datang.

Jumlah kematian bayi di Kabupaten Tangerang pada tahun 2018 adalah sebanyak 247

kasus Penyebab terbanyak kematian Bayi pada tahun 2018 adalah Berat Bayi Lahir Rendah

(BBLR) dan urutan kedua adalah asfiksia, kondisi ini sama dengan di tahun 2017, hal ini

disebabkan karena banyaknya kasus ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kalori (KEK), ibu

hamil dengan anemia serta komplikasi Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) dan Pre

Eklampsi Berat (PEB) pada ibu hamil (Dinkes Kabupaten Tangerang 2018).
Berdasarkan data dari Puskesmas Mauk Pada Tahun 2021 Cakupan kunjungan ibu

hamil 1610 orang ibu hamil yang melakukan ANC, Cakupan pertolongan persalinan (Pn)

1536 orang, Cakupan kunjungan nifas sebanyak 1536 orang, Cakupan kunjungan Neonatus

sebanyak 1536. Tidak Mengalami penurunan pada tahun 2022 cakupan kunjungan ibu hamil

1610 orang, cakupan pertolongan persalinan (Pn) 1536 orang, cakupan kunjungan nifas

sebanyak 1536 orang, cakupan kunjungan Neonatus sebanyak 1536. (Puskesmas Mauk,

2022)

Berdasarkan uraian diatas, meskipun telah banyak pencapaian target dalam menaikkan

kesehatan ibu dan anak, akan tetapi pelayanan pencapaian tersebut harus permanen,

dipertahankan dan ditingkatkan maka berdasarkan uraian diatas peneliti ingin melakukan

asuhan kebidanan komperhensif dan menuangkannya dalam bentuk laporan sebagai

dokumentasi dan dapat menjadi referensi bagi pembaca.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka pertanyaan yang diajukan dalam

penelitian adalah “Bagaimana gambaran asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.R

di PMB Bidan Badriah Puskesmas Mauk?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk memberikan asuhan kebidanan dengan metode pendekatan manajemen

kebidanan dan pendokumentasian dengan metode SOAP.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mampu memberikan asuhan kebidanan kehamilan pada ibu NY “R” di PMB

Bidan Badriah di Puskesmas Mauk Tahun 2021


b. Mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin NY “R” di PMB

Bidan Badriah Puskesmas Mauk Tahun 2021

c. Mampu memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir NY “R” di PMB

Bidan Badriah di Puskesmas Mauk Tahun 2021.

d. Mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas NY “R” di PMB Bidan

Badriah Puskesmas Mauk Tahun 2021

e. Mampu melakukan Pendokumentasian asuhan kebidanan dengan menggunakan

SOAP Pada NY “R” di PMB Bidan Badriah di Puskesmas Mauk Tahun 2021

1.4. Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Menambah keluasan ilmu terapan kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan

pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir.

1.4.2 Bagi Mahasiswa Kesehatan Universitas Nasional khususnya untuk penulis

selanjutnya

Diharapkan hasil amnajemen asuhan kebidanan berkesinambungan ini dapat

digunakan sebagai tambahan referensi bagi mahasiswa dalam meningkatkan proses

pembelajaran dan data dasar untuk manajemen asuhan kebidanan

berkesinambungan/komprehensif selanjutnya.

1.4.3 Manfaat Bagi Klien / Ny.R

Diharapkan klien mengenal deteksi dini adanya ketidak normalan komplikasi yang

mungkin terjadi selama kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir sehingga

didapatkan ibu dan anak yang sehat


1.4.4 Manfaat Bagi Penulis

Memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan dan Menyusun

manajemen asuhan kebidanan berkesinambungan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu

nifas dan bayi baru lahir.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Antenatal Care (Kehamilan)


2.1.1 Pengertian
Pelayanan kesehatan masa hamil yang disebut juga dengan pelayanan antenatal

(ANC) terpadu adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak

terjadinya masa konsepsi hingga sebelum mulainya proses persalinan yang komprehensif dan

berkualitas (Kemenkes, 2021).

2.1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum

Semua ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang komprehensif dan

berkualitas sehingga ibu hamil dapat menjalani kehamilan dan persalinan dengan

pengalaman yang bersifat positif serta melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas.

Pengalaman yang bersifat positif adalah pengalaman yang menyenangkan dan

memberikan nilai tambah yang bermanfaat bagi ibu hamil dalam menjalankan

perannya sebagai perempuan, istri dan ibu (Kemenkes, 2020).

2. Tujuan Khusus

a. Terlaksananya pelayanan antenatal terpadu, termasuk konseling, dan gizi ibu

hamil, konseling KB dan pemberian ASI.

b. Terlaksananya dukungan emosi dan psikososial sesuai dengan keadaan ibu hamil

pada setiap kontak dengan tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi

klinis/kebidanan dan interpersonal yang baik.

c. Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal terpadu minimal 6 kali selama

masa kehamilan.
d. Terlaksananya pemantauan tumbuh kembang janin.

e. Deteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang diderita ibu hamil.

f. Dilaksanakannya tatalaksana terhadap kelainan/penyakit/gangguan pada ibu hamil

sedini mungkin atau rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan

sistem rujukan yang ada (Kemenkes, 2020).

2.1.3 Jadwal Pemeriksaan Antenatal Care (ANC)


Menurut Kemenkes (2021), pelayanan kesehatan masa hamil dilakukan paling sedikit

6 kali selama masa kehamilan meliputi:

1. Satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu)

2. Dua kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-28 minggu)

3. Tiga kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 28-40 minggu)

Kunjungan ANC :

1. Kunjungan Pertama (K1)

K1 merupakan kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang memiliki

kompetensi klinis/kebidanan dan interpersonal yang baik, untuk mendapatkan pelayanan

terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak pertama harus dilakukan sedini

mungkin pada trimester pertama, sebaiknya sebelum minggu ke 8. Kontak pertama dapat

dibagi menjadi K1 murni dan K1 akses.

K1 murni adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan pada kurun

waktu trimester I kehamilan, sedangkan K1 akses adalah kontak pertama ibu hamil

dengan tenaga kesehatan pada usia kehamilan berapa pun. Ibu hamil seharusnya

melakukan K1 murni, sehingga apabila terdapat komplikasi atau faktor risiko dapat

ditemukan dan ditangani sedini mungkin

2. Kunjungan Keempat (K4)

K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi

klinis/kebidanan untuk mendapatkan pelayanan antenatal terpadu dan komprehensif


sesuai standar selama kehamilannya minimal 4 kali dengan distribusi waktu 1 kali pada

trimester pertama (0-12 minggu), 1 kali pada trimester kedua (>12minggu - 24 minggu),

dan 2 kali pada trimester ketiga (>24 minggu sampai dengan kelahiran). Kunjungan

antenatal bisa lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan (jika ada keluhan, penyakit atau

gangguan kehamilan.

3. Kujungan Keenam (K6)

K6 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi

klinis/kebidanan untuk mendapatkan pelayanan antenatal terpadu dan komprehensif

sesuai standar selama kehamilannya minimal 6 kali selama kehamilannya dengan

distribusi waktu 2 kali pada trimester I (0-12 minggu), 1 kali pada trimester II

(>12minggu-24 minggu), dan 3 kali pada trimester III (>24 minggu sampai dengan

kelahiran), dimana minimal 2 kali ibu hamil harus kontak dengan dokter (1 kali di

trimester I dan 1 kali di trimester III). Kunjungan antenatal bisa lebih dari 6 kali sesuai

kebutuhan dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan. Jika kehamilan

sudah mencapai 40 minggu, maka harus dirujuk untuk diputuskan terminasi

kehamilannya.

Pada setiap kali kunjungan antenatal tersebut perlu didapatkan informasi yang sangat

penting, yaitu :

1. Pada kunjungan trimester pertama

a. Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dengan ibu hamil.

b. Mendeteksi masalah dan menanganinya.

c. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat

besi, penggunaan praktik tradisional yang merugikan.

d. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.

2. Pada kunjungan trimester kedua


a. Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dengan ibu hamil.

b. Mendeteksi masalah dan menanganinya.

c. Melakukan tindakan pencegahan, seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat

besi, penggunaan praktik tradisional yang merugikan.

d. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi,

mendorong perilaku yang sehat.

e. Kewaspadaan khusus pada trimester kedua.

3. Pada kunjungan trimester ketiga

a. Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dengan ibu hamil.

b. Mendeteksi masalah dan menanganinya.

c. Melakukan tindakan pencegahan, seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat

besi, penggunaan praktik tradisional yang merugikan.

d. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi,

mendorong perilaku sehat.

e. Kewaspadaan khusus pada trimester ketiga.

f. Palpasi abdominal untuk mengetahui apakah kehamilan ganda, mendeteksi letak

janin yang tidak normal atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di Rumah

Sakit.

2.1.4 Standar Minimal Antenatal Care


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2021, standar pelayanan

antenatal meliputi 10T, yaitu:

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.

Pertambahan berat badan ibu hamil selama masa kehamilan dari awal hingga akhir

kehamilan bertambah ± 12,5 kg. Pertambahan tersebut diharapkan pada trimester I

adalah 2-4 kg, pada trimester II 0,4 kg per minggu dan trimester III 0,5 kg per minggu

(Shiddiq & Lipoeto, 2015).


Tabel 2.1. Peningkatan Berat Badan Selama Kehamilan yang Direkomendasikan Sesuai
IMT

IMT Pra Hamil Kenaikan BB Total Laju kenaikan BB Pada Trimester


(kg/m2 ) Selama Kehamilan (kg) III (rentang rerata kg/minggu)
Gizi Kurang/ KEK 12.71 - 18.16 0.45 (0.45 - 0.59)
(<18.5)
Normal (18.5 - 24.9) 11.35 - 15.89 0.45 (0.36 - 0.45)
Kelebihan BB (25.0- 6.81 - 11.35 0.27 (0.23 - 0.32)
29.9)
Obesitas (≥30.0) 4.99 - 9.08 0.23 (0.18 - 0.27)
Sumber : Kemenkes, 2020.

Anjuran total penambahan berat badan selama kehamilan didasarkan pada status

gizi ibu sebelum hamil yang diukur menggunakan indeks massa tubuh (IMT). Berikut

anjuran total penambahan berat badan selama kehamilan (kg) berdasarkan IMT sebelum

hamil :

Tabel 2.2. Kenaikan BB Berdasarkan IMT

IMT Sebelum Hamil Total Penambahan Berat Badan (Kg)

BB Kurang (<18,5 kg/m2) 12,5-18

Normal (18,5 – 24,9 kg/m2) 11,5-16

BB Berlebih (25–29,9 kg/m2) 7-11,5

Obesitas (≥30 kg/m2) 5-9


Sumber : Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, 2016.

Pengukuran tinggi badan dilakukan saat kunjungan pertama kehamilan.

Pemeriksaan bertujuan untuk mendeteksi dini risiko pada ibu hamil. Pada wanita hamil

yang memiliki tinggi badan kurang dari 145 cm memiliki risiko mengalami CPD

(Cephalo Pelvic Disproportion) atau panggul yang cenderung sempit sehingga kepala

bayi tidak dapat lewat (Kemenkes, 2021).

2. Ukur tekanan darah.

Ukur tekanan darah rutin dilakukan ibu hamil saat kunjungan antenatal yang bertujuan

untuk mendeteksi adanya hipertensi. Tekanan darah ibu hamil dikatakan tinggi apabila

tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg dan diastolik > 15 mmHg dari tekanan darah
sebelumnya. Nilai normal tekanan darah sistolik yaitu 110-120 mmHg dan diastolik 70-

90 mmHg (Simanullang, 2017).

3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/LILA).

LILA merupakan salah satu parameter penentuan status gizi ibu hamil dimana asupan

energi dan protein yang tidak mencukupi pada ibu hamil dapat menyebabkan KEK

(Kekurangan Energi Kronik). KEK merupakan keadaan yang disebabkan

ketidakseimbangan asupan gizi antara energi dan protein, sehingga zat gizi yang

dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Wanita hamil berisiko mengalami KEK jika memiliki

LILA < 23,5 cm (Alfarisi et al., 2019).

4. Ukur tinggi puncak rahim (fundus uteri).

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

Penentuan presentasi janin dapat dilakukan pada akhir trimester II dan dilanjutkan

setelahnya setiap ibu melakukan kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini bertujuan untuk

mengetahui letak janin. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan dilanjutkan

setiap kali melakukan pemeriksaan. Normal DJJ adalah 120-160 kali/menit.

6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus difteri (Td) bila

diperlukan.

7. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama masa kehamilan.

Ibu hamil rentan menderita anemia karena adanya peningkatan volume darah selama

kehamilan untuk pembentukan plasenta, janin dan cadangan zat besi dalam ASI. Kadar

Hb pada ibu hamil menurun pada trimester I dan terendah pada trimester II, selanjutnya

meningkat kembali pada trimester III. Penurunan kadar Hb pada ibu hamil yang

menderita anemia sedang dan berat akan mengakibatkan peningkatan risiko persalinan,

peningkatan kematian anak dan infeksi penyakit. Upaya pencegahan anemia gizi besi
pada ibu hamil dilakukan dengan memberikan 1 tablet setiap hari selama kehamilan

minimal 90 tablet, dimulai sedini mungkin dan dilanjutkan sampai masa nifas.

8. Tes laboratorium antara lain tes kehamilan, kadar hemoglobin darah, golongan darah, tes

triple eliminasi (HIV, Sifilis dan Hepatitis B), malaria pada daerah endemis. Tes lainnya

dapat dilakukan sesuai indikasi seperti gluko-protein urin, gula darah sewaktu, sputum

Basil Tahan Asam (BTA), kusta, malaria daerah non endemis, pemeriksaan feses untuk

kecacingan, pemeriksaan darah lengkap untuk deteksi dini talasemia dan pemeriksaan

lainnya.

9. Tatalaksana/penanganan kasus sesuai kewenangan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan, ditemukan bahwa ibu hamil harus

diberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhannya.

10. Temu wicara (konseling) dan penilaian kesehatan jiwa.

Informasi yang disampaikan saat konseling minimal meliputi hasil pemeriksaan,

perawatan sesuai usia kehamilan dan usia ibu, gizi ibu hamil, kesiapan mental,

mengenali tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas, persiapan persalinan,

kontrasepsi pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir, inisiasi menyusu dini dan ASI

eksklusif.

2.1.5 Perubahan Fisiologis dan Psikologis Kehamilan Trimester III


1. Perubahan Fisiologis

a. Uterus

Ukuran uterus pada kehamilan cukup bulan adalah 30x25x20 cm dengan kapasitas

lebih dari 4000 cc. Berat uterus naik dari 30 gr menjadi 1.000 gr pada akhir

kehamilan.(Hatijar et al., 2020).


Tabel 2.3. Kesesuaian Usia Kehamilan Dengan TFU
Umur TFU Palpasi Abdomen TFU Mc.
Kehamilan Donald
4 minggu Sebesar telur ayam -
8 minggu Sebesar telur angsa -
12 minggu 1-2 di atas simfisis pubis -
16 minggu Pertengahan antara simfisis pubis-pusat -
20 minggu 3 jari di bawah pusat 20-22 cm
24 minggu Setinggi pusat 24-25 cm
28 minggu 3 jari di atas pusat 26,7 cm
32 minggu Pertengahan prosessus xifoidus-pusat 29,5-30 cm
36 minggu Sampai arkus kostarum atau 3 jari di 32 cm
bawah px
40 minggu Pertengahan px-pusat 37,7 cm
Sumber : Betty R.S, 1998 dalam Simatupang eta al., 2018.

Gambar 2.1. TFU Berdasarkan Palpasi Leopold dan Mc. Donald


(Kemenkes, 2013)

b. Serviks Uteri

Vaskularisasi ke serviks meningkat selama kehamilan sehingga serviks menjadi

lunak dan berwarna biru. Perubahan serviks terutama terdiri atas jaringan fibrosa.

Glandula servikalis mensekresikan lebih banyak plak mucus yang akan menutupi

kanalis servikalis dan untuk memperkecil risiko infeksi genital yang meluas

menjelang akhir kehamilan kadar hormon relaksin memberikan pengaruh


perlunakan kandungan kolagen pada serviks. Dalam persiapan persalinan,

estrogen dan hormon plasenta relaksin membuat serviks lebih lunak dan mucus

serviks merupakan salah satu tanda awal persalinan (Dartiwen & Nurhayati,

2019).

c. Vagina dan Vulva

Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah

dan agak kebiruan (livide) yang dikenal dengan tanda chadwick. Vagina membiru

karena pelebaran pembuluh darah, pH 3,5-6 merupakan akibat meningkatnya

produksi asam laktat karena kerja laktobaci acidophilus, keputihan, selaput lendir

vagina mengalami edematous, hypertrophy, lebih sensitif meningkat seksual

terutama trimester III, warna kebiruan ini disebabkan oleh dilatasi vena yang

terjadi akibat kerja hormon progesteron (Dartiwen & Nurhayati, 2019).

d. Ovarium

Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi produksi progesteron dan estrogen dilakukan

oleh plasenta. Selama kehamilan ovarium tenang/ beristirahat, tidak terjadi

pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi dan tidak terjadi

siklus hormonal menstruasi (Tyastuti & Wahyuningsih, 2016).

e. Payudara

Pada ibu hamil trimester III terkadang keluar rembesan cairan berwarna

kekuningan dari payudara ibu yang disebut dengan kolostrum. Hal ini terjadi

akibat pengaruh hormon estrogen yang memicu perkembangan duktus (saluran)

air susu pada payudara dan hormon progesteron menambah sel-sel asinus pada

payudara, selain itu menyebabkan puting menjadi lebih menonjol dan dapat

digerakkan. Hal ini tidak berbahaya dan menandakan bahwa payudara sedang

menyiapkan ASI untuk menyusui bayinya (Hutahaean, 2013).


f. Sistem Endokrin

Sistem endokrin yang esensial pada kehamilan terjadi untuk mempertahankan

kehamilan dan pertumbuhan normal janin. Sistem endokrin mengalami perubahan

pada hormon estrogen, progesteron, oksitosin dan prolaktin. Hormon prolaktin

dan oksitosin yang berperan sebagai perangsang produksi ASI pada saat

kehamilan aterm sampai masa menyusui mengalami peningkatan sedangkan

kelenjar adrenalin pada kehamilan normal akan menurun (Prawirohardjo, 2014).

g. Sistem Kekebalan

Respon imun pada ibu hamil mengalami penurunan disebabkan pengaruh hormon

Human Chorionic Gonadotropin (HCG). Selain itu kadar Immunoglobulin G

(IgG), Immunoglobulin A (IgA) dan Immunoglobulin M (IgM) serum menurun

mulai dari minggu ke 10 kehamilan hingga mencapai kadar terendah pada minggu

ke 30 dan tetap berada pada kadar ini hingga aterm (Hatijar et al., 2020).

h. Sistem Respirasi

Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respons terhadap percepatan laju

metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan payudara.

Peningkatan pernapasan yang berhubungan dengan frekuensi napas normal

menyebabkan peningkatan volume napas 1 menit sekitar 26% yang disebut

hiperventilasi kehamilan menyebabkan konsentrasi karbondioksida di alveoli

menurun. Di samping itu terjadi desakan rahim yang membesar pada umur

kehamilan 32 minggu sebagai kompensasi terjadi desakan rahim dan kebutuhan

oksigen yang meningkat. Karena adanya penurunan tekanan CO2 seorang wanita

hamil sering mengeluhkan sesak napas sehingga meningkatkan usaha bernapas.

Pada 32 minggu ke atas, usus-usus tertekan uterus yang membesar ke arah


diafragma sehingga diafragma kurang leluasa bergerak mengakibatkan wanita

hamil kesulitan bernapas (Dartiwen & Nurhayati, 2019).

i. Sistem Perkemihan

Ketidakmampuan mengendalikan aliran urin akibat desakan yang ditimbulkan

oleh peningkatan tekanan intra abdomen dapat terjadi menjelang akhir kehamilan.

Bila kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul (PAP), keluhan sering kencing

akan timbul karena kandung kemih mulai tertekan (Dartiwen & Nurhayati, 2019).

j. Sistem Pencernaan

Pada akhir kehamilan nafsu makan ibu hamil akan meningkat dan sekresi usus

berkurang. Usus besar bergeser ke arah lateral atas dan posterior, sehingga

aktivitas peristaltik menurun yang mengakibatkan bising usus menghilang dan

konstipasi umumnya akan terjadi (Hatijar et al., 2020).

k. Sistem Muskuluskeletal

Estrogen dan relaksasi memberi efek maksimal pada relaksasi otot dan ligamen

pelvik pada akhir kehamilan. Relaksasi ini digunakan oleh pelvis untuk

meningkatkan kemampuannya dalam menguatkan posisi janin di akhir kehamilan

dan saat kelahiran. Ligamen pada simfisis pubis dan sakroiliaka akan menghilang

karena berelaksasi sebagai efek dari estrogen. Lemahnya dan membesarnya

jaringan menyebabkan terjadinya hidrasi pada trimester akhir. Simfisis pubis

melebar hingga 4 mm pada usia gestasi 32 minggu dan sakrokoksigeus tidak

teraba, diikuti terabanya koksigeus sebagai pengganti bagian belakang (Hatijar et

al., 2020).

l. Sirkulasi Darah

Haemodilusi adalah penambahan volume darah sekitar 25% dengan puncak pada

usia kehamilan 32 minggu, sedangkan haematokrit mencapai level terendah pada


minggu 30-32 karena setelah 34 minggu masa Red Blood Cell (RBC) terus

meningkat (Hutahaean, 2013).

m. Sistem Persarafan

Pada ibu hamil akan ditemukan rasa sering kesemutan atau acroestesia pada

ekstremitas disebabkan postur tubuh ibu yang membungkung. Edema pada

trimester III menekan saraf perifer bawah ligamen carpal pergelangan tangan

menimbulkan carpal turner syndrom yang ditandai dengan nyeri pada tangan

yang menyebar ke siku (Hatijar et al., 2020).

2. Perubahan Psikologis

Menurut Dartiwen & Nurhayati (2019) trimester III sering disebut periode

menunggu dan waspada. Pada sat ini ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya

serta selalu menunggu tanda-tanda persalinan. Pada trimester III biasanya ibu mersa

khawatir atau takut akan kehidupan dirinya maupun bayinya. Ketakutan tersebut

seperti kekhawatiran adanya kelainan pada sang jabang bayi, kemudian nyeri

persalinan yang akan dilalui serta ketidakpastian waktu melahirkan. Ketidaknyamanan

pada trimester ini terus meningkat. Disaat inilah ibu memerlukan ketenangan,

dukungan dari suami, bidan dan keluarganya.

Berikut ini beberapa cara untuk menyiasati perubahan psikologi selama masa

kehamian menurut Aprilia (2019) , yaitu :

a. Perbanyak pengetahuan tentang kehamilan dan perubahan-perubahan yang terjadi

agar merasa lebih siap.

b. Lakukan kontrol kehamilan secara teratur.

c. Jaga komunikasi dengan pasangan.

d. Lakukan relaksasi.
2.1.6 Tanda-Tanda Bahaya/Komplikasi Pada Ibu Hamil Trimester III
1. Perdarahan Pervaginam

Perdarahan antepartum atau haemorrhagia antepartum (HAP) adalah

perdarahan dari jalan lahir dengan batas perdarahannya terjadi setelah usia kehamilan

22 minggu.

a. Plasenta Previa

Plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga

menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Faktor-faktor yang

meningkatkan kejadian plasenta previa diantaranya usia muda dan paritas. Ada 3

klasifikasi plasenta previa, yaitu :

1) Plasenta previa totalis (sentralis) : plasenta menutupi seluruh ostium uteri

internum.

2) Plasenta previa parsialis (lateralis) : plasenta menutupi sebagian dari ostium

uteri internum.

3) Plasenta previa letak rendah (marginalis) : sebagian kecil atau hanya pinggir

ostium yang ditutupi oleh plasenta.

Tanda-tanda jika terdapat plasenta previa adalah perdarahan yang terjadi tanpa

rasa sakit pada saat tidur maupun sedang melakukan aktivitas, mekanisme

perdarahan karena pembentukan segmen bawah rahim menjelang kehamilan

aterm sehingga plasenta lepas dari implantasi dan menimbulkan perdarahan,

bentuk perdarahan dapat sedikit atau banyak menimbulkan penyulit pada janin

maupun ibu, dapat menimbulkan anemia sampai syok pada ibu dan asfiksia

sampai kematian pada janin (Dartiwen & Nurhayati, 2019).

b. Solusio Plasenta

Adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan implantasi normal pada

kehamilan lebih dari 28 minggu. Tanda jika terjadi solusio plasenta adalah keluar
perdarahan pada vagina yang berwarna kehitaman, perut terasa tegang,

pergerakan janin berkurang, sakit di bagian perut dan palpasi bagian janin sulit

diraba (Fitriani et al., 2021).

2. Sakit Kepala Hebat, Penglihatan Kabur, serta Bengkak di Wajah dan Tangan
Sakit kepala yang menunjukkan masalah serius adalah sakit kepala yang hebat

dan menetap (tidak hilang) dengan beristirahat. Sakit kepala yang hebat biasanya akan

diikuti dengan penglihatan kabur adalah gejala dari preeklamsia. Bengkak pada wajah

dan tangan yang tidak hilang setelah beristirahat juga merupakan salah satu pertanda

dari gejala preeklamsia (Fitriani et al., 2021).

3. Nyeri Perut Hebat

Pada kehamilan lanjut, jika ibu merasakan nyeri yang hebat, menetap dan

tidak hilang setelah beristirahat, disertai dengan tanda-tanda perdarahan lewat jalan

lahir dan syok yang membuat keadaan umum ibu memburuk maka harus diwaspadai

kemungkinan terjadinya solusio plasenta (Fitriani et al., 2021).

4. Gerakan Janin Tidak Terasa

Gerakan janin yang normal adalah 10 kali dalam 24 jam. Jika gerakan janin

kurang dari 10 kali maka harus diwaspadai kemungkinan terjadinya gawat janin

(Fitriani et al., 2021).

2.1.7 Ketidaknyamanan Dalam Kehamilan dan Penanganannya

Tabel 2.4. Ketidaknyamanan Pada Kehamilan Trimester III

No Ketidaknyamanan Cara Mengatasi


1. Sering buang air a. Ibu hamil tidak disarankan untuk minum saat 2-3
kecil jam sebelum tidur.
b. Kosongkan kandung kemih sesaat sebelum tidur.
c. Agar kebutuhan air pada ibu hamil tetap terpenuhi,
sebaiknya minum lebih banyak pada siang hari.
2. Pegal-pegal a. Sempatkan untuk berolahraga.
b. Senam hamil.
c. Mengkonsumsi susu dan makanan yang kaya
kalsium.
d. Jangan berdiri/duduk/jongkok terlalu lama.
e. Anjurkan istirahat tiap 30 menit.
3. Hemoroid a. Hindari konstipasi.
b. Makan-makanan yang berserat dan banyak minum.
c. Gunakan kompres es atau air hangat.
d. Bila mungkin gunakan jari untuk memasukan
kembali hemoroid ke dalam anus dengan pelan-
pelan.
e. Bersihkan anus dengan hati-hati sesudah defekasi.
f. Usahakan BAB dengan teratur.
g. Ajarkan ibu dengan posisi knee chest 15 menit/hari.
h. Senam kegel untuk menguatkan perineum dan
mencegah hemoroid.
i. Konsul ke dokter sebelum menggunakan obat
hemoroid.
4. Kram dan nyeri pada a. Lemaskan bagian yang kram dengan cara mengurut.
kaki b. Pada saat bangun tidur, jari kaki ditegakkan sejajar
dengan tumit untuk mencegah kram mendadak.
c. Meningkatkan asupan kalsium.
d. Meningkatkan asupan air putih.
e. Melakukan senam ringan.
5. Gangguan a. Istirahat cukup.
pernapasan b. Latihan nafas melalui senam hamil.
c. Makan tidak terlalu banyak.
d. Konsultasi dengan dokter apabila ada kelainan
asma.
6. Odema a. Meningkatkan periode istirahat dan berbaring
dengan posisi miring kiri.
b. Meninggikan kaki bila duduk.
c. Meningkatkan asupan protein.
d. Menganjurkan untuk minum 6-8 gelas cairan sehari
untuk membantu diuresis natural.
e. Menganjurkan pada ibu untuk cukup berolahraga.
7. Perubahan libido a. Informasikan pada pasangan bahwa masalah ini
normal dan dipengaruhi oleh hormon estrogen dan
kondisi psikologis.
b. Menjelaskan pada ibu dan suami untuk mengurangi
hubungan seksual selama masa kritis.
c. Menjelaskan pada keluarga perlu pendekatan
dengan memberikan kasih sayang pada ibu.
Sumber : Dartiwen & Nurhayati, 2019.

