Anda di halaman 1dari 6

Review Jurnal Penerapan dan Evaluasi Manajemen Risiko

Dibuat Oleh :

Ahmad Agung Nugraha (70122001)

Mata Kuliah :
Manajemen Risiko

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT – ALIH JENIS

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

2023
1. Jurnal 1 Terkait Fasyankes (Puskesmas atau Sarana Pelayanan Kesehatan
Lainnya)

Dengan judul jurnal sebagai berikut

“Penerapan Manajemen Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Rumah Sakit Islam
Surabaya A. Yani”

a) Penerapan manajemen
Berdasarkan penilaian risiko dengan hasil kali dari dampak, tingkat probabilitas
dan kerugian kepada penerima di Rumah Sakit Islam Surabaya A. Yani melalui proses
survey dan observasi dengan menggunakan form identifikasi risiko dari Panitia K3
Rumah Sakit Islam Surabaya A. Yani dengan standard AS/NZS 4360 didapatkan
beberapa risko sedang dan risiko tinggi di gedung graha serta gedung lama yang
berjumlah 37 unit atau bagian yang beresiko dapat menyebabkan kecelakaan kerja pada
tenaga kesehatan, karyawan, pasien dan pengunjung.
Dalam hal menerapkan manajemen risiko panitia K3 RSI A. Yani mendukung dan
mendorong penerapan manajemen risiko dengan beberapa tahap yaitu: Pertama,
Berkomunikasi dan menunjukkan dukungan untuk manajemen risiko. Kedua,
Mempercayai, melaporkan setiap kejadian atau insiden dan mengelola risiko. Ketiga,
Menghargai dan memberdayakan praktik manajemen risiko yang baik. Keempat,
Mengidentifikasi dan pengelolaan berkelanjutan tentang faktor penyebab kecelakaan atau
insiden yang terjadi di Rumah Sakit Islam Surabaya A. Yani. Kelima, Mendorong
pembelajaran organisasi dengan strukrur dan tugas yang sudah dibentuk. Keenam,
Mengembangkan strategi penanganan risiko yang tepat untuk mengurangi kemungkinan
atau terulangnya masalah insiden, dan Ketujuh, Pemantauan berkelanjutan dan evaluasi
terhadap strategi yang diterapkan untuk memastikan sudah efektif atau tidak.
b) Evaluasi manajemen risiko
Evaluasi hasil dari identifikasi manajemen risiko serta analisis risiko didapatkan
langkah pengendalian yang dapat dilakukan di gedung graha adalah meliputi
menyediakan tempat atau fasilitas penyimpanan barang dan alat kesehatan agar tidak
ditempatkan di sekitar ruang kerja yang akibatnya dapat mempersempit luas ruang kerja,
memperbaiki fasilitas sarana prasarana yang sudah rusak seperti atap yang retak dan
dinding yang bocor saat hujan agar terhindar dari risiko terpeleset yang diakibatkan oleh
lantai yang basah, merapikan kabel dan memberikan pengaman tambahana agara kabel
tidak berantakan dan terjadi gangguan arus listrik, memeperbaiki sistem keamanan serta
pengecekan fasilitas secara terjadwal dan berkala seperti APAR agar selalu terjaga dan
terawatt serta terhindar dari pembobolan oleh orang yang jail dan tidak bertanggung
jawab. Risiko kebisingan yang disebabkan oleh mesin di ruang hemodialisis lantai 1 telah
berhasil dikendalikan dengan menyediakan dan memindahkan mesin kedalam ruang
kedap suara agar tidak menimbulkan kebisingan yang berlebih dan mengganggu
pendengaran orang di rumah sakit.

