Tugas Manajemen Malibo Ok
Tugas Manajemen Malibo Ok
Di Susun Oleh :
KELOMPOK A
Amdoni Rosni
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
dewasa ini dan dimasa yang akan datang, tantangan yang selalu kita
tinggi dalam bentuk pelayanan bio psiko sosial dan spiritual, mulai
relatif besar yaitu hampir melebihi 50% dari Sumber Daya Manusia
tenaga lain, karena sifat dan fungsi tenaga perawat adalah mendukung
Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana orang yang sakit dirawat
4
B. TUJUAN PRAKTIK
1. Tujuan Umum
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
mampu :
C. Manfaat Kegiatan
2. Bagi Perawat
4. Bagi Mahasiswa
Sumatera Barat.
6
BAB II
A. Winshield Survey
yang disajikan oleh pihak Rumah Sakit atau ruang rawatan mengenai
nama pasien, umur pasien, jenis kelamin pasien, alamat, ruang rawat
rawatan tersebut.
overan.
dirawat
• Penyimpanan
• Obat / bahan obat haruss disimpan dalam wadah asli dari
pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi
dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya
kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada
wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat,
nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
• Semua obat / bahan obat harus disimpan pada kondisi yang
sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
Pariaman.
Pariaman.
informasi
B. DaftarMasalah
12
C. Rumusan Masalah
Wawancara
dirawat
Observasi
13
2. Kotak Obat yang optimal Belum tersedia kotak obat yang
optimal
Wawancara
Observasi
obat2an pasien
dan informasi
Wawancara
14
Observasi
15
D. POA (Planning Of Action)
Kegiatan
1. Belum Persamaan Mengumpulkan perawat Perawat dan 16 Juni 2021 Ruang Malibo Pembimbing Klinik
dirawat dirawat
Implementasi Membuat papan informasi KARU, 16 Juni 2021 Ruang Malibo Pembimbing Klinik
perawat ruangan
dan mahasiswa
15
Evaluasi Melihat kenyamanan dan KARU, 16 Juni 2021 Ruang Malibo Pembimbing Klinik
2. Belum tersedia Persamaan Mengumpulkan perawat KARU, 16 Juni 2021 Ruang Malibo Pembimbing Klinik
Implementasi Menempatkan kotak KARU, 16 Juni 2021 Ruang Malibo Pembimbing Klinik
ruangan dan
mahasiswa
16
3. Belum tersedia Persamaan Mengumpulkan perawat KARU, 16 Juni 2021 Ruang Malibo Pembimbing Klinik
papan edukasi dan persepsi dan melakukan persamaan KATIM, dan Pembimbing
informasi di ruangan
Implementasi Memasang papan edukasi KARU, 16 Juni 2021 Ruang Malibo Pembimbing Klinik
Perawat Akademik
ruangan dan
mahasiswa
17
BAB III
LAMPIRAN TEORI
Sarana Pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, Puskesmas, Klinik dan sarana
pelayanan kesehatan lainnya, mencatat semua kegiatan pelayanan yang sudah diberikan
terhadap pasien kedalam media dokumen. Bentuk media tersebut bisa berupa kertas
yang semakin maju sarana pelayanan kesehatan dituntut untuk dapat memberikan
dengan benar pasien tertentu sebagai orang yang akan diberi pelayanan atau pengobatan
identifikasi ini setidaknya memerlukan dua cara untuk mengidentifikasi pasien, seperti
nama, nomor identifikasi, tanggal lahir, gelang berkode batang atau yang lain. Dalam hal
ini nomor kamar pasien atau lokasi tidak digunakan. Identifikasi ini digunakan dua
identitas di lokasi yang berbeda dalam rumah sakit, seperti rawat inap, rawat jalan dan
18
lemari khusus (Permenkes RI, 2014).
Penyimpanan obat merupakan salah satu cara pemeliharaan perbekalan farmasi
sehingga aman dari gangguan fisik dan pencurian yang dapat merusak kualitas suatu
obat. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan sedian farmasi, alat
kesehatan dan bahan mdis habis pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian.
Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan,
sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis siap pakai (Permenkes RI, 2016).