2.1.8 Stretching Tubuh


1. Pengertian
Stretching atau peregangan adalah serangkaian gerakan untuk melatih

fleksibilitas anggota badan seperti punggung, kaki dan tangan. Peregangan dilakukan

untuk melemaskan otot-otot tubuh (Handayani, 2021).

Stretching berguna untuk mengembalikan fleksibilitas otot setelah tubuh

melakukan kegiatan berulang atau tidak melakukan gerakan sama sekali dalam

rentang beberapa waktu. Stretching dapat dilakukan secara statis maupun dinamis :

a. Stretching secara statis berfokus menahan otot hingga berkontraksi mendekati


batasan jangkauannya selama 10-20 detik dan lebih efektif dalam relaksasi otot.
b. Stretching dinamis berfokus pada peregangan otot dengan gerakan berulang tanpa
menahannya untuk berkontraksi dan membantu fleksibilitas otot dalam
melakukan gerakan.
2. Gerakan Stretching
Gerakan stretching yang baik dilakukan oleh ibu hamil, antara lain :
a. Shoulder Strech
1) Melenturkan dan memanjangkan otot bahu dan punggung atas.
2) Merilekskan otot paha dan memanjangkan tulang punggung.

Gambar 2.2. Gerakan Shoulder Strech


(Handayani., 2021)

b. Child Pose
1) Meringankan sakit punggung.
2) Membuat tubuh menjadi rileks.
3) Membuka pinggul atau pangkal paha
Gambar 2.3. Gerakan Child Pose
(Handayani., 2021)

c. Hip Squeeze
1) Mengurangi rasa nyeri pada panggul.
2) Mengurangi nyeri persalinan.

Gambar 2.4. Gerakan Hip Squeeze


(Handayani., 2021)

d. Pigeon
Mengurangi kram pada betis dan kaki.

Gambar 2.5. Gerakan Pigeon


(Handayani., 2021)

e. Cat and Cow


1) Menguatkan panggul.
2) Dapat membantu merotasi kepala bayi masuk ke dalam panggul.
Gambar 2.6. Gerakan Cat and Cow
(Handayani., 2021)

2.1.9 Senam Hamil


1. Pengertian Senam Hamil

Senam hamil merupakan latihan fisik berupa gerakan-gerakan tertentu yang

dilakukan khusus untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil. Senam hamil merupakan

bentuk latihan untuk memperkuat dan juga mempertahankan kelenturan dari dinding

perut, otot-otot dasar panggul yang nantinya akan mempermudah proses persalinan.

Senam hamil merupakan bagian dari salah satu kegiatan dalam kelas antenatal (Fasiha

et al., 2022).

Senam hamil adalah suatu latihan gerak yang diberikan pada ibu hamil,

dimana dapat dilakukan mulai pada usia kehamilan 24 minggu dan dilakukan secara

teratur yaitu 1 kali dalam seminggu untuk mempersiapkan secara fisik dan mental

agar proses persalinan dapat berlangsung normal (Fasiha et al., 2022).

2. Tujuan Senam Hamil

Senam hamil dilakukan untuk mempersiapkan dan melatih otot-otot sehingga

dimanfaatkan untuk berfungsi secara optimal dalam persalinan, antara lain :

a. Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, ligamen-

ligamen, otot dasar panggul yang berhubungan dengan proses persalinan.

b. Membentuk sikap tubuh. Sikap tubuh yang baik selama kehamilan dan bersalin

dapat mengatasi keluhan-keluhan umum pada wanita hamil, mengharapkan letak

janin yang normal, mengurangi sesak nafas akibat bertambah besarnya perut.
c. Memperoleh relaksasi tubuh yang sempurna dengan memberi latihan kontraksi

dan relaksasi. Relaksasi yang sempurna diperlukan selama hamil dan selama

persalinan.

d. Menguasai teknik-teknik pernafasan yang mempunyai peran penting dalam

persalinan dan selama hamil untuk mempercepat relaksasi tubuh yang diatasi

dengan nafas dalam, selain itu juga untuk mengatasi nyeri pada saat his/kontraksi.

e. Untuk memperoleh relaksasi tubuh yang sempurna sehari-hari, juga untuk

memperoleh sikap tubuh yang rileks dan ketenangan selama melahirkan (Fasiha et

al., 2022).

3. Syarat Mengikuti Senam Hamil

a. Ibu hamil cukup sehat.

b. Kehamilan tidak ada komplikasi, seperti abortus berulang, kehamilan dengan

perdarahan.

c. Tidak boleh latihan dengan menahan nafas.

d. Lakukan latihan secara teratur dengan instruktur senam/panduan.

e. Senam hamil dimulai pada umur kehamilan 24-28 minggu.

Senam hamil ditujukan bagi ibu hamil tanpa kelainan atau tidak terdapat

penyakit yang disertai kehamilan seperti penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit

pernafasan, penyulit kehamilan (hamil dengan perdarahan, hamil dengan gestosis,

hamil dengan kelainan letak), riwayat abortus berulang dan kehamilan disertai

dengan anemia (Fasiha et al., 2022).

4. Manfaat Senam Hamil

a. Memperkuat elastisitas otot

Dalam proses persalinan, kita ketahui bahwa untuk mendorong bayi keluar,

dibutuhkan tenaga untuk mendorong yaitu his atau power (tenaga) ibu. Tenaga ini
selain disebabkan oleh his, juga disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut

yang mengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal. Otot-otot dinding

perut yang kuat bersama-sama dengan elastisitas otot-otot dasar panggul dan

ligamen-ligamen yang kuat dapat mempertahankan kedudukan rahim pada

tempatnya, sehingga memperkecil terjadinya prolaps uteri.

b. Mempermudah persalinan dan kelahiran

Dengan latihan layaknya mengejan atau seperti yang dilakukan dalam gerakan

senam hamil, proses pengeluaran bayi menjadi lebih mudah.

c. Membentuk sikap tubuh

Dengan sikap tubuh yang baik selama bersalin, diharapkan dapat mengatasi

keluhan-keluhan umum pada wanita hamil seperti sakit pinggang mencegah letak

bayi yang abnormal, juga dapat mengurangi sesak napas akibat bertambah

besarnya perut.

d. Memperoleh rileksasi yang sempurna

Rileksasi sempurna diperlukan selama hamil dan selama persalinan. Selain untuk

mengatasi stress, baik yang timbul dari dalam maupun dari luar juga untuk

mengatasi nyeri his serta untuk dapat mempengaruhi relaksasi segmen bawah

uterus yang mempunyai peranan penting dalam persalinan yang fisiologis.

e. Menjaga kesehatan dan fungsi kardiorespirasi

Dengan menguasai teknik pernapasan, diafragma menjadi kuat sehingga

membantu ibu pada saat mengejan karena pada waktu mengejan, selain his dan

otot-otot dinding perut, diafragma juga ikut mendorong bayi keluar (Huliana,

2010).

5. Gerakan Senam Hamil

Menurut Pusdiklatnakes (2015) gerakan senam hamil sebagai berikut:


a. Gerakan 1-2 (Senam untuk kaki).

Senam untuk kaki dilakukan sebagai berikut :

1) Gerakan 1

a) Duduk bersandar di kursi.

b) Kedua telapak kaki diluruskan menempel di lantai.

c) Tarik jari-jari kearah tubuh secara perlahan-lahan lalu lipat ke

depan.

d) Lakukan sebanyak 8 kali, penghitungan sesuai dengan gerakan

(gambar 2.7).

Gambar 2.7. Gerakan jari-jari kaki


(Fasiha et al., 2022)
2) Gerakan 2

a) Duduk dengan kaki diluruskan ke depan dengan tubuh bersandar tegak

lurus (rileks).

b) Tarik jari-jari kearah tubuh secara perlahan-lahan lalu lipat ke depan.

c) Lakukan sebanyak 8 kali, penghitungan sesuai dengan gerakan (gambar

2.8).
Gambar 2.8. Gerakan mendorong telapak kaki ke depan
(Fasiha et al., 2022)

1)
2)
b. Gerakan 3 (Senam duduk bersila)

Senam ibu hamil dapat dilakukan dengan cara duduk bersila sebagai berikut :

a) Duduk kedua tangan di atas lutut.

b) Letakkan kedua telapak tangan di atas lutut.

c) Tekan lutut ke bawah dengan perlahan-lahan

d) Lakukanlah sebanyak 8 kali, lakukan senam duduk bersila ini selama 8 menit

sebanyak 3 kali sehari (gambar 2.9).

Gambar 2.9. Senam Duduk Bersila


(Fasiha et al., 2022)

c. Gerakan 4 (Berbaring miring)

Berbaringlah miring pada sebelah sisi dengan lutut ditekuk (gambar 2.10).

)
Gambar 2.10. Gerakan Cara Berbaring Miring
(Fasiha et al., 2022)

d. Gerakan 5 Senam untuk pinggang (posisi terlentang)

a) Tidurlah terlentang dan tekuklah lutut jangan terlalu lebar, arah telapak

tangan ke bawah dan berada di samping badan.

b) Angkatlah pinggang secara perlahan. Panggul dan bahu tetap menyentuh

lantai.

c) Lakukanlah sebanyak 8 kali (gambar 2.11).

Gambar 2.11. Senam Pinggang (Posisi Terlentang)


(Fasiha et al., 2022)

e. Gerakan 6 (Senam dengan satu lutut)

a. Tidurlah terlentang, tekuk lutut kanan.

b. Lutut kanan digerakkan perlahan kearah kanan lalu kembalikan (gambar

2.12).

c. Lakukanlah sebanyak 8 kali.

d. Lakukanlah hal yang sama untuk lutut kiri.


Gambar 2.12. Senam Satu Lutut
(Fasiha et al., 2022)

f. Gerakan 7 (Senam dengan kedua lutut)

a. Tidurlah terlentang, kedua lutut ditekuk dan kedua lutut saling menempel.

b. Kedua tumit dirapatkan, kaki kiri dan kanan saling menempel.

c. Kedua lutut digerakkan perlahan-lahan ke arah kiri dan kanan.

d. Lakukanlah sebanyak 8 kali (gambar 2.13).

Gambar 2.13. Gerakan Senam Dengan Kedua Lutut


(Fasiha et al., 2022)

g. Gerakan 8 Senam untuk pinggang (posisi merangkak)

a. Badan dalam posisi merangkak.


b. Sambil menarik napas angkat perut berikut punggung ke atas dengan wajah

menghadap ke bawah membentuk lingkaran.

c. Sambil perlahan-lahan mengangkat wajah hembuskan napas, turunkan

punggung kembali dengan perlahan (gambar 2.14).

d. Lakukanlah sebanyak 8 kali.

Gambar 2.14. Senam Untuk Pinggang (Posisi Merangkak)


(Fasiha et al., 2022)

h. Gerakan 9 (Senam mengurangi rasa sakit pada saat melahirkan)

a. Duduk bersandar pada dinding.

b. Tekuk kedua lutut, renggangkan selebar mungkin, kedua telapak kaki

menyentuh lantai.

c. Tangan di samping perut. Mengurut dimulai dari arah atas. Kemudian

perlahan bernapas melalui hidung dan mengeluarkannya melalui mulut.


Gambar 2.15. Senam Mengurangi Rasa Sakit Pada Saat Melahirkan
(Fasiha et al., 2022)

2.2 Intranatal Care (Persalinan)


2.2.1 Pengertian
Persalinan merupakan proses saat membuka dan menipisnya serviks dan janin turun

ke dalam jalan lahir kemudian berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi yang cukup bulan

dan dapat hidup di luar kandungan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari

tubuh ibu melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (Sulfianti, 2020).

2.2.2 Etiologi Persalinan


Selama kehamilan, terdapat 2 hormon dominan di dalam tubuh perempuan yaitu

hormon estrogen yang berfungsi meningkatkan sensitifitas otot rahim serta memudahkan

penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin juga mekanis

dan hormon progesteron berfungsi untuk menurunkan sensitifitas otot rahim, menghambat

rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin serta menyebabkan relaksasi

otot rahim dan otot polos (Sulistyawati, 2013).

Teori penyebab persalinan menurut Rohani et al (2016) sebagai berikut :

1. Penurunan kadar progesteron

Proses penuaan plasenta terjadi mulai usia kehamilan 28 minggu, dimana saat itu

terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan dan

buntu. Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif

terhadap oksitosin dan mengakibatkan kontraksi setelah tercapainya tingkat penurunan

progesteron tertentu.
2. Teori oksitosin internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise pars posterior. Perubahan

keseimbangan hormon estrogen dan progesteron mengubah sensitifitas otot rahim

sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron

saat tuanya kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktifitas sehingga

persalinan dimulai.

3. Keregangan otot-otot

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah batas

waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Keadaan uterus terus

membesar dan menjadi tegang yang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus.

4. Teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin mengalami peningkatan sejak usia kehamilan 15

minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat

menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan.

2.2.3 Klasifikasi Persalinan


Ada 3 klasifikasi persalinan menurut Asrinah et al. (2010) berdasarkan cara dan usia

kehamilan, yaitu :

1. Persalinan normal (Spontan) merupakan proses lahirnya bayi pada Letak Belakang

Kepala (LBK) dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu

dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.

2. Persalinan buatan merupakan persalinan dengan tenaga dari luar dengan ekstraksi

forceps, ekstraksi vakum dan sectio caesarea.

3. Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan

dari luar dengan jalan rangsangan.


2.2.4 Tahapan Persalinan
1. Kala I
Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan

pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara

lengkap. Ibu belum dapat dikatakan inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan

perubahan atau pembukaan pada serviks.

a. Kala I Asuhan Persalinan Normal, terdiri dari :

1) Fase Laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan

serviks secara bertahap, berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4

cm dan pada umumnya berlangsung selama 6-8 jam.

2) Fase Aktif

Frekuensi dan lama kontraksi akan meningkat secara bertahap dan dianggap

adekuat jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan lamanya

berlangsung selama 40 detik atau lebih, pembukaan serviks 4 cm atau lebih,

terjadi penurunan bagian terbawah janin. Fase aktif (pembukaan serviks 4-10

cm), berlangsung selama 6 jam dan dibagi dalam 3 sub fase, yakni :

a) Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.

b) Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam, pembukaan

berlangsung cepat menjadi 9 cm.

c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan jadi 10

cm atau lengkap.

b. Asuhan Sayang Ibu Pada Kala I

1) Memberikan dukungan emosional


2) Membantu pengaturan posisi ibu

3) Memberikan cairan dan nutrisi

4) Keleluasan melakukan mobilisasi

5) Pencegahan infeksi

c. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan Kala I

Menurut Saragih (2017) ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses

persalinan normal yang dikenal dengan istilah 5P, yaitu: Power, Passage,

Passenger, Psikis ibu bersalin dan Penolong persalinan yang dijelaskan dalam

uraian berikut :

1) Power (tenaga) merupakan kekuatan yang mendorong janin untuk lahir.

Dalam proses kelahiran bayi terdiri dari 2 jenis tenaga, yaitu primer dan

sekunder.

2) Passenger (janin). Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah

faktor janin, yang meliputi berat janin, letak janin, posisi sikap janin

(habilitus) serta jumlah janin. Pada persalinan normal yang berkaitan dengan

passenger antara lain: janin bersikap fleksi dimana kepala, tulang punggung,

kaki berada dalam keadaan fleksi dan lengan bersilang di dada. Taksiran

berat janin normal adalah 2500-3500 gram dan DJJ normal yaitu 120-160

x/menit.

3) Passage (jalan lahir). Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang

padat, dasar panggul, vagina dan introitus vagina (lubang luar vagina).

Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut

menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam

proses persalinan.
4) Psikis ibu bersalin. Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologis

yang menyertai kehidupan hampir setiap wanita. Pada umumnya persalinan

dianggap hal yang menakutkan karena disertai nyeri hebat, bahkan terkadang

menimbulkan kondisi fisik dan mental yang mengancam jiwa. Nyeri

merupakan fenomena yang subjektif, sehingga keluhan nyeri persalinan

setiap wanita tidak akan sama, bahkan pada wanita yang sama tingkat nyeri

persalinannya tidak akan sama dengan nyeri persalinan yang sebelumnya,

sehingga persiapan psikologis sangat penting dalam menjalani persalinan.

Jika seorang ibu sudah siap dan memahami proses persalinan maka ibu akan

mudah bekerjasama dengan petugas kesehatan yang akan menolong

persalinannya. Dalam proses persalinan normal, pemeran utamanya adalah

ibu yang disertai dengan perjuangan dan upayanya. Ibu harus meyakini

bahwa ia mampu menjalani proses persalinan dengan lancar.

5) Penolong persalinan. Orang yang berperan sebagai penolong persalinan

adalah petugas kesehatan yang mempunyai legalitas dalam menolong

persalinan, antara lain dokter, bidan dan petugas kesehatan yang mempunyai

kompetensi dalam pertolongan persalinan, menangani kegawatdaruratan serta

melakukan rujukan jika diperlukan. Petugas kesehatan yang memberi

pertolongan persalinan dapat menggunakan alat pelindung diri, serta

melakukan cuci tangan untuk mencegah terjadinya penularan infeksi dari

pasien (Nurhapipa, 2015).

d. Kebutuhan Ibu Bersalin Kala I

1) Kebutuhan Oksigen

Pemenuhan kebutuhan oksigen selama proses persalinan perlu diperhatikan

oleh bidan, terutama pada kala I dan kala II, dimana oksigen yang ibu hirup
sangat penting artinya untuk oksigenasi janin melalui plasenta. Suplai

oksigen yang tidak adekuat, dapat menghambat kemajuan persalinan dan

dapat mengganggu kesejahteraan janin. Oksigen yang adekuat dapat

diupayakan dengan pengaturan sirkulasi udara yang baik selama persalinan.

Ventilasi udara perlu diperhatikan, apabila ruangan tertutup karena

menggunakan AC, maka pastikan bahwa dalam ruangan tersebut tidak

terdapat banyak orang. Hindari menggunakan pakaian yang ketat, sebaiknya

penopang payudara/BH dapat dilepas/dikurangi kekencangannya. Indikasi

pemenuhan kebutuhan oksigen adekuat adalah Denyut Jantung Janin (DJJ)

baik dan stabil.

2) Kebutuhan Cairan dan Nutrisi

Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum) merupakan kebutuhan

yang harus dipenuhi dengan baik oleh ibu selama proses persalinan. Pastikan

bahwa pada setiap tahapan persalinan (kala I, II, III, maupun IV), ibu

mendapatkan asupan makan dan minum yang cukup. Asupan makanan yang

cukup (makanan utama maupun makanan ringan) merupakan sumber dari

glukosa darah, yang merupakan sumber utama energi untuk sel-sel tubuh.

Kadar gula darah yang rendah akan mengakibatkan hipoglikemia. Sedangkan

asupan cairan yang kurang, akan mengakibatkan dehidrasi pada ibu bersalin.

Pada ibu bersalin, hipoglikemia dapat mengakibatkan komplikasi persalinan

baik ibu maupun janin. Pada ibu, akan mempengaruhi kontraksi/his, sehingga

akan menghambat kemajuan persalinan dan meningkatkan insiden persalinan

dengan tindakan, serta dapat meningkatkan risiko perdarahan postpartum.

Pada janin, akan mempengaruhi kesejahteraan janin, sehingga dapat

mengakibatkan komplikasi persalinan seperti asfiksia. Selama kala I,


anjurkan ibu untuk cukup makan dan minum untuk mendukung kemajuan

persalinan. Pada kala II, ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi,

karena terjadi peningkatan suhu tubuh dan terjadinya kelelahan karena proses

mengejan. Untuk itu disela-sela kontraksi, pastikan ibu mencukupi kebutuhan

cairannya (minum). Pada kala III dan IV, setelah ibu berjuang melahirkan

bayi, maka bidan juga harus memastikan bahwa ibu mencukupi kebutuhan

nutrisi dan cairannya, untuk mencegah hilangnya energi setelah

mengeluarkan banyak tenaga selama kelahiran bayi (pada kala II).

3) Kebutuhan Eliminasi

Sebelum memasuki proses persalinan, sebaiknya pastikan bahwa ibu sudah

BAB. Rektum yang penuh dapat mengganggu dalam proses kelahiran janin.

Namun apabila pada kala I fase aktif ibu mengatakan ingin BAB, bidan harus

memastikan kemungkinan adanya tanda dan gejala kala II. Apabila

diperlukan sesuai indikasi, dapat dilakukan lavement pada saat ibu masih

berada pada kala I fase laten. Apabila masih memungkinkan, anjurkan ibu

untuk berkemih di kamar mandi, namun apabila sudah tidak memungkinkan,

bidan dapat membantu ibu untuk berkemih dengan wadah penampung urin.

Bidan tidak dianjurkan untuk melakukan kateterisasi kandung kemih secara

rutin sebelum ataupun setelah kelahiran bayi dan plasenta.

4) Kebutuhan Hygiene

Pada kala I fase aktif, dimana terjadi peningkatan bloody show dan ibu sudah

tidak mampu untuk mobilisasi, maka bidan harus membantu ibu untuk

menjaga kebersihan genitalianya untuk menghindari terjadinya infeksi

intrapartum dan untuk meningkatkan kenyamanan ibu bersalin.

Membersihkan daerah genitalia dapat dilakukan dengan melakukan vulva


hygiene menggunakan kapas bersih yang telah dibasahi dengan air Disinfeksi

Tingkat Tinggi (DTT), hindari penggunaan air yang bercampur antiseptik

maupun lisol. Bersihkan dari atas (vestibulum) ke bawah (arah anus).

Tindakan ini dilakukan apabila diperlukan, misalnya setelah ibu BAK,

setelah ibu BAB, maupun setelah ketuban pecah spontan.

5) Kebutuhan Istirahat

Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat pada ibu bersalin

tetap harus dipenuhi. Istirahat selama proses persalinan (kala I, II, III maupun

IV) yang dimaksud adalah bidan memberikan kesempatan pada ibu untuk

mencoba relaks tanpa adanya tekanan emosional dan fisik. Hal ini dilakukan

selama tidak ada his (disela-sela his). Ibu bisa berhenti sejenak untuk

melepas rasa sakit akibat his, makan atau minum, atau melakukan hal

menyenangkan yang lain untuk melepas lelah atau apabila memungkinkan

ibu dapat tidur. Namun pada kala II, sebaiknya ibu diusahakan untuk tidak

mengantuk. Setelah proses persalinan selesai (pada kala IV), sambil

melakukan observasi, bidan dapat mengizinkan ibu untuk tidur apabila sangat

kelelahan. Namun sebagai bidan, memotivasi ibu untuk memberikan ASI

dini harus tetap dilakukan. Istirahat yang cukup setelah proses persalinan

dapat membantu ibu untuk memulihkan fungsi alat-alat reproduksi dan

meminimalisasi trauma pada saat persalinan.

6) Posisi dan Ambulasi

Posisi persalinan yang akan dibahas adalah posisi persalinan pada kala I dan

posisi meneran pada kala II. Ambulasi yang dimaksud adalah mobilisasi ibu

yang dilakukan pada kala I. Pada kala I, posisi persalinan dimaksudkan untuk

membantu mengurangi rasa sakit akibat his dan membantu dalam


meningkatkan kemajuan persalinan (penipisan serviks, pembukaan serviks

dan penurunan bagian terendah). Ibu dapat mencoba berbagai posisi yang

nyaman dan aman. Peran suami/anggota keluarga sangat bermakna, karena

perubahan posisi yang aman dan nyaman selama persalinan dan kelahiran

tidak bisa dilakukan sendiri oleh bidan. Pada kala I ini, ibu diperbolehkan

untuk berjalan, berdiri, posisi berdansa, duduk, berbaring miring ataupun

merangkak. Hindari posisi jongkok, ataupun dorsal recumbent maupun

litotomi, hal ini akan merangsang kekuatan meneran.

7) Kebutuhan Akan Proses Persalinan Yang Terstandar

Mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan persalinan yang terstandar

merupakan hak setiap ibu. Hal ini merupakan salah satu kebutuhan fisiologis

ibu bersalin, karena dengan pertolongan persalinan yang terstandar dapat

meningkatkan proses persalinan yang alami/normal. Hal yang perlu

disiapkan bidan dalam memberikan pertolongan persalinan terstandar

dimulai dari penerapan upaya pencegahan infeksi. Cuci tangan sebelum dan

sesudah melakukan tindakan dengan menggunakan sabun dan air mengalir

dapat mengurangi risiko penularan infeksi pada ibu maupun bayi.

Dilanjutkan dengan penggunaan APD (alat perlindungan diri) yang telah

disepakati. Tempat persalinan perlu disiapkan dengan baik dan sesuai

standar, dilengkapi dengan alat dan bahan yang telah direkomendasikan

Kemenkes dan IBI. Ruang persalinan harus memiliki sistem pencahayaan

yang cukup dan sirkulasi udara yang baik (Ayue et al., 2023).

e. Pemantauan Kemajuan Persalinan, Kesejahteraan Ibu dan Janin

1) Dipantau Dalam Kemajuan Persalinan


a) Pembukaan : Dilatasi serviks dimulai pada fase aktif yaitu pembukaan 4

cm dan ditandai dengan tanda X.

b) Penurunan Kepala : Perlimaan kepala janin yang teraba. Penurunan

kepala ditandai dengan tanda O (kisaran 0-5) :

5 : teraba lima jari di atas simfisis

4 : teraba empat jari di atas simfisis

3 : teraba tiga jari di atas simfisis

2 : teraba dua jari di atas simfisis

1 : teraba satu jari di atas simfisis

0 : tidak teraba

c) Kontraksi : Frekuensi/10 menit dan lamanya dalam satuan detik. Setiap

30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya

kontraksi dalam satuan detik. Jumlah kontraksi dinyatakan dengan

simbol :

: kontraksi lemah, durasi kurang dari 20 detik

: kontraksi sedang, durasi kurang dari 20-40 detik

: kontraksi kuat, durasi lebih dari 40 detik

d) Garis waspada dan garis bertindak. Garis waspada dimulai pada

pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan

lengkap, diharapkan terjadi laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan

selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada.

2) Dipantau Dalam Kesejahteraan Janin


a) Denyut Jantung Janin. Catat kondisi detak jantung janin pada kolom

yang tersedia, beri titik pada frekuensi yang sesuai dengan pemeriksaan,

kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis

tidak terputus. Hasil pemeriksaan DJJ dicatat setiap 30 menit atau lebih

sering jika ada tanda-tanda gawat janin. Setiap kotak menunjukkan

waktu 30 menit. Anormalitas DJJ :

(1) DJJ yang > 160 x/mnt atau < 120 x/mnt mungkin menunjukkan

adanya gawat janin. Jika DJJ terdengar abnormal, anjurkan ibu

untuk berbaring pada sisi kirinya.

(2) Jika DJJ tetap abnormal setelah 3 kali pemeriksaan, penolong

persalinan harus mengambil tindakan yang sesuai.

b) Warna dan adanya air ketuban. Penilaian air ketuban setiap kali

melakukan pemeriksaan dalam, dan nilai air ketuban jika selaput ketuban

pecah. Mencatat temuan-temuan ke dalam kotak yang sesuai di bawah

lajur DJJ, nilai air ketuban dengan mencantumkan kode :

J : Jernih

D : Ketuban mengandung darah

M : Mengandung mekonium

K : Kering

U : Selaput Ketuban Utuh

c) Penyusupan (Molase) kepala janin. Cantumkan moulase atau

penyusupan tulang kranium dengan kode sebagai berikut :

O : Sutura mudah diraba

+ : Tulang-tulang saling bersentuhan

++ : Tulang-tulang tumpang tindih, tapi masih dapat digerakkan


+++ : Tulang tumpang tindih dan tidak dapat digerakkan

3) Dipantau Dalam Kesejahteraan Ibu

a) Tekanan darah, Nadi

b) Suhu

c) Urin. Volume urin, protein atau aseton, ukur dan catat jumlah produksi

urin ibu sedikitnya setiap 2 jam atau setiap kali ibu berkemih spontan

atau dengan kateter.

d) Obat dan Cairan. Cairan oral diberikan setiap jam, cairan intravena dan

obat-obatan bila perlu (PP IBI, 2021).

2. Kala II Persalinan

a. Gejala dan tanda kala II :

1) Ibu merasa adanya dorongan ingin meneran bersamaan dengan adanya

kontraksi

2) Ibu merasa adanya tekanan pada rektum/vagina

3) Perineum menonjol

4) Vulva dan sfingter ani membuka

b. Tanda pasti kala II jika:

1) Pembukaan lengkap

2) Terlihat bagian kepala janin pada introitus vagina

c. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi Pada Kala II

1) Anjurkan ibu selalu didampingi oleh keluarga selama proses persalinan dan

kelahiran bayi. Dukungan suami atau keluarga sangat diperlukan dalam

menjalani proses persalinan.