2. Jurnal 2 Industri
Dengan judul jurnal sebagai berikut
“Penerapan Manajemen Risiko pada Proses Pengembangan Properti”
a) Penerapan manajemen risiko
Penerapan manajemen risiko pada pengembangan properti di Indonesia saat ini
masih belum maksimal, dimana sebagian besar masih memutuskan suatu keputusan yang
berkaitan dengan risiko berdasarkan intuisi, penilaian personal dan pengalamannya
daripada menggunakan pendekatan manajemen resiko yang formal dan sistematis. Pada
dasarnya ada 4 (empat) pendekatan perilaku dari pihak manajemen terhadap risiko yang
selama ini berkembang dalam industri properti dan real estate di Indonesia, yaitu:
pendekatan yang dilakukan dengan membiarkan setiap kemungkinan untuk terjadi
dengan menambahkan alokasi dana untuk premi risiko yang cukup besar pada nilai
investasi, pendekatan dengan mengabaikan semua risiko yang mungkin terjadi dengan
pengandaian bahwa semuanya akan berjalan dengan lancar dan bagaimanapun juga risiko
yang terjadi akan mampu diatasi, pendekatan yang dilakukan dengan mengambil sikap
tidak percaya pada analisis yang bersifat perkiraan dan lebih percaya kepada intuisi dan
ketajaman perasaan dan pendekatan yang dilakukan dengan memfokuskan diri pada
risiko yang sebenarnya tidak dapat dikontrol dengan mengembangkan sikap percaya diri
bahwa semua keadaan yang terjadi akan dapat dikendalikan.
Berdasarkan pada permasalahan diatas, penelitian ini mengembangkan model
penerapan manajemen risiko pada pengembangan properti dengan memasukkan tingkat
ancaman (hazard), kerentanan (vulnerability), kapasitas (capacity) pada analisis risiko
sehingga dapat diketahui indek risiko prioritas yang dapat digunakan untuk mengambil
keputusan dalam investasi bisnis properti.

b) Evaluasi manajemen risiko


Untuk evaluasi manajemen risiko pihak pengelola melakukan ebijakan respon
risiko dilakukan setelah faktor risiko diidentifikasi dan ditetapkan rankingnya (risk level).
Risiko yang direspon adalah risiko yang dominan saja atau risiko yang mempunyai IPR
tertinggi setiap tahap pengembangan properti. Strategi mengelola risiko penelitian ini
digunakan menurut PMBOK (2017) adalah sebagai berikut:

1. Menerima risiko (R1)


Alternatif respon risiko ini dipilih dengan menanggung atau menerima risiko karena
bagian dari keputusan manajemen perusahaan.
2. Mengurangi atau mitigasi risiko (R2)
Risiko dapat dikurangi dengan mengurangi kemungkinan bahwa kejadian risiko akan
terjadi dan mengurangi dampak peristiwa yang dimiliki perusahaan.
3. Menghindari risiko (R3)
Menghindari risiko ketika dari hasil analisis kemungkinan kerugian yang
ditimbulkan tinggi.
4. Memindahkan atau mentransfer risiko (R4)
Memindahkan risiko dapat dilakukan dengan metode konvensional seperti membayar
pihak ketiga untuk mengambil risiko.

3. Jurnal 3 Perkantoran
Dengan judul jurnal sebagai berikut
“Analisis Manajemen Risiko dalam Mewujudkan Good Governance pada Pemerintah
Kabupaten Bandung Barat”
a) Penerapan manajemen risiko
Pemerintah Kabupaten Bandung Barat selalu berusaha untuk menerapkan
Manajemen Risiko dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Selain
itu Pemerintah Kabupaten Bandung Barat juga menyadari akan pentingnya Manajemen
Risiko dalam mencapai tujuan organisasi serta mendapatkan penilaian yang bagus dari
masyarakat.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung Barat
dalam menerapkan Manajemen Risiko adalah menetapkan Peraturan Daerah mengenai
penerapan Manajemen Risiko. Melalui Keputusan Bupati Nomor 188.45/Kep. 509 –
Itda/2018 tentang Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Bandung Barat. Peraturan ini mengatur tentang bagaimana seharusnya Manajemen Risiko
diterapkan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat dan ditetapkan pada
akhir tahun 2018 lalu. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Inspektur
Pembantu IV, peraturan tersebut sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 2017.
Pemerintah Kabupaten Bandung Barat sudah melakukan beberapa kali studi banding ke
Pemerintah Daerah yang sudah mulai menerapkan Manajemen Risiko untuk mengetahui
produk hukum seperti apa saja yang dibutuhkan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung
Barat.
b) Evaluasi manajemen risiko

