Anda di halaman 1dari 37

TUGAS MANAJEMEN KEPERAWATAN

LAPORAN MANAJEMEN LAYANAN

Di Susun Oleh :

KELOMPOK A

Amdoni Rosni

Angga Wijaya Toty Libriawati

Dewi Kartika Veramita Rusli

Risnawati Yenti Ningsih

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES NAN TONGGA LUBUK ALUNG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Meningkatkan upaya dan kegiatan pembangunan kesehatan

dewasa ini dan dimasa yang akan datang, tantangan yang selalu kita

hadapi adalah masalah penyediaan pelayanan kesehatan untuk

memenuhi kebutuhan perorangan, keluarga dan masyarakat dengan

jumlah dan mutu yang memadai (Nursalam, 2011).

Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap pelayanan perawatan

yang dengan sendirinya pemberian jasa pelayanan itu harus selalu

tanggap dan mampu menghadapi serta menyesuaikan diri dengan

diantaranya adalah terselenggaranya pelayanan kesehatan yang

semakin bermutu dan merata.Untuk mencapai sasaran ini, maka

ditetapkan peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.Sebagai bagian

dari tujuan program pembangunan kesehatan (Nursalam, 2011).

Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan

dirasakan sebagai fenomena yang harus direspon oleh perawat.Respon

yang ada harus bersifat kondusif dengan belajar banyak tentang

konsep pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah konkrit dalam

pelaksanaanya.Pelayanan keperawatan profesional merupakan bagian

yang integral dari pelayanan kesehatan yang berdasarkan ilmu

keperawatan yang kokoh, berorientasi pada pelayanan yang bermutu

tinggi dalam bentuk pelayanan bio psiko sosial dan spiritual, mulai

dari tingkat individual dan mencakup seluruh sudut kehidupan sampai

tingkat masyarakat (Ginting 2006).

Mutu pelayanan kesehatan rumah sakit sangat ditentukan oleh


2
tenaga perawat, disebabkan profesi perawat memiliki proporsi yang

relatif besar yaitu hampir melebihi 50% dari Sumber Daya Manusia

(SDM) rumah sakit. Kerja dan tugasnya lebih banyak dibanding

tenaga lain, karena sifat dan fungsi tenaga perawat adalah mendukung

pelayanan medik yang berinteraksi dengan pasien secara terus

menerus dan berkesinambungan untuk memberikan asuhan

keperawatan yang komprehensif dan professional (Nursalam,2011).

Rumah sakit sebagai suatu tempat pelayanan kesehatan

memiliki suatu sistem yang terdiri dari timpelayanan kesehatan seperti

dokter, perawat, ahli gizi dan tenaga kesehatan lainya, yang

mempunyai satu tujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan.

Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana orang yang sakit dirawat

dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat (Gillies, 1996).

Tenaga perawat sebagai tenaga professional yang

melaksanakan asuhan keperawatan pada klien merupakan ujung

tombak pelayanan kesehatan dirumah sakit.Karena hubungan perawat

dengan pasien adalah selama 24 jam dalam mengalokasi berbagai

kemampuan dan pengetahuannya untuk memberikan pelayanan

keperawatan, sehingga dapat menggambarkan kualitas pelayanan

kesehatan di suatu rumah sakit (Depkes RI, 2006).

Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan,

ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.Tenaga keperawatan

secara keseluruhan jumlahnya mendominasitenaga kesehatan yang

ada, dimana keperawatanmemberikan konstribusi yang unik terhadap

bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu kesatuan yang relatif,

berkelanjutan, koordinatif dan advokatif.Keperawatan sebagai suatu


3
profesi menekankan kepada bentuk pelayanan professional yang

sesuai dengan standart dengan memperhatikan kaidah etik dan moral

sehingga pelayanan yang diberikan dapa tditerima oleh masyarakat

dengan baik (Astuti, 1999).

RSUD Padang Pariaman adalah Rumah Sakit Tipe C yang

beralamat di Jalan Raya padang Bukit tinggi KM 32 yang sudah

terakreditasi tahun 2017.Ruang Rawatan malibo memiliki 7 ruang

rawatan dengan 19 tempat tidur serta 1 ruang istirahat

petugas.Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh kelompok pada

tanggal 5-6 juni 2021 dengan metode observasi dan

wawancara,didapatkan hasil bahwa manajemen ruangan sudah

berjalan dengan baik dengan menerapkan metode tim,timbang terima

sudah dilakukan,namun kerena pandemi proses timbang terima

dilakukan di ners stasion saja.Ruang Malibo sudah mempunyai

struktur organisasi namun belum diperbarui terkait perpindahan

petugas.Tampak dirungan malibo belum tersedia papan informasi

daftar nama pasien yang dirawat, penyimpanan obat yang belum

optimal serta belum tersedianya pojok edukasi informasi yang berisi

berbagai leflet penyakit.

Dengan permasalahan yang ditemukan diatas maka mahasiswa

praktek profesi manajemen keperawatan bersama tenaga keperawatan

di ruangan malibo tertarik untuk mengangkat masalah-masalah diatas

untuk dapat mencapai penyelesaian masalah tersebut sehingga dapat

meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan.