2) Jelaskan tahapan dan proses kemajuan persalinan.

3) Tentramkan hati ibu.


4) Bantu ibu memilih posisi yang nyaman pada saat meneran. Posisi terlentang

tidak dianjurkan lebih dari 10 menit.

5) Anjurkan ibu meneran pada kala II, hanya pada saat kontraksi atau adanya

dorongan ingin meneran.

6) Jangan anjurkan ibu meneran berkepanjangan sehingga upaya akan terhalang.

Anjurkan ibu beristirahat di antara kontraksi.

7) Anjurkan untuk minum selama proses persalinan (PP IBI, 2021).

d. Mekanisme Persalinan Normal

Mekanisme persalinan normal merupakan gerakan janin dalam menyesuaikan

dengan ukuran dirinya dengan ukuran panggul saat kepala melewati panggul.

1) Masuknya kepala janin dalam PAP

Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada primigravida terjadi pada

bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya terjadi pada

permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura

sagitalis melintang menyesuaikan dengan letak punggung (Contoh: apabila

dalam palpasi didapatkan punggung kiri maka sutura sagitalis akan teraba

melintang ke kiri/ posisi jam 3 atau sebaliknya apabila punggung kanan maka

sutura sagitalis melintang ke kanan/posisi jam 9) dan pada saat itu kepala

dalam posisi fleksi ringan.

2) Majunya Kepala janin

a) Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke dalam

rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II.

b) Pada multigravida majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga

panggul terjadi bersamaan.


c) Majunya kepala bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain yaitu fleksi,

putaran paksi dalam dan ekstensi.

d) Majunya kepala disebabkan karena tekanan cairan intrauterine, tekanan

langsung oleh fundus uteri oleh bokong, kekuatan mengejan dan

melurusnya badan bayi oleh perubahan bentuk rahim.

3) Fleksi

a) Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling

kecil yaitu dengan diameter suboccipito bregmatikus (9,5 cm)

menggantikan suboccipito frontalis (11 cm).

b) Fleksi disebabkan karena janin didorong maju dan sebaliknya mendapat

tahanan dari pinggir PAP, serviks, dinding panggul atau dasar panggul.

c) Akibat adanya dorongan di atas kepala janin menjadi fleksi karena

moment yang menimbulkan fleksi lebih besar daripada moment yang

menimbulkan defleksi.

d) Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam posisi fleksi

maksimal. Kepala turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari

belakang atas ke bawah depan.

e) Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterine

yang disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi

yang disebut sebagai putaran paksi dalam.

4) Putaran paksi dalam

a) Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa

sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah

simfisis. Pada presentasi belakang kepala bagian terendah adalah daerah

ubun-ubun kecil dan bagian ini akan memutar ke depan ke bawah simfisis.
b) Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena

putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala

dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu

bawah panggul.

c) Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala dan tidak

terjadi sebelum kepala sampai di Hodge III, kadang- kadang baru terjadi

setelah kepala sampai di dasar panggul. Sebab-sebab terjadinya putaran

paksi dalam :

(1) Pada letak fleksi, bagian kepala merupakan bagian terendah dari

kepala.

(2) Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling sedikit

terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genitalis antara

muskulus levator ani kiri dan kanan.

(3) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter antero

posterior.

5) Ekstensi

a) Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar panggul,

terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena

sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan di atas,

sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk dapat melewati pintu

bawah panggul.

b) Dalam rotasi UUK akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar

panggul UUK berada di bawah simfisis, dengan suboksiput sebagai

hipomoklion kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan.


c) Pada saat ada his vulva akan lebih membuka dan kepala janin makin

tampak. Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka dinding

rektum.

d) Dengan kekuatan his dan kekuatan meneran, maka berturut-turut tampak

bregmatikus, dahi, muka, dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.

e) Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut

putaran paksi luar.

6) Putaran paksi luar

a) Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam

terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung janin.

b) Bahu melintasi PAP dalam posisi miring.

c) Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk

panggul yang dilaluinya hingga di dasar panggul, apabila kepala telah

dilahirkan bahu akan berada dalam posisi depan belakang.

d) Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dulu baru kemudian bahu

belakang, kemudian bayi lahir seluruhnya.

7) Ekspulsi

Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai hypomoclion

untuk kelahiran bahu. Kemudian setelah kedua bahu lahir disusul lahirlah

trochanter depan dan belakang sama lahir janin seutuhnya (Utami &

Fitriahadi, 2019).

3. Kala III

a. Pengertian
Kala III persalinan adalah kala uri atau waktu pelepasan plasenta dari insersinya.

Kala III persalinan dimulai saat proses kelahiran janin selesai dan berakhir dengan

lahirnya plasenta secara keseluruhan, tali pusat dan ketuban. Tujuan manajemen

aktif kala III adalah membuat uterus berkontraksi lebih efektif sehingga dapat

mempersingkat waktu kala III, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan

darah selama kala III persalinan jika dibandingkan dengan pelepasan plesenta

secara spontan. Sebagian besar (25-29%) morbiditas dan mortalitas ibu di

Indonesia disebabkan oleh perdarahan paska persalinan akibat atonia uteri dan

separasiparsial retensio plasenta yang dapat dicegah dengan manajemen aktif kala

III (PP IBI, 2021).

b. Memperkirakan Kehilangan Darah

1) Cara tak langsung untuk mengukur kehilangan darah adalah melalui

penampakan gejala dan mengukur tanda vital (nadi dan tekanan darah).

2) Apabila perdarahan menyebabkan ibu lemas, pusing, takikardi dan hipotensi

(sistolik turun > 30 mmHg dari kondisi sebelumnya) maka telah terjadi

perdarahan 500 ml-1000 ml. Bila ibu mengalami syok hipovolemik, maka ibu

telah kehilangan darah 50% (2000-2500 ml).

3) Penting sekali untuk selalu memantau keadaan umum ibu dan menilai jumlah

kehilangan darah ibu selama kala IV melalui tanda vital, jumlah darah yang

keluar dan kontraksi uterus.

c. Inisiasi Menyusu Dini

1) Bayi harus mendapatkan kontak kulit ke kulit dengan ibunya segera setelah

lahir selama paling sedikit 1 jam.

2) Bayi harus dibiarkan untuk melakukan IMD dan ibu dapat mengenali bahwa

bayinya siap untuk menyusu serta memberikan bantuan jika diperlukan.


3) Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada BBL, hingga

inisiasi menyusu selesai dilakukan. Prosedur tersebut seperti pemberian

vitamin K, menimbang, mengukur dan sebagainya.

4. Kala IV

Mulainya kala IV adalah setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah

itu. Pemantauan pada kala IV diawali dengan 1 jam setelah plasenta lahir dengan

pemantauan tiap 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, lalu tiap 30

menit pada jam kedua setelah persalinan, jika kondisi ibu tidak stabil, perlu dipantau

lebih sering. Observasi yang dilakukan saat kala IV adalah tingkat kesadaran pasien,

pemeriksaan tanda vital, kontraksi uterus, keadaan kandung kemih dan perdarahan,

dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc (Kurniarum, 2016).

Penatalaksanaan kala IV yaitu :

a. Lakukan masase uterus dan pantau kontraksi, tekanan darah, nadi, tinggi fundus,

kandung kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan

setiap 30 menit selama 1 jam kedua. Jika ada temuan tidak normal, tingkatkan

observasi penilaian kondisi ibu.

b. Ajarkan ibu dan keluarga bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlah darah

yang keluar serta melakukan masase jika uterus menjadi lembek.

c. Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu

mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi agar nyaman.

Anjurkan ibu untuk memberikan ASI pada bayi.

d. Jangan gunakan gurita atau bebat perut selama 2 jam pertama pasca persalinan.

e. Jika kandung kemih penuh bantu ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya.

Jika ibu tidak dapat berkemih bantu ibu dengan cara menyiram air hangat ke

perineumnya. Jika setelah berbagai upaya dilakukan, ibu tetap tidak dapat
berkemih secara spontan, mungkin perlu dilakukan kateterisasi dengan

menggunakan teknik aseptik.

f. Dokumentasikan seluruh hasil pemeriksaan pada tabel pemantauan kala IV di

halaman belakang lembar patograf.

2.2.5 Asuhan Persalinan Normal


Standar Asuhan Persalinan Normal (APN) merupakan bagian dari standar pelayanan

atau asuhan kebidanan. Dalam pelaksanaan standar pelayanan kebidanan mengacu pada

standar praktek kebidanan yang telah ada dengan menggunakan pendekatan manajemen

kebidanan secara sistematis dalam menerapkan metode pemecahan masalah mulai dari

pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan dan evaluasi (BKKBN, 2017).

1. Fokus asuhan persalinan bersih dan aman :

a. Kualitas pelayanan.

b. Kepuasan pasien.

c. Mencegah terjadinya komplikasi.

d. Keselamatan ibu dan bayi (patient safety).

Tujuan asuhan persalinan bersih dan aman yaitu menjaga kelangsungan hidup dan

memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, sehingga melalui upaya

yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi minimal maka prinsip keamanan dan

kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan.

Setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus

mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat, termasuk juga manfaat dari berbagai

intervensi yang ada bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan.


Tabel 2.5. Aspek Penting Dalam APN Bersih dan Aman

No 5 Aspek Penting Dalam Artinya


Asuhan Persalinan Normal
Bersih dan Aman

1. Membuat keputusan klinik yang Merupakan proses yang


cepat dan tepat menentukan untuk menyelesaikan
masalah dan menentukan asuhan
yang diperlukan oleh pasien.
Keputusan harus akurat,
komprehensif dan aman.

2. Melaksanakan asuhan sayang ibu Asuhan yang menghargai budaya,


dan sayang bayi kepercayaan dan keinginan ibu.
Beberapa prinsip dasar asuhan
sayang ibu dan bayi adalah dengan
mengikutsertakan suami dan
keluarga selama proses persalinan
dan kelahiran bayi.

3. Melaksanakan prinsip-prinsip Tindakan ini harus diterapkan


pencegahan infeksi dalam setiap aspek asuhan untuk
melindungi ibu, BBL, keluarga,
penolong persalinan dan tenaga
kesehatan lainnya dengan
mengurangi infeksi karena bakteri,
virus dan jamur serta melakukan
upaya menurunkan risiko
penularan.

4. Melakukan pendokumentasian Pencatatan adalah bagian penting


atau pencatatan dari proses membuat keputusan
klinik karena memungkinkan
penolong persalinan untuk terus
menerus memperhatikan asuhan
yang diberikan selama proses
persalinan dan kelahiran bayi.

5. Melakukan rujukan secara tepat Rujukan dalam kondisi optimal dan


waktu tepat waktu ke fasilitas rujukan atau
fasilitas yang memiliki sarana lebih
lengkap, diharapkan mampu
menyelamatkan jiwa ibu dan
bayinya.

Sumber : PP IBI, 2021.

2.2.6 Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan

informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPK-KR, 2017). Manfaat penggunaan partograf

adalah :

1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks

melalui pemeriksaan dalam.

2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

3. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik

kemajuan proses persalinan, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang

diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu

bersalin.

4. Observasi yang ketat harus dilakukan selama kala I persalinan untuk keselamatan ibu,

hasil observasi dicatat di dalam partograf.

5. Partograf membantu bidan mengenali apakah ibu masih dalam kondisi normal atau mulai

ada penyulit.

6. Dengan selalu menggunakan partograf, bidan dapat mengambil keputusan klinik dengan

cepat dan tepat sehingga dapat terhindar dari keterlambatan dalam pengelolaan ibu

bersalin.

7. Partograf dilengkapi halaman depan dan halaman belakang untuk diketahui dengan

lengkap proses persalinan kala I sampai dengan kala IV.

8. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai bagian penting asuhan

persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa atau pun adanya penyulit.
9. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan

swasta, rumah sakit, dll).

10. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu

selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgyn, bidan, dokter umum, residen dan

mahasiswa kedokteran) (JNPK-KR, 2017).

Partograf membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan

membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.

Pencatatan pada partograf dimulai pada saat proses persalinan masuk dalam “fase aktif”.

Bila hasil pemeriksaan dalam menunjukkan pembukaan 4 cm, tetapi kualitas kontraksi

belum adekuat minimal 3x dalam 10 menit dan atau lamanya masih kurang 40 detik,

lakukan observasi selama 1 jam ke depan. Jika masih sama, berarti pasien belum masuk fase

aktif.

Bila pembukaan sudah mencapai > 4 cm tetapi kualitas kontraksi masih kurang 3

kali dalam 10 menit atau lamanya kurang dari 40 detik, pikirkan diagnosa “inertia uteri”.

Komponen yang harus diobservasi, antara lain :

1. Denyut jantung janin setiap 1/2 jam.

2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 1/2 jam.

3. Nadi setiap 1/2 jam.

4. Pembukaan serviks setiap 4 jam.

5. Penurunan kepala setiap 4 jam.

6. Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam.

7. Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam (PP IBI, 2021).
Gambar 2.16. Pemantauan Fase Aktif Persalinan
(PP IBI, 2021)

Jika grafik dilatasi melewati garis waspada maka penolong harus mewaspadai

bahwa persalinan yang sedang berlangsung telah memasuki kondisi patologis. Partograf

menyediakan lajur pemberian oksitosin untuk persalinan patologis tetapi intervensi ini

hanya dilakukan di fasilitas yang memiliki sumber daya dan sarana yang lengkap dan

petugas memiliki kewenangan untuk melakukan prosedur tersebut.

Gambar 2.17. Partograf


(PP IBI, 2021)

2.2.7 Akupresur
1. Pengertian
Akupresur adalah teknik memberikan rangsangan (stimulasi) titik akupuntur

dengan penekanan dan pemijatan tanpa menggunakan jarum, namun menggunakan

ujung jari, siku atau menggunakan alat bantu yang tumpul serta tidak melukai

permukaan tubuh (Alam, 2020).

2. Keunggulan dan Manfaat Akupressur


a. Mudah

Akupresur dapat dilakukan untuk diri sendiri dan keluarga. Teknik ini

menggunakan jari tangan, ibu jari, siku, kepalan tangan ataupun dengan alat bantu

seperti stik dari kayu. Akupresur dapat dilakukan dimana dan kapanpun apabila

diperlukan.

b. Murah

Akupresur menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat karena selain teruji

manfaatnya, biayanya lebih murah jika dibanding dengan biaya kedokteran

konvensional.

c. Aman

Akupresur tidak memiliki efek samping karena hanya menggunakan jari-jari atau

alat tertentu. Akupresur dilakukan tanpa melukai permukaan tubuh dan lebih

berupaya mengobati gejala atau akibat dari suatu penyakit, namun lebih berfokus

pada penyebab dari permasalahan kesehatan (Alam, 2020).

3. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Pada Akupresur

a. Kondisi pasien (tidak boleh dalam keadaan lapar, kenyang, emosional dan kondisi

sangat lemah).

b. Kondisi ruangan (bersih, suhu kamar jangan terlalu panas atau terlalu dingin,

sirkulasi udara lancar dan udara kamar segar).

c. Posisi pasien tidak tegang, santai dan posisi terapis hendaklah berada pada

keadaan yang bebas serta nyaman untuk melakukan pemijatan.

d. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemijatan adalah :

1) Pemijatan dapat dilakukan dengan penekanan, pemutaran dan pengurutan

sepanjang meridian.
2) Pemijatan dapat dimulai setelah menemukan titik pijatan yang tepat, yaitu

timbul reaksi pada titik pijat yang berupa rasa nyeri atau pegal.

3) Setiap pemberian rangsangan terhadap titik pijat akan memberikan reaksi

terhadap daerah sekitar titik, daerah yang dilintasi oleh meridian dan organ

yang mempunyai hubungan dengan titik tersebut.

4) Pijatan dapat dilakukan 30 kali tekanan atau putaran, waktu yang dibutuhkan

untuk mendapatkan manfaat dari akupresur diperlukan 30-60 menit.

Keefektifan dosis harian yang dapat diterapkan dalam akupresur bervariasi

2,5 menit sampai 24 jam, sedangkan total waktu intervensi untuk akupresur

bervariasi dari 20 menit sampai 56 hari.

5) Alat pemijatan yang dapat digunakan yaitu jari tangan (baik jempol, jari

telunjuk atau jari lainnya), siku, telapak tangan, pangkal tangan dan kepalan

tangan.

6) Tekanan pemijatan akupresur dapat menggunakan jari tangan terapis maupun

alat bantu lainnya. Jika menggunakan jari tangan tekanan negatif dapat

disesuaikan, tekanan pemijatan dapat dilakukan dengan menggunakan ujung

ibu jari maupun jari telunjuk berkekuatan 0,9-1,2 kg/cm atau perubahan

warna kuku dari kemerahan menjadi pucat (Fengge, 2012).

e. Kontraindikasi

Akupresur merupakan pendukung untuk mengatasi gangguan kesehatan

sehingga penanganan penyakit tetap berada di bawah tanggung jawab dokter atau

petugas kesehatan lain. Kondisi yang tidak dapat ditangani dengan akupresur

diantaranya kegawatdaruratan medis, kasus pembedahan, keganasan, penyakit

menular seksual, penyakit infeksi, penggunaan obat pengencer darah, kelainan

pembekuan darah, luka bakar, borok dan luka parut baru (kurang dari 1 bulan).
f. Efek samping

Efek samping pemijatan diantaranya syok (keluar keringat dingin, pucat,

lemas, mual dan pusing karena pasien dalam keadaan lapar, terlalu lemah atau

terlalu takut), terjadi memar pada tempat yang dipijat (pada kulit yang sensitif

muncul kebiruan), namun pada semua studi yang telah dilakukan akupresur

efektif, aman dan belum ada efek samping berarti yang ditimbulkan (Alam,

2020).

4. Titik Akupresur Untuk Mengatasi Nyeri Persalinan

Menurut Alam (2020) titik-titik yang digunakan dalam mengatasi nyeri

persalinan sebagai berikut :

a. SP6 (san yin ciao)

Titik SP6 adalah titik limpa nomor 6 terletak 4 jari di atas mata kaki bagian dalam

(malleolus internus) dapat mengurangi nyeri perut, nyeri pinggang saat

persalinan, membantu dilatasi serviks dan digunakan saat serviks tidak efektif

berdilatasi selama persalinan. Titik akupresur ini digunakan untuk menguatkan

keseimbangan limpa. Titik SP6 dapat digunakan dalam perawatan reproduksi

wanita sebagai penghilang rasa nyeri selama persalinan (Hartono, 2012).

b. Li4 (hegu)

Titik Li4 adalah titik usus besar nomor 4 terletak di punggung tangan pada tempat

yang paling tinggi jika ibu jari dan jari telunjuk dirapatkan, bermanfaat dalam

mengurangi nyeri persalinan dan meningkatkan kontraksi. Titik Li4 adalah the

mother of meridian atau ibu dari semua meridian karena merupakan titik inti yang

dapat menstimulasi seluruh tubuh. Titik ini menguasai zona wajah, leher, lengan,

perut dari pusar ke anus, punggung, pinggang, koksigis dan kaki bagian depan

(PATKKI, 2016).
Akupresur pada titik SP6 dan Li4 dapat mengurangi nyeri persalinan dengan

mengaktifkan dan meningkatkan produksi hormon endorfin sehingga nyeri berkurang

(Alam, 2020).

2.3 Postnatal Care (Nifas)


2.3.1 Pengertian
Masa nifas disebut postpartum atau puerperium yang berarti masa sejak bayi

dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai 6 minggu atau 42 hari berikutnya,

disertai pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan yang perubahan

seperti perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan dengan melahirkan (Sulfianti, 2021).

2.3.2 Kunjungan Masa Nifas


Kunjungan masa nifas menurut Kemenkes (2020) terdiri dari :

1. Kunjungan I (6-48 jam setelah persalinan)

Tujuan kunjungan nifas adalah :

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan rujuk jika perdarahan

berlanjut.

c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana

mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

d. Pemberian ASI awal.

e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi Jika petugas kesehatan

menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam

pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan normal.

Semua ibu memerlukan pengamatan yang cermat dan penilaian dalam awal masa
pasca salin. Sebelum ibu dipulangkan dari klinik atau sebelum bidan

meninggalkan rumah ibu, proses penatalaksanaan kebidanan selalu dipakai untuk

mendeteksi komplikasi dan perlunya perujukan, memberikan konseling untuk ibu

dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda

bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman,

memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi, memulai dan

mendorong pemberian ASI.

2. Kunjungan II (3-7 hari setelah persalinan)

Tujuan kunjungan II yaitu :

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal yaitu uterus berkontraksi, fundus di

bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda

penyulit.

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga

bayi tetap hangat dan merawat bayi seharí-hari.

3. Kunjungan III (8-28 hari setelah persalinan)

Tujuan kunjungan III masa nifas sama seperti di atas tujuan kunjungan ke II masa

nifas.

4. Kunjungan IV (29-42 hari setelah persalinan)

Tujuan kunjungan yaitu :

a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami.

b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.


2.3.3 Perubahan Fisiologi Masa Nifas
Menurut Sulistyawati (2015) perubahan fisiologi dibagi menjadi :

1. Perubahan Sistem Reproduksi

Perubahan keseluruhan alat genitalia disebut involusi.

a. Uterus

Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus

kembali ke kondisi sebelum hamil. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

1) Iskemia miometrium. Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang

terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat

uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.

2) Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon estrogen saat

pelepasan plasenta.

3) Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam

otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah

mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5

kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan

karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.

4) Efek oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus

sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya

suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau

tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.

Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil. Perubahan-

perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai berikut :


Tabel 2.6. Involusi Uteri Saat Postpartum
Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus Diameter Uterus Sumber :

Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm Dewi et al.,

7 hari (minggu Pertengahan pusat dan 500 gram 7,5 cm 2014.


1) simfisis
b.
14 hari (minggu Tidak teraba 350 gram 5 cm
b.
2)
b.
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm
b.

Lochia

Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta akan

menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan.

Percampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lochia. Lochia

adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi

basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi

asam yang ada pada vagina normal. Lochia mempunyai bau yang amis meskipun

tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lochia

mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lochia dapat dibagi

menjadi lochia rubra, sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan masing-masing

lochia dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 2.7. Warna Lochia Normal Saat Postpartum

Lochia Waktu Warna Ciri-ciri

Rubra 1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari desidua,


verniks kaseosa,
rambut lanugo, sisa
mekonium, dan sisa
darah.
Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampur merah Sisa darah bercampur
lendir.

Serosa 7-14 hari Kekuningan/kecoklatan Lebih sedikit darah


dan lebih banyak
serum, juga terdiri dari
leukosit dan robekan
laserasi plasenta.

Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit,


selaput lendir serviks
dan serabut jaringan
yang mati.

Sumber : Yeyeh & Rukiyah, 2011.

Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi

berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina

bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir

keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran lochia sekitar 240 hingga

270 cc.

c. Vagina dan Perineum

Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta

peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam

keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ketiga. Himen tampak

sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi

karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan

selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama.

Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum

mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan atau pun

dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot

perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina


hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerperium dengan

latihan harian.

2. Perubahan Sistem Pencernaan

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal,

diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan

cairan tubuh, meningkatkan kolesterol darah dan melambatkan kontraksi otot-otot

polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian,

faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Beberapa hal yang

berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain :

a. Nafsu makan. Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga

diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan

diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar

progesteron menurun setelah melahirkan asupan makanan juga mengalami

penurunan selama 1 atau 2 hari.

b. Motilitas, secara khas penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap

selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia

bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.

c. Pengosongan. Usus pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini

disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa

pasca partum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang

makan, dehidrasi, hemoroid atau pun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada

masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.

3. Perubahan Sistem Perkemihan

Fungsi sistem perkemihan antara lain :

a. Keseimbangan hemostatis internal


(1) Keseimbangan cairan dan elektrolit. Cairan yang terdapat dalam tubuh terdiri

atas air dan unsur-unsur yang terlarut didalamnya. Sebanyak 70% dari air

tubuh terletak di dalam sel-sel dan dikenal sebagai cairan intraselular.

Kandungan air sisanya disebut cairan ekstraselular. Cairan ekstraselular dibagi

antara plasma darah dan cairan yang langsung memberikan lingkungan segera

untuk sel-sel yang disebut cairan interstesial.

(2) Edema adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan akibat gangguan

keseimbangan cairan dalam tubuh.

(3) Dehidrasi adalah tertimbunnya cairan atau volume air yang terjadi pada tubuh

karena pengeluaran berlebihan dan tidak diganti.

(4) Keseimbangan asam basa tubuh. Batas normal ph cairan tubuh adalah 7,35-

7,40. Bila ph > 7,4 disebut alkalosis dan jika ph < 7,35 disebut asidosis.

(5) Mengeluarkan sisa metabolisme, racun dan zat toksin. Ginjal mengekskresi

hasil akhir metabolisme protein yang mengandung nitrogen terutama urea,

asam urat dan kreatinin.

b. Sistem Urinarius

Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut

menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid

setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan penyebab penurunan fungsi

ginjal selama masa postpartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1

bulan setelah wanita melahirkan. Diperlukan kira-kira 208 minggu supaya

hipotomia pada kehamilan serta dilatasi ureter dan pelvis ginjal kembali ke

keadaan sebelum hamil. Pada sebagian kecil wanita, dilatasi traktus urinarius

biasa menetap selama 3 bulan.

(1) Komponen Urin


Glikosaria ginjal diinduksikan oleh kehamilan menghilang. Laktosuria positif

pada ibu menyusui merupakan hal yang normal. Blood Urea Nitrogen (BUN)

yang meningkat selama pasca partum, merupakan akibat autolisis uterus yang

berinvolusi. Pemecahan kelebihan protein di dalam sel otot uterus juga

menyebabkan protein uria ringan (+1) selama 1 sampai 2 hari setelah wanita

melahirkan. Hal ini terjadi pada sekitar 50% wanita. Aseton uria dapat terjadi

pada wanita hamil yang tidak mengalami komplikasi persalinan atau setelah

suatu persalinan yang lama dan disertai dehidrasi.

(2) Diuresis Postpartum

Dalam 12 jam pasca melahirkan, ibu hamil membuang kelebihan cairan yang

tertimbun di jaringan selama hamil. Salah satu mekanisme untuk mengurangi

cairan yang teretensi selama masa kehamilan ialah diaforesis luas, terutama

pada malam hari selama 2-3 hari pertama setelah melahirkan. Diuresis pasca

partum yang disebabkan oleh penurunan kadar ekstrogen, hilangnya

peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah dan hilangnya peningkatan

volume darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi

kelebihan cairan.

4. Perubahan Sistem Muskuluskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-pembuluh darah

yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan

menghentikan pendarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma

pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur

menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan

menjadi retrofleksi karena ligamentum retundum menjadi kendor.


Stabilitasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

Sebagai akibat putusnya serat-serat plastik kulit dan distensi yang berlangsung lama

akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan

kendor untuk sementara waktu. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan

penunjang alat genitalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan

untuk melakukan latihan-latihan tertentu.

5. Perubahan Tanda-Tanda Vital

a. Suhu. Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2°C. Sesudah partus dapat

naik kurang lebih 0,5°C dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8°C.

Sesudah 2 jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal.

Bila suhu lebih dari 38°C, mungkin terjadi infeksi pada klien.

b. Nadi. Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/m. Pasca melahirkan,

denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang

melebihi 100 x/m, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan

postpartum.

c. Tekanan Darah. Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada

pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh

manusia. Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg

dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah

biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca

melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi

pada postpartum merupakan tanda terjadinya preeklamsia postpartum. Namun

demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.

d. Pernapasan. Frekuensi pernapasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali

per menit. Pada ibu postpartum umumnya pernapasan lambat atau normal. Hal ini
dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan

pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu

nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada

gangguan khusus pada saluran napas. Bila pernapasan pada masa postpartum

menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok (Saleha, 2014).

6. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung aliran

darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uteri.

Penarikan kembali estrogen menyebabkan dieresis yang terjadi secara cepat sehingga

mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-

4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini, ibu mengeluarkan banyak

sekali jumlah urin.

Pada persalinan vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml, sedangkan pada

persalinan dengan SC, pengeluaran 2 kali lipatnya. Perubahan terdiri dari volume

darah dan kadar Hmt (Haematokrit). Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan

tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan

beban pada jantung dan akan menimbulkan decompensatio cordis pada pasien dengan

vitum kardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan

tumbuhnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sedia kala

(Saleha, 2014).

7. Perubahan Sistem Hematologi

Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta

faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar


fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan

peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis

adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak 15.000 selama persalinan.

Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama masa postpartum.

Jumlah sel darah putih akan tetap bisa naik lagi sampai 25.000 hingga 30.000 tanpa

adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.