Penyimpanan Obat / bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa. Semua obat / bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
terjamin keamanan dan stabilitasnya.
19
20
Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First
Out).
- Penyimpanan obat dan bahan obat
Dalam wadah asli produsen dikecualikan dari ketentuan sebagaimana di maksud
dalam hal diperlakukan pemindahan dari wwadah asli nya untuk pelayanan resep, Obat
dapat disimpan didala wadah baru yang dapat menjamin keamanan, mutu, dan
ketertelusuran obat dengan dilengkapi dengan identitas obat meliputi nama obat dan zat
aktifnya. Bentuk dan kekuatan sediaan, nama produsen, jumlah, nomor bets dan tanggal
kadaluarsa.
Pada kondisi yang sesuai dengan rekomendasi dari industri farmasi yang
memproduksi Obat/Bahan obat sebagaimana tertera pada kemasan dan/atau label
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya. Terpisah dari produk/bahan lain dan
terlindung dari dampak yang tidak diinginkan akibat paparan cahaya matahari,
suhu,kelembabab atau faktor eksternal lainnya. Sedemikian rupa untuk mencegah
tumpahan, kerusakan, kontaminasi dan campur baur. Dan tidak bersinggungan langsung
dengan lantai. Dilakukan dengan memperhattikan bentuk sediaan dan kelas terapi
obatserta disusun secara alfabetis
Memperhatikan kemiripan penampilan dan penamaan obat (lool alike sound
alike, LASA) dengan tidak ditempatkan bedekatan dan harus diberi penandaan khusus
untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat.
Memperhatikan sistem first Expired First Out (FEFO) dan/atau sistem First In
First Out (FIFO)
Selain ketentuan sebagaimana dimaksud angka Obat-obat Tertentu harus disimpan
ditempat yang aman berdasarkan analisis resiko antara lain pembatasan akses personil,
diletakkan dalm satu area dan tempat penyimpanan mudah diawasi secara langsung oleh
penanggung jawab (Bpom RI, 2018)
Penyimpanan obat yang merupakan produk rantai dingin (Cold Chain Product)
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
20
21
Obat berupa elektrolit konsentrasi tingi (misalnya kalium klorida 2ml atau yang
lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat daro 0.9% dan magnesium sulfat
50% atau yang lebih pekat) tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk kebutuhan
klinis yang penting. Penyimpanan pada unit perawatan pasien harus dilengkapi dengan
pengaman diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi ketat untuk
mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati (Bpom RI, 2018).
Penyimpanan obat dan bahan obat harus dilengkapi dengan kartu stok, dapat
berbentuk kartu stok manual maupun elektronik. Informasi dalam kartu stok sekurang-
kurangnya memuat :
Nama obat/bahan obat, bentuk sediaan , dan kekuatan obat
Jumlah persedian
Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan
Jumlah yang diterima
Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyerahan/
penggunaan
Jumlah yang diserahkan/digunakan
21
22
Pencatatan yang dilakukan harus tertib dan akurat. Penyimpanan obat/bahan obat
yang rusak dan/atau kadaluarsa harus terpisah dari obat/bahan obat yang masih layak
guna dan diberi penandaan yang jelas serta dilengkapi dengan pencatatan berupa kartu
stok yang dapat berbentuk kartu stok manual dan /atau melakukan stok opname secara
berkala sekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam)bulan. (Bpom RI, 2018).
Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi label yang
secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka, tanggal
kadaluarsa dan peringatan khusus.
Elektrolit, konsentrasi tinggi disimpan di unit perawatan kecuali untuk kebutuhan
klinis yang penting.
Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien dilengkapi
dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpanpda area yang dibatasi
ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati.
Sediaan farmasi alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang dibawa oleh
pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi
Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya
yang menyebabkan kontaminasi.
22
23
23
Sarana, Prasarana Dan Peralatan
24
24
Persyaratan Gudang Penyimpanan Obat Di Apotek
25
25
Penyimpanan obat khusus (Narkotik dan Psikotropika).