4
B. TUJUAN PRAKTIK

1. Tujuan Umum

Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan mahasiswa

mampu melakukan dasar pengelolaan unit rawat inap pelayanan

keperawatan sesuai dengan konsep dan langkah-langkah manajemen

keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan mahasiswa

mampu :

a. Mengidentifikasi masalah manajemen keperawatan yaitu: belum

adanya papan informasi tentang pasien yang dirawat, belum

tersedianya tempat penyimpanan obat yang optimal serta belum

adanya pojok informasi edukasi di ruang malibo

b. Merumuskan prioritas masalah

c. Merencanakan alternatif penyelesaian masalah manajemen

keperawatan yang meliputi belum tersedianya papan informasi

tentang pasien yang dirawat, kotak penyimpanan obat yang optimal

serta pojok edukasi informasi.

C. Manfaat Kegiatan

1. Bagi Rumah Sakit

Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi mengenai

beberapa masalah manajemen pelayanan keperawatan di ruang Malibo RSUD

Padang Pariaman tahun 2021.

2. Bagi Perawat

Meningkatkan kualitas Asuhan Keperawatan kepada pasien di ruang Malibo

RSUD Padang Pariaman tahun 2021.


5
3. Bagi Pasien

Dapat meningkatkan kepuasan kepada pasien di ruang rawat Malibo RSUD

Padang Pariaman tahun 2021.

4. Bagi Mahasiswa

Menambah pengetahuan mengenai manajemen keperawatan di ruang rawat

dan sebagai pemenuhan tugas Praktek Manajemen Keperawatan Universitas

Sumatera Barat.

6
BAB II

ANALISA SITUASI RUANGAN

A. Winshield Survey

Windshield survey merupakan pengamatan terhadap suatu

wilayah untuk mendapatkan gambaran umum situasi dan keadaan

suatu wilayah, yang didapatkan melalui wawancara dengan penduduk

atau individu disuatu wilayah dan observasi lingkungan.

Ruang Malibo merupakan salah satu bagian dari Ruang Rawat

Inap di RSUD Padang Pariaman. Ruang Malibo dipimpin oleh kepala

ruangan dengan jumlah tenaga keseluruhan adalah 12 orang.

Berdasarkan perhitungan tenaga menurut douglas kebutuhan ruangan

sudah tercukupi. Tenaga keperawatan dengan jenjang pendidikan

Ners sebanyak 4 orang, D3 Keperawatan sebanyak 7 orang dan D4

Kebidanan sebanyak 1 orang. Jumlah pasien pada tanggal 05 Juni

2021 sebanyak 7 orang.

Berdasarkan hasil winshield survey di Ruang Malibo RSUD

Padang Pariaman tanggal 05 Juni 2021, kelompok menemukan ada

beberapa masalah di Ruang Malibo RSUD Padang Pariaman yaitu :

1. Belum tersedianya papan informasi daftar pasien dirawat

Papan informasi daftar pasien dirawat adalah jenis informasi

yang disajikan oleh pihak Rumah Sakit atau ruang rawatan mengenai

nama pasien, umur pasien, jenis kelamin pasien, alamat, ruang rawat

dan dokter yang menangani pasien tersebut.Papan informasi ini sangat

berguna dan memudahkan mengidentifikasi pasien yang ada diruang


rawatan .Petugas akan dengan mudah memberikan informasi kepada

sesama petugas ataupun pengunjung yang membezuk pasien di ruang

rawatan tersebut.

Ketidak adaan papan informasi ini menyebabkan kurang

efektifnya informasi yang akan diberikan kepada pengunjung atau

keluarga pasien yang datang, petugas akan memerlukan waktu untuk

mengingat ataupun melihat catatan nama- nama pasien di buku

overan.

Identifikasi masalah : belum tersedianya papan informasi pasien

dirawat

2. Kotak Penyimpanan Obat

• Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengaturan obat agar terhindar


dari kerusakan fisik maupun kimia, agar aman dan mutunya terjamin.
Penyimpanan obat harus mempertimbangkan berbagai hal, yaitu
bentuk dan jenis sediaan, mudah atau tidaknya meledak/terbakar,
stabilitas dan narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari
khusus (Permenkes RI, 2014).

• Penyimpanan obat merupakan salah satu cara pemeliharaan


perbekalan farmasi sehingga aman dari gangguan fisik dan pencurian
yang dapat merusak kualitas suatu obat. Penyimpanan harus dapat
menjamin kualitas dan keamanan sedian farmasi, alat kesehatan dan
bahan mdis habis pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian.
Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas
dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan
penggolongan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
siap pakai (Permenkes RI, 2016).

• Penyimpanan
• Obat / bahan obat haruss disimpan dalam wadah asli dari
pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi
dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya
kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada
wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat,
nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
• Semua obat / bahan obat harus disimpan pada kondisi yang
sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.

Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk


penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan
kontaminasi.
• Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan
bentuk sediaan dan kelas terapi obat (Bpom RI, 2018)

Berdasarkan observasi 05 - 06 Juni 2021 didapatkan belum tersedianya

tempat penyimpanan obat yang optimal di Ruang Malibo RSUD Padang

Pariaman.

Identifikasi masalah : Belum tersedianya tempat penyimpanan


obat yang optimal

3. Papan Edukasi dan Informasi

Papan edukasi dan informasi adalah jenis layanan yang

diberikan oleh pihak rumah sakit atau ruang rawatan mengenai

informasi kesehatan, berbagai penyakit instruksi atau peningkatan

terkait kesehatan serta memberikan informasi penting yang ada

diruangan rawat inap. Papan edukasi dan informasi sangat berguna

dan penting agar pasien beserta keluarga maupun pelayan kesehatan

dapat mengetahui bagaimana potensial kesehatan dapat tercapai serta

cara pencegahan berbagai penyakit .


Berdasarkan observasi 05 - 06 Juni 2021 didapatkan belum

tersedianya papan edukasi dan informasi di Ruang Malibo RSUD Padang

Pariaman.