Pada awal postpartum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit sangat

bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat volume

darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi dari

wanita tersebut. Jika hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik

2% atau lebih tinggi daripada saat memasuki persalinan awal, maka pasien dianggap

telah kehilangan darah yang cukup banyak. Titik 2% kurang lebih sama dengan

kehilangan darah 500 ml darah. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada

kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke

3-7 postpartum dan akan normal dalam 4-5 minggu postpartum. Jumlah kehilangan

darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml, minggu pertama postpartum

berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml (Saleha, 2014).

8. Perubahan Sistem Endokrin

a. Hormon plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.

HCG (Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap

sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke 7 postpartum dan sebagai omset

pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum.

b. Hormon pituitary prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita

yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH
akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap

rendah hingga ovulasi terjadi.

c. Hypotalamik pituitary ovarium. Lamanya seorang wanita mendapatkan

menstruasi juga dipengaruhi oleh faktor menyusui. Sering kali menstruasi

pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan progesteron.

d. Kadar estrogen. Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang

bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat

mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI (Saleha, 2014).

9. Perubahan Psikologi Masa Nifas

Setelah proses kelahiran tanggung jawab keluarga bertambah dengan adanya

seorang bayi baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga merupakan

dukungan positif untuk ibu. Menurut teori Reva Rubin (1997) dalam Mansur dan

Budiarti (2007) seorang ibu menjalani adaptasi setelah melahirkan melalui fase-fase

sebagai berikut :

a. Taking In

Terjadi pada hari ke 1 sampai ke 2, fokus perhatian adalah pada diri sendiri,

mungkin pasif dan tergantung. Kelelahannya membuat ibu perlu cukup istirahat

untuk mencegah gejala kurang tidur seperti mudah tersinggung. Kondisi ini perlu

dipahami dengan menjaga komunikasi dengan baik. Pada fase ini perlu

diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk proses pemulihan disamping

memang nafsu makan ibu saat ini sedang meningkat. Biasanya ibu tidak

menginginkan kontak dengan bayinya tetapi bukan berarti ibu tidak

memperhatikan. Pada fase ini ibu perlu informasi mengenai bayinya, bukan cara

merawat bayinya.

b. Taking Hold
Terjadi pada hari ke 3 sampai hari ke 10, ada kekhawatiran tidak mampu merawat

bayinya. Selain itu, perasaan ibu pada fase ini sangat sensitif sehingga mudah

tersinggung jika komunikasi kurang hati-hati. Ibu mulai berusaha mandiri dan

berinisiatif. Perhatian terhadap kemampuan mengatasi fungsi tubuhnya seperti

buang air kecil dan buang air besar, melakukan aktivitas duduk, jalan, ingin belajar

tentang perawatan diri dan bayi sehingga tumbuh rasa percaya diri.

c. Letting Go

Terjadi setelah hari ke 10 postpartum. Pada fase ini ibu merasakan bahwa bayinya

adalah terpisah dari dirinya. Mendapatkan dan menerima peran dan tanggung

jawab baru. Terjadi peningkatan kemandirian dalam merawat diri dan bayinya,

penyesuaian dalam hubungan keluarga termasuk bayinya. Fase ini berlangsung

setelah 10 hari persalinan. Fase-fase adaptasi psikologis pada ibu dalam masa nifas

tersebut merupakan perubahan perasaan sebagai respon alami terhadap rasa lelah

yang dirasakan dan akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat menyesuaikan

diri dengan peran barunya dan tumbuh kembali pada keadaan normal. Hal-hal yang

harus dipenuhi selama masa nifas antara lain fisik yakni istirahat, asupan gizi dan

lingkungan bersih, psikologi dimana dukungan dari keluarga sangat diperlukan,

sosial, perhatian dan rasa kasih sayang menghibur ibu saat sedih dan menemani ibu

saat kesepian.

2.3.4 Kebutuhan Klien Pada Masa Nifas


Postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan yaitu waktu kembali pada

keadaan tidak hamil. Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan

berangsur-angsur pulih seperti keadaan sebelum hamil. Dalam membantu proses

penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan diet yang cukup kalori dan
protein, membutuhkan istirahat yang cukup dan sebagainya. Menurut Dewi & Sunarsih

(2014) kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan ibu nifas antara lain :

1. Nutrisi

Bila kebutuhan energi wanita usia reproduksi sebesar 2.100 kkal/hari, seorang ibu

menyusui memerlukan asupan rata-rata 2.700 kkal dalam kesehariannya. Tambahan

sebesar 500-700 kkal tersebut tak lain diperlukan untuk keperluan biosintesis ASI. Ekstra

energi tersebut pun tidak semuanya harus didapatkan dari intake makanan yang

dikonsumsi ibu sehari-hari. Sejumlah 200 kkal ternyata telah tersedia di tubuh ibu berupa

cadangan deposit yang telah dibentuk sejak dimulainya proses kehamilan. Sisa 300-500

kkal/hari yang baru diharapkan diperoleh dari intake makanan keseharian ibu. Dengan

bekal keyakinan produksi ASI akan mencukupi kebutuhan bayi, seringnya intensitas bayi

menyusu pada ibu, maka akan dijamin produksi ASI akan sesuai dengan kebutuhan bayi.

2. Ambulasi

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin membimbing pasien

dari tempat tidurnya dan membimbingnya secepat mungkin untuk berjalan. Pada

persalinan normal sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah 2 jam (ibu boleh miring kiri

atau ke kanan untuk mencegah adanya trombosit). Keuntungan dari ambulasi dini adalah

sebagai berikut :

a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat.

b. Memperlancar pengeluaran lochia, mengurangi infeksi.

c. Puerperium.

d. Mempercepat involusi uterus.

e. Memperlancar fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin.

3. Eliminasi
Miksi harus secepatnya dilakukan sendiri, bila kandung kemih penuh dan tidak

bisa miksi sendiri, dilakukan kateterisasi dengan melakukan mobilisasi secepatnya tak

jarang kesulitan miksi dapat diatasi. Defekasi harus ada dalam 3 hari pasca persalinan,

bila terjadi obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun di rektum, mungkin

terjadi febris, lakukan klisma atau berikan laksan per oral, dengan melakukan mobilisasi

sedini mungkin, tidak jarang kesulitan defekasi dapat diatasi. Ibu diharapkan dapat BAB

sekitar 3-4 hari postpartum. Apabila mengalami kesulitan BAB, lakukan diet teratur,

cukupi kebutuhan cairan, konsumsi makanan berserat, olahraga, beri obat rangsangan per

oral atau per rektal atau lakukan klisma jika perlu.

4. Kebersihan diri

Kebersihan diri dilakukan untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan perasaan

nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur maupun

lingkungan. Beberapa hal yang dapat dilakukan ibu postpartum dalam menjaga

kebersihan diri adalah sebagai berikut :

a. Mandi teratur minimal 2 kali sehari.

b. Mengganti pakaian dan alas tempat tidur.

c. Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal.

d. Melakukan perawatan perineum.

e. Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari.

f. Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genitalia.

5. Istirahat

Cuti melahirkan adalah waktu bagi ibu untuk berhenti dalam jangka waktu

tertentu dari pekerjaan karena melahirkan. Umumnya perusahaan menetapkan waktu

selama 3 bulan untuk cuti melahirkan. Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup,
istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada

siang hari.

6. Senam nifas

Salah 1 aktivitas yang dianjurkan untuk dilakukan para ibu setelah persalinan

adalah senam nifas. Senam ini dilakukan sejak hari pertama setelah melahirkan hingga

hari kesepuluh. Dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara bertahap, sistematis dan

kontinu. Tujuan senam nifas ini adalah memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap

tubuh setelah hamil dan melahirkan, memperbaiki tonus otot pelvis, memperbaiki

regangan otot abdomen/perut setelah hamil, memperbaiki regangan otot tungkai dan

meningkatkan kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot dasar panggul.

7. Hubungan seksual setelah melahirkan

Pada beberapa ibu yang memberikan ASI dapat terjadi penurunan libido dan

menderita kekeringan pada vagina. Hubungan seksual bukan merupakan satu-satunya

cara untuk memperoleh kenikmatan seksual dan wanita tersebut masih dapat menerima

rangsangan seksual dalam bentuk sentuhan atau rangsangan lain yang tak jarang

berlanjut dengan hubungan seksual intercourse dan dapat menyebabkan terjadinya

orgasmus pada wanita.

8. Cara menyusui yang benar

Menyusui dalam posisi dan perlekatan yang benar, sehingga menyusui efektif.

Menyusui minimal 8 kali sehari semalam (24 jam). Menyusui kanan dan kiri secara

bergantian, hanya berpindah ke sisi lain setelah mengosongkan payudara yang sedang

disusukan. Keuntungan pengosongan payudara adalah mencegah pembengkakan

payudara, meningkatkan produksi ASI, bayi mendapatkan komposisi ASI yang lengkap

(ASI awal dan akhir).

9. Posisi Menyusui
Posisi bayi saat menyusui sangat menentukan keberhasilan pemberian ASI dan

mencegah lecet puting susu. Pastikan ibu memeluk bayinya dengan benar. Berikan

bantuan dan dukungan jika ibu memerlukan, terutama jika ibu pertama kali menyusui

atau ibu berusia sangat muda. Posisi ibu yang benar saat menyusui akan memberikan

rasa nyaman selama ibu menyusui bayinya dan juga akan membantu bayi melakukan

isapan yang efektif. Posisi menyusui yang benar adalah :

a. Jika ibu menyusui bayi dengan posisi duduk santai, punggung bersandar dan kaki

tidak menggantung.

b. Jika ibu menyusui sambil berbaring, maka harus dijaga agar hidung bayi tidak

tertutup.

Kemudian tunjukkan kepada ibu cara melekatkan bayi, ibu hendaknya:

a. Menyentuhkan puting susu ke bibir bayi.

b. Menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

c. Segera mendekatkan bayi ke arah payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah

bayi terletak di bawah puting susu.

Posisi menyusui:

a. Seluruh badan bayi tersangga dengan baik, jangan hanya leher dan bahunya saja.

b. Kepala dan tubuh bayi lurus.

c. Badan bayi menghadap ke dada ibunya.

d. Badan bayi dekat ke ibunya.

e. Tanda-tanda perlekatan menyusu yang baik adalah dagu bayi menempel payudara

ibu, mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah bayi membuka keluar dan areola bagian

atas ibu tampak lebih banyak.

f. Cara meningkatkan produksi ASI dengan menyusui sesering mungkin, menyusui

lebih sering akan lebih baik karena merupakan kebutuhan bayi. menyusu pada
payudara kiri dan kanan secara bergantian, berikan ASI dari 1 payudara sampai

kosong sebelum pindah ke payudara lainnya, jika bayi telah tidur lebih dari 2 jam,

bangunkan dan langsung disusui.

Tabel 2.8. Pemecahan Masalah Pemberian ASI Bagi Ibu

Masalah Pemecahan

Ibu khawatir bahwa ASI-  Katakan kepada ibu bahwa semakin sering
nya tidak cukup untuk menyusui, semakin banyak air susu yang
bayi (sindrom ASI diproduksi.
kurang)  Susui bayi setiap minta. Jangan biarkan lebih
dari 2 jam tanpa menyusui. Biarkan bayi
menyusu sampai payudara terasa kosong.
Berikan ASI dari kedua payudara.
 Hindari pemberian makanan atau minuman
selain ASI.
Ibu mengatakan bahwa  Jelaskan cara memproduksi dan mengeluarkan
air susunya tidak keluar. ASI. Pada 3 hari pertama pasca bersalin,
hormon kehamilan masih tinggi sehingga aliran
ASI masih sedikit. Namun kebutuhan bayi pada
3 hari pertama memang hanya berkisar 2-20 ml
tiap kali menyusu.
 Susui sesuai keinginan bayi dan lebih sering.
 Jangan biarkan lebih dari 2 jam tanpa menyusui.
Ibu mengatakan puting  Ibu dapat terus memberikan ASI pada keadaan
susunya terasa sakit luka tidak begitu sakit.
(puting susu lecet)  Perbaiki posisi dan perlekatan. Olesi puting susu
dengan ASI. Mulai menyusui dari puting yang
paling tidak lecet.
 Puting susu dapat diistirahatkan sementara
waktu, kurang lebih 1 x 24 jam jika puting lecet
sangat berat. Selama puting diistirahatkan,
sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan,
tidak dianjurkan dengan alat pompa karena
nyeri.
 Berikan parasetamol 1 tablet tiap 4-6 jam untuk
menghilangkan nyeri. Gunakan BH yang
menyokong payudara.
 Jika ada luka/bercak putih pada puting susu,
segera hubungi bidan.
Ibu memiliki puting  Tidak perlu memperbaiki kondisi puting
datar/tenggelam sebelum persalinan.
 Ajari posisi dan cara perlekatan yang benar.
 Ibu dan bayi perlu sesering mungkin melakukan
kontak kulit dengan kulit untuk memberi
kesempatan pada bayi menemukan sendiri posisi
cara yang paling nyaman baginya untuk
menyusu.
 Bila bayi belum dapat melekat dengan baik pada
minggu-minggu pertama, ibu dapat memerah
ASI dan memberinya dengan gelas.
 Bisa juga menggunakan spuit 10-30 ml yang
dipotong ujungnya sehingga pendorong spuit
bisa dimasukkan dari ujung tersebut. Ujung sisi
yang tidak dipotong dapat dilekatkan ke areola
ibu dan pendorong spuit ditarik untuk
merangsang penonjolan puting sebelum
menyusui.
 Seiring dengan pertumbuhan bayi, mulut bayi
menjadi lebih besar dan keterampilannya untuk
menyusu pun meningkat.
 Hindari penggunaan botol susu dan
dot/kempeng karena hanya akan menghalangi
bayi untuk mampu menyusu.

Gambar 2.18. Penarikan Puting Susu


(Kemenkes, 2013)
Ibu mengeluh  Usahakan menyusui sampai payudara kosong.
payudaranya terlalu  Kompres payudara dengan air hangat selama 5
penuh dan terasa sakit menit. Urut payudara dari arah pangkal menuju
(payudara bengkak) puting.
 Bantu ibu untuk memerah ASI sebelum
menyusui kembali.
 Susui bayi sesegera mungkin (setiap 2-3 jam)
setelah payudara ibu terasa lebih lembut.
Apabila bayi tidak dapat menyusu, keluarkan
ASI dan minumkan kepada bayi. Kompres
payudara dengan kain dingin setelah menyusui.
Keringkan payudara.
 Jika masih sakit, perlu dicek apakah terjadi
mastitis.
Mastitis dan abses  Beri antibiotika.
payudara.  Beri obat penghilang rasa nyeri.
 Kompres hangat.
 Tetap berikan ASI dengan posisi yang benar
sehingga bayi dapat mengisap dengan baik.
 Jika telah terjadi abses, sebaiknya payudara
yang sakit tidak disusukan, tetapi ASI harus
tetap dikeluarkan dengan diperah untuk
membantu proses penyembuhan dan menjaga
produksi ASI.
Ibu sakit dan tidak mau  Ibu yang menderita batuk pilek demam
menyusui bayinya. (selesma), diare atau penyakit ringan lainnya
dapat tetap menyusui bayinya. ASI saat ibu sakit
ringan tidak berbahaya, justru memberikan
kekebalan pada bayi terhadap penyakit yang
sedang diderita ibu.
 Tidurkan bayi di samping ibu dan motivasi ibu
supaya tetap menyusui bayi.
 Jelaskan bahwa ibu dapat minum obat yang
aman untuk ibu menyusui. Susui bayi sebelum
ibu minum obat.
 Ibu jangan minum obat tanpa sepengetahuan
dokter/bidan, karena mungkin dapat
membahayakan bayi.
Sumber : Kemenkes, 2013.

2.3.5 Komplikasi Pada Masa Nifas


Beberapa wanita setelah melahirkan secara fisik merasakan ketidaknyamanan

terutama pada 6 minggu pertama setelah melahirkan diantaranya mengalami beragam rasa

sakit, nyeri dan gejala tidak menyenangkan lainnya. Hal tersebut adalah wajar dan jarang

merupakan tanda adanya sebuah masalah, namun tetap saja semua ibu yang baru melahirkan

perlu menyadari gejala-gejala yang mungkin merujuk pada komplikasi pasca persalinan

(Murkoff, 2007). Gejala atau tanda bahaya yang harus diwaspadai diantaranya sebagai

berikut :

1. Perdarahan pasca salin (Hemorargia Postpartum).

Perdarahan pasca salin primer terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan,

sementara perdarahan pasca salin sekunder adalah perdarahan per vaginam yang lebih

banyak dari normal antara 24 jam hingga 12 minggu setelah persalinan. Perdarahan

pasca salin adalah perdarahan >500 ml setelah bayi lahir atau yang berpotensi

mempengaruhi hemodinamik ibu. Menurut waktu terjadinya dibagi atas 2 bagian yaitu
perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi dalam 24 jam

setelah anak lahir dan perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage)

yang terjadi setelah 24 jam, biasanya antara hari ke 5 sampai ke 15 postpartum (Mochtar,

2013).

Faktor predisposisi menurut Kemenkes (2013), antara lain :

a. Kelainan implantasi dan pembentukan plasenta: plasenta previa, solutio plasenta,

plasenta akreta/inkreta/perkreta, kehamilan ektopik, mola hidatidosa.

b. Trauma saat kehamilan dan persalinan: episiotomi, persalinan per vaginam dengan

instrumen (forsep di dasar panggul atau bagian tengah panggul), bekas SC atau

histerektomi.

c. Volume darah ibu yang minimal, terutama pada ibu berat badan kurang, preeklamsia

berat/eklamsia, sepsis atau gagal ginjal.

d. Gangguan koagulasi.

e. Pada atonia uteri, penyebabnya antara lain uterus overdistensi (makrosomia,

kehamilan kembar, hidramnion atau bekuan darah), induksi persalinan, penggunaan

agen anestetik (agen halogen atau anastesia dengan hipotensi), persalinan lama,

korioamnionitis, persalinan terlalu cepat dan riwayat atonia uteri sebelumnya.

Tatlaksana Awal :

a. Tatalaksana Umum :

2) Panggil bantuan tim untuk tatalaksana secara simultan.

3) Nilai sirkulasi, jalan napas dan pernapasan pasien.

4) Bila menemukan tanda-tanda syok, lakukan penatalaksanaan.

5) Berikan oksigen.

6) Pasang infus intravena dengan kanul berukuran besar (16 atau 18) dan mulai

pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat atau Ringer Asetat)
sesuai dengan kondisi ibu. Pada saat memasang infus, lakukan juga

pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan.

7) Jika fasilitas tersedia, ambil sampel darah dan lakukan pemeriksaan kadar

hemoglobin (pemeriksaan hematologi rutin), penggolongan ABO dan tipe Rh

serta sampel untuk pencocokan silang, profil hemostasis, waktu perdarahan

(Bleeding Time/BT), waktu pembekuan (Clotting Time/CT), prothrombin time

(PT), Activated partial thromboplastin time (APTT), hitung trombosit dan

fibrinogen.

8) Lakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan pernapasan ibu.

9) Periksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka dan tinggi

fundus uteri.

10) Periksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan laserasi

(jika ada, misal: robekan serviks atau robekan vagina).

11) Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.

12) Pasang kateter Folley untuk memantau volume urin dibandingkan dengan

jumlah cairan yang masuk (CATATAN: produksi urin normal 0.5-1

ml/kgBB/jam atau sekitar 30 ml/jam).

13) Siapkan transfusi darah jika kadar Hb < 8 g/dL atau secara klinis ditemukan

keadaan anemia berat : 1 unit whole blood (WB) atau packed red cells (PRC)

dapat menaikkan hemoglobin 1 g/dl atau hematokrit sebesar 3% pada dewasa

normal, mulai lakukan transfusi darah, setelah informed consent ditandatangani

untuk persetujuan transfusi.

14) Tentukan penyebab dari perdarahannya dan lakukan tatalaksana spesifik sesuai

penyebab.

Menurut Kemenkes (2013) penyebab perdarahan postpartum antara lain:


2. Metritis

Metritis ialah infeksi pada uterus setelah persalinan. Keterlambatan terapi akan

menyebabkan abses, peritonitis, syok, trombosis vena, emboli paru, infeksi panggul

kronik, sumbatan tuba dan infertilitas. Faktor predisposisi metritis antara lain kurangnya

tindakan aseptik saat melakukan tindakan, kurangnya hygiene pasien dan kurangnya

nutrisi. Tanda dan gejala terjadinya mestritis antara lain demam >38°C dapat disertai

menggigil, nyeri perut bawah, lochia berbau dan purulent, nyeri tekan uterus, subinvolusi

uterus dan dapat disertai perdarahan per vaginam dan syok. Tatalaksana penanganan

mestritis adalah :

a. Tatalaksana Umum :

1) Berikan antibiotika sampai dengan 48 jam bebas demam: Ampisilin 2 g IV

setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV tiap 24 jam, ditambah

metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam, jika masih demam 72 jam setelah terapi,

kaji ulang diagnosis dan tatalaksana.

2) Cegah dehidrasi. Berikan minum atau infus cairan kristaloid.

3) Pertimbangkan pemberian vaksin tetanus toksoid (TT) bila ibu dicurigai

terpapar tetanus (misalnya ibu memasukkan jamu-jamuan ke dalam vaginanya).

4) Jika diduga ada sisa plasenta, lakukan eksplorasi digital dan keluarkan bekuan

serta sisa kotiledon. Gunakan forsep ovum atau kuret tumpul besar bila perlu.

5) Jika tidak ada kemajuan dan ada peritonitis (demam, nyeri lepas dan nyeri

abdomen), lakukan laparotomi dan drainase abdomen bila terdapat pus.

6) Jika uterus terinfeksi dan nekrotik, lakukan histerektomi subtotal.

7) Lakukan pemeriksaan penunjang: pemeriksaan darah perifer lengkap termasuk

hitung jenis leukosit, golongan darah ABO dan jenis Rh, gula darah sewaktu
(GDS), analisis urin, kultur (cairan vagina, darah, dan urin sesuai indikasi),

Ultrasonografi (USG) untuk menyingkirkan kemungkinan adanya sisa plasenta

dalam rongga uterus atau massa intra abdomen pelvik.

8) Periksa suhu pada grafik (pengukuran suhu setiap 4 jam) yang digantungkan

pada tempat tidur pasien.

9) Periksa kondisi umum: tanda vital, malaise, nyeri perut dan cairan per vaginam

setiap 4 jam.

10) Lakukan tindak lanjut jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit per 48 jam.

11) Terima, catat dan tindak lanjuti hasil kultur.

12) Perbolehkan pasien pulang jika suhu <37,5°C selama minimal 48 jam dan hasil

pemeriksaan leukosit < 11.000/mm3.

3. Abses Pelvis

Abses pelvis adalah abses pada regio pelvis. Faktor predisposisi antara lain

metritis (infeksi dinding uterus) pasca kehamilan. Tanda dan gejala berupa nyeri perut

bawah dan kembung, demam tinggi, menggigil, nyeri tekan uterus, respon buruk

terhadap antibiotika, pembengkakan pada adneksa atau kavum Douglas dan pungsi

kavum Douglas berupa pus. Tatalaksana khusus adalah berikan antibiotika kombinasi

sebelum pungsi dan drain abses sampai 48 jam bebas demam berupa ampisilin 2 g IV

setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV tiap 24 jam, ditambah metronidazol

500 mg IV tiap 8 jam dan jika kavum Douglas menonjol, lakukan drain abses, jika

demam tetap tinggi, lakukan laparotomi.

4. Infeksi Luka Perineum dan Luka Abdominal

Infeksi luka perineum dan luka abdominal adalah peradangan karena masuknya

kuman-kuman ke dalam luka episiotomi atau abdomen pada waktu persalinan dan nifas,

dengan tanda-tanda infeksi jaringan sekitar. Faktor predisposisi adalah kurangnya


tindakan aseptik saat melakukan penjahitan, kurangnya hygiene pasien dan kurangnya

nutrisi.

Tanda dan gejala abses, seroma dan hematoma pada luka yaitu nyeri tekan pada

luka disertai keluarnya cairan atau darah, eritema ringan di luar tepi insisi dan

penatalaksanaannya adalah :

a. Tatalaksana umum : kompres luka dengan kasa lembab dan minta pasien mengganti

kompres sendiri setiap 24 jam, jaga kebersihan ibu, minta ibu untuk selalu

mengenakan baju dan pembalut yang bersih.

b. Tatalaksana khusus :

1) Jika terdapat pus atau cairan, bukalah luka dan lakukan drainase.

2) Angkat kulit yang nekrotik, jahitan subkutis dan buat jahitan situasi.

3) Jika terdapat abses tanpa selulitis, tidak perlu diberikan antibiotika.

4) Bila infeksi relatif superfisial, berikan ampisilin 500 mg per oral selama 6 jam

dan metronidazol 500 mg per oral 3 kali/hari selama 5 hari.

Tanda dan gejala selulitis dan fasiitis nekrotikan adalah luka terasa nyeri, eritema

dan edema di luar tepi insisi, luka mengeras, keluar cairan bernanah, merah di sekitar

luka..

5. Tetanus

Tetanus merupakan penyakit yang langka dan fatal yang mempengaruhi susunan

saraf pusat dan menyebabkan kontraksi otot yang nyeri. Tanda dan gejala berupa trismus,

kaku kuduk, wajah, punggung melengkung, perut kaku seperti papan dan spasme

spontan. Faktor predisposisi : imunisasi tidak lengkap/tidak imunisasi, luka tusuk, sisa

paku atau kayu yang menusuk tertinggal di dalam, adanya infeksi bakteri lainnya.

Penatalaksanaan umum adalah dengan rujuk ibu ke rumah sakit. Selama

mempersiapkan rujukan miringkan ibu ke samping agar tidak terjadi aspirasi, jaga jalan
napas tetap terbuka, atasi kejang dengan diazepam 10 mg IV selama 2 menit. Jauhkan

ibu dari kebisingan dan cahaya, pasang jalur intravena untuk memberikan cairan. Jangan

berikan cairan lewat mulut, berikan antibiotika benzil penisilin 2 juta unit IV setiap 4 jam

selama 48 jam. Lalu, lanjutkan dengan ampisilin 500 mg 3 kali sehari selama 10 hari,

berikan antitoksin tetanus 3000 unit IM. Di fasilitas kesehatan yang leibih lengkap, cari

tahu dan singkirkan penyebab infeksi (misalnya jaringan yang terinfeksi), ventilasi

mekanik mungkin diperlukan.

6. Mastitis

Inflamasi atau infeksi payudara dengan gejala payudara (biasanya unilateral)

keras, memerah, dan nyeri, dapat disertai demam >38°C, paling sering terjadi di minggu

ke 3 dan ke 4 postpartum, namun dapat terjadi kapan saja selama menyusui. Faktor

predisposisi menyusui selama beberapa minggu setelah melahirkan, puting yang lecet,

menyusui hanya pada satu posisi, sehingga drainase payudara tidak sempurna,

menggunakan bra yang ketat dan menghambat aliran ASI, riwayat mastitis sebelumnya

saat menyusui.

Penatalaksanaan umum dengan cara ibu sebaiknya tirah baring dan mendapat

asupan cairan yang lebih banyak, sampel ASI sebaiknya dikultur dan diuji sensitivitas.

Bila payudara yang sakit belum kosong setelah menyusui, pompa payudara untuk

mengeluarkan isinya, kompres dingin pada payudara untuk mengurangi bengkak dan

nyeri, berikan parasetamol 3 x 500 mg per oral, sangga payudara ibu dengan bebat atau

bra yang pas dan lakukan evaluasi setelah 3 hari.

7. Bendungan Payudara

Bendungan payudara adalah bendungan yang terjadi pada kelenjar payudara oleh

karena ekspansi dan tekanan dari produksi dan penampungan ASI. Gejalanya payudara

bengkak dan keras, nyeri pada payudara, terjadi 3-5 hari setelah persalinan, kedua
payudara terkena. Faktor predisposisi karena posisi menyusui yang tidak baik,

membatasi menyusui, membatasi waktu bayi dengan payudara, memberikan suplemen

susu formula untuk bayi, menggunakan pompa payudara tanpa indikasi sehingga

menyebabkan suplai berlebih, implan payudara.

