Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Biotik.

P-ISSN: 2337-9812, E-ISSN: 2549-1768


Jil. 10, No.1 Ed. April 2022, Hal. 13-16

PENERAPAN WORKPLACE STRETCHING EXERCISE MENURUNKAN


KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN STRES AKADEMIK SERTA
KONTRIBUSINYA TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DI
SMAN BALI MANDARA
1
Ni Made Rina Puspita Dewi, 2I Made Sutajaya, 3I Made Oka Riawan
1,2,3
Jurusan Biologi dan Perikanan Kelautan, Universitas Pendidikan Ganesha,
Jalan Udayana 11, Singaraja, Bali, Indonesia

Email: puspitadewirina27@gmail.com

DOI:10.22373/biotik.v10i1.13072

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan workplace stretcing exercise menurunkan keluhan muskuloskeletal dan stres akademik
serta kontribusinya terhadap hasil belajar peserta didik. Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu (quasi experimental) dengan rancangan
randomized pre and posttest group design (treatment by subject design). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah: (a) keluhan
muskuloskeletal peserta didik yang didata dengan kuesioner Nordic Body Map, (b) stres akademik peserta didik yang didata dengan kuesioner
stres akademik yang sudah valid dan reliabel, dan (c) kontribusi keluhan muskuloskeletal dan stres akademik terhadap hasil belajar peserta
didik yang didata dengan tes di akhir pembelajaran. Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini berupa workplace stretching exercise. Data
keluhan muskuloskeletal dianalisis dengan uji t paired, stres akademik dianalisis dengan uji Wilcoxon dan kontribusi keluhan muskuloskeletal
dan stres akademik terhadap hasil belajar dianalisis dengan uji regresi pada taraf signifikansi 5% . Berdasarkan hasil uji hipotesis keluhan
muskuloskeletal dan stres akademik didapatkan nilai p=0,0001 (p<0,05) itu berarti terdapat penurunan yang signifikan pada keluhan
muskuloskeletal sebesar 42,33% dan penurunan stres akademik sebesar 31,66%. Keluhan muskuloskeletal tidak berkontribusi terhadap hasil
belajar peserta didik, karena kontribusinya hanya sebesar 14,4% dan stres akademik juga tidak berkontribusi terhadap hasil belajar peserta
didik karena kontribusinya hanya sebesar 4,2%. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan workplace stretching
exercise dapat menurunkan keluhan muskuloskeletal dan stres akademik, akan tetapi keluhan muskuloskeletal dan stres akademik tidak
berkontribusi terhadap hasil belajar peserta didik.
Kata kunci : workplace stretching exercise, keluhan muskuloskeletal, stres akademik, hasil belajar

ABSTRACT

This study aims to determine the application of workplace stretching exercises to reduce musculoskeletal disoders and academic stress and
it’s contribution to student learning outcomes. This type of research is a quasi-experimental with a randomized pre and posttest group design
(treatment by subject design). The dependent variable in this study is: (a) students' musculoskeletal disoders which were recorded using a
Nordic Body Map questionnaire, (b) students' academic stress which was recorded using a valid and reliable academic stress questionnaire,
and (c) the contribution of musculoskeletal disoders and academic stress on the learning outcomes of students who were recorded with a test
at the end of the lesson. The treatment given in this study was a workplace stretching exercise. Data on musculoskeletal disoders were
analyzed by paired t test, academic stress was analyzed by Wilcoxon test and the contribution of musculoskeletal disoders and academic
stress to learning outcomes was analyzed by regression test at a significance level of 5%. Based on the results of hypothesis testing of
musculoskeletal disoders and academic stress, it was found that the value of p = 0.0001 (p <0.05) means that there is a significant decrease
in musculoskeletal disoders by 42.33% and a decrease in academic stress by 31.66%. Musculoskeletal disoders do not contribute to student

13
Rina Puspita Dewi, dkk.

learning outcomes, because their contribution is only 14.4% and academic stress also does not contribute to student learning outcomes
because its contribution is only 4.2%. Based on this analysis it can be concluded that the application of workplace stretching exercise can
reduce musculoskeletal disoders and academic stress of students, but musculoskletal disoders and academic stress does not contribute to
students learning otcomes.
Keywords: workplace stretching exercise, musculoskeletal disoders, academic stress, learning outcomes

PENDAHULUAN
Pendidikan menjadi hal yang yang dapat menjadi faktor pemicu
sangat diutamakan karena memiliki dalam ketidakefektivan proses
peranan penting untuk menciptakan pembelajaran. Disamping itu saat ini
sumber daya manusia yang unggul dan juga sering dijumpai permasalahan
kompeten sehingga dapat mewujudkan terhadap psikologi peserta didik,
peradaban bangsa yang bermartabat. mengingat peserta didik masih dalam
Untuk mencapai tujuan pendidikan usia remaja yang membuat kondisi
yang diharapkan, maka proses emosi mereka masih labil, maka tentu
pembelajaran menjadi salah satu hal saja ada banyak masalah muncul yang
yang harus diperhatikan. Proses akan sangat berpengaruh negatif
pembelajaran yang baik akan terhadap proses pembelajaran.
menciptakan suasana belajar yang Keluhan muskuloskeletal
efektif bagi peserta didik, dimana (Musculoskeletal disorders) adalah
diharapkan akan berkontribusi terhadap suatu kondisi dimana terjadinya
hasil belajar mereka, namun tidak dapat berbagai macam cedera, kelainan, dan
dipungkiri bahwa masih banyak hal nyeri pada sistem muskuloskeletal.

14
Penerapan Workplace Stretching Exercise...

Pada proses pembelajaran yang dapat menjadi suatu pengalaman yang


dilakukan di ruang kelas melibatkan menyenangkan, namun ketika peserta
aktivitas fisik dan mental, dan didik dihadapkan dengan berbagai
umumnya lebih didominasi oleh tuntutan dan perubahan kurikulum, hal
kontraksi otot statis karena peserta itu membuat mereka merasa tertekan
didik saat mendengar, mencatat, sehingga menimbulkan stres akademik
melihat informasi di papan tulis atau di kalangan peserta didik. Selain itu
layar OHP dan mengemukakan stres akademik yang dialami oleh
pendapatnya cenderung berada di peserta didik juga dipengaruhi oleh
tempat duduk. Kondisi seperti ini beberapa faktor seperti, harapan yang
menyertai peserta didik minimal dua tinggi, kebiasaan belajar yang buruk,
jam dan jika ditambah dengan sikap permasalahan dalam pembelajaran,
kerja yang tidak alamiah diduga kuat media pembelajaran yang berubah-
dapat bertindah sebagai penyebab ubah, dan keadaan sosial ekonomi yang
munculnya keluhan muskuloskeletal rendah [4]; [5]; [6].
[1]; [2]; [3]. Terdapat beberapa upaya yang
Selain terjadinya keluhan musk- dapat dilakukan untuk mengurangi
uloskeletal, faktor psikis peserta didik keluhan muskuloskeletal dan stres
juga menjadi perhatian yang sangat akademik peserta didik sebagai upaya
serius, salah satunya yaitu adanya stres yang dapat dilakukan untuk
akademik. Stres akademik merupakan mengurangi keluhan muskuloskeletal
stres yang bersumber dari proses dan stres akademik sebagai bentuk
pembelajaran atau hal-hal yang penerapan ergonomik yaitu dengan
berhubungan dengan kegiatan belajar. memberikan workplace stretching
Kondisi stres dapat menjadi hambatan exercise (WSE). Workplace Stretching
bagi peserta didik untuk menjalani Exercise merupakan bentuk latihan
aktivitas sehari-hari khusunya di yang didesain dengan bentuk gerakan
sekolah, sehingga tujuan pembelajaran stretching (peregangan) yang dilakukan
tidak tercapai dengan baik. Sekolah di tempat kerja. Peregangan otot yaitu
merupakan sumber stres utama bagi usaha untuk memperpanjang otot
peserta didik, masa sekolah idealnya

15
Rina Puspita Dewi, dkk.

sehingga mengakibatkan otot menjadi pada bulan januari sampai dengan


rileks dan lentur [7]; [8]; [3]. bulan juni 2022. Jenis penelitian ini
Tujuan penelitian ini yaitu adalah ekperimental semu (quasi
untuk mengetahui penerapan experimental) dengan rancangan
workplace stretching exercise dapat randomized pre and posttest group
menurunkan keluhan musculoskeletal design (treatment by subject design).
serta kontribusinya terhadap hasil Populasi target dalam penelitian
belajar peserta didik. Dilihat dari hasil ini adalah semua peserta didik di
studi pendahuluan terhadap 27 orang SMAN Bali Mandara. Populasi
peserta didik didapatkan hasil bahwa terjangkau adalah semua peserta didik
terjadi peningkatan keluhan kelas X MIPA, untuk menghindari
muskuloskeletal dan stres akademik adanya bias yang disebabkan oleh
antara sebelum dan sesudah proses karakteristik subjek dibuat kriteria
pembelajaran, disamping itu rerata untuk membatasi subjek yang bisa
hasil belajar peserta didik juga masih dilibatkan dalam penelitian.
berada di bawah standar kriteria Berdasarkan hasil perhitungan besar
ketuntasan minimum yang ditetapkan sampel, dan teknik pemilihan sampel
sekolah. Berdasarkan kenyataan berupa multistage random sampling,
tersebut perlu diteliti mengenai maka sampel yang dilibatkan dalam
penerapan workplace stretching penelitian ini adalah sebanyak 26 orang
exercise menurunkan keluhan peserta didik.
musculoskeletal dan stress akademik Instrumen yang digunakan
serta kontribusinya terhadap hasil dalam penelitian ini diantaranya yaitu:
belajar peserta didik. (a) kuesioner Nordic Body Map
digunakan dalam mendata keluhan
METODE PENELITIAN muskuloskeletal peserta didik, (b)
Penelitian ini dilaksanakan di kuesioner stres akademik, (c) Daftar
SMA Negeri Bali Mandara yang isian biodata untuk mendata riwayat
berlokasi di Jalan Air Sanih, hidup subjek, (d) Tes objektif yang
Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten sudah valid dan reliabel untuk mendata
Buleleng. Penelitian ini berlangsung hasil belajar, (e) environment meter

16
Penerapan Workplace Stretching Exercise...

untuk mendata kondisi lingkungan Hasil belajar didata dengan pemberian


sekolah peserta didik. Tahap persiapan tes objektif di akhir pembelajaran
dilakukan sebelum proses penelitian, selama dua periode. Teknik analisis
kemudian dilanjutkan dengan tahap data yang digunakan berupa uji
pelaksanaan dengan melakukan deskriptif, uji normalitas, dan uji
pendataan terhadap kondisi subjek, hipotesis.
pendataan terhadap kondisi lingkungan.
Penelitian dilaksanakan dalam dua HASIL DAN PEMBAHASAN
periode, pengumpulan data keluhan Hasil Peneliitian
muskuloskeletal dan stres akademik Adapun hasil penelitian dapat
dilakukan sebelum dan sesudah proses dilihat pada tabel berikut.
pembelajaran, kemudian diberikan
perlakuan degan pemberian workplace
stretching exercise pada periode II.
Tabel 1. Tabel Hasil Analisis Data Kondisi Subjek
Variabel Rerata SB

