Anda di halaman 1dari 6

How We Met…

Hujan……..

“Sudah 3x dalam awal semester ini hujan terus menerus” Ucap Ketua Osis yang baru saja hangat diutus
setelah pemilihan kemarin.

“Ya, semoga itu tidak menghambat pembuatan Almameter yang baru.” Jawab Kepala Sekolah Rendery
Academic, Pak John Blackstiff.

Rendery Academic? Ya. Academic yang terkenal dengan siswa siswi yang berbakat dalam segala bidang.

Theo Letthouse, Merupakan salah satu dari siswa yang berbakat dalam segala hal, itu juga yang
menyebabkan ia diutus menjadi Ketua Osis di Rendery Academic ini.
Ketua osis yang baru itu berjalan keluar sekolah.
“Theo!! Awas hujan. Dari pada kau menyebrang ke lapangan luas itu, mending kau ambil payung punya
sekolah.” Seru Bibi Tina, Penjaga kantin.

Bibi Tina dan Theo Sudah dekat sedari kecil, itu yang menyebabkan mereka seringkali terbuka satu sama
lain.

“Yah, kalau aku ambil payung itu harus naik ke lantai 5, Mungkin aku akan langsung menyebrang saja,
Resiko yang aku dapat setelah nyebrang umm hanya kehujanan kan? Lagian aku hanya ingin ke
Perpustakaan.” Sahut Theo yang keras kepala dalam hati.

Theo melangkahkan kakinya digenangan air yang ternyata cukup untuk membasahi seluruh sepatu Theo.

Apakah Theo terhenti? Tentu tidak.

Semua orang disekitar ternganga melihat Ketua osis yang belari dengan cepat di cuaca yang deras ini.

langkah yang ia lewatkan… suatu instrumen untuk didengar disuatu hari nanti.

“Hah… Hufth.. akhirnya sampai juga” Ujar Theo yang memijak teras perpustakaan itu..”
Theo memegang gagang pintu perpustakaan itu dan..
*gubrak

Pak satpam penjaga perpus melarang Theo untuk masuk.


“Jangan. Kalau kamu basah jangan masuk, Nanti yang repot bersiin airnya siapa? Ya kami!!” Tegas Pak
Satpam
“Ya… Yasudah pak maaf..”
Theo yang merasa seharusnya ia mendengarkan perkataan Bibi Tina pun memutar balik tubuhnya untuk
kembali.

“Lah mau kemana?” tanya Pak satpam


“Ya…kembali…” Jawab enteng Theo
“Nanti kalo balik basah lagi, basah lagi, basah lagi. Kamu keruangan sebelah saja, Disitu ada pemanas,
Siapatau bisa kering.”
How We Met…
“Ruang sebelah?” Apa yang theo pikirkan pertamakali adalah ruangan aula tua yang berdebu.. Theo
sempat mengurungkan niatannya tetapi setelah ia ingat lagi, baru baru ada renovasi yang mengubah
tempat kusam itu menjadi tenpat pekerja busana.

“Oh itukan tempat pekerja busana, Memang boleh?” Heran Theo.

“Kalau diliat liat sepertinya tidak ada orang yang jaga. Jadi coba saja” Jawab Pak satpam.
Theo pun berjalan dilorong untuk mengunjungi aula tempat siswa siswi yang berketerampilan menjahit.

“Halo? Ada orang?” Tanya Theo yang suaranya bergema mengisi seluruh Aula.

*ts ts ts
suara air yang menetes diaula itu akibat baju basah theo juga mengisi gema seluru Aula.

*Dzzt
Suara mesin jahit itu datang entah dari mana.

Theo memasuki Aula itu dan….


Sepi.

“Eh..”
Tidak. Ia melihat satu siswi berambut cokelat panjang, sederhana, ramping. Terlihat serius dalam
menjahit. Mukanya samar samar akibat minim pencahayaan.

“Eh eh um hai?” Sapa Theo


“Oh hai, Kenapa?” Ucap Gadis itu dengan nada yang kalem.
Theo bingung ingin menjawab apa lantaran alasannya yang tidak jelas.
“ee saya..” ucap theo sambil menggaruk kepalanya, menatap gadis yang serius dan tekun dalam
menjahit.

“saya hanya… hanya.. oh hanya ingin mengecek ruangan ruangan untuk.. untuk berjaga jaga jika tamu
datang akan segera dibersihkan” Jawab Theo

“oh begitu..” jawabnya sambil melanjutkan jahitan Almameter yang baru itu.