8. Retraksi Puting

Suatu kondisi dimana puting tertarik ke dalam payudara. Pada beberapa kasus,

puting dapat muncul keluar bila distimulasi, namun pada kasus-kasus lain, retraksi ini

menetap.

a. Grade 1 :

Puting tampak datar atau masuk ke dalam, puting dapat dikeluarkan dengan mudah

dengan tekanan jari pada atau sekitar areola, terkadang dapat keluar sendiri tanpa

manipulasi, saluran ASI tidak bermasalah dan dapat menyusui dengan biasa.

b. Grade 2

Dapat dikeluarkan dengan menekan areola, namun kembali masuk saat tekanan

dilepas, terdapat kesulitan menyusui, terdapat fibrosis derajat sedang, saluran ASI

dapat mengalami retraksi namun pembedahan tidak diperlukan dan pada

pemeriksaan histologi ditemukan stromata yang kaya kolagen dan otot polos.

c. Grade 3

Puting sulit untuk dikeluarkan pada pemeriksaan fisik dan membutuhkan

pembedahan untuk dikeluarkan, saluran ASI terkonstriksi dan tidak memungkinkan

untuk menyusui, dapat terjadi infeksi, ruam atau masalah kebersihan, secara

histologis ditemukan atrofi unit lobuler duktus terminal dan fibrosis yang parah.

Tatalaksana umum jika retraksi tidak dalam, susu dapat diperoleh dengan

menggunakan pompa payudara. Jika puting masuk sangat dalam, suatu usaha harus
dilakukan untuk mengeluarkan puting dengan jari pada beberapa bulan sebelum

melahirkan.

2.3.6 Pijat Oksitosin


1. Pengertian

Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang kedua sisi tulang belakang

pijat ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau refleks pengeluaran ASI.

Ibu yang menerima pijat oksitosin akan merasa lebih rileks (Monika, 2014).

2. Patofisiologi Pijat Oksitosin

Pemijatan tulang belakang pada costae (tulang rusuk) ke 5 dan 6 sampai ke

skapula (tulang belikat) akan mempercepat kerja saraf parasimpatis, berpangkal pada

medulla oblongata dan daerah sakrum dari medulla spinalis akan merangsang hipofise

posterior untuk merangsang hormon oksitosin, yang menstimulasi kontraksi sel-sel

otot polos yang melingkari duktus laktiferus kelenjar mammae yang menyebabkan

kontraktilitas mioepitel payudara sehingga meningkatkan volume ASI dari kelenjar

mammae.

3. Manfaat Pijat Oksitosin

Manfaat dari pijat oksitosin diantaranya adalah membantu ibu secara

psikologis, memberikan ketenangan, mengurangi stress serta meningkatkan rasa

percaya diri dan berpikir positif akan kemampuan diri dalam memberikan ASI dan

membantu proses involusi uterus.

4. Langkah-langkah Pijat Oksitosin

a. Mencuci tangan dan memakai masker.

b. Melepaskan baju bagian atas.


c. Ibu duduk rileks bersandar ke depan, tangan dilipat di atas meja dengan kepala

diletakkan diatasnya.

d. Memasang handuk.

e. Melumuri kedua telapak tangan pemijat dan juga punggung ibu menggunakan

minyak zaitun/baby oil.

f. Pijat disepanjang sisi kanan dan kiri tulang belakang menggunakan 2 kepalan

tangan dengan ibu jari menunjuk ke depan. Tekan dengan lembut, gerakan

melingkar searah jarum jam dan tidak menimbulkan memar. Gerakan dilakukan

sebanyak 3 kali.

g. Lakukan gerakan yang sama di sepanjang bahu, ulangi sampai 3 kali.

h. Lakukan pemijatan di sebelah tulang belikat kanan dan kiri dengan gerakan

menekan tapi lembut dan tegas.

i. Melakukan pijat dari atas ke bawah di sisi kanan dan kiri dengan gerakan

memutar sampai ke bawah.

j. Pijat dengan menggunakan punggung jari bergantian antara tangan kanan dan kiri

dengan membentuk LOVE dari bawah naik ke atas. Gerakan diulangi sebanyak 3

kali.

k. Bersihkan punggung dengan air hangat dan dingin secara bergantian.

l. Bantu klien memakai BH dan pakaian kembali.

m. Membereskan alat.

2.4 Neonatal Care (Bayi Baru Lahir)


2.4.1 Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan lebih dari atau

sama dengan 37 minggu dengan berat lahir 2500-4000 gram. Bayi baru lahir membutuhkan
perawatan yang dapat meningkatkan kesempatan menjalani masa transisi dengan berhasil

(Armini et al., 2017).

2.4.2 Konsep Dasar dan Adaptasi Pada Neonatus


1. Adaptasi Sistem Pernapasan

Rangsangan gerakan pernapasan pertama terjadi karena beberapa hal sebagai

berikut tekanan mekanik dari otak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi mekanik),

sehingga penurunan PaO2 dan peningkatan PaCo2 merangsang kemoreseptor yang

terletak di sinus karotikus (stimulasi kimiawi), rangsangan dingin di daerah muka dan

perubahan suhu di dalam uterus (stimulasi sensorik), refleks deflasi Hering Breur.

Pernapasan pertama pada BBL terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir).

2. Adaptasi Sistem Paru

Tekanan intra toraks yang negatif disertai dengan aktivitas napas yang pertama

memungkinkan adanya udara masuk ke dalam paru-paru. Setelah beberapa kali napas

pertama, udara dari luar mulai mengisi jalan napas pada trakea dan bronkus, akhirnya

semua alveolus mengembang karena terisi udara. Fungsi alveolus dapat maksimal jika

dalam paru-paru bayi terdapat surfaktan yang adekuat. Surfaktan membantu

menstabilkan dinding alveolus sehingga alveolus tidak kolaps saat akhir napas

(Sulistyawati, 2014).

Tabel 2.9. Perkembangan Janin Sesuai Usia Kehamilan

Usia Kehamilan Perkembangan


24 hari Bakal paru-paru terbentuk
26-28 hari Kedua broncus membesar
6 minggu Segmen broncus terbentuk
12 minggu Lobus terdeferensiasi
24 minggu Alveolus terbentuk
28 minggu Surfaktan terbentuk
34-36 minggu Struktur paru-paru matang
Sumber : Mochtar, 2013.
3. Adaptasi Sistem Kardiovaskuler

Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam darah, yaitu :

a. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah sistemik meningkat dan

tekanan atrium kanan menurun. Aliran darah menuju atrium kanan berkurang

sehingga menyebabkan penurunan volume dan tekanan pada atrium tersebut.

Kedua kejadian ini membantu darah yang miskin oksigen mengalir ke paru untuk

menjalani proses oksigenasi ulang.

b. Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru dan

meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernapasan pertama ini

menimbulkan relaksasi sistem pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke

paru mengakibatkan peningkatan pembuluh darah dan tekanan pada atrium

kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan dan penurunan tekanan atrium

kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup.

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil

oksigen dan bersirkulasi ke seluruh tubuh guna menghantarkan oksigen ke jaringan.

Terjadi perubahan besar yaitu penutupan foramen ovale pada atrium paru dan aorta

serta penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta.

4. Adaptasi Suhu

Bayi baru lahir/neonatus dapat menghasilkan panas dengan 3 cara, yaitu

menggigil, aktivitas volunter otot dan termogenesis yang bukan melalui mekanisme

menggigil. Termogenesis non menggigil mengacu pada penggunaan lemak coklat

untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terletak pada dan di sekitar tulang

belakang, klavikula, dan sternum, ginjal, serta pembuluh darah utama. Jumlah lemak

coklat bergantung pada usia kehamilan dan menurun pada bayi baru lahir yang
mengalami hambatan pertumbuhan. Produksi panas melalui penggunaan cadangan

lemak coklat dimulai saat rangsangan dingin memicu aktivitas hipotalamus

(Rochmah, 2012).

Empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir ke

lingkungannya :

a. Konveksi : Proses hilangnya panas tubuh melalui kontak dengan udara yang

dingin di sekitarnya (dekat jendela/kipas angin, ac).

b. Radiasi : Proses hilangnya panas tubuh bayi diletakkan dekat dengan benda-

benda yang lebih rendah suhunya dari suhu tubuhnya (stetoscope yang dingin,

ruangan yang dingin).

c. Evaporasi : Proses hilangnya panas tubuh bayi baru lahir berada dalam keadaan

basah (selimut yang tidak diganti/tidak dikeringkan).

d. Konduksi : Proses hilangnya panas tubuh melalui kontak langsung dengan benda-

benda yang mempunyai suhu lebih rendah (timbangan tanpa pengalas/dingin).

5. Adaptasi Sistem Peredaran Darah

a. Vena umbilikalis (kaya oksigen)  duktus venosus  vena kava inferior 

atrium kanan  atrium kiri (foramen ovale)  ventrikel kiri  aorta  sirkulasi

sistemik  arteri umbilikalis  plasenta.

b. Ventrikel kanan  arteripulmonalis (sebagian kecil)  sirkulasi paru.

c. Tali pusat dipotong.

d. Darah kaya oksigen  vena pulmonalis  atrium kiri  ventrikel kiri  aorta

 sirkulasi sistemik  vena kava inferior/ superior  atrium kanan  ventrikel

kanan  arteri pulmo  pertukaran O2 di paru.

6. Adaptasi Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu, pada

BBL glukosa akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam) jika BBL tidak dapat mencerna

makanan/ASI dalam jumlah yang cukup akan menggunakan glikogen yang tesimpan

di hati. Koreksi penurunan kadar gula dalam darah dapat dilakukan dengan 3 cara,

yaitu melalui penggunaan ASI, melalui penggunaan cadangan glukosa

(glikogenolisis) dan melalui penggunaan glukosa dan sumber lainnya terutama lemak

(glukoneogenesis).

7. Adaptasi Gastrointestinal

Adapun adaptasi pada saluran pencernaan menurut Marmi (2015) antara lain :

a. Pada hari ke 10 kapasitas lambung menjadi 100 cc.

b. Enzim tersedia untuk mengkatalisis protein dan karbohidrat sederhana yaitu

monosakarida dan disakarida.

c. Defisiensi lipase pada pankreas menyebabkan terbatasnya absorbsi lemak,

sehingga kemampuan bayi untuk mencerna lemak belum matang, maka susu

formula sebaiknya tidak diberikan pada bayi baru lahir.

d. Kelenjar ludah berfungsi saat lahir tetapi kebanyakan tidak mengeluarkan ludah

sampai usia bayi ± 2-3 bulan.

Traktus digestivus mengandung zat-zat yang berwarna hitam kehijauan yang

terdiri dari mukopolosakarida dan disebut mekonium, yaitu tinja pertama yang

biasanya keluar dalam dua puluh empat jam pertama setelah kelahiran. Adanya

pemberian susu, mekonium mulai digantikan oleh tinja tradisional pada hari ketiga

sampai empat yang berwarna coklat kehijauan. Pada saat lahir aktivitas mulut sudah

berfungsi yaitu menghisap dan menelan. Saat lahir volume lambung 25-50 ml.

Refleks muntah dan refleks batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat
lahir. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna

mengakibatkan "gumoh" pada bayi baru lahir dan neonatus.

8. Adaptasi Sistem Ginjal

Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir

dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka berkemih 5-20 kali

dalam 24 jam dengan jumlah urin sekitar 20-30 ml/hr dan menjadi 100-200 ml/hr

pada waktu akhir minggu pertama. Urin dapat keruh karena lendir dan garam asam

urat, noda kemerahan (debu batu bata) dapat diamati pada popok karena kristal asam

urat. Ginjal bayi baru lahir tidak menyaring urin dengan baik, urin biasanya terang

dan kurang bau. Ketidakmaturan ginjal juga membatasi kemampuan BBL untuk

menseksresi obat. BBL mungkin tidak mengeluarkan urin selama beberapa jam dan

berkemih pertama kali dengan warna pucat.

9. Adaptasi Sistem Imunologi

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan

neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang

akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat. Kekebalan alami terdiri dari

struktur pertahanan tubuh yang berfungsi mencegah atau meminimalkan infeksi.

Berikut beberapa contoh kekebalan alami menurut Marmi (2015) :

a. Perlindungan dari membran mukosa.

b. Fungsi saringan saluran napas.

c. Pembentukan koloni mikroba di kulit dan usus.

d. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.

Pada bayi baru lahir hanya terdapat gamaglobulin G, sehingga imunologi dari

ibu dapat berpindah melalui plasenta karena berat molekulnya kecil. Akan tetapi, bila

ada infeksi yang dapat melalui plasenta (lues, toksoplasma, herpes simpleks, dan lain-
lain), reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma serta antibodi

gama A, G dan M (Dewi et al., 2014).

10. Adaptasi Sistem Neurologis

Setelah bayi lahir, pertumbuhan otak memerlukan persediaan oksigen dan

glukosa yang tetap dan memadai. Otak yang masih muda rentan terhadap hipoksia,

ketidakseimbangan biokimia, infeksi dan perdarahan (Rochmah, 2012). Sistem

neurologis bayi secara anatomi atau fisiologi belum berkembang sempurna. Bayi baru

lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil,

kontrol otot yang buruk, mudah terkejut dan tremor pada ekstremitas. Perkembangan

neonatus terjadi cepat. Saat bayi tumbuh, perilaku yang lebih kompleks (misalnya

kontrol kepala, tersenyum dan meraih dengan tujuan) akan berkembang.

2.4.3 Perawatan Bayi Baru Lahir


1. Perawatan BBL 0-30 detik

a. Jaga kehangatan

Menerima bayi mengunakan kain kering dan hangat.

b. Lakukan penilaian bayi

1) Apakah bayi bernapas/menangis.

2) Apakah tonus otot baik.

3) Apakah perkiraan berat lahir lebih dari 2000 gram.

Apabila jawaban semua YA, maka lakukan kontak kulit ke kulit dengan

meletakkan bayi di atas permukaan perut ibu dan lanjutkan ke c. Apabila

salah satu jawaban ada yang TIDAK, pindahkan bayi ke meja resusitasi dan

lanjutkan dengan tindakan resusitasi, stabilisasi dan transportasi.

c. Posisikan bayi untuk memastikan jalan napas bersih dan bebas dari lendir.
d. Keringkan dan rangsang bayi dengan melakukan usapan pada muka, kepala,

dada, perut, punggung, lengan dan tungkai, singkirkan kain yang basah ganti

dengan handuk kering.

e. Selimuti seluruh tubuh bayi dengan kain hangat dan kering, kemudian pasangkan

topi pada kepala.

f. Lakukan penilaian bayi

1) Apakah bayi bernapas/menangis

2) Apakah tonus otot baik?

Apabila jawaban semua YA maka lanjutkan dengan perawatan bayi baru lahir 30-

90 detik. Apabila salah satu jawaban ada yang TIDAK lanjutkan dengan

Tindakan resusitasi, stabilisasi dan transportasi  lanjut ke nomor 2.

2. Perawatan BBL 30 detik-90 menit

a. Menjaga kehangatan

Suhu ruangan bersalin hangat (minimal 25°C) tutup semua pintu dan jendela,

menggunakan pakaian yang sesuai/selimuti bayi dengan kain kering dan hangat

untuk mencegah kehilangan panas, kontak kulit ke kulit.

b. Pemotongan dan pengikatan tali pusat serta perawatan tali pusat dengan prinsip

terbuka dan kering

1) Pemotongan tali pusat dilakukan pada 2 menit pasca lahir.

2) Lakukan penjepitan ke 1 tali pusat dengan klem logam DTT pada 3 cm dari

dinding perut (pangkal pusat) bayi.

3) Tekan tali pusat dengan 2 jari dari titik jepitan kemudian dorong isi tali pusat

kearah ibu agar darah tidak terpancar pada saat pemotongan.

4) Lakukan penjepitan ke 2 pada 2 cm dari tempat jepitan ke 1 ke arah ibu.


5) Pegang tali pusat di antara ke dua klem tersebut, 1 tangan menjadi landasan

tali pusat sambil melindungi bayi tangan lain memotong tali pusat di antara

kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril.

6) Ikat tali pusat dengan penjepit tali pusat atau benang DTT.

7) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan

klorin 0,5%.

c. Lakukan inisiasi menyusu dini ( IMD)

1) Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap di dada ibu

tanpa pakaian/bedong minimal 1 jam atau proses menyusu pertama selesai

(apabila menyusu pertama terjadi lebih dari satu jam) kulit bayi melekat kulit

ibu.

2) Kepala bayi harus berada di antara payudara ibu tetapi lebih rendah dari

puting.

3) Minta ibu memeluk dan membelai bayinya, jika perlu letakkan bantal di

bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi.

4) Biarkan bayi mencari, menemukan puting dan mulai menyusu biarkan kontak

kulit ibu dan bayi setidaknya 1 jam walaupun sudah menemukan puting

kurang dari 1 jam.

5) Tidak melakukan intervensi apapun selama IMD.

6) Lakukan pemantauan tiap 15 menit selama IMD dengan parameter posisi,

warna kulit, nafas normal, tarikan dinding dada/megap-megap atau apnue,

suhu tubuh (dilakukan pada menit 15, 30, 45, 60, 75, 90 dan 120 menit).

7) Apabila bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam, posisikan

bayi lebih dekat dengan puting, namun bila belum menemukan puting dalam
waktu 2 jam, maka pindahkan ibu ke ruang rawat dengan bayi tetap di dada

ibu dan lanjutkan ibu untuk menyusui.

8) Lakukan pemantauan pasca IMD.

9) Kenakan pakaian atau tetap diselimuti untuk menjaga kehangatan.

10) Tutupi kepala bayi dengan topi.

11) Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama dalam jangkauan ibu.

d. Lakukan pemberian identitas

1) Kenakan gelang pada tangan kanan bayi yang bertuliskan nama ibu/nama

bayi.

2) Bedakan warna gelang menurut jenis kelamin, warna merah muda untuk bayi

perempuan dan warna biru untuk bayi laki-laki.

e. Lakukan pemberian injeksi vitamin K1

1) Cuci tangan sesuai prosedur.

2) Berikan vitamin K1 secara IM 1 mg pada anterolateral paha kiri.

3) Apabila berat badan bayi kurang dari 1500 gram atau lahir dengan usia

gestasi kurang 32 minggu maka dosis vitamin K1 yang diberikan adalah 0,5

mg.

4) Lakukan pencegahan infeksi mata

a) Cuci tangan sesuai prosedur.

b) Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan pemberian

obat tersebut.

c) Tarik kelopak mata bagian bawah ke arah bawah.

d) Berikan salap mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata paling

dekat dengan hidung bayi menuju bagian luar mata atau tetes mata.
e) Ujung tabung salap mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh mata

bayi.

f) Jangan menghapus salap mata dari mata bayi dan anjurkan keluarga

untuk tidak menghapus obat-obatan tersebut.

3. Perawatan BBL 90 menit- jam

a. Anamnesis BBL

b. Pemeriksaan fisik BBL

Menyebutkan tujuan dan prinsip pemeriksaan pada BBL yaitu untuk mengetahui

sedini mungkin jika terdapat kelainan pada BBL. Prinsipnya pemeriksaan

dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis), pemeriksaan tidak harus

berurutan dahulukan menilai pernapasan dan tarikan dinding dada ke dalam

denyut jantung serta perut.

1) Lihat postur, tonus dan aktifitas

Posisi tungkai dan lengan fleksi, bayi sehat bergerak aktif.

2) Lihat kulit

Wajah bibir dan selaput lendir, dada harus berwarna merah muda tanpa

adanya kemerahan atau bisul.

3) Hitung pernapasan

Lihat tarikan dinding dada ketika bayi sedang tidak menangis. Frekuensi

napas normal 40-60 x/menit, tidak ada tarikan dinding dada ke dalam yang

kuat.

4) Denyut jantung

Hitung denyut jantung dengan meletakkan stetoskop di dada kiri setinggi

apeks kordis. Frekuensi denyut jantung normal 100-160 x per menit.

5) Suhu
Lakukan pengukuran suhu ketiak dengan termometer. Suhu normal 36,5-

37,5°C.

6) Lihat dan raba bagian kepala muskular (im).

Tidak perlu dilakukan aspirasi. Ubun ubun besar tidak cembung/menonjol

saat bayi, ukuran kepala normal 34-35 cm.

7) Lihat mata

Tidak ada kotoran/sekret.

8) Lihat bagian dalam mulut

Masukkan 1 jari yang menggunakan sarung tangan ke mulut, raba langit-

langit. Bibir gusi langit-langit utuh dan tidak ada bagian yang rendah, nilai

kekuatan hisap. Bayi akan menghisap kuat jari pemeriksa.

9) Lihat dan raba perut

Lihat tali pusat, perut bayi datar teraba lemas, tidak ada perdarahan,

pembengkakan, nanah, bau yang tidak enak pada tali pusat atau kemerahan

sekitar tali pusat.

10) Lihat punggung dan raba tulang belakang.

Kulit terlihat utuh tidak terdapat lubang dan benjolan pada tulang belakang.

11) Lihat ekstremitas

Hitung jumlah jari tangan dan kaki, lihat apakah kaki posisinya baik atau

bengkok ke dalam atau keluar, lihat gerakan ekstremitas simetris atau tidak.

12) Lihat lubang anus

Hindari memasukan alat atau jari dalam memeriksa anus, tanyakan pada ibu

apakah bayi sudah mekonium, terlihat lubang anus dan periksa apakah

mekonium sudah keluar, biasanya mekonium keluar dalam 24 jam setelah

lahir.
13) Lihat dan raba alat kelamin luar

Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah kencing, Bayi perempuan kadang

terlihat cairan vagina berwarna putih atau kemerahan, bayi laki laki terdapat

lubang uretra pada ujung penis, pastikan bayi sudah miksi dalam 24 jam

setelah lahir.

14) Timbangan bayi

Timbang bayi dengan menggunakan selimut, hasil dikurangi dengan berat

selimut, berat lahir 2500-4000 gram.

15) Mengukur panjang dan lingkar kepala bayi

Panjang lahir 48-52 cm, lingkar kepala 33-37 cm.

c. Penentuan gestasi berdasarkan HPHT/berdasarkan Ballard Score

d. Pemberian imunisasi hepatitis B0 (HB 0)

1) Berikan imunisasi HB 0 pada 2-3 jam setelah pemberian vitamin K dan

sebelum bayi berumur 24 jam.

2) Suntikan uninject pada anterolateral paha kanan.

e. Menyebutkan tentang pemantauan BBL pada 90 menit-6 jam

1) Postur tubuh.

2) Aktivitas.

3) Pola napas.

4) Denyut jantung.

5) Perubahan suhu tubuh.

6) Warna kulit.

7) Kemampuan menghisap.

8) Tanda bahaya :

a) Tidak mau minum atau memuntahkan semua.


b) Kejang atau bergerak hanya jika dirangsang.

c) Napas cepat ( ≥ 60 x/menit ) atau napas lambat (< 30 x/menit).

d) Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat atau merintih.

e) Teraba demam (suhu aksila > 37.5°C) atau teraba dingin (suhu aksila <

36°C).

f) Nanah yang banyak di mata.

g) Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.

h) Diare.

i) Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki.

2.4.4 Masalah Pada Bayi Baru Lahir


Masalah yang sering muncul pada bayi baru lahir menurut Kemenkes (2010)

yaitu :

1. Bayi rewel

Bayi rewel atau menangis tidak selalu karena lapar. Rewel bisa disebabkan

mengompol, kepanasan/kedinginan, terlalu lelah atau ingin tidur, ingin ditimang atau

mendengar suara ibunya, merasa sendiri, atau memang ada yang tidak nyaman/nyeri

pada tubuhnya. Terkadang kandungan susu sapi (susu, biskuit, roti dan lainnya) atau

kafein (teh, kopi, coklat) pada makanan/minuman ibu juga dapat menjadi

penyebabnya. Susu sapi memicu alergi, sementara kafein dapat membuat bayi sulit

tidur dan gelisah. Cari penyebab bayi rewel, berikan dukungan dan rasa percaya diri

pada ibu.

2. Bayi kolik

Bayi kolik ditandai dengan tangisan bayi begitu keras tanpa sebab yang jelas dan amat

sulit ditenangkan disertai gerakan bayi menekukkan kakinya ke arah perut atau
berusaha menggerakkan/mengangkat punggungnya. Kolik kerap dikaitkan dengan

masalah pada saluran cerna bayi, alergi makanan atau masalah psikologis bayi dan

keluarga. Bila pada pemeriksaan semua hal didapati dalam batas normal, tangisan

akan berkurang pada usia 3 bulan dan akhirnya akan menghilang dengan sendirinya.

Pertumbuhan bayi kolik umumnya normal. Mengatasi kolik dengan cara :

a. Lakukan evaluasi kesehatan bayi secara umum, riwayat kehamilan dan

persalinan, saat dan lama bayi menangis, pola buang air besar dan feses bayi,

penilaian menyusui, pola makan ibu, riwayat alergi pada keluarga serta

bagaimana reaksi orang tua pada tangisan bayi.

b. Dukung dan tumbuhkan rasa percaya diri ayah dan ibu. Kepanikan orang tua

hanya akan membuat bayi lebih sulit untuk tenang.

c. Ayah dan ibu dapat membantu membuat bayi nyaman, tanggap dan cepat

merespon kondisi bayi, menyusui sesuai petunjuk alami dari bayi dan tetap

tenang.

d. Meminta bantuan dari anggota keluarga yang lain untuk membantu mengurus

bayi dapat dilakukan agar ayah dan ibu juga punya waktu untuk beristirahat.

e. Bila ada masalah alergi makanan, tentu pencetus alergi harus dihindari.

f. Bila ada masalah pada saluran cerna bayi (gumoh berlebih atau diare), maka

masalah tersebut harus diatasi sesuai dengan pedoman.

3. Gumoh

Gumoh normal dialami oleh sebagian besar bayi pada usia 0-12 bulan. Gumoh

bukan muntah. Gumoh yaitu keluarnya sebagian isi lambung tanpa didahului rasa

mual dan tanpa peningkatan tekanan dalam perut bayi. Isi lambung mengalir keluar

begitu saja. Bayi kurang bulan umumnya lebih sering mengalami gumoh dibanding

bayi cukup bulan. Gumoh terjadi karena :


a. Lambung bayi masih berada dalam posisi agak mendatar, belum cukup tegak

seperti posisi lambung pada anak yang lebih besar atau orang dewasa.

b. Sebagian lambung bayi masih berada pada rongga dada.

c. Besar lambung yang relatif kecil

d. Fungsi penutupan mulut lambung dan esofagus (saluran cerna atas) belum

sempurna.

Ukuran, letak, posisi, dan fungsi lambung akan membaik seiring dengan

bertambahnya usia sehingga gumoh akan berkurang dan menghilang. Secara umum,

gumoh mulai berkurang sekitar usia 6 bulan.

4. Hidung tersumbat

Hidung tersumbat adalah keluhan yang umum dijumpai sehari-hari pada usia

0-3 bulan. Bayi mutlak bernapas melalui hidung, sehingga sedikit saja ada sumbatan

di lubang hidungnya yang masih amat kecil itu, maka gejala hidung tersumbat akan

segera terdengar. Hidung tersumbat dapat disebabkan oleh pilek yang sebagian besar

disebabkan oleh virus atau peradangan ringan akibat polusi udara (asap rokok, asap

dalam rumah). Virus bersifat self limitted disease atau sembuh sendiri.

5. Cradle cap (Kerak Topi)

Kerak topi umumnya timbul pada minggu pertama, namun dapat juga terjadi

pada usia lebih dari 3-4 bulan. Kulit kepala bayi tampak dilapisi oleh lapisan kerak

yang cukup tebal dan berminyak. Kadang kerak dapat juga dijumpai pada bagian kulit

lain sepeti pada wajah, telinga, leher dan ketiak. Umumnya tidak gatal dan bayi tidak

merasa terganggu. Kelainan kulit ini penyebabnya pada sebagian besar kasus tidak

diketahui dan akan menghilang dengan sendirinya. Penggunaan sampo secara rutin

dapat mengurangi lapisan kerak yang terbentuk dan mempercepat proses

penyembuhan. Bila kerak cukup tebal dapat digunakan sampo yang mengandung
bahan anti ketombe. Bila kerak tidak membaik setelah 2 minggu atau kerak disertai

dengan rasa gatal atau nyeri atau meluas bayi perlu dirujuk.

6. Mongolian spot (bercak kebiruan)

Pada bayi Asia bercak kebiruan kerap tampak pada daerah bokong, punggung

bagian bawah dan pundak. Bercak ini akan menghilang (berubah menjadi seperti

warna kulit lainnya) seiring dengan pertambahan usia.

7. Milia

Tampak seperti jerawat kecil-kecil warna putih pada dahi, hidung dan pipi

bayi baru lahir. Milia disebabkan oleh tersumbatnya kelenjar sebasea (minyak) pada

kulit. Tidak perlu pengobatan khusus, akan menghilang dengan sendirinya. Basuh

wajah dengan air dan sabun bayi serta hindari penggunaan krim, lotion ataupun

vaselin.

8. Miliaria

Pada masyarakat kita miliaria lebih dikenal dengan istilah biang keringat

akibat tersumbatnya kelenjar keringat. Membuat bayi nyaman, memakai pakaian tipis

dan ringan, dan segera mengganti bila basah umumnya cukup untuk menghilangkan

miliaria, karena pada dasarnya miliaria memang bersifat sementara.

2.4.5 Pijat Batuk Pilek


1. Pengertian

Terapi pijat merupakan salah satu bentuk terapi yang menggunakan sentuhan

kelembutan sistemik, dilakukan secara menyeluruh pada tubuh atau difokuskan pada

bagian tubuh tertentu dengan tujuan untuk penyembuhan dan relaksasi (Sutarmi,

2018).
Pilek adalah infeksi ringan pada hidung, saluran sinus, tenggorokan dan

saluran pernapasan bagian atas akibat serangan virus. Pilek bisa dialami oleh siapa

saja, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Terapi pijat batuk pilek yang diberikan 1

kali sehari selama 5 hari berturut-turut (Dewi, 2018).

2. Persiapan Pijat Bayi

a. Waktu yang tepat.

b. Ruangan untuk melakukan pijat bayi.

c. Persiapan alat

3. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan

a. Kuku panjang

b. Memaksa anak

c. Tergesa-gesa

d. Bayi sedang tidur, setelah minum atau makan, minimal 1 jam setelah makan dan

minum.

e. Dilakukan di luar ruangan

f. Menyetel musik terlalu kuat.

4. Teknik Pijat Batuk Pilek

a. Gerakan mendorong ke samping di dada antara puting. Melegakan pernapasan,

meredakan batuk dan mengencerkan dahak.

Gambar 2.19. Gerakan Pertama


(Dewi, 2018)
b. Tekan dan putar di cuping hidung ke samping. Melegakan jalan nafas dan

menguatkan paru.

Gambar 2.20. Gerakan Kedua


(Dewi, 2018)

c. Gerakan tekan 1 jari di torakal 3. Tonik paru dan meredakan batuk.

Gambar 2.21. Gerakan Ketiga


(Dewi, 2018)

d. Cubit punggung. Melancarkan sirkulasi peredaran darah dan menguatkan tubuh.

Gambar 2.22. Gerakan Keempat


(Dewi, 2018)

e. Gerakan mendorong dengan 2 jari dari bawah ke atas di lengan jari kelingking.

Menurunkan panas, mengatasi masuk angin dan menghilangkan toksin.

Gambar 2.23. Gerakan Kelima


(Dewi, 2018)
2.5 Konsep Dasar Manajemen Kebidanan
2.5.1 Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan

sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,

penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk

pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2010).

Manajemen asuhan kebidanan sesuai 7 langkah Varney menjelaskan proses

manajemen untuk proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh bidan pada awal tahun

1970 an, yakni :

1. Langkah I : Pengumpulan data dasar

Langkah pertama mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk mengevaluasi ibu

dan bayi baru lahir. Data dasar yang diperlukan adalah semua data yang berasal dari

sumber infomasi yang berkaitan dengan kondisi ibu dan bayi baru lahir.

2. Langkah II : Interpretasi data

Menginterpretasikan data untuk diproses menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan

perawatan kesehatan yang diidentifikasi khusus.

3. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan masalah dan diagnosa

saat ini berkenaan dengan tindakan antisipasi, pencegahan, jika memungkinkan,

menunggu dengan penuh waspada dan persiapan terhadap semua keadaan yang mungkin

muncul.

4. Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera

Langkah keempat mencerminkan sikap kesinambungan proses penatalaksanaan yang

tidak hanya dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan prenatal periodik, tetapi
juga saat bidan melakukan perawatan berkelanjutan bagi wanita tersebut, misalnya saat

ia menjalani persalinan.

5. Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Mengembangkan sebuah rencana kebidanan yang menyeluruh dengan mengacu pada

hasil langkah sebelumnya.

6. Langkah VI : Melaksanakan perencanaan

Melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh. Langkah ini dapat dilakukan

secara keseluruhan oleh bidan atau dilakukan sebagian oleh ibu, orang tua atau anggota

tim kesehatan lainnya.

7. Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana asuhan yang dilakukan

benar-benar telah mencapai tujuan yaitu memenuhi kebutuhan ibu, seperti yang

diidentifikasi pada langkah kedua tentang masalah, diagnosis, maupun kebutuhan

perawatan kesehatan.

2.5.2 Dokumentasi SOAP


Dokumentasi dalam bidang kesehatan adalah suatu sistem pencatatan atau pelaporan

informasi atau kondisi perkembangan kesehatan pasien dan semua kegiatan yang dilakukan

oleh petugas kesehatan. Dalam pelayanan kebidanan, setelah melakukan pelayanan semua

kegiatan didokumentasikan dengan menggunakan konsep SOAP yang terdiri dari :

S : Menurut jawaban klien. Data ini diperoleh melalui auto anamnesa atau allow anamnesa

(sebagai langkah I dalam manajemen Varney).

O : Hasil pemeriksaan fisik klien, serta pemeriksaan diagnostik dan pendukung lain. Data ini

termasuk catatan medis pasien yang lalu (sebagai langkah I dalam manajemen Varney).

A : Analisis/interpretasi berdasarkan data yang terkumpul, dibuat kesimpulan berdasarkan

segala sesuatu yang dapat teridentifikasi diagnosa/masalah, identifikasi diagnosa/masalah


potensial dan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter/konsultasi kolaborasi dan

rujukan (sebagai langkah II, III, IV dalam manajemen Varney).

P : Merupakan gambaran pendokumentasian dari tindakan implementasi dan evaluasi rencana

berdasarkan pada langkah V, VI, VII pada evaluasi dari flowsheet. Planning termasuk asuhan

mandiri oleh bidan, kolaborasi atau konsultasi dengan dokter, tenaga kesehatan lain, tes

diagnostik/laboratorium, konseling/penyuluhan follow up.

2.5.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Komprehensif


Asuhan kebidanan komprehensif (continuity of care) adalah pemberian asuhan

kebidanan sejak kehamilan (Antenatal Care), bersalin (Intranatal Care), nifas (Postnatal

Care), bayi baru Lahir (Neonatal Care) hingga memutuskan menggunakan KB. Continuity of

care merupakan pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan yang terus menerus antara

seorang wanita dan bidan (Pratami, 2014).

Tujuannya agar dapat mengetahui hal yang terjadi pada seorang wanita sejak hamil,

bersalin, nifas sampai dengan bayi yang dilahirkannya serta melatih dalam melakukan

pengkajian, menegakkan diagnosa secara tepat, antisipasi masalah yang mungkin terjadi,

menentukan tindakan segera, melakukan perencanaan dan tindakan sesuai kebutuhan ibu,

serta mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan (Varney, 201
2.6 Kerangka Konsep

Asuhan komprehensif pada Ny.R


usia 35 tahun G3P2A0 H. 35 minggu

ANC Standar Minimal INC PNC


10T

ANC I (30-4-2020) KF I 20-05-201 - Vulva hygiene


Hpht: 25/08/2021 - SF 1X60 mg
- Konsumsi
- Perawatan tali
TP: 01/06/2023
HB: 12,5 gr/dl makanan Tgl 20-05-2021 pusat
NORMAL bergizi sayur Persalinan normal - Konsumsi herbal
dan buah Laserasi derajat 2 KF II 26-05- daun katuk
2021
- Konsumsi teh
ANC II (07-05- Hecting dengan daun kelor
Komplementer
2021) - Pijat nifas
Kepala belum teknik jelujur
- KF III 04-06-
masuk PAP Pelvik - Teknik
rocking 2021
NORMAL menyusui yang
Bayi lahir spontan
benar
pukul 14.30 jk:
perempuan - Konsumsi
ANC III (15-05-
2021) - Lanjutkan Pelvik bb: 2700 gr KF IV 02-07- makanan bergizi
NORMAL Rrocking Pb: 48 cm 2021 sayur dan buah

Mandiri/ Kolaborasi Bayi dan ibu sehat


BAB III
PENGEMBANGAN KASUS

3.1 Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Hamil (Varney)

Mahasiswa : Badriah Susilawati

NPM : 225491517022

Tempat Praktik : Puskesmas Mauk

Pembimbing I : Dr. Rukmaini, SST., M.Keb

Pembimbing II : Siti Maryam Muawanah,SST.,Bd

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS/BIODATA

Nama Ibu : Ny. R Nama Ibu : Tn. M

Umur : 35 tahun Umur : 36 tahun

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : Perguruan Tinggi Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Guru Pekerjaan : Karyawan

Alamat Rumah : Kp. Pabuaran Alamat Rumah : Kp.Pabuaran


Leutik 05/01 Ds. Leutik 05/01 Ds.
Buaran Jati, Buaran Jati
Sukadiri

Telepon : 08154868**** Telepon : 08577349****


B. DATA SUBJEKTIF

Pada hari Senin, 30-04-2021, pukul 15.00 WIB


1. Keluhan utama: Kontrol kehamilan, gerakan janin aktif
2. Riwayat Menstruasi :
a. Menarche : 12 Tahun
b. Siklus : 28 hari, Teratur
c. Banyaknya : 4-5 kali ganti pembalut/hari
d. Lamanya : 6-7 hari
e. Sifat darah : Hari pertama flek kecoklatan, hari kedua mulai
banyak berwarna merah
f. Dismenorhoe : Ya, hari pertama
3. Riwayat perkawinan
a. Status perkawinan : Sah . Kawin : 1 kali
b. Kawin umur 20 tahun. Suami umur : 24 tahun
c. Lamanya : 1 Tahun.
4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Tabel 3. 1 Riwayat Kehamilan


Anak Kehamilan Persalinan Bayi Nifas Penyu
lit
N Tahun Umur Tempat Jenis Penolong JK BB PB Cacat Perda Infeksi
o (mg) (kg) (cm) rahan

1 2010 39 PMB normal Bidan LK 2800 48 - - - Tidak


ada

2 2015 38 PBM normal Bidan LK 2800 49 - - - Tidak


ada

3 Hamil
ini
5. Riwayat Kehamilan sekarang
a. HPHT : 25-08-2020
b. TP : 01-06-2021
c. Hamil muda:
- Keluhan : Mual
- ANC : 2kali, teratur
- Tempat periksa : Puskesmas Mauk &
TPMB B
- Imunisasi : TT5
- Penyuluhan yang pernah didapat : Nutrisi dalam
kehamilan
d. Hamil tua :
- Keluhan : Tidak ada
- ANC : 5 kali
- Tempat periksa : Puskesmas Mauk
- Imunisasi :-
- Penyuluhan yang pernah didapat : Tanda Bahaya TM
III
6. Riwayat penyakit yang lalu/Operasi : Tidak ada
7. Riwayat penyakit keluarga (sistemik): Tidak ada
a. Hipertensi : tidak ada

b. Jantung : tidak ada

c.Diabetes : tidak ada


mellitus

d. Hepatitis : tidak ada

e. Ginjal : tidak ada

f. TBC : tidak ada

g. Lain-lain : tidak ada

8. Riwayat ginekologi : tidak ada


9. Riwayat Keluarga Berencana: Belum pernah
10. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Psikososial:
- Perasaan ibu terhadap kehamilan ini : Senang
dengan kehamilannya
- Reaksi keluarga : Menerima
dengan senang hati
- Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami
- Tempat melahirkan yang direncanakan : PMB
b. Pola nutrisi :
- Frekuensi : 3 kali makan sehari
- Jenis makanan : Nasi, lauk pauk, sayur
- Nafsu makan : Baik
- Pantangan : Tidak ada
- Alergi : Tidak ada
c. Pola eliminasi :
BAK : BAB :
- Frekuensi : 6-7 x/24 jam - Frekuensi : 1-2 x/24
jam
- Warna : Kuning jernih - Konsistensi : Lunak
- Keluhan : Tidak ada - Warna: Kuning
kecoklatan
- Bau : Normal - Keluhan : Tidak ada
d. Pola personal hygiene :
- Mandi : Frekuensi: 2 x/24 jam. Pakai
sabun: ya
- Oral : sikat gigi 2 x/24 jam
- Cuci rambut : Frekuensi: 1 x/48 jam. Pakai shampo: ya
e. Pola istirahat dan tidur:
- Lama tidur : 7-8 jam/hari.
- Kebiasaan sebelum tidur : berdoa, sikat gigi
- Keluhan : Tidak ada
f. Aktivitas:
- Waktu bekerja : -
- Kegiatan : Mengerjakan pekerjaan rumah
tangga
- Keluhan : kadang lemas
g. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan:
- Merokok : Tidak
- Minum minuman beralkohol : Tidak
- Obat-obatan/jamu : Tidak
h. Seksualitas:
- Frekuensi : 1-2
x/minggu
- Keluhan yang dapat mengancam kehamilan :
Tidak ada

II. DATA OBJEKTIF

A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. TB : 153 cm
4. BB sebelum hamil : 56 kg
5. BB saat ini : 62 kg
6. LILA : 24,5 cm
7. IMT : 24,34
8. Tanda-tanda vital :
- Tekanan Darah : 120/70 mmHg
- Nadi : 80x/menit
- Pernafasan : 20x/menit
- Suhu : 36,7oC

B. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
a. Rambut :
- Distribusi : Lurus
- Jumlah : Sedang
- Kualitas : Kuat tidak rontok
- Kebersihan : Bersih
- Bekas luka : Tidak ada
b. Wajah :
- Simetris : ya
- Oedema : tidak
- Kloasma : tidak
c. Mata :
- Simetris : ya
- Conjungtiva : tidak pucat
- Sklera : putih
- Kelainan : tidak ada
d. Telinga :
- Simetris : ya
- Pendengaran : baik
- Kebersihan : bersih
e. Mulut dan kerongkongan :
- Bibir - Gusi
Simestris : ya Berdarah : tidak
Warna : pink - Lidah
Lesi : tidak Kebersihan : bersih
- Gigi
Warna : putih
Berlubang : tidak - Orofaring
Karies : tidak Pembesaran tonsil :
tidak
Tanggal : tidak Tanda infeksi :
tidak
Pernafasan bau : tidak
2. Leher
a. Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada
b. Lain-lain : tidak ada
3. Dada
a. Simetris : ya
b. Rithme : teratur
c. Kelainan : tidak ada
d. Payudara :
- Simetris : ya
- Putting : menonjol
- Kolostrum : ada
e. Jantung :
- Rithme : teratur
- Kelainan : tidak ada
4. Abdomen
a. Inspeksi :
- Pembesaran perut : sesuai UK,1/2 Pst jari - px
- Bekas operasi : tidak ada
- Striae : tidak ada
- Linea : nigra
b. Palpasi :
- Kontraksi uterus : tidak ada
- TFU Mc. Donald : 27 cm
- Leopold I : TFU : ½ pusat sampai proxexus
xipoideus. Fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting
(bokong)
- Leopold II : Kiri : teraba
bagian-bagian kecil (ekstremitas), Kanan :
teraba keras, memanjang (punggung)
- Leopold III : Bagian bawah teraba bulat,
lunak, melenting (kepala)
- Leopold IV : covergen bagian sudah
masuk PAP
- TBF: (27-11) x 155 = 2480 gram
c. Auskultasi :
DJJ : 140 x/menit - Rithme : teratur

5. Anogenital
a. Vulva & vagina
 Inspeksi :
- Varices : tidak ada
- Bekas episiotomy : tidak ada
- Massa/kista : tidak ada
- Pengeluaran cairan : tidak ada
 Palpasi :
- Pembesaran kelenjar bartolini : tidak
- Nyeri : tidak
b. Anus
Haemoroid : tidak ada
6. Ekstremitas
a. Oedema tangan dan jari : tidak
b. Varices tungkai : tidak
c. Gerakan : bebas
d. Refleks Patella : positif

C. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 20 Nopember 2020
Gol. Darah :A
Rhesus : Positif
Hb : 12,5 gr/dl
HbsAg : Non Reaktif
HIV : Non Reaktif
Syphilis : Non Reaktif
Protein urin : Negatif
GDS : 99 mg/dl
III. INTERPRETASI DATA
1. Diagnosa :
G3P2A0 UK 35 minggu Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala
Dasar :
a. Ny. R mengatakan ini kehamilan anak ke 3 , melahirkan 2 x
normal dan belum pernah keguguran
b. HPHT 25-08-2020, TP 01-06-2021
c. Palpasi
- Leopold I : TFU : ½ Pusat sampai proxexus
xipoideus. Fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting
(bokong)
- Leopold II : Kiri : teraba bagian-bagian kecil
(ekstremitas), Kanan : teraba keras, memanjang
(punggung)
- Leopold III : Bagian bawah teraba bulat, lunak,
melenting (kepala)
- Leopold IV : covergen belum masuk PAP
- DJJ 140x/menit
2. Masalah :
Amenia ringan
3. Kebutuhan
Tanda bahaya kehamilan TM III

IV. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL

Tidak ada

V. TINDAKAN SEGERA

Kolaborasi dr.spOG

VI. PERENCANAAN

1. Berikan informed concent


2. Memberitahu hasil pemeriksaan
3. Menjelaskan asuhan kehamilan akan dilakukan secara
komprehensif dimana bidan akan melakukan pemantauan dari
kehamilan hingga masa nifas
4. Konseling persiapan persalinan
5. Anjuran senam hamil
6. Anjuran mempersiapkan biaya tabungan atau asuransi bersalin
7. Mempertahankan pola nutrisi sehat
8. Mempertahankan pola istirahat
9. Anjuran melakukan perawatan payudara
10. Anjuran ibu minum vitamin yang telah diberikan
11. Mengisi Birth Plan
12. Menjadwalkan kontrol 1 minggu atau jika ada keluhan
13. Dokumentasi

VII. PELAKSANAAN

1. Berikan informed concent untuk dilakukan pemeriksaan


2. Memberitahu hasil pemeriksaan dalam batas normal
3. Menjelaskan asuhan kehamilan akan dilakukan secara
komprehensif dimana bidan akan melakukan pemantauan dari
kehamilan hingga masa nifas
4. Konseling persiapan persalinan mengenai biaya, tempat
bersalin, penolong bersalin, pendamping, pengambil
keputusan, pendonor darah, persiapan kebutuhan ibu & bayi
dan rencana pemilihan KB pasca salin.
5. Anjuran senam hamil untuk persiapan persalinan terutama
latihan memperkuat otot panggul dan sebagai latihan untuk
mengurangi ketidaknyamanan di trimester III ini seperti pegal-
pegal punggung jika ada
6. Mempertahankan pola nutrisi sehat dan seimbang, seperti
protein, karbohidrat, sayur, buah dan lemak sehat serta
memenuhi kebutuhan hidrasi
7. Mempertahankan pola istirahat dengan tidur malam yang
cukup dan tidak melakukan aktifitas berlebihan sehingga dapat
menyebabkan terlalu lelah dan stress
8. Anjuran melakukan perawatan payudara dengan cara
membersihkan bagian putting dengan VCO menggunakan
kassa, kemudian bersihkan bagian kulit kering/mati sambil
dilakukan massage lembut kemudian kompres air hangat.
9. Anjuran ibu minum vitamin yang telah diberikan yaitu
kalsium 1x1 dan tablet tambah darah 1x1
10. Mengisi birth plan sebagai harapan dalam menjelang
persalinan
11. Menjadwalkan kontrol 1 minggu pada tanggal 07-05-2023
atau jika ada keluhan
12. Dokumentasi

VIII. EVALUASI

1. Ibu bersedia menandatangani inform concent


2. Ibu mengerti akan hasil pemeriksaan
3. Ibu mengerti dan akan merencanakan dengan suami mengenai
persiapan persalinan
4. Ibu bersedia mengikuti senam hamil di PMB jika ada waktu
yang sesuai
5. Ibu akan memperhatikan pola nutrisi seimbang, hidrasi dan
istirahat
6. Ibu berjanji akan rutin minum vitamin
7. Birth Plan telah diisi
8. Ibu bersedia kunjungan ulang pada tanggal 07-05-2023
9. Dokumentasi telah dilakukan

Tangerang , 30-04-2021
Mengetahui
Pembimbing Wahana Praktek Mahasiswa

Maryam Muawanah.,SSiT Badraih Susilawati


3.2 Asuhan Ante Natal care (ANC)

Tabel 3. 2 Kunjungan Ante Natal Care (ANC) SOAP

RTL untuk
Konta
Waktu Subjective Objective Assesment Plan kontak
k
selanjutnya

II 07-05- Ibu Keadaan umum Ny. R Usia - Menjelaskan hasil Kontrol


2021 mengataka baik, kesadaran 35tahun pemeriksaan bahwa ibu kembali 1
n saat ini compos mentis, G3P3A0 dalam keadaan normal. minggu
jadwal keadaan hamil 36 Ibu mengerti kemudian
kunjungan emosional stabil. minggu. - Jelaskan bahwa lemas (15-05-2021)
Pukul
ulang yang dialami ibu karena atau bila ada
16.00 BB : 61 kg,
periksa ibu kurang istirahat keluhan.
WIB Tanda-tanda vital, - Menjelaskan mengenai
kehamilan,
TD : 120/80 tanda-tanda bahaya
ibu
mmHg, N : 80 kehamilan trimester III
mengataka
x/menit, Rr : 22 seperti pergerakan janin
n sedikit berkurang, keluar
lemas x/menit, Sh : 36,5
o
C. cairan/darah dari jalan
lahir, bengkak di wajah,
Pemfis : Mata tangan ataupun kaki,
Konjuntiva kiri nyeri kepala hebat, sesak
dan kanan tdk nafas, mual muntah
pucat, Sklera kiri hebat dan segera datang
dan kanan, tidak ke fasilitas kesehatan
kuning, Payudara jika mengalaminya
bersih kolostrum - Menjelaskan tentang
belum ada kanan tanda-tanda persalinan
dan kiri. Kaki yaitu perut mulas secara
oedema (-). teratur, sering dan lama,
keluar lendir darah dari
Abdomen tidak
jalan lahir, keluar air
ada kontraksi
ketuban dari jalan lahir.
uterus, TFU: 29
Ibu paham dan mengerti
cm, Leopold I dengan penjelasan bidan
Teraba bagian dan dapat mengulangi
lunak, bulat tidak yang apa yang
melenting disampaikan mengenai
(bokong), Leopold tanda tanda persalianan.
II Teraba bagian - Anjuran melakukan
keras memanjang senam hamil untuk
di sebelah kanan persiapan menghadapi
(Puka) dan sebelah persalinan memperkuat
kiri bagian terkecil otot panggul dan latihan
ekstremitas, nafas yang baik,
Leopold III Teraba membantu kepala janin
masuk kedalam panggul
bagian janin bulat,
ibu juga untuk
keras melenting
mengurangi berbagai
(kepala), Leopold
IV (konvergen) ketidaknyamanan di
belum masuk kehamilan trimester III
PAP. TBJ : 28-11 ini
x (155) = 2635 - Menganjurkan ibu untuk
gram, DJJ mengkonsumsi buah bit
Frekuensi 142x/ untuk membantu
menit, teratur. meningkatkan kadar Hb
ibu
Pemeriksaan
- Anjuran untuk tetap
penunjang : -
minum vitamin secara
rutin kalsium dan
multivitamin &
penambah darah 1 x
sehari.
- Dokumentasi
III 15 Mei Ibu Keadaan umum Ny. R Usia - Menjelaskan hasil Kontrol
2021 mengataka baik, kesadaran 35tahun pemeriksaan bahwa ibu kembali 1
n saat ini compos mentis, G3P2A0 dalam keadaan kurang minggu
jadwal keadaan hamil 37 baik baik hb ibu masih kemudian
kunjungan emosional stabil. minggu, ada dibawah batas (23-05-2021)
Pukul
ulang normal atau bila ada
16.00 BB : 62 kg, Janin:
periksa - Mengingatkan tentang keluhan.
WIB Tanda-tanda vital, Tunggal tanda-tanda persalinan
kehamilan,
TD : 120/70 hidup intra yaitu perut mulas secara
ibu
mmHg, N : 80 uterina teratur, sering dan lama,
mengataka
keluar lendir darah dari
n saat ini x/menit, Rr : 20 presentasi jalan lahir, keluar air
tidak ada x/menit, Sh : 36 kepala ketuban dari jalan lahir.
keluhan o
C. Ibu paham dan mengerti
dengan penjelasan bidan
Pemfis : Mata dan dapat mengulangi
Konjuntiva kiri yang apa yang
dan kanan tidak disampaikan mengenai
pucat, Sklera kiri tanda tanda persalinan.
dan kanan, tidak Ibu dan suami mengerti
kuning, Payudara dan dapat mengulangi
bersih kolostrum penjelasan bidan
ada kanan dan kiri. - Menjelaskan mengenai
Kaki oedema (-). tanda-tanda bahaya
kehamilan trimester III
Abdomen tidak
seperti pergerakan janin
ada kontraksi
berkurang, keluar
uterus, TFU : 29
cairan/darah dari jalan
cm, Leopold I lahir, bengkak di wajah,
Teraba bagian tangan ataupun kaki,
lunak, bulat tidak nyeri kepala hebat, sesak
melenting nafas, mual muntah
(bokong), Leopold hebat dan segera datang
II Teraba bagian ke fasilitas kesehatan
keras memanjang jika mengalaminya. Ibu
di sebelah kanan dan suami mengerti dan
(Puka) dan sebelah dapat mengulangi
kiri bagian terkecil penjelasan bidan
ekstremitas, - Anjuran melakukan
Leopold III Teraba senam hamil untuk
bagian janin bulat, persiapan menghadapi
keras melenting persalinan memperkuat
(kepala), Leopold otot panggul dan latihan
IV (Divergen) 4/5 nafas yang baik,
membentu kepala janin
bagian sudah
masuk dalam panggul
masuk PAP. TBJ :
juga untuk mengurangi
29-11 x (155) =
berbagai
2780 gram, DJJ ketidaknyamanan di
Frekuensi 138x/ kehamilan trimester III
menit, teratur. ini. Ibu telah melakukan
Pemeriksaan senam hamil
penunjang : hb 12 - Mengingatkan ibu
gr/dl
tentang pola nutrisi dan
USG : UK 37 cairan pada ibu hamil,
minggu, Janin
yaitu makan-makanan
Tunggal Hidup,
Presentasi Kepala, yang bergizi dan
Ketuban cukup, seimbang secara teratur
placenta di korpus 3x sehari yang
belakang, JK
mengandung cukup
perempuan TBJ:
2790 gram. kalori, protein, zat besi,
vitamin dan mineral.
Serta memenuhi
kebutuhan cairan tubuh
yaitu minum air putih 8-
9 gelas sehari, bila perlu
segelas susu
- Mengingatkan ibu
tentang pola aktvitas dan
istirahat yaitu tetap
boleh melakukan
aktifitas fisik yang tidak
terlalu memberatkan dan
melelahkan, mengurangi
pekerjaan yang berat-
berat. Tidur siang 1-2
jam dan tidur malam 7-8
jam.
- Anjuran untuk tetap
minum vitamin secara
rutin kalsium dan
multivitamin &
penambah darah 1 x
sehari.
- Dokumentasi

3.3 Asuhan Intra Natal Care (INC)


1.1 KALA I

Tabel 3 .3 Asuhan Intra Natal Care (INC) Kala I

Kontak Waktu Subjective Objective Assesment Plan RTL

I 20 Mei Ibu datang ke Keadaan umum Ny. R Usia  Memberitahu ibu dan Melakukan
2021 PMB bersama baik, kesadaran 35tahun suami hasil pemeriksaan persiapan
keluarganya composmentis, G3P2A0 bahwa saat ini ibu pertolongan
Pukul mengeluh keadaan hamil 38 memasuki masa persalinan
10.00 mulas-mulas emosional stabil. minggu, PK persalinan pembukaan
WIB sejak pagi I Fase aktif 10 cm dan kondisi ibu
pukul 04.00 BB: 62 Kg dan janin normal. Ibu
WIB dan TD : 120/70 Janin: dan suami mengetahui
Tunggal  Mengajarkan ibu teknik
sekarang mmHg hidup intra relaksasi pernafasan
makin sering N: 80X/m RR: uterina yang baik saat ada his.
dan teratur, 22x/menit, Sh : presentasi Ibu dapat melakukannya
keluar flek 36,5oC. kepala  Mengajarkan suami
lendir darah Pemfis : Wajah tehnik pijit effluarge
tidak ada untuk mengurangi nyeri
dan belum
oedema, mata saat kontraksi dan gym
keluar air-air. konjungtiva
ball
tidak pucat,
sklera putih,  Mempersiapkan alat-alat
leher tidak ada untuk persalinan. Semua
benjolan, alat dan APD telah siap
payudara bersih  Memantau kondisi janin
kedua putting dan kemajuan persalinan
menonjol, dalam lembar observasi
pengeluaran  Dokumentasi
kolostrum (+/+),
ekstremitas kaki
oedema (-).
Abdomen TFU :
29 cm, Leopold:
LI : bokong
LII : Puki DJJ:
142 x/menit
LIII : Kepala
LIV : Divergen
3/5 bagian
kepala sudah
masuk PAP
TBJ 2790 gr
His 3x10’45”
Vt : Portio tidak
teraba
pembukaan : 6
Cm, selaput
ketuban :+,
presentasi :
belakang
kepala, kepala ↓
Hodge III, UUK
depan, moulase
tidak ada.