Umur (th) 15,65 0,63

Tinggi Badan (cm) 158,62 7,90

Berat Badan (kg) 49,54 8,22


2
IMT (kg/m ) 19,63 2,49

Tabel 2. Tabel Hasil Analisis Data Antropometri Peserta Didik Posisi Duduk
Variabel Persentil 5 Persentil 50 Persentil 95

Tinggi duduk (cm) 70,70 79,25 86,50

Tinggi mata posisi duduk (cm) 60,72 67,50 71,83

Tinggi bahu posisi duduk (cm) 41,35 47,40 53,90

Tinggi siku posisi duduk (cm) 19,87 22,50 25,86

Jarak Buttock-Poplitea (cm) 35,67 37,25 45,59

Tinggi Poplitea (cm) 34,10 37,00 46,00

Jangkauan ke samping (cm) 53,18 62,10 69,17

17
Rina Puspita Dewi, dkk.

Jangkauan ke depan (cm) 50,28 54,00 60,98

Tabel 3. Hasil Analisis Deskriptif Data Kondisi Lingkungan di Ruang Kelas


Variabel Rerata SB

o
Suhu ( C) 29,50 2,39

Kelembaban Relatif (%) 75,25 8,81

Intensitas Cahaya (lux) 228,10 12,90

Sirkulasi Udara (m/dt) 0,21 0,017

Kebisingan dB(A) 66,17 5,12

Tabel 4. Hasil Analisis Deskriptif Data Keluhan Muskuloskeletal, Stres


Akademik, dan Hasil Belajar
Variabel Periode I Periode II Keterangan

Rerata SB Rerata SB

Keluhan muskuloskeletal 33,73 2,84 31,86 2,35 Berbeda 5,54%


sebelum pembelajaran

Keluhan muskuloskeletal 66,67 4,58 38,45 2,98 Berbeda 42,33%


sesudah pembelajaran

Selisih keluhan 32,94 5,31 6,59 3,10 Berbeda 79,99%


muskuloskeletal

Stres akademik sebelum 36,23 1,70 36,14 2,05 Berbeda 0,25%


pembelajaran

Stres akademik sesudah 70,02 3,93 47,85 5,61 Berbeda 31,66%


pembelajaran

Selisih stres akademik 33,80 3,65 11,70 5,86 Berbeda 65,38%

Hasil belajar 56,15 13,29 80,19 5,91 Berbeda 29,98%

18
Penerapan Workplace Stretching Exercise...

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data Keluhan Muskuloskeletal dan Stres Akademik
serta Hasil Belajar Periode I dan Periode II pada Peserta Didik
Variabel Rerata SB Nilai z Nilai p Keterangan

Keluhan muskuloskeletal PI (sebelum 33,73 3,84 0,101 0,200 Normal


pembelajaran)

Keluhan muskuloskeletal PI (sesudah 66,67 4,57 0,126 0,200 Normal


pembelajaran)

Keluhan muskuloskeletal PII (sebelum 31,86 2,35 0,170 0,051 Normal


pembelajaran)

Keluhan muskuloskeletal PII (sesudah 88,45 2,98 0,148 0,148 Normal


pembelajaran)

Stres Akademik PI (Sebelum pembelajaran) 36,23 1,70 0,202 0,008 Tidak Normal

Stres Akademik PI (sesudah pembelajaran) 70,02 3,93 0,92 0,200 Normal

Stres Akademik PII (Sebelum 36,14 2,050 0,115 0,200 Normal


pembelajaran)

Stres Akademik PII (Sesudah 47,85 5,61 0,129 0,200 Normal


pembelajaran)

Selisih keluhan muskuloskeletal PI 32,94 5,31 0,117 0,200 Normal

Selisih keluhan muskuloskeletal PII 6,60 3,10 0,109 0,200 Normal

Selisih stres akademik PI 33,80 3,66 0,147 0,151 Normal

Selisih stres akademik PII 11,70 5,87 0,063 0,200 Normal

Hasil belajar Periode I 56,15 13,29 0,119 0,200 Normal

Hasil belajar Periode II 80,19 5,91 0,272 0,0001 Tidak Normal

Selisih hasil belajar 24,04 11,92 0,133 0,200 Normal

Tabel 6. Hasil Uji Hipotesis terhadap Keluhan Muskuloskeletal dan Stres


Akademik Peserta Didik
Variabel Periode I Periode II Nilai t/z Nilai p Keterangan

Rerata SB Rerata SB

Keluhan Muskuloskeletal 33,73 2,84 31,86 2,35 2,794 0,010 Berbeda Bermakna

19
Rina Puspita Dewi, dkk.

sebelum pembelajaran

Keluhan Muskuloskeletal 66,67 4,57 38,45 2,98 25,131 0,0001 Berbeda Bermakna
sesudah pembelajaran

Selisih keluhan 32,94 5,31 6,60 3,10 18,673 0,0001 Berbeda Bermakna
musculoskeletal

Stres akademik sebelum 36,23 1,70 36,14 2,05 0,086 0,932 Tidak Berbeda
pembelajaran Bermakna

Stres akademik sesudah 70,02 3,93 47,85 5,61 4,458 0,0001 Berbeda Bermakna
pembelajaran

Selisih stress akademik 33,80 3,65 11,70 5,86 4,458 0,0001 Berbeda Bermakna

Tabel 7. Hasil Uji Regresi Data Keluhan Muskuloskeletal dan Stres Akademik
terhadap Hasil Belajar Peserta Didik
Variabel Periode I Periode II Nilai t/z Nilai p Keterangan

