Bab Iv M
Bab Iv M
Tabel 4.1 Karakteristik responden yang datang ke poli usila Pekanbaru Kota
yang tinggal di Kelurahan Sukaramai berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi (%)
Laki-Laki 15 65,2
Perempuan 8 34,8
Total 23 100
29
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah responden yang datang ke poli
usila Puskesmas Pekanbaru Kota yang tinggal di Kelurahan Sukaramai jenis
kelamin yang terbanyak ialah laki-laki yaitu 15 (65,2%) responden.
Tabel 4.2 Fungsi kognitif pada lansia yang datang ke poli usila Pekanbaru
Kota yang tinggal di Kelurahan Sukaramai
Fungsi Kognitif Frekuensi (%)
Penurunan Fungsi Kognitif Berat 0 0
Penurunan Fungsi Kognitif Sedang 14 60,9
Tanpa Penurunan Fungsi Kognitif 9 39,1
Total 23 100
Tabel 4.3 Tingkat depresi pada lansia yang datang ke poli usila Puskesmas
Pekanbaru Kota yang tinggal di Kelurahan Sukaramai
Kejadian Depresi Frekuensi (%)
Depresi Berat 1 4,3
Depresi Sedang 5 21,8
Depresi Ringan 11 47,9
Normal 6 26
Total 23 100
30
Tabel 4.3 menggambarkan bahwa lansia yang mengalami depresi di
poli usila Puskesmas Pekanbaru Kota yang tinggal di Kelurahan Sukaramai
sebanyak 17 (74%) responden.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Univariat
1. Fungsi Kognitif pada lansia yang datang ke poli usila Puskesmas
Pekanbaru Kota yang tinggal di Kelurahan Sukaramai
Penelitian ini menemukan responden yang datang ke poli usila
Puskesmas Pekanbaru Kota yang tinggal di Kelurahan Sukaramai
mengalami penurunan fungsi kognitif yaitu 14 (60,9%). Dengan kata lain
kejadian penurunan fungsi kognitif pada lansia yang datang ke poli usila
Puskesmas Pekanbaru yang tinggal di Kelurahan Sukaramai termasuk
tinggi. Hal ini sesuai dengan Mavrodaris (2013) dalam Bulletin WHO
(2013) gangguan fungsi kognitif dan demensia akan meningkat secara
global dan diperkirakan meningkat secara proporsional lebih banyak di
negara berkembang, seperti Negara Indonesia.
Penelitian lain di Malaysia oleh Al-Jawad et al (2007) menemukan
bahwa dari 167 responden lansia didapatkan 36,5% mengalami gangguan
kognitif. Shehatah (2009) menuliskan bahwa prevalensi gangguan fungsi
kognitif di daerah pinggiran kota di Mesir sebesar 26,7% yang didapatkan
dari 87 responden lansia. Kemudian, dari penelitian yang dilakukan Ortiz
et al (2012) terhadap 1142 lansia di Mexico didapatkan gangguan fungsi
kognitif sebesar 13,8%.
Kejadian penurunan fungsi kognitif pada lansia telah di bahas
dalam Kemenkes RI tahun 2010, dimana usia yang lanjut merupakan salah
satu faktor risiko yang utama untuk timbulnya berbagai penyakit yang
berhubungan dengan proses penuaan. Seiring dengan bertambahnya usia,
maka akan terjadi perubahan baik biologis maupun fisiologis. Fungsi-
fungsi otak akan menurun sesuai dengan bertambahnya umur dan sel otak
31
akan mengecil (atrofi) sehingga fungsinya menurun dalam rangkaian
sistem.
Teori tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan di
Amerika yang menunjukkan responden usia ≥ 65 tahun memiliki
kecenderungan untuk mengalami penurunan fungsi kognitif terutama pada
domain memori (Huppert F et al, 2003 dalam Sundariyati IGAH, 2014).
Umur yang semakin meningkat akan diikuti dengan perubahan dan
penurunan fungsi anatomi, seperti semakin menyusutnya otak, dan
perubahan biokimiawi di SSP sehingga dengan sendirinya bisa
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi kognitif (Mongsidi R et al,
2012 dalam Sundariyati IGAH, 2014). Menurut Fadhia (2012) dalam
Sundariyati IGAH (2014) berbagai cadangan homeostatik pada lansia
mulai berkurang, oleh karenanya terjadi penurunan pasokan glukosa serta
oksigen yang merupakan sumber nutrisi utama metabolisme otak, hal
inilah yang mengganggu jalur metabolik otak yang berimbas pada
gangguang fungsi kognitif.
32
mental yang sering muncul biasanya adalah depresi (Kusumowardani dan
Puspitosari, 2014)
33