Identifikasi masalah : belum tersedianya papan edukasi dan

informasi

B. DaftarMasalah

1. Belum tersedian papan informasi daftar pasien dirawat

2. Belum tersedia tempat penyimpanan obat yang optimal

3. Belum tersedianya papan informasi edukasi

12
C. Rumusan Masalah

No. Data Masalah

1. Papan informasi daftar pasien Belum tersedia papan informasi

dirawat daftar pasien dirawat

Wawancara

Dari hasil wawancara mahasiswa dengan

beberapa petugas, memang belum tersedia

dari ruangan papan informasi daftar pasien

dirawat

Observasi

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal

05 - 06 juni 2021, tidak tampak adanya

ppapan informasi daftar pasien dirawat

13
2. Kotak Obat yang optimal Belum tersedia kotak obat yang

optimal

Wawancara

Dari hasil wawancara mahasiswa dengan

kepala ruangan dan beberapa petugas,

memang belum tersedia dari ruangan

kotak obat yang optimal

Observasi

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal

05 - 06 juni 2021, tampak adanya kotak

obat,namun tidak memadai untuk

obat2an pasien

3. Papan edukasi dan informasi Belum tersedia papan edukasi

dan informasi

Wawancara

Dari hasil wawancara mahasiswa dengan

kepala ruangan dan beberapa petugas,

memang belum tersedia dari ruangan

papan edukasi dan informasi

14
Observasi

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal

05 - 06 juni 2021, belum terlihat adanya

papan informasi dan edukasi

15
D. POA (Planning Of Action)

No. Masalah Rencana Tujuan Sasaran Waktu/Tgl Tempat P. Jawab

Kegiatan

1. Belum Persamaan Mengumpulkan perawat Perawat dan 16 Juni 2021 Ruang Malibo Pembimbing Klinik

tersedianya persepsi dan melakukan persamaan Mahasiswa dan Pembimbing

papan informasi persepsi membuat papan Akademik

daftar pasien informasi daftar pasien

dirawat dirawat

Implementasi Membuat papan informasi KARU, 16 Juni 2021 Ruang Malibo Pembimbing Klinik

daftar pasien dirawat KATIM,

perawat ruangan

dan mahasiswa

15
Evaluasi Melihat kenyamanan dan KARU, 16 Juni 2021 Ruang Malibo Pembimbing Klinik

kepuasan perawat sebelum KATIM, dan Pembimbing

dan sesudah pembuatan perawat ruangan Akademik

papan informasi. dan mahasiswa

2. Belum tersedia Persamaan Mengumpulkan perawat KARU, 16 Juni 2021 Ruang Malibo Pembimbing Klinik

tempat persepsi dan melakukan persamaan KATIM, dan Pembimbing

penyimpanan obat persepsi tentang fungsi perawat ruangan Akademik

yang optimal tempat penyimpanan obat dan mahasiswa

Implementasi Menempatkan kotak KARU, 16 Juni 2021 Ruang Malibo Pembimbing Klinik

penyimpanan obat yang KATIM, dan Pembimbing

optimal Perawat Akademik

ruangan dan

mahasiswa

16
3. Belum tersedia Persamaan Mengumpulkan perawat KARU, 16 Juni 2021 Ruang Malibo Pembimbing Klinik

papan edukasi dan persepsi dan melakukan persamaan KATIM, dan Pembimbing

informasi persepsi tentang fungsi perawat ruangan Akademik

papan edukasi dan dan mahasiswa

informasi di ruangan

Implementasi Memasang papan edukasi KARU, 16 Juni 2021 Ruang Malibo Pembimbing Klinik

dan informasi di ruangan KATIM, dan Pembimbing

Perawat Akademik

ruangan dan

mahasiswa

17
BAB III

LAMPIRAN TEORI

A. Konsep Papan Informasi daftar nama pasien

Sarana Pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, Puskesmas, Klinik dan sarana

pelayanan kesehatan lainnya, mencatat semua kegiatan pelayanan yang sudah diberikan

terhadap pasien kedalam media dokumen. Bentuk media tersebut bisa berupa kertas

maupun elektronik. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan kesehatan

yang semakin maju sarana pelayanan kesehatan dituntut untuk dapat memberikan

pelayanan yang bermutu dan tanpa mengesampingkan kepentingan pasien.

Konsep identifikasi pasien telah dijelaskan oleh para ahli. Mengidentifikasi

dengan benar pasien tertentu sebagai orang yang akan diberi pelayanan atau pengobatan

tertentu dengan mencocokan layanan atau perawatan dengan pasien tersebut.5)Proses

identifikasi ini setidaknya memerlukan dua cara untuk mengidentifikasi pasien, seperti

nama, nomor identifikasi, tanggal lahir, gelang berkode batang atau yang lain. Dalam hal

ini nomor kamar pasien atau lokasi tidak digunakan. Identifikasi ini digunakan dua

identitas di lokasi yang berbeda dalam rumah sakit, seperti rawat inap, rawat jalan dan

IGD atau kamar operasi.