Theo berharap bahwa gadis itu menanyai sesuatu darinya, kejanggalan dari kehadiran theo mungkin (?)

“eekhem.” theo lebih memilih untuk mengeluarkan batuk tipis yang disengaja karena udara yang
canggung.

Kali ini gadis itu benar benar mengengok pada pandangan Theo, Laki laki berseragam rapi basah, dasi
hitam, celana hijau, dan jas hijau tua dengan name yang terdisplay di pin seragamnya.

T-h-e-o L-e-t-t-h-o-u-s-e

“oh.. ketua osis yang baru” ucap gadis itu dengan senyum yang lebar dan hangat
How We Met…
“e-ee iya..”

“mau duduk? e-eh kalau berdiri kan nggak enak” ucap gadis itu

“ah tidak usah, saya.. saya keluar dulu terimakasih…..”

Theo keluar dari aula itu, Apa yang baru saja ia rasakan? sesuatu yang ia sendiri tidak bisa deskripsikan..
Theo terlalu sibuk memikirkan “Apa itu?” sampai bajunya sudah kering seperti semula.

Namun Theo tersentak saat menuju ke perpustakaan dan kembali ke Aula.

Pintu terbuka, Gadis itu? tentu ia tidak langsung tertuju. seperti…tidak peduli?

Theo dengan tekad yang kuat pun berteriak “nama mu?”

Gadis itu menengok… Mematikan mesin jahit, berdiri menuju pintu keluar yang terhalangi oleh Theo.
Mereka berhadapan… dengan jarak yang tentu sangat dekat..

21 Desember 2015

“Theo. Apakah Kamu sudah siap melepaskan almametermu dan menyerahkan jabatan mu sebagai ketua
osis kepada Ananda Yori Vlataz?” Suara Pak John Blackstiff Yang tegas dan singkat.

“Saya siap menyerahkan seluruh jabatan saya kepada Yori Vlataz.” Jawab Theo

Tepuk tangan tersorak dari belakang, tepuk tangan yang lebih dari tepuk tangan.
Aula pun diisi sengan bulu kuduk yang berdiri.

Almameter penuh kenangan itu sudah dikenakan oleh gadis pendek berambut pendek ceria.

“Saya Yori Vlatz dari kelas 11 X ingin mengucapkan terimakasih banyak atas suara suara kalian. Saya
akan sesebisa mungkin melaksanakan visi misi saya.”

Acara sertijab pun selesai, semua merasa lega dengan pilihan masing masing dan pulang dengan nuansa
organisasi yang baru.

“Nunuuuuu tungguu nuu!!!!!” teriak Yori sambil berlari.


“Dih malu, ketos kok gak elegan.” Jawab nunu sambil tertawa, Nunu.. sahabat Yori yang selalu
mendukung Yori dengan kemampuannya yang serba bisa.

“Nunu sumpah?? salting salting pls… DIPAKEIN ALMAMETER SAMA KAK THEOOOOOOO duh mana kak
theo ganteng banget. GA TAHAAAAAN”

“jijik.” Jawab Nunu yang sambil menyodorkan air putih dengan maksud untuk memberi yori tegukan air.

“Iyaaa aku tau Nu, Tadi mukaku merah ga nu huhuuuu”


“aman.” jawab Nunu dengan santai.
How We Met…
Yuri tidak pernah berhenti untuk menceritakan theo pada sahabatnya sendiri, Dia tetap melanjutkan
pembicaraan dengan topik Theo.

“NU NU NU ITUUU KAK THEOOOO IHH KECE DEHH” ucap Yuri sambil melompat memegang lengan nunu.

Theo berjalan sambil membawa dokumen dibantu oleh temannya, Ron.


“Theo, Harusnya hari ini hari kebebasan mu. Masih ga bisa lupain tentang Almameter?” Tanya Ron

“Ya begitu lah Ron, Aku pelan pelan lupa dengan wajahnya. Kira kira kabarnya gimana ya?” Jawab Theo
“Ya theo gini, masih banyak perempuan selain Darria yang bisa menjadi teman mu, Itu Yori.”

“Aku tau Ron, Itu bukan Masalah buat ku. Ya Aku hanya ingin Darria memasangkan almameter itu
untukku lagi.”

Theo selalu dihantui oleh pikiran kenangan indah bersama Darria. Mereka masih tidak bisa akrab meski
setelah pertemuan dia aula lama.
Satu satunya ingatan Darria yang Theo ingat adalah Darria yabg memasangkan almameter diaula itu.

“Theo. sini, Coba pakai.”


