TUGAS RESUME Retensio Plasenta
TUGAS RESUME Retensio Plasenta
Nim : 2007170
Kelas : NR4
A. RETENSIO PLASENTA
B. ATONIA UTERI
a) Pengetian Atonia Uteri
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan
rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri. ( APN,2008). Menurut (Prawirohardjo,2009)
atonia uteri adalah uterus gagal berkontaksi dengan baik setelah persalinan.
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan
merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi
uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan.
Atonia terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan pospartum secara fisiologis
dikontrol oleh kontraksi serabut- serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah
yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-
serabut miometrium tidak berkontraksi. Batasan atonia uteri adalah uterus yang tidak
berkontraksi setelah janin dan plasenta lahir.
c) Manifestasi Klinis:
Uterus tidak berkontraksi dan lunak
Perdarahan segera setelah plasenta lahir .
Trombosit adalah fragmen sel yang ada dalam darah yang membantu proses pembekuan
darah dengan berkumpul di area cedera. Mereka bergabung dengan protein dalam plasma
darah untuk membentuk bekuan darah dan mencegah kebocoran dan cedera. Hal ini
membuat koagulasi menjadi pertahanan alami yang penting terhadap cedera. Namun,
beberapa orang mengalami gangguan ini dapat mengakibatkan pembekuan terlalu banyak
atau terlalu sedikit.
Agar darah bisa menggumpal dengan baik, maka sel tubuh kamu membutuhkan platelet dan
protein yang disebut sebagai faktor pembeku. Gangguan pembekuan darah terjadi ketika
kamu tidak memiliki cukup platelet atau protein pembeku maupun keduanya tidak bekerja
dengan baik.
Kebanyakan kasus gangguan koagulasi adalah kondisi genetik yang diwariskan dari
orangtua ke anak. Namun, kondisi medis tertentu seperti penyakit hati, juga bisa
menyebabkan gangguan pembekuan darah. Hal ini dikarenakan gangguan ini bisa
disebabkan oleh berbagai faktor.
Defisiensi vitamin K.
Efek samping obat-obatan tertentu, misalnya anti-koagulan (yang memang bekerja
menghambat proses pembekuan darah).
Berada dalam posisi tubuh yang sama seperti duduk selama berjam-jam bisa menyebabkan
perlambatan aliran darah yang meningkatkan risiko gangguan pembekuan darah. Sementara
itu, beberapa faktor risiko lainnya yaitu:
Usia. Seperti bayi baru lahir karena kekurangan vitamin K, atau orang dewasa yang
lebih tua pada hemofilia A.
Riwayat keluarga dengan kondisi tersebut.
Berjenis kelamin laki-laki.
Memiliki kondisi medis lainnya, seperti kanker, penyakit autoimun, atau penyakit hati.
Transfusi darah.
Obesitas.
Infeksi.
Konsumsi obat-obatan, seperti antibiotik, pengencer darah, atau interferon alfa.
Melewati pembedahan.
Obat berbasis hormon, seperti pil KB.
Kehamilan dan melahirkan.
Kurang aktivitas fisik, dan duduk dalam waktu lama.
Menggunakan perangkat medis yang meningkatkan aliran darah.
d) Gejala Gangguan Pembekuan Darah
Gejala yang timbul dari gangguan pembekuan darah akan bervariasi tergantung dari kondisi
penyebabnya. Namun, gejala umumnya termasuk:
Beberapa penyebab juga dapat menyebabkan gejala tambahan. Misalnya, penyakit hati dapat
menyebabkan gejala kelelahan, kelemahan, dan kehilangan nafsu makan.
Selain itu, orang-orang dapat mengalami gejala berbeda tergantung pada keberadaan dan
lokasi bekuan darah. Misalnya, gumpalan darah di dekat jantung atau paru-paru dapat
menyebabkan nyeri dada, sesak nafas, atau ketidaknyamanan di sekitar tubuh bagian atas.
Gejala-gejala tersebut bisa mengindikasikan serangan jantung atau emboli paru.
Sementara itu, gejala trombosis vena dalam biasanya meliputi rasa sakit, bengkak, dan
perubahan warna kulit di sekitar area bekuan darah, seperti kaki.
Untuk mendiagnosis gangguan pembekuan darah, lakukan anamnesa seputar gejala yang
dialami dan riwayat kesehatan. Dan juga dapat melakukan sejumlah pemeriksaan fisik dasar,
hal yang ditanyakan:
Berdasar informasi ini, kemudian dapat melakukan tes darah untuk meresmikan diagnosis.
yaitu:
Tes darah lengkap, untuk mengetahui jumlah sel darah merah dan sel darah putih.
Tes agregasi platelet, untuk mengetahui seberapa baik platelet kamu menggumpal
bersama.
Tes waktu perdarahan, untuk dapat menentukan seberapa lama darah kamu
menggumpal.
Penanganan akan direncanakan berdasarkan jenis gangguan pembekuan darah yang kamu
alami dan keparahan kondisinya. Gangguan darah tidak bisa disembuhkan total, tetapi
terapi pengobatan dapat meredakan gejalanya. Pengobatan terhadap gangguan koagulasi
mungkin melibatkan resep suplemen zat besi, transfusi darah, injeksi pengganti faktor
(khususnya untuk kasus hemofilia).
Perlu diketahui, perawatan biasanya bertujuan untuk mengelola gejala dan mengurangi
risiko komplikasi. Dokter mungkin merekomendasikan satu atau lebih obat yang berupa:
Dokter juga dapat merekomendasikan perawatan lain, seperti terapi penggantian faktor. Hal
ini melibatkan faktor pembekuan yang hilang menggunakan donor darah atau penggantian
dari laboratorium.
g) Komplikasi
Komplikasi atau efek samping gangguan pembekuan darah dapat menyebabkan perdarahan
di dalam dan luar tubuh. Tubuh dapat kehilangan banyak darah karena beberapa jenis
gangguan ini. Dalam kondisi lainnya, menyebabkan kamu mudah memar atau mengalami
perdarah di organ tertentu, misalnya di otak.
h) Pencegahan