B.Konsep Tempat Penyimpanan Obat

Pengertian Penyimpanan Obat


Peraturan Menteri kesehatan menyatakan beberapa pengertian dari penimpanan obat,
yaitu sebagai berikut:
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengaturan obat agar terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia, agar aman dan mutunya terjamin. Penyimpanan obat
harus mempertimbangkan berbagai hal, yaitu bentuk dan jenis sediaan, mudah atau
tidaknya meledak/terbakar, stabilitas dan narkotika dan psikotropika disimpan dalam

18
lemari khusus (Permenkes RI, 2014).
Penyimpanan obat merupakan salah satu cara pemeliharaan perbekalan farmasi
sehingga aman dari gangguan fisik dan pencurian yang dapat merusak kualitas suatu
obat. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan sedian farmasi, alat
kesehatan dan bahan mdis habis pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian.
Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan,
sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis siap pakai (Permenkes RI, 2016).
Penyimpanan Obat / bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa. Semua obat / bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
terjamin keamanan dan stabilitasnya.

19
20

Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang


lainnya yang menyebabkan kontaminasi.Sistem penyimpanan dilakukan dengan
memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis
(Bpom RI, 2018)

Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First
Out).
- Penyimpanan obat dan bahan obat
Dalam wadah asli produsen dikecualikan dari ketentuan sebagaimana di maksud
dalam hal diperlakukan pemindahan dari wwadah asli nya untuk pelayanan resep, Obat
dapat disimpan didala wadah baru yang dapat menjamin keamanan, mutu, dan
ketertelusuran obat dengan dilengkapi dengan identitas obat meliputi nama obat dan zat
aktifnya. Bentuk dan kekuatan sediaan, nama produsen, jumlah, nomor bets dan tanggal
kadaluarsa.
Pada kondisi yang sesuai dengan rekomendasi dari industri farmasi yang
memproduksi Obat/Bahan obat sebagaimana tertera pada kemasan dan/atau label
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya. Terpisah dari produk/bahan lain dan
terlindung dari dampak yang tidak diinginkan akibat paparan cahaya matahari,
suhu,kelembabab atau faktor eksternal lainnya. Sedemikian rupa untuk mencegah
tumpahan, kerusakan, kontaminasi dan campur baur. Dan tidak bersinggungan langsung
dengan lantai. Dilakukan dengan memperhattikan bentuk sediaan dan kelas terapi
obatserta disusun secara alfabetis
Memperhatikan kemiripan penampilan dan penamaan obat (lool alike sound
alike, LASA) dengan tidak ditempatkan bedekatan dan harus diberi penandaan khusus
untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat.
Memperhatikan sistem first Expired First Out (FEFO) dan/atau sistem First In
First Out (FIFO)
Selain ketentuan sebagaimana dimaksud angka Obat-obat Tertentu harus disimpan
ditempat yang aman berdasarkan analisis resiko antara lain pembatasan akses personil,
diletakkan dalm satu area dan tempat penyimpanan mudah diawasi secara langsung oleh
penanggung jawab (Bpom RI, 2018)
Penyimpanan obat yang merupakan produk rantai dingin (Cold Chain Product)
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

20
21

2.1.5.1 Tempat penyimpan


Tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan alat monitoring suhu yag
terkalibrasi. Harus dilakukan pemantauan suhu tempat penyimpanan selama 3 (tiga) kali
sehari dengan rentang waktu yang memadai. Tempat penyimpanan harus di lengkapi
dengan generator otomatis atau generator manual yang di jaga oleh personil khusus
selama 24 jam. penyimpanan obat tidak terlalu padat sehingga sirkulasi udara dapat
dijaga, jarak antara sekitar 1-2 cm.

Obat berupa elektrolit konsentrasi tingi (misalnya kalium klorida 2ml atau yang
lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat daro 0.9% dan magnesium sulfat
50% atau yang lebih pekat) tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk kebutuhan
klinis yang penting. Penyimpanan pada unit perawatan pasien harus dilengkapi dengan
pengaman diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi ketat untuk
mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati (Bpom RI, 2018).
Penyimpanan obat dan bahan obat harus dilengkapi dengan kartu stok, dapat
berbentuk kartu stok manual maupun elektronik. Informasi dalam kartu stok sekurang-
kurangnya memuat :
 Nama obat/bahan obat, bentuk sediaan , dan kekuatan obat
 Jumlah persedian
 Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan
 Jumlah yang diterima
 Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyerahan/
penggunaan
 Jumlah yang diserahkan/digunakan

 Nomor bets dan kadaluarsa setiap penerimaan atau


penyerahan
 Jika pencatatan dilakukan secara elektronik maka :
 Harus tervalidasi
 Harus mampu terselusur informasi mutasi sekurang- kurangnya 5 (lima) tahun
terakhir
 Harus tersedia sistem pencatatan lainnya yang dapat dilihat setiaap dibutuhkan. Hal
ini dilakukan bila pencatatan secara elektronik tidak berfungsi sebagaimana
seharusnya.
 Harus dapat disalin/copy dan atau diberikan cetak printout.

21
22

Pencatatan yang dilakukan harus tertib dan akurat. Penyimpanan obat/bahan obat
yang rusak dan/atau kadaluarsa harus terpisah dari obat/bahan obat yang masih layak
guna dan diberi penandaan yang jelas serta dilengkapi dengan pencatatan berupa kartu
stok yang dapat berbentuk kartu stok manual dan /atau melakukan stok opname secara
berkala sekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam)bulan. (Bpom RI, 2018).

Tujuan Penyimpanan obat


Penyimpanan obat bertujuan untuk menjaga mutu dan kestabilan suatu sediaan
farmasi, menjaga keamanan, ketersediaan, dan menghindari penggunaan obat yang tidak
bertanggung jawab. Menurut PERMENKES RI No 72 Tahun 2016, untuk mencapai
tujuan penyimpanan obat tersebut ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan,
yaitu :

 Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi label yang
secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka, tanggal
kadaluarsa dan peringatan khusus.
 Elektrolit, konsentrasi tinggi disimpan di unit perawatan kecuali untuk kebutuhan
klinis yang penting.
 Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien dilengkapi
dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpanpda area yang dibatasi
ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati.
 Sediaan farmasi alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang dibawa oleh
pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi
 Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya
yang menyebabkan kontaminasi.

22
23

Sumber Daya Manusia


Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku, apotek harus dikelola oleh
seorang apoteker yang profesional. Dalam mengelola apotek, apoteker senantiasa
harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik
mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi,
menempatkan diri sebagai pemimpin dalam situasi multidisipliner, kemampuan
mengelola SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang karir, dan membantu
memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan
(Permenkes, 2014).
Pelayanan kefarmasian di apotek diselenggarakan oleh apoteker, dapat
dibantu oleh apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang
memiliki Surat Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik atau Surat Izin Kerja (Permenkes,
2014).
Dalam melakukan pelayanan kefarmasian apoteker harus memenuhi kriteria :
 Persyaratan administrasi
 Memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang terakreditasi
 Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)
 Memiliki sertifikat kompetensi yang masih berlaku
 Memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)
 Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda pengenal.
 Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan atau ContinuingI Professional
Development (CPD) dan mampu memberikan pelatihan yang berkesinambungan.
 Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan diri,
baik melalui pelatihan, seminar, workshop, pendidikan berkelanjutan atau
mandiri
 Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan perundang
undangan, sumpah Apoteker, standar profesi (standar pendidikan, standar
pelayanan, standar kompetensi dan kode etik) yang berlaku (Permenkes, RI 2014).

23
Sarana, Prasarana Dan Peralatan
24

Sarana yang di perlakukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di


Apotek meliputi :
Bangunan apotek paling sedikit memiliki sarana ruang yang berfungsi untuk
penerimaan resep, pelayanan resep dan peracikan, penyerahan sediaan farmasi dan alat
kesehatan, konseling, penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, dan arsip.
Prasarana apotek paling sedikit terdiri atas instalasi air bersih, instalasi listrik,
sistem tata udara, dan sistem proteksi kebakaran.
Peralatan apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
pelayanan kefarmasian meliputi rak obat, alat peracikan, bahan pengemas obat, lemari
pendingin, meja, kursi, komputer, sistem pencatatan mutasi obat, formulir catatan
pengobatan pasien dan peralatan lain sesuai dengan kebutuhan.
Sarana, prasarana, dan peralatan harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi
dengan baik.
Istilah ruang disini tidak harus diartikan sebagai wujud ruangn secara fisik,
namun lebih kepada fungsi yang dilakukan. Bila memungkinkan, setiap fungsi
tersebut disediakan ruangan secara tersendiri. Jika tidak maka dapat digabungkan
lebih dari 1 (satu) fungsi, namun harus terdapat pemisahan yang jelas antar fungsi
(Permekes RI, 2014).

Ruang Penyimpanan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai


Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban,ventilasi, pemisah untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas.
Selain itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang cukup. Ruang penyimpanan
yang baik perlu dilengkapi dengan rak /lemari obat, pallet, pendingin ruangan (AC),
lemari pendingin, lemari.

Penyimpanan khusus narkotik dan psikotrpika, lemari penyimpanan obat


khusus, pengukur suhu, dan kartu suhu (Permenkes RI , 2014).

24
Persyaratan Gudang Penyimpanan Obat Di Apotek
25

a. Adapun persyaratan gudang obat di apotek sebagai berikut:


Persyaratan gudang di apotek yaitu :
 Persyaratan gudang
 Luas minimal 3 x 4 m2 dan atau disesuaikan dengan jumlah
obat yang disimpan.
 Ruangan kering dan tidak lembab.
 Memiliki cahaya dan ventilasi yang cukup. Namun jendela
harus mempunyai pelindung untuk menghindarkan adanya
cahaya langsung dan bertralis.
 Lantai dibuat dari semen atau segel atau keramik atau papan
yang tidak memungkinkan bertumpuknya debu dan kotoran
lain. harus diberi alas papan (palet).
 Dinding dibuat licin dan dicat warna cerah.
 Hindari pembuataan sudut lantai dan dinding yang tajam.
 Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda.
 Tersedia lemari khusus untuk narkotika dan psikotropika
yang selalu terkunci dan terjamin keamanannya.
 Harus ada pengukur suhu dan hygrometer ruangan
(Permenkes RI, 2014).

Pengaturan penyimpanan obat :


 Obat disusun secara alfabetis untuk setiap bentuk sediaan.
 Obat dirotasi dengan sistem FEFO.
 Obat disimpan pada rak.
 Obat narkotik disimpan ditempat khusus untuk obat narkotik.
 Obat yang disimpan pada lantai harus diletakkan diatas
paletatau alas.

 Tumpukan dus harus disusun dengan rapi dan sesuai dengan


petunjuk.
 Sediaan obat cairan dipisahkan dari sediaan padatan.
 Vaksin dan suppositoria harus disimpan dalam lemari
pendingin.
 Lisol dan desinfektan di letak kan terpisah dari obat lainnya.

25
Penyimpanan obat khusus (Narkotik dan Psikotropika).
26

Menurut PERMENKES NO 3 tahun 2015 Narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilang rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat dapat menimbulkan ketergantungan. Psikotropika
manyatakan bahwa psikotopika adalaha zat atau obat atau bukan narkotika, baik alamiah
atau sintesis yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada katifitas mental dan perilaku.
Penyimpanan obat golongan psikotopika belum diatur oleh peraturan perundang-
undang. Obat psikotorpika cenderung disalah gunakan, makan disarankan penyimpanan
obat-obat golongan psikotopika diletakan tersendiri dalam rak atau lemari khusus dan
terlihat oleh umum.

Syarat untuk lemari narkotik dan psikotopika harus memenuhi syarat sebagi berikut:
 Lemari terbuat dari bahan kuat.
 Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 buah kunci yang
berbeda.
 Harus diletakkan dalam ruangan khusus disudut gudang.
 Dibagi 2 rak dengan kunci yang berlainan, rak pertama
digunakan untuk persediaan narkotika sedangkan rak kedua
untuk penyimpanan narkotik yang dipakai sehari-hari

 Diletakkan ditempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum.

Kunci lemari khusus dikuasai apoteker penangung jawab.


Lemari harus menempel pada tembok atau latai dengan cara dipaku
atau disekrup.

26
27

Kondisi penyimpanan
Untuk menjaga mutu obat perlu diperhatikan sebagai berikut:
 Kelembapan
Udara lembab dapat mempengaruh obat-obatan yang tidak tertutup sehingga
harus ditutup rapat, jangan dibiarkan terbuka. Untuk menghindari udara lembab
maka perlu dilakukan upaya-upaya:
a) Ventilasi harus baik, jendela terbuka.
b) Simpan obat ditempat yang kering.
c) Wadah harus tertutup rapat, jangan dibiarkan terbuka.
d) Bila memungkinkan pasang kipas angin atau ac. Karena
makin panas udara diruangan maka udara semakin
lembab.
e) Kalau ada atap yang bocor segera diperbaiki.
f) Sinar Matahari
Kebanyakan cairan, larutan atau injeksi cepat rusak karena
pengaruh sinar matahari.
g).Temperature atau suhu :
a. Suhu kamar 15oC-25oC untuk obat-bat seperti PCT,
Antibiotik, zinc dan lain-lain.
b. Suhu sejuk 8oC-15oC untuk injeksi seperti Oksitosin.
c. Suhu dingin 2oC-8oC untuk vaksin dan injeksi seperti
Metil ergometrin.
d. Suhu beku <2oC untu obat seperti antihemoroid, stolax
dan sub vagina.

27
28

Penyimpanan Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
ini pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah
terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru, wadah sekurang-
kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluarsa. Semua bahan obat harus
disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan menjamin kestabilan bahan. Penyimpanan obat
digolongkan berdasarkan bentuk bahan baku seperti bahan padat, dipisahkan dari bahan yang cair
atau bahan yang setengah padat. Hal tersebut dilakukan untuk menghindarkan zat-zat yang
higroskopis, serum, vaksin dn obatobat yang mudah rusak atau meleleh pada suhu kamar disimpan
dalam lemari es. Penyimpanan obat- obat narkotika disimpan dalam almari khusus sesuai dengan
Permenkes No.28 tahun 1978 yaitu apotek harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan
narkotika. Tempat khusus yang dimaksudkan adalah pada lemari yang mempunyai ukuran 40 x 80
x 100 cm, dapat berupa lemari yang dilekatkan di dinding atau menjadi satu kesatuan dengan lemari
besar. lemari tersebut mempunyai 2 kunci yang satu untuk menyimpan narkotika sehari-hari dan
yang lainnya untuk narkotika persediaan dan morfin, pethidin dan garam- garamnya hal ini untuk
menghindarkan dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti penyalahgunaan obat-obat narkotika.
Penyusunan obat dilakukan dengan cara alphabetis untuk mempermudah obat saat diperlukan
(Hartini dan Sulasmono, 2006).

28
24

C. KONSEP PAPAN EDUKASI DAN INFORMASI

a. DEFINISI

i. Informasi

Informasi adalah pesan yang disampaikan seseorang komunikator kepada

komunikan. Menurut Rakhmat (1986), proses informasi meliputi empat tahap, yakni

tahap sensasi, persepsi, memori dan berpikir. Tahap sensasi merupakan tahap yang paling

awal dalam penerimaan informasi melalui alat indera, sehinnga individu dapat

memahami kualitas fisik lingkungannya. Selanjutnya individu mempersepsikan objek,

peristiwa, atau pun hubungan-hubungan yang diperoleh, kemudian menyimpulkan atau

menafsirkan informasi tersebut. Sensasi yang telah dipersepsikan oleh individu direkam

oleh memori.

Memori berperan penting dalam mempengaruhi baik persepsi maupun berpikir.

Dengan memori inilah informasi dapat direkam, disimpan, dan kemudian digunakan

kembali, jika diperlukan. Tahap terakhir proses pengolahan informasi adalah berpikir,

yang mempengaruhi penafsiran individu terhadap stimuli. Berpikir dilakukan untuk

memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan, memecahkan persoalan, dan

menghasilkan pengetahuan baru. Proses pengolahan informasi ini akan dapat

menimbulkan suatu perubahan pada sikap atau tindakan individu. Menurut Aristoteles

(dalam Tina Afianti, 2007), informasi dapat digunakan sebagai alat persuasi. Informasi

dapat digunakan untuk membujuk dan mempengaruhi perilaku manusia, atau untuk

mengubah perilaku manusia, sesuai yang diinginkan pemberi informasi. Melalui

informasi individu mendapatkan pengetahuan.

24
25

ii. Edukasi

Edukasi Kesehatan adalah kegiatan upaya meningkatkan pengetahuan kesehatan

perorangan paling sedikit mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup

bersih dan sehat dalam upaya meningkatkan status kesehatan peserta, mencegah

timbulnya kembali penyakit dan memulihkan penyakit. Menurut Ross (1998) dalam

(Afiatin, 2007), pendidikan yang berusaha mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku,

lebih penting dibandingkan hanya sekedar memberikan informasi tanpa disertai usaha

pembentukan sikap dan perubahan perilaku nyata. Haloran (1970) menyatakan bahwa

interaksi dengan tatap muka langsung antara pihak penerima pesan dan pihak penyampai

pesan merupakan intervensi dua arah yang lebih memungkinkan untuk menghasilkan

perubahan. Dengan demikian peningkatan pengetahuan yang bertujuan untuk mengubah

sikap akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara tatap muka langsung.

Menurut Ross (1998) dalam (Afiatin, 2007), pendidikan yang berusaha mengubah

pengetahuan, sikap dan perilaku, lebih penting dibandingkan hanya sekedar memberikan

informasi tanpa disertai usaha pembentukan sikap dan perubahan perilaku nyata. Haloran

(1970) menyatakan bahwa interaksi dengan tatap muka langsung antara pihak penerima

pesan dan pihak penyampai pesan merupakan intervensi dua arah yang lebih

memungkinkan untuk menghasilkan perubahan. Dengan demikian peningkatan

pengetahuan yang bertujuan untuk mengubah sikap akan lebih efektif jika disampaikan

dengan cara tatap muka langsung. Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi

perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan

25
26

informasi, memberikan kesadaran, dan sebagainya, melalui kegiatan yang disebut

pendidikan atau penyuluhan kesehatan. Memang dampak yang timbul dari cara ini

terhadap perubahan perilaku masyarakat memakan waktu yang lama, dibanding dengan

cara koersi. Namun demikian bila perilaku tersebut berhasil diadopsi masyarakat, maka

akan langgeng, bahkan selama hidup dilakukan

Rumah sakit dapat memberikan materi dan proses edukasi pada pasien dan

keluarga minimal berupa topik :

1. Penggunaan obat obatan yang didapat pasien secara efektif dan aman

2. Penggunaan peralatan medis secara efektif dan aman

3. Potensi interaksi antara obat yang diresepkan dengan obat lainnya, serta makanan

4. Diet dan nutrisi

5. Manajemen nyeri dan teknik relaksasi

2. TATA LAKSANA

Dalam memberikan pelayanan informasi dan edukasi pada sasaran (pasien, keluarga,

pengunjung, dll) harus menggunakan komunikasi yang efektif agar tepat, akurat, jelas, dan

mudah dipahami oleh sasaran, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan

(kesalahpahaman). Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (pelayanan

promosi)

a) Komunikasi yang bersifat informasi asuhan didalam rumah sakit adalah :

1) Jam pelayanan

2) Pelayanan yang tersedia

3) Cara mendapatkan pelayanan

26
27

4) Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika kebutuhan

asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit. Akses informasi ini dapat diperoleh

melalui Customer Service, Admission, dan Website.

b) Komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi) :

1) Edukasi tentang obat

2) Edukasi tentang penyakit

3) Edukasi pasien tentang apa yang harus di hindari

4) Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan kualitas

hidupnya pasca dari rumah sakit

5) Edukasi tentang Gizi

c) Akses untuk mendapatkan materi edukasi melalui unit PKRS (Promosi Kesehatan Rumah

Sakit).

Pemberian edukasi dan informasi diberikan oleh semua petugas yang ada di Rumah

Sakit baik petugas medis maupun non medis. Edukasi dapat diberikan kepada siapa saja

yang berada di lingkungan Rumah Sakit maupun di luar Rumah Sakit. Dalam pemberian

materi atau pesan yang akan diberikan kepada sasaran harus disesuaikan dengan kebutuhan

kesehatan pasien keluarga dan masyarakat, sehingga dapat dirasakan langsung manfaatnya.

3. RUANG LINGKUP

a) Sasaran pendidikan kesehatan dibagi menjadi 3 kelompok

b) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu

c) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok

d) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat

e) Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

27
28

Menurut dimensi tempat pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat berlangsung

di berbagai tempat. Dengan sendirinya sasarannya berbeda pula, misalnya :

a. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid, guru

b. Pendidikan kesehatan di Rumah Sakit, dilakukan di rumah sakit dengan sasaran

pasien, keluarga pasien, pengunjung, petugas Rumah Sakit, dan masyarakat sekitar

Rumah Sakit

c. Pendidikan kesehatan di Posyandu atau Desa Binaan dengan sasaran masyarakat


sekitar

28
29

BAB IV
IMPLEMENTASI KEGIATAN

A. IMPLEMENTASI RENCANA KEGIATAN


Kegiatan implementasi dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun,
pelaksanaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Belum tersedianya papan informasi daftar pasien pasien dirawat
a. Persiapan pembuatan papan informasi
Pada tanggal 13 Juni 2021 mahasiswa melakukan persiapan pembuatan
papan informasi pasien dirawat dan mahasiswa melakukan konsul bahan
preplanning kepada pembimbing akademik dan pembimbing klinik.
b. Mengadakan sharing dan diskusi tentang papan informasi daftar pasien dirawat
Pada tanggal 13 juni 2021 jam 09.00 WIB mahasiswa mengadakan

sharing dan diskusi bersama petugas diruangan Malibo tentang pemanfaatan

papan informasi daftar pasien dirawat. Papan informasi ini sangat berguna

dan memudahkan mengidentifikasi pasien yang ada diruang rawatan .Petugas

akan dengan mudah memberikan informasi kepada sesama petugas ataupun

pengunjung yang membezuk pasien di ruang rawatan tersebut.

Ketidak adaan papan informasi ini menyebabkan kurang efektifnya

informasi yang akan diberikan kepada pengunjung atau keluarga pasien yang

datang, petugas akan memerlukan waktu untuk mengingat ataupun melihat

catatan nama- nama pasien di buku overan.

c. Melakukan Pemasangan Papan informasi daftar pasien dirawat


Pada tanggal 17 Juni 2021 mahasiswa melakukan penyerahan papan informasi
daftar pasien dirawat kepada Kepala Ruangan Arafah dan dihadiri oleh perawat
ruangan Malibo.

29
30

2. Belum Optimalnya Tempat penyimpanan Obat


a. Persiapan pembuatan / pengadaan tempat penyimpanan obat
Pada tanggal 13 Juni 2021 mahasiswa melakukan persiapan pembuatan
preplanning tentang penyimpanan obat yang optimal serta melakukan konsul
bahan preplanning kepada pembimbing akademik dan pembimbing klinik.
b. Mengadakan Sharing tentang tempat penyimpanan obat
Pada tanggal 13 Juni 2021, pukul 11.00 WIB mahasiswa melakukan
sharing dan diskusi tentang pembuatan tempat penyimpanan obat yang lebih
optimal.
Pada tanggal 17 Juni 2021 mahasiswa menyerahkan tempat penyimpanan
obat yang lebih optimal kepada kepala ruangan dan perawat diruangan Malibo.

3. Belum tersedianya pojok informasi dan edukasi


a. Persiapan pembuatan pojok informasi dan edukasi
Pada tanggal 13 Juni 2021 mahasiswa melakukan persiapan pembuatan
preplanning tentang pembuatan pojok informasi dan edukasi dengan pembuatan
leaflet berbagai penyakit serta leaflet edukasi lainnya tentang kesehatan dan
melakukan konsul bahan preplanning kepada pembimbing akademik dan
pembimbing klinik.
b. Mengadakan Sharing tentang Pojok informasi dan edukasi
Pada tanggal 13 Juni 2021, pukul 11.00 WIB mahasiswa melakukan
sharing dan diskusi tentang pembuatan pojok informsi dan edukasi kepada
perawat diruangan Malibo
Pada tanggal 17 Juni 2021 mahasiswa menyerahkan kelengkapan pojok
informasi dan edukasi kepada kepala ruangan, dan perawat diruangan
Malibo,berupa papan media informasi dan leaflet-leaflet.

30
31

B. HASIL EVALUASI KEGIATAN


Masalah 1 : Belum tersedianya papan informasi daftar pasien dirawat
1. Terlaksananya sharing dan diskusi tentang pengadaan papan informasi daftar pasien
dirawat hari Minggu 13 Juni 2017 bersama kepala ruangan dan perawat di ruang
Malibo.
2. Terlaksananya pemasangan papan informasi daftaer pasien dirawat di ruangan Malibo
pada hari Kamis pada tanggal 17 juni 2021 yang diberikan mahasiswa kepada kepala
ruangan dan di hadiri oleh perawat di ruang Malibo.

Masalah 2 : Belum optimalnya tempat penyimpanan obat


1. Terlaksananya sharing dan diskusi serta pengadaan tempat penyimpanan obat yang
lebih optimal di ruagan Malibo pada hari Minggu 13 Juni 2021 bersama mahasiswa,
kepala ruangan dan perawat
2. Terlaksananya pengadaan tempat penyimpanan obat yang lebih optimal dan diserah
terimakan kepada kepala ruangan dan perawat pada tanggal 17 juni 2021 diruangan
Malibo.

Masalah 3: Belum adanya pojok informasi dan edukasi


1. Terlaksananya sharing dan diskusi tentang pengadaan pojok informasi dan edukasi di
ruang Malibo pada hari Minggu 13 Juni 2021 bersama mahasiswa, karu dan perawat.
2. Terlaksananya pembuatan pojok informasi dan edukasi di ruangan Malibo pada hari
Kamis 17 juni 2021 yaitu penyerahan papan media dan leaflet-leaflet.

31
32

C. RENCANA TINDAK LANJUT


Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan, berikut ini akan disampaikan rencana tindak lanjut terkait
dengan permasalahan yang ditemukan yaitu :
Masalah 1 : Belum tersedianya papan informasi daftar pasien dirawat

Rencana tindak lanjut adalah :


Mencatat setiap pasien yang masuk rawatan ruang Malibo ke papan informasi
daftar pasien dirawat
Masalah 2 : Belum optimalnya tempat penyimpanan obat
Rencana tindak lanjut adalah :
Menempatkan obat- obatan setiap pasien dalam box masing- masing dan diberi
label nama pasien

Masalah 3 : Belum tersedianya pojok informasi dan edukasi

Rencana tindak lanjut adalah :


Mempromosikan kepada pasien dan keluarga tentang pojok informasi dan
edukasi yang bisa dimanfaaatkan untuk meningkatkan pengetahuan tentang
penyakit dan promosi kesehatan lainnya.

32
33

DAFTAR
PUSTAKA

Momay, Sarlota Y dkk. 2014. “Pengaruh Kinerja Perawat dan Pengorganisasian Terhadap

Pelayanan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Menggunakan Metode Tim di RSI

Faisal Makassar dalam Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Vol.5 No.4”(online)

http://ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/download/59/17/ diunduh 13 September


2017

33

Anda mungkin juga menyukai