1.2 KALA II

Tabel 3. 4 Asuhan Intra Natal Care (INC) Kala II

Waktu Subjective Objective Assesment Plan RTL

20 Mei Mulas Keadaan umum Ny.R G3P2A0 38  Menjelaskan hasil


2021 bertambah kuat baik, kesadaran minggu partus pemeriksaan bahwa saat ini
dan terasa composmentis, kala II ibu memasuki pembukaan
Pukul Janin : tunggal lengkap dan ibu sudah boleh
seperti ingin keadaan emosional
14.00 hidup intrauterine meneran. Ibu mengetahui
BAB. stabil.
WIB  Mengajarkan teknik
Tanda-tanda vital meneran yang baik dan
benar. Ibu dapat melakukan
TD : 120/70 mmHg  Menganjurkan ibu untuk
N : 80 X/m RR: 26 posisi bersalin miring kiri
x/I, Sh : 36,6 oC.
agar mempercepat
DJJ 142 x/menit
His 5x10’45” penurunan kepala. Ibu
Pemeriksaan bersedia
penunjang : Hb  Memimpin ibu meneran saat
12,4 gr/dl ada his dan mendengarkan
Terdapat tanda DJJ saat his berkurang. Ibu
gejala kala II Vulva dapat melakukan dan DJJ
membuka, teratur
perineum  Memberi ibu asupan hidrasi
menonjol, tekanan diantara his. Ibu telah
anus. Vt: Portio
minum teh manis hangat
tidak teraba,
pembukaan  Melakukan asuhan
lengkap, ketuban persalinan normal. Bayi
(-), presentasi : lahir spontan pukul 14.30
belakang kepala, WIB, menangis kuat, kulit
kepala ↓ Hodge kemerahan, tonus otot kuat,
III+, UUK kiri JK Perempuan
depan, moulase  Melakukan penjepitan dan
tidak ada. pemotongan tali pusat. Tali
pusat telah terpotong
 Memfasilitasi IMD selama 1
jam. IMD berhasil

1.3 KALA III

Tabel 3. 5 Asuhan Intra Natal Care (INC) Kala III

Waktu Subjective Objective Assesment Plan RTL

20Mei Ibu Keadaan umum Ny. R P3A0  Menjelaskan hasil Pemantauan


2021 mengatakan baik, kesadaran partus kala III pemeriksaan bahwa saat ini kala IV
perut masih composmentis, kondisi normal dan akan
Pukul terasa mulas keadaan emosional dilakukan tindakan
14.31 stabil. kelahiran plasenta. Ibu
WIB mengetahui
Tanda-tanda vital  Mengecek adanya janin
kedua. Tidak ada janin
TD : 120/70 mmHg kedua
N : 80 X/M,RR: 22
x/M, Sh : 36,6 oC.  Manajemen aktif kala III
Abdomen palpasi yaitu menyuntikkan ositosin
tidak ada janin 10 IU pada paha
kedua, TFU anterolateral sebelah kiri IM
sepusat, kontraksi dalam 1 menit setelah bayi
uterus keras, lahir. Telah disuntikkan
kandung kemih  Melakukan penegangan tali
penuh. Pengeluaran pusat terkendali. terlihat
darah pervaginam
±100 cc. tanda-tanda pelepasan
plasenta yaitu uterus
globuler, tali pusat
memanjang dan ada sedikit
semburan darah
 Membantu kelahiran
plasenta. Plasenta lahir
spontan pukul 14.40 WIB
 Melakukan massage fundus
uterus secara sirkuler selama
15 detik. Uterus
berkontraksi keras
 Memeriksa kelengkapan
plasenta. Kotiledon lengkap,
selaput tidak ada robekan,
diameter 15 cm, ketebalan
2,5 cm, insersi centralis,
panjang tali pusat ± 30 cm.
1.4 KALA IV

Tabel 3 6 Asuhan Intra Natal care (INC) Kala IV

Waktu Subjective Objective Assesment Plan RTL

20 Mei Ibu merasa Keadaan umum Ny. R , 35 tahun  Menjelaskan hasil


2021 lelah namun baik, kesadaran P3A0 partus kala pemeriksaan bahwa ada
senang atas composmentis, IV dengan robekan perineum sampai ke
Pukul laserasi perineum otot perineum dan harus
kelahiran keadaan emosional
14.55 derajat II dijahit. Ibu bersedia dijahit
bayinya stabil.
WIB  Menjahit luka perineum
Tanda-tanda vital dengan anaestesi lidocaine
1%. Robekan telah jahit
TD : 120/70 mmHg
 Mengajarkan ibu cara
N : 80 X/m RR: 22
x/m, Sh : 36,5 oC. menilai kontraksi uterus dan
Abdomen TFU 2 melakukan massage fundus
jari di bawah pusat, uterus agar uterus
kontraksi uterus berkontraksi baik. Ibu
keras, kandung mengerti dan dapat
kemih kosong. melakukannya
Terdapat luka  Membersihkan perineum
robekan perineum dan bagian-bagian tubuh ibu
sampai otot lainnya yang kotor serta
perineum. mengganti pakaian ibu. Ibu
Pengeluaran darah
pervaginam ± 200 merasa nyaman
cc.  Menganjurkan ibu untuk
makan dan minum serta
istirahat. Ibu sudah makan
roti
 Mendekontaminasi alat-alat
bekas pakai ke dalam
larutan klorin 0,5% selama
10 menit. Alat sudah
direndam
 Mengobservasi TTV,
kandung kemih, kontraksi
uterus, TFU dan
pengeluaran darah
pervaginam selama 2 jam
(setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan setiap 30 menit
pada jam kedua). Hasil
terlampir di partograf
 Melengkapi partograf.
Partograf telah lengkap
 Dokumentasi
3.4 Asuhan Post Natal Care (PNC)

Tabel 3. 7 Asuhan Post Natal Care (PNC)

Kontak Waktu Subjective Objective Assesment Plan RTL

KF I 20 Mei Ibu post Keadaan umum Ny. R  Menjalin hubungan Kontrol


2021 partum anak baik, kesadaran P3A0 35 baik dan mengucapkan kembali 1
kesatu 6 jam composmentis, tahun Post selamat atas kelahiran minggu
Pukul Partum bayinya secara normal.
saat ini. Ibu keadaan kemudian
20.30 anak ke 3 Ibu merasa senang
masih merasa emosional stabil. 6 Jam (26-05-2021)
WIB sedikit lelah  Menjelaskan hasil atau jika ada
karena kurang TD : 120/70 pemeriksaan bahwa keluhan
mmHg saat ini kondisi ibu
tidur namun N: 82X/m RR: evaluasi
gembira dalam keadaan normal. keluhan via
20x/m, Sh : Ibu mengetahui
bayinya telah 36,5 oC. whatsapp
 Menjelaskan
lahir. Ibu Pemfis : Wajah
tidak ada mekanisme produksi
mengatakan
oedema, mata dan pengeluaran ASI
masih terasa
konjungtiva dalam 3 hari pertama
nyeri luka memang masih sedikit
tidak pucat,
jahitan, sklera putih, karena pengaruh
pengeluaran payudara bersih hormonal, maka ibu
darah seperti kedua putting tidak perlu khawatir.
menstruasi dan menonjol, Ibu terlihat lega
pengeluaran pengeluaran  Mengajarkan ibu teknik
ASI nya belum ASI (+/+). menyusui yang baik
Abdomen TFU dan benar yaitu telinga
banyak. BAK
3 jari di bawah dan lengan berada pada
(+), BAB (+) 1 pusat, kontraksi
kali. satu garis lurus, perut
uterus keras,
bayi menempel pada
kandung kemih
kosong. perut ibu, pastikan
Genitalia sebagian besar areola
pengeluaran masuk ke mulut bayi
darah dan bayi disusukan
pervaginam ± sampai payudara terasa
20 cc, lochea kosong, setelah itu bayi
rubra, luka disendawakan dengan
jahitan cara dersandar pada
perineum baik. pundak ibu atau
ditelungkupan sambil
ditepuk punggung
perlahan
 Menganjurkan ibu
untuk menyusui
bayinya secara on
demand atau sesuai
kebutuhan dan “tanda
lapar” yang diberikan
bayi tanpa memandang
interval waktu. Ibu
mengerti
 Anjurkan ibu
memenuhi nutrisi
dengan makanan
seimbang dan beragam
tanpa pantangan
apapun jika tidak ada
alergi karena untuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi dan kalori yang
dibutuhkan ibu nifas +
menyusui. Ibu mengerti
 Menganjurkan ibu
istirahat yang cukup
dengan cara ikut tidur
saat bayi tidur dan
libatkan suami atau
keluarga lain dalam
membantu pengasuhan.
Ibu mengerti
 Menganjurkan ibu
menjaga kebersihan diri
secara rutin dan
mengajarkan cara
membersihkan area
genitalia (cebok) yang
benar dengan
membersihkan dari
arah depan ke belakang
(anus), setelah itu wajib
dikeringkan agar
mempercepat
penyembuhan dan tidak
terjadi infeksi. Ibu
mengerti dan dapat
melakukannya
 KIE tanda bahaya masa
nifas yaitu perdarahan
banyak, nyeri perut,
sakit kepala hebat,
darah nifas berbau
busuk, payudara terasa
bengkak dan nyeri. Ibu
telah mengerti
 Melakukan terapi
komplementer berupa
pijat oksitosin dan
breast care untung
merangsang hormone
oksitosin dan prolactin
agar produksi ASI
bertambah banyak dan
lancar. Telah dilakukan
 Dokumentasi
KF II 26 Mei Ibu datang ke Keadaan umum Ny. R  Menyapa ibu dan T
2021 PMB bersama baik, kesadaran P3A0 35 menjalin hubungan
bayinya composmentis, tahun Post baik. Ibu merasa
Pukul Partum 6 senang
didampingi keadaan
09.00 Hari
keluarga. Ibu emosional stabil.  Menjelaskan hasil
WIB mengatakan pemeriksaan bahwa
tidak ada TD : 120/70 saat ini kondisi ibu
mmHg dalam keadaan normal.
keluhan, N: 80x/m RR:
namun ibu Ibu mengetahui
22/m, Sh : 36,9
merasa  Menganjurkan ibu
o
C.
untuk menyusui
pengeluaran Pemfis : Wajah
tidak ada bayinya secara on
ASI nya belum
oedema, mata demand atau sesuai
terlalu banyak
konjungtiva kebutuhan dan “tanda
dan khawatir lapar” yang diberikan
tidak pucat,
tidak sklera putih, bayi tanpa memandang
mencukupi payudara bersih interval waktu dengan
kebutuhan kedua putting menggunakan teknik
bayi menonjol, menyusui yang baik
pengeluaran dan benar sesuai yang
ASI (+/+). telah diajarkan. Ibu
Abdomen TFU mengerti dan akan
pertengahan
pusat simfisis, melakukannya
kontransi uterus  Menganjurkan ibu
baik, kandung untuk menyusui
kemih kosong.. bayinya secara ekslusif
Genitalia 6 bulan tanpa makanan
pengeluaran
atau minuman lain,
darah
kemudian dilanjut
pervaginam
normal, lochea MPASI + ASI sampai 2
sanguinolenta, tahun. Ibu mengerti dan
luka jahitan akan menyusui ekslusif
perineum  Mengingatkan ibu
kering. untuk memenuhi nutrisi
dengan makanan
seimbang dan beragam
tanpa pantangan
apapun jika tidak ada
alergi karena untuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi dan kalori yang
dibutuhkan ibu nifas +
menyusui. Ibu mengerti
dan tidak ada alergi
 Mengingatkan ibu
istirahat yang cukup
dengan cara ikut tidur
saat bayi tidur dan
libatkan suami atau
keluarga lain dalam
membantu pengasuhan.
Ibu mengerti dan ibu
kandung akan
membantu
 Mengingatkan ibu
menjaga kebersihan diri
secara rutin terutama
area genitalia agar
mempercepat
penyembuhan dan tidak
terjadi infeksi. Ibu
mengerti dan dapat
melakukannya
 Mengingatkan ibu
tanda bahaya masa
nifas yaitu perdarahan
banyak, nyeri perut,
sakit kepala hebat,
darah nifas berbau
busuk, payudara terasa
bengkak dan nyeri serta
segera datang ke bidan
jika terdapat tanda
tersebut. Ibu mengerti
 Menganjurkan
mengkonsumsi herbal
teh pelancar ASI untuk
meningkatkan produksi
ASI. Cara
mengkonsumsinya bisa
dijadikan menu sayur
atau diolah menjadi
makanan lain. Ibu
mengerti dan akan
mengkonsumsi katuk di
rumah
 Memberi vitamin
berupa kaslium dan
multivitamin +
penambah darah 1 kali
sehari. Ibu akan
meminumnya
 Melakukan pijat
oksitosin dan
mengajarkan kepada
suaminya untuk
dilakukan
 Dokumentasi
KF III 04 Juni Ibu datang ke Keadaan umum Ny. R  Menyapa ibu dan Kontrol
2021 PMB bersama baik, kesadaran P3A0 menjalin hubungan kembali (02
bayinya composmentis, 35tahun baik. Ibu merasa Juli 2021)
Pukul Post senang
didampingi keadaan atau jika ada
10.00 Partum 15
keluarga emosional stabil.  Menjelaskan hasil keluhan
WIB Hari
karena suami pemeriksaan bahwa evaluasi
kerja. Ibu TD : 110/70 saat ini kondisi ibu keluhan via
mmHg dalam keadaan normal.
mengatakan N: 80/m RR: whatsapp
sudah rutin Ibu mengetahui
20x/m, Sh :
mengonsumsi  Melakukan vulva
36,6 oC.
hygiene. Ibu bersedia
daun katuk Pemfis : Wajah
tidak ada  Mengingatkan ibu
dan ASI nya
oedema, mata untuk menyusui
bertambah
konjungtiva bayinya secara on
banyak
tidak pucat, demand dengan
sklera putih, menggunakan teknik
payudara bersih menyusui yang baik
kedua putting dan benar sesuai yang
menonjol, telah diajarkan. Ibu
pengeluaran mengerti dan akan
ASI (+/+) melakukannya
rembes.
 Mengingatkan ibu
Abdomen TFU
tidak teraba, untuk menyusui
kandung kemih bayinya secara ekslusif
kosong. 6 bulan tanpa makanan
Genitalia lochea atau minuman lain,
alba, luka kemudian dilanjut
jahitan MPASI + ASI sampai 2
perineum tahun. Ibu mengerti dan
kering. berniat menyusui
ekslusif 6 bulan
 Konseling jenis-jenis
metode KB dan
tawarkan metode KB
yang efektif bagi ibu.
Ibu memilih metode
KB suntik
 Mengingatkan ibu
tanda bahaya masa
nifas yaitu perdarahan
banyak, nyeri perut,
sakit kepala hebat,
darah nifas berbau
busuk, payudara terasa
bengkak dan nyeri serta
segera datang ke bidan
jika terdapat tanda
tersebut. Ibu mengerti
 Menganjurkan untuk
lanjut mengkonsumsi
sayuran daun katuk
untuk meningkatkan
produksi ASI. Ibu
mengerti dan akan
lanjut mengkonsumsi
katuk di rumah
 Melakukan pijat nifas
 Menganjurkan ibu
untuk senam nifas
 Memberi vitamin
berupa kalsium dan
multivitamin +
penambah darah 1 kali
sehari. Ibu akan
meminumnya
 Dokumentasi
KF IV 02 Juli Ibu datang ke Keadaan umum Ny. R  Menyapa ibu dan Kontrol
2021 PMB Bidan baik, kesadaran P3A0 35 menjalin hubungan kembali
Badriah composmentis, tahun Post baik. Ibu merasa untuk sudah
Partum 42 senang
bersama keadaan menggunakan
Hari
bayinya. Ibu emosional stabil.  Menjelaskan hasil kontrasepsi
mengatakan pemeriksaan bahwa hormonla dan
saat ini tidak TD : 110/70 saat ini kondisi ibu evaluasi
mmHg dalam keadaan normal. keluhan via
ada keluhan, N: 80/i RR:
ibu Ibu mengetahui whatsapp
24x/I, Sh : 36,9
mengatakan  Mengingatkan ibu
o
C.
untuk menyusui
masih kurang Pemfis : Wajah
mengkonsumsi tidak ada bayinya secara on
buah dan sayur oedema, mata demand dengan
konjungtiva menggunakan teknik
merah muda, menyusui yang baik
sklera putih, dan benar sesuai yang
payudara bersih telah diajarkan. Ibu
kedua putting
mengerti dan akan
menonjol,
melakukannya
pengeluaran
ASI (+/+)  Mengingatkan ibu
rembes. untuk menyusui
Abdomen TFU bayinya secara ekslusif
tidak teraba, 6 bulan tanpa makanan
kandung kemih atau minuman lain,
kosong. kemudian dilanjut
Genitalia tidak MPASI + ASI sampai 2
ada pengeluaran tahun. Ibu mengerti dan
cairan, luka berniat menyusui
jahitan ekslusif 6 bulan
perineum baik.
 Konseling jenis-jenis
metode KB dan
tawarkan metode KB
yang efektif bagi ibu.
Anjurkan ibu segera
ber KB karena
kesuburan akan segera
kembali. Ibu memilih
metode KB suntik dan
akan ber KB setelah
masa nifas selesai.
 Menganjurkan ibu
mengkonsumsi buah
papaya untuk
mengatasi dan
mencegah sembelit. Ibu
bersedia
 Mengingatkan ibu
mengenai kebutuhan
nutrisi dan hidrasi pada
ibu nifas dan menyusui.
Ibu harus
mengkonsumsi air
putih minimal 3 liter
per hari agar produksi
ASI tetap stabil. Ibu
mengerti
 Menganjurkan untuk
lanjut mengkonsumsi
vitamin kalsium dan
multivitamin. Ibu
bersedia meminumnya
 Dokumentasi
3.5 Manajemen Kebidanan Bayi Baru Lahir (Varney)
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

Mahasiswa : Badriah Susilawati

NPM : 225491517022

Tempat Praktik : Puskesmas Mauk

Pembimbing I : Dr. Rukmaini, SST., M.Keb

Pembimbing II : Hj. Siti Maryam Muawanah,SST,. Bd.

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS/BIODATA

1. Identitas Bayi
Nama : By. Ny.R
Umur : 2 Jam
Tanggal/Jam lahir : 20 Mei 2023 Pukul 14.30 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke : 3 (Tiga)
2. Identitas Orang Tua

Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia

Perguruan Tinggi

Alamat Rumah Pabuaran Leutik


Alamat Rumah
05/01 Pabuaran Leutik 05/01
Ds.Buaran Jati Ds.Bauaran Jati
**** ****

B. DATA SUBJEKTIF

Jumat, 20 Mei 2021 Pukul 14.30 WIB

1) Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang :

a. Kehamilan

- Usia kehamilan : 38 minggu


- Periksa hamil : TM I : 2 kali, TM II : 3 kali, TM III
: 3 kali
- Imunisasi TT : 1 kali
- Penyakit/komplikasi : Tidak ada
- Kebiasaan merokok : Tidak
- Kebiasaan konsumsi obat-obatan/jamu : Tidak
b. Persalinan
- Jenis persalinan : Spontan
- Ditolong oleh : Bidan
- Lama persalinan : Kala I : 4. Jam, Kala II : 30 menit
- Ketuban pecah : Spontan, warna jernih, bau khas,
jumlah ± 400 cc
- Komplikasi persalinan : Tidak ada
- IMD : 60 menit

2) Riwayat kesehatan keluarga (Ibu, ayah, saudara kandung ibu dan


ayah)

a. Diabetes mellitus : Tidak Epilepsi : Tidak


b. Kelainan kongenital : Tidak
c. Penyakit jiwa : Tidak
d. Hipertensi : Tidak TBC : Tidak
e. Penyakit hati : Tidak Penyakit ginjal : Tidak
f. Alergi : Tidak

C. DATA OBJEKTIF
 Penilaian Bayi Segera Setelah Lahir

Nilai APGAR: 1 menit : 9/10, 5 menit : 10/10, 10 menit : 10/10

Tabel 3. 8 Penilaian Bayi Segera Setelah Lahir

Tanda 0 1 2 Jumlah
Nilai

Frekuensi jantung [ ] Tak ada [ ] < 100 [√] > 100 9


Menit Usaha bernafas [ ] Tak ada [ ] Lambat tak teratur [√ ] Menangis kuat
Ke-1 Tonus otot [ ] Lumpuh [ ] Ext. Flexi sedikit [√] Gerakan aktif
Reflex [ ] Tak bereaksi [ ] Gerakan sedikit [√] Menangis
Warna [ ] Biru / pucat [√] Tumbuh[ ] Kemerahan
kemerahan tangan
& kaki

Frekuensi jantung [ ] Tak ada [ ] < 100 [√] > 100 10


Menit Usaha bernafas [ ] Tak ada [ ] Lambat tak teratur [√] Menangis kuat
Ke-5 Tonus otot [ ] Lumpuh [ ] Ext. Flexi sedikit [√] Gerakan aktif
Reflex [ ] Tak bereaksi [ ] Gerakan sedikit [√] Menangis
Warna [ ]Biru / pucat [ ] Tumbuh[√] Kemerahan
kemerahan tangan
& kaki

 Pemeriksaan Umum

1. Keadaan umum : baik, Kesadaran : Composmentis


2. Respirasi : 44 x/menit, Frekuensi Jantung :
140x/menit, Suhu : 36,5oC
3. Antropometri :
a. BB : 2700 gram, PB : 40 cm
b. Lingkar Kepala
- Sircumferensia suboccipito bregmatika : 32 cm
- Sircumferensia fronto-occipitalis : 32 cm
- Sircumferensia mento-occipitalis : 34 cm
c. Lingkar Dada : 32 cm
d. Lingkar Perut : 33 cm
 Pemeriksaan Fisik Sistematis

1. Kepala
a. Bentuk : Bulat, Caput succadenium : tidak, Cepal
hematom : Tidak
b. Ubun-ubun besar : sedikit cekung
2. Telinga
a. Struktur telinga : Lengkap
b. Letak : Simetris
c. Kelainan : Tidak ada
3. Mata
a. Letak : Simetris, warna sklera : putih
b. Tanda infeksi : Tidak ada
c. Kelainan : Tidak ada
4. Hidung
a. Letak : Simetris
b. Cuping hidung: Tidak ada
c. Kelainan : Tidak ada
5. Mulut dan bibir
a. Letak : Simetris, warna : kemerahan
b. Refleks rooting : Positif
c. Kelainan : Tidak ada
6. Leher
a. Pergerakan leher : Positif
b. Reflek tonic neck : Positif
7. Dada
a. Bentuk : Simetris
b. Retraksi Dada : Tidak ada
c. Bunyi nafas : Teratur
d. Kelainan : Tidak ada

8. Perut
a. Bentuk perut : Datar
b. Tali pusat : Bersih, sudah dilakukan penjepitan
9. Bahu, lengan dan tangan
a. Simetris : Ya
b. Jumlah jari tangan : Lengkap
c. Warna kuku : Pink
d. Refleks graps : Positif
10. Punggung
a. Benjolan : Tidak ada, Kelainan : Tidak ada
11. Anus
a. Lubang anus : Ada, Kelainan : Tidak ada
12. Genitalia
a. Lubang uretra : Ada, Keadaan testis : Normal
b. Kelainan : Tidak ada
13. Kulit
a. Verniks caseosa : Positif
b. Warna kulit : Kemerahan
14. Kaki
a. Simetris : Ya, Jumlah jari kaki : Lengkap
b. Warna kuku : Pink, Gerakan otot kaki :Aktif
c. Refleks plantar : Positif
d. Refleks walking : Positif
e. Refleks babinsky : Positif
f. Refleks moro : Positif

 Eliminasi

1. Miksi : Sudah, warna jernih, Tanggal 20-05-2021


pukul 17.40 WIB

2. Meconeum : Sudah, warna hitam, Tanggal 20-


05-2020 pukul 16.40 WIB

 Perawatan Bayi Baru Lahir


1. Pemberian salf mata : Sudah diberikan
2. Pemberian vitamin K1 : Sudah diberikan
3. Pemberian HB 0 : Sudah diberikan
4. Pemberian identitas : Sudah dipasang

II. INTERPRETASI DATA

1. Diagnosa : By. Ny. R usia 2 jam neonatus cukup bulan sesuai masa
kehamilan
Dasar : Bayi lahir tanggal 20 Mei 2021 pukul 16.30 WIB, penilaian sepintas
menangis kuat, kulit kemerahan, tonus otot baik dan pemeriksaan fisik,
TTV, antropometri dalam batas normal
2. Masalah : Tidak ada
3. Kebutuhan : Perawatan Bayi Baru Lahir

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL

Tidak ada

IV. TINDAKAN SEGERA

Tidak ada

V. PERENCANAAN

1. Melakukan asuhan kebidanan komprehensif dengan melakukan asuhan


bayi baru lahir
2. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan pada bayinya
3. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif
4. Anjurkan ibu agar menjaga bayinya tetap hangat
5. Jelaskan cara perawatan tali pusat
6. Jelaskan tanda bahaya bayi baru lahir
7. Dokumentasi

VI. PELAKSANAAN
1. Melakukan asuhan kebidanan komprehensif dengan melakukan asuhan
bayi baru lahir
2. Menjelaskan pada ibu bahwa bayinya dalam keadaan sehat dimana
keadaan umum baik, pernafasan 44x/menit, frekuensi jantung
140x/menit, suhu 36,5oC, BB : 2700 gram, PB : 48 cm, Lingkar kepala :
32 cm, Lingkar dada : 33 cm, Lingkar perut : 34 cm dan tidak ada
kelainan.
3. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif hingga
bayinya berumur 6 bulan dan bisa dilanjutkan sampai bayi usia 2 tahun
4. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya dengan cara
selalu diselimuti kain agar tidak terjadi hipotermi
5. Menjelaskan pada ibu cara perawatan tali pusat yaitu selalu dibersihkan
pada saat mandi atau terkena kotoran dan dikeringkan kemudian
dibungkus kain kassa steril tanpa diberi betadine, alkohol atau bahan
apapun lainnya
6. Menjelaskan pada ibu tanda bahaya bayi baru lahir seperti tidak mau
menyusu atau memuntahkan semua yang diminum, kejang, bayi lemah
atau hanya bergerak jika dipegang, sesak nafas, bayi merintih, demam,
diare, dan kulit terlihat kuning < 24 jam setelah lahir atau lebih dari 14
hari setelah lahir
7. Melakukan pendokumentasian

VII. EVALUASI

1. Asuhan komprehensif pada bayi baru lahir sudah dilakukan

2. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan

3. Ibu mengerti dengan anjuran bidan dan bisa mengulang kembali anjuran
yang diberikan

4. Ibu mengerti dan akan menjaga kehangatan bayi

5. Ibu mengerti penjelasan bidan dan bisa mengulang kembali cara


perawatan tali pusat bayi
6. Ibu mengetahui tanda bahaya pada bayi baru lahir dan bisa mengulang
kembali penjelasan yang diberikan bidan

7. Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang

8. Pendokumentasian tercatat

Jakarta Selatan, 20 Mei 2021

Mengetahui

Pembimbing Wahana Praktek Mahasiswa

Siti Maryam Muawanah.,SST.,Bd Badriah Susilawati


3.6 Asuhan Bayi Baru Lahir (BBL)
Tabel 3 9 Asuhan Bayi Baru Lahir (BBL)

Kontak Waktu Subjective Objective Assesment Plan RTL

KN II 26 Mei Ibu Keadaan umum By. Ny. R  Melakukan asuhan Kontrol


2021 mengatakan baik, kesadaran neonatus kebidanan komprehensif kembali
telah composmentis. cukup dengan asuhan bayi KN II Tanggal (04
Pukul bulan  Menjelaskan hasil Juni 2021)
melahirkan TTV
09.00 sesuai masa
anaknya pemeriksaan kepada ibu atau jika ada
WIB Pernafasan : 40 kehamilan
secara normal, bahwa dalam keadaan keluhan
x/menit, Frek usia 6 hari
bayi sudah sehat/baik dan tidak ada evaluasi
jantung : 140 x/i, tanda-tanda infeksi
diberikan ASI, Sh : 36,6 oC. keluhan via
terakhir  Mensupport ibu untuk whatsapp
Bb: 2700 gram
diberikan Pemfis : sklera memberikan ASI ekslusif
tidak kuning, selama 6 bulan tanpa
pukul 14.00
reflex hisap (+), tambahan
WIB. Ibu
tali pusat sudah makanan/minuman lain
mengatakan
kering tidak ada kemudian dilanjut sampai
bayinya lebih tanda-tanda 2 tahun. Ibu berniat
sering tidur infeksi, warna memberikan ASI ekslusif
pada siang kulit tubuh  Menganjurkan ibu untuk
hari dan lebih kemerahan. mnyusui bayinya secara
banyak Sklera Putih. on demand atau sesuai
bangun malam BAB dan BAK
tanda lapar yang diberikan
(+).
bayi tanpa memandang
waktu interval. Ibu
mengerti
 Menganjurkan ibu untuk
menjemur bayinya di pagi
hari antara pukul 07.00-
08.00 WIB selama 15
menit tanpa membuka
baju dan area mata harus
ditutup. Ibu mengerti
 Mengingatkan ibu tanda
bahaya bayi baru lahir
seperti tidak mau
menyusu atau
memuntahkan semua yang
diminum, kejang, bayi
lemah atau hanya
bergerak jika dipegang,
sesak nafas, bayi merintih,
demam, diare, dan kulit
terlihat kuning < 24 jam
setelah lahir atau lebih
dari 14 hari setelah lahir.
Segera datang ke fasilitas
kesehatan jika terdapat
tanda-tanda tersebut. Ibu
mengerti
 Memberikan terapi
komplementer pijat bayi
sekaligus mengajarkan
teknik dasar pijat bayi
yang tepat pada ibu agar
ibu dapat melakukannya
di rumah sebagai terapi
yang sangat bermanfaat
untuk bayi termasuk bagi
pertumbuhan dan
perkembangan dan
mengatur pola tidur bayi.
Ibu dapat melakukannya
sendiri
 Dokumentasi
KN III 04 Juni Ibu Keadaan umum By. Ny. R  Melakukan asuhan Kunjungan
2021 mengatakan baik, kesadaran neonatus kebidanan komprehensif imunisasi
bayinya tidak composmentis. cukup dengan asuhan bayi KN 3 bayi BCG
Pukul bulan  Menjelaskan hasil pada tanggal
ada keluhan, BB : 2900 gram,
10.00 sesuai masa
menyusu PB : 48 cm, PR : pemeriksaan kepada ibu 20 Juni
WIB kehamilan
dengan baik 32 cm, LD : 34 bahwa dalam keadaan 2021
usia 15 hari
dan ASI yang cm. TTV sehat/baik dan tidak ada
keluar sudah tanda-tanda infeksi serta
lancar Pernafasan : 43 ada peningkatan berat
x/menit, Frek badan
jantung : 138  Mengingatkan ibu tanda
x/m, Sh : 36,8 bahaya bayi baru lahir
o
C. Pemfis : seperti tidak mau
sklera tidak menyusu, muntah-
kuning, reflex muntah, kejang, bayi
hisap (+), tali lemah, sesak nafas, bayi
pusat sudah merintih, demam, diare,
puput dan menangis terus menerus
bersih, warna
dan kulit terlihat kuning.
kulit tubuh
Segera datang ke fasilitas
kemerahan.
Sklera putih. kesehatan jika terdapat
BAB dan BAK tanda-tanda tersebut. Ibu
(+). mengerti
 Menganjurkan ibu untuk
tetap menjaga personal
hygiene bayi dengan
mandi 2 kali sehari,
mengganti popok dan
sebagainya. Ibu mengerti
 Menganjurkan ibu untuk
tetap menjaga kehangatan
bayi
 Menganjurkan ibu untuk
rutin melakukan imunisasi
lengkap sesuai jadwal
yang diberikan bidan
diantaranya imunisasi
BCG, Hepatitis, Polio,
DPT 1,2,3, IPV, dan
campak. Ibu akan
melakukan imunisasi
sesuai jadwal
 Dokumentasi
BAB IV

PEMBAHASAN

Ny. R diberikan asuhan kehamilan sesuai dengan 10 T, Bidan juga selalu memberikan vitamin tambah darah dan Kalk selama kehamilan
berlangsung. Sehingga tidak ada kesenjangan antara Peraturan Menteri Kesehatan No.43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan dengan praktik, dimana ibu dilakukan pemeriksaan antenatal care sesuai prosedur . Asuhan persalinan Ny.R dilakukan di
PMB Bidan Badriah Puskesmas Mauk Ny. "R" mendapatkan asuhan kebidanan selama masa nifas sebanyak 4 kali.Bayi Ny.R mendapatkan
asuhan kebidanan selama masa neonatus sebanyak 3 kali.

Pada bab ini akan di bahas kesenjangan antara teori dan praktik kasus di lahan. Asuhan Kebidanan Berkelanjutan yang diterapkan pada
pasien Ny. R G3P2A0 sejak kontak pertama pada tanggal 30 April 2021 yaitu dimulai pada masa kehamilan 35 minggu, persalinan, bayi baru
lahir, masa nifas, dan masa neonatus dengan pembahasan sebagai berikut :

Tabel 4. 1 Pembahasan
Periode Masalah atau Ketercapaian Analisis Faktor Pendukung dan Rekomendasi Pencapaian Target Rencana
Indikator Target penghambat Berdasarkan Teori dan Hasil Riset Implementasi
Lanjutan
Kehamilan 1. Pasien Ny. R Rasa nyeri berkurang 1. Faktor pendukung 1. Senam hamil berpengaruh 1. Merencakan
usia 35 tahun dengan melakukan  Ibu bersedia melakukan terhadap pengurangan nyeri kunjungan ulang 1
G3P2A0 H 35 olahraga ringan (senam senam hamil punggung bawah (Susanti, N. minggu lagi
minggu janin hamil)  Puskesmas memfasilitasi ibu Y., & Putri, N. K, 2019). 2. Memastikan
tunggal, hidup, untuk mengikuti senam hamil 2. Senam hamil merupakan olah melakukan anjuran
intrauteri, dengan menyediakan tempat raga ringan yang bisa dilakukan bidan 3.Senam
presentasi dan alat-alat yang dibutuhkan untuk mengatasi nyeri pinggang hamil bisa
kepala seperti matras, gym ball dll. dalam kehamilan (Kemenkes RI, dilakukan sampai
Mengeluh 2. Faktor penghambat 2019) dengan usia
Pinggang pegal-  Ibu tidak bisa ikut setiap ada 3. Manfaat dari aktivitas fisik kehamilan 40
pegal jadwal senam hamil karena (senam hamil) adalah mencegah minggu
waktu, transportasi dan jarak sakit pinggang dan perbaiki
tempuh. postur tubuh (Buku KIA, 2020)
4. Ada pengaruh senam hamil
terhadap penurunan
ketidaknyamanan nyeri
punggung dan nyeri pinggang
pada ibu hamil trimester III
(Usman, H. dkk (2021)
5. Senam prenatal yoga mampu
mengurangi ketidaknyamanan
selama hamil trimester III
(Patiyah, P. dkk, 2021).

2. Pada kunjungan Sering kencing dapat 1. Faktor pendukung: 1. Ketidaknyamanan yang dialami 1.Merencakan
ANC ke 2 Ny. R berkurang pada malam hari  Ibu bersedia untuk mengikuti pasien yaitu sering berkemih kunjungan ulang 1
usia kehamilan anjuran dari bidan yaitu adalah ketidaknyamanan yang minggu lagi
36 minggu, kurangi minum pada saat normal dimana menurut 2.Memastikan
mempunyai malam hari dan perbanyak Widatiningsih & Dewi, 2017 melakukan anjuran
keluhan sering minum di pagi/siang hari. 2. Sering kencing pada ibu hamil bidan
kencing 2. Faktor penghambat disebabkan karena posisi janin 3.Sebaiknya
Tidak ada sudah berada di bawah panggul minum lebih
dan memberi tekanan pada banyak pada siang
kandung kencing (Kemenkes RI, hari dibandingkan
2019) saat malam hari.
3. Mengurangi minuman yang
mengandung diuretik misalnya
kopi dan teh dapat menurunkan
keluhan sering BAK,
mengurangi minum pada 2-3 jam
sebelum tidur, mengosongkan
kandung kemih sebelum tidur
dan pada siang hari minum air
lebih banyak (Handayani, R.
2021)

3. Pada kunjungan Ibu sudah mengerti 1. Faktor pendukung Ny. "R" telah memenuhi standar 1. Merencakan
ANC ke 3 Ny. R penjelasan pada kunjungan  Ibu bersedia melakukan kunjungan ANC. Dimana kunjungan ulang 1
usia kehamilan sebelumnya sehingga pada pemeriksaan ANC Standar pelayanan antenatal minggu lagi atau
37 kunjungan ini ibu tidak selanjutnya. adalah pelayanan yang dilakukan bila ada tanda-
minggu, ,ibu mengalami keluhan. 2. Faktor penghambat kepada ibu hamil dengan tanda persalinan.
mengatakan Tidak ada memenuhi kriteria 10 T yaitu : l).
tidak ada timbang berat badan dan ukur
keluhan tinggi badan, 2). ukur tekanan
darah, 3). nilai status gizi (Ukur
Lingkar Lengan Atas/LILA), 4).
ukur tinggi puncak rahim (fundus
uteri), 5). tentukan presentasi
janin dan Denyut Jantung Janin
(DJJ), 6). skrining status
imunisasi tetanus dan berikan
imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
bila diperlukan; 7). pemberian
tablet tambah darah minimal 90
tablet selama kehamilan, 8). tes
laboratorium: tes kehamilan,
pemeriksaan hemoglobin darah
(Hb), pemeriksaan golongan
darah (bila belum pernah
dilakukan sebelumnya),
pemeriksaan protein urin (bila
ada indikasi); yang pemberian
pelayanannya disesuaikan
dengan trimester kehamilan, 9).
tatalaksana/penanganan kasus
sesuai kewenangan, dan 10).
temu wicara (konseling)
(Kementerian Kesehatan, 2016).
Persalinan Mengatasi nyeri Teknik relaksasi  Suami selalu memberikan pada kontraksi yang kuat. (Sri
persalinan Kala I pernafasan dan akupresure motivasi kepada istrinya rejeki, 2020).
pada titik BL 32 dan pijat dan ikut terlibatdalam 3. Ada Pengaruh teknik relaksasi
effluregge dan gym ball melakukan penekanan napas dalam terhadap
pada titik BL 32 penurunan nyeri persalinan
2. Faktor penghambat Tidak ada kala 1 fase aktif Sari, N. M.,
& Hayati, E. (2022).
4. Akupresur efektif untuk
menurunkan nyeri persalinan
baik diterapkan hanya pada
satu titik akupresur (LI 4), dua
titik akupresur (BL32 dan
LI4), maupun kombinasi
dengan terapi lain (Akupresur
dan Pijat) (Qothrun, N.H
2021).
Teknik akupresur dapat
meningkatkan pengeluaran
endorphin dalamdarah sehingga
nyeri selama persalinan dapat
terkontrol (sari, 2020).
Nyeri persalinan Menolo ng persalin an 1. Memberikan aroma therapy Penilaian bayibaru
yang semakin terasa dengan standar APN lavender dengan lahir
dan ingin meneran memberi kan ibu inhalasi(pengaruh aromaterapi
dan ibu tidak rilex Aroma thearpy lavender lavender terhadap
pengurangan nyeri persalinan
kala i aktif(jurna kesehatan
prodi poltekkes tanjung karang
2017)
2. Tanda dan gejala kala II yaitu:
wanita akan merasakan adanya
dorongan mengejan, tekanan
pada anus, perineum
menonjol, vulva membuka dan
hendak buang air besar
(JNPK-KR, 2017)
Tanda dan gejala
persalinan adalah timbulnya
kontraksi uterus, penipisan dan
pembukaan serviks, adanya
bloody show dan keluarnya air
ketuban (Ari Kurniarum,
2016).
4. Kala II berlangsung selama 30
menit sehingga tidak terjadi
kesenjangan antara teori
dengan praktek, sesuai dengan
teori (Paramitha, 2021)
pada multi gravida berlangsung
30 menit sampai 1 jam.
Kala III Keberhasilan IMD membantu 1. Faktor pendukung 1. Tanda-tanda pelepasan Pemeriksaan fisik
manajemenaktif kala keberhasilan kala III a. Adanya tenaga plasenta: uterus globular, ada pada bayi baru
III yang terampil semburan darah dari jalan lahir lahir
b. Klien bisa dan tali pusat memanjang
diajak (JNPK- KR, 2017).
kerjasama untuk 2. Lama kala III berlangsung 5
melakukan IMD menit. Proses pengeluaran
c. Suamiselalu plasenta terjadi secara normal
mendukung dan kurang dari waktu maksimal
mendampingi yang telah ditentukan yaitu 30
klien menit. Pada kala III
2. Faktor penghambat tidak merupakan kala pelepasan
ada yang dimulai segera setelah
bayi lahir sampai lahirnya
plasenta yang berlangsung
tidak lebih dari 30 menit
(Prawirohardjo, 2014).
Menurut JNPK- KR (2017).
Ada pengaruh IMD terhadap
lama pengeluaran plasenta
persalinan kala III di IGD
Obgyn RSUD Salewangan
Maros(La Isa, W. M. dkk
2021).
Nifas Ny.R P3A0 post Melakukan asuhan 1. Faktor pendukung 1. Menurut Ibrahim. 2021. pijat pijat oksitosin bisa
partum 6 hari komplementer berupa  Ibu bersedia untuk oksitosin adalah salah satu cara dilakukan setiap
dengan keluhan ASI pijat oksitosin untuk menstimu lasi keluarnya hari sampai
dilakukan pijat oksitosin
kurang lancr/sedikit memperlancar produksi oksitosin dari kelenjar pituitary produksi ASI
dan massase payudara.
ASI belum lancer ASI dan melakukan posterior. Frekuensi dilakukan lancer
 Suami setuju dan
massase payudara mendukung istrinyauntuk pijat oksitosin juga dapat
dengan harapan tidak Dilakukanpijat oksitosin dan mempengaruhi produksi ASI.
terjadinya bendungan massase payudara. Pijat oksitosin lebih efektif
apabila dilakukan dua kali
ASI b  TPMB
sehari yaitu tiap pagi dan sore
mempasilitasi dengan cara
menyediakan alat dan hari. Pengeluaran ASI ini
bahan yang diperlukan terjadi karena sel oto halus di
untuk melakukan pijat sekitar alveoli mengerut
oksitosin dan massase sehingga memeras ASI untuk
payudara. keluar. Penyebab otot - otot itu
2.Faktor penghambat Tidak ada mengerut adalah suatu hormon
yang dinamakan oksitos
Ny.R P3A0 post Pelayanan KF IV 1. Factor pendukung Selama masa nifas ibu diperiksa Ibu telah
partum 42 hari - Ibu bersedia melakukan oleh tenaga Kesehatan minimal menggunak
melahirkan dengan anjuran bidan 4x kunjungan. kontrasepsi
spontan ingin - ibu bersedia ber KB Pertama 6 jam-2 hari hormonal suntik 3
melakukan 2. Factor penghambat Kedua 3-7 hari bulan
kunjungan KF IV Tidak ada Ketiga 8-28 hari
Keempat 29-42 hari
(Buku KIA Kemenkes 2021)

Bayi Baru Meningkatkan daya Melakukan asuhan 1.Faktor pendukung Pijat bayi secara rutin akan Pijat bayi bisa
Lahir tahan tubuh, komplementer berupa •Ibu dan bapak bersedia untuk membantu tumbuh kembang fisik dilakukan 3x
meningkatkan massase bayi dilakukan massase pada bayinya dan emosi bayi, disamping seminggu
kenaikan berat •Puskesmas mempasilitasi mempertahankan kesehatannya
badan, membuat dengan cara menyediakan (Fitri K, D. 2018)
tidur bayi lebih ruangan alat dan bahan yang 2. Ada hubungan antara pijat
pulas, membuat bayi diperlukan untuk melakukan bayi dengan penambahan berat
lebih rileks dan massase bayi badan bayi (Zahra, E. D.,
menurunkan risiko 2. Faktor penghambat Indrayani, T., & Widowati, R.
terjadinya kolik dan Tidak ada 2022).
kembung. 3. Ada pengaruh pijat bayi
terhadap peningkatan berat badan
dan pola tidur pada bayi
Dinengsih, S., & Yustiana, R. E.
(2021
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari uraian dan pembahasan kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa begitu

pentingnya asuhan yang diberikan oleh bidan secara professional baik pada masa

kehamilan, persalinan, nifas maupun bayi baru lahir, sehingga deteksi dini resiko

yang mungkin terjadi dapat dihindari.

Pada studi kasus komprehensif /manajemen asuhan kebidanan berkesinambungan

yang telah dilakukan pada Ny.R yang meliputi asuhan kebidanan yang menyeluruh

dari masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir yang bertujuan agar

penulis mampu menerapkan pelaksanaanya sesuai dengan standar yang sudah

ditetapkan. Selama proses pelaksanaan studi kasus komprehensif maka dapat

diambil kesimpulan sebaga berikut:

5.1.1 Penulis mampu melakukan asuhan kehamilan kepada Ny.R dari mulai pertama

kali kunjungan pemeriksaan kehamilan pada tanggal 30 April 2021 sampai

kunjungan masa nifas pada tanggal 02 Juli 2021. Pemeriksaan antenatal care

sebanyak 3 kali dengan standar 10 T, yaitu dari hasil pengkajian dan

pemeriksaan kehamilan tidak ditemukan kelainan atau komplikasi pada ibu

hamil

5.1.2 Asuhan kebidanan persalinan pada Ny.R inpartu pada tanggal 20 Mei 2021

dengan usia kehamilan 38 minggu . Pada asuhan persalinan ini Ny. R datang
dengan pembukaan 6 cm, hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal, DJJ

140x/mnt, Hb 12,5 gr/dl. Dari asuhan yang diberikan pada ibu bersalin Ny.R

persalinan dapat berjalan dengan lancar terdapat laserasi derajat 2.

5.1.3 Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, bayi lahir pada tanggal 20 Mei 2021

pukul 14.30 wib, jenis kelamin Perempuan memiliki berat badan 2700 gram dan

panjang badan 48 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 34 cm, lingkar perut

34 cm dan lila 11 cm. bayi lahir normal tanpa komplikasi atau kecacatan

sehingga penulis tidak melakukan tindakan medis. Penulis melakukan kunjungan

neonatal sebanyak 3 kali yaitu kunjungan 6 jam, kunjungan kedua 6 hari dan

kunjungan ketiga usia 15 hari dengan hasil pemeriksaan dalam batas normal.

5.1.4 Penulis mampu melakukan asuhan nifas pada Ny.R sejak tanggal 20 Mei 2021

yaitu pada 6 jam pertama post partum, kunjungan kedua hari ke 6 post partum

pada tanggal 26 Mei 2021, kunjungan ketiga hari ke 15 post partum pada tanggal

04 Juni 2021, kunjungan keempat hari ke 42 post partum pada tanggal 202 Juli

2021. Dengan hasil pemeriksaan TTV, TFU, lochea dalam batas normal tidak

ada tanda-tanda infeksi.

5.1.5 Dari asuhan yang diberikan dari masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru

lahir dapat dievaluasi bahwa ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang

diberikan dan ibu mampu melaksanakan anjuran-anjuran yang diberikan,

sehingga asuhan yang diberikan dalam studi kasus komprehensif ini dapat

berjalan lancar sesuai yang diharapkan oleh penulis, serta ibu dan keluarga juga

mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang semakin bertambah selama

berjalannya studi kasus komprehensif ini.


5.2 Saran

Sehubungan dengan simpulan diatas, maka penulis dapat menyampaikan

saran sebagai berikut:

5.2.1 Puskesmas/ PMB

Diharapkan puskesmas/ PMB dapat mempertahankan meningkatkan asuhan

kebidanan secara menyeluruh dan dapat menerapkan asuhan komplementer yang

sudah ada dalam melayani pasien setiap hari, dan puskesmas/PMB dapat

menambah inovasi terkait asuhan komplementer sehingga dapat menghasilkan

terobosan terbaru yang dilakukan oleh puskesmas/PMB.

5.2.2 Penulis

Studi kasus ini secara teoritis dapat menjadi acuan bagi penulis dan responden

sehingga dapat berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya

ilmu kebidanan yang berkaitan dengan asuhan kebidanan komprehensif /

manajemen asuhan kebidanan berkesinambungan. Dan dalam studi kasus

komprehensif ini penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam segi

penulisan pembahasan dan lain sebagainya, sehingga diharapkan dapat menjadi

acuan oleh penulis kedepannya agar mampu memperbaiki dalam melaksanakan

studi kasus komprehensif / manajemen asuhan kebidanan berkesinambungan.

5.2.3 Klien/Masyarakat
Diharapkan klien dan masyarakat dapat memiliki kesadaran penuh untuk selalu

memeriksakan kehamilannya secara teratur sehingga klien dapat meyadari

pentingnya pengawasan selama masa kehamila, persalinan, nifas dan bayi baru

lahir oleh tenaga kesehatan yang berwenang agar mendapatkan asuhan secara

komprehensif/manajemen asuhan kebidanan berkesinambungan. Dan klien juga

dapat menerapkan asuhan komplementer yang sudah diajarkan dalam kehidupan

sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Andini Ayu, (2020). Angka Kematian Ibu di Indonesia masih jauh dari target SDGs.
Jakarta: Lokadata

Ari Sulistyawati. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta :


Perpustakaan Nasional.
Astuti, Sri. (2015). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: Erlangga.

Dinkes Kabupaten Tangerang, 2019. Angka Kematian Ibu dan Bayi di Kabupaten
Tangerang Masih Tinggi. Diakses dari: https://kabar6.com/angka-
kematian-ibu-dan-bayi-di-kabupaten-tangerang-masih-tinggi/
Dinkes Kabupaten Tangerang, 2018.

Hakim, Rika Adillah, (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Kekurangan Energi Kronik (Kek) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas A Tahun
2020. Serang. Akbid Bina Husada

Kemenkes RI, (2021). Tekan Angka Kematian Ibu, 4.180 USG Portable Siap Tahun
Depan. Jakarta:
https://www.kemkes.go.id/article/view/21112600001/tekan-angka-
kematian-ibu-4-180-usg-portable-siap-tahun-depan.html
Marmi K, R,. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Marmi. (2012 ) . Asuhan kebidanan pada Masa Nifas “Peuperium Care”. Yogyakarta :
pusat pelajar.
Nugrahaeni Intan Wahyu, IWN (2021) Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan
Kehamilan Trimester Iii Di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping
Ii. Diploma thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta:
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/5789/

Pitri Yunita, (2011). Asuhan kebidanan komperhensif pada Ny “F” G3P2A0 dengan
risiko tinggi usia terlalu tua (40 tahun) di Puskesmas Dadok Tunggul Hitam
Kota Padang Tahun 2022. file:///C:/Users/Asus/Documents/jurnal%20pitri
%20yunita.pdf
Profil kesehatan banten, (2020). https://dinkes.bantenprov.go.id/read/profil-kesehatan-
provinsi-bant/198/Profil-Kesehatan-Provinsi-Banten-Tahun-2020.html
Sondakh Jenny J.S. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Erlangga
Utaminingtyas, Farida, (2017). Manfaat Buah Bit (Beta Vulgaris) Terhadap
Peningkatan Kadar Haemoglobin (Hb) Ibu Hamil. Diakses dari:
http://www.e-journal.ar-rum.ac.id/index.php/JIKA/article/view/9
Walyani, Elisabeth Siwi dan Purwoastuti Th. Endang, (2022). Asuhan Kebidanan
Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta. PUSTAKABARUPRESS

Yolanda, 2020. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada


Remaja Putri Di Kelas X Smkn A Tahun 2020. Serang. Akbid Bina Husada

Pratiwi, Septiana (2021) Teknik Pelvic Rocking Terhadap Ibu Hamil


Menggunakan Media Gym Ball Terhadap Ny. R Di Pmb Karmila
Astuti, SST. Diakses dari:
https://repository.poltekkes-tjk.ac.id/id/eprint/600/

Frilasari Heni dan Triwibowo Heri (2020). Penerapan Teknik Relaksasi Progresif
Terhadap Derajat Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif. Diakses dari: http://e-
journal.lppmdianhusada.ac.id/index.php/jk/article/view/27/21

Darwis Persalnandora Gusvi dan Ristica Octa Dwienda, (2022). Posisi Meneran Pada
Ibu Bersalin Untuk Memperlancar Proses Kala II. Diakses dari:
https://jom.htp.ac.id/index.php/jkt/article/view/581/211

S. Saleh, dkk (2020). Kajian Pola Pemenuhan Nutrisi Dan Hidrasi Ibu Bersalin Selama
Proses Persalinan. Diakses dari:
https://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/article/view/602/483

Sari Ponco Indah Arista dan Kusumaningrum Andri Tri (2021). Peningkatan
Pengetahuan Tentang Pentingnya Konsumsi Sayuran Pada Ibu Nifas. Diakses
dari: http://e-jurnal.stikesalirsyadclp.ac.id/index.php/jpma/article/view/
243/238
Jl. Harsono RM No. 1 Ragunan, Jakarta Selatan 12550, Telp. 27870882

Website: www.unas.ac.id; Email: fikes@civitas.unas.ac.id

Jakarta, 01 April 2023

Nomor : 1005/D/SP/FIKES/IV/2023
Lampiran :-

Perihal : Izin Studi Pendahuluan dan Penelitian

KepadaYth : Kepala Puskesmas Mauk.

Jl. Raya Mauk Kecamatan Mauk Kab. Tangerang.

Dengan hormat,

Pimpinan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional Jakarta dengan ini


menerangkan bahwa :

Nama : Badriah Susilawati

NPM : 225491517022

Program Studi : Pendidikan Profesi Bidan

No. Telepon/HP :089509055464

Mahasiswa tersebut bermaksud melakukan Izin Studi Pendahuluan Dan Penelitian yang
diperlukan dalam rangka penulisan Karya Ilmiah Akhir Bidan dengan judul Manajemen
Asuhan Kebidanan Berkesinambungan Pada Pasien Ny. R di PMB Bidan Badriah Di
Puskesmas Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Adapun sebagai
pembimbing Karya Ilmiah Akhir Bidan mahasiswa tersebut,yaitu :

Pembimbing 1 : Dr. Rukmaini, SST., M.Keb.

Pembimbing II: Siti Maryam Muawanah,SST.,Bd

Sehubungan dengan hal tersebut mohon kiranya Bapak/Ibu dapat memberikan bantuan.
Demikian surat ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima
kasih.

Dekan,

Dr. Retno Widowati, M.Si.


Lampiran 2 ( SURAT BALASAN DARI PKM MAUK )
Lampiran 3 ( INFORMED CONSENT )
Lampiran 4 (MY BIRTH PLAN)
LAMPIRAN PARTOGRAF
BIODATA MAHASISWA

IDENTITAS PENELITI

Nama : Badriah Susilawati

NIM : 225491517022

Jenis Kelamin : Perempuan

TTL : Tangerang, 21 Juni 1974

No Hp : 089509055464

Email : cacaferisha@gmail.com

Alamat : Kp.Pabuaran Leutik 05/01Ds. Buaran Jati Kec. Mauk

Kab. Tangerang Prov. Banten

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SDN 1 Buaran Jati Kab. Tangerang (1981)


2. SMPN 1 Sepatan Kab. Tangerang(Tahun 1993)
3. SPK Depkes Bogor (Tahun 1993)
4. D1 Kebidanan Depkes Bogor (Tahun 1994)
5. D3 Kebidanan Depkes Bogor , Jawa Barat (Tahun 2010)
6. D4 Kebidanan Unas Jakarta (2013)
7. Profesi Bidan Poltekkes Bhakti Asih Purwakarta (2021)

LAMPIRAN ( KUNJUNGAN ANC )


KOMPLEMENTER PIJAT EFFLUREGE
GYM BALL

Akupresure
INTRANATAL CARE

CAP TELAPAK KAKI BAYI


KF & KN
KONSULTASI KIAB
KF II (PIJAT OKSITOSIN)
Jl. Harsono RM No. 1 Ragunan, Jakarta Selatan 12550, Telp. 27870882 Website :
www.unas.ac.id; Email:fikes@civitas.unas.ac.id
Jl. Harsono RM No. 1 Ragunan, Jakarta Selatan 12550, Telp. 27870882 Website :
www.unas.ac.id; Email:fikes@civitas.unas.ac.id

Mahasiswa : Badriah Susilawati


NPM : 225491517022
Program Studi : Pendidikan Profesi Bidan
Judul KIAB : Asuhan Komprehensif COC / Manajemen Asuhan Kebidanan
Berkesinambungan Pada Pasien Ny. R Di PMB Bidan Badriah
Puskesmas Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten.

Pembimbing I : Dr. Rukmaini, SST., M.Keb.

Pembimbing II : Siti Maryam Muawanah, SST., Bd.

Anda mungkin juga menyukai