Rerata SB Rerata SB

Keluhan Muskuloskeletal 33,73 2,84 31,86 2,35 2,794 0,010 Berbeda Bermakna
sebelum pembelajaran

Keluhan Muskuloskeletal 66,67 4,57 38,45 2,98 25,131 0,0001 Berbeda Bermakna
sesudah pembelajaran

Selisih keluhan 32,94 5,31 6,60 3,10 18,673 0,0001 Berbeda Bermakna
musculoskeletal

Stres akademik sebelum 36,23 1,70 36,14 2,05 0,086 0,932 Tidak Berbeda
pembelajaran Bermakna

Stres akademik sesudah 70,02 3,93 47,85 5,61 4,458 0,0001 Berbeda Bermakna
pembelajaran

Selisih stress akademik 33,80 3,65 11,70 5,86 4,458 0,0001 Berbeda Bermakna

Pembahasan peserta didik yang terdiri atas 17 orang perempuan dan 9 orang laki-

Kondisi Subjek laki. Rerata umur peserta didik yang dilibatkan sebagai subjek

Berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini dapat dijelaskan penelitian ini adalah 15,65 tahun dengan rentangan umur peserta

bahwa pada penelitian ini subjek yang digunakan sebanyak 26 didik antara 15 s.d. 17 tahun yang merupakan umur kondisi

20
Penerapan Workplace Stretching Exercise...

maksimal untuk peserta didik yang duduk di bangku kelas X. [9] tidak dapat menopang bagian bahu atas ketika disandarkan; (d)

melaporkan bahwa umur peserta didik yang digunakan sebagai tinggi meja yang digunakan oleh peserta didik adalah 78 cm,

subjek penelitian berada pada rentangan 15 s.d. 17 tahun. sedangkan tinggi meja yang sesuai dengan antropometri peserta

Rerata tinggi badan adalah 158,62 cm dengan rentangan 137 s.d. didik pada persentil 5 adalah 53,97 cm yang diukur berdasarkan

171 cm dan rerata berat badan 49,54 kg dengan rentangan 39 s.d 69 penjumlahan tinggi siku pada posisi duduk pada persentil 5 yaitu

2
kg. Rerata Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah 19,63 kg/m . Rerata 19,87 cm dan tinggi poplitea posisi duduk pada persentil 5 adalah

IMT peserta didik yang dijadikan sebagai subjek penelitian 34,10 cm, sehingga lengan peserta didik akan terangkat yang dapat

memperlihatkan bahwa peserta didik memiliki indeks massa tubuh menyebabkan keluhan pada bagian lengan peserta didik; (e) jarak

yang normal karena berada di antara rentangan 18,5 s.d 25,0 buttock-poplitea pada persentil 5 adalah 35,67 sedangkan lebar

sehingga hal tersebut bukan diasumsikan sebagai faktor penyebab tempat duduk yang digunakan oleh peserta didik adalah 40 cm,

munculnya keluhan muskuloskeletal dan stres akademik pada sehingga peserta didik dapat duduk dengan nyaman, karena lebar

peserta didik. [10] melaporkan bahwa data rerata tinggi badan tempat duduk lebih besar dibandingkan dengan jarak buttock-

peserta didik 162,29 cm dengan rentangan 150 s.d. 180 cm, rerata poplitea; (f) tinggi poplitea pada persentil 5 adalah 34,10 cm tidak

berat badan peserta didik 150,51 kg dengan rentangan 39 s.d. 70 kg. sesuai dengan tempat duduk yang tingginya 48 cm, sehingga

2
Dilihat dari IMT adalah 19,26 kg/m berada pada kategori normal tungkai peserta didik menggantung.

yaitu antara 18,5 s.d 25,0 19,63 kg/m


2.
Sarana pembelajaran yang tidak sesuai
Antropometri peserta didik dengan antropometri peserta didik
Berdasarkan hasil pengukuran antropometri peserta didik pada dapat mengakibatkan munculnya
posisi duduk dapat diketahui bahwa: (a) tinggi duduk peserta didik keluhan muskuloskeletal pada peserta
pada persentil 5 adalah 70,70 cm, akan tetapi tempat duduk yang didik. Kegiatan pembelajaran di kelas
digunakan oleh peserta didik tidak memiliki sandaran kepala, berlangsung cukup lama berkisar 5 s.d.
sandaran hanya sampai bagian pinggang saja. Kondisi tersebut 7 jam di dalam sehari, posisi duduk
menyebabkan bagian punggung hingga kepala tidak tertopang ketika dalam waktu lama dan monoton akan
disandarkan; (b) tinggi mata pada posisi duduk pada persentil 5 menimbulkan nyeri dan kelelahan pada
adalah 60,72 cm tidak sesuai dengan tinggi papan tulis yang peserta didik. [11] menyatakan bahwa
tingginya 130 cm. Kondisi tersebut menyebabkan bagian kepala redesain antropometri dapat
peserta didik harus mengadah untuk dapat melihat informasi yang meningkatkan produktivitas dan
ditampilkan pada papan tulis, sehingga lama kelamaan dapat kualitas kerja sehingga terhindar dari
menyebabkan rasa sakit pada leher peserta didik; (c) tinggi bahu keluhan muskuloskeletal, karena faktor
pada posisi duduk pada persentil 5 adalah 41,35 cm, sedangkan kenyamanan dalam melakukan
tinggi sandaran pada kursi peserta didik hanya 34 cm, sehingga aktivitas memiliki pengaruh yang nyata

21
Rina Puspita Dewi, dkk.

dalam hal peningkatan efisiensi dan berpengaruh terhadap kehilangan


keefektivan. cairan tubuh peserta didik sehingga
Kondisi Lingkungan akan mempengaruhi kesehatan peserta
Pada Penelitian ini kondisi lingkungan didik [12].
yang diukur meliputi suhu, kelembaban Pada ruang kelas didapatkan rerata intensitas

relatif, intensitas cahaya, sirkulasi pencahayaan sebesar 228,10 lux. Rerata intensitas pencahayaan

udara, dan kebisingan di ruang kelas. tersebut kurang memadai dikarenakan standar pencahayaan ruang

Berdasarkan hasil analisis data kondisi kelas di Indonesia berkisar antara 250 s.d.300 lux. Namun hal ini

lingkungan didapatkan rerata suhu tidak berpengaruh begitu besar karena pada ruang kelas juga

yaitu 29,50oC, hal ini berarti bahwa dilengkapi dengan ventilasi sebagai tempat masuknya sinar matahari

suhu tersebut lebih tinggi dari kondisi dan pencahayaan buatan berupa lampu berwarna putih. Pencahayaan

suhu yang dikategorikan nyaman. [12] yang tidak tepat dapat merusak atmosfer ruang sehingga

menyatakan bahwa kisaran suhu yang menimbulkan perasaan kurang nyaman, selain itu juga

nyaman untuk aklimatisasi orang menimbulkan tekanan secara psikologis terhadap pengguna ruang,

indonesia adalah 18 s.d. 28oC. Meski gangguan penghliatan, dan intensitas cahaya perlu diatur untuk

lebih tinggi dari suhu normal orang menghasilkan kesesuaian kebutuhan penghliatan di dalam ruang

Indonesia namun hal tersebut tidak berdasarkan jenis aktivitasnya [14].

menggangu adanya proses Rerata sirkulasi udara adalah 0,21 m/dt,


pembelajaran karena lebih tinggi nilai tersebut lebih tinggi sebesar 0,01
1,50oC saja sehingga peserta didik m/dt dari rentangan nilai sirkulasi
mampu menyesuaikan diri dengan udara yang ideal yaitu 0,1 s.d. 0,2 m/dt.
lingkungan. Temuan ini bersinergi [10] melaporkan bahwa rerata sirkulasi
dengan [13] yang melaporkan bahwa udara pada ruang kelas kurang
suhu dalam proses pembelajaran memadai yaitu sebesar 0,21 m/dt,
berkisar antara 27,94 oC s.d. 29,38 oC. dimana nilai tersebut lebih besar
Rerata kelembaban relatif pada kisaran nilai standar unruk sirkulasi
lingkungan belajar adalah 75,25% udara.
sudah dalam kategori nyaman karena Pada ruang kelas peserta didik
berada pada rentangan 70 s.d. 80%. diperoleh rerata kebisingan sebesar
Kondisi lingkungan terutama 66,17 dB(A), nilai kebisingan tersebut
kelembaban udara relatif akan sangat ternyata lebih tinggi sebesar 16,17

22
Penerapan Workplace Stretching Exercise...

dB(A) dibandingkan dengan nilai pembelajaran dapat diatasi dengan penerapan workplace stretching

kebisingan yang diperbolehkan untuk exercise. Pada Periode I kegiatan pembelajaran peserta didik

kegiatan pembelajaran yaitu ≤50 cenderung kurang dinamis, hal ini dapat diamati ketika proses

dB(A). Sehingga nilai kebisingan pada pembelajaran berlangsung peserta didik tetap di tempat dudukya

ruang kelas tersebut masih berada untuk mendengarkan penjelasan guru, mencatat, serta melihat

dalam kategori tidak nyaman. informasi yang ada di depan kelas. Sedangkan pada Periode II

Kebisingan merupakan faktor yang diterapkan workplace stretching exercise untuk menjadikan kegiatan

dapat mempengaruhi proses belajar, pembelajaran menjadi lebih dinamis, sehingga akan memberikan

paparan kebisingan yang terus menerus dampak positif terhadap kondisi fisik dan psikis peserta didik.

dapat menyebabkan gangguan Penerapan pemberian Workplace Stretching Exercise pada Periode

kesehatan bagi manusia, kebisingan II ternyata dapat menurunkan keluhan muskuloskeletal peserta didik

pada frekuensi rendah dengan tingkat secara signifikan sebesar 42,33% (p<0,05).

kekerasan yang tinggi lebih menggangu Penurunan keluhan muskuloskeletal pada peserta didik

dan akan mempengaruhi perilaku setelah melakukan workplace stretching exercise diakibatkan oleh

seseorang baik secara langsung terjadinya proses daur ulang asam laktat dari sisa metabolisme yang

maupun tidak langsung. Tingkat diubah menjadi protein-protein yang diperlukan oleh otot, air,

kebisingan yang melebihi akan glikogen dan CO2 . Kondisi tubuh akan kembali ke kondisi semula

menggangu konsentrasi belajar peserta dengan melakukan proses pemulihan. Darah yang terakumulasi di

didik dan meningkatkan kelelahan otot otot skeletal diupayakan segera ditarik ke peredaran sentral. Proses

[15]. pemulihan memiliki fungsi untuk membersihkan darah dari sisa

Penerapan Workplace Stretching hasil metabolisme. Sisa hasil metabolisme yang berada di otot dan

Exercise Menurunkan Keluhan darah berupa asam laktat. Hasil sisa metabolisme yang berupa asam

Muskuloskeletal Peserta Didik laktat akan didaur ulang menjadi karbondioksida dengan proses

Berdasarkan hasil uji t paired pada Tabel 6 menunjukkan bahwa oksidasi [16]; [3]. Pemberian workplace stretching exercise disela-

terdapat penurunan nilai keluhan muskuloskeletal antara periode I sela kegiatan pembelajaran, akan mengakibatkan peserta didik dapat

dan Periode II. Rerata perubahan keluhan muskuloskeletal pada bergerak dinamis, sehingga kontraksi otot statis yang dialami

Periode I (tanpa pemberian Workplace Stretching Exercise) dan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat dikurangi dan

pada Periode II (dengan pemberian Workplace Stretching Exercise) konsekuensinya frekuensi keluhan muskuloskeletal peserta didik

adalah 42,33%. Besarnya perubahan nilai keluhan muskuloskeletal dapat dikurangi. Berdasarkan penelitian [1] yang melaporkan bahwa

antara Periode I dan Periode II diakibatkan oleh kontraksi otot statis kontraksi otot dinamis yang terjadi ketika melakukan workplace

pada peserta didik dalam waktu yang relatif lama pada proses stretching exercise menyebabkan aliran darah yang menuju ke otot

23
Rina Puspita Dewi, dkk.

lebih banyak, sehingga keperluan nutrisi dan oksigen yang cukup menguras pikiran dan tenaga. Stres yang berlebihan

digunakan untuk proses metabolisme dapat terpenuhi. Melakukan menyebabkan dilepaskannya kelompok hormon nonadrenalin. Ini

workplace stretching exercise merubah posisi kerja peserta didik bermanfaat selama masih dalam batas normal, jika sudah berlebihan

dari statis menjadi dinamis. Dengan demikian proses metabolisme akan mengakibatkan tekanan darah meningkat yang tentunya

pada tubuh akan dapat berlangsung dengan lancar. Asam laktat dan membuat sirkulasi darah terhambat. Itu berarti suplai darah ke otak

CO2 akan berkurang dan diminimalisir yang dapat berdampak pada akan berkurang. Akibatnya, nutrisi otak dan oksigenasinya

kurangnya keluhan muskuloskeletal. berkurang yang mengakibatkan munculnya kelelahan otak yang

Temuan ini bersinergi dengan penelitian [17] yang melaporkan ditandai dengan susah berpikir, konsentrasi berkurang, ketelitian

bahwa pemberian peregangan berupa workplace stretching exercise menurun, kecermatan berkurang dan akhirnya menimbulkan

dapat mengurangi ischemia pada otot yang mengalami spasme kebosanan [3].

dengan adanya efek peningkatan sirkulasi darah pada otot yang Gerakan workplace stretching exercise yang tidak begitu berat

disertai dengan pembaharuan nutrisi untuk metabolisme dalam sel menjadikan peserta didik tidak tegang dalam pembelajaran, karena

otot serta pengangkutan sisa metabolisme. Selain itu peregangan mereka diberikan kesempatan untuk mengalihkan pikiran dan

akan meningkatkan fleksibilitas otot, memberikan kesempatan pada melepaskan penat sejenak, sehingga dapat mengurangi stres

otot untuk kembali ke kondisi resting length, memutus lingkaran akademik pada peserta didik. Pada bagian akhir workplace

spasme-nyeri-spasme, meningkatkan kebugaran fisik, dan stretching exercise peserta didik akan melakukan pursed lip

meningkatkan ROM serta mengurangi kelelahan paada otot breathing, dimana teknik tersebut merupakan teknik menarik nafas

Penerapan Workplace Stretching Exercise Menurunkan Stres melalui hidung kemudian mengeluarkan nafas melalui mulut.

Akademik pada Peserta Didik Adapun manfaat melakukan teknik ini yaitu mengurangi perasaan

Berdasarkan hasil uji Wilcoxon pada Tabel 6 menunjukkan bahwa cemas, meningkatkan konsentrasi, mengurangi sesak nafas, dan

terdapat penurunan nilai stres akademik antara periode I (tanpa menjadikan tubuh menjadi lebih relaks [1].

pemberian Workplace Stretching Exercise) dan Periode II (dengan


Adanya stressor yang
pemberian Workplace Stretching Exercise) yaitu sebesar 31,66%.
mengakibatkan munculnya stres
Pemberian workplace stretching exercise yang merupakan salah satu
akademik pada peserta didik yang
bentuk aktivitas fisik dalam kegiatan pembelajaran ternyata
nantinya dapat menganggu atau
memberikan dampak yang positif terhadap peserta didik, bukan
membuat kondisi belajar tidak nyaman,
hanya manfaat terhadap kondisi fisik tetapi juga berperan terhadap
ternyata dapat diatasi dengan penerapa
kondisi psikis/mental dari peserta didik.
workplace stretching exercise. Hasil
Dalam menjalani hidup dan kehidupan ini tidak bisa
analisis membuktikan bahwa
terlepas dari kondisi yang menegangkan. Hal serupa juga dialami
penerapan workplace stretching
oleh para pebelajar saat menghadapi ujian atau pembelajaran yang

24
Penerapan Workplace Stretching Exercise...

exercise di sela pembelajaran dapat pelajaran dan metode belajar. Faktor masyarakat seperti kegiatan

menurunkan stres akademik pada peserta didik dalam masyarakat, media, teman bergaul, dan bentuk

peserta didik secara signifikan. Temuan kehidupan bermasyarakat [19]. Temuan ini bersinergi dengan [20]

ini bersinergi dengan [18] yang yang melaporkan bahwa keluhan muskuloskeletal pada

melaporkan bahwa berdasarkan hasil pembelajaran biologi berorientasi pendekatan ergonomik

uji analisis hipotesis dapat diketahui partisipatori tidak berkontribusi terhadap hasil belajar peserta didik

bahwa pemberian perlakuan berupa karena kontribusinya hanya sebesar 12,4%.