26
Menurut PERMENKES NO 3 tahun 2015 Narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilang rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat dapat menimbulkan ketergantungan. Psikotropika
manyatakan bahwa psikotopika adalaha zat atau obat atau bukan narkotika, baik alamiah
atau sintesis yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada katifitas mental dan perilaku.
Penyimpanan obat golongan psikotopika belum diatur oleh peraturan perundang-
undang. Obat psikotorpika cenderung disalah gunakan, makan disarankan penyimpanan
obat-obat golongan psikotopika diletakan tersendiri dalam rak atau lemari khusus dan
terlihat oleh umum.
Syarat untuk lemari narkotik dan psikotopika harus memenuhi syarat sebagi berikut:
Lemari terbuat dari bahan kuat.
Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 buah kunci yang
berbeda.
Harus diletakkan dalam ruangan khusus disudut gudang.
Dibagi 2 rak dengan kunci yang berlainan, rak pertama
digunakan untuk persediaan narkotika sedangkan rak kedua
untuk penyimpanan narkotik yang dipakai sehari-hari
26
27
Kondisi penyimpanan
Untuk menjaga mutu obat perlu diperhatikan sebagai berikut:
Kelembapan
Udara lembab dapat mempengaruh obat-obatan yang tidak tertutup sehingga
harus ditutup rapat, jangan dibiarkan terbuka. Untuk menghindari udara lembab
maka perlu dilakukan upaya-upaya:
a) Ventilasi harus baik, jendela terbuka.
b) Simpan obat ditempat yang kering.
c) Wadah harus tertutup rapat, jangan dibiarkan terbuka.
d) Bila memungkinkan pasang kipas angin atau ac. Karena
makin panas udara diruangan maka udara semakin
lembab.
e) Kalau ada atap yang bocor segera diperbaiki.
f) Sinar Matahari
Kebanyakan cairan, larutan atau injeksi cepat rusak karena
pengaruh sinar matahari.
g).Temperature atau suhu :
a. Suhu kamar 15oC-25oC untuk obat-bat seperti PCT,
Antibiotik, zinc dan lain-lain.
b. Suhu sejuk 8oC-15oC untuk injeksi seperti Oksitosin.
c. Suhu dingin 2oC-8oC untuk vaksin dan injeksi seperti
Metil ergometrin.
d. Suhu beku <2oC untu obat seperti antihemoroid, stolax
dan sub vagina.
27
28
Penyimpanan Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
ini pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah
terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru, wadah sekurang-
kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluarsa. Semua bahan obat harus
disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan menjamin kestabilan bahan. Penyimpanan obat
digolongkan berdasarkan bentuk bahan baku seperti bahan padat, dipisahkan dari bahan yang cair
atau bahan yang setengah padat. Hal tersebut dilakukan untuk menghindarkan zat-zat yang
higroskopis, serum, vaksin dn obatobat yang mudah rusak atau meleleh pada suhu kamar disimpan
dalam lemari es. Penyimpanan obat- obat narkotika disimpan dalam almari khusus sesuai dengan
Permenkes No.28 tahun 1978 yaitu apotek harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan
narkotika. Tempat khusus yang dimaksudkan adalah pada lemari yang mempunyai ukuran 40 x 80
x 100 cm, dapat berupa lemari yang dilekatkan di dinding atau menjadi satu kesatuan dengan lemari
besar. lemari tersebut mempunyai 2 kunci yang satu untuk menyimpan narkotika sehari-hari dan
yang lainnya untuk narkotika persediaan dan morfin, pethidin dan garam- garamnya hal ini untuk
menghindarkan dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti penyalahgunaan obat-obat narkotika.
Penyusunan obat dilakukan dengan cara alphabetis untuk mempermudah obat saat diperlukan
(Hartini dan Sulasmono, 2006).
28
24
a. DEFINISI
i. Informasi
komunikan. Menurut Rakhmat (1986), proses informasi meliputi empat tahap, yakni
tahap sensasi, persepsi, memori dan berpikir. Tahap sensasi merupakan tahap yang paling
awal dalam penerimaan informasi melalui alat indera, sehinnga individu dapat
menafsirkan informasi tersebut. Sensasi yang telah dipersepsikan oleh individu direkam
oleh memori.
Dengan memori inilah informasi dapat direkam, disimpan, dan kemudian digunakan
kembali, jika diperlukan. Tahap terakhir proses pengolahan informasi adalah berpikir,
menimbulkan suatu perubahan pada sikap atau tindakan individu. Menurut Aristoteles
(dalam Tina Afianti, 2007), informasi dapat digunakan sebagai alat persuasi. Informasi
dapat digunakan untuk membujuk dan mempengaruhi perilaku manusia, atau untuk
24
25
ii. Edukasi
perorangan paling sedikit mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup
bersih dan sehat dalam upaya meningkatkan status kesehatan peserta, mencegah
timbulnya kembali penyakit dan memulihkan penyakit. Menurut Ross (1998) dalam
(Afiatin, 2007), pendidikan yang berusaha mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku,
lebih penting dibandingkan hanya sekedar memberikan informasi tanpa disertai usaha
pembentukan sikap dan perubahan perilaku nyata. Haloran (1970) menyatakan bahwa
interaksi dengan tatap muka langsung antara pihak penerima pesan dan pihak penyampai
pesan merupakan intervensi dua arah yang lebih memungkinkan untuk menghasilkan
sikap akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara tatap muka langsung.
Menurut Ross (1998) dalam (Afiatin, 2007), pendidikan yang berusaha mengubah
pengetahuan, sikap dan perilaku, lebih penting dibandingkan hanya sekedar memberikan
informasi tanpa disertai usaha pembentukan sikap dan perubahan perilaku nyata. Haloran
(1970) menyatakan bahwa interaksi dengan tatap muka langsung antara pihak penerima
pesan dan pihak penyampai pesan merupakan intervensi dua arah yang lebih
pengetahuan yang bertujuan untuk mengubah sikap akan lebih efektif jika disampaikan
dengan cara tatap muka langsung. Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi
25
26
pendidikan atau penyuluhan kesehatan. Memang dampak yang timbul dari cara ini
terhadap perubahan perilaku masyarakat memakan waktu yang lama, dibanding dengan
cara koersi. Namun demikian bila perilaku tersebut berhasil diadopsi masyarakat, maka
Rumah sakit dapat memberikan materi dan proses edukasi pada pasien dan
1. Penggunaan obat obatan yang didapat pasien secara efektif dan aman
3. Potensi interaksi antara obat yang diresepkan dengan obat lainnya, serta makanan
2. TATA LAKSANA
Dalam memberikan pelayanan informasi dan edukasi pada sasaran (pasien, keluarga,
pengunjung, dll) harus menggunakan komunikasi yang efektif agar tepat, akurat, jelas, dan
(kesalahpahaman). Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (pelayanan
promosi)
1) Jam pelayanan
26
27
4) Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika kebutuhan
asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit. Akses informasi ini dapat diperoleh
4) Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan kualitas
c) Akses untuk mendapatkan materi edukasi melalui unit PKRS (Promosi Kesehatan Rumah
Sakit).
Pemberian edukasi dan informasi diberikan oleh semua petugas yang ada di Rumah
Sakit baik petugas medis maupun non medis. Edukasi dapat diberikan kepada siapa saja
yang berada di lingkungan Rumah Sakit maupun di luar Rumah Sakit. Dalam pemberian
materi atau pesan yang akan diberikan kepada sasaran harus disesuaikan dengan kebutuhan
kesehatan pasien keluarga dan masyarakat, sehingga dapat dirasakan langsung manfaatnya.
3. RUANG LINGKUP
27
28
pasien, keluarga pasien, pengunjung, petugas Rumah Sakit, dan masyarakat sekitar
Rumah Sakit
28
29
BAB IV
IMPLEMENTASI KEGIATAN
papan informasi daftar pasien dirawat. Papan informasi ini sangat berguna
informasi yang akan diberikan kepada pengunjung atau keluarga pasien yang
29
30
30
31
31
32
32
33
DAFTAR
PUSTAKA
Momay, Sarlota Y dkk. 2014. “Pengaruh Kinerja Perawat dan Pengorganisasian Terhadap
33