“Saya pakai?” Dengan ragu Theo mengambil almameter itu namun Darria mengambil terlebih dahulu
dan memasangkannya pada Theo.
“Sip, Pas hitunganku benar” Ucap Darria yang lega.

-end flashback

“Theo? kau kenapa? GAHAHAHAH senyum senyum sendiri. gila.” heran Ron
“Haha, lupakan ah.” Jawab Theo yang tersipu malu

Sampai situ percakapannya. mereka pun sampai diruang tempat penyimpanan dokumen itu.

“Dokumen R4 R3 sudah ada?” Tanya salah satu guru disitu


“Sudah bu” jawab Theo
“Besok kamu ada jadwal photo untuk album osis bersama Yori, tolong infokan ke Yori.”

Theo yang sama sekali tidak mengenal Yori akhirnya terpaksa meminta nomor Yori secara langsung.

“Theo? bukannya bisa minta nomor Yuri ke gurunya langsung?” tanya Ron dengan hati hati

“Lah….. AH KENAPA GA KEPIKIRAN UGH kalau balik lagi… ga enak…”


“Tuh mumpung Yori ada disana, mending kau datangi” sahut Ron sambil menunjuk Yori

“NUNU NUNU NUNU NUNU!!!! KAK RON KOK NUNJUK KE AKUUU!!” teriak Yori dengan rasa malu.

“ah geer, sudah ayo katanya mau kekelas? mau nyimpen almameter kan?” Ucap Nunu sambil
menggenggam tangan Yori dan perlahan menariknya.
Namun Yori menolak untuk pergi dengan cakraman kakinya yang kuat.
How We Met…
“Nu… kak.. Theo.. kok.. berjalan.. ke arah.. kita.” Ucap Yori yang perlahan berbisik grogi.
Nunu yang hampir meninggalkan Yori pun membalikkan badan, mukanya disambut oleh laki laki
berompi hitam yang tinggi.

“Yori 11 X?” Tanya Theo yang harus menatap muka Yori.

“I-iya kak hehe.. ke-kenapa?”


Yori menggengam dan mencakra tangan Nunu dengan tidak teratur.

“Aku boleh minta nomor mu?” Tanya Theo


Yori yang teggang pun terdiam membeku.

“Hahaaa santai saja kalii” sahut Ron yang agak mencairkan suasana

“Ehh begini, a-aku aku tidak hafal nomor ku sendiri m-maksudnya begini.. maksudnya apa.. apa aku eeh
tidak tidak. a-aku.. A-aku saja yang minta nomor kakak”

Yori yang gugup itu mulai melontarkan kata kata aneh seperti… ya seperti itu. kegaguan yang tidak
sengaja terucapkan.

“Baik ini.” Ucap Theo sambil menyodorkan nomor telpnya di kertas kecil
“Tolong nanti hubungi aku” Ucap Theo.

“I-iya..”

Theo meninggalkan area itu dan pergi kekelas bersama Ron.

“BODOH BODOH BODOH!!! KENAPA AKU GAGU GITU AKU TERLIHAT ANEH YA NU? NUUU JAWAB
AKUUUU HUHUU” rengek Yori ke Nunu

“kau… kau kenapa?” Ejek Nunu ke Yori

“NUNUUUUU AAAAA JANGAN GITUUUUUU!!!”


-

“Theo, memang kau tidak ada niatan untuk mendekati Yori? dia cukup terkenal looh dan banyak yang
mengejarnyaa” Ucap Ron saat mereka menuruni tangga
“Oiya aku sepertinya akan pulang lebih cepat” Ucap Theo sambil berlari sekencang mungkin.

“HEY THEO!!” teriak Ron tetapi itu tidak akan berhasil.

“Seandainya Theo tidak tertarik pada Yori…”


-

Yori duduk dibangku berhadapan serius dengan Nunu.

“Ri. minum tuh starbucknya jangan natap mulu. ure so creepy Ri… Kita diliatin banyak orang si kafe
loh..”
How We Met…
“Nu…”
“AAA NUNU AKU CHAT SAJA NIH KAK THEO?”
“ya?? menurut mu?”
“AKU TAKUT NUUU”
“kak Theo kan ingin memberitahumu sesuatu..”
“OITA BAIKLAH SEMOGA DIA TIDAK TERGANGGU”

Disisi lain.. Theo kembali ke apartemennya dan mandi.


*tring

Theo termasuk orang yang penutup jadi dia tidak terlalu mengharapkan chat yang aneh aneh.

Anda mungkin juga menyukai