relaksasi otot progresif pada kelompok Kontribusi Stres Akademik Terhadap Hasil Belajar Peserta

eksperimen dapat menurunkan stres Didik

akademik bagi subjek secara signifikan Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 7 menunjukkan bahwa

(p<0,05) penurunan stres akademik akibat penerapan workplace stretching

exercise tidak berkontribusi terhadap hasil belajar peserta didik,


Kontribusi Keluhan Muskuloskeletal terhadap Hasil Belajar Pe-
karena kontribusinya hanya sebesar 4,2 % dengan nilai p<0,05.
serta Didik
Stres akademik menjadi salah satu kondisi yang sering dialami oleh
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 7 menunjukkan bahwa
peserta didik, namun dalam temuan ini diketahui bahwa tidak
penuruan keluhan muskuloskeletal akibat penerapan workplace
terdapat kontribusi antara stres akademik dengan hasil belajar
stretching exercise tidak berkontribusi terhadap hasil belajar peserta
peserta didik. Hal ini dikarenakan masih ada apek-aspek lain diluar
didik, karena kontribusinya hanya sebesar 14,4% dengan nilai
stres akademik yang memiliki kontribusi lebih besar terhadap hasil
p<0,05. Penerapan kaidah-kaidah ergonomi dalam pembelajaran
belajar peserta didik. Adapun aspek-aspek yang menjadi faktor
memberikan dampak yang positif bagi peserta didik, namun dalam
determinan hasil belajar peserta didik seperti ukuran rombongan
temuan ini diketahui bahwa tidak terdapat kontribusi antara keluhan
belajar, kepemimpinan instruksional yang dilaksanakan di sekolah,
muskuloskeletal dengan hasil belajar peserta didik, tidak adanya
iklim sekolah, status sosial ekonomi, metakognisi, tutor teman
kontribusi tersebut disebabkan karena masih ada faktor-faktor lain
sebaya, umpan balik yang diterapkan guru dalam pembelajaran,
yang dapat memengaruhi hasil belajar peserta didik. Faktor yang
keterlibatan orangtua, pembelajaran individual, kepemilikan
dimaksud adalah faktor internal yang berupa faktor fisik, psikis,
perangkat TIK [21].
intelegensi, perhatian, minat bakat, kematangan dan kesiapan
Temuan ini bersinergi dengan pendapat [22] yang
belajar. Sedangkan faktor eksternal bisa berasal dari faktor keluarga
menyatakan bahwa stres kuliah secara individu tidak berkontribusi
seperti cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga,
terhadap prestasi belajar pada mahasiswa prodi sistem informasi
suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga. Faktor sekolah
STIKOM Dinamika Bangsa Jambi, hal ini dikarenakan keadaan saat
seperti metode mengajar, kurikulum, relasi antara warga sekolah,
proses perkuliahan berlangsung serta faktor eksternal dari proses
disiplin sekolah, sarana pembelajaran, waktu sekolah, standar

25
Rina Puspita Dewi, dkk.

perkuliahan bukanlah suatu tekanan yang dapat berkontribusi 4. Penurunan stres akademik akibat
terhadap prestasi belajar mahasiswa penerapan workplace stretching
exercise tidak berkontribusi
terhadap hasil belajar kognitif
KESIMPULAN
peserta didik, karena kontribusinya
Bertolak dari hasil penelitian dan
hanya 4,2%.
pembahasan yang telah dikaji dapat
Saran yang tampaknya penting untuk disampaikan pada penelitian
disimpulkan bahwa.
ini adalah sebagai berikut.
1. Penerapan workplace stretching
1. Kepada peserta didik disarankan agar tetap memerhatikan
exercise menurunkan keluhan
kesehatan dan keselamatan saat belajar dengan cara
musculoskeletal secara bermakna
menerapkan prinsip-prinsip ergonomi dalam melakukan
pada peserta didik sebesar 42,33%.
proses pembelajaran.
2. Penerapan workplace stretching
2. Pembelajaran dengan melakukan workplace stretching
exercise menurunkan stress
exercise hendaknya mulai diterapkan oleh peserta didik,
akademik secara bermakna pada
karena sudah terbukti dapat menurunkan keluhan
peserta didik sebesar 31,66%.
muskuloskeletal dan stres akademik secara signifikan.
3. Penurunan keluhan
3. Kepada pengelola sekolah disarankan agar memberikan
muskuloskeletal akibat penerapan
sosialisasi dan latihan workplace stretching exercise
workplace stretching exercise
terhadap pengajar, sehingga setiap pengajar diharapkan
tidak berkontribusi terhadap hasil
dapat memberikan kegiatan peregangan di sela-sela
belajar kognitif peserta didik,
pembelajaran.
karena kontribusinya hanya 14,4%.
4. Kepada dinas terkait disarankan untuk menerapkan hasil

penelitian ini di sekolah lain yang memiliki kondisi serupa.

REFERENSI
[1] Hastuti, L.S. dan Rina, K. 2017. Pengaruh Workplace pada Mahasiswa Universitas
Stretching Exercise Terhadap Kebosanan Belajar Udayana Tahun 2016.
dan Kelelahan Belajar Mahasiswa Poltekkes Jurnal Higiene Industri dan
Surakarta. Jurnal Keterapian Fisik. 2(2),75-125. Kesehatan Kerja. 1(2), 101-
118.
[2] Prawira, et al. 2017. Faktor-faktor [3] Sutajaya, I.M. 2019. Ergonomi Pendidikan. Yogyakarta:
yang Berhubungan dengan Media Akademi.
Gangguan Muskuloskeletal

26
Penerapan Workplace Stretching Exercise...

[4] Barseli, et al. 2017. Konsep Stres [11] Setiawan, H.S. 2017. Pengaruh Ergonomi dan
Akademik Peserta didik. Antropometri Bagi User Gudang Bahan PT MI
Jurnal Konseling dan Guna Meningkatkan Produktifitas Serta Kualitas
Pendidikan. 5(3), 143-148 Kerja. Jurnal String. 2(2), 161-168.
[5] Netrawati, N dan Karneli,Y.
2018. Upaya Guru BK [12] Manuaba, A. 2008. Membangun Bali atau Membangun di

untuk Mengentaskan Bali. Denpasar: Bali-HESG.

Masalah-masalah
[13]Ardiyanti, N.P. 2020. Penggunaan Meja dan Tempat Duduk
Perkembangan Remaja
yang Tidak Ergonomis Meningkatkan Keluhan
dengan Pendekatan
Muskuloskeletal dan Kelelahan serta
Konseling Analisis
Kontribusinya terhadap Prestasi Belajar Peserta
Transaksional. Jurnal
Didik di SMAN 1 Seririt. Skripsi. Universitas
Bimbingan Konseling Islam.
Pendidikan Ganesha.
2(1), 79-90.
[6] Rani,U., dan Sharma, R. 2018. [14] Abdullah, S.H., Bongkaraeng., Kabuhung, A. 2018.
Academic Stress And Time
Management Skills A Intensitas Pencahayaan dan Tingkat Kelelahan

Correlated Study. Belajar Siswi Kelas XI IPA SMA Negeri 1


International Journal Of
Research And Analytical Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal

Reviews. 5(2), 1861-1865. Kesehatan Lingkungan. 8(2), 48-56.


[7] Wahyono, Y., dan Saloko, E. 2014. Pengaruh Workplace
Stretching Exercise terhadap Keluhan
[15] Faradiba, 2017. Tingkat Kebisingan di Sekolah Sekitar
Muskuloskeletal pada Pekerja di Bagian Sewing
CV Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo. Interest: Perlintasan Kereta Api. Jurnal Mahasiswa

Jurnal Ilmu Kesehatan. 3(2), 197-203.


Pendidikan Fisika UKI. 1(1), 71-72.

[8] Harwanti, S., Nur, U. dan Budi, A. 2017. Pengaruh


Workplace Stretching Exercise Terhadap [16] Nala, N. 1998. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga.

Penurunan Keluhan Musculoskeletal Denpasar: Program Pascasarjana Program Studi

Disorders(MSDs) Pada Pekerja Batik Tulis Di Fisiologi Olahraga Universitas Udayana.

Kecamatan Sokaraja, Jurnal Kesmas Indonesia.


[17] Dewi, K.L.P., Adiputra, N., Tirtayasa, K., Adiatmika,
9(1), 49-59.
I.P.G., Adnyana, I.W.B. 2018. Pemberian

[9] Purba, Y.S & Putri, W.L. 2020. Berat Beban dengan Workplace Stretching Exercise dan Modifikasi

Keluhan Muskuloskeletal pada Siswa SMA. Kondisi Kerja Dapat Menurunkan Keluhan

Holistik Jurnal Kesehatan. 14(4), 606-614. Muskuloskeletal dan Kelelahan pada Pekerja
Pembuat Dodol Tradisional di Desa Tamblang
[10] Ayustina, P.M. 2020. Penerapan Peregangan dalam Kabupaten Buleleng. Jurnal Ergonomi
Pembelajaran Biologi dapat Mengurangi Indonesia. 4(1), 11-17.
Keluhan Muskuloskeletal dan Meningkatan
Konsentrasi Serta Kontribusinya Terhadap [18] Lusiana, I. 2019. Pengaruh
Prestasi Belajar Peserta Didik di SMA Negeri 1 Relaksasi Otot Progresif
Singaraja. Skripsi. Universitas Pendidikan Terhadap Penurunan Stres
Ganesha.
Akademik Pada Peserta didik
SMP. Skripsi. Progam

27
Rina Puspita Dewi, dkk.

Sarjana Universitas Islam pada Mahasiswa Jurusan Sistem Informasi

Negeri Sunan Ampel. STIKOM Dinamika Bangsa Jambi. Jurnal


Manajemen dan Sains. 5(1), 119-124.

[19] Saputra, H.D., Ismet, F., Andrizal, A. 2018. Pengaruh


Motivasi terhadap Hasil Belajar Siswa SMK.
Jurnal Inovasi Vokasional dan Teknologi. 18(1),
25-30.

[20] Dewi, D.K.P. 2020. Pembelajaran Biologi Berorientasi


Pendekatan Ergonomik Partisipatori
Menurunkan Kebosanan dan Keluhan
Muskuloskeletal Serta Kontribusinya terhadap
Hasil Belajar Siswa di SMA Negeri 2 Denpasar.
Skripsi. Universitas Pendidikan Ganesha.

[21] Wirda., Yendri., et al. 2020. Faktor-faktor Determinan


Hasil Belajar Siswa. Jakarta: Pusat Penelitian
Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan
Perbukuan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.

[22] Suratno, Eddy. 2020. Pengaruh Stres, Motivasi, dan


Kecerdasan Spiritual Terhadap Prestasi Belajar

28

Anda mungkin juga menyukai