Dari segala proses yang dilaksanakan, banyak hal yang perlu dievaluasi, di
antaranya adalah penerapan Manajemen Risiko yang belum sesuai dengan pedoman yang
sudah ditetapkan. Perlu ada usaha yang besar dari Kepala Daerah untuk memotivasi
seluruh Perangkat Daerah agar sadar risiko. Hal lain yang perlu dievaluasi adalah
sosialisasi pedoman penerapan Manajemen Risiko kepada Perangkat Daerah agar dapat
dilaksanakan dengan efektif. Jika pedoman sudah diterapkan dengan baik, maka
kemungkinan besar Manajemen Risiko akan efektif di Pemerintah Kabupaten Bandung
Barat. Efektivitas Manajemen Risiko tergantung dari kesesuaian pedoman, budaya
organisasi, karakter organisasi, dan proses yang disiplin.

Dalam mitigasi risiko ada beberapa opsi yang tersedia yang tercantum dalam
Peraturan Daerah tentang Manajemen Risiko di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Bandung Barat. Di antaranya adalah:

1. Mengurangi kemungkinan terjadinya risiko;


2. Menurunkan dampak risiko;
3. Membagi atau mengalihkan risiko;
4. Menerima risiko; dan
5. Menghindari risiko.

Opsi dari mitigasi risiko tersebut mungkin sudah umum dan sering dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Bandung Barat, akan tetapi dengan penerapan Manajemen Risiko
yang belum efektif maka mitigasinya pun menjadi belum efektif. Dari semua opsi
tersebut yang paling sering dilakukan menerima risiko dan menghindari risiko karena
kurangnya pengetahuan manajemen tentang profil risiko yang harusnya menjadi
pertimbangan dalam menentukan sikap bagaimana memitigasinya. Kesimpulannya
mitigasi risiko diterapkan tanpa mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi risiko.

Seharusnya setelah menentukan opsi dalam mitigasi risiko diperlukan pelaporan


sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam menerapkan Manajemen Risiko. Akan tetapi
karena Manajemen Risiko tidak diterapkan secara formal maka pelaporannya pun tidak
dilakukan. Dalam pedoman pun belum dicantumkan bagaimana format pelaporan
Manajemen Risiko yang baku.

4. Jurnal 4 Home Industry

Dengan judul jurnal sebagai berikut

“Analisis Identifikasi Potensi Bahaya Pada Pekerja dengan Menggunakan Metode Job
Safety Analysis (JSA) dan HIRARC di Home Industri Emi Craft”

a) Penerapan manajemen risiko


Penerapan manajemen risiko yang terdiri dari identifikasi risiko di lingkungan
kerja dan pengukuran bahaya merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
manejemen dapat meminimalisir terjadinya risiko di tempat kerja. Adapun penilaian serta
ukuran dari tingkat risiko bahaya yang terdapat pada jurnal antara lain sebagai berikut
1. Pada aktifitas percetakan didapat 1 bahaya yaitu bahan resin zat kimia dengan
level resiko ekstrim.
2. Pada aktifitas memotong didapat bahaya pada level risiko adalah 1 level risiko
tinggi, 2 level risiko sedang dan 1 level risiko ekstrim.
3. Pada aktifitas pengukiran didapat 3 bahaya dengan level risiko sedang.
4. Pada aktifitas pengeboran (melubangi produk) didapat 4 bahaya, yang di
antaranya adalah 3 level risiko sedang, dan 1 level risiko ekstrim.
5. Pada aktifitas pengamplasan didapat 3 bahaya dengan level risiko sedang dan
1 bahaya dengan level risiko tinggi.
6. Pada aktifitas pengkilatan produk (Finishing) didapat 1 bahaya dengan level
risiko ekstrim.
b) Evaluasi manajemen risiko
Untuk evaluasi pengendalian risiko pada jurnal ini terdapat pada aktifitas kerja ini
yang dapat dilakukan melalui cara pengendalian administratif, dan penggunaan alat
pelindung diri (APD). Penggunaan APD yaitu mewajibkan menggunakan alat
pelindung diri seperti sarung tangan, pelindung telinga (earplug), masker, pakaian